Dermatitis Venenata
-
Upload
astrid-wardhani -
Category
Documents
-
view
1.316 -
download
113
Transcript of Dermatitis Venenata
DERMATITIS VENENATA
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit alergi dan imunologik yang bermanifestasi pada kulit termasuk
masalah yang paling sering dijumpai. Di antara berbagai bentuk kelainannya:
dermatitis kontak alergik, dermatitis atopik dan urtikaria merupakan penyakit
alergi kulit yang banyak dijumpai pada masyarakat. Dermatitis kontak alergik
merupakan manifestasi reaksi hipersensitivitas lambat, dan terjadi akibat pajanan
individu yang tersensitasi dengan bahan alergen kontak. Dermatitis Venenata
sering dikenal dengan sebutan Tom Cat.
Dermatitis Venenata merupakan gambaran spesifik, disebabkan oleh
sekret/debris serangga terutama dari genus Paederus, serta getah tumbuhan
dengan bentuk lesi linier. Kulit yang terkena penyakit ini akan menjadi merah dan
melepuh, disertai rasa panas seperti terbakar. Fase merah, melepuh, dan terasa
panas ini berlangsung 1-3 hari. Bila lesi ini digaruk, maka lesi ini dapat menyebar
dan meluas. Inilah mengapa penyakit ini sering disangka sebagai penyakit infeksi.
Bila penyakit ini sudah mendekati sembuh, maka kulit akan berwarna coklat, dan
menimbulkan bekas seperti luka bakar dan herpes. Kelenjar Hemolympha pada
Paedrus ini mengandung Paederine yang akan mengenai kulit apabila serangga ini
remuk akibat refleks menyingkirkan serangga ini. Paederine dapat memicu
epidermal necrosis dan acantholisys sehingga timbul dermatitis. Serangga ini
sebenarnya tidak menyengat dan tidak menggigit, apabila serangga tersebut tidak
remuk, maka Paederine yang tersimpan dalam hemolympha tidak berbahaya bagi
manusia. Para pelajar dan mahasiswa yang banyak beraktivitas di luar ruangan
memungkinkan lebih sering dengan sekret/debris serangga ataupun getah tumbuh-
tumbuhan.
Gejala dari dermatitis venenata adalah
Tidak ada gejala prodormal (lesu, lemas, nafsu makan menurun).
Lesi muncul tiba-tiba di pagi hari.
1
Lesi berbentuk garis linear dan berwarna merah.
Lesi hanya pada tempat yang tida tertutup pakaian.
Tidur dengan lampu menyala.
Kissing effect atau kissing lesion, kulit yang tertempel atau terkena lesi
akan berubah menjadi lesi baru.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Dermatitis venenata adalah dermatitis yang disebabkan oleh gigitan, liur,
atau bulu serangga. Penyebabnya adalah toksin atau allergen dalam cairan gigitan
serangga tersebut.
B. Etiologi
Serangga yang menyebabkan dermatitis venenata biasa dikenal dengan
sebutan tom cat. Tom cat (Paederus sp) atau yang sering dikenal dengan semut
kayap, merupakan kumbang dengan habitat di sawah, semak-semak, dan tambak
liar dengan sedikit semaksemak. Tom cat merupakan predator dari hama wereng.
Kumbang ini temasuk dalam ordo Orthotera, sub ordo Rove Beetle, genus
Staphylinidae dengan banyak spesies. Ciri kumbang ini adalah kepala berbentuk
seperti semut, berwarna hitam, punggung hitam, dan oranye, sayap kebiruan.
ukurannya sekitar 7-0 mm. Kumbang ini terkenal dengan sebutan tom at karena
mirip dengan pesawat tempur Tomcat F-14. Tomcat memilki zat pederin di
sirkulasi darah, sehingga telur, pupa, dan kumbang dewasa ini akan mengeluarkan
zat pederin saat tubuhnya hancur atau merasa terancam.
C. Patogenesis
Dermatitis venenata termasuk reaksi tipe IV ialah hipersentivitas tipe
lambat. Patogenesisnya melalui 2 fase yaitu :
Fase induksi :
Saat kontak pertam anergen dengan kulit sampai limposit mengenal dan
memberi respon, memerlukan waktu 2 – 3 minggu.
Fase Elisitas :
3
Terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa sel efektor yang
telah tersintisasi mengeluarkkan limforkrim yang mampu menarik berbagai
sel badan sehingga terjadi gejala klinis.
D. Manifestasi Klinis
Erupsi dimulai ketika unsur penyebeb mengenai kulit. Reaksi pertama
mencakup rasa gatal, terbakar dan eritama yang segera diikuti oleh gejela edema,
pakula, vesikel serta perembesan atau sekret. Pada fase subkutis, perubahan
vesikuler ini tidak begitu mencolok lagi dan berubah menjadi pembentukan
krusta, pengeringan atau bila pasien terus menerus menggaruk kulitnya, penebalan
kulit (likenifikasi) dan pigmentasi (perubahan warna) akan terjadi infasi sekunder
timbul kembali
E. Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnese dan gambaran klinis. Percobaan tempel
tidak dapat dilakukan pada stadium akut, karena akan memberatkan penyakit.
F. Pengobatan
Proteksi terhadap zat penyebab dan penghindaran kontakan merupakan
tindakan penting. Pada reaksi lokal diberikan kortikosteroid, hidrokortison
meupakan lini pertama pengobatan sebagai antiinflamasi ringan, apabila terjadi
reaksi sistemik maka dipertimbangkan pemberian obat secara sistemik.
Antihistamin sistemik tidak di indikasikan pada stadium permulaan, sebab tidak
ada pembebasan histamin. Pada stadium selanjutnya terjadi pembebasan histamin
secara pasif. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan penyakit berat misalnya
prednison 20 mg sehari. Terapi topikal digunakan sesuai dengan petunjuk umum
pengobatan dermatitis.
Penatalaksanaan pada dermatitis venenata pada tahap lanjut adalah
1. Kortikosteroid oral (dexametason 4 x 5 mg selama 5 hari) diberikan untuk
mengurangi dan mencegah berkembangnya dermatitis alergi semakin luas.
4
2. Antihistamin (ciproheptadine 3 x 4 mg selama5 hari) diberikan untuk keadaan
pruritus penderita dengan mencegah degranulasi sel mast
3. Antibiotik sistemik (sefadroksil 2 x500 mg selama 5 hari) untuk pengobatan
infeksi sekunder.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. STATUS PENDERITA
Identitas Penderita
Nama : Nn. A
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Agama ; Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Kentingan, Surakarta
B. DATA DASAR
1. Keluhan Utama : Garis kemerahan
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengeluhkan sudah 2 hari terdapatnya suatu garis merah
dan menyerupai garis linier pada kedua lengan tangannya. Pasien merasa
gatal pada kulit yang ada garis linier tersebut. Kemudian pasien
menggaruk lengannya. Pada lengan yang digaruk pasien merasa agak
panas pada tempat yang digaruk tersebut.
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat alergi : (-)
Riwayat sakit serupa : (-)
4. Riwayat penyakit keluarga
5
Riwayat alergi : (-)
5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : Disangkal
Riwayat minum alkohol : Disangkal
Riwayat minum jamu : Disangkal
Riwayat minum obat-obatan : Disangkal
Riwayat minum-minuman suplemen : Disangkal
Riwayat tidur dengan lampu
menyala : (+)
6. Riwayat Perkawinan dan Sosial Ekonomi
Penderita belum menikah.
7. Riwayat Gizi
Sebelum sakit, penderita makan teratur tiga kali sehari dengan nasi, sayur,
tahu, dan tempe, terkadang daging, telur dan ikan. Sering mengkonsumsi
buah-buahan terutama sayur-sayuran mentah.
8. Anamnesis Sistem
Kepala : Sakit kepala (-), pusing (-), nggliyer (-), jejas
(-), leher kaku (-)
Mata : Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-),
pandangan berputar (-), berkunang-kunang (-).
Hidung : Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)
Telinga : Pendengaran berkurang(-) keluar cairan (-)
Mulut : Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir
pecah-pecah (-), gusi berdarah (-), mulut
kering (-).
Tenggorokan : Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-).
6
Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), batuk
darah (-), mengi (-), tidur mendengkur (-)
Sistem kardiovaskuler : Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada
(-) , berdebar-debar (-)
Sistem gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), perut sebah (-), diare
(-),nyeri ulu hati (-), perut seperti diremas-
remas (-)
Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-)
hiperkinetik (-)
Sistem genitourinaria : Susah kencing (-), nyeri saat kencing (-),
keluar darah (-), kencing nanah (-), sulit
memulai kencing (-), warna kencing kuning
jernih
Ekstremitas: Atas : Luka (-), flapping tremor (-), ujung jari terasa
dingin (-), kesemutan (-), bengkak(-), sakit
sendi (-), panas (-), berkeringat (-), palmar
eritema (-)
Bawah : Luka (-), tremor (-), ujung jari terasa dingin (-),
kesemutan di kedua kaki (-), sakit sendi (-),
bengkak (-) kedua kaki
Sistem neuropsikiatri : Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-),
mengigau (-), emosi tidak stabil (-)
Sistem Integumentum : Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-), bercak
merah kehitaman di bagian dada, punggung,
tangan dan kaki (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup.
2. Tanda vital : Tekanan darah : 120/ 80 mmHg
Frekuensi nafas : 20 x/menit, kussmaul (-), Cheyne
Stokes (-)
7
Nadi : frekuensi 98 x/menit, reguler, isi
dan tegangan cukup, equal
Suhu : 37,20C per axiller
3. Status Gizi : BB 50 kg
TB 150 cm
BMI 50 / (1,50)2 = 22,22 kg/m2 kesan
normoweight.
4. Kulit : Ikterik (-), ekhimosis di kaki (-), turgor (+) normal,
kulit kering (-).
5. Kepala : Bentuk mesocephal, rambut warna hitam beruban,
mudah rontok (-), mudah dicabut (-), luka (-)
6. Wajah : Moon face (-), atrofi musculus temporalis (-)
7. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan
diameter 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+) normal,
edema palpebra(-/-), strabismus (-/-), arcus senilis (-/-)
8. Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-)
gangguan fungsi pendengaran (-/-)
9. Hidung : Epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-),
fungsi pembau baik, foetor ex nasal (-)
10. Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-), mukosa basah (+), bibir
kering (-), sariawan (-), pucat (-), lidah kotor (-), tepi
lidah hiperemis (-), lidah tremor (-), papil lidah atropi
(-), luka pada sudut bibir (-),pharyng hiperemis (-),
tonsil (T1/T1).
11. Leher : JVP normal (R+2 cm H2O); trakea di tengah, simetris;
kel.tiroid tak membesar, pembesaran limfonodi (-)
12. Thoraks : Bentuk normochest, simetris, atrofi musculus
pectoralis (-/-), retraksi interkostalis (-), spider nevi (-),
pernafasan thorakoabdominal, sela iga melebar (-),
8
pembesaran kelenjar getah bening aksilla(-), rambut
ketiak rontok (-/-).
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS,
tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kiri atas : SIC II Linea Sternalis
Sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V 2 cm medial
Linea Medioclavicularis sinistra
Batas jantung kanan atas : SIC II Linea
Sternalis Dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV Linea
Sternalis Dextra
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas murni, reguler, HR
96x / menit, bising (-), gallop (-).
Pulmo :
Depan
Inspeksi Statis : simetris, sela iga tidak melebar
dinamis : Simetris, pengembangan dada kanan = kiri,
sela iga tidak melebar, retraksi interkostalis
(-), retraksi supraklavikula (-).
Palpasi Statis : Simetris
dinamis : Simetris, pengembangan dada kanan = kiri,
fremitus raba kiri = kanan
Perkusi kanan : Sonor, batas relatif paru hepar SIC III
Kiri : Sonor, mulai redup pada batas paru jantung
Auskultasi Kanan : suara dasar vesikuler (+), suara tambahan
wheezing (-), ronki basah kasar (-), ronki
basah halus (-).
9
Kiri : suara dasar vesikuler (+), suara tambahan
wheezing (-), ronki basah kasar (-), ronki
basah halus (-).
Belakang
Inspeksi Statis : simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-)
Dinamis : Simetris, pengembangan dada kanan=kiri,
sela iga tidak melebar, retraksi intercostalis
(-)
Palpasi Statis : simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-)
Dinamis : Simetris, pergerakan kanan = kiri, fremitus
raba kiri = kanan
Perkusi Kanan
Kiri
:
:
Sonor, sampai batas paru bawah di vertebra
thorax IX
Sonor, sampai batas paru bawah di vertebra
thorax X
Auskultasi Kanan : suara dasar vesikuler (+), suara tambahan
wheezing (-) ronki basah kasar (-), ronki
basah halus (-).
Kiri : suara dasar vesikuler (+), suara tambahan
wheezing(-), ronki basah kasar (-), ronki
basah halus (-).
13. Punggung : kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok
kostovertebra (-) .
14. Abdomen :
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dinding dada,
, venektasi (-), sikatrik (-), striae (-), vena kolateral (-),
hernia umbilikalis (-)
Auskultasi : peristaltik (+) Normal
Perkusi : timpani, pekak alih (-), ascites (-), undulasi (-)
Palpasi : supel (+),Ballotement (-),
10
Hepar dan lien tidak teraba
16. Genitourinaria : ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
17. Kelenjar getah bening inguinal : KGB inguinal tidak membesar
18. Ekstremitas :
Akral dingin oedema
D. ASSESMENT
Dermatitis Venenata
E. TUJUAN PENGOBATAN
Hidrokortison diberikan sebagai lini pertama antiinflamasi.
F. PENATALAKSANAAN
R/ Hidrocortison 2 % cream tube No. I
∫ ue
Pro : Nn. A (20 th)
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Joice L Kee dan Uvelyn. R. Hayes : FARMAKOLOGI ( PENDEKATAN
PROSES KEPERAWATAN ) Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1994.
Hal. 381 – 386
2. Djuanda Adhi, “Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin” Edisi kedua, Penerbit
Fakultas Kedoktetan Universitas Indonesia, Jakarta, 1993 Halaman 144
3. Wahyuni Anna, “Buku Saku Obat-obatan Penting Untuk Pelayanan
Kefarmasian” Bagian Farmasetika Fakultas Farmasi UGM, 2005
4. Kurniati S. C, “Kasus Alergi Kulit dan Masalah Penatalaksanaannya”,
Tangerang, 1996 Halaman 4-8.
5. MIMS 2010
12