DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

41
1 KERANGKA ACUAN KERJA Paket Pekerjaan DD. REHABILITASI D.I. KALAENA KANAN (12.500 HA) Tahun Anggaran 2013

description

Kerangka Acuan Kerja Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi

Transcript of DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

Page 1: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

1

KERANGKA ACUAN KERJA

Paket Pekerjaan

DD. REHABILITASI D.I. KALAENA KANAN (12.500 HA)

Tahun Anggaran 2013

Page 2: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

2

KERANGKA ACUAN KERJA

DD. REHABILITASI D.I. KALAENA KANAN (12.500 HA)

1. LATAR BELAKANG

A. PENDAHULUAN

Pembangunan di Indonesia sejak pelita I dititik beratkan pada sektor pertanian untuk

meningkatkan produksi beras dalam negeri, sehubungan dengan program pemerintah

tahun 2007 untuk produksi beras 2 juta ton di tahun 2009 sehingga menjadi

swasembada pangan, untuk menunjang pembangunan sektor pertanian perlu

pembangunan fasilitas jaringan irigasi guna penyediaan kebutuhan air yang diperlukan

untuk meningkatkan produksi tanaman utamanya beras.

Daerah irigasi Kalaena Kanan sejak selesai di bangun dan beroperasi pada tahun

1986 telah mengalami banyak perubahan pada fungsi lahan serta penurunan kinerja

jaringannya. Untuk mengembalikan kinerja jaringan maka diperlukan suatu

perencanaan rehabilitasi jaringan yang disesuaikan dengan kondisi pemanfaatan

lahan saat ini.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka Satker BBWSPJ Pompengan-Jeneberang

melalui PPK Perencanaan dan Program pada tahun 2013 melakukan pekerjaan DD

Rehabilitasi D.I. Kalaena Kanan (12.500 Ha).

B. NAMA PEKERJAAN

Detail Desain Rehabilitasi DI. Kalaena Kanan (12.500 Ha) Kabupaten Luwu Timur

2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud pekerjaan ini adalah melaksanakan Inventarisasi Rencana Rehabilitasi Daerah

Irigasi Kalaena Kanan (12.500 Ha), yang dilengkapi dengan Rencana Anggaran Biaya

(RAB) dan kajian kelayakan ekonomis rehabilitasi Daerah Irigasi Kalaena Kanan (12.500

Ha).

Tujuannya adalah untuk menyiapkan suatu gambar konstruksi yang dapat dijadikan

pedoman pada saat pelaksanaan fisik yang dilengkapi dengan spesifikasi teknis dan

Rencana Anggaran Biaya (RAB), serta memberikan informasi dari kelayakan rehabilitasi

Daerah Irigasi Kalaena Kanan (12.500 Ha) dari segi ekonomis.

3. SASARAN

Sasaran pekerjaan ini adalah :

Tersedianya gambar konstruksi untuk pelaksanaan fisik

Pedoman untuk pelaksanaan kontstruksi berupa Spesifikasi Teknis dan RAB

Hasil kelayakan rehabilitasi daerah irigasi Kalaena Kanan (12.500 Ha) dari segi ekonomis

4. LOKASI KEGIATAN

Lokasi Pekerjaan adalah dalam Daerah Irigasi Kalaena Kanan yang terletak di Kabupaten

Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan.

5. SUMBER PENDANAAN

Untuk Pelaksanaan Kegiatan ini diperlukan biaya kurang lebih Rp. 1.000.000.000 (Satu

Milyar Rupiah) termasuk PPN yang dibiayai APBN Rupiah Murni Tahun Anggaran 2013.

Page 3: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

3

6. ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen adalah PPK Perencanaan dan Program, Satker

BBWS Pompengan-Jeneberang.

7. DATA DATA FASILITAS PENUNJANG

Data dan fasilitas yang disediakan dapat digunakan serta dipelihara oleh Penyedia jasa

adalah Laporan dan data sebagai hasil study terdahulu, serta Peta Topografi dan gambar

purna laksana (bila ada) untuk digunakan sebagai Pedoman dalam Pelaksanaan Pekerjaan

ini.

8. STANDAR TEKNIS

Standar teknis yang digunakan sesuai dengan Kriteria Perencanaan Irigasi.

9. STUDI TERDAHULU

Laporan dari studi dan desain terdahulu dapat diperoleh pada Balai Besar Wilayah Sungai

Pompengan-Jeneberang dan atau instansi terkait lainnya.

10. REFERENSI HUKUM

a. Undang undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

b. Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2006 tentang Irigasi

c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 30/PRT /2007 tentang Pedoman

Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif

d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 31/PRT /2007 tentang pedoman Mengenai

Komisi Irigasi

e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 32/PRT /2007 tentang Pedoman Operasi

Pemeliharaan Irigasi

f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 33/PRT /2007 tentang Pedoman

Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A

g. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 390 /Kpts/M /2007 Tentang Penetapan

Status Daerah Irigasi Yang Pengelolaannya Menjadi Wewenang Dan Tanggung Jawab

Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

11.

12. LINGKUP KEGIATAN.

A. LINGKUP KEGIATAN

Pekerjaan Survai, Investigasi dan Desain rehabilitasi jaringan irigasi dibagi dalam empat

kegiatan pokok sebagai berikut :

Kegiatan (A) :

Pengumpulan data, pembuatan dan penyempurnaan peta dasar daerah irigasi dan peta

ikhtisar.

Kegiatan (B):

Survai / inventarisasi kerusakan jaringan irigasi dan usulan perbaikannya, pembuatan

skema jaringan irigasi termasuk skema bangunan (existing), pengukuran dan

penggambaran saluran pembawa, saluran pembuang dan bangunan yang ada maupun

site survai untuk yang direncanakan, serta pengumpulan data pendukung O&P,

hidrometri dan hidrologi.

Page 4: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

4

Kegiatan ( C ) :

Pembuatan Laporan System Planning termasuk daftar usulan pekerjaan Konstruksi

untuk Rehabiltasi yang melibatkan P3A.

Kegiatan ( D ) :

Pembuatan Disain rinci didahului draft disain, Rencana Anggaran Biaya (RAB),

dilengkapi data untuk analisa ekonomi, data harga satuan upah, bahan dan sewa alat

bantu dilokasi proyek serta menyiapkan dokumen lelang untuk konstruksi Rehabilitasi,

serta pembuatan Petunjuk O&P dan Buku Data DI.

Kegiatan ( E ) :

Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM)

B. METODOLOGI

B.1 Umum

Pekerjaan perencanaan Rehabilitasi diperlukan untuk mendapatkan dokumen dalam

rangka pelaksanaan rehabilitasi suatu jaringan yang memenuhi kebutuhan pemakai air

dari hasil kesepakatan dengan P3A / Gabungan P3A.

Perencanaan rehabilitasi menyiapkan dokumen perencanaan untuk sistim jaringan yang

sudah ada (jaringan lama tetapi ada kerusakan) menjadi sistim jaringan irigasi yang

lebih baik. Hal ini berbeda dengan perencanaan pembangunan jaringan irigasi baru ,

yaitu menyiapkan dokumen perencanaan untuk sistim jaringan yang tidak ada (belum

ada jaringan) menjadi ada (jaringan baru).

Rehabilitasi adalah suatu proses perbaikan sistem jaringan yang meliputi perbaikan fisik

atau non fisik (sistem O&P, management , institusi, dll) untuk mengembalikan tingkat

pelayanan sesuai dengan disain semula atau ke tingkat maksimum yang dapat dicapai

sesuai kondisi lapangan saat ini.

Jika data perencanaan lama tersedia dan masih cocok kondisi lapangan saat ini , maka

perencanaan rehabilitasi tidak perlu melakukan proses perencanaan ulang secara total

tetapi cukup melakukan perencanaan perbaikan. Perbaikan meliputi : melengkapi data,

perbaikan analisa dan penyempurnaan desain saluran bangunan.

B.2 Proses Perencanaan Rehabilitasi

Perencanaan rehabilitasi digambarkan sebagai berikut:

B.2.1. Pengenalan Kerusakan.

Hal yang sangat penting dalam rehabilitasi adalah bagaimana mengenali kerusakan

dengan pandangan mata, pengkajian atau dengan investigasi. Gejala perubahan

struktur bisa disebabkan proses perubahan secara wajar atau suatu proses kerusakan

yang akan terus berlanjut yang dapat meruntuhkan konstruksi.

Penurunan tanggul mungkin suatu pergerakan wajar karena proses settlement yang

telah diperhitungkan sejak semula atau gejala keruntuhan karena daya dukung tanah

yang kurang memadai.

Kerusakan beton bisa disebabkan karena retak rambut yang wajar pada perencanaan

beton dengan prinsip Perencanaan Tegangan Batas (Ultimate Strength Design) atau

mungkin keretakan karena perencanaan yang salah, misalnya karena kekurangan

tulangan (Under Reinforced), sehingga bisa berakhir luluhnya struktur.

Page 5: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

5

Memang tidak mudah untuk membedakan apakah ini gejala perubahan wajar atau

proses perubahan yang dapat berakhir pada kerusakan suatu struktur , sehingga untuk

dapat mengenali kerusakan dalam suatu jaringan irigasi diperlukan kejelian seorang ahli

yang sudah berpengalaman dalam perbaikan irigasi.

B.2.2. Mencari Penyebab Kerusakan.

Tahap awal suatu perencanaan rehabilitasi adalah mencari penyebab kerusakan

saluran dan bangunan. Penyebab kerusakan harus dicari akar permasalahan yang

sebenarnya sebagai sebab penyakit.

Pecahnya sayap hilir bendung mungkin disebabkan kualitas pasangan , fondasi jelek

atau gerusan lokal. Kalau kualitas pasangan baik dan fondasi cukup kuat maka tentu

gerusan local penyebabnya. Gerusan lokal terjadi karena kolam pemecah energi kurang

berfungsi ; yang terakhir ini mungkin disebabkan banjir rencana salah hitung atau

dimensi kolam olak kurang memadai . Kalau masalahnya banjir rencana tentu masalah

hidrologi sebagai akar masalah pecahnya sayap.

B.2.3. Tinjauan Ulang Perencanaan Terdahulu.

Tahap selanjutnya adalah melakukan peninjauan ulang (review) terhadap perencanaan

terdahulu yang meliputi : pengecekan data penunjang (topografi, geologi/mekanika

tanah , hidrologi, sedimen dll), pengecekan analisa data dan analisa perhitungan,

dan yang terakhir pengecekan gambar perencanaan.

Proses pengecekan data penunjang dimaksudkan untuk mencari :

Kesalahan Data.

Kekurangan data

Proses pengambilan data keliru.

Proses pengecekan analisa dan perhitungan akan memastikan apakah :

Analisa data sudah tepat dan betul; konsep pendekatan benar, rumus yang dipakai

tepat, proses analisa dari data dasar menjadi data siap pakai sudah memadai.

Perhitungan teknis sudah tepat dan betul; asumsi yang diambil wajar, pendekatnnya

tepat, rumus yang dipakai sesuai, dan perhitungan aritmatika-nya benar.

Proses pengecekan gambar perencanaan akan meyakinkan kita apakah :

Terdapat kecocokan angka antara perhitungan dan gambar.

Penempatan posisi dan elevasi sudah benar.

Proses interpolasi memadai.

Besaran standar wajar.

B.2.4. Elaborasi Teknik.

Proses ini adalah upaya mencari penyebab dan jalan keluar menurunnya fungsi suatu

jaringan irigasi, yang berupa upaya perbaikan data dan penyempurnaan analisa dan

perhitungan.

Perbaikan data dan analisa data bisa berupa :

Topografi : pengukuran ulang, pengukuran tambahan dll.

Hidrologi : tambahan seri data hidrologi, perhitungan ulang dengan rumus yang

benar, dan perbaikan pendekatan.

Page 6: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

6

Geologi/Mekanika Tanah : tambahan data geologi/Mekanika tanah, perubahan

pendekatan perhitungan ulang dengan rumus yang benar, interpretasi yang wajar,

dll.

Sedimen : tambahan data, perbaikan teknik sampling, perubahan asumsi yang

benar dll.

Penyempurnaan perhitungan teknik bisa berupa :

Konsep pendekatan yang lebih sesuai.

Anggapan-anggapan (asumsi) yang benar

Rumus pengganti yang lebih tepat

Perhitungan aritmatika yang betul

Besaran standar yang wajar

Angka keamanan yang memadai.

B.2.5. Teknik Penggambaran.

Setelah elaborasi teknik perbaikan dilakukan, dilanjutkan dengan penuangan rekayasa

teknik, ini dalam bentuk gambar teknik. Gambar teknik harus disiapkan sesuai standar

penggambaran KP-07 : Jelas, rapi, bersih dan mudah dibaca.

B.3. Tata Laksana Perencanaan Rehabilitasi.

Seperti dijelaskan diatas bahwa perencanaan rehabilitasi adalah penyempurnaan

terhadap perencanaan sebelumnya, maka untuk keperluan efisiensi ( ditinjau dari segi

waktu, biaya dan teknis ) tidak perlu melakukan pengulangan secara utuh proses

perencanaan lama.

Perencanaan rehabilitasi cukup dilakukan dengan menyempurnakan gambar lama,

yang memang dengan maksud untuk penyempurnaan fungsi jaringan perlu tambahan

perencanaan. Tentunya tetap bisa memenuhi kebutuhan untuk manajemen pengelola

jaringan, yaitu :

Sebagai dasar untuk perhitungan volume pekerjaan dengan pihak pelaksana

konstruksi.

Sebagai dasar untuk keperluan O&P.

Tata Laksana berikut akan menjelaskan tentang pengukuran dan penggambaran dalam

perencanaan rehabilitasi.

Dalam hal ini tata laksana perencanaan rehabilitasi akan dibedakan menjadi 3 (tiga)

yaitu perencanaan rehabilitasi yang:

Gambar lama tersedia lengkap.

Gambar lama tidak tersedia (hilang)

Gambar lama tersedia tetapi tidak lengkap (sebagian hilang).

B.3.1. Gambar Lama Tersedia.

Sebagai tahap awal perlu di cek kelengkapan gambar seluruh sistim; diurutkan gambar

potongan memanjang dan melintang baik saluran induk maupun saluran sekunder yang

ada, demikian juga gambar-gambar bangunan mulai bangunan utama sampai dengan

bangunan terakhir.

Kemudian dilakukan pencetakan ulang dalam kalkir ( re-kalkir *) dan kalkir lama

disimpan kembali.

Page 7: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

7

Catatan : *) Jika hasil re-kalkir gambar lama kualitasnya kurang baik (tidak jelas terbaca)

maka perlu di gambar ulang. Atau jika gambar lama yang tersedia berupa

cetakan (blue- print) maka perlu digambar ulang.

Diatas kalkir yang baru inilah perencanaan rehabilitasi dilakukan sehingga perencanaan

rehabilitasi bisa dijelaskan sebagai berikut :

1). Pengukuran situasi 1 : 5000 / 1 : 2000; sejauh gambar pengukuran situasi lama

tersedia tidak ada perubahan situasi di lapangan dan setelah dilakukan inspeksi

lapangan ternyata gambar situasi lama masih cocok; maka sebaiknya tidak

dilakukan pekerjaan pengukuran situasi. Sehingga pekerjaan pengukuran situasi

hanya dilakukan dalam hal :

Tambahan areal pelayanan.

Ada perubahan situasi (misalnya sawah berubah menjadi desa).

Terdapat kesalahan pengukuran.

Jadi pengukuran dilakukan hanya pada bagian yang diperlukan saja dan gambar

pengukuran yang baru sebagai tambahan (komplemen) gambar lama pada lembar

yang sama atau lembar baru.

2) Pengukuran trase saluran pada garis besarnya dengan menggunakan gambar

pengukuran trase yang lama, dilakukan pengukuran kembali pada daerah yang akan

direhabilitasi (misal : galian endapan, timbunan tanggul, proteksi longsoran atau

pasangan lining) dengan penyederhanaan sebagai berikut:

Situasi saluran dilakukan dengan pengukuran polygon.

Potongan memanjang dilakukan pada alignment yang sama dengan pengukuran

yang lama, dengan titik tembak pada setiap 2 potongan melintang yang

terdahulu;

Potongan melintang dilakukan pada setiap 2 potongan melintang yang terdahulu

dengan jarak kiri dan kanan terbatas hanya pada daerah yang akan diperbaiki.

Pemasangan BM baru harus dilakukan pengukuran polygon dan sipat datar. Tata

cara pengukuran, peralatan dan ketelitian pengukuran sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, titik ikat menggunakan BM lama yang terdekat.

3) Pengukuran situasi site bendung ; pengukuran ini tidak perlu dilakukan, kecuali

kalau dilakukan perubahan total bendung; pemindahan lokasi bendung baru pada

lokasi diluar pengukuran lama atau pada lokasi di dalam pengukuran lama tetapi

ada perubahan regime sungai.

Pengukuran kecil tambahan mungkin perlu dilakukan kalau ada perbaikan parsial

pada bendung, misalnya sayap hilir, endsill dan lain sebagainya.

4) Pengukuran situasi bangunan; pengukuran ini hanya dilakukan untuk bangunan

yang akan diperbaiki.

Bangunan yang masih baik dan tidak diperbaiki perlu diukur elevasinya.

5) Penggambaran : hasil pengukuran digambar pada kertas re-kalkir gambar

pengukuran lama. Demikian juga gambar perencanaan dilakukan pada kertas yang

sama, sehingga perlu dilakukan penggambaran ulang.

B.3.2. Gambar lama tidak tersedia (hilang)

Mengingat gambar lama tidak ditemukan, maka kita kehilangan bahan dasar untuk

perbaikan perencanaan rehabilitasi. Tidak ada jalan lain kecuali melakukan pengukuran

Page 8: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

8

dan penggambaran ulang secara komplit dan menyeluruh, dengan berpedoman pada

sistim jaringan yang telah ada.

Pelaksanaan pekerjaan seperti diuraikan pada bagian B.4.

B.3.3. Gambar lama sebagian hilang

Dalam keadaan ini tentunya dilakukan kombinasi seperti tersebut butir B.3.1 dengan

butir B.3.2. sebagian diukur dan digambar ulang secara penuh, sebagian diukur dan

digambar dengan penyempurnaan.

B.4. Rincian Pelaksanaan Kegiatan.

B.4.1. Uraian Kegiatan A

Tugas dalam Kegiatan A ialah:

B.4.1.1. Penelusuran Jaringan Irigasi.

a. Melaksanakan penelusuran jaringan irigasi.

b. Menjaring kebutuhan petani baik fisik maupun non fisik.

B.4.1.2. Membuat, menyempurnakan dan menyusun peta-peta berikut :

a. Peta Dasar (skala 1:2000 atau 1:5000). Apabila tidak terdapat peta dasar, maka

harus membuat peta dasar baru (skala 1:5000) yang menunjukan situasi lapangan

yang ada.

b. Peta Ikhtisar jaringan irigasi (skala 1:10000 atau 1:20000) yang dapat dibuat dari

peta dasar butir (a) di atas.

B.4.1.2.a. Pembuatan atau penyempurnaan Peta Dasar (jika peta lama tidak ada

atau ada tetapi tidak lengkap).

Peta dasar (skala 1:2000 atau 1:5000) akan memperlihatkan tata letak jaringan irigasi,

jaringan drainase, jaringan jalan dan tata guna tanah (sawah, tegalan, pemukiman dan

lain-lain), batas-batas petak tersier yang tepat dan batas-batas lain.

Pengukuran luas petak tersier akan didasarkan atas peta ini.

Peta Dasar itu harus memuat secara khusus :

1. Jaringan utama yang terdiri dari bendung/bangunan utama dan bangunan lain,

saluran-saluran induk dan sekunder dan saluran suplesi dan sungai-sungai. Saluran

tersier harus digambar sampai dengan titik dimana saluran memasuki petak tersier,

dan berakhir dengan ujung panah. Nama tiap saluran induk dan sekunder dan titik-

titik kilometer sepanjang saluran.

2. Pembuang induk, sekunder dan tersier dengan nama, jikalau ada nama. Sungai-

sungai alam yang belum terinventarisasi harus dicantumkan dengan garis ganda

atau garis utuh (tidak terputus-putus). Pembuangan yang sudah terinventarisasi

harus dicantumkan sebagai garis tebal putus-putus dengan titik-titik kilometer yang

ditandai sepanjang saluran pembuang.

3. Bangunan-bangunan penting, yakni : bendungan, bendung/bangunan utama,

bangunan pengatur, bagi sadap, sadap, sifon, talang dan jembatan pada saluran

induk dan sekunder dan saluran suplesi, harus dicantumkan dengan simbol sesuai

Standar Perencanaan (KP).

4. Batas-batas petak tersier dan batas DI harus dibuat secara tegas, dengan simbol

sesuai Standar Perencanaan (KP.07).

Page 9: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

9

5. Informasi untuk tiap petak tersier yang ditulis dalam kotak petak tersier yang berisi:

i. Nama Petak Tersier

ii. Areal potensial dalam hektar (dibulatkan sampai satu desimal)

iii. Debit rencana untuk saluran tersier (dikosongkan, karena akan diisi oleh

perencana dalam tahap System Planning).

Areal potensial yang dicantumkan harus diukur dengan alat planimeter dari peta

dasar, skala 1:2,000 atau 1:5,000.

6. Batas-batas Propinsi, Kabupaten dan Ranting Dinas (UPTD) serta desa dengan

namanya

7. Tata guna tanah, termasuk daerah yang dapat diairi, tegal, dataran tinggi, kebun,

hutan dan sebagainya ditandai dengan jelas.

8. Jalan (Propinsi, Kabupaten, Desa), dan jalan inspeksi.

9. Titik-titik triangulasi dan lokasi BM dan garis rangka (grid).

10. Lokasi stasion curah hujan, pencatat permukaan air otomatis (AWLR) dan stasion

hidrometeorologi lainnya.

11. Waduk, sungai dan sumber air lain disertai nama, makam, monumen/bangunan lain

ditengah areal persawahan dicantumkan dalam bentuk simbol.

12. Skala garis numeris dan petunjuk arah utara.

13. Keterangan notasi gambar sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi (KP-07).

14. Pada setiap lembar peta dasar skala 1 : 2000 atau 1 : 5000 dilengkapi dengan

gambar referensi tiap lembar untuk memudahkan membaca peta tersebut.

B.4.1.2.b. Pembuatan Peta Ikhtisar

Peta Ikhtisar dibuat dalam satu lembar ukuran A1, skala 1 : 10000 atau 1 : 20000 yang

disusun dengan pengecilan tofografis dari peta dasar.

B.4.1.3. Urutan Pelaksanaan Pekerjaan

Urutan pekerjaan ialah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan peta-peta, foto udara dan data lain yang dapat diperoleh dari kantor-

kantor / instansi terkait.

2. Mengkaji laporan-laporan dari Survey sebelumnya.

3. Menyusun peta dasar pendahuluan (1 : 2000 atau 1 : 5000) dari peta dan data yang

ada.

4. Mengadakan peninjauan lapangan dengan peta pendahuluan.

5. Memasang Benchmark (BM).

6. Melakukan Survai dan pengukuran sipat-datar tambahan yang dibutuhkan untuk

updating peta dasar.

7. Mencantumkan data hasil Survai dan hasil peninjauan lapangan kepada peta dasar

pendahuluan.

8. Melakukan Survai dan pengukuran sipat-datar lengkap untuk membuat Peta Dasar

baru bila peta dasar lama tidak tersedia.

9. Membuat Peta Ikhtisar (skala 1 : 10000 atau 1 : 20000).

B.4.1.4. Rincian Pekerjaan Kegiatan A

Pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam Kegiatan A dirinci di bawah ini :

1. Mengenali data hasil Profil Sosio Teknik dan Kelembagaan P3A/Gabungan P3A

serta mengakomodasi kebutuhan petani pemakai air meliputi kebutuhan perbaikan

fisik.

2. Pengukuran untuk Updating Peta Dasar

a. Pengumpulan Data.

Page 10: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

10

Peta situasi / peta dasar 1 : 2000 atau 1 : 5000

Peta DI 1 : 5.000 atau 1 : 2000

Peta situasi trace 1 : 2000 dan gambar potongan memanjang dan melintang

saluran irigasi dan pembuang.

Peta situasi bendung 1 : 200

Peta Topografi 1 :25.000 atau 1 : 50.000

Patok tersier

Foto udara (bila ada) produk terbaru skala 1 : 10.000 atau skala terbesar

yang ada.

Peta-peta lain (jika ada) yang dianggap perlu

b. Mengkaji laporan-laporan terdahulu, antara lain :

Titik Referensi dan sistim proyeksi yang digunakan.

Ketelitian yang dicapai

Peralatan yang dipakai

Daftar titik kontrol BM (x,y,z) dan deskripsi BM

Batas- batas pengukuran

Informasi tambahan lainnya yang dianggap perlu.

3. Peninjauan lapangan dengan berpedoman pada data-data seperti point 1 bersama-

sama Tim Direksi, untuk :

Mengecek keberadaan BM.

Mencocokkan tata letak jaringan irigasi dan bangunan serta jaringan

pembuang.

Mencocokan tata letak jaringan jalan (Jalan Propinsi, Kabupaten, Desa, dll.)

Mencocokkan tata guna lahan (sawah, tegalan, kebun, pemukiman dll) jika

ada perubahan agar dicatat dan dibuat sketsa.

Mencocokkan batas-batas petak tersier.

Mencocokkan areal yang sekarang diairi.

Menentukan rencana pengukuran untuk updating peta dasar seperti:

i. Pemasangan BM baru untuk mengganti BM yang rusak / hilang untuk

menambah kerapatannya. Dalam hal ini perlu pengukuran polygon dan

waterpass untuk menentukan koordinatnya (x,y,z).

ii. Perubahan-perubahan yang telah terjadi misalnya batas petak tersier,

jalan, saluran tersier, perluasan kampung atau desa.

4. Pelaksanaan Pengukuran.

Pemasangan BM.

Sesuai butir B.4.1.4 2.(b) BM dipasang ditempat yang stabil , aman dari

gangguan dan mudah dicari. Setiap BM harus difoto, dibuat diskripsinya

diberi nomor dan kode BM yang sudah ada atau sesuai petunjuk Direksi.

Pengukuran Polygon dan Sipat Datar.

Untuk menentukan koordinat (x,y,z) dari BM yang baru harus dilakukan

pengukuran polygon dan sipat datar. Tata cara pengukuran, peralatan dan

ketelitian pengukuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku, titik ikatnya

menggunakan BM lama yang terdekat.

Pengukuran Situasi Detail

Page 11: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

11

Pengukuran situasi detail diperlukan untuk tambahan data tentang

perubahan-perubahan detail topografis (batas alam, petak tersier, jalan,

kampung, saluran tersier, saluran pembuang dan lain-lain). Pengukuran

situasi detail harus diikatkan pada BM/CP yang ada.

Pengukuran ketinggian sawah dengan uji petik minimal 3 (tiga) titik per petak

tersier. Metode pengukuran menggunakan Tachymetri

Data-data hasil pengukuran harus ditambahkan pada peta dasar

pendahuluan.

5. Pengukuran dan Pemetaan Situasi (1 : 5.000) baru. Pengukuran lengkap harus

dilakukan, jika tidak tersedia / tidak memenuhi syarat peta dasar skala 1:5.000 atau

1:2.000. Rincian pekerjaan yang harus dilakukan Konsultan adalah sebagai berikut:

1. Persiapan.

Persiapan administrasi / laporan, peralatan dan personil.

Pengumpulan data pendukung dari instansi terkait, antara lain :

o Peta topografi 1 : 25.000 atau 1 : 50.000

o Foto produk baru (jika ada) skala 1 : 10.000 atau skala lebih besar.

o Titik referensi yang akan digunakan.

o Sistem Proyeksi (UTM).

o Batas areal pengukuran.

o Data-data yang diperlukan.

Survai lapangan pendahuluan dilakukan bersamasama antara Tim Konsultan

dan Tim Direksi, untukmemperoleh informasi antara lain :

o Batas areal irigasi untuk pemetaan termasuk kemungkinan tambahan

perluasan areal.

o Nama, panjang dan lokasi jaringan irigasi bangunan serta jaringan

pembuang yang harus diukur.

o Data-data yang diperlukan.

2. Pemasangan Patok dan BM.

Pelaksanaan pemasangan patok dan BM sbb:

Patok terbuat dari kayu ukuran 5/7 atau bamboo bulat, panjang ± 50 cm, ditanam

40 cm dan bagian atasnya ± 10 cm diberi cat merah dan paku payung.

Patok dipasang sepanjang / melingkupi batas areal irigasi yang berfungsi sebagai

kerangka pengukuran. Apabila kerangka ini terlalu besar agar dibuat menjadi

beberapa loop sesuai petunjuk Direksi.

Patok dipasang setiap jarak ± 100 m untuk pengukuran sungai dan ± 50 m untuk

pengukuran saluran.

BM harus dipasang sebelum dilaksanakan pengukuran. BM dipasang di tempat

yang stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap BM harus difoto,

dibuat diskripsinya, diberi nomor dan kode sesuai petunjuk Direksi.

Pada BM dimana dilakukan pengamatan matahari harus dipasang azimuth mark

sebagai acuan azimuth.

Pemasangan BM harus direncanakan kerapatannya dan mendapat persetujuan

Direksi, sehingga memenuhi persyaratan :

o Pengukuran situasi setiap 500 ha

o Pada kerangka setiap 2,5 km dan pada tiap titik simpul.

o Bentuk dan konstruksi BM sesuai ketentuan yang berlaku (KP).

3. Pengukuran Kerangka Horisontal.

Pelaksanaan pengukuran kerangka horisontal adalah sebagai berikut:

Metode pengukuran adalah Polygon.

Page 12: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

12

Alat ukur adalah Theodolite T-2 atau alat lain yang sejenis.

Alat ukur jarak yang digunakan adalah EDM atau roll meter baja.

Jalur pengukuran polygon mengikuti jalur kerangka pengukuran.

Sudut horisontal diukur 1 (satu ) seri lengkap (B,LB).

Perbedaan sudut horisontal hasil bacaan biasa dan luar biasa ≤ 5”.

Untuk orientasi arah kontrol ukuran sudut harus dilakukan pengamatan matahari

sesuai petunjuk Direksi.

Jarak antara patok diukur 2 (dua) kali atau bolak balik, perbedaannya harus ≤

L/7500 ( L = jarak rata-rata).

Panjang seksi pengukuran polygon maksimum 2,5 km, dan setiap ujungnya

ditandai dengan BM.

4. Pengukuran Kerangka Vertikal.

Pelaksanaan pengukuran kerangka vertikal adalah sbb.:

Menggunakan metode pengukuran sipat datar / waterpass.

Alat yang digunakan harus alat waterpass otomatis dan rambu ukur yang

dilengkapi dengan nivo.

Ketinggian / elevasi setiap titik polygon dan BM ditentukan dengan pengukuran

waterpass.

Sebelum dan sesudah pengukuran (setiap hari) harus dilakukan checking garis

bidik.

Metode pengukuran waterpass adalah double stand atau pergi-pulang.

5. Pengukuran Situasi Detail.

Menggunakan metode pengukuran Tachymetri.

Alat ukur yang digunakan adalah Theodolite T-0.

Posisi titik detail ditentukan oleh arah dan jarak atau sudut dan jarak.

Kerapatan elevasi pada sawah maksimum tiap ± 100 m.

Batas-batas petak tersier di lapangan harus diukur.

Semua kenampakan yang ada baik alami maupun buatan manusia harus diukur (

jaringan saluran irigasi, pembuang, jalan kampung dan lain-lain).

Pengukuran harus diikatkan pada titik polygon.

6. Ketelitian Pengukuran.

Pengukuran Polygon.

i. Salah penutup polygon 10” √ N, N = jumlah titik poligon.

ii. Salah linier poligon 1 : 7.500.

Pengukuran waterpass / sipat datar.

i. Perbedaan beda tinggi antara stand I dan stand II ≤ 2 mm.

ii. Salah penutup beda tinggi 10√D mm, D = total jarak dalam Km.

7. Uji Petik

Uji petik pengukuran polygon dan waterpass harus dilakukan dan jalurnya dipilih

memotong jalur pengukuran Konsultan.

Uji petik ketinggian sawah minimal 3 (tiga) titik per petak tersier dengan metode

tachymetri.

B.4.1.5. Penggambaran

1. Peta dasar pendahuluan skala 1 : 2.000 atau 1 : 5.000 harus memperlihatkan

keadaan pada saat dilakukan pengukuran.

2. Peta harus digambar di atas kertas kalkir 80/85 mg ukuran A1 (594 x 841 mm)

dengan tata laksana penggambaran sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi.

Page 13: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

13

3. Untuk arsiran agar menggunakan kertas litratone (siloete).

4. Untuk tulisan huruf dan angka harus menggunakan sablon. Ukuran tulisan, angka

dan ketebalan garis harus sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi (KP-07).

5. Dari peta dasar skala 1 : 5.000 atau 1:2.000 tersebut diperkecil menjadi Peta Ikhtisar

skala 1 : 10.000 atau 1 : 20.000 dengan ukuran kertas A1 (594 x 841 mm). Apabila

tidak tercakup dalam satu lembar kertas A1, arah panjang boleh ditambah sesuai

dengan kebutuhan tetapi arah lebar tetap.

B.4.1.6. Persetujuan Peta dan Dokumen.

1. Peta dasar harus mencerminkan kondisi lapangan yang ada dan sebelum

diserahkan harus dibahas terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan Direksi/

Pemberi Pekerjaan/Pemilik pekerjaan.

2. Buku Pengukuran dan Buku Diskripsi BM harus diperiksa oleh Staf Pengawas

(Supervisor Pengukuran).

B.4.1.7. Produk Kegiatan A.

1. Peta dasar skala 1 : 5.000 atau 1 : 2.000

2. Peta Ikhtisar skala 1 : 10.000 atau 1 : 20.000.

B.4.2. Uraian Kegiatan B.

Tugas dalam Kegiatan B adalah :

1. Melaksanakan survai inventarisasi jaringan irigasi.

2. Pengumpulan data pendukung O&P data hidrologi dan hidrometri serta data untuk

analisa ekonomi.

3. Pengumpulan data harga satuan upah, bahan dan sewa alat bantu di lokasi proyek

4. Pembuatan Skema Jaringan Irigasi (existing).

5. Pembuatan Pra-layout.

6. Pengukuran dan penggambaran saluran dan bangunan.

Kegiatan ini dilakukan untuk menyiapkan data-data untuk tahap System Planning dan

gambar-gambar saluran dan bangunan yang ada untuk tahap Disain Pekerjaan

Rehabilitasi.

Pekerjaan yang harus dilaksanakan dirinci sebagai berikut ini :

B.4.2.1. Survai / Inventarisasi Jaringan Irigasi.

Pekerjaan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tim Desain Konsultan, Tim Direksi dan P3A /Gabungan P3A bersama-sama

melakukan penelusuran setiap ruas saluran , suplesi dan saluran pembuang dan

setiap bangunan disepanjang saluran dan menginventarisasi kondisi saluran dan

bangunannya. Sketsa detail semua bangunan yang dilengkapi dengan dimensi,

ukuran pintu, elevasi mercu dsb., rincian perbaikan yang dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan OP, harus dituliskan dalam sketsa tersebut. Data ini harus

dimasukkan kedalam balnko yang disediakan. Foto diambil pada semua bangunan

penting untuk menggambarkan pekerjaan yang dibutuhkan.

2. Gambar-gambar yang tersedia tentang bangunan harus dibawa ke lapangan selama

inspeksi, dan dimensi penting diukur kembali dan dicatat di atas gambar . Kalau

gambar bangunan tidak tersedia, harus dibuat sketsa yang bersih di lapangan

dengan dimensi terinci untuk selanjutnya dibuat gambar-gambar berdimensi.

Sketsa-sketsa ini harus dijilid rapi dan diserahkan pada akhir pekerjaan.

Page 14: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

14

3. Menyusun inventarisasi saluran irigasi dan drainase, bangunan pada saluran,

bangunan pengukur debit, jalan inspeksi dan rumah instansi dalam blanko yang

disediakan.

4. Peta skema yang tersedia harus dipelajari sebelum melakukan survai lapangan.

Petak tersier yang ada dengan luas melebihi 150 ha atau yang mempunyai masalah

ketidakterjangkauan air harus dicatat untuk mencari alternatif lain agar luas dibatasi

sampai tidak menimbulkan masalah air. Alternatif yang mungkin adalah

meningkatkan saluran tersier menjadi saluran sekunder atau saluran muka, atau

pemindah sebagian areal ke bangunan sadap lain.

Sebaliknya jika saluran kecil yang melayani kurang dari 100 ha harus dicatat untuk

direklasifikasikan sebagai saluran tersier/ saluran muka kalau sekarang dianggap

sebagai saluran sekunder. Setelah dibahas dengan P3A/Gabungan P3A,

perubahan-perubahan tersebut harus dimasukkan ke dalam skema irigasi baru.

5. Melakukan survai dan membuat daftar yang memuat lokasi , ukuran dan type serta

prakiraan luas layanan dari bangunan sadap liar, dan memplotnya pada konsep peta

dasar skala 1 : 5.000 atau 1 : 2.000 sesuai dengan pembahasan bersama P3A dan

gabungan P3A.

6. Terhadap bangunan sadap liar perlu dilakukan tindakan sebagai berikut :

Diadakan survai lebih detail mengenai bangunan liar ini, identifikasi sebab-

sebabnya sadap liar dibuat oleh petani.

Kemudian didiskusikan dengan P3A dan gabungan P3A, untuk menetapkan

usulan apakah bangunan sadap liar tersebut ditutup sama sekali ataukah

dilegalisir dengan dibuatkan bangunan sadap tersier baru. Usulan tersebut

kemudian akan ditegaskan dan diputuskan dalam rapat System Planning.

Dalam hal bangunan sadap liar dilegalisir, Konsultan diharuskan melakukan

pengukuran untuk rencana bangunan sadap baru.

Tempat sadap yang telah disahkan harus diberi nama dan dimasukkan bersama-

sama dengan sadap lainnya dalam gambar dengan catatan “bangunan baru”.

Kalau belum diambil keputusan, sadap liar harus digambar dengan garis putus-

putus diatas gambar peta dasar, skema dan potongan memanjang saluran.

B.4.2.2. Pengumpulan Data Pendukung O&P, serta Data Hidrologi dan Hidrometri.

Meninjau dan mengamati sistem operasi yang selama ini dijalankan dan mengumpulkan

data yang dibutuhkan untuk menyusun Laporan system Planning serta Pedoman

Operasi dan Pemeliharaan sebagai berikut ini:

B.4.2.2.1 Data Hidrologi dan Hidrometri.

Data klimatologi dari stasiun klimatologi terdekat atau yang mewakili untuk 20 tahun

terakhir.

1. Data debit sungai setengah bulanan, selama minimum 10 tahun atau debit sepuluh

harian selama sepuluh tahun terakhir dari data catatan debit pada bendung /

bangunan utama atau stasiun pengukur debit lain yang tersedia.

2. Data catatan banjir pada bendung/bangunan utama atau stasiun pengukur debit jika

tersedia untuk 10 tahun terakhir.

3. Data Curah hujan setengah bulanan selama minimum 10 tahun atau sepuluh harian

selama sepuluh tahun terakhir pada stasiun curah hujan yang ada di wilayah Daerah

Pengaliran Sungai (DPS) serta daerah persawahan. Hujan bulanan dan hujan harian

maksimum 10 tahun. Hujan 3 harian berurutan 10 tahun.

Page 15: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

15

B.4.2.2.2. Data Pendukung O&P.

1. Data status P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) dan gabungan P3A serta

aktifitasnya dalam pengelolaan jaringan irigasi.

2. Detail prosedur Operasi dan Pemeliharaan jaringan yang berjalan sekarang dan

kekurangan-kekurangannya.

3. Data kebutuhan air yang selama ini dipakai untuk perencanaan Operasi dan

Pembangian air di Daerah Irigasi yang bersangkutan.

4. Catatan tanaman (areal yang ditanamai) menurut musim, jenis tanaman (palawija,

tebu, dll) intensitas tanam dan hasil untuk lima tahun terakhir, (sumber data harus

dicatat).

5. Data personil dan segala fasilitasnya yang tersedia pada saat pelaksanaan

pekerjaan.

6. Data lain tentang status sekarang, kendala-kendala dan masalah-masalah dalam

Operasi dan Pemeliharaan, sebagaimana dibutuhkan untuk System Planning

B.4.2.3. Pengumpulan Data Untuk Analisa Ekonomi

Analisa ekonomi yang akan dilakukan menyangkut indicator-indikator antara lain :

Benefit/Cost Ratio, Net Benefit (Present Value) dan Economic Internal Rate of Return

(EIRR), berdasarkan beberapa alternatif umur ekonomis jaringan irigasi dan Interest

Rate (bunga) yang berlaku.

Untuk keperluan tersebut, Konsultan harus mengumpulkan data mengenai jenis

tanaman, hasil panen dan harga jual, kebutuhan tenaga dan peralatan yang berlaku di

lokasi pekerjaan sekurang-kurangnya 10 tahun.

B.4.2.3. Pembuatan Skema Jaringan Irigasi (existing).

Dibutuhkan 2 (dua) skema :

1. Skema Irigasi (saluran pembawa dan pembuang)

2. Skema bangunan.

B.4.2.4.(a) Skema Irigasi

Gambar skema dibuat tanpa skala dan digambar pada satu lembar kertas kalkir ukuran

A1. Saluran Induk / Sekunder digambar dengan garis lurus dengan berbagai ketebalan

sesuai Standar Perencanaan Teknis.

Skema Irigasi harus mencakup :

a. Nama saluran induk / sekunder yang ada.

b. Bendung / bangunan utama dan semua bangunan bagi, bagi /sadap, dan sadap

yang ada, masing-masing diberi label yang benar sesuai nomenklatur sesuai

Standar Perencanaan Irigasi.

c. Pada kotak petak tersier ditulis :

Nama petak tersier

Debit rencana (l/dt) (dikosongkan untuk diisi tiap tahap System Planning),

Luas rencana (areal potensial) (ha),

Luas sawah irigasi sekarang /fungsional (ha).

d. Cantumkan untuk tiap ruas saluran antara bangunan bagi/sadap :

Jumlah areal potensial (A) di hilir.

Debit rencana (Q) untuk ruas tersebut.

(dikosongkan untuk diisi pada tiap tahap System Planning)

Panjang (L) tiap ruas saluran.

Dimensi saluran (b=lebar dasar, d = kedalaman air)

Page 16: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

16

(dikosongkan untuk diisi pada tiap tahap System Planning)

e. Batas-batas daerah pengelolaan jaringan irigasi harus diberi batas pemisah dalam

skema irigasi.

f. Suatu tabel ikhtisar Inventarisasi Jaringan Irigasi harus disediakan dalam gambar

Skema Irigasi dengan memberikan nama dan panjang:

Saluran Induk dan sekunder

Saluran suplesi.

Saluran pembuang.

Daftar type dan jumlah bangunan di sepanjang saluran.

Areal potensial dan sawah irigasi yang sudah diairi sekarang untuk tiap saluran.

g. Untuk system golongan ( > 1 golongan ) harus dibuat skema golongan.

B.4.2.4. (b) Skema Bangunan.

a. Skema Bangunan harus menunjukkan semua bangunan yang ada dengan

Nomenklatur (nama bangunan) dan posisi lokasi bangunan yang benar.

b. Pada setiap bangunan yang ada di saluran induk dan sekunder dan di ujung saluran

agar dicantumkan km-nya (station) dari titik nol. Titik nol pada saluran dihitung dari

pintu pengambilan intake bendung dan pintu sadap masing-masing untuk saluran

sekunder.

B.4.2.5. Pembuatan Peta Pra-Layout.

Dari hasil inspeksi lapangan dan kesepakatan dengan P3A dan Gabungan P3A serta

pembuatan Skema Jaringan irigasi, batas-batas petak tersier yang diusulkan diplot pada

peta dasar untuk menghasilkan peta pra-layout, sebagai dasar untuk System Planning.

B.4.2.6. Pengukuran Lokasi dan Site Bangunan Utama

(jika data lama tidak tersedia).

1. Konsultan harus melakukan pengukuran lengkap pada Bangunan Utama yang ada,

sungai disekitarnya dan penampang melintang sekitar saluran dengan

menggunakan alat Theodolit dan Waterpass.

2. Pekerjaan pengukuran sungai untuk bangunan utama (bendung, pengambilan

bebas) yang kondisinya masih baik, cukup dilakukan dengan “site survey “

sepanjang 100 meter ke hulu dan 100 meter ke hilir, demikian pula untuk mata air /

sumber.

3. Pengukuran sungai untuk Bangunan Utama yang mempunyai masalah berupa

overtopping, piping, gerusan dan degradasi pada hilirnya, perlu dilakukan

pengukuran sungai sepanjang 600 meter dengan pengaturan sesuai kebutuhan.

4. Pengukuran sungai untuk Bangunan Utama baru, dilakukan pengukuran sebagai

berikut:

a. Situasi Sungai

Lebar sungai B < 20 m; skala 1 : 500 sepanjang 1 km dengan 500 m ke hulu

dan 500 m ke hilir dari as Bangunan Utama.

Lebar sungai 20 < B < 40 m; skala 1:1.000 sepanjang 1,50 Km dengan 750

m ke hulu dan 750 km ke hilir dari as bangunan Utama.

Lebar sungai >40 m ; skala 1 : 2.000 sepanjang 2,00 km dengan 1,00 km ke

hulu dan 1,00 km ke hilir dari as bangunan utama.

b. Site bangunan utama

Lebar sungai 20 < B < 40; skala 1:200

Lebar sungai B>40 m; skala 1 : 500

Page 17: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

17

Patok dipasang tiap jarak profil 25 m, dan tiap jarak profil 5 m untuk sekitar

bendung sepanjang 25 m ke hulu dan 25 m ke hilir.

5. Elevasi mercu bendung, ketinggian ambang pintu penguras dan pengambilan,

elevasi dekzerk dan elevasi penting lainnya harus disipat datar dengan tepat.

6. Hasil pengukuran, cara penghitungan dan penggambaran harus sesuai dengan

Standar Perencanaan Irigasi.

B.4.2.7. Pengukuran Saluran dan Bangunan (jika data lama tidak tersedia atau

tersedia tetapi tidak lengkap)

Pekerjaan ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Pemasangan BM dan CP.

a. Pemasangan Bench Mark (BM)

Menambah BM baru jika jarak BM yang ada lebih besar dari 2.000 m pada satu

jalur saluran.

b. Pemasangan CP.

Pada bangunan lama yang penting pada setiap dekzerk agar dipasang baut

kuningan dan diukur posisi (x,y,z), dipasang marmer dan diberi notasi / no.CP.

Pada Rencana bangunan baru agar supaya dipasang patok CP ( Control Point)

sesuai gambar standar dari Direksi Pekerjaan.

2. Koordinat dan elevasi BM baru/lama diukur kembali.

3. Pemasangan patok BM baru harus sesuai dengan spesifikasi Standar Perencanaan

Irigasi, tanda-tanda nomenklatur harus dipasang dengan persetujuan Direksi

Pekerjaan.

Konsultan bertanggungjawab atas pemasangan BM baru.

4. Membuat Diskripsi BM baru yang menunjukkan posisi letak (X,Y) dan ketinggian (Z)

serta sketsa peta lokasinya.

Deskripsi BM harus dilengkapi dengan lokasi, elevasi, referensi sipat datar BM

bersangkutan. Posisi BM diplot pada peta skala 1 : 5.000 dan dilampirkan pada

halaman muka Deskripsi BM.

Dibuat daftar koordinat + elevasi BM baru/lama dan CP baru/lama.

Setiap perbedaan elevasi antara BM baru dan BM lama harus dijelaskan dalam bab

tentang survai dalam laporan akhir, BM yang tidak berlaku dikeluarkan dari deskripsi

BM., letak patok harus diplot dalam skema pengukuran untuk mengetahui jarak

secara planimetris.

5. Elevasi ambang bangunan bagi dan sadap, ketinggian mercu bangunan pengukur

debit dan elevasi bangunan saluran sebelah udik dan sebelah hilir (bangunan,

pengatur, terjun, siphon dll.) harus disipat datar dengan tepat. Untuk tujuan

pengukuran sipat datar ini lokasi harus bersih dari endapan lumpur. Semua elevasi

ini akan dimasukkan di tampang memanjang saluran.

6. Semua elevasi sawah tertinggi pada setiap petak tersier harus diukur untuk

penentuan elevasi muka air (jika diperlukan) di saluran tersier, sekunder dan induk.

7. Semua tanda muka air pada saluran (warna coklat) yang membekas agar dicatat,

juga bekas muka air pada bangunan, harus diidentifikasi guna memberikan

informasi dalam menentukan muka air yang tepat untuk pekerjaan Desain Hidrolik.

8. Mengukur dan menyipat datar tampang memanjang dan melintang dari :

Saluran Induk dan Sekunder

Saluran Suplesi.

Saluran pembuang.

Page 18: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

18

Tiap Pembuang lainnya, saluran pembuang alami atau sungai yang dianggap

perlu diperbaiki dalam Program Rehabilitasi / Upgrading.

Saluran tersier yang akan ditingkatkan menjadi saluran sekunder (berdasarkan

hasil kesepakatan baik sebelum atau sesudah diskusi system planning)

9. Tampang Memanjang.

a. Tampang memanjang saluran pembawa diukur dengan jarak patok @ 50 m,

diukur mulai pintu pangkal saluran primer / sekunder.

b. Setiap 500 m sepanjang saluran pembawa dipasang patok dari kayu, ukuran

5x7x120 cm atau kayu bundar dengan Ø 7 cm, yang nantinya diganti dengan

patok beton selama pelaksanaan konstruksi pekerjaan rehabilitasi / upgrading.

Catatan : Pemasangan patok beton ini bukan tugas Tim Desain Konsultan,

kecuali Patok BM dan CP dipasang Konsultan.

c. Penyipatan datar harus diakhiri pada bangunan terakhir di saluran dan untuk

drainase di titik tempat masuknya drainase itu ke dalam drainase induk atau

sungai.

d. Pengukuran tampang memanjang harus diikat dengan BM yang ada di

sepanjang saluran.

e. Patok dipasang tiap 50 m pada bagian yang lurus dan 25 m pada belokan, atau

menurut kebutuhan.

f. Bangunan-bangunan sepanjang saluran diukur terhadap patok-patok yang

mengapitnya.

g. Pengukuran harus dilakukan pergi-pulang dan double stand.

10. Tampang Melintang.

a. Diukur setiap jarak profil 100 m untuk saluran pembawa dan 200 m untuk ruas

saluran pembuang yang lurus. Jika terdapat patahan atau ke rusakan lain pada

saluran yang perlu ditambah profil khusus untuk ketepatan kerusakan dan

perhitungan volume pekerjaan.

b. Drainase gendong sepanjang saluran harus diperlakukan sebagai bagian dari

tampang melintang saluran dan disipat datar serta diplot bersama-sama dengan

tampang saluran, dalam gambar yang sama.

c. Lebar profil melintang yang diukur adalah 10 m ke kiri dan 10 m ke kanan dari

tepi saluran dan dari kaki tanggul luar (jika ada tanggul) baik pada saluran

pembawa maupun pembuang. Untuk butir (b) di atas lebar profil melintang

disesuaikan seperlunya.

d. Setiap perubahan trace, tampang saluran harus diukur.

11. Persyaratan-persyaratan lain :

Alat yang digunakan penyipat datar otomatik Ni-2, NAK-1, NAK-2 atau yang

setara. Jika kondisi tidak memungkinkan dapat digunakan T-0.

Jarak diukur dengan optis dan pita ukur baja.

B.4.2.8. Pengukuran Site Bangunan.

Pengukuran setempat (site survey) untuk pemetaan pada bagian bangunan yang

diperlukan dengan syarat sebagai berikut:

a. Alat yang digunakan Plan-Table atau Theodolite T-0 atau yang setara dan penyipat

datar seperti tersebut pada butir B.4.2.7. (11.a).

b. Setiap bentuk / perubahan bangunan harus diukur sampai titik detail terkecil, karena

akan digambarkan pada skala 1 : 100.

1. Pengukuran ketinggian (elevasi) pada bangunan adalah sebagai berikut:

a. Dasar saluran di hulu dan di hilir bangunan.

b. Lantai hulu dan lantai hilir bangunan

Page 19: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

19

c. Elevasi ambang

d. Puncak tanggul

e. Puncak dan gelagar bawah jembatan

f. Dasar mulut gorong-gorong

g. Dasar pintu

h. Posisi meja Romijn terendah dan tertinggi (jika ada).

2. Pengukuran tambahan harus dilakukan pada bangunan-bangunan yang perlu

diperbaiki , dengan detail secukupnya untuk memperlihatkan pekerjaan

perbaikan tersebut pada gambar.

3. Ketinggian sawah tertinggi yang harus diairi juga harus diukur termasuk sawah

yang diairi melalui sadap liar, dalam hal ini harus disajikan “ daftar peil sawah

tertinggi ”.

4. Pengukuran lapangan (site survey) secara lengkap harus dilakukan pada lokasi

baru yang diusulkan.

5. Pengukuran penampang melintang saluran pembuang harus dengan lebar yang

cukup guna memperkirakan debit yang lewat bangunan pembuang silang.

6. Ketentuan-ketentuan untuk pengukuran sebagai berikut :

a. Potongan melintang harus tegak lurus as / trase saluran.

b. Pengukuran jarak saluran pada belokan yang tajam harus dilakukan lewat

as saluran, bukan jarak optis/bidik.

c. Tiap lokasi bangunan harus dipasang CP, walaupun letak/lokasi bangunan

ditetapkan dikemudian hari setelah pengukuran saluran selesai.

B.4.2.9. Pembuatan Gambar.

1. Tampang Memanjang dan Melintang Saluran.

a. Gambar di atas kertas kalkir ukuran A1 (594 x 841 mm).

b. Tampang memanjang dan situasi digambar dalam satu lembar kertas kalkir

dengan ketentuan :

i. Situasi skala 1 : 2.000

ii. Tampang memanjang skala horisontal 1 : 2.000 dan skala vertikal 1 : 100

untuk daerah datar, atau 1 : 200 untuk daerah yang mempunyai terrain

curam atau bervariasi.

c. Tampang melintang digambar pada kertas kalkir dengan ketentuan :

i. Skala Panjang 1 : 100 atau 1 : 50

ii. Skala Tinggi 1 : 100 atau 1 : 50

d. Tata laksana penggambaran mengikuti Standar Perencanaan Irigasi.

2. Gambar Bangunan

Semua bangunan air pada jaringan irigasi yang ada (kecuali tangga cuci, kubangan

kerbau, jembatan hewan, jembatan dan bangunan pengamanan) harus digambar

dalam skala 1 : 100 dan 1 : 50 dengan demensi sesuai kenyataan di lapangan.

Jika gambar lama tidak ada, maka bagian bangunan yang tidak tampak (berada di

bawah tanah / air) tidak perlu digambar. Jika gambar lama masih ada, maka bagian-

bagian bangunan yang tidak tampak tersebut dapat dikutip dari gambar lama.

3. Persyaratan Gambar.

Semua gambar harus :

a. Sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi, Ditjen Air, Desember 1986 (KP-07).

b. Untuk angka dan huruf harus dipakai sablon / lettering set.

c. Semua gambar harus di atas kertas kalkir, ukuran A-1 ( 594x841 mm).

d. Besarnya dan ketebalan garis harus sesuai dengan standar dalam butir (a) di

atas.

Page 20: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

20

B.4.2.10. Pembuatan Buku Data Pendukung

1. Buku Data Pendukung O&P

Suatu Buku Pendukung Data O&P harus disusun, yang berisi data yang

dikumpulkan dari kegiatan B (B.4.2.2.) yang dibutuhkan untuk membuat / menyusun

Laporan System Planning dan Petunjuk O&P.

2. Buku Data Hidrologi dan Hidrometri

Untuk membuat/menyusun Laporan System Planning dan Buku Data DI. Diperlukan

Pendukung Buku Data Hidrologi dan Hidrometri. Buku ini harus disusun, berisi data

yang dikumpulkan dalam kegiatan B (Bab. B.4.2.2. di atas) antara lain :

a. Data Hidrologi (Data curah hujan dan klimatologi, dll.)

b. Data Hidrometri (data debit sungai dan catatan banjir)

B.4.2.11. Produk Kegiatan B

a. Buku Survai Inventarisasi Jaringan Irigasi, dengan foto-foto (asli semua), termasuk

Daftar Kerusakan Jaringan Irigasi dan Daftar Usulan Perbaikan.

b. Skema Irigasi dan Skema Bangunan (existing).

c. Peta Pra Layout ( 1 : 2.000 atau 1 : 5.000).

d. Album Gambar hasil pengukuran :

Site dan bangunan utama

Tampang memanjang saluran dan denah situasi

Tampang melintang saluran

Bangunan yang ada serta site survey untuk rencana bangunan.

e. Buku Data Ukur.

f. Buku Diskripsi Benchmark (BM).

g. Laporan Akhir Pengukuran

h. Buku Data Pendukung O&P, Data Hidrologi dan Hidrometri, serta data untuk analisa

ekonomi dan data harga satuan upah, bahan serta sewa alat bantu.

B.4.3. Uraian Kegaiatan C

Membuat System Planning dan penyusunan Daftar Kebutuhan Pekerjaan Rehabilitasi

dari data lapangan yang diperoleh dari kegiatan B.

B.4.3.1. System Planning.

Tujuan System Planning yang diterapkan dalam rehabilitasi adalah menilai status DI

sekarang, menentukan kendala-kendala dan masalah yang merintangi pemantapan

Operasi dan Pemeliharaan, dan untuk mengembangkan pemecahan yang tepat.

1. Bidang-bidang yang tercakup dalam System Planning adalah :

a. Profil Sosio Teknis dan Kelembagaan P3A dan Gabungan P3A, serta

aktifitasnya dalam pengelolaan jaringan irigasi.

b. Prakiraan debit andalan sungai/sumber air dengan menganalisa catatan data

yang lampau.

c. Penegasan areal potensial dan fungsional, penegasan petak tersier dalam

daerah irigasi dan jaminan perlindungan lahan sawah untuk tidak alih fungsi

selama periode 10 tahun.

d. Penjajagan status pengembangan tersier, pengecekan bersama P3A dan

gabungan P3A adanya sadap baru / petak tersier baru.

e. Peninjauan dan dokumentasi cara operasi sekarang, dengan perhatian atas hal-

hal sebagai berikut :

Page 21: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

21

Saling ketergantungan jaringan yang berhubungan dengan DI-DI lain yang

menerima atau memberikan debit tambahan atau membagi sumber sungai

yang sama. Ini diperlukan untuk mengembangkan atau menyepakati aturan

operasional.

Identifikasi lokasi untuk mencari penyebab dan mengembangkan pemecahan

atas sadap liar (kesepakatan tentang mengijinkan atau menutupnya) dan

peningkatan status saluran tersier menjadi saluran sekunder.

Menentukan kebutuhan air irigasi dan kebutuhan lainnya.

Identifikasi masalah operasional dan kendalanya untuk pertimbangan dalam

menentukan desain yang cocok.

Meninjau masalah yang lampau dalam menggunakan bangunan ukur atau

cara pengukurtan debit di DI untuk mencapai kesepakatan dalam

menentukan tipe bangunan ukur yang tepat dan layak untuk DI

bersangkutan.

Peran serta petani P3A dan gabungan P3A dalam membantu pengelolaan

O&P irigasi.

f. Identifikasi masalah pemeliharaan dan sebab kerusakan bangunan dan

sebagainya, yang berulang-ulang untuk mengembangkan pemecahan perbaikan

dengan mempertimbangkan perhitungan hidrolis yang tepat.

g. Identifikasi kekurangan jumlah personil dan fasilitas O&P (perumahan karyawan,

komunikasi, transportasi) dan menentukan kebutuhan-kebutuhan tambahan.

h. Persiapan Rencana Operasi Jaringan.

i. Persiapan rencana Pemeliharaan termasuk pemakaian peralatan berat untuk

pemeliharaan.

j. Peninjauan Daftar Usulan Perbaikan Jaringan Irigasi oleh P3A dan gabungan

P3A.

2. Kegiatan Pelaksanaan System Planning.

a. Penilaian atas keadaan sekarang dalam jaringan sehubungan dengan kondisi

jaringan fisik (saluran, bangunan,jalan inspeksi,bangunan gedung dan lain-lain);

kinerja sistem irigasi sekarang dengan mengacu kepada keberhasilan pertanian ;

problem besar lainnya yang dialami dalam O&P.

b. Rencana perubahan areal dan batas petak tersier.

Perubahan areal berdasarkan areal yang sudah diukur dengan planimeter,

catatan lama dan pencocokan di lapangan. Penyusunan daftar petak tersiernya

yang memperlihatkan areal lama dan baru, lengkap dengan rincian luas areal

tiap desa.

c. Rencana pembuatan bangunan sadap tersier baru sebagai pengganti sadap liar.

Dalam hal ini harus memperhatikan batasan sebagai berikut:

i. Luas petak sawah 0 – 5 ha :

Pakai sadap pipa ( Ø 5 – 10 cm)

Ketinggian diatur sesuai kebutuhan .

ii. Luas petak sawah 5 – 10 ha :

Pakai pintu sorong ( lebar pintu maksimum 30 cm)

Jika daerah layanan saluran primer / sekunder di hilir > 500 ha.

Tanpa pintu sorong jika daerah layanan primer/sekunder di hilir < 500 ha.

Pakai pipa sadap ( Ø 10-15 cm)

d. Perhitungan atau penentuan nilai debit andalan (dependable flow, Q-80%).

e. Penentuan kebutuhan air irigasi dan kebutuhan lainnya dihitung dengan

memperhatikan data pemberian air yang dipakai selama ini.

Page 22: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

22

f. Perhitungan debit kemampuan (kapasitas) saluran sekarang dan penyesuaian

pada desain saluran.

g. Peninjauan rencana tanam yang ada dan revisi kalau perlu, termasuk rencana

golongan, rencana pengeringan saluran dan lain-lain.

h. Peninjauan prosedur operasi yang sekarang dan penyusunan prosedur yang

tepat untuk kondisi jaringan dengan memakai pertunjuk-petunjuk tentang

prosedur operasi jaringan irigasi.

i. Peninjauan desain jaringan irigasi untuk pengaturan dan pengukuran debit untuk

memenuhi kebutuhan operasi, dengan mempertimbangkan tersedianya staf dan

fasilitas O&P. Pada tiap batas kerja pengelolaan jaringan irigasi harus diberi

fasilitas pengukur debit.

Untuk rencana sadap tersier yang mengairi <10 ha bila tidak memungkinkan

tidak perlu memakai alat ukur.

Untuk menentukan rencana lokasi bangunan ukur dan cara mengukur air, perlu

dibuat suatu skema pengukuran dan pengaturan air yang memperlihatkan

dengan jelas lokasi bangunan-bangunan ukur ( lama dan rencana baru ) serta

bangunan pengatur air. Skema tersebut harus dibuat berdasarkan Skema Irigasi

yang lengkap dengan luas petak-petak tersier serta luas layanan tiap saluran

induk / sekunder.

j. Penambahan bangunan baru dan penyempurnaan jaringan irigasi termasuk

peningkatan status saluran tersier menjadi saluran sekunder serta fasilitas

lainnya seperti bangunan terjun, lining saluran, pengatur/pengukur debit,

kantor/rumah dinas dan sebagainya harus dalam batas-batas biaya rehabilitasi

dan harus dibuktikan bahwa hal tersebut memang benar-benar dibutuhkan.

k. Revisi nomenklatur bangunan agar sesuai dengan pedoman yang berlaku.

l. Penilaian kebutuhan pegawai O&P untuk jaringan irigasi yang bersangkutan.

m. Penyusunan daftar kebutuhan fasilitas O&P termasuk kantor / rumah dinas,

transportasi dan alat komunikasi.

n. Penyusunan daftar kebutuhan fasilitas O&P P3A dan gabungan P3A termasuk

kantor dan ruang pertemuan.

B.4.3.2. Daftar Usulan Pekerjaan Rehabilitasi.

Dalam kegiatan B telah dilakukan Inventarisasi kerusakan jaringan irigasi berikut usulan-

usulan perbaikannya. Kemudian setelah dilakukannya penyusunan system planning

dengan mempertimbangkan banyak hal, antara lain ketersediaan air, perubahan luas &

petak-petak tersier, kebutuhan O&P, usulan petani / P3A untuk desain dan lain

sebagainya, maka disusunlah Daftar Usulan Pekerjaan Rehabilitasi yang meliputi :

1. Perbaikan bangunan utama / bendung berikut bangunan-bangunan pelengkapnya

antara lain : pintu penguras, kantong lumpur, intake, jembatan pelayanan dll.

2. Perbaikan, peningkatan dan atau penambahan bangunan-bangunan air di saluran

primer & sekunder, seperti bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan bagi sadap,

bangunan / alat ukur dan gorong-gorong, dll.

3. Perbaikan dan atau peningkatan saluran pembawa primer dan sekunder termasuk

kemungkinan adanya perubahan saluran tersier menjadi saluran sub sekunder atau

sekunder.

4. Perbaikan dan atau penyempurnaan saluran pembuang berikut bangunan-bangunan

pelengkapnya.

Page 23: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

23

5. Perbaikan dan/atau penambahan bangunan-bangunan pelengkap lainnya seperti

jembatan kendaraan / orang, tempat mandi hewan, jalan inspeksi, kantor & rumah

dinas, gudang untuk keperluan O&P dll.

6. Perbaikan dan atau penambahan pintu-pintu air.

Dalam hal terjadinya perubahan kebutuhan pekerjaan rehabilitasi pada saat / setelah

dilakukannya detail desain, maka Konsultan diwajibkan merevisi daftar kebutuhan

pekerjaan rehabilitasi sesuai dengan gambar desain yang telah disetujui, sebagai salah

satu pekerjaan dalam kegiatan D.

B.4.3.3. Penyusunan Dokumen dan Diskusi.

1. Konsep Laporan System Planning.

Konsep Laporan System Planning (Draft System Planning Note) harus berdasarkan

masukan petugas O&P di lapangan dan P3A. Laporan harus merincikan status

jaringan sekarang dan usulan pekerjaan rehabilitasi.

2. Rapat Diskusi System Planning.

Konsep Laporan System Planning akan didiskusikan pada suatu rapat system

planning dengan wakil petani / P3A dan gabungan P3A , Tim konsultan, Tim Direksi

dan instansi terkait.

Setelah mendiskusikan Laporan System Planning, Usulan Daftar Pekerjaan

Rehabilitasi akan dibahas secara detail dalam rapat ini. Kemudian akan disepakati

dan disetujui usulan perbaikan dan penyempurnaan yang akan diambil untuk desain

dan konstruksi. Peta Layout jaringan irigasi dan peta skema (yang disusun dalam

kegiatan B) akan didiskusikan dan difinalisasikan pada rapat ini.

“Apabila dalam diskusi disepakati adanya pekerjaan tambah yang masih dalam

batas cakupan pekerjaan, Tim Disain Konsultan harus melakukan pekerjaan

tambahan tersebut tanpa tuntutan tambahan biaya, misalnya pengukuran saluran

tersier yang berubah status menjadi saluran sekunder termasuk bangunan,

penyelidikan geotek, dll”.

3. Laporan Akhir System Planning.

Selanjutnya Laporan Draft System Planning, Daftar Usulan Pekerjaan Rehabilitasi,

peta DI dan Skema Jaringan irigasi, difinalkan sesuai keputusan dalam rapat system

planning.

B.4.3.4. Produk kegiatan C

a. Laporan Draft System Planning.

b. Laporan Akhir System Planning termasuk daftar usulan pekerjaan rehabilitasi, dan

catatan rapat System Planning serta Berita Acara pertemuan Pemaduan Desain.

B.4.4. Uraian Kegiatan D.

Tugas-tugas dibawah ini adalah pembuatan desain rinci, perhitungan volume pekerjaan

(BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB), persiapan dokumen tender untuk

rehabilitasi dan penyusunan Pedoman O&P dan Buku Data DI.

B.4.4.1. Desain

Desain hidrolis dan bangunan hendaknya dikerjakan untuk item-item yang telah

disepakati pada rapat System Planning.

Desain akan didasarkan atas gambar-gambar tampang memanjang dan melintang

saluran pembawa dan pembuang yang disusun di bawah kegiatan B, data lain serta

Page 24: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

24

keputusan-keputusan pada rapat System Planning. Item-item yang akan didesain

meliputi:

1. Perbaikan pada bendung, saluran dan bangunan.

2. Penambahan-penambahan atau penyempurnaan kecil pada bangunan-bangunan

(bangunan pengatur dan pengukur debit, pintu-pintu, kantong lumpur dan

sebagainya).

3. Harus juga dilakukan pengecekan terhadap kapasitas debit saluran, pintu

pengambilan, pintu sadap, dan bangunan pengatur debit lainnya agar memeniuhi

persyaratan-persyaratan desain.

4. Terhadap desain pintu sadap harus mengikuti Standar Perencanaan Irigasi.

5. Untuk bangunan-bangunan besar seperti bendung, bangunan bagi besar atau

urugan tanggul-tanggul besar perlu dilakukan perhitungan stabilitas dengan

menggunakan hasil penyelidikan geoteknik.

B.4.4.2. Pembuatan Gambar.

1. Semua bangunan air pada jaringan irigasi yang ada, kecuali tangga cuci, kubangan

kerbau, jembatan hewan, jembatan orang, dan bangunan pengaman harus

digambar (skala 1:100 atau 1;50) dengan ukuran-ukuran sesuai dengan kenyataan

di lapangan.

2. Dari hasil perhitungan hidrolis, ketinggian muka air yang direncanakan harus

digambar pada tampang memanjang dan melintang, termasuk profil hidroliknya juga

harus digambar.

3. Pada gambar yang disebutkan dalam B.4.4.2 (1) pekerjaan perbaikan atau

penyempurnaan harus dicantumkan dengan jelas. Jika dianggap perlu, bagian

pekerjaan itu harus digambarkan dengan detail serta catatan yang jelas. Semua

gambar bagian bangunan yang akan menjalani pekerjaan rehabilitasi harus lengkap

dengan dimensinya, sehingga memudahkan pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Untuk membedakan bagian bangunan lama dan bagian bangunan yang akan

direhabilitasi maka perlu dibedakan ketebalan garisnya, untuk bagian bangunan

lama menggunakan ketebalan garis 0,3 mm dan untuk bagian bangunan yang akan

direhabilitasi ketebalan garisnya 0,5 mm.

4. Desain untuk bangunan baru yang direncanakan harus digambar lengkap termasuk

detail fondasi dan sebagainya.

5. Sebuah peta Skema Konstruksi baru harus disusun berdasarkan skema yang

disusun pada Kegiatan B yang mencantumkan semua bangunan sepanjang saluran

dengan menunjukkan dengan jelas lokasi dalam km. dan apakah bangunan tersebut

baru, sudah ada untuk diperbaiki, sudah ada untuk dibongkar dan/atau untuk

dibangun kembali. Lambang atau garis-garis yang berbeda dapat dipakai untuk

menunjukkan hal-hal ini dengan diberi penjelasan dalam kolom legenda gambar.

6. Gambar bangunan standar harus diberi tabel dimensi yang jelas untuk tiap jenis

bangunan.

7. Persyaratan Gambar Semua gambar harus :

a. Sesuai dengan Standar perencanaan Irigasi, Ditjen. Air Desember 1986.

b. Untuk angka dan huruf harus pakai sablon/lettering set.

c. Semua gambar harus diatas kertas kalkir A1 (594mmx841 mm)

d. Besar dan ketebalan garis harus sesuai dengan standar dalam butir (a) di atas.

8. Bangunan yang akan digambar harus dibagi ke dalam dua kategori :

a. Bangunan baru dan yang ada dimana ada pekerjaan konstruksi dibawah

Rehabilitasi.

b. Bangunan tanpa pekerjaan konstruksi.

Page 25: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

25

Bangunan yang tidak memerlukan pekerjaan konstruksi / rehabilitasi harus dijilid

dalam satu album terpisah dan diserahkan.

9. Selain gambar-gambar bangunan air tersebut harus dibuat juga gambar-gambar

rencana bangunan gedung baru atau perbaikan. Lokasi semua bangunan agar

digambarkan pada Peta DI.

10. Gambar bangunan utama, bangunan besar lainnya & system irigasi termasuk

perhitungan design yang mempunyai masalah khusus harus didiskusikan terlebih

dahulu bersama Direksi Pekerjaan / Pejabat Dinas PSDA Propinsi / Proyek sebelum

dilakukan finalisasi gambar.

B.4.4.3. Laporan Perhitungan Desain (Design Note).

1. Laporan Perhitungan Desain harus disusun secara sistimatis dan diserahkan.

Perincian perhitungan desain harus diuraikan dengan jelas pada semua pekerjaan

rehabilitasi untuk acuan selama pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi dan

sesudahnya.

2. Hal-hal berikut harus dimasukkan dalam catatan desain :

Parameter desain yang dipakai untuk saluran dan bangunan (koefisien kekasaran,

beban, tegangan).

Contoh perhitungan hidrolik untuk saluran dan sadap, dengan tabel untuk semua

saluran dan sadap.

Perhitungan desain bangunan (catatan desain oleh ahli teknik /insinyur)

Hal-hal lain jika diminta dan disetujui oleh Direksi/Pemilik pekerjaan.

Teori tentang desain tidak perlu diberikan, tetapi cukup dengan menyebutkan

referensi buku atau tabel tersebut diambil.

B.4.4.4. Perhitungan Volume Pekerjaan (BOQ) dan

Rencana Anggaran Biaya (RAB).

1. Lembar perhitungan volume pekerjaan (BOQ) agar dirinci untuk seluruh usulan

paket pekerjaan rehabilitasi dan sesuai dengan hasil diskusi System Planning .

Kemudian dibuat daftar rekapitulasi pada masing-masing rincian tersebut antara lain

volume galian dan timbunan (m3), volume pasangan batu (m3), luas plesteran (m2)

dsb. Jika dalam 1 paket terdiri lebih dari 1 DI, maka rincian volume tiap DI juga

harus dibuat.

Prosedur sistematis harus diikuti untuk mempermudah perhitungan dan

pengontrolan volume. Untuk pekerjaan bangunan air harus disediakan skets yang

jelas untuk mutual check berikutnya.

2. a) Pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk pekerjaan konstruksi harus

didasarkan atas harga bahan dan upah tenaga kerja yang berlaku di lokasi

pekerjaan. Hal ini dapat diperoleh dari daftar PITB (Pusat Informasi Teknik

Bangunan-Dinas PU Cipta Karya) informasi dari Dinas/Cabang Dinas PU

Pengairan, Pemerintah Kabupaten dan survey harga /upah nyata di lapangan.

Upah tenaga kerja harus mengacu pada “Upah Minimum Regional” yang

dikeluarkan Menteri Tenaga Kerja dan Gubernur Propinsi

Pembuatan “Analisa Harga Satuan Pekerjaan” menggunakan format dari

Keputusan Menteri PU Nomor 43/PRT/2007 – 27 Desember 2007, dengan

referensi SNI dan/atau B.O.W dan P5 (penggunaan alat berat) serta disesuaikan

dengan kebutuhan di lapangan.

b) Disamping pembuatan RAB konstruksi untuk rehabilitasi secara keseluruhan

(global), Tim Konsultan juga harus membuat RAB secara tahapan pelaksanan

Page 26: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

26

pekerjaan (stages) dan berdasarkan skala prioritas (prioritizing) tergantung dari

cakupan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Apabila karena kebutuhannya

harus dilakukan tahapan > 1 tahun anggaran, maka RAB tahap I harus disusun

untuk tiap item pekerjaan dengan prioritas yang mengakibatkan jaringan irigasi

tersebut dapat berfungsi optimal dengan pemilihan skala prioritas pada

pekerjaan bangunan/saluran yang mendukung optimalisasi fungsi tersebut.

Sedang tahap II dan selanjutnya RAB disusun untuk item pekerjaan pendukung

penyempurnaan fungsi jaringan irigasi yang akan dilaksanakan dan dibiayai oleh

Pemerintah Daerah dan atau petani/P3A/Gabungan P3A sendiri.

3. Harga/Biaya Konstruksi untuk Rehabilitasi hasil perhitungan RAB selanjutnya akan

dibuat suatu analisa ekonomi oleh Tim Disain Konsultan.

Analisa ekonomi akan dilakukan menyangkut indicator-indikator antara lain : Benefit

Cost Ratio, Net Benefit (Present Value) dan Economic Internal Rate of Return

(EIRR), berdasarkan beberapa alternatif umur ekonomis jaringan irigasi dan interest

rate (bunga) yang berlaku.

Untuk keperluan tersebut Konsultan harus mengumpulkan data mengenai jenis

tanaman, hasil panen dan harga jual kebutuhan tenaga dan peralata yang berlaku di

lokasi pekerjaan sekurang-kurangnya 10 tahun.

B.4.4.5. Persetujuan Desain.

1 Draft Gambar Desain sebelum disetujui direksi harus dilakukan pengecekan di

lapangan.

2 Seluruh detail desain dan gambar harus didiskusikan dan diasistensikan dengan Tim

Direksi. Setelah selesai, desain dan gambar-gambar diperiksa dan disetujui oleh

Direksi/Pemberi Pekerjaan, Seksi Irigasi dan Bidang PJPA.

3 Hasil pekerjaan desain dapat diterima setelah seluruhnya disetujui oleh Direksi,

Seksi Irigasi dan Bidang PJPA.

B.4.4.6. Buku Petunjuk O&P dan Buku Data DI.

B.4.4.6. (a) Buku Petunjuk O&P.

Petunjuk O&P dipergunakan oleh Petugas O&P bersama gabungan P3A untuk

mengatur pelaksanaan O&P sistem Irigasi dimana nantinya apabila memungkinkan

akan diserahkan secara bertahap kepada P3A/Gabungan P3A.

Pembuatan Petunjuk O&P suatu Jaringan Irigasi meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Cara Operasi mencakup :

Rencana tanam (luas, jenis, intensitas tanam, kebutuhan air tanaman,

ketersediaan debit andalan.

Rencana tata tanam dan persetujuannya (melibatkan P3A, gabungan P3A dan

Dinas PSDA/Pengairan).

Rencana pembagian air.

Operasi musim hujan (cara, tindakan selama hujan lebat dll.)

Operasi musim kemarau.

Cara operasi bangunan utama (operasi pintu pengambilan, pintu penguras,

kantong lumpur dll.)

Cara operasi bangunan bagi (operasi pintu, pengukur debit dll.)

Page 27: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

27

2. Cara Pemeliharaan mencakup :

Penelusuran jaringan

Perawatan rutin dan berkala (uraian pekerjaan dan penugasan, perencanaan,

pemeliharaan rutin dll.)

Pencegahan dan pengamanan.

Cara perbaikan darurat.

Perawatan fasilitas O&P.

3. Tindakan darurat (kriteria keadaan darurat banjir, pemberitahuan darurat dan

penugasan pegawai, system komunikasi, logistik, prosedur penutupan saluran dll.)

4. Organisasi dan personalia (organisasi O&P, daftar personalia, batas wilayah, alokasi

tugas, jadwal inspeksi dll.)

5. Catatan dan laporan (catatan yang harus ditata dan laporan yang harus disusun

meliputi operasi dan pemeliharaan, formulir-formulir lainnya, alur data dan

pengolahan data dll.)

6. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dan gabungan P3A (struktur organisasi,

data yang harus disusun untuk rapat, tugas kaitan dengan P3A dan gabungan P3A,

pembagian tugas P3A dan gabungan P3A dll)

7. Perhitungan biaya O&P berdasarkan kebutuhan nyata AKNOP termasuk

pemeliharaan rurtin, peralatan dan fasilitas.

B.4.4.6. (b) Buku Data DI.

Data tentang jaringan irigasi yang dikumpulkan dan dihasilkan dalam kegiatan A sampai

D disusun menjadi Buku Data DI. Buku ini memuat data yang dibutuhkan untuk

perencanaan tahunan O&P serta data umum.

Penyusunan buku data DI meliputi:

1. Pendahuluan

2. Data dasar jaringan irigasi (peta & skema, data JI, gambar & laporan, Uraian BM

dll.)

3. Data Hidrologi (curah hujan & data klimatologi, debit sungai, catatan banjir dll).

4. Data desain (data desain saluran, tabel debit untuk bangunan bagi, debit rencana di

sadap tersier dll.)

B.4.4.7. Penyusunan Dokumen Tender.

Dokumen Tender yang terdiri dari Album Gambar, Spesifikasi Teknis (khusus), Volume

Pekerjaan (BOQ), bersama Daftar Pekerjaan Rehabilitasi, harus disusun dan

diserahkan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi / Pemberi pekerjaan.

B.4.4.8. Produk Kegiatan D

1. Dokumen Tender untuk Pekerjaan Rehabilitasi.

a. Album gambar yang berisi :

Peta Daerah Irigasi skala 1:5.000

Peta Ikhtisar skala 1:10.000 atau 1:20.000

Skema Irigasi

Skema bangunan yang memperlihatkan lokasi pekerjaan bangunan.

Gambar bendung/bangunan utama

Gambar-gambar tampang memanjang dan melintang saluran

Gambar-gambar bangunan air dan gedung

Gambar detail standar

Page 28: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

28

b. Spesifikasi Teknis (khusus)

c. Volume Pekerjaan (BOQ),

d. Buku Daftar Pekerjaan Rehabilitasi.

2. Rencana Anggaran Biaya (RAB).

3. Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan.

4. Buku Data DI.

5. Nota Perhitungan Desain (Design Note) yang mencakup perhitungan hidrolis,

stabilitas sruktur dan perhitungan desain lainnya untuk pekerjaan rehabilitasi.

6. Buku data pendukung untuk analisa ekonomi dan lain-lain yang dikumpulkan selama

pekerjaan berlangsung.

7. Laporan akhir dan analisa ekonomi.

B.4.5. Uraian Kegiatan ( E )

B.4.5.1 Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM)

Pertemuan Konsultasi Masyarakat dilakukan sebagai berikut:

PKM I (Pendahuluan)

Pertemuan pertama dengan tokoh masyarakat, pengurus P3A/GP3A/IP3A, kelompok

tani dan staf Dinas terkait serta Direksi Pekerjaan, bertujuan agar mereka memahami

kegiatan desain yang dilakukan dan untuk mengetahui berbagai permasalahan, potensi

dan usulan untuk merencanakan kegiatan selanjutnya.

PKM II (Draft Desain)

Setelah gambar draft desain selesai, diadakan pertemuan bersama Direksi pekerjaan,

Dinas PU/PSDA/Pengairan dan P3A/GP3A/IP3A untuk memberikan informasi hasil

desain dan penyusunan ranking prioritas pekerjaan.

B.4.5.2 Produk Kegiatan E

Laporan PKM I, PKM III berisikan daftar hadir peserta masing-masing PKM, foto-foto

pelaksanaan PKM, berita acara pelaksanaan PKM dan Notulen hasil PKM. Laporan

masing-masing PKM diserahkan paling lambat satu minggu setelah pelaksanaan PKM.

12. PERSONIL

12.1. Tenaga Ahli :

Tenaga ahli yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah:

1) Ketua Tim (Team Leader) (7 MM)

Ketua Tim (Team Leader) dengan persyaratan minimal berpendidikan Sarjana Teknik

Sipil/Pengairan (S1), Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan,

berpengalaman profesional dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan/detail desain

irigasi dan/atau bendung dan/atau bendungan/waduk/embung, Minimal 8 (delapan) tahun,

serta berpengalaman sebagai Ketua Tim/Team Leader, serta memiliki sertifikat keahlian di

Bidang Keairan yang dikeluarkan oleh LPJK. Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah

memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja selama pelaksanaan

pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.

2) Tenaga Ahli Desain Irigasi (Design Irrigation Engineer) (6 MM)

Berpendidikan Minimal Sarjana Teknik Sipil/Pengairan (S1), Lulusan universitas negeri

atau yang telah disamakan, berpengalaman professional dalam pelaksanaan pekerjaan

perencanaan/detail desain irigasi dan/atau bendung dan/atau bendungan/waduk/embung,

Minimal 6 (enam) tahun, serta memiliki sertifikat keahlian di Bidang Keairan yang

dikeluarkan oleh LPJK.

Page 29: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

29

3) Tenaga Ahli Hidrologi (Hidrologist) (2 MM)

Berpendidikan Minimal Sarjana Teknik Sipil/Pengairan (S1), Lulusan universitas negeri

atau yang telah disamakan, berpengalaman professional dalam analisis hidrologi bidang

pengairan, Minimal 4 (empat) tahun, serta memiliki sertifikat keahlian di Bidang Keairan

yang dikeluarkan oleh LPJK.

4) Tenaga Ahli Operasi & Pemeliharaan (OP) (3 MM)

Berpendidikan Minimal Sarjana Teknik Sipil/Pengairan (S1), Lulusan universitas negeri

atau yang telah disamakan, berpengalaman professional dalam analisis/kajian operasi

dan pemeliharaan prasarana keairan dan/atau penyusunan pedoman operasi dan

pemeliharaan prasarana keairan, Minimal 4 (empat) tahun, serta memiliki sertifikat

keahlian di Bidang Keairan yang dikeluarkan oleh LPJK.

5) Tenaga Ahli Cost Estimator (3 MM)

Berpendidikan Minimal Sarjana Teknik Sipil/Pengairan (S1), Lulusan universitas negeri

atau yang telah disamakan, berpengalaman professional dalam analisis hidrologi bidang

pengairan, Minimal 4 (empat) tahun, serta memiliki sertifikat keahlian di Bidang Keairan

yang dikeluarkan oleh LPJK.

6) Tenaga Ahli Geodesi (Geodetic Engineer) (4 MM)

Berpendidikan Minimal Sarjana Teknik Geodesi (S1), Lulusan universitas negeri atau

yang telah disamakan, berpengalaman professional dalam bidang pengukuran dan

pemetaan prasarana keairan, Minimal 4 (empat) tahun, serta memiliki sertifikat keahlian

yang dikeluarkan oleh LPJK.

7) Tenaga Ahli Pertanian (2 MM)

Berpendidikan Minimal Sarjana Pertanian (S1) – Jurusan Sosial Ekonomi, Lulusan

universitas negeri atau yang telah disamakan, berpengalaman professional dalam analisis

ekonomi proyek-proyek prasarana keairan, evaluasi dampak social ekonomi dan

kelayakan proyek serta operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, Minimal 4 (empat)

tahun, serta memiliki sertifikat keahlian yang dikeluarkan oleh LPJK.

12.2. Asisten Tenaga Ahli :

Tenaga Asisten Ahli Desain (Ass.Design Engineer)

Berpendidikan Minimal Sarjana Teknik Sipil/Pengairan (S1), Lulusan universitas negeri atau yang

telah disamakan.

Tenaga Asisten Ahli Cost Estimator

Berpendidikan Minimal Sarjana Teknik Sipil/Pengairan (S1), Lulusan universitas negeri atau yang

telah disamakan.

12.3. Tenaga Pendukung :

Tenaga pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah :

1) Chief Surveyor

Berpendidikan Minimal Sarjana Muda Teknik Geodesi (D3), Lulusan universitas negeri

atau yang telah disamakan. Mempunyai kemampuan dalam mengkoordinasi dan

mengawasi pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan pemetaan di lapangan serta

pembuatan laporan.

2) Chief Draftman

Berpendidikan Minimal Sarjana Muda Teknik Sipil/Pengairan (D3), Lulusan universitas

negeri atau yang telah disamakan. Harus mampu membagi tugas dan mengawasi

pelaksanaan pekerjaan penggambaran.

Page 30: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

30

3) Surveyor

Berpendidikan Minimal Lulusan STM Sipil/Bangunan Air/SMA-IPA sederajat.

4) Draftman

Berpendidikan Minimal Lulusan STM Sipil/ Bangunan Air.

5) Tenaga Pendukung Lain

Tenaga pendukung lain meliputi : Tenaga Administrasi/Keuangan, Operator Komputer,

Office Boy dengan pendidikan minimal sesuai dengan bidang tugasnya serta tenaga

30ocal sesuai kebutuhan.

13. KELUARAN

Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini berupa laporan-laporan yang

secara rinci tercantum dibawah ini.

a. Rencana Mutu Kontrak (RMK)

Konsultan diwajibkan untuk menerapkan Jaminan Mutu (Quality Assurance) sesuai

Surat Edaran Bidang Pengairan Ditjen SDA. Konsultan kualifikasi menengah dan besar

diwajibkan untuk menerapkan Sistem Jaminan Mutu dalam bentuk pembuatan Rencana

Mutu Kontrak (RMK).

RMK ini harus diselesaikan sebelum pembuatan laporan pendahuluan untuk

dibahas bersama dalam diskusi.

RMK ini harus diklarifikasi oleh Core Team Jaminan Mutu dan disetujui oleh PPK

Program & Perencanaan Satker Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan

Jeneberang.

RMK ini harus diserahkan dalam bentuk buku sebanyak 10 (sepuluh) rangkap.

b. Laporan Pendahuluan

Konsultan diwajibkan menyerahkan Laporan Pendahuluan yang memuat:

Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh.

Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya.

Jadual kegiatan penyedia jasa.

Draft laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMK

diterbitkan sebanyak 15 (lima belas) buku laporan untuk didiskusikan dan sebanyak 10

(sepuluh) buku laporan yang telah diperbaiki berdasarkan hasil diskusi.

c. Laporan Bulanan

Konsultan diwajibkan menyerahkan Laporan Bulanan yang memuat:

Kemajuan pekerjaan periode sebelumnya.

Permasalahan yang dihadapi.

Rencana kegiatan bulan berikutnya.

Lampiran-lampiran lain yang dibutuhkan.

Laporan ini harus diserahkan selambat-lambatnya tanggal 25 setiap bulan sebanyak 5

(lima) buku laporan.

Page 31: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

31

d. Laporan Antara/Interim

Konsultan diwajibkan menyerahkan Laporan Antara/Interim yang memuat:

Kemajuan pekerjaan.

Hasil survey dan penyelidikan.

Usulan system planning.

Hasil sementarapelaksanaan pekerjaan harus dilaporkan selambat-lambatnya 4 (empat)

bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 15 (lima belas) buku laporan untuk didiskusikan

dan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan yang sudah diperbaiki berdasarkan hasil diskusi.

e. Laporan Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM)

Laporan ini merupakan laporan dari pelaksanaan PKM berisikan daftar hadir peserta

PKM, foto-foto pelaksanaan PKM, berita acara pelaksanaan PKM dan notulen hasil dari

PKM. Laporan ini dibuat masing/masing 5 (lima) rangkap dan diserahkan paling lambat 1

minggu setelah pelaksanaan PKM dilaksanakan.

f. Laporan Akhir/Final Report

Koreksi-koreksi dan saran-saran pada waktu diskusi Laporan Akhir Sementara harus

ditampung dan dimasukkan dalam Laporan Akhir yang dibuat dalam rangkap 15 (lima

belas) dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan pada akhir kontrak pekerjaan bersama-

sama dengan:

1. Ringkasan Laporan (Summary Report)

Ringkasan laporan dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris masing-

masing 10 (sepuluh) rangkap yang merupakan rangkuman dari laporan akhir secara

ringkas beserta biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan.

2. Laporan Penunjang masing-masing terdiri dari:

a) Buku Ukur = 2 Rangkap

b) Laporan pengukuran dan deskripsi BM = 5 Rangkap

c) Laporan Survey Inventarisasi Jaringan Irigasi = 5 Rangkap

d) Laporan Analisa Hidrologi = 5 Rangkap

e) Laporan System Planning = 5 Rangkap

f) Nota Desain = 5 Rangkap

g) Dokumentasi Foto-Foto = 5 Rangkap

3. Gambar-gambar terdiri dari :

- Cetak Biru Gambar ukuran A1 = 5 Rangkap

- Gambar ukuran A3 (copy) = 10 Rangkap

- Peta skala 1 : 10.000 kalkir A1 80/85 gram = 1 Rangkap

- Peta situasi skala 1 : 2.000 kalkir A1 80/85 gram = 1 Rangkap

- Gambar desain kalkir A1 80/85 gram = 1 Rangkap

4. Laporan Analisis Ekonomi = 5 Rangkap

5. Dokumen Tender / Spesifikasi Teknis = 5 Rangkap

6. Daftar Volume Pekerjaan (BOQ) = 5 Rangkap

7. RAB dan Analisa Harga Satuan = 5 Rangkap

8. Daftar Pekerjaan Rehabilitasi = 5 Rangkap

9. Pedoman Operasi dan Pemeliharaan = 5 Rangkap

Page 32: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

32

10. Buku Data Daerah Irigasi = 5 Rangkap

11. Eksternal Hardisk yang berisi seluruh laporan = 1 Buah

Penjelasan Isi Laporan Penunjang dan Jadual Penyerahannya :

Buku Laporan Survey Inventarisasi Jaringan Irigasi, berisi :

Gambar-gambar keadaan saluran dan bangunan-bangunan (existing)

Foto-foto keadaan saluran dan bangunan-bangunan yang ada dilapangan.

Daftar kerusakan dan usulan perbaikan.

Buku ini harus diserahkan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan setelah dimulainya

pelaksanaan pekerjaan.

Buku Data Ukur dan Hasil Perhitungan, berisi data-data hasil pengukuran (polygon,

waterpass, situasi) keadaan saluran, bangunan-bangunan yang ada dilapangan.

Buku ini harus diserahkan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan dimulainya pelaksanaan

pekerjaan.

Buku Laporan Pengukuran dan Diskripsi BM/CP, berisi :

Hasil perhitungan pengukuran polygon, waterpass dan situasi dll.

Sket gambar lokasi BM/CP, elevasi BM dan koordinas BM

Foto BM/CP sebelum dipasang

Foto BM/CP setelah dipasang

Buku ini harus diserahkan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan dimulainya pelaksanaan

pekerjaan.

Buku Laporan Analisis Ekonomi, berisi indikator-indikator ekonomi antara lain : Benefit and

Cost Ratio, Net Benefit (Present Value), Economic Internal rate of Return (EIRR) berdasar

beberapa alternatif umur ekonomis jaringan irigasi, interest rate, dan hal-hal penting

lainnya sesuai petunjuk Direksi.

Buku ini harus diserahkan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan dimulainya pelaksanaan

pekerjaan.

Laporan System Planning, berisi :

Kondisi lapangan yang ada

Permasalahan lapangan yang ada

Prediksi permasalahan

Penyelesaian permasalahan

Perencanaan Sistem Jaringan Irigasi secara menyeluruh sebagai penyelesaian masalah

Lampiran Berita Acara Diskusi System Planning dan informasi lainnya yang dipandang

perlu. Contoh daftar isi Laporan System Planning disajikan pada Lampiran KAK-2.

Sebelum menjadi laporan System Planning yang final, terlebih dahulu harus disusun Draft

System Planning dan didiskusikan bersama dengan pihak-pihak terkait minimal sejumlah

4 (empat) ganda ditambah pegangan (hand-out) peserta diskusi secukupnya.

Buku ini harus diserahkan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan dimulainya pelaksanaan

pekerjaan.

Page 33: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

33

Nota Perhitungan Desain (Design Note), berisi hasil perhitungan-perhitungan desain dan

informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan detail desain.

Sebelum menjadi Nota perhitungan desain yang final, terlebih dahulu harus disusun Draft

Nota Perhitungan

Desain dan didiskusikan bersama dengan pihak-pihak terkait minimal sejumlah 4 (empat)

ganda ditambah pegangan (hand-out) peserta diskusi secukupnya.

Buku ini harus diserahkan selambat-lambatnya pada akhir kontrak.

Album Gambar, berisi seluruh gambar hasil pekerjaan.

Sebelum menjadi Album Gambar yang final, terlebih dahulu harus disusun Draft Album

Gambar yang akan didiskusikan dan dibawa ke lapangan untuk dicheck kecocokannya

dengan kondisi lapangan dan didiskusikan bersama dengan pihak-pihak terkait minimal

sejumlah 1 (ganda) ganda cetakan (blue-print).

Laporan ini harus diserahkan selambat-lambatnya pada akhir kontrak.

Buku Daftar Volume Pekerjaan (BOQ),berisi :

Hasil perhitungan volume

Daftar volume pekerjaan terinci masing-masing bangunan

Buku ini harus diserahkan selambat-lambatnya pada akhir kontrak.

Buku Rencana Anggaran Biaya (RAB), berisi :

Harga bahan dan upah yang disahkan oleh Bupati/Walikota setempat

Harga satuan pekerjaan

Perkiraan biaya keseluruhan

Buku ini harus diserahkan selambat-lambatnya pada akhir kontrak.

Buku Spesifikasi Teknik, berisi :

Peraturan item pekerjaan yang akan dilaksanakan

Peraturan item pekerjaan yang bersifat khusus, misalnya pekerjaan mekanik, elektronik

dll.

Buku ini harus diserahkan selambat-lambatnya pada akhir kontrak.

Buku Daftar Pekerjaan Rehabilitasi, berisi daftar pekerjaan rehabilitasi daerah irigasi yang

bersangkutan.

Buku ini harus diserahkan selambat-lambatnya pada akhir kontrak.

Buku Pedoman O&P, berisi tata laksana untuk mengatur pemeliharaan dan operasi jaringan

irigasi termasuk bangunan-bangunan yang ada didalamnya, sesuai Lampiran KAK-3.

Buku ini harus diserahkan selambat-lambatnya pada akhir kontrak.

Buku Data DI, berisi data-data penting daerah irigasi yang bersangkutan sesuai Lampiran

KAK-4.

Buku ini harus diserahkan se-lambat-lambatnya pada akhir kontrak.

14. Peralatan, Material, Personil dan Fasilitas dari Pejabat Pembuat Komitmen

i) Peralatan, Akomodasi dan Ruang Kantor

Pemilik pekerjaan tidak menyediakan peralatan, akomodasi dan ruangan kantor serta

perlengkapannya sehingga perlu disediakan sendiri oleh Penyedia Jasa.

Page 34: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

34

ii) Laporan dan Data

Laporan dan data yang berkaitan dengan pekerjaan ini dapat diperoleh informasi melalui

Dinas PSDA Propinsi Sulawesi Selatan atau proyek/instansi terkait lainnya.

iii) Personil

Pemilik pekerjaan akan menunjuk pejabat/petugas selaku Direksi dan Supervisi

Pekerjaan yang akan mendampingi dan mengawasi secara langsung pelaksanaan

pekerjaan jasa konsultansi.

iv) Fasilitas yang disediakan oleh pemilik pekerjaan yang dapat digunakan oleh Penyedia

Jasa.

Pemilik pekerjaan akan membantu kebutuhan data yang tersedia bila ada, bila tidak ada

dapat mencari sendiri pada instansi/lembaga terkait.

15. Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultansi

Penyedia Jasa / Konsultan harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan

peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, antara lain terdiri

dari :

a) Kantor lengkap dengan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan seperti : peralatan

gambar, peralatan tulis dan barang-barang habis pakai lainnya. Kantor harus berdomilisi

di kota Makassar.

b) Peralatan pengukuran yang memenuhi standard presisi yang ndiperlukan dan telah

direkomendasi oleh Direksi Pekerjaan.

c) Fasilitas transportasi termasuk kendaraan bermotor roda empat dan roda dua yang

layak untuk inspeksi lapangan beserta pengemudinya.

d) Biaya pengadaan tenaga harian dan pembantu, pembuatan serta pemasangan titik

tetap yang diperlukan oleh penyedia jasa dalam pelaksanaan pekerjaan.

e) Keperluan biaya sosial dan pengobatan selama pekerjaan lapangan di lokasi proyek

(sudah termasuk dio dalam Biaya Langsung Personil).

f) Penyedia Jasa harus menyediakan base camp (kantor lapangan) di dekat lokasi

pekerjaan.

16. Jangka Waktu Pelaksanaan

Jangka waktu pelaksanaan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini adalah

selama 210 (dua ratus sepuluh) hari terhitung sejak diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja

(SPMK).

17. Produksi dalam Negeri

Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam wilayah

Negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain dalam angka 4 KAK dengan

pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.

18. Alih Pengetahuan

Apabila dipandang perlu oleh Pemilik Pekerjaan, maka Penyedia Jasa harus mengadakan

pelatihan, kursus singkat, diskusi dan seminar terkait dengan substansi pelaksanaan

pekerjaan dalam rangka alih pengetahuan kepada staf/petugas dari Pemilik Pekerjaan.

Page 35: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

35

LAMPIRAN KAK – 1

DATA TEKNIS

(ESTIMASI)

1. Pekerjaan : Detail Desain Rehabilitasi D.I. Kalaena Kanan (12.500 ha)

2. Unit Kerja : Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan-Jeneberang

3. Tahun Anggaran : 2013

4. Lokasi Pekerjaan : Kabupaten Luwu Utara

1 a. Luas DI Kalaena Kanan : 12.556 Ha

b. Saluran Induk Kalaena Kanan : 28.819 km

c. Saluran Sekunder : 66.036 km

d. Bangunan Utama

1. Bendung : 1 buah

2. Kantong Lumpur : 1 buah

3. Bangunan Intake / Pengambilan : 1 buah

g. Bangunan Air

1. Bangunan Bagi : 0 buah

2. Bangunan Bagi Sadap : 15 buah

3. Bangunan Sadap : 46 buah

h. Bangunan Pelengkap : 205 buah

Page 36: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

36

Lampiran KAK-2

CONTOH

DAFTAR ISI UNTUK LAPORAN SYSTEM PLANNING

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

BAB I URAIAN UMUM

1.1 Lokasi Jaringan dan Jalan Mencapainya

1.2 Sejarah Perkembangan Akhir-akhir ini

1.3 Jaringan Lain Yang Berhubungan

BAB II AREAL IRIGASI

2.1 Areal Potensial dan Fungsional

2.2 Petak Tersier

2.2.1 Petak Tersier Yang Ada

2.2.2 Petak Tersier Yang Diusulkan

BAB III JARINGAN FISIK, STATUS SAAT INI DAN USULAN

3.1 Bangunan Utama

3.1.1 Kondisi Bendung Sekarang

3.1.2 Masalah Operasi Pintu

3.1.3 Masalah endapan dan Kantong Lumpur

3.1.4 Usulan Penyempurnaan Untuk Oprasi dan Pengukuran Debit

3.2 Saluran Pembawa dan Bangunan

3.2.1 Kapasitas Debit Yang Ada dan Dibutuhkan

3.2.2 Masalah Pelumpuran

3.2.3 Perbaikan Berat/ Penyempurnaan Saluran

3.2.4 Perbaikan Berat Bangunan Yang Dibutuhkan dan Modifikasi

untuk Peningkatan Operasi

3.3 Saluran Pembuang dan Bangunan

3.4 Jalan Inspeksi

3.5 Usulan Pekerjaan untuk Bangunan Utama, Saluran dan Bangunan

untuk Saluran Pembuang

BAB IV KINERJA JARINGAN SEKARANG

4.1 Luas dan Jenis Tanaman pada Musim Sebelumnya

4.2 Intensitas Tanaman yang dicapai

4.3 Masalah Pemberian Air dan Arel Kekurangan Air

BAB V RENCANA OPERASI

5.1 Persediaan Air danKebutuhan Air

5.1.1 Debit Andalan

5.1.2 Kebutuhan Air

5.2 Persediaan Air dan Kebutuhan

5.2.1 Pola dan Kalender Tanam yang ada

5.2.2 Usulan Penyempurnaan Rencana Tanam

5.3 Cara Operasi

5.3.1 Sistim Pengukuran dan Pembagian Air yang ada

Page 37: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

37

5.3.2 Usulan Sistim Pengukuran dan Pembagian Air

BAB VI RENCANA PEMELIHARAAN

6.1 Prosedur Sekarang Tentang Pemeliharaan Rutin dan Berkala

6.2 Usulan Cara Pemeliharaan Rutin

6.3 Rencana dan Program Jangka Panjang

BAB VII PERSONALIA

7.1 Organisasi Pelaksana O&P dan Batas Kerja

7.2 Pegawai yang Tersedia dan Masalah dalam O&P

7.3 Usulan untuk Perubahan Jangka Panjang

BAB VIII FASILITAS O&P

8.1 Kantor, Ruang Rapat dan Perumahan Pegawai

8.2 Fasilitas Transportasi dan Komunikasi

8.3 Usulan untuk Penambahan Fasilitas O&P

LAMPIRAN

Gambar 1.1 Peta Lokasi DI

Gambar 2.1 Peta Daerah Irigasi……………………………………………(yang lama)

Gambar 2.2 Peta Daerah Irigasi ………………………………………(yang diusulkan)

Gambar 2.3 Skema Irigasi Yang Lama

Gambar 2.4 Skema Irigasi Yang Diusulkan

Gambar 2.5 Skema Bangunan Yang Lama

Gambar 2.6 Skema Bangunan Yang Diusulkan

Gambar 3.1 Rencana Eksploitasi di Bendung

Gambar 5.1 Skema Rencana Tata Tanam

Gambar 5.2 Rencana Pola Tanam

Gambar 5.3 Skema Rencana Pengukuran dan Pembagian Air

Gambar 6.1 Wilayah Kerja Pekarya (tenaga Musiman)

Gambar 6.2 Wilayah Kerja PPA

Gambar 6.3 Wilayah Kerja P3A / Gabungan P3A

Gambar 7.1 Struktur Organisasi Pelaksana O & P

Gambar 7.2 Struktur Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A / Gabungan P3A)

Page 38: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

38

Lampiran KAK-3

CONTOH

DAFTAR ISI BUKU PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTARTABEL

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Uraian DI

1.2. Maksud dan Tujuan

1.3. Pengertian Operasi dan Pemeliharaan dengan Pendekatan Partisipatif

BAB II CARA OPERASI

2.1. Rencana Pola Tata Tanam

2.1.1 Rencana Tata Tanam

2.1.2 Periode Pengeringan Saluran

2.2. Kebutuhan Air Tanaman dan Kehilangan Air Pada Saluran Pembawa

2.3. Rencana Pembagian Air (RPA)

2.4. Organisasi Musim Kemarau

2.4.1 Operasi Bangunan dan Pengisian Papan Operasi

Bangunan Utama

Bangunan Sadap

Bangunan Khusus

2.4.2 Pelaksanaan Pembagian Air Musim Hujan

2.4.3 Tindakan Selama Hujan Lebat

2.5. Operasi Musim Hujan

2.5.1 Operasi Bangunan dan Pengisian Papan Operasi

Bangunan Utama

Bangunan Sadap

Bangunan Khusus

2.5.2 Pelaksanaan Pembagian Air Musim Kemarau

2.6. Pemantauan dan Evaluasi dengan Cara Pelaporan menggunakan Blanko

Operasi

2.6.1 Operasi Pintu

2.6.2 Operasi Debit

2.6.3 Intesitas Tanam

BAB III CARA PEMELIHARAAN

3.1 Perencanaan Pekerjaan Pemeliharaan

3.1.1 Penelusuran

3.1.2 Survai dan Desain

3.1.3 Program Pemeliharaan

Pencegahan dan Pengamanan

Perawatan Rutin dan Berkala

Perbaikan Darurat

BAB IV ORGANISASI DAN PERSONALIA

Page 39: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

39

4.1 Struktur Organisasi O & P

4.2 Batas Wilayah Kerja

4.3 Uraian Kegiatan P3A dan Gabungan P3A dalam kegiatan O & P

4.4 Pembinaan P3A dan Gabungan P3A

4.5 Koordinasasi Pelaksanaan O&P Dinas bersama P3A

4.5.1 Rapat Perencanaan Tanaman

4.5.2 Rapat Perencanaan O&P Tahunan

4.5.3 Rapat Pembagian Air 15 harian/ 10 harian

4.5.4 Rapat Perawatan Jaringan Musiman

BAB V RENCANA OPERASI

5.1 Rencana Anggaran Biaya Operasi

5.2 Rencana Anggaran Biaya Pemeliharaan

5.2.1 Pola dan Kalender Tanam yang ada

5.2.2 Usulan Penyempurnaan Rencana tanam

5.3 Cara Operasi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Neraca Air Daerah Irigasi

Tabel 2.2 Rencana pembagian air Daerah Irigasi

Tabel 2.3 Pembagian Petak Tersier berdasarkan Blok

Tabel 2.4 Jadwal Giliran Pemberian Air

Tabel 2.5 Pemantauan Debit di Bangunan Kontrol Penting

Tabel 2.6 Debit Bangunan ( H. Vs. Q )

Tabel 2.7 Rating Curve Mercu Bendung dan Pintu Sadap Utama

Tabel 2.8 Debit Bangunan Ukur Ambang Lebar/Cipoletty/Type lain.

Tabel 3.1 Jadwal Penelusuran Cabang/Ranting Dinas Pengairan

Tabel 3.2.a Tugas Pemeliharaan Rutin dan Metode Pelaksanaannya

Tabel 3.2.b Kegiatan PPA bersama P3A 2 (dua) bulanan

Tabel 3.3 Buku Catatan Pemeliharaan.

Tabel 4.1 Daftar Personalia Pelaksana O & P

Tabel 4.2 Daftar Nama P3A dan Gabungan P3A serta Petak Tersier yang dilayani Daerah Irigasi

Tabel 5.1 Usulan Biaya Operasi

Tabel 5.2 Usulan Biaya Pemeliharaan

Tabel 6.1 Contoh Blanko Pelaporan Operasi (Blanko O)

Tabel 6.2 Contoh Blanko Pelaporan Pemeliharaan (Blanko P)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Golongan, Jadwal dan Pola Tanam

Gambar 2.2 Petunjuk Operasi Bendung

Gambar 2.3 Pembagian Petak Tersier DI, Blok Kwarter pada Petak Tersier

Gambar 2.4 Contoh Papan Operasi Saluran Induk

Gambar 2.5 Contoh Papan Oprasi Saluran Sekunder

Gambar 2.6 Contoh Papan Operasi Saluran Tersier (Tunggal)

Gambar 2.7 Contoh Papan Operasi Saluran Tersier (Gabungan)

Gambar 2.10 Bagan Alir Pelaporan Blanko Operasi

Gambar 3.1 Skema Bangunan

Gambar 3.2 Bagan Alir Pelaporan Blanko Pemeliharaan

Gambar 4.1 Bagan Organisasi Pelaksana O & P

Gambar 4.2 Batas Wilayah Kerja Daerah Irigasi

Page 40: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

40

Gambar 5.1 Jadwal Persiapan O&P

Lampiran KAK-4

CONTOH DAFTAR ISI

BUKU DATA DAERAH IRIGASI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Pengertian

1.3. Maksud dan Tujuan

BAB II DATA DASAR JARINGAN IRIGASI

2.1. Lokasi.

2.2. Peta dan Skema

2.3. Data Daerah Irigasi

2.3.1. Inventarisasi Areal Sawah Potensial dan Fungsional

2.3.2. Bangunan Utama

2.3.3. Inventarisasi Bangunan

2.3.4. Saluran Pembawa

2.3.5. Saluran Pembuang

2.3.6. Jalan Inspeksi

2.3.7. Inventarisasi Gedung dan Fasilitas Kantor Lapangan

2.3.8. Inventarisasi Peralatan Mesin dan Kendaraan

2.4. Gambar dan Laporan

2.5. Usulan Bench Mark (BM) dan Control Point (CP)

2.6 Organisasi dan Personalia Pelaksana O & P

BAB III DATA HIDROLOGI

3.1. Curah Hujan

3.2. Klimatologi

3.3. Catatan Debit Sungai

3.4. Neraca Air

BAB IV DATA TANAMAN

4.1. Kebutuhan Air Tanaman

4.2. Pola Tanam dan Jadwal Tanaman

4.3. Realisasi Tanaman dan Produksi

BAB V DATA DESAIN

5.1. Dimensi Saluran dan Bangunan Ukur

5.2. Debit Rencana di Sadap Tersier

Page 41: DD. Rehabilitasi Daerah Irigasi

41

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Bangunan Sadap Daerah Layanan

Tabel 2. Daftar Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dan Gabungan P3A

Tabel 3. Inventarisasi Areal Potensial & Areal Fungsional Petak Tersier

Tabel 4. Data Bangunan Utama

Tabel 5. Daftar Inventarisasi Bangunan Bagi, Sadap dan Pelengkap

Tabel 6a. Daftar Inventarisasi Saluran Pembawa

Tabel 6b. Daftar Inventarisasi Saluran Pembuang

Tabel 7. Data Jalan Inspeksi

Tabel 8a. Inventarisasi Kantor, Rumah Dinas dan Kantor P3A

Tabel 8b. Daftar Fasilitas Kantor dan Lapangan

Tabel 9. Daftar Peralatan Mesin

Tabel 10. Daftar Gambar Desain dan Laporan-laporan

Tabel 11. Daftar Koordinat Bench Mark (BM) dan Control Point (CP)

Tabel 12. Daftar Curah Hujan Bulanan/ ½ Bulanan dan Hari Hujan

Tabel 13. Daftar Klimatologi dan Evapotranspirasi

Tabel 14. Daftar Catatan Debit Sungai Rerata, ½ Bulanan/ 10 Harian

Tabel 15. Estimasi Debit Banjir

Tabel 16. Perhitungan Neraca Air

Tabel 17. Daftar Kebutuhan Air Tanaman

Tabel 18. Daftar Rencana Tata Tanam

Tabel 19. Daftar Realisasi Tanaman

Tabel 20a Data Dimensi Saluran Pembawa

Tabel 20b Data dimensi Bangunan Ukur

Tabel 20c Tabel Debit untuk Bangunan Type Ambang Lebar, Coplety dan Tipe lain

Tabel 21 Debit Rencana di Sadap Tersier

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Irigasi

Gambar 2. Struktur Organisasi Pelaksana O & P

Gambar 3. Peta Jaringan Irigasi

Gambar 4. Skema Jaringan Irigasi

Gambar 5. Skema Bangunan

Gambar 6. Peta Lokasi Stasiun Hujan dan Klimatologi

Gambar 7. Diagram Neraca Air

Gambar 8. Skema Pola Tata Tanam dan Pembagian Air

Gambar 9. Peta Golongan dan Blok Giliran