DD modul 3

10
SKIZOFRENIA Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka dan di Amerika Serikat, penderita psikotik lebih dari 2 juta orang. Skizofrenia lebih sering terjadi pada populasi urban dan pada kelompok sosial-ekonomi yang rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh suatu “kecenderungan terpuruk” (misal, orang- orang pengangguran yang tidak fungsional, berakhir pada lingkungan pinggiran). Lingkungan yang buruk tidak “menyebabkan” gangguan ini, meskipun demikian, lingkungan yang buruk dapat menyebabkan penyakit sulit dikendalikan. Karena tidak ada temuan yang patognomonik, “skizofrenia” merupakan suatu diagnosis klinis yang menunjukkan suatu sindrom yang tidak spesifik dengan etiologi yang heterogen. Meskipun demikian, dari informasi biologik, genetik, fenomenologik memberi kesan bahwa skizofrenia merupakan suatu gangguan yang valid. Kelima sub tipe skizofrenia diidentifikasikan berdasarkan pada variabel klinis. Kriteria skizofrenia (DSM-IV hal.285) 1. Berlangsung paling sedikit 6 bulan 2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu di bidang pekerjaan, hubungan interpersonal, dan fungsi mendukung-diri sendiri.

description

nnnnnnnnnnnnnnnnneeeeeeeeeeeeeuuuuuuuuuuuurooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooopppppppppppppppssssssssssssssssssssssiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiikkkkkkkkkkkkkiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiaaaaaaaaaaaaatttttttttrrrrrrrrrrrriiiiiiii

Transcript of DD modul 3

SKIZOFRENIASkizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka dan di Amerika Serikat, penderita psikotik lebih dari 2 juta orang. Skizofrenia lebih sering terjadi pada populasi urban dan pada kelompok sosial-ekonomi yang rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh suatu kecenderungan terpuruk (misal, orang-orang pengangguran yang tidak fungsional, berakhir pada lingkungan pinggiran). Lingkungan yang buruk tidak menyebabkan gangguan ini, meskipun demikian, lingkungan yang buruk dapat menyebabkan penyakit sulit dikendalikan.Karena tidak ada temuan yang patognomonik, skizofrenia merupakan suatu diagnosis klinis yang menunjukkan suatu sindrom yang tidak spesifik dengan etiologi yang heterogen. Meskipun demikian, dari informasi biologik, genetik, fenomenologik memberi kesan bahwa skizofrenia merupakan suatu gangguan yang valid. Kelima sub tipe skizofrenia diidentifikasikan berdasarkan pada variabel klinis.Kriteria skizofrenia (DSM-IV hal.285)1. Berlangsung paling sedikit 6 bulan2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu di bidang pekerjaan, hubungan interpersonal, dan fungsi mendukung-diri sendiri.3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama sebagian dari periode tersebut4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan mood mayor, autism, atau gangguan organik.5. Perjalanan penyakit dapat diklasifikasikan sebagai, terus-menerus, episodic dengan atau tanpa gejala residual diantara episode, atau episode tunggal dengan remisi sempurna atau parsial.Tipe Skizofrenia1. Tipe Disorganisasi (DSM-IV hal. 288, 295.10)Pada pasien ditemukan:a. Afek tumpul, ketolol-tololan, atau tidak serasib. Sering inkoherenc. Waham tidak sistematis. Menyeringai dan manerisme yang aneh sangat sering ditemui.2. Tipe Ketatonik (DSM-IV hal. 289, 295.20)Pasien mempunyai paling sedikit satu (atau kombinasi) dari beberapa bentuk ketatonia:a. Stupor ketatonik atau mutisme: pasien tidak berespon terhadap lingkungan atau orang. Walaupun penampilan klinisnya demikian, pasien sering menyadari hal-hal yang sedang berlangsung di sekitarnya.b. Negativisme ketatonik: Pasien melawan semua perintah-perintah atau usaha-usaha fisik untuk menggerakkan dirinya.c. Rigiditas ketatonik: Pasien secara fisik sangat kaku.d. Postur ketatonik: Pasien mempertahan posisi yang tidak biasa atau aneh.e. Kegembiraan ketatonik: Pasien sangat aktif dan gembira. Mungkin dapat mengancam jiwanya (missal, karena kelelahan)3. Tipe Paranoid (DSM-IV hal.287, 295.30)Tipe ini paling stabil dan paling sering, dan biasanya terjadi lebih lambat dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia lain. Pasien harus menunjukkan adanya waham yang konsisten, sering berupa waham paranoid, dia dapat atau tidak dapat bertindak terhadap waham tersebut. Pasien sering tidak kooperatif dan sulit untuk bekerjasama, dan dapat menjadi agresif, marah, atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali memperlihatkan perilaku inkoheren atau disorganisasi.4. Tipe yang tidak terdiferensiasi (DSM-IV hal. 289, 295.90)Pasien mepunyai halusinasi paranoid yang menonjol, waham, dan gejala-gejala psikosis aktif yang menonjol (missal, kebingungan, inkoheren), tetapi tidak terdapat gambaran spesifik tiga subtype sebelumnya.5. Tipe Residual (Dsm-IV hal. 290, 195.60)Pasien dalam keadaan remisi dari psikosis akut tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual (missal, penarikan diri secara sosial, afek datar atau tidak serasi, perilaku eksentrik, asosiasi melonggar, dan pikiran tidak logis).EtiologiBiologiTidak ada kelainan fungsional dan struktur yang patognomonik ditemukan pada penderita skizofrenia, meskipun demikian terdapat sejumlah kelainan (telah direplikasi dan dibandingkan) pada subpopulasi pasien. Gangguan yang paling banyak dijumpai yaitu pelebaran ventrikel tiga dan lateral yang stabil dan kadang-kadang sudah terlihat sebelum onset penyakit, disorientasi spasial sel pyramid hipokampus, dan penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral. Beberapa penelitian melaporkan bahwa semua perubahan ini tampaknya statis dan telah ada kira-kira sejak lahir (tidak ada gliosis) dan beberapa kasus, perjalanannya progresif. Lokasinya menunjukkan gangguan perilaku yang ditemukan pada skizofrenia. Misal, gangguan hipokampus dikaitkan dengan gangguan memori dan atropi lobus frontalis dihubungkan dengan gejala negative skizofrenia. Penemuan lain diantaranya yaitu adanya antibody sitomegalovirus didalam cairan serebrospunal (CSS), limfosit atipikal tipe P (terstimulasi), kelainan fungsi hemisfer kiri, gangguan transmisi dan pengurangan ukuran korpus kalosum, pengecilan vermis serebri, penurunan aliran darah dan metabolisme glukosa di lobus frontal (dilihat denganPET), EEG dan kelainan EP P300 auditorik (dengan QEEM), sulit memusatkan perhatian, dan perlambatan waktu reaksi. Pada individu yang berkembang menjadi skizofrenia terdapat peningkatan insiden komplikasi persalinan (premature, berat badan lahir rendah (BBLR), lahir pada masa epidemic influenza), lebih besar kecenderungan lahir pada akhir musim dingin atau awal musim panas, dan terdapat gangguan neurologi minor. Kebermaknaan dari temuan-temuan ini belum diketahui. Namun ini menunjukkan adanya dasar biologik dan heterogenitas skizofrenia.BiokimiaEtiologi biokimia skizofrenia tidak diketahui. Hipotesis yang paling banyak yaitu adanya gangguan neurotransmitter sentral. Teori penelitian yang terbaik mendalilkan adanya aktivitas berlebihan dopamine sentral (hipotesis dopamine) dan ini berdasarkan tiga penemuan utama:1. Aktifitas antipsikotik dari obat-obat neuroleptic (missal, fenotiazin), bekerja dengan memblokase pada reseptor dopamine pascasinaps (tipe D2).2. Psikosis amfetamin sering sukar dibedakan, secara klinis, dengan psikosis skizofrenia paranoid akut. Amfetamin melepaskan dopamine sentral. Selain itu amfetamin juga memperburuk skizofrenia.3. Ada peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatus, nucleus akumben, dan putamen pada penderita skizofrenia.Penelitian reseptor D1, D3, dan D4, saat ini, tidak banyak memberikan hasil. Teori lain yaitu peningkatan serotonin SSP (terutama 5-HT2A) dan kelebihan NE di otak depan limbic (terjadi pada beberapa penderita skizofrenia, berkurang dengan pemberian obat, dan terdapat perbaikan klinis)GenetikaSkizofrenia mempunyai komponen diwariskan yang bermakna: kompleks dan poligen. Sesuai dengan penelitian hubungan darah (konsanguinitas), skizofrenia adalah gangguan familial (missal, terdapat dalam keluarga). Semakin dekat hubungan kekerabatan semakin tinggi resiko. Pada penelitian kembar, kembar monozigot mempunyai resiko 4-6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kembang dizigot. Pada penelitian adopsi, anak yang mempunyai orang tua skizofrenia bila diadopsi saat lahir, oleh keluarga normal, peningkatan kesakitannya sama dengan bila anak-anak tersebut diasuh sendiri oleh orang tua kandungnya yang skizofrenia.Tabel. Konseling genetika-resiko seumur hidup terjadinya skizofreniaPopulasi umum1%

Kembar monozigot40-50%

Kembar dizigot10%

Saudara kandung dari penderita skizofrenia10%

Orangtua dari penderita skizofrenia5%

Anak dari salah satu orangtua skizofrenia10-15%

Anak dari kedua orang tua skizofrenia30-40%

Frekuensi kejadian gangguan nonpsikotik meningkat pada keluarga skizofrenia dan secara genetic dikaitkan dengan gangguan kepribadian ambang dan skizotipal (gangguan spectrum skizofrenia), gangguan obsestif komplusif, dan kemungkinan dihubungkan dengan gangguan kepribadian paranoid dan antisosial.Penelitian genetika molecular modern, terutama penelitian keterkaitan kromosomal (chromosomal linkage), tidak menemukan sesuatu yang pasti. Bukti terkuat menunjuk pada kromosom 6, ssai ini consensus ahli menyatakan bahwa skizofrenia multifactorial secara genetic dan lingkungan.Proses KeluargaKekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan penting dalam menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan remisi. Pasien yang di pulangkan kerumah cenderung kambuh pada tahun berikutnya dibandingkan dengan pasien yang ditempatkan pada lingkungan residensial. Pasien yang paling beresiko adalah pasien yang berasal dari keluarga dengan suasana penuh permusuhan, keluarga yang memperlihatkan kecemasan yang berlebihan, terlalu protektif terhadap pasien (disebut emosi yang diekspresikan). Pasien skizofrenia sering dikekang oleh keluarganya.Beberapa peneliti mengidentifikasi suatu cara komunikasi yang patologis dan aneh pada keluarga-keluarga skizofrenia, yang khas yaitu komunikasi samar-samar dan sedikit tidak logis. Pada tahun 1956, Bateson menggambarkan suatu karakteristik ikatan ganda yaitu pasien sering diharuskan oleh anggota keluarga yang penting untuk merespons pesan terbuka yang kontradiksi dengan pesan tertutup. Meskipun demikian, penelitian baru-baru ini memberi kesan bahwa pola komunikasi kelearga tersebut mungkin merupakan sebab atau akibat dari memiliki anak skizofrenia.

GANGGUAN PSIKOTIK AKUTKondisi ini menggambarkan pasien-pasien yang mengalami episode psikotik akut yang berlangsung lebih dari satu hari, tetapi kurang dari satu bulan yang dapat (dengan stressor yang jelas) atau mungkin juga tidak (tanpa stressor yang jelas) terjadi segera setelah stress kehidupan yang bermakna atau (dengan onset postpartum) kehamilan. Timbulnya penyakit sangat tiba-tiba atau mengejutkan biasanya tanpa tanda-tanda sebelumnya bahwa orang tersebut akan jatuh sakit, walaupun gangguan ini sering terjadi pada orang yang sebelumnya mempunyai gangguan kepribadian (terutama tipe ambang dan histrionik).Psikosis ini sangat kacau dan dramatic dengan labilitas emosi yang menunjol, perilaku aneh, bingung, dan pembicaraan inkoheren, disorientasi sementara, kehilangan daya ingat, dan/ atau halusinasi dan waham yang singkat tetapi sangat mencolok. Gangguan ini menyerupai onset psikosis akut pada gangguan afektif berat, gangguan skizofreniform, atau psikosis akut dengan delirium. Singkirkanlah selalu kondisi medis dan terutama masalah-masalah yang diinduksi oleh obat. Validitas diagnosis ini sebagai katagori terpisah yang masih diperdebatkan.Obati pasien psikotik akut dengan pengertian, lingkungan yang aman, dan obat antipsikotik, bila dibutuhkan. Pasien biasanya sembuh sempurna dalam beberapa hari, dan prognosis jangka panjangnya baik, walaupun pasien beresiko untuk mengalami episode singkat di masa mendatang bila mengalami stress yang cukup bermakna.GANGGUAN SKIZOAFEKTIFGangguan ini merupakan gangguan yang didefinisikan dengan samar-samar dan kurang baik untuk pasien yang memiliki tanda baik skizofrenia maupun gangguan afektif berat dengan mood depresi. Pasien-pasien ini dapat mengalami gangguan afektif yang mengarah hingga menjadi gambaran skizofrenia atau dapat memperlihatkan gejala-gejala kedua kondisi ini secara bersamaan, walaupun gejala skizofrenianya lebih dominan. Gangguan ini secara genetic merupakan gangguan yang heterogen, baik skizofrenia maupun gangguan afek, memiliki frekuensi yang meningkat didalam anggota keluarga. Harus dibedakan dengan psikosis akibat zat (missal, amfetamin, fensiklidin (PCP), atau steroid eksogen). Masih banyak yang harus dilakukan untuk mendefinisikan pasien ini dengan baik. Obati sebagai skizofrenia atau afektif. Antipsikotik umumnya paling bermanfaat. Pasien ini mempunyai prognosis lebih baik daripada skizofrenia, tetapi lebih buruk apabila dibandingkan dengan gangguan mood.Referensi:Tomb, David A. 2003. Buku Saku PSIKIATRI. Jakarta: EGC (Hal 13-29)