Dani

154
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi memungkinkan manusia hidup dalam suasana yang serba nyaman dan serba praktis.Hal ini semua dimungkinkan dengan adanya energi listrik. Energi listrik sampai saat ini masih memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, industri, kantor pemerintahan dan kegiatan sosial. Penyaluran energi listrik menjadi tolak ukur penting yang berperan dalam memajukan pembangunan Bangsa dan Negara. Sehingga peranan energy listrik begitu penting dan berkaitan dalam kehidupan. Listrik tidak bisa timbul begitu saja tanpa dibuat atau dibangkitkan.Oleh karena itu untuk membangkitkan listrik dibuat suatu pembangkit yang dapat menghasilkan energi listrik.Pada zaman modern ini ada banyak sekali pembangkit- pembangkit listrik yang membangkitkan besar energi listrik bervariasi. Contohnya saja seperti PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas), PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap), PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir), PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) dan masih banyak Pembangkit listrik yang lainnya. Banyaknya pembangkit- pembangkit listrik tersebut menunjukkan bahwa semakin banyaknya listrik yang dibutukan oleh masyarakat saat ini.

description

Enectrical

Transcript of Dani

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi memungkinkan manusia hidup dalam suasana yang serba nyaman

dan serba praktis.Hal ini semua dimungkinkan dengan adanya energi listrik. Energi listrik

sampai saat ini masih memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga,

industri, kantor pemerintahan dan kegiatan sosial. Penyaluran energi listrik menjadi tolak

ukur penting yang berperan dalam memajukan pembangunan Bangsa dan Negara. Sehingga

peranan energy listrik begitu penting dan berkaitan dalam kehidupan.

Listrik tidak bisa timbul begitu saja tanpa dibuat atau dibangkitkan.Oleh karena itu untuk

membangkitkan listrik dibuat suatu pembangkit yang dapat menghasilkan energi listrik.Pada

zaman modern ini ada banyak sekali pembangkit-pembangkit listrik yang membangkitkan

besar energi listrik bervariasi. Contohnya saja seperti PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga

Air), PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas),

PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap), PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga

Nuklir), PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) dan masih banyak Pembangkit listrik yang

lainnya. Banyaknya pembangkit-pembangkit listrik tersebut menunjukkan bahwa semakin

banyaknya listrik yang dibutukan oleh masyarakat saat ini.

Agar listrik bisa sampai kepada kita sebagai konsumen maka dibuatlah suatu jaringan

atau yang biasa kita kenal dengan Distribusi Tenaga Listrik yaitu pendistribusian listrik dari

pembangkit tenaga listrik menuju kita sebagai konsumen atau pengguna listrik sehari-hari.

Sebelum listrik sampai kepada kita dari pembangkit tenaga listrik terlebih dahulu listrik

disalurkan menuju Gardu Distribusi.

Didalam merancang gardu distribusi, kita harus mengetahui berapa besar daya yang akan

digunakan pada tempat tersebut, selain itu kita harus mengetahui apa saja peralatan atau

komponen yang terdapat didalam gardu distribusi. Setelah mengetahui peralatan atau

komponen yang akan digunakan kita dapat menghitung dari data yang sudah tersedia untuk

menentukan spesifikasi dari peralatan atau komponen yang akan kita gunakan. Selain itu

seorang perancang juga harus menggambar instalasi dan juga lay out dari gardu distribusi

yang akan dibuatnya, dan juga mengetahui system pada gardu tersebut. Bahkan perancangan

Gardu distribusi yang baik adalah memiliki konstruksi, sistem pengamanan, dan

perlindungan yang baik untuk menjaga kestabilan dari semua komponen yang terdapat di

gardu distibusi dalam rangka menyuplai daya listrik serta daya yang disuplai sesuai dengan

keinginan konsumen.

1.2 Permasalahan

Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana cara merancang gardu distribusi yang sesuai dengan standar?

b. Apa saja peralatan atau komponen dari gardu distribusi?

c. Bagaimana system dari gardu distribusi?

d. Bagaimana cara menggambar instalasi gardu distribusi

e. Bagaimana cara membuat BQ

f. Bagaimana cara membuat RKS

g. Bagaimana cara membuat Analisa harga satuan

h. Bagaimana cara membuat EE

1.3 Tujuan

Tujuan dari tugas ini adalah sebagai berikut :

a. Dapat merancang gardu distribusi.

b. Mengetahui tentang instalasi pada system tegangan menengah khususnya pada tegangan

20 KV serta mengetahui komponen apa saja yang dipakai pada gardu distribusi.

c. Mengetahui peralatan dan komponen dari gardu distribusi.

d. Mengetahui pengaman apa saja yang dipakai pada system 20 KV, dan mengetahui

karakteristiknya

e. Mengetahui fungsi dari peralatan dan komponen gardu distribusi.

f. Mengetahui system dari gardu distribusi.

g. Mengetahui perhitungan-perhitungan dalam merancang gardu distribusi.

1.4 Sistematika Penulisan

Dalam pembuatan tugas ini perlu diadakan sistematika penulisan guna tercapainya tujuan

penulisan laporan tugas ini. Ada beberapa bab yang terdapat dalam penulisan ini :

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Permasalahan

1.3 Tujuan

1.4 Sistematika Penulisan

BAB II : TEORI DASAR GARDU DISTRIBUSI

2.1 Trafo Daya

2.2 Switchgear MV dan LV

2.3 Sistem Pengaman

2.4 Instrumen Transformator dan Meteran

2.5 Sistem Rel

2.6 Emergency Power Supply

2.7 Instalasi Gardu

BAB III : DESKRIPSI DAN LINGKUP PROYEK

3.1 Umum

3.2 Deskripsi

3.3 Rekapitulasi Beban

BAB IV : PERANCANGAN DAN ANALISA GARDU DISTRIBUSI 20 KV

BIOTEKNOLOGI LIPI CIBINONG

4.1 Gambar Perancangan

a. Gambar MVMDP

Single Line Diagram

Three Line Diagram Lengkap

Panel (Fron View and Side View)

b. Instalasi Transformator

c. Gambar LVMDP

Single Line Diagram

Panel (Fron View and Side View)

d. Gambar Lay Out Ruang Gardu

e. Gambar Lay Out Ruang Genset

f. Gambar AMF

Single Line Diagram

Gambar Diagram Kontrol Berbasis PLC dan Dimonitor Dengan SCADA

Panel AMF (Fron View and Side View)

g. Gambar Diagram Kontrol Battre Emergency (UPS)

4.2 Pemilihan dan Perhitungan Komponen

a. Perhitungan dan Pemilihan

Trafo Daya

Switchgear

Pengaman

Bus-Bar

Trafo Instrumen

Alat Ukur

Kabel Daya

Genset

Battre

b. Daftar Komponen

MVMDP

LVMDP

AMF

4.3 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

4.4 Bill of Quantity (BQ)

4.5 Analisa Harga Satuan

4.6 Engineering Estimate (EE)

4.7 Networking Planning (NWP)

BAB V : KESIMPULAN

Daftar Pustaka

Lampiran Katalog Komponen Yang Digunakan

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Trafo Daya

Transformator merupakan peralatan statis untuk memindahkan energy listrik dari satu

rangkaian listrik ke rangkaian lainnya dengan mengubah tegangan tanpa merubah frekuensi.

Transformator disebut peralatan statis karena tidak ada bagian yang bergerak/berputar, tidak

seperti motor atau generator. Pengubahan tegangan dilakukan dengan memanfaatkan prinsip

induktansi elektromagnetik pada lilitan.Fenomena induksi elektromagnetik yang terjadi

dalam satu waktu pada transformator adalah induktansi sendiri pada masing- masing lilitan

diikuti oleh induktansi bersama yang terjadi antar lilitan.

Secara sederhana transformator dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu lilitan primer,

lilitan sekunder dan inti besi.Lilitan primer merupakan bagian transformator yang terhubung

dengan rangkaian sumber energi (catu daya).Lilitan sekunder merupakan bagian

transformator yang terhubung dengan rangkaian beban.Inti besi merupakan bagian

transformator yang bertujuan untuk mengarahkan keseluruhan fluks magnet yang dihasilkan

oleh lilitan primer agar masuk ke lilitan sekunder.Berikut adalah gambar sederhana dari

sebuah transformator.

Gambar 2.1 Rangkaian Transformator Sederhana

Dimana :

V1 = Tegangan Primer V2 = Tegangan Sekunder

E1 = Jumlah Lilitan Primer E2 = Jumlah Lilitan Sekunder

Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah transformator yang disebut

sebagai transformator daya atau power transformer.Transformator daya dapat didefinisikan

sebagai sebuah transformator yang digunakan untuk memindahkan energi listrik yang

terletak di berbagai bagian dari rangkaian listrik antara generator dengan rangkaian primer

dari sistem distribusi.

Berdasarkan hukum Faraday yang menyatakan magnitude dari electromotiveforce (emf)

proporsional terhadap perubahan flukster hubung dan hukum Lenzyang menyatakan arah

dari emf berlawanan dengan arah fluksse bagai reaksi perlawanan dari perubahan

Flukster sebut didapatkan persaman :

e = (d/dt) keterangan : e= emfsesaat(instantaneousemf)

Ψ= fluksterhubung (linkedflux)

Dan padatransformer ideal yang dieksitasi dengan sumber sinusoidal berlaku persamaan:

E =4,44ΦmNf Keterangan: E = Tegangan rms

N=jumlahlilitan

f = frekuensi

Φm= flukspuncak (peakflux)

Dan persamaan :

E1

E2

=N1

N2

Dikarenakan padatransformer idealseluruhmutualfluxyangdihasilkansalahsatu

kumparanakanditerimaseutuhnya olehkumparanyanglainnyatanpaadanyaleakageflux

maupun losslainmisalnyaberubah menjadipanas.Atasdasarinilahdidapatkanpula persamaan:

P1 = P2

V1 . I1 = V2 . I2

N1 . I1 = N2 . I2

2.2 Switchgear MV dan LV

2.2.1 Circuit Breaker (CB)

Pengoperasian CB dapat dilakukan dengan atau tanpa beban karena memiliki media

pemadam busur api (OCB, VCB, ABCB, dan SF6). Penggunaan CB untuk kapasitas besar

pada gardu induk dan dikombinasikan dengan relay dan Current Transformer (CT).

Dalam operasi CB harus mampu:

1. Memutus/ memikul arus nominal secara kontinyu

2. Bekerja secara otomatis bila terjadi gangguan.

3. Bekerja sebagai isolasi pada keadaan kontak terbuka

4. Memikul arus hubung singkat maksimum dalam jangka waktu tertentu (breaking/

making capacity)

2.2.2 Disconnecting Switch (DS)

DS bekerja sebagai komponen pemisah jaringan sehingga pengoperasiannya dilakukan

dalam keadaan sistem tidak berbeban.

2.2.3 Load Break Switch (LBS) atau Fuse LBS (FLBS)

LBS dipakai di gardu distribusi, bekerja berdasar beban lebih saat aliran arus menjadi

sangat besar).Jika digunakan untuk arus lebih, dikombinasikan dengan fuse daya (NH Fuse).

LBS dilengkapi dengan media pemadam busur api.

Pemilihan :

Rated voltage (Un)

Rated current (In)

Breaking capacity

2.3 Sistem Pengaman

2.3.1 Fuse

Pengama lebur atau sering disebut dengan fuse adalah salah satu jenis peralatan

pengaman yang berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik dari gangguan arus hubung

singkat (Short circuit). Pengaman lebur ini mempunyai karakteristik pemutusan lebih cepat

dibandingkan dengan MCB.Pengaman ini hanya dapat dipakai satu kali dan tidak bisa

dioperasikan kembali. Fuse mempunyai dua karakteristik yaitu, karakteristik pengaman dan

karakteristik pencairan (melting) dan pemutusan (clearing). Karakteristik pengaman yaitu

hubungan antara arus hubung singkat simetri atau asimetri dengan arus pemutusan pelebur.

Sedangkan karakteristik pencairan dan pemutusan adalah hubungan antara arus gangguan

dengan waktu mulai mencair dan pemutusan fuse. Untuk ini ada dua kurva yaitu maksimum

clearing time dan minimum melting time.

Berikut ini adalah contoh macam fuse :

1. Fuse Type Ulir

Secara konstruksi pengaman ini mempunyai ulir yang akan memudahkan dalam hal

penggantian/pemasangan jika terjadi gangguan. Perlengkapan lain dari pengaman lebur

yaitu : rumah sekering, tudung sekering, pengepas patron (pas ring) dan patron lebur. Patron

lebur memiliki kawat lebur dari perak dengan campuran beberapa logam lainseperti timbel,

seng dan tmbaga, sedang untuk kawat lebur digunakan perak karena mempunyai daya hantar

yang tinggi.

Selain kawat lebur dalam patron lebur, juga terdapat kawat isyarat dari kawat

tahananyang terhubung paralel dengan kawat lebur. Dalam patron lebur juga terdapat pasir

yang berfungsi sebagai meredam percikan api yang timbul jika kawat lebur putus dan sebagai

isyarat untuk menandakan kuat arus yang dilalui didalam kawat lebur.

2. Fuse Type Pisau ( sistem NH/HRC)

Pengaman lebur type ini biasanya digunakan untuk pengaman arus di atas 20 Ampere

pada tegangan kerja 500-600 volt. Pada pengaman ini terdapat beberapa tanda plat atau

tojolan sebagai penghubung. Sekering NH ( Needle Huspning ) atau HRC ( High Rupturing

Capacity ) tidak dapat dilepas tanpa alat pengepasnya yang berbentuk mirip setrika yang

mempunyai penahan yang dapat menahan atau menarik NH dari dudukannya atau kontaknya.

Alat untuk menarik/menahan NH dari fuse holder disebut fuse puller. Fuse HRC ini memiliki

kelas kerja gL dan gI ( IEC ).

3. Fuse Type Tabung Isolator ( catridge fuse )

Pengaman lebur type tabung isolator dapat dipasang dan dilepas bagian tabungnya.

Pengaman ini biasanya digunakan untuk arus 1-100 A dengan tegangan kerja 220 volt AC.

Berdasarkan karakteristiknya, pengaman lebur type tabung isolator ini dapat dibagi

menjadi :

Fast Acting Fuse

Fast acting fuse dirancang agar bekerja pada sensitifitas tinggi walaupun kondisi arus

gangguannya sesaat.

Slow Blow fuse

Slow blow fuse didalamnya mempunyai coil dan dirancang untuk terbakar hanya

pada arus atau beban lebih yang terjadi secara continue, misal hubung singkat.

Konstruksi coil ini adalah untuk mencegah terbakarnya pengaman hanya karena

hentakan arus besar sesaat dalam waktu tertentu. Sebagai contoh slow blow fuse 2 A

akan mampu menahan 400% arus lebih sampai 6 detik.

4. MV Fuse

MV Fuse terdiri dari jenis FUSE ARC (DIN Standar) dan SOLEFUSE (UTE Standar). Di

mana fuse ini memilki kemampuan untuk melindungi peralatan distribusi tegangan

menengah. MV Fuse dapat di aplikasikan pada tegangan menengah 3 KV hingga 36 KV

tergantung dari tipenya. MV Fuse  dapat melindungi peralatan terhadap efek thermal dan

dinamik yang timbul akibat hubung singkat yang arusnya lebih besar dari kemampuan

minimum breaking current fuse tersebut.

MV Fuse ini merupakan alat proteksi terhadap efek thermal overload yang tersederhana

dan termurah. MV Fuse dapat di aplikasikan pada : MV Distribusi Power Transformer

dengan kapasitas maksimum hingga  2 MVA pada tegangan 24 kV.

Dalam pemakaiannya sebagai pengaman, pengaman lebur ( fuse ) mempunyai kelebihan

serta kekurangan. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari fuse :

Kelebihan Pengaman lebur ( fuse ) antara lain :

1) Handal dalam pemutusan bila terjadi gangguan arus lebih/hubung singkat.

2) Tidak terjadi pengelasan kontak

3) Kecepatan dan waktu pemutusan tinggi, sehingga cocok untuk

mengamankan peralatan elektronika atau semi konduktor.

4) Memberikan tingkat pengamanan yang pasti dan meyakinkan unutuk nilai

arus hubung singkat yang sangant tinggi.

5) Kerugian tegangan pada penghantar leburnya kecil, karena menggunakan

tahanan menggunakan tahanan penghantar lebur yang kecil juga.

Kekurangannya antara lain :

1) Jika pengaman lebur putus diperlukan waktu dan biaya untuk mengganti

2) Dapat mengganggu dan menghambat aktifitas kerja, karena harus

menunggu pengganti pengaman lebur yang baru.

3) Untuk sistem tiga fasa, pengaman ini tidak dapat bekerja secara serentak

untuk memutuskan hubungan tiga fasa tersebut jika terjadi gangguan pada

salah satu fasanya.

2.3.2 Grounding

Sistem pengetanahan peralatan-peralatan pada gardu induk biasanya menggunakan

konduktor yang ditanam secara horisontal, dengan bentuk kisi-kisi (grid).Konduktor

pengetanahan biasanya terbuat dari batang tembaga kertas dan memiliki konduktivitas tinggi,

terbuat dari kabel tembaga yang dipilin (bare stranded copper)

Konduktor ini ditanam sedalam kira-kira 30 cm-80 cm atau bila dibawah kepala pondasi

sedalam kira-kira 25 cm.Luas kisi-kisi di daerah swicthyard, sesuai peralatan-peralatan yang

ada, dibatasi  maksimum 10 m × 5 cm. Kisi-kisi pengetanahan  bersambungan  satu dengan

lainya dan dihubungankan dengan  batang pengetanahan yang terdiri dari batang tembaga.

Semua dasar isolator-isolator.Terminal terminal pengetanahan dan pemisah

pengetanahan, netral trafo arus dan trafo tenaga, dasar penagkap petir (lighthing arrester) dan

struktur dihubungkan dengan kisi-kisi pengetanahan.Gangguan tanah yang mengalir di

tempat gangguan maupun di tempat pengetanahan gardu induk menimbulkan perbedaan 

tegangan di permukaan tanah yang dapat mengakibatkan  terjadinya tengangan  sentuk dan

tegangan langkah yang melampaui batas-batas keamanan manusia dan binatang.

Sistem pengetanahan pada gardu induk membuat permukaan tanah di lokasi gardu induk

mempunyai perbedaan tegangan  yang serendah-rendahnya  pada waktu terjadi gangguan

hubung tanah atau membuat tanah serendah-rendahnya.

Pengukuran tahanan jenis tanah pada lokasi gardu induk diambil pada beberapa titik

lokasi. Tahanan jenis dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut :

                                       ρ = 2 π a R

Di mana :

ρ           =  tahanan jenis rata-rata tanah (ohm-meter)

a           =  jarak antara batang elektroda yang terdekat (meter)

R          =  besar tahanan yang terukur (Ohm)

Pada waktu arus gangguan mengalir antara batang pengetanahan dan tanah, tanah akan

menjadi panas akibat arus I 2 ρ .suhu tanah harus di bawah 1000C untuk menjaga sampai

terjadi penguapan pada air kandungan dalam tanah dan kenaikan tahanan jenis.

Kerapatan arus yang yang diizinkan pada permukaan batang pengetanahan dapat dihitung

dengan rumus :

                                    I = 3,1414 × 10-2  d                                

Di mana :

i    =  kerapatan arus yang diizinkan (amp/cm)

d    =  diameter batang pengetanahan (mm)

δ    =  panas spesifik rata-rata tanah (kurang lebih 1,75 × 106 watt-detik,     

         tiap m3 tiap 0p).

 θ    =  kenaikan suhu tanah yang diizinkan (0C)

ρ    =  tahanan jenis tanah (Ohm-meter)

t     =  lama waktu gangguan

Kenaikan suhu tanah yang diizinkan adalah antara perbedaan temperatur rata-rata tahanan

dan 1000C.misalkan kenaikan suhu diambil =50 0C, maka kerapan arus i.

                        i  =  0,186 amp/cm ( ρ  = 750 Ohm-meter).

Besar tegangan sentuh yang diizinkan dapat ditentukan dengan rumus :

                                    Es = Ik (Rk + 1,5 ρ s).

Dimana :

Ik  = arus fibrilasi

Rk  = tahanan badan manusia

ρs = tahanan jenis permukaan batu kerikil basah dimana orang berdiri = 3000 Ohm-meter

(untuk tanah yang dilapisi hamparan batu koral).

Tabel Tegangan sentuh yang diizinkan dan lama gangguan berdasarkan IEEE Std

80-1986.

Lama Gangguan (t) Tegangan Sentuh Yang Diizinkan

(detik) (Volt)

0,1 1980

0,2 1400

0,3 1140

0,4 990

0,5 890

1 626

2 443

3 362

Untuk pentanahan grid dengan model bujur sangkar maupun empat persegi panjang

(rectangular grid) menurut IEEE Std 80-1986 mempunyai batasan :

1.      Jumlah konduktor parallel dalam satu sisi kurang dari 25 (n<25),

2.      0.25 < h < 2.5 dengan  h adalah kedalaman penanaman konduktor (m),

3.      d< 25 m, d adalah diameter penghantar (m),

4.      D > 2.5 m, D adalah jarak antar konduktor parallel (m).

Tegangan mesh merupakan salah satu bentuk tegangan sentuh. Tegangan mesh ini

didefenisikan sebagai tegangan peralatan yang diketanahkan terhadap tengah-tengah

daerah yang dibentuk konduktor kisi-kisi (center of mesh) selama gangguan

tanah .tegangan mesh ini menyatakan tegangan tertinggi yang mungkin timbul sebagai

tegangan sentuh yang dapat dijumpai dalam sistem pengetanahan gardu induk, dan inilah

yang diambil sebagai tegangan untuk disain yang aman.

Tegangan mesh itu secar pendekatan sama dengan ρi, dimana ρ tahanan jenis tanah dalam

Ohm-meter dan i arus yang melalui konduktor kisi-kisi. Tetapi tahanan jenis tanah nyatanya

tidak merata. Demikian juga arus i tidak sama pada semua konduktor kisi-kisi. Oleh karena

itu untuk mencakup pengaruh-pengaruh jumlah konduktor pararel n , jarak-jarak konduktor

pararel, D. diameter konduktor, d, dan kedalaman penanaman, h, tegangan  mesh itu dihitung

dari persamaan sebagai berikut :

                                    Em = Km Ki  ρ

Dimana,

 Kn = ln ln

Ki  = factor koreksi untuk ketidak merataan kerapatan arus, yang dihitung dengan jarak

rumus emperis : = 0,65 + 0,172 n (= 3,402)

D   =  jarak antara konduktor-konduktor pararel pada kisi-kisi (=4m)

h   =  kedalam penanaman konduktor (=0,8 m)

d  =  diameter konduktor kisi-kisi (=0,016)

n = jumlah konduktor pararel dalam kisi-kisi utama, tidak termasuk sambungan

melintang (=16)

ρ   =  tahanan jenis rata-rata tanah (=750 Ohm-meter)

I  =  besar arus gangguan tanah (=1.200 Amp)

L  = panjang konduktor pengetanahan yang ditanam termasuk semua batang

pengetanahan (= 1.600 m).

Tegangan sentuh maksimum yang timbul dalam rangkain (mesh) tidak terletak di pusat

kisi-kisi (daerah persegi empat yang dibentuk konduktor kisi-kisi), dimana tegangan mesh

diatas dihitung, tetapi terletak agak dibagian kuar kisi-kisi (grid). Tetapi bila kisi-kisi

mempunyai delapan konduktor pararel atau kurang perbedaan tegangan sentuh maksimum

yang ada dan tegangan mesh di bagian luar kisi-kisi tidak akan melebihi 10%. Oleh karena

itu, untuk kisi-kisi dengan delapan konduktor pararel atau kurang tidak dibutuhkan

perhitungan yang eksak (teliti) bila dipergunakan factor keselamatan yang sesuai dalam

perbandingan antara tegangan mesh tegangan sentuh yang diizinkan.Jadi bila kisi-kisi

mempunyai delapan konduktor pararel atau kurang, tegangan mesh dapat dihitung dengan

persamaan (11.6) dan (11.7).tetapi bila jumlah konduktor pararel melebihi 8, persamaan

sehari-hari sudah cukup menggunakan persamaan (11.6) dan (11.7) diatas.

Maka,

            Em = 0,3695 × 3,402 × 750 × ( 1.200 / 1.600) = 707 Volt.

Jadi tegangan sentuh sebenarnya (707 Volt) lebih kecil dari tegangan sentuh yang

diizinkan (737 Volt), dengan demikian jaraj antara kisi-kisi serta panjang total konduktor

sudah memenuhi persyaratan.

Tegangan langkah yang diizinkan  dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

                                    Eℓ = Ik (Rk + 6 ρs)

Dimana :

I  =  arus fibrilasi

R  = tahanan tubuh menusia

ρs= tahanan jenis permukaan tanah 

Tabel Tegangan Langkah yang diijinkan dan lama gangguan berdasarkan IEEE Std

80-1986 :

Lama

Gangguan

(t)

Tegangan

Langkah yang

Diijinkan

(detik) (Volt)

0,1 7000

0,2 4950

0,3 4040

0,4 3500

0,5 3140

1 2216

2 1560

3 1280

Tegangan langkah sebenarnya adalah peredaan tegangan yang terdapat diantara kedua

kaki bila manusia berjalan diatas tanah system pengetanahan pada keadaan terjadi gangguan.

Tegangan langkah maksimum sebenarnya dapat dihitung dengan rumus :

Eℓm  = Ks  Ki  ρ 

(contoh)

Di mana :

ρ   =  tahanan jenis rata-rata tanah (=750 Ohm-meter)

Ki  = 0,65 + 0,172 n = 3,402 (n = 16)

I   = arus gangguan tanah maksimum (= 1200 Amp).

L = panjang total konduktor yang ditahan , termasuk batang pengetanahan = 1.600 meter.

Ks  = 0,4014 (n = 16).

Dimana:

h  =  kedalaman penanaman konduktor pengetanahan (=0,8m)

D  =  jarak antara konduktor-konduktor pararel (=5 m).

Maka,

       Eℓm= 0,4014 × 3,402 × 750 × (1.200 / 1.600) = 768 Volt.

2.4 Instrumen Transformator dan Meteran

2.4.1 Current Transformer (CT)

Current Transformer atau CT adalah salah satu type trafo instrumentasi yang

menghasilkan arus di sekunder dimana besarnya sesuai dengan ratio dan arus primernya .

Ada 2 standart yang paling banyak diikuti  pada CT yaitu : IEC 60044-1 (BSEN 60044-1) &

IEEE C57.13 (ANSI), meskipun ada juga standart Australia dan Canada.

CT umumnya terdiri dari sebuah inti besi yang dililiti oleh konduktor beberapa ratus

kali.Output dari skunder biasanya adalah 1 atau 5 ampere, ini ditunjukan dengan ratio yang

dimiliki oleh CT tersebut. Misal 100:1, berarti sekunder CT akan mengeluarkan output 1

ampere jika sisi primer dilalui arus 100 Ampere. Jika 400:5, berarti sekunder CT akan

mengeluarkan output 5 ampere jika sisi primer dilalui arus 400 Ampere. Dari kedua macam

output tersebut yang paling banyak ditemui, dipergunakan dan lebih murah adalah yang 5

ampere.

Pada CT tertulis class dan burden, dimana masing masing mewakili parameter yang

dimiliki oleh CT tersebut. Class menunjukan tingkat akurasi CT, misalnya class 1.0 berarti

CT tersebut mempunyai tingkat kesalahan 1%.Burden menunjukkan kemampuan CT untuk

menerima sampai batas impedansi tertentu. CT standart IEC menyebutkan burden 1.5 VA

(volt ampere), 3 VA, 5 VA dst. Burden ini berhubungan dengan penentuan besar kabel dan

jarak pengukuran (lihat table).

Aplikasi CT selain disambungkan dengan alat meter seperti ampere meter, KW meter

Cos Phi meter dll, sering juga dihubungkan dengan alat proteksi arus. Dengan

mempergunakan bermacam ratio CT didapatkan proteksi arus dengan beragam range ampere

hanya dengan satu unit proteksi arus. Yang perlu dipersiapkan adalah unit proteksi arus

dengan range dibawah 5 ampere dan CT dengan ratio XXX:5.

CT terdiri dari belitan primer, belitan sekunder dan inti mekanik. Jika arus primer yang

masuk ke CT ke terminal P1/K dan arus yang mengalir ke sekunder dinamakan terminal S1/k,

seperti yang terlihat pada gambar 1.Selanjutnya terdapat terminal kedua pada CT disisi

primer yaitu P2/L adalah terminal yang arusnya diperoleh dari P1/k yang dialirkan kek beban

dan S2/l sisi sekunder adalah terminal yang arusnya diperoleh dari S1/k.

Dalam hal ini, polaritas sisi sekunder harus disesuaikan dengan datangnya arus di

terminal sisi primer (tidak boleh terbalik).

Secara normal yang sesuai standar IEC terminal S2/l harus ditanahkan sebagai pengaman

sekunder CT terhadap tegangan tinggi akibat kopling kapasitif, sehingga sudut antara arus

primer dan sekunder = 0, kalau S1/k yang ditanahkan maka sudut arus antara primer dan

sekunder menjadi = 180o

Untuk pemilihan CT diperlukan data teknis CT, yaitu primary rated current, secondary

rated current, rated power output, accuracy class dan insulation rating.

2.4.2 Potensial Transformer (PT)

Trafo tegangan adalah suatu peralatan listrik yang dapat memperkecil tegangan tinggi

menjadi tegangan rendah, yang dipergunakan dalam rangkaian arus bolak-balik. Fungsi

trafo tegangan adalah untuk memperoleh tegangan yang sebanding dengan tegangan yang

hendak dipergunakan untuk memisahkan sirkuit dari sistem dengan tegangan tinggi (yang

selanjutnya disebut sirkuit primer) terhadap sirkuit dimana alat ukur (instrument) tersambung

( yang selanjutnya disebut sirkuit sekunder). Beda dengan transformator tenaga yang

dibutuhkan adalah tegangan dan daya keluarannya tetapi trafo tegangan yang dibutuhkan

adalah tingkat ketelitiannya dan penuruna tegangannya yang disesuaikan dengan alat ukur.

2.4.3 Instrumen Ukur

Peralatan pengukuran ada berbagai macam sesuai dengan besar satuan yang akan diukur.

Namun yang akan dibahas pada karya tulis ini adalah peralatan pengukuran yang dilakukan

pada tegangan sebesar 20kV. Adapun penjelasan peralatan ukur sebagai berikut:

1. Amperemeter

Amperemeter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur arus yang mengalir

pada suatu penghantar listrik. Amperemeter harus dipasang secara seri dengan rangkaian

yang akan diukur karena mempunyai tahanan dalam (RA) yang kecil sehingga apabila

amperemeter dihubungkan parallel akan terjadi dua aliran (I1 dan I2). Untuk arus kecil

dibawah 40A bisa menggunakan Type Direct., alat dengan TypeDirect ini digunakan secara

“Direct” atau dipasang langsung, adapun caranya langsung dipasang seri dengan beban yang

akan diukur. Namun bila beban yang diukur lebih besar dari 50A, alat ini harus

menggunakan Trafo Arus (Current Transformer). Adapun arus pengeluaran dari trafo arus

yang diijinkan antara1 – 5 A, misalnya untuk beban antara 0-50 A menggunakan CT 50/5

atau 50/1 dengan menggunakan type ampere meter dengan range scale 0 – 50 A. Bila arus

yang akan diukur kisaran antara 0-100 A maka CT yang digunakan adalah CT 100/5 atau

100/1, dengan menggunakan type amperemeter dengan range scale antara 0 – 100 A, begitu

seterusnya. Adapun cara wiring adalah dipasang seri, yaitu pada amperemeter terminal no 1

mendapat terminal K/P1 pada CT, dan terminal no 2 pada amperemeter mendapat terminal

L/P2 pada CT. Tingkat akurasi dari alat ini mencapai 1 – 1,5. Internal konsumsi arus 0,5

VA. Frekwensi 50 – 60 Hz. Berat dari alat ini 210 gr untuk ukuran 96 x 96 mm, dan 150 gr

untuk ukuran 72 x 72 mm.

2. Voltmeter

Voltmeter Adalah alat untuk mengukur beda potensial atau tegangan. Voltmeter harus

dipasangan secara parallel dengan tegangan yang akan diukur karena mempunyai tahanan

dalam (RA) yang besar.

Tahanan voltmeter harus besar, agar tidak mempengaruhi system pada saat digunakan, juga

agar daya yang hilang pada voltmeter itu kecil.

Ploses=E2

RV

Untuk pengukuran tegangan antara 0 – 250 V dan 0 –500 V dapat dipasang secara langsung,

namun bila teganggan lebih dari 500V harus menggunakan PT (Potansial

Transformer).Tingkat akurasi alat ini 1.5.frekwensi 50 – 60 Hz.

3. Frekwensi meter

Frekwensi meter digunakan untuk mengetahui frekwensi (berulang) gelombang

sinusoidal arus bolak-balik yang merupakan jumlah siklus sinusoidal tersebut perdetiknya

(cycle/second) pada suatu sumber tegangan, Tegangan yang di ijinkan 0 – 220 V. cara

penyambungannya sebagai berikut :

Frekwensi meter mempunyai peranan cukup penting khususnya dalam

mensinkronisasikan (memparalelkan) 2 unit mesin pembangkit dan stabilnya frekwensi

merupakan petunjuk kestabilan mesin pembangkit.

4. kWmeter

Alat yang di gunakan untuk mengetahui besarnya daya nyata (daya aktif) yang

dikonsumsi beban listrik. Pada wattmeter terdapat belitan arus dan belitan tegangan, sehingga

cara penyambungannya merupakan kombinasi cara penyambungan voltmeter dan

amperemeter sebagaimana pada gambar dibawah ini :

Alat untuk mengukur daya pada beban atau pada rangkaian daya itu adalah nilai rata-rata

dari perkalian e . I , yaitu nilai sesaat dari tegangan dan arus pada beban atau rangkaian

tersebut. Tegangan yang di ijinkan 380 V. Sytem wiring 3 phase 4 wire. Frekwensi 50 Hz.

5. kVAr meter

Alat yang digunakan untuk mengetahui balance atau tidak suatu beban listrik 3 phase.

Bila arus balance, maka Varmeter akan mununjuk pada angka 0, namun bila tidak balance

jarum penunjuk akan menunjukkan ke IND ( terjadi beban induktif), atau CAP (terjadi beban

capacitif).

6. Cosphi meter (Cosφ)

Alat ini digunakan untuk mengetahui besarnya factor kerja (power factor) yang

merupakan beda fase antara tegangan dan arus. Cara penyambungannya seperti pemasangan

kwh 3 phasa. Cosφ meter banyak digunakan dan terpasang pada :

● Panel pengukuran mesin pembangkit

● Panel gardu hubung, gardu induk

● Alat pengujian, alat penerangan, dll.

7. KWH meter

KWH meter digunakan untuk mengukur energi arus bolak-balik, merupakan alat yang

sangat penting untuk KWH yang diproduksi, disalurkan ataupun yang dipakai konsumen-

konsumen listrik.Max arus yang di ijinkan 20A tegangan 220V.

2.5 Sistem Rel

Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran Udara TT,

Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga

listrik/daya listrik.

Berdasarkan konstruksi relnya, busbar dapat dikelompokkan menjadi :

1. Single Bus Rel Tunggal

a) Rel Tunggal Standard

b) Rel Tunggal Standard

- Pemisah bagian

- Pemutus bagian

2. Double Duo Rel Ganda

- Rel ganda standard

- Rel ganda duplicat

- Rel ganda 1 ½ CB

- Rel ganda 2 CB

3. Rel Tertutup/Loop

1. Single Busbar Rel Tunggal

Busbar tunggal adalah sistim Busbar yang paling sederhana.Karena hanya

memerlukan sedikit peralatan dan ruang maka dari segi ekonomis sistim ini sangat

menguntungkan.Sistim ini dipakai untuk gardu distribusi yang hanya mempunyai sedikit

saluran keluar dan tidak memerlukan pindah-hubungan sistim tenaga.

Semua perlengkapan peralatan listrik dihubungkan hanya pada satu / single busbar pada

umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk diujung atau akhir dari suatu

transmisi. Namun, jika terjadi gangguan pada ril, isolator pada sisi ril, pemutus beban dan

peralatan diantaranya, maka pelayanan aliran tenaga listrik akan terputus sama sekali. Jika

dipandang perlu mencegah pemutusan pelayanan total, maka dipasang pemutus beban dan

pemisah bagian; komposisi dari sistim tenaga harus disesuaikan seperlunya.

2. Double Duo Rel Ganda

Rel ganda adalah gardu induk yang mempunyai dua / double busbar . Sistem ini sangat

umum, hampir semua gardu distribusi menggunakan sistem ini karena sangat efektif untuk

mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan. Busbar ganda terdiri dari

dua ril, tiga ril atau empat ril; kedua jenis terkahir ini tidak lazim dipakai. Sistim ini

memerlukan lebih banyak isolator, ril, bangunan konstruksi baja dan ruang dibandingkan

dengan ril tunggal. Tapi dengan ini pemeriksaan alat dan operasi sistim tenaga menjadi lebih

mudah. Tidak bekerjanya satu ril tidak diikuti dengan tidak bekerjanya transformator atau

saluran transmisi. Di Jepang bila dipakai saluran transmisi rangkap (double circuit), maka

biasanya rangkaian pertama dihubungkan dengan ril A dan rangkaian kedua dengan ril B,

sehingga beban kedua rangkaian itu seimbang. Dengan cara demikian maka dimungkinkan

untuk membatasi pemutusan pelayanan dan arus hubungsingkat dengan membuka pemutus

beban penghubung kedua ril itu bila gangguan terjadi pada salah satu rangkaian. Juga bila ril

A dan ril B dikerjakan terpisah maka dimungkinkan beroperasinya sistim tenaga yang

berlainan. Oleh karena itu sistim dua ril ini pada umumnya dipakai pada gardu distribusi

yang kedudukannya penting dalam sistim tenaga.

C) Rel Ganda 2 CB

Pada gardu distribusi di mana terdapat pemusatan banyak saluran transmisi dan dimana

diperlukan keandalan yang sangat tinggi, maka dipasanglah pemutus beban bagian pada

setiap rel. Di sini gardu distribusi itu terbagi menjadi dua bagian yang bekerja terpisah,

sehingga akibat-akibat gangguan pada ril dikurangi. Pada sistim ini saluran transmisi dan

transformator tidak usah terhenti selama pemutustenaga diperiksa atau diperbaiki. Dan dalam

keadaan gangguan ril, gangguan itu dapat ditiadakan dengan tidak mempengaruhi komposisi

sistim tenaga. Di balik keuntungan-keuntungan tadi, sistim ini me mpunyai kerugian-

kerugian bahwa ia memerlukan banyak pemutus-tenaga, pemisah dan ruang serta sirkit

kontrol dan pengamannya menjadi sangat kompleks. Oleh karena itu sistim ini sampai

sekarang belum dipakai di Jepang.

D) Rel Ganda 1 ½ CB

Gardu induk dengan konfigurasi seperti ini mempunyai dua busbar juga sama seperti

pada busbar ganda, tapi konfigurasi busbar seperti ini dipakai pada Gardu induk

Pembangkitan dan gardu induk yang sangat besar, karena sangat efektif dalam segi

operasional dan dapat mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan

sistem. Sistem ini menggunakan 3 buah PMT didalam satu diagonal yang terpasang secara

seri.

3. Rel Tertutup

Semua rel/busbar yang ada tersambung satu sama lain dan membentuk seperti ring/cicin.

Ril gelang hanya memerlukan ruang yang kecil dan baik untuk pemutusan sebagian dari

pelayanan dan pemeriksaan pemutus beban. Sistim ini jarang dipakai di Jepang karena

mempunyai kerugian bahwa dari segi operasi sistim tenaga ia tidak begitu leluasa seperti

sistim rua-ril; lagi pula rangkaian kontrol dan pengamanannya menjadi lebih kompleks, dan

kapasitas arus dari alat-alat yang terpasang seri harus lebih besar.

Bahan - bahan yang biasa digunakan untuk busbar yaitu :

- Cu (tembaga) dengan resistifitas 0,017241 Ω mm²/m yang lunak pada 200° C.

- Al (aluminium) dengan resistifitas 0,02828 Ω mm²/m yang lunak pada 180° C.

- Al campuran

Bentuk – bentuk yang biasa digunakan untuk busbar yaitu :

-

-

-

Biasanya untuk gardu distribusi digunakan bahan Cu dengan bentuk

Busbar harus berupa tembaga HDHC persegi, memiliki kapasitas arus sesuai dengan

gambar spesifikasi, dibuat dan diuji mengikuti standar IEC atau B.S 5486 dan tembaganya

harus diinsulasi/dibungkus dengan lapisan tipis PVC tanpa kelim (seamless) dan dibungkus

kaca tahan lama (non-ageing) berisi film polyester dengan sifat penghantar panas yang baik.

Pemasangan support pada busbar harus terbuat dari bahan insulator berkualitas tinggi.

Ukuran busbar untuk netralnya harus sama dengan ukuran busbar fasenya. Busbar untuk fase

dan netralnya harus dibedakan menurut warnanya sesuai dengan PUIL 2000. Support-support

busbar harus dilapis dan diberi jarak yang cukup antara permukaan konduktor dan kotak

busbarnya. Bahan-bahan insulasi harus memiliki tahanan yang tinggi (high-resistivity), non-

hygroscopic, non-ignitable, kuat dan dibentuk sedemikian rupa untuk mencegah

menumpuknya debu dan kotoran. Busbar yang meregang harus dipasang expansion joint.

Joint-joint ini harus berupa tembaga yang berinsulasi yang memiliki kapasitas membawa arus

tidak kurang dari kapasitas konduktornya. Gerakan expansion joint atau konduktor tidak

boleh melebihi jarak minimum antar joint atau konduktor yang disyaratkan.

2.6 Emergency Power Supply

2.6.1 Generator

Listrik seperti kita ketahui adalah bentuk energi sekunder yang paling praktis

penggunaannya oleh manusia, di mana listrik dihasilkan dari proses konversi energi sumber

energi primer seperti batu bara, minyak bumi, gas, panas bumi,  potensial air dan energi

angin. Sistem pembangkitan listrik yang sudah umum digunakan adalah mesin generator

tegangan AC, di mana penggerak utamanya bisa berjenis mesin turbin, mesin diesel atau

mesin baling-baling. Dalam pengoperasian pembangkit listrik dengan generator, karena

faktor keandalan dan fluktuasi   jumlah beban, maka disediakan dua atau lebih generator

yang dioperasikan dengan tugas terus-menerus, cadangan dan bergiliran untuk generator-

generator tersebut.

Penyediaan generator tunggal untuk pengoperasian terus menerus adalah suatu hal yang

riskan, kecuali bila bergilir dengan sumber PLN atau peralatan UPS.

Untuk memenuhi peningkatan beban listrik maka generator-generator tersebut dioperasikan

secara paralel antar generator atau paralel generator dengan sumber pasokan lain yang lebih

besar misalnya dari PLN.Sehingga diperlukan pula alat pembagi beban listrik  untuk

mencegah adanya sumber tenaga listrik terutama generator  yang bekerja paralel mengalami

beban lebih mendahului yang lainnya.

Tujuan kerja pararel dari generator adalah sebagai berikut :

Pengoperasian Generator Secara Paralel, Pasokan listrik ke beban dimulai dengan

menghidupkan satu generator, kemudian secara sedikit demi sedikit beban dimasukkan

sampai dengan kemampuan generator tersebut, selanjutnya menghidupkan lagi generator

berikutnya dan memparalelkan dengan generator pertama untuk memikul  beban yang lebih

besar lagi. Saat generator kedua  diparalelkan dengan generator pertama yang sudah memikul

beban diharapkan terjadinya pembagian beban yang semula  ditanggung generator pertama,

sehingga terjadi kerjasama yang meringankan sebelum beban-beban selanjutnya dimasukkan

ke generator. Selain itu juga untuk membantu mengatasi beban untuk manjaga jangan sampai

mesin dibebani lebih. Dan jika satu mesin dihentikan akan diperbaiki karena ada kerusakan,

maka harus ada mesin lain yang meueruskan pekerjaan. Jadi untuk menjamin kontinuitas dari

penyediaan tenaga listrik.

2.6.2 Diesel

Sistem pembangkit listrik tenaga diesel ini menggunakan generator dengansistem

penggerak tenaga diesel atau yang biasa dikenal dengan sebutan Genset ( Generator Set ).

PLTD ini merupakan pembangkit tenaga listrik yang ada di industri yang penggunaannya

sebagai daya listrik cadangan (emergency supply) dan beroperasi ketika PLN tidak aktif .

Ada 2 komponen utama dalam genset :

1. Prime mover atau penggerak mula, dalam hal ini adalah mesin diesel.

2. Generator.

Prime Mover / Penggerak Mula

Prime mover merupakan peralatan yang mempunyai fungsi menghasilkanenergi mekanis

yang diperlukan untuk memutar rotor generator.Penggerak mulayang dipakai dalam suatu

PLTD adalah diesel / engine. Pada mesin diesel terjadi penyalaan sendiri, karena proses

kerjanyaberdasarkan udara murni yang dimampatkan di dalam silinder pada tekanan

yangtinggi ( ± 30 atm ), sehingga temperatur didalam silinder naik. Dan pada saat itubahan

bakar disemprotkan dalam silinder dengan temperatur dan tekanan tinggimelebihi titik nyala

bahan bakar sehingga akan menyala secara otomatis. Bahanbakar yang menyala ini

menimbukan ekspansi gas yang akan menggerakkanpiston naik turun untuk melakukan kerja.

Jadi dalam hal ini diesel tidakmemerlukan karburator untuk mencampur bahan bakar

dengan udara karena telahbercampur dengan sendirinya di dalam silinder.Pada sebuah mesin

yangmempergunakan siklus percikan kompresi tidak memerlukan busi, karenapercikan yang

terjadi disebabkan oleh kompresi udara yang tinggi di dalamsilinder sehingga suhu menjadi

tinggi.Pada mesin diesel penambahan panas atauenergi senantiasa dilakukan pada tekanan

konstan.Prinsip tersebut mirip siklus Otto.

Siklus Otto :

1. Proses 0-1 : Udara ditekan masuk ke dalam silinder pada tekanan atmosfir

danvolume naik dari V2 menjadi V1.

2. Proses 1-2 : gas ditekan secara adiabatik dari V1 menjadi V2 dan temperaturnya

naik dari TA ke TB.

3. Proses 2-3 : terjadi proses pembakaran gas (dari percikan api busi), kalor diserap

oleh gas Qh. Pada proses ini volume konstan sehingga tekanan dan temperaturnya

naik.

4. Proses 3-4 : Gas berekspansi secara adiabatik, melakukan kerja

5. Proses 4-1 : kalor Qc dilepas dan tekanan gas turun pada volume konstan.

6. Proses 1-0 : dan pada akhir proses, gas sisa dibuang pada tekanan atmosfir dan

volume gas turun dari V1 menjadi V2.

Siklus Diesel :

1. Proses 0-1 : Proses hisap, udara ditekan masuk ke dalam silinder pada tekanan

atmosfir dan volume naik dari V2 menjadi V1.

2. Proses 1-2 : gas ditekan secara adiabatik dari V1 menjadi V2 dan temperaturnya

naik.

3. Proses 2-3 : terjadi proses pembakaran gas, kalor (Qh) diserap oleh gas.

4. Proses 3-4 : Gas berekspansi secara adiabatic.

5. Proses 4-1 : kalor Qc dilepas dan tekanan gas turun pada volume konstan.

6. Proses 1-0 : dan pada akhir proses, gas sisa dibuang pada tekanan atmosfir dan

volume gas turun dari V1 menjadi V2 volume gas turun dari V1 menjadi V2.

Pada mesin diesel, piston melakukan 2 langkah pendek menuju kepala silinder pada

setiap langkah daya.Pada langkah ke atas yang pertama adalah langkah pemasukan dan

pengisapan, disini udara dan bahan bakar masuk sedangkan poros engkol berputar ke

bawah.Kemudian langkah kedua poros engkol menyebabkan torak naik dan menekan bahan

bakar sehingga terjadi pembakaran.Langkah ketiga adalah langkah ekspansi dan kerja, disini

keduakatup yaitu katub masuk dan keluar tertutup sedangkan poros engkol terus berputar dan

menarik kembali torak ke bawah.

Langkah keempat adalah langkah pembuangan, disini katup buang terbuka dan

menyebabkan gas akibat sisa pembakaran terbuang keluar. Gas dapat keluar karena pada

proses keempat ini torak kembali dapat bergerak naik ke atas dan menyebabkan gas dapat

keluar. Kedua proses terakhir ini merupakan proses pembuangan. Setelah proses

keempatbdilakukan maka proses yang pertama, dimana udara dan bahan bakar

masukkembali. Proses yang terjadi pada mesin diesel dapat digambarkan sebagai berikut:

Berdasarkan kecepatan proses di atas maka diesel dapat digolongkan menjadi 3 bagian,

yakni :

1. Diesel kecepatan rendah ( N < 400 rpm )

2. Diesel kecepatan menengah ( 400 < N < 1000 rpm )

3. Diesel kecepatan tinggi ( N > 1000 rpm )

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan suatu mesin dieselantara lain :

1. Efisiensi termal tinggi, yaitu sekitar 45 %.

2. Desain nozzle tidak memerlukan perawatan yang terlalu rumit.

3. Tekanan efektif yang rata – rata tinggi.

4. Mudah dalam proses starting.

5. Pada detonasi tidak menghasilkan suara mesin yang mengganggu.

6. Efisiensi volumetrik tinggi.

7. Gas buang tidak melebihi ambang batas polusi udara yang berbahaya.

Keuntungan pemakaian mesin diesel sebagai prime over :

1. Desain dan instalasi yang sederhana.

2. Auxilary equipment sederhana.

3. Waktu pembebanan relatif singkat.

4. Konsumsi bahan bakar yang relatif murah dan hemat.

Kerugian pemakaian mesin diesel sebagai prime over :

1. Berat mesin sangat berat karena harus dapat menahan getaran serta kompresiyang

tinggi.

2. Starting awal yang berat, karena kompresinya tinggi ( ± 200 bar ).

Pembakaran Campuran Bahan Bakar dan Udara

Gas dengan

Suhu Tinggi

Gaya dengan Tekanan Tinggi

Gerak Lurus Torak

Mekanik

Engkol

Kopel Putar

3. Semakin besar daya mesin diesel tersebut dimensinya semakin besar juga, hal

tersebut akan menyulitkan jika daya mesin besar.

Prinsip Kerja Mesin Diesel

Mesin/motor diesel (diesel engine) merupakan salah satu bentuk motor pembakaran

dalam (internal combustion engine) di samping motor bensin dan turbin gas. Motor diesel

disebut dengan motor penyalaan kompresi (compression ignition engine) karena penyalaan

bahan bakarnya diakibatkan oleh suhu kompresi udara dalam ruang bakar. Dilain pihak

motor bensin disebut motor penyalaan busi (spark ignition engine) karena penyalaan bahan

bakar diakibatkan oleh percikan bunga api listrik dari busi.

2.6.3 Battre

Baterai atau akumulator adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya berlangsung

proses elektrokimia yang reversible (dapat berkebalikan) dengan efesiensinya yang tinggi.

Yang dimaksud dengan proses elektrokimia yang reversible adalah di dalam baterai

berlangsung proses pengubahan kimia menjadi listrik dan sebaliknya, untuk pengisian

kembali dengan cara melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas) yang berlawanan di

dalam sel.

Prinsip Kerja Baterai

a. Proses discharge bila sel dihubungkan dengan beban, maka elektron mengalir dari

anaoda beban ke katoda, kemudian ion – ion negatif mengalir ke anoda dan ion – ion

positif mengalir ke katoda.

b. Proses pengisian adalah bila sel dihubungkan dengan power supply maka elektroda

positif menjadi anoda dan elektroda negatif menjadi katoda dan proses kimia yang

terjadi adalah sebagai berikut :

Aliran elektron menjadi terbalik, mengalir dari anoda melalui power supply ke

katoda.

Ion – ion negatif mengalir dari katoda ke anoda

Ion – ion positif mengalir dari anoda ke katoda

Jadi reaksi kimia pada saat pengisian (charging) adalah kebalikan dari proses

pengosongan (discharging).

Gambar Pengisian dan pengosongan baterai

Cara – cara Pengisian Baterai :

a. Pengisian Awal (initial charge)

Pengisian ini dimaksudakna untuk pembentukan sel baterai, cara ini hanya dilakukan

pada baterai yang single atau baterai stasioner dan hanya dilakukan seklai saja.

b. Pengisian kembali (recharging)

Recharging dilakukan secara otomatis setelah baterai mengalami pengosongan.

Lamanya pengisian kembali disensor oleh rectifier sehingga apabila baterai sudah

penuh maka dilanjutkan kembali pengisian trickle.

c. Pengisian equalizing / penyesuaian

Pengisian penyesuaian dimaksudkan untuk mendapatkan kapasitas penuh pada setiap

sel, atau dengan kata lain memulihkan kapasitas baterai. Pengisian ini juga dilakukan

pada saat baterai setelah adanya penambahan aquades.

d. Pengisian perbaikan / treatment

Pengisian perbaikan dimaksudkan untuk memulihkan kapasitas baterai yang berada di

bawah standar setelah baterai dilakukan perbaikan. Apabila setelah dilakukan

perbaikan hasilnya dicapa dapat dilakukan beberapa kali.

e. Pengisian khusus / boost charge

Pengisian ini dimaksudkan untuk memulihkan baterai secara cepat setelah adanya

pengosongan yang banyak, misalnya pada sistem operasi charge discharge yang

belum mendapat catuan PLN.

f. Pengisian kompensasi Floating / trickle charge

Pengisian ini dimaksudkan untuk menjaga kapasitas baterai selalu dalam kondisi

penuh akibat adanya pengosongan diri (self discharge) yang besarnya 1 % dari

kapasitas.

Kapasitas Baterai

Kapasitas suatu baterai adalah menyatakan besarnya arus listrik (Ampere) baterai yang

dapat disuplai atau dialirkan ke suatu rangkaian luar atau beban dalam jangka waktu (jam)

tertentu, untuk memeberikan tegangan tertentu. Kapasitas baterai (Ah) dinyatakan sebgai

berikut :

C= I x t

Dimana :

C = Kapasitas baterai (Ah)

I = Besar arus mengalir (Ampere)

t = Waktu pemakaian (jam)

2.6.4 UPS

Uninterruptible power supply (disingkat UPS) adalah perangkat yang biasanya

menggunakan baterai backup sebagai catuan daya alternatif, untuk Dapat memberikan suplai

daya yang tidak terganggu untuk perangkat elektronik yang terpasang. UPS merupakan

sistem penyedia daya listrik yang sangat penting dan diperlukan sekaligus dijadikan sebagai

benteng dari kegagalan daya serta kerusakan system dan hardware. UPS akan menjadi

system yang sangat penting dan sangat diperlukan pada banyak perusahaan penyedia jasa

telekomunikasi, jasa informasi, penyedia jasa internet dan banyak lagi. Dapat dibayangkan

berapa besar kerugian yang timbul akibat kegagalan daya listrik jika sistem tersebut tidak

dilindungi dengan UPS.

Fungsi Utama dari UPS

1. Dapat memberikan energi listrik sementara ketika terjadi kegagalan daya pada listrik

utama.

2. Memberikan kesempatan waktu yang cukup untuk segera menghidupkan genset sebagai

pengganti listrik utama.

3. Memberikan kesempatan waktu yang cukup untuk segera melakukan back up data dan

mengamankan sistem operasi (OS) dengan melakukan shutdown sesuai prosedur ketika

listrik utama padam.

4. Mengamankan sistem komputer dari gangguan-gangguan listrik yang dapat

mengganggu sistem komputer baik berupa kerusakan software, data maupun kerusakan

hardware.

5. UPS secara otomatis dapat melakukan stabilisasi tegangan ketika terjadi perubahan

tegangan pada input sehingga tegangan output yang digunakan oleh sistem komputer

berupa tegangan Yang stabil.

6. UPS dapat melakukan diagnosa dan management terhadap dirinya sendiri sehingga

memudahkan pengguna untuk mengantisipasi jika akan terjadi gangguan terhadap

sistem.

7. User friendly dan mudah dalam installasi.

8. Pengguna dapat melakukan kontrol UPS melalui jaringan LAN dengan menambahkan

beberapa aksesoris yang diperlukan.

9. Dapat diintegrasikan dengan jaringan internet.

10. Notifikasi jika terjadi kegagalan dengan melakukan pengaturan perangkat lunak UPS

management.

Jenis-Jenis UPS Berdasarkan Cara Kerjanya

1. Line-interactive UPS

Pada UPS jenis ini diberi tambahan alat AVR (automatic voltage regulator) yang

berfungsi mengatur tegangan dari suplai daya ke peralatan.

2. On-line UPS

Pada UPS jenis ini terdapat 1 rectifier dan 1 inverter yang terpisah. Hal ini lebih mahal

apabila dibandingkan dengan dua jenis UPS lainnya. Dalam keadaan gangguan, suplai

daya ke rectifier akan diblok sehingga akan ada arus DC dari baterai ke inverter yang

kemudian diubah menjadi AC.

3. Off-line UPS

UPS jenis ini merupakan UPS paling murah di antara jenis UPS yang lain. Karena

rectifier dan inverter berada dalam satu unit. Dalam keadaan gangguan, switch akan

berpindah sehingga suplai daya dari suplai utama terblok. Akibatnya akan mengalir

arus DC dari baterai menuju inverter.

4. Modified UPS

UPS jenis ini sementara hanya di produksi oleh para antusias engineering yg

berhubungan dengan komputer,

Komponen-Komponen UPS

1. Baterai

Jenis baterai yang digunakan UPS umumnya berjenis lead-acid atau jenis nikel-

cadmium. Baterai ini umumnya mampu menjadi sumber tegangan cadangan maksimal

selama 30 menit.

2. Rectifier (penyearah)

Penyearah berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi arus DC dari suplai listrik

utama. Hal ini bermanfaat pada saat pengisian baterai.

3. Inverter

Kebalikan dari penyearah, inverter berfungsi untuk mengubah arus DC dari baterai

menjadi arus AC. Hal ini dilakukan pada saat baterai pada UPS digunakan untuk

memberikan tegangan ke komputer.

Cara Kerja UPS

UPS bekerja berdasar kepekaan tegangan. (RT)UPS akan menemukan penyimpangan

jalur voltase (linevoltage) misalnya, kenaikan tajam, kerendahan, gelombang dan juga

penyimpangan yang disebabkan oleh pemakaian dengan alat pembangkit tenaga listrik yang

murah. Karena gagal, UPS akan berpindah ke operasi on-battery atau baterai hidup sebagai

reaksi kepada penyimpangan untuk melindungi bebannya (load). Jika kualitas listrik kurang,

UPS mungkin akan sering berubah ke operasi on-battery. Kalau beban bisa berfungsi dengan

baik dalam kondisi tersebut, kapsitas dan umur baterai dapat bertahan lama melalui

penurunan kepekaan UPS.

Kegagalan listrik sesaat akibat terputusnya aliran listrik atau akibat sambaran petir dapat

meningkatkan arus catu daya dan dapat mematikan supplay arus listrik direct current (DC)

yang menuju motherboard komputer. Kegagalan listrik sesaat tersebut dapat mempengaruhi

kinerja perangkat komputer baik pada hardware maupun software sehingga menggunakan

aktivitas pengolahan data. Gangguan hardware dapat mengakibatkan motherboard cepat

rusak, berkurangnya performance system, dan turunnya performance hardware. Sedangkan

gangguan system software dapat berupa kemungkinan operating system corrupt, data lost,dan

lain sebagainya.

2.7 Instalasi Gardu

Berdasarkan konstruksinya, gardu distribusi dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)

yaitu :

1. Gardu Beton (Gardu Tembok)

Adalah gardu distribusi yang bangunannya secara keseluruhan terbuat dari beton dan

dibangun bilamana kepadatan bebannya lebih dari 2 MVA per km2.

Gardu beton dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Gardu untuk konsumen umum atau perumahan

b. Gardu untuk konsumen tegangan menengah atau industri

2. Gardu Kios

Adalah gardu distribusi yang bangunannya terbuat dari metal. Biasanya gardu ini

dalam pembangunannya dipakai untuk sementara.

3. Gardu Portal

Adalah gardu distribusi yang seluruh instalasinya dipasang pada 2 tiang atau lebih.

4. Gardu Tiang (Gardu Cantol)

Adalah gardu distribusi yang seluruh instalasinya dicantolkan pada satu tiang jaringan

distribusi.

Pada rancangan ini akan digunakan gardu beton, hal ini dikarenakan pada gardujenis

beton untuk konsumen tegangan menengah dilengkapi dengan fasilitas:

a. Satu atau dua kubikel tipe pemisah (Incoming)

b. Satu atau dua kubikel tipe pemutus (Outgoing)

c. Satu atau dua kubikel untuk trafo tegangan menengah

d. Satu atau dua kubikel untuk pengaman dan pengukuran

e. Satu atau dua kubikel untuk sambungan konsumen tagangan menengah

f. Kubikel untuk pengaman trafo.

BAB III

DESKRIPSI DAN LINGKUP PROYEK

3.1 Umum

Bioteknologi bergerak dalam bidang Penelitian yang mempunyai bangunan penunjang

sebagai berikut :

1. Gedung Laboratorium I

2. Gedung Laboratorium II

3. Gedung Perpustakaan dan Pertemuan

4. Gedung Kantor Pusat Administrasi

5. Gedung Laboratoruim Algae dan Kolam Algae

6. Gedung Gueshouse

7. Gedung Penunjang lainnya

3.2 Deskripsi

1. Sebagai sumber daya utama dilayani oleh PLN tegangan menengah 20 kV.

2. Sumber PLN tersebut masuk ke panel tegangan menengah ( MVMDP ).

3. Dari MVMDP di teruskan ke panel distribusi tegangan rendah ( LVMDP ) melalui

dua buah trafo daya .

4. Dua buah trafo tersebut dirancang untuk bekerja sendiri-sendiri,dimana:

a. Trafo Daya I ( T1 ) digunakan untuk melayani instalasi penerangan dan daya

pada gedung Laboratorium I, Lab Algae, Pompa air bersih dan Hydran dan

Penerangan luar ( lampu jalan dan taman ).

b. Trafo Daya II ( T2 ) digunakan untuk melayani instalasi penerangan dan daya

pada gedung LaboratoriumII, Gedung perpustakaan dan pertemuan,

Gueshouse, Kolam Algae dan penerangan luar.

5. Dalam kondisi tertentu dimana :

a. Bila salah satu trafo daya mengalami gangguan, maka trafo daya yang tidak

terganggu dapat memikul sebagian beban dari trafo yang mengalami gangguan,

hal ini dilakukan secara manual.

b. Dalam keadaan normal dapat dioperasikan secara paralel dengan secara manual.

6. Out going feeder dari LVMDP-T1, berjumlah sebanyak 10 feeder yang dihubungkan

langsung ke sub-distribusi panel ( SDP ) di lokasi gedung yaitu SDP-1.1, SDP-1.2,

SDP-1.4, SDP-ME, SDP-H dan LP-PL1, SDP-K. Sedangkan 3 feeder lagi digunakan

sebagai cadangan ( spare ).

7. Dan out going feeder LVMDP-T2, berjumlah sebanyak 7 feeder, dimana 5 feeder di

instalasi langsung ke SDP-1.5, SDP-1.6, SDP-1.7, SDP-1.3, dan SDP –PL2 .

Sedangkan 2 feeder lagi digunakan sebagai cadangan .

8. Bila listrik PLN mati atau ada gangguan, maka dalam hal ini

“performanceload”akan dilayani oleh sebuah system generating set/Genset (Diesel

emengency) yang diopeasikan secara otomatis dalam waktu antara 2 – 3 detik.

9. Beban “performance load” diatas yaitu Laboratorium I dan II dengan setengah daya

terpasang, dan Hydran dan Gueshouse dilayani secara penuh.

10. Pada saat dilayani oleh Genset, tiba-tiba sumber dari PLN hidup kembali, besamaan

dengan itu Genset akan mati secara otomatis dan pelayanan beban kembali dilakukan

oleh PLN secara penuh .

11. Khusus untuk beban SDP-K, bila PLN mati beban akan dilayani oleh Batrre yang

beroperasi secara otomatis (UPS) tanpa ada selang waktu. Dan sebaliknya pada saat

dilayani oleh Battre tiba-tiba PLN hidup kembali atau Genset telah hidup, maka

beban akan dilayani oleh Genset atau PLN kembali.

3.3 Rekapitulasi Beban

Trafo Daya I

No. Gedung Nama Panel

Total Daya

Terpasang

(KVA)

Keterangan

1 Laboratorium I SDP-1.1 460

2 Kantor Pusat SDP-1.2 45

3 Lab. Algae SDP-1.4 22

4 Pompa Air Bersih SDP-ME 45

5 Pompa Hydran SDP-H 106

6 Penerangan Luar SDP-PL1 22

7 UPT-Komputer SDP-K 100

TOTAL DAYA 800

Trafo Daya II

No. Gedung Nama Panel

Total Daya

Terpasang

(KVA)

Keterangan

1 Laboratorium II SDP-1.5 460

2Perpustakaan dan

PertemuanSDP-1.7 380

3 Gues House SDP-1.6 122

4 Kolam Algae SDP-1.3 18

5 Penerangan Luar SDP-PL2 12

TOTAL DAYA 922

4.2 Pemilihan dan Perhitungan Komponen

a. Perhitungan dan Pemilihan

Trafo Daya

Pada perancangan ini menggunakan dua buah trafo untuk menurunkan tegangan dari

tegangan menengah 20KV menjadi tegangan rendah 380 / 220 V. Dimana trafo ini

melayani beban yang memilliki kapasitas daya yang berbeda maka pada perancangan

gardu distribusi 20 KV Bioteknologi LIPI Cibinong menggunakan 2 buah trafo. Pada

trafo 1 digunakan untuk melayani instalasi tenaga (mesin – mesin dan kotak - kontak).

Sedangkan pada trafo 2 digunakan untuk melayani instalsi penerangan. Rating KVA,

Rating tegangan dan ratio, impedansi level isolasi ,merupakan hal yang perlu

diperhatikan dalam pemilihan trafo. Adapun dalam memilih trafo daya ini harus

memperhatikan bebarapa hal antara lain:

1. Tegangan

- 20 / 0,4 KV (dipakai untuk umum)

- 20 / 6,3 KV (dipakai untuk industri)

2. Frekuensi = 50Hz

3. Daya Transformator

Sisi Primer UN1(KV) Sisi Skunder UN2(KV)

1, 3, 5, 6, 10, 15, 200.23, 0.4, 0.525, 3.15,

6.3

Rated Power (KVA) Rated Voltage impedance (%)

50, 75, 100,125,150,200,315,400,500,630 4%

250, 315, 400,500, 630, 800, 1000,1250,

16006%

4. Koneksi

Pendinginan ada dua macam, yaitu pendinginan secara alami atau secara paksa.

Jenis transformator ada dua, yaitu:

- Transformator kering

- Transformator terendam minyak

Minyak berfungsi untuk : - Pendinginan

- Penyekat

- Pemadam Busur Api

No.

MACAM

SISTIM

PENDINGIN

MEDIA

DI DALAM TRAFO DI LUAR TRAFO

Sirkulasi

Alamiah

Sirkulasi

Paksa

Sirkulasi

Alamiah

Sirkulasi

Paksa

1. AN - - Udara -

2. AF - - - Udara

3. ONAN Minyak - Udara -

4. ONAF Minyak - - Udara

5. OFAN - Minyak Udara -

6. OFAF - Minyak - Udara

7. OFWF - Minyak - Air

8. ONAN/ONAF Kombinasi 3 dan 4

9. ONAN/OFAN Kombinasi 3 dan 5

10. ONAN/OFAF Kombinasi 3 dan 6

11. ONAN/OFWF Kombinasi 3 dan 7

6. Konstruksi

7. Kelas isolasi

Transformator Daya I

Total Daya pada 7 Feeder yang tehubung pada beban = 800 KVA,

½ Total daya pada Trafo 2 = 461 KVA

Total Daya pada Trafo 1

= 800 + 461 = 1261 KVA x faktor (0,7) = 882 KVA

Jadi Trafo yang digunakan adalah 1000 KVA

Transformator Daya II

Total Daya pada 5 Feeder yang tehubung pada beban = 922 KVA

½ Total daya pada Trafo 1 = 400 KVA

Total Daya pada Trafo 2

= 922 + 400 = 1322 KVA x faktor (0,7) = 925,4 KVA

Jadi Trafo yang digunakan adalah 1000 KVA

Trafo diparalel

Pada rancangan gardu distribusi ini dalam keadaan normal trafo dapat

dioperasikan secara parallel, maka perlu dihitung besarnya daya yang dipikul oleh

masing-masing trafo adalah:

T1= PN1 = 1000 KVA, UKN1 = 6%

T2= PN2 = 1000 KVA, UKN2 = 6%

PL = 882 KVA + 925 KVA = 1807 KVA

Ukd = PN 1+PN 2

PN 1UKN 1

+PN 2

UKN 2

= 1000+10001000

6+

10006

=6 %

P1 = 1000 x (1807) x (6 / 6) = 903,5 KVA ( 90,35 %)

2000

P2 = 1000 x (1807) x (6 / 6) = 903,5 KVA ( 90,35 %)

2000

Berdasarkan perhitungan di atas maka dipilih trafo dengan daya 1000 KVA, tetapi

karena pertimbangan untuk perkembangan dimasa yang akan datang dan untuk

memenuhi kebutuhan beban saat full load (100%) maka trafo yang dipakai adalah :

A. GENERAL CHARACTERISTICS

Design standars : IEC 76

Transformer type : Hermetically Sealed Totally Oil Filled

Service Condition : Indoor

Type of oil : Mineral Oil Class 1 acc. to IEC 296

Number of phase : 3 Phase

Frequency : 50 Hz

B. TECHNICAL SPECIFICATION

Capacity : 1000 kVA

Primary Voltage : 20 kV

Secondary Voltage : 0.4 kV

Vector Group : Dyn5

Cooling : ONAN

Temperature Rise – Oil : 60 oC

- Winding : 65 oC

No load losses at nominal voltage: 1600 Watts

On load losses at principal tapping: 13000 Watts

Impedance voltage : 5 %

Off load current at nominal voltage: 1.8 %

Temperature Insulation Class : A

Noise : 58 dB

Off Circuit Tapping value : +/-2.5%;+/-5%

C. INSULATION CLASS OF THE WINDINGS

Highest system voltage (kV) : 24 1.1

Impulse test voltage (kV) : 125 0

Applied test voltage (kV) : 50 3

D. EFFICIENCY AND VOLTAGE REGULATION

Efficiency ( % ) Voltage Regulation

4/4 load 3/4 load 2/4 load 1/4 load in Volt in %

Pf 0.8 98.21 98.54 98.80 98.81 384 3.98

Pf 1.0 98.56 98.83 99.04 99.04 394 1.42

E. APPROXIMATE WEIGHTS AND DIMENSION

Total length : 1,800 mm

Total width : 1,070 mm

Total height : 1,730 mm

Weight of oil : 715 kg

Weight of core and winding: 1,200 kg

Total weight : 2,860 kg

Approximate Drawing No.:

Painting Colour : Light Grey RAL 7032

Switchgear

Pada setiap bagian MVDP, baik incoming, metering, dan outgoing, sebagai

switchgear kami gunakan Fuse Load Break Switch (LBS).

1. Rating Pengaman pada Metering MVDP

Trafo tegangan berfungsi untuk step down tegangan guna pengukuran.

Bebannya dapat berupa alat-alat metering, lampu tanda, sensor under voltage, dan

komponen lain. Digunakanlah LBS berkapasitas 10A. Daya yang terpasang

sengaja dilebihkan guna persediaan cadangan untuk pengembangan di masa yang

akan datang. Jadi daya terpasang pada metering adalah :

S = 3 x 20 kV x 10 = 346.41 KVA

Pemilihan FLBS = (Merlin Gerin 24KV, In = 10A, Ith = 0.8KA, Class = 0.5,

5P15)

2. Rating Pengaman pada Incoming MVDP

Penentuan rating LBS pada bagian incoming adalah perjumlahan arus untuk

beban trafo1, beban trafo2, dan trafo tegangan yakni

Daya trafo1 + Daya trafo2 + Daya metering = (1000 + 1000 + 346,41) =67,73 A

3 x 20 kV 3 x 20 kV

Pemilihan FLBS = (Merlin Gerin 24KV, In = 60A, Ith = 6KA, Class = 0,5)

3. Rating Pengaman pada Outgoing MVDP

Karena masing masing trafo dapat dioperasikan secara sendiri-sendiri maka

masing-masing trafo diamankan oleh sebuah LBS. Tentunya rating pengaman

tiap-tiap LBS berbeda karena daya tarfo pun berbeda. Nilai rating pengaman LBS

tersebut adalah

Rating FLBS untuk Trafo 1 dan 2

In FLBS T1&2 = 1000 kVA = 28,87 A

3 x 20 kV

Pemilihan FLBS = (Merlin Gerin 24KV, In = 20A, Ith = 4KA, Class = 0,5, 5P15)

Pengaman

a. MCCB

Pada perhitungan mencari arus nominal (In) adalah dengan :

In = S (KVA) (A)

3 x V

P = daya terpasang pada beban sudah termasuk perhitungan arus starting bila terdapat

beban motor dalam KVA.

V = tegangan pada bagian skunder dari trafo dalam KV

In = nilai arus dari trafo bagian skunder dalam A (Nilai RMS)

Tabel Uraian Penggunaan Daya Pada Trafo 1

Feeder Gedung Nama Panel

Total Daya

Terpasang

(KVA)

Keterangan

1 Laboratorium I SDP-1.1 460

2 Kantor Pusat SDP-1.2 45

3 Lab. Algae SDP-1.4 22

4 Pompa Air Bersih SDP-ME 45

5 Pompa Hydran SDP-H 106

6 Penerangan Luar SDP-PL1 22

7 UPT-Komputer SDP-K 100

8 Cadangan

9 Cadangan

10 Cadangan

TOTAL DAYA 800

1. Laboratorium 1 ( SDP – 1.1 )

Dengan supply PLN : In = 460 kVA = 698,9 A

3 x 380 V

Pemilihan MCCB = ABB S6N800/R800 In = 800A

Dengan supply genset : In = 230 kVA = 349,45 A

3 x 380 V

Pemilihan MCCB = ABB S5L400/R3400 In = 400 A

2. Kantor Pusat (SDP – 1.2)

Dengan supply PLN : In = 45 kVA = 68,37 A

3 x 380 V

Pemilihan MCCB = ABB S3L160/R80 In = 80 A

3. Laboratorium Algae (SDP – 1.4)

Dengan supply PLN : In = 22 kVA = 33,42 A

3 x 380 V

Pemilihan MCCB = ABB S3L160/R50 In = 50 A

4. Pompa Air Bersih (SDP - ME)

Dengan supply PLN : In = 45 kVA = 68,37 A

3 x 380 V

Pemilihan MCCB = ABB S3L160/R80 In = 80 A

5. Pompa Hydrant (SDP – H)

Pada SDP ini terdapat 2 beban yaitu catu daya untuk pompa hydran dan penerangan dalam

gardu dengan total daya sebesar 106 KVA

Dengan supply PLN atau Genset :

Supply Pompa Hydran + Penerangan Dalam Gardu

In = 106 kVA = 161,05 A

3 x 380 V

Pemilihan MCCB = ABB S3N250/R200In = 200 A

6. Penerangan Luar (LP – LP1)

Dengan supply PLN : In = 22 kVA = 33,42 A

3 x 380 V

Pemilihan MCCB = ABB S3L160/R50 In = 50 A

7. UPT – Komputer (SDP – K)

Dengan supply PLN atau baterai atau genset : In = 100 kVA = 151,93 A

3 x 380 V

Pemilihan MCCB = ABB S3L160/R160 In = 160 A

8. PENGAMAN LV PADA TRANSFORMATOR 1

Dari perhitungan trafo diatas didapat trafo dengan daya 1000 KVA. Sehingga pengaman

MCCB pada bagian sekunder low voltage adalah :

Dengan supply PLN : In = 1000 kVA = 1.519,34 A

3 x 380 V

MCCB ABB S7L1600/R1600 In = 1600A

Tabel Uraian Penggunaan Daya Pada Trafo 2

No. Gedung Nama Panel

Total Daya

Terpasang

(KVA)

Keterangan

1 Laboratorium II SDP-1.5 460

2Perpustakaan dan

PertemuanSDP-1.7 380

3 Gues House SDP-1.6 122

4 Kolam Algae SDP-1.3 18

5 Penerangan Luar SDP-PL2 12

6 Cadang

7 Cadang

TOTAL DAYA 922

1. Laboratotium 2 (SDP – 1.5)

Dengan supply PLN : In = 460 kVA = 698.9 A

3 x 380 V

Pemilihan MCCB = ABB S6N800/R800 In = 800A

Dengan supply genset : In = 230 kVA = 349.45 A

3 x 380 V

Pemilihan MCCB = ABB S5L400/R3400 In = 400 A

2. Gd. Perpustakaan dan Pertemuan (SDP – 1.7)

Dengan supply PLN : In = 380 kVA = 577.35 A

3 x 380 V

Pemilihan MCCB = ABB S6N630/R630 In = 630A

3. GuesHouse (SDP – 1.6)

Dengan supply PLN atau Genset : In = 122 kVA = 185.36 A

3 x 380 V

Pemilihan MCCB = S3L250/R200 In = 200A

4. Kolam Algae (SDP – 1.3)

Dengan supply PLN : In = 18 kVA = 27.34 A

3 x 380 V

Pemilihan MCCB = ABB S3H160/R32In = 32A

5. Penerangan Luar (LP – PL2)

Dengan supply PLN : In = 12 kVA = 18.23 A

3 x 380 V

Pemilihan MCCB = ABB S2N160/R20 In = 20 A

6. PENGAMAN LV PADA TRANSFORMATOR 1I

Dari perhitungan trafo diatas didapat trafo dengan daya 2000 KVA. Sehingga

pengaman MCCB pada bagian sekunder low voltage adalah :

Dengan supply PLN : In = 1000 kVA = 1.519,34 A

3 x 380 V

MCCB ABB S7L1600/R1600 In = 1600A

b. Kontaktor

Dalam perhitungan kemampuan kontak sebuah kontaktor dalam mengalirkan beban

sebesar 1.1 x dari besar arus nominal beban.

1. Kontaktor untuk laboratorium 1

In kontaktor di ESDP = 1.1 x In = 1.1 x 349.45 A = 384.39 A

Pemilihan kontaktor = (Type AC1 LS297 In = 410A, 270KW, b400)

In kontaktor di LVMDP = 1.1 x In = 1.1 x 698.9 A = 768.79 A

2. Kontaktor untuk laboratorium 2

In kontaktor di ESDP = 1.1 x In = 1.1 x 349.45 A = 384.39 A

Pemilihan kontaktor = (Type AC1 LS297 In = 410A, 270KW, b400)

In kontaktor di LVMDP = 1.1 x In = 1.1 x 698.9 A = 768.79 A

3. Kontaktor untuk Hydran dan penerangan dalam gardu

In kontaktor di ESDP dan LVMDP = 1.1 x In = 1.1 x 161.05 A = 177.16 A

Pemilihan kontaktor = (Type AC1 LS107 In = 180A, 118KW, b207)

4. Kontaktor untuk Guesshouse

In kontaktor di ESDP dan LVMDP = 1.1 x In = 1.1 x 185.36 A = 203.9 A

Pemilihan kontaktor = (Type AC1 LS177 In = 225A, 145KW, b207)

5. Kontaktor untuk Komputer

In kontaktor di ESDP dan LVMDP = 1.1 x In = 1.1 x 151.93 A = 167.12 A

Pemilihan kontaktor = (Type AC1 LS107 In = 180A, 118KW, b207)

Bus-Bar

o Busbar berdasarkan arus nominal trafo pada sisi ( MV )

In = 1000 KVA = 28,86 A ( MV )

3 x 20 KV

KHA trafo sisi ( MV ) = 1,25 x 28,86 A = 36,075 A

o Busbar berdasarkan arus nominal trafo pada sisi ( LV )

In = 1000 KVA = 1,44 KA ( LV )

3 x 0,4 KV

KHA trafo sisi ( LV ) = 1,25 x 1,44 A = 1,8 A

Trafo Instrumen

Alat Ukur

Kabel Daya

Penentuan dan perhitungan jenis kabel berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Listrik

(PUIL 2000) yang mana Kemampuan Hantar Arus adalah 1.25 x In (A). Perhitunganya:

Dalam pemilihan jenis penghantar perlu diperhatikan

1. Kemampuan hantar arus

2. kondisi suhu

3. susut tegangan

4. sifat lingkngan kekuatan mekanis

BEBAN PADA TRANFORMATOR 1

Ip = 1000 kVA = 28,87 A

3 x 20KV

KHA dari MVMDP ke trafo 1 = 1.25 x 28,87A = 36,09 A

(2 x (N2XSEY 4 X 2,5 mm2)

KHA dari trafo ke panel = 1.25 x 3039,5 A = 3799,39 A

(2 x (N2XSEY 4 x 500 mm2))

1. Laboratorium 1 (SDP – 1.1)

Supply PLN : 1.25 x 698.9 = 873.62 A

(NYFGbY 4 x 400 mm2)

Supply Genset : 1.25 x 349.45 = 436.81 A

(NYFGbY 4 x 95mm2)

2. Kantor Pusat (SDP – 1.2)

Supply PLN : 1.25 x 68.37 = 85.46 A

(NYY 4 x 6mm2)

3. Laboratorium Algae (SDP – 1.4)

Supply PLN : 1.25 x 33.42 = 41.77 A

(NYY 4 x 2.5mm2)

4. Pompa Air Bersih (SDP – ME)

Supply PLN : 1.25 x 68.37 = 85.46 A

(NYY 4 x 6mm2)

5. Hydrant dan Penerangan dalam gardu (SDP – H)

Supply PLN atau Genset : 1,25 x 161.05 = 201.31 A

(NYCY 4 x 25mm2)

6. Penerangan Luar (LP – PL1)

Supply PLN : 1.25 x 33.42 = 41.77 A

(NYY 4 x 2,5mm2)

7. UPT – Komputer (SDP – K)

Supply PLN : 1.25 x 151.93 = 190 A

(NYCY 4 x 25mm2)

8. Feeder cadangan

Supply PLN : 1.25 x 303.87 = 379.83 A

(NYFGbY 4 x 95mm2)

BEBAN PADA TRANSFORMATOR 2

Ip = 2000 kVA = 57,73 A

3 x 20KV

KHA trafo sisi primer = 1.25 x 57,73 A = 72,17 A

(2 x (N2XSY 4 X 2,5 mm2)

KHA trafo sisi skunder = 1.25 x 3039,5 A = 3799,39 A

(2 x (N2XSY 4 x 500 mm2))

CU bar trafo = Jumlah seluruh In di trafo 2 = 1751,8 A

1. Laboratorium 2 (SDP – 1.5)

Supply PLN : 1.25 x 698.9 = 873.62 A

(NYFGbY 4 x 400mm2)

Supply Genset : 1.25 x 349.45 = 436.81 A

(NYFGbY 4 x 95mm2)

2. Gd. Perpustakaan dan Pertemuan (SDP – 1.7)

Supply PLN : 1.25 x 577.35 = 721.69 A

(NYFGbY 4 x 240mm2)

3. GuessHouse (SDP – 1.6)

Supply PLN atau Genset : 1.25 x 185.36 = 231.7 A

(NYCWY 4 x 35mm2)

4. Kolam Algae (SDP – 1.3)

Supply PLN : 1.25 x 27.34 = 34.17 A

(NYY 4 x 1.5mm2)

5. Penerangan Luar (LP – PL2)

Supply PLN : 1.25 x 18.23 = 22.79 A

(NYY 4 x 1.5mm2)

6. Feeder Cadangan

Supply PLN : 1.25 x 392 = 490 A

(NYFGbY 4 x 120mm2)

Genset

Beban yang dipikul adalah setengah daya Laboratorium I dan Labroratorium II,

daya Hydran, Guesehouse dan UPT komputer secara penuh.Total beban yang dipikul

adalah 788 KVA. Jadi untuk beban 788 KVA generator yang digunakan adalah 800

KVA

Data generator yang digunakan adalah :

Generator yang digunakan : 800 KVA

Vn : 0,4 KV (380/220V)

Ø : 3ø 1N (3 Fasa 4 Kawat)

F : 50 Hz

Cos φ : 0,85 lag

Sehingga diesel yang digunakan adalah :

P = S x cos φ

P = 250.000 VA x 0,85

P = 212.500 W = 212,5 KW

1 HP = 746 W

Diesel yang digunakan = 212.500 W : 746 W = 284,85 HP

Jadi diesel yang digunakan adalah sebesar 300 HP

Battre

b. Daftar Komponen

MVMDP

LVMDP

AMF

4.3 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

RKS ini berisi tentang uraian deskripsi kerja ( Job Deskcription ) sebagai penjelasan

kepada pemborong mengenai hal-hal yang berkaitan dengan jalannya proyek.

I. STANDAR DAN ATURAN YANG HARUS DIIKUTI

1.1.Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor harus mengikuti segala aturan dan

standar yang berlaku dan dilengkapi dengan segala peralatan untuk kesempurnaan

operasi, kemudahan perawatan dan pengaturan, keamanan operasi sistem sesuai

dengan salah satu peraturan-peraturan yang ditulis di bawah ini :

a. ANSI, American National Standard Organization

b. ASME, American Society of Mechanical Engineer

c. ASTM, American Society of Testing of Material

d. BSI, British Standard Institute

e. DIN, Deutsche Institute for Normalization

f. FM, Factory Mutual

g. ISO, International Standard Organization

h. JIS, Japanese Industrial Standard

i. JES, Japanese Electronics Standard

j. NEC, National Electric Codes

k. PUIL, Peraturan Umum Instalasi Listrik

l. SII, Standard Industri Indonesia

m. Peraturan DEPNAKER tentang keselamatan kerja

n. Peraturan lain yang berlaku

1.2.GAMBAR-GAMBAR

1.2.1. Gambar Perancangan

1.2.1.1. Yang dimaksud dengan gambar perancangan adalah gambar-gambar yang

menyertai buku ini, gambar-gambar penjelasan dan segala gambar-gambar

beserta addendumnya.

1.2.1.2. Kontraktor harus segera mempelajari gambar-gambar perancangan dan

secepatnya melaporkan, kepada manajemen kostruksi apabila terdapat hal-

hal yang dianggap harus jelas, dalam waktu tidak kurang dari 3 ( tiga )

minggu setelah diadakan rapat prapelaksana.

1.2.1.3. Gambar-gambar dalam perancangan ini tidak dimaksudkan untuk

mencantumkan semua detail konstruksi detail pemasangan terutama yang

berhubungan dengan peralatan yang akan disediakan / dipasang oleh

kontraktor.

1.2.1.4. Walaupun demikian, kontraktor tetap harus tetap memasang peralatan

tersebut sesuai dengan praktek pelaksanaan terbaik yang memberikan hasil

yang terbaik, dalam hal ini kontraktor diharuskan membuat shop drawing

yang terinci untuk menjelaskan hal tersebut diatas.

1.2.1.5. Dalam hal ini keraguan yang ditimbulkan oleh kesalahan penggambaran

dan / ketidaksesuaian lain kontraktor harus mengajukan pertanyaaan untuk

mendapat penjelasan selambat-lambatnya 2 ( dua ) minggu sebelum

masalah tersebut terlibat dilapangan baik dalam arti pemasangan ataupun

pemesanan barang.

1.2.1.6. Ukuran-ukuran pokok dan pembagiannya, seluruhnya telah dicantumkan

pada gambar perancangan dimana ukuran-ukuran tersebut merupakan

ukuran-ukuran efektif.

1.2.2 Gambar kerja ( Shop Drawing )

1.2.2.1 Yang dimaksud dengan gambar kerja adalah gambar-gambar yang dibuat

oleh kontraktor, pemasok barang atau pihak-pihak lain yang bertujuan

menjelaskan cara pemasangan maupun cara penyambungan dan lainnya

pada saat pelaksanaan pekerjaan sedang berlangsung.

1.2.2.2 Sebelum kontraktor melaksanakan pekerjaan, kontraktor wajib membuat

gambar kerja untuk memperjelas dan sebagai gambar untuk pelaksanaan

dilapangan terdiri atas :

1.2.2.3 Gambar-gambar, seperti :

Gambar perancangan

Gambar layout ruang Gardu

Gambar layout ruang genset

Dan gambar-gambar lainnya

1.2.2.4 Detail-detail, seperti :

− Detail panel.

− Detail pemasangan panel.

− Detail pemasangan peralatan.

− Detail-detail lain yang diperlukan.

1.2.2.5 Gambar-gambar lain yang diperlukan sesuai dengan pekerjaan yang

sedang dikerjakan.

1.2.3 Gambar-gambar kerja dibuat dengan berpedoman pada gambar perancangan,

spesifikasi teknik serta disesuaikan dengan kondisi lapangan yang sebenarnya,

sehingga tidak terjadi kesalahan dilapangan.

1.2.4 Gambar-gambar dibuat sebanyak tiga rangkap dan diserahkan kepada manajemen

konstruksi untuk diperiksa dan disahkan.

1.2.5 Kontraktor diwajibkan mengamati dan mengikuti tatacara pelaksanaan sesuai yang

tertulis pada peraturan-peraturan tersebut dan disesuaikan dengan bahan, unit mesin

atau peralatan yang dipasang.

1.2.6 Jika terjadi kesimpang siuran dalam hal standard yang harus diikuti, Kontraktor

harus melapor pada manajemen kostruksi untuk mendapat kejelasan tentang hal

tersebut.

1.2.7 Bila manajemen konstruksi tidak dapat mengambil keputusan maka pengambilan

keputusan akan diserahkan kepada instansi atau badan yang berwenang.

II. JAMINAN DAN GARANSI

Surat jaminan atau garansi

Kontraktor harus menyerahkan surat jaminan untuk mesin dari pabrik pembuat

mesin tersebut, sehingga dengan demikian kontraktor dengan jaminan tersebut, dan

atas jaminan yang dikeluarkan olehnya sendiri, wajib mengganti atau memperbaiki

setiap bagian yang rusak dan atau tidak berfungsi sebagai mana mestinya.

Bila terjadi kerusakan atau ketidak sepurnaan kerja dari peralatan, unit mesin,

bagian dari unit mesin atau bagian dari peralatan selama masa jaminan / garansi,

kontraktor harus memperbaiki dengan biaya sendiri sampai peralatan atau unit mesin

tersebut dapat bekerja kembali secara baik dan benar.

Jaminan atas material peralatan dan unit mesin

Material yang diserahkan oleh kontraktor harus bebas dari kerusakan baik atas

kesalahan pabrik, kerusakan akibat kesalahan bahan, kesalahan akibat kesalahan

pengiriman atau kesalahan selama jangka waktu menunggu serah terima dilapangan.

Semua peralatan dan unit mesin yang dserahkan kontraktor harus dilengkapi

dengan tanda lulus pengujian QA / Quality Assurance pabrik pembuat peralatan atau

unit mesin tersebut.

Kontaktor harus memberikan jaminan pekerjaannya selama paling sedikit 1

( satu ) tahun terhitung dari penyerahan pertama meliputi :

a. kerusakan atas kesalahan pabrik

b. kerusakan akibat kesalahan pemasangan

c. kerusakan akibat kesalahan pengiriman

d. kerusakan akibat kesalahan operasi selama peralihan.

Jaminan atas hasil pekerjaan

Kontraktor harus menyatakan secara tertulis bahwa :

Barang yang diserahkan adalah dari kualitas yang baik.

Bahwa barang atau peralatan atau unit mesin yang diserahkan didalam instalasi

yang diserahkannya seharusnya merupakan barang baru dan diperkuat dengan surat

pernyataan keaslian atau Letter of Origin.

Cara pelaksanaan dan pekerjaan dilakukan secara wajar dan baik.

Instalasi yang diserahkan dapat bekerja dengan baik tanpa mengurangi atau

menghilangkan bahan-bahan atau peralatan yang seharusnya disediakan walapun

secara nyata tidak disebutkan dalam buku ini atau tidak dinyatakan dengan tegas

dalam gambar-gambar yang menyertai buku ini.

Klaim atau tuntutan.

Untuk segala macam pengadaan barang dan cara pemasangannya, pemberi tugas

harus bebas dari segala macam tuntutan / klaim atas hak-hak kusus seperti hak paten,

lisensi dan lain sebagainya.

Bila ada hal-hal seperti disebut diatas, kontraktor wajib mengurus dalam artian

menyelesaikan segala sesuatu perijinan / biaya / lisensi yang berhubungan dengan

hal-hal tersebut dan dilakukan atas beban biaya kontraktor.

III.KOORDINASI KERJA

Mengingat bahwa jadwal pekerjaan satu dan lainnya sangat erat kaitannya

terhadap jadwal pelaksanaan, maka pekerjaan harus dilaksanakan dan diselesaikan

sesuai dengan jadwal yang telah disetujui bersama.

Dalam membuat rencana serta gambar-gambar kerja, kontraktor harus sudah

memperhitungkan unsur kerja sama dengan kontraktor / subkontraktor pekerjaan lain

dan / instansi-instansi lain yang berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan tersebut.

Selama pekerjaan berlangsung kontraktor diwajibkan melakukan koordinasi

dengan kontraktor / sub-kontraktor lain, dalam pengertian bahwa apabila urutan atau

rangkaian proses atau pekerjaan dari sistem yang dikerjakan oleh kontraktor lain

dengan paket pekerjaan masing-masing, atas petunjuk manajemen kostruksi.

IV. PENYELIDIKAN TAPAK

Sebelum melakukan pekerjaan, dalam arti membuat dan atau memasang, setiap

bagian dari pekerjaan, kontraktor wajib mengadakan pengukuran ditapak, yang mana

hasil pengukuran tersebut harus tertera dan dapat dibaca pada gambar pelaksanaan

yang dibuat oleh kontraktor yang bersangkutan.

Bila mana kontraktor lalai dalam melaksanakan hal tersebut maka segala sesuatu hal yang

diakibatkan oleh adanya kelalaian itu menjadi tanggung jawab kontraktor yang

bersangkutan.

Apabila dalam pengukuran diatas terdapat hal-hal yang berbeda dengan dokumen

kontrak maka kontraktor harus segera melapor kepada manajer kostruksi untuk segera

mendapat penyelesaian.

Pada saat suatu pekerjaan atau bagian dari suatu pekerjaan akan dilaksanakan,

kontraktor harus membuat gambar kerja untuk satu lokasi kerja yang mencantumkan

semua indikasi instans / struktur / finising pada lokasi tersebut sehingga tidak terjadi

kesalahan tempat pemasangan yang mengganggu salah satu atau lebih dari jaringan

instalasi gardu distribusi.

V. PERBEDAAN ANTAR ISI DOKUMEN

Bila terdapat perbedaan pada gambar-gambar perencaan dengan buku-buku

spesifikasi atau perbedaan antara gambar yang satu dengan gambar yang lain atau

salah satu klasul dalam buku spesifikasi dengan klasul lainnya maka pernyataan yang

menyebabkan harga yang lebih tinggi adalah yang dianggap benar dan dianggap

sebagai besaran dasar / referensi yang digunakan oleh kontraktor untuk menghitung

biaya pada saat penawaran / lelang.

VI. KEWAJIBAN KONTRAKTOR

Kewajiban umum.

Kontraktor harus bersedia mentaati uraian dan persyaratan pelaksanaan yang

tertulis dalam buku ini, gambar perancangan dan persyaratan lainnya yang

dikeluarkan oleh manajemen kostruksi baik sebagai dokumen lelang berikut adenda-

adendanya, dokumen kontrak berikut segala adenda-adendanya.

Apabila terdapat klausul yang yang kedapatan saling bertentangan atau saling

meniadakan maka hal tersebut bukan berarti memang sesungguhnya ditiadakan

melainkan suatu hal yang hendak dipertegas atau ditekankan pengertiannya untuk itu

kontraktor harus melapor kepada pihak manajemen kostruksi untuk mendapat

kejelasan dan penyelesaian.

Kontraktor harus memenuhi kualifikasi untuk dapat menjadi pelaksana proyek ini

dan bila mana penampilan pekerjaan dilapangan menunjukan hal-hal yang

berlawanan dengan hal diatas maka kontraktor bersedia menganti tenaga pelaksana

pekerjaan tersebut dengan yang memenuhi kualifikasi untuk pekerjaan tersebut diatas.

Kontraktor harus dapat menunjukan dan melampirkan suratijin bekerja personil

yang bersangkutan, yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, pada saat

penawaran dan pada saat pelaksanaan akan dimulai.

Kewajiban saat penawaran.

Pemborong wajib mengikuti / memenuhi semua persyaratan-persyaratan yang

tertulis dalam buku ini, juga wajib mengikuti / memenuhi persyaratan umum yang

dikeluarkan oleh manajemen kostruksi.

Kontraktor wajib mempelajari dan dianggap telah mempelajari dengan seksama

secara antar – disiplin seluruh bagian dari seluruh dokumen lelang dan adenda-

adendanya pada saat melakukan penawaran sehingga dengan demikian kontraktor

harus telah memperhitungkan dan dianggap telah memperhitungkan semua

kemungkinan yang akanterjadi apabila terjadi penyesuaian pada saat pelaksanaan

terhadap hal-hal berikut :

a. Kondisi lapangan.

b. Penyesuaian seluruh sistem instalasi gardu distribusi terhadap struktur bangunan,

finising bangunan, maupun interior bangunan serta lanskep maupun kondisi

antar sistem instalasi gardu distribusi itu sendiri.

c. Penyesuaian yang harus dilakukan sebagai akibat peralatan yang ditawarkan.

Dalam penawaran kontraktor diwajibkan menyertakan rincian daftar peralatan /

material yang akan dipasang berikut spesifikasinya.

Dalam penawaran, kontraktor diwajibkan menyertakan brosur, katalog, diagram

ukuran, dan keterangan lain yang diterbitkan oleh manufaktur peralatan, sistem yang

akan dipasang sebagai lampiran dalam penawaran.

Semua peralatan / material harus baru dengan disain khusus untuk daerah tropis

dan mendapat jaminan dari pabrik pembuatnya.

Semua peralatan / material yang sejenis yang dipasang harus dari satu merk,

kecuali dibatalkan dalam ketentuan lain dalam klausul lain pada buku ini maupun

lampiran-lampiranya.

Apa bila terdapat material atau peralatan yang telah disediakan oleh pemberi

tugas, maka kontraktor harus tetap berhubungan dengan suplayer yang bersangkutan

agar pekerjaan atau koordinasi berjalan dengan baik.

Apabila peralatan atau material yang ditawarkan oleh pemborong pada saat

pengajuan penawaran tidak sesuai dengan yang tercantum dalam buku ini maka

terhadap penawaran tersebut tidak akan dilakukan evaluasi teknis, kecuali apabila

didalam penawaran tersebut dicantumkan catatan penawaran ( tender note ) yang

isinya antara lain adalah alasan atau penyebab dari penyimpangan yang terjadi pada

jenis barang yang ditawarkan oleh pemborong dan harus disertai dengan bukti-bukti

tertulis.

Pada harga penawaran kontraktor harus sudah mengetahui metode dan cara yang

akan dipergunakan dalam melaksanakan proyek ini sesuai dengan buku spesifikasi

ini.

Jika terdapat perbedaan antara buku satu dengan buku yang lainnya atau klausul

satu dengan yang lainnya, maka kontraktor harus menawarkan dan dianggap

menawarkan yang menyebabkan penawaran harga tertinggi.

Dalam buku penawaran, kontraktor diwajibkan mengisi lembaran mechanical

specification list, routine adjustment tools dan maintenance tools, ketidak sesuaian

terhadap dokomen pelelangan.

Kewajiban selama masa pelelangan

Kontraktor harus mengajukan usulan material / peralatan yang akan dipasang,

paling lambat 4 ( empat ) minggu setelah keluarnya surat perintah kerja.

Kontraktor harus selalu meminta persetujuan untuk barang / peralatan / bahan

yang akan dipasang sesuai dengan yang diuraikan terdahulu.

Kontraktor harus menyediakan dan memasang alat-alat pengatur, alat-alat

pengaman yang diwajibkan oleh ketentuan-ketentuan dan peraturan yang berlaku di

Indonesia.

Apabila terdapat unsur pekerjaan pemasangan atau unsur lain yang penting untuk

berhasilnya pelaksanaan pekerjaan dimana pekerjaan tersebut harus diselesaikan oleh

kontraktor lain, maka kontraktor diwajibkan menyediakan, menyerahkan bahan atau

informasi beserta segala penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan oleh kontraktor lain

tersebut, kepada manajemen kostruksi, untuk selanjutnya mengikuti ketentuan-

ketentuan dan atau petunjuk yang diberikan oleh manajemen konstruksi.

Kontraktor harus tetap bertanggung jawab atas bagian pekerjaan yang tercantum

dan atau yang berkaitan dengan pekerjaan lain.

Kontraktor harus menugaskan paling sedikit satu orang tenaga ahli dilapangan

selama masa pelaksanaan berlangsung dimana tenaga ahli tersebut harus telah

berpengalaman dan memenuhi persyaratan untuk dapat menjadi tenaga pelaksana

dilapangan dengan penilaian pada manajemen konstruksi untuk mendapat

penyelesaian.

Segala kerusakan akibat dari salah satu resiko dari pelaksanan pekerjaan

pemasangan harus segera diperbaiki dan dikembalikan tepat seperti bentuk semula

atas biaya kontraktor yang bersangkutan.

Apabila terdapat perbedaan antara gambar perencanaan dengan rekomendasi dari

pabrik pembuat mesin, untuk pemasangan peralatan, kontraktor harus segera

melaporkan kepada manajemen kostruksi untuk mendapat penyelesaian.

Kewajiban selama masa pemeliharaan.

Kontraktor harus mendidik tenaga operator, sebanyak delapan orang atau 2 orang

setiap tempat pengoperasian gardu distribusi, yang disediakan oleh pemberi tugas,

sehingga mencapai tingkat keterampilan sebagai tenaga operator.

Kontraktor harus menyediakan paling sedikit satu orang tenaga teknis ditempat

untuk mengoperasikan dan merawat unit mesin maupun sistem secara keseluruhan,

sehingga dapat bekerja dengan baik sebagai mana mestinya.

Kontraktor harus melakukan perawatan rutin secara cuma-cuma termasuk

penggantian perlengkapan atau part rusak atau kedapatan rusak atau tidak berfungsi

sebagai mana mestinya.

Kontraktor harus menyediakan buku-buku :

- petunjuk operasi

- petunjuk perawatan

- daftar perawatan

- dan lainnya sesuai dengan petunjuk manajemen kostruksi

Masa pemeliharaan ditentukan selama 90 ( sembilan puluh ) hari kalender

terhitung sejak penyerahan pertama kecuali bila dinyatakan lain.

VII. KELENGKAPAN YANG HARUS DISERAHKAN

Sebelum pekerjaan dimulai.

Selambat-lambatnya 2 ( dua ) minggu sebelum dimulai pelaksanaan dalam arti

“pemesannan barang” atau pembuatan barang / instalasi gardu distribusi atau

pemasangan, kontaktor harus menyerahkan barang-barang yang pada pasal-pasal

selanjutnya kepada manajemen konstruksi untuk mendapat persetujuan.

Apabila tidak diperoleh persetujuan oleh suatu dan lain hal, maka kontraktor

harus segera mengganti barang-barang tersebut dan diserahkan kepada manajemen

kostruksi untuk mendapat persetujuan.

Barang-barang tersebut berupa :

a. Katalog, data teknis, test report dan part list untuk persetujuan peralatan lainnya

yang akan didatangkan langsung dari negara asal negara pembuatnya atau akan

dipesan pada pabrik pembuatnya, berlaku pada peralatan antara lain : Trafo

daya listrik, Swictch gear, MCCB, MCB, KABEL, KLEM, SELECTOR

SWITCH, TOMBOL TEKAN, PANEL dan lainnya.

b. Installations instructor persetujuan terhadap cara-cara pemasangan.

c. Shop-drawings untuk persetujuan terhadap rencana instalasi gardu distribusi dan

cara-cara pemasangan yang akan dilaksanakan / dikerjakan / dilakukan.

d. Contoh-conyoh barang-barang dan bahan, untuk persetujuan barang atau bahan

yang akan dipasang / dipergunakan yang didapat secara lokal.

Sesudah pekerjaan diselesaikan.

Selambat-lambatnya 2 ( minggu ) sebelum penyerahan kontraktor harus

menyerahkan barang-barang tersebut pada pasal selanjutnya kepada manajemen

kostruksi untuk mendapat persetujuan.

Apabila tidak diperoleh persetujuan kontraktor harus segera mengganti /

memperbaiki dan diserahkan kepada manajemen kostruksi untuk mendapat

persetujuan.

Barang-barang tersebut berupa :

a. Petujuk operasi dan perawatan.

b. Suku cadang dan perkakas pembantu ( tools ).

c. As-bilt drawings.

d. Dan lain-lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

VIII. PENYESUAIAN TERHADAP KEMAMPUAN LEBIH.

Penyusuaian terhadap kemampuan lebih dimaksud sebagai terhadap kemampuan

tambahan yang dimiliki merk barang atau mesin atau peralatan atau sistem yang akan

dibeli atau dipasang akan tetapi belum atau tidak disyaratkan dalam dokumen

perancangan.

Setelah kontaktor mempelajari dokumen-dokumen perancangan, kontaktor harus

menyelesaikan kemampuan lebih yang dimiliki oleh peralatan atau bahan atau mesin

yang ditawarkan dan segera menyampaikan secara tertulis kepada team konstruksi

untuk segera dinilai dan dievaluasi.

Kontraktor harus segera mengusulkan kepada manajemen kostruksi / pengawas

dalam rangka penyesuaian tersebut diatas tanpa mengurangi item-item yang

disyaratkan pada buku spesifikasi teknis maupun pada gambar perancangan dimana

usulan tersebut dapat berupa penambahan komponen, penambahan volume dan lain-

lain.

Usulan penambahan tersebut harus sudah diperhitungkan pada saat penawaran

dengan maksud untuk segala macam penambahan tidak akan diberikan kesempatan

untuk merubah harga penawaran atau harga kontrak borongan atau dengan kata lain

bahwa penyesuaian sebagai mana dijelaskan diatas tidak diberikan biaya tambahan

setelah kontraktor dinyatakan sebagai pemenang tender, kecuali bila dinyatakan

secara tertulis oleh kontraktor / suplayer peralatan tersebut dan dilampirkan pada saat

penawaran sebagai “ tender notes”.

IX. PENGAMAN TERHADAP LINGKUNGAN.

Bila dalam pelaksanaan terdapat proses kegiatan yang menyebabkan gangguan

terhadap lingkungan, maka kontraktor harus segera melengkapi tempat kerja tersebut

dengan perlindungan seperlunya sesuai dengan prinsip keamanan terhadap barang-

barang yang dimiliki oleh pemberi tugas dan prinsip keamanan manusia serta

kepentingan umum lainnya.

X. PENOLAKAN DAN PERSETUJUAN BARANG.

Semua usulan atau material, peralatan dan lainnya, yang akan dipasang dan atau

dipergunakan didalam dan atau untuk pekerjaan ini seperti pada pasal terdahulu akan

diteliti oleh manajemen kostruksi dan akan dikeluarkan keputusan persetujuan atau

penolakan oleh manajemn konstruksi berdasarkan ketentuan yang berlaku pada

kontrak perjanjian borongan antara kontraktor yang bersangkutan dengan pemberi

tugas dan segala adenda-adendanya atau segala peraturan tentang pembangunan yang

berlaku diwilayah lingkungan pekerjaan.

Dalam hal ini, selama tidak diadakan persetujuan secara tertulis, maka segala

usulan yang disampaikan oleh kontraktor yang bersangkutan baik saat penawaran

atau penjelasan lelang atau perhitungan volume atau acara lainnya dalam forum

pelelangan, dianggap tidak ada dan tidak dapat dijadikan persetujuan perubahan

terhadap sebagian manupun seluruh dokumen perancangan ini.

XI. PERALATAN DAN FASILITAS KERJA.

Peralatan kerja yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang

sedang dilakukan, dan harus mengikuti teknik-teknik pelaksanaan yang wajar dan

terbaik.

Alat-alat atau cara-cara yang tidak sewajarnya untuk digunakan / dilakukan pada

suatu pekerjaan, misalnya mengencangkan baut dengan kunci inggris, mengupas

kabel dengan api / dibakar, sama sekali tidak diperkenankan.

Kontraktor harus menyediakan sendiri peralatan tersebut di atas termasuk

kebutuhan lainnya yang diperlukan selama pekerjaan berlangsung.

Dalam hal ini Kontraktor bertanggung jawab sendiri atas penyediaan listrik dan

air untuk kebutuhan selama masa pelaksanaan berlangsung, dengan anggapan bahwa

fasilitas yang tersedia di tapak tidak diijinkan untuk dipergunakan.

XII. PENGHENTIAN SEMENTARA

Pada pekerjaan pemipaan yang ditinggalkan untuk sementara (lebih dari 8 jam),

sebelum disambungkan alat atau dengan segmen pemipaan lain harus ditutup dengan

cara-cara yang ditentukan di bawah ini.

Pipa baja dan copper, dibuat berulir dan ditutup dengan dop atau bila berujung

flange dapat ditutup dengan blind-flange.

Pipa PVC dibuat berlebih secukupnya dan kemudian dipanaskan untuk dijepit

sehingga rapat.

Penutup ujung-ujung pipa dengan cara-cara lain tidak diperkenankan.

XIII. KONDISI CUACA / LINGKUNGAN

Seluruh peralatan dan unit mesin yang disediakan dan dipasang oleh

Kontraktor harus dapat beroperasi dengan kondisi cuaca sebagai berikut :

a. Suhu di udara terbuka : 55 C-grade maksimum

b. Suhu dalam ruang no-AC : 40 C-grade maksimum

c. Kelembapan nisbi : 90 % maksimum

d. Kecerahan matahari : 95 %

Apabila peralatan yang hendak disediakan / dipasang oleh Kontraktor

ternyata tidak dapat beroperasipada kondisi cuaca di atas maka Kontraktor harus

mengganti peralatan tersebut dengan yang sesuai dan melaporkan kepada

MANAJEMEN KONSTRUKSI untuk mendapat penjelasan seperlunya.

XIV. KETENTUAN KESERAGAMAN MERK

Selama tidak ditentukan lain, Kontraktor harus memasang peralatan

dengan merk yang sama untuk seluruh peralatan yang sejenis, misalnya Trafo

daya, Switch gear , Sistem Proteksi dan lainnya, pada seluruh pekerjaan pada

proyek ini.

Pengecualian pada butir di atas adalah peralatan yang didatangkan

bersama dengan peralatan ini, dalam arti peralatan tersebut merupakan suatu

komponen dari suatu peralatan yang lebih besar.

Perbedaan merk untuk suatu peralatan yang sejenis hanya dapat dilakukan

apabila terjadi kondisi keterbatasan variasi produksi yang ada, dan hal ini hanya

boleh dilakukan apabila ada ijin tertulis dari manajemen konstruksi.

XV. START-UP, COMMISSIONING DAN PENGUJIAN

Start-up dan commissioning harus dilakukan oleh tenaga ahli yang

ditunjuk oleh Manufacturer Representative ( pabrik pembuat peralatan / unit

mesin tersebut )atau tenaga ahli yang telah pernah mendapat pendidikan dan

sertifikat khusus untuk start-up dan commissioning mesin tersebut.

Pengujian dilakukan untuk setiap peralatan yang menjadi bagian dari

sistem dan pengujian seluruh sistem dengan disaksikan oleh manajemen

konstruksi, Wakil pemberi tugas, Konsultan perencanaan dan pihak-pihak lain

sesuai ketentuan yang berlaku.

XVI. URAIAN PEKERJAAN DAN PERSYARATAN PELAKSANAAN TEKNIS

PEKERJAAN INSTALASI GARDU DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20

Kv.

16.1. PEKERJAAN INSTALASI

16.1.1 Lingkup pekerjaan

a. Pengadaan material, peralatan dan pemeliharaan, testing, pengawasan untuk

konstruksi, pemasangan sistem listrik yang lengkap sesuai dengan gambar

perencanan dan Rencana Kerja.

b. Pengadaan dan pemasangan

Panel Tegangan Menengah TM

Trafo 20 kV/400 V/3 Ph/50 Hz, kapasitas sesuai gambar perencanaan dan

Rencana Kerja

Panel utama, Distribusi Tegangan Rendah (TR) lengkap dengan peralatn

control dan alat bantunya

Bus Duct masing-masing dari trafo dan panel generator ke panel utama

Kabel TM dari gardu PLN ke panel TM

Kabel TM dari panel TM ke trafo

c. Pengadaan dan pemasangan kabel distribusi daya tegangan rendah (TR) dari panel

utama ke panen-panel distribusi di setiap lantai dan ke masing-masingpanel

mesin, pompa dan peralatan

d. Pemasangan fixture lampu dan pengadaan instalasi penerangan, kotak kontak

daya secara lengkap di dalam bangunan

e. Pengadaan dan pemasangan fixtures penerangan dan outlet dinding/lantai lengkap

dengan plug dan accessoriesnya

f. Pengadaan dan pemasangan duct kabel dan rak kabel lengkap dengan support dan

accessoriesnya

g. Pengadaan dan pemasangan panel-panel penerangan dalam dan luar bangunan

serta panel-panel peralatan guna menunjang sistim dari bangunan (sesuai dengan

gambar perencanaan)

h. Pengadaan dan pemasangan instalasi dan peralatan lightning protection

(Penangkal/ Penyalur petir) sesuai gambar perencanaan dan Rencana Kerja

i. Pengadaan dan pemasangan instalasi sistim pembumian instalasi serta peralatn

sehingga berfungsi dengan baik

j. Menyiapkan dan menyerahkan surat jaminan keaslian untuk seluruh perlatan dan

instalasi yang akan dipasang

k. Mengadakan testing commissioning untuk seluruh peralatan instalasi sesuai

Rencana Kerja & Syrat ini dan ketentuan-ketentuan ri pabrik serta standar lainnya

l. Membuat gudang, kantor kerja serta pengamanannya

m. Menyediakan sarana listrik, air dan keperluan kerja lainnnya

n. Menyerahkan manual kerja dan peralatan penunjang kerja bagi pengelola teknis

serta mengadakan training bagi pengelola teknis

o. Melaksanakan masa pemeliharaan dasn masa pertanggungjawaban (guarantee)

sesuai Rencana Kerja & Syarat ini.

p. Menyerahkan garansi after sales service spare part (jaminan spare part purna jual)

perltan yang dipasang, langsung dari pabrik yang membuat peralatan tersebut.

q. Scope pekerjaan untuk M/E didalam bangunan dan yang ada hubungan dengan

bangunan itu secara langsung.

16.1.2 Ketentun Umum

a. Pekerjaaan-pekerjaan yang mencakup bidang keahlian meliputi : menyediakan

seluruh pekerjaan, material, perlengkapan, peralatan dan melaksanakan seluruh

pekerjaan system listrik sehingga dapat beroperasi dengan sempurna.

b. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling melengkapi

dan sesuatu yang tercantum dalam gambar dan spesifikasi bersifat mengikat.

c. Seluruh pekerjaan instalasi listrik yang akan dikerjakan harus dilaksanakan oleh

sub-kontraktor instalasi yang dapat dipercaya, mempunyai reputasi yang baik dan

mempunyai pekerja-pekerja yang cakap dan berpengalaman dalam bidangnya,

serta perusahaan tersebut terdaftar sebagai instalasi resmi PLN sengan memegang

pas instalatir kelas C yang masih berlaku untuk thun terakhir yang berjalan.

d. Seluruh pekerjaan instalasi harus dikerjakan menurut Peraturan Umum Instalasi

Listrik di Indonesia/ Perturan PLN edisi yang terakhir sebagai petunjuk dan juga

peraturan yang berlaku pada daerah setempat dan standard-standard dan kode-

kode lainnya yang diakui (VDE DIN, NEC, BS).

16.1.3 Klausal yang disebutkan

Apabila ada hal-hal yang disebutkaan kembali pada bagian/bab/gambar yang lain,

maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap yang lain tetapi

bahkan untuk lebih menghadapkan masalahnya.

16.1.4 Koordinasi Pekerjaan

Untuk kelancaran pekerjaan ini harus diadakan koordinasi dari seluruh bagian

yang terlibat didalam proyek ini.

Penyediaan material & pemasangan sleeves/sparing menjadi tnggung jawab

kontraktor.

Melokalisi/ memperinci setiap sampai dengan detail untuk menghindari gangguan

dan konflik, dan harus mendapat persetujuan Pengawasan/Perencanaan.

16.1.5 Material dan Workmanship

Semua material yang disupply dan di pasang oleh kontraktor harus baru dan

material tersebut harus cocok untuk dipasang didaerah tropis.Material-material

heruslah produk dengan kwalitas baik dan produksi terbaru. Untuk material-material

yang disebut dibawah ini kontraktor harus menjamin bahwa barang terebut adalah

baik dan baru dan merupakan produk terbaru dari pabrik dengan jalan menunjukkan

surat order pengiriman dari dealer/agen/pabrik.

Peralatan Listrik Utama : Trafo, Panel TM, Bus Duct

Peralatan Panel : Switch, Circuit breaker, relay-relaydan

Kontaktor

Peralatan Lampu : Armature, Bola lampu, Ballast dan

Kapasitor

Peralatan Instalasi : Kotak kontak, Saklar

Kabel

Peralatan listrik lainnya

16.1.6 Daftar Material

Pada waktu mengajukan penawaran, kontaktor harus menyertakan/melampirkan

“Daftar Material” yang lebih diperinci dari semua bahan yang akna dipasang pada

proyek dan harus disebut pabrik, merk, manufacture dan tipe lengkap dengan

brosur/catalog.

Daftar material yang diajukan pada waaktu penawaran ini adalah mengikat, dan

harus diajukan lengkap, tidak boleh sebagian-sebagian.

Daftar harus dibnuta dalam rangkap empat (4).

16.1.7 Nama Pabrik/Merk yang ditentukan

Apabila pada spesefikasi teknis ini disebutkan nama pabrik/merk dari satu jenis

bahan/komponen, maka kontaktor wajib menawarkan dan memasang sesuai dengan

yang ditentukan.

Jadi tidak ada alasan bagi kontaktor pada waktu pemasangan menyatakan barang

tersebut sudah tidak terdapat lagi dipasaran ataupun sukar didapat dipasaran.

Untuk barang-barang yang harus diimpor, segera setelah ditunjuk sebagai

pemenang, kontaktor harus secepat mungkin memesannya pada keagenannya.

Apabila kontaktor telah berusaha untuk memesannya, namun pada saat

pemesanan bahan/merk tersebut tidak/sukar diperoleh, maka perencana akan

menentukan sendiri alternative merk lain dengan spesifikasi minimal yang sama.

Jadi setelah 1 (satu) bulan penunjukkan pemenang, kontaktor harus memberikan

fotocopy dari pemesanan material yang diimport pada keagenan ataupun importer

lainnya, yang menyatakan bahwa material-material tersebut telah dipesan (order

import).

16.1.8 Substitusi

a. Produk yang disebutkan Nama Pabriknya

Material, peralatan, perkakas, accessories yang disebutkan nama pabriknya

dalam RKS. Kontraktor harus melengkapi produk yang disebutkna di RKS, atau

dapat mengajukan produk pengganti yang setaraf, disertakan data-data yang

lengkap untuk mendapatkan persetujuan Perencana sebelum pemesanan.

b. Produk yang tidak disebutkan Nama Pabriknya

Material, peralatan, perkakas, accessories dan produk-produk yang tidak

disebutkan nama pabriknya didalam RKS, kontraktor harus mengajukan secara

tertulis nama negara dari pabrik yang menghasilkannya, catalog dan selanjutnya

menguraikan data yng menunjukkan secara benar bahwa produk yang digunakan

adalah sesuai dengan RKS dan kondisi proyek.

16.1.9 Contoh

Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh dari seluruh material untuk

mendapatkan persetujuan sebelumnya.Seluruh biaya ditanggung atas biaya

Pemborong.

16.1.10 Proteksi

Seluruh material dan peralatan harus diproteksi secara memadai oleh kontraktor,

sebelum, selama pengerjaan dan sesudah selesai (dalam masa garansi).

Material dan peralatan yang mana mengalami kerusakan sebagai akibat dari

pemasangan yang ceroboh dan proteksi todak memadai tidak dapat diterima untuk

instalasi pada proyek.

16.1.11 Access Opening

Kontraktor harus menyediakan access opening (bukaan) untuk instalasi dan

pemeliharaan dari instalasi listrik.

Access opening (bukaan) ynag terdapat pada konstruksi bangunan seperti

dinding-dinding, lantai beton (lantai atap).

Pembukaan harus dilengkapi dengan fasilitas penutup yang tepat bagi permuakan

peralatan.Penutup harus dapat dilepaskan dan dipindahkan tanpa mengakibatkan

kerusakan pada permukaan yang berdekatan.

16.1.12 Pengecatan

Apabila peralatan-peralatan sudah di cat ari pabrik dan tambahan pengecatan di

lapangan tidak dispesifikasi maka permukaan yang cacat harus diperbaiki ataupun

dilakukan pengecatan kembali untuk memperoleh hasil pengecatan yang

seragam.Apabila perlatan belum dicat dari pebrik, Pemborong harus bertanggung

jawab atas pengecatan tersebut.

Seluruh rangka, penutup, cover plate dan pintu panel listrik keseluruhannya harus

diberi cat dasar atau prime coat dan diberi pelapis cat akhir (finishing paint).

Penentuan jenis warna dan dan merk cat, sebelumnya harus dimintakan

persetujuan pada Owner atau perencana.

Pengecatan dikerjakan dengan proses “stove enamel” untuk lampu, sedangkan

untuk panel listrik harus dibuat tahan karat dengan cara “galvanized cadmium

plating” atau dengan :zinix chromatic prime” dan harus dicat bakar.

16.1.13 Papan Nama

Seluruh cabinet, panel listrik, pemutus daya (CB), saklar dan bagian-bagian

lainnya dari peralatan, jika tidak disebutkan dalam hal-hal lain, harus dibuatkan papan

nama untuk mengindikasikan/mengidentifikasikan/penggunaan/nama alat tersebut.

Papan nama harus terbuat dari plastik dengan huruf timbul. Untuk keseluruhan, papan

nama harus berukuran tinggi 1,5 inci (3,81cm) dengan lebar seperlunya, dengan

tinggi huruf 1,0 inci (2,54cm), untuk ukuran yang lebih kecil dimana penutupnya

terbatas gunakan 1,5 inci (3,81cm) tinggi dari plat.

Ketebalan plat minimum 3mm.

Untuk wiring harus dilengkapi dengan nomor cable dan kode-kode lainnya untuk

memperjelas connection dan urutan kabel tersebut yang disesuaikan dengan gambar

wiring control dari panel tersebut.

16.1.14 Gambar Pemasangan yang sebenarnya

Kontraktor harus mempergunakan secara baik satu set lengkap gambar-gambar

pada lapangan yang mana yang harus diberi tanda yang tepat pada lokasi dari seluruh

jenis sistim out-let.

Panel/cabinet, peralatan, pengkabelan dan seterusnya dengan dimensi yang

diambil dari patokan as kolom (center column).

Kontraktor harus melengkapi gambar pemasangan yang sebenarnya (as installed)

dari instalasi.

Kontraktor pada saat mendekat penyerahan (2minggu sebelum penyerahan) harus

menyerahkan gambar “as built drawing” yang menyatakan gambar-gambar seperti

yang telah terpasang untuk diserahkan kepada Perencana/Direksi sebanyak empat (4)

set.

16.1.15 Data Suku Cadang

Sejak pengiriman dari bagian-bagian dan peralatan ke tempat lapangan,

kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas daftar lengkap dari suku cadang

(spare parts) dan menyerahkan untuk masing-masing bagian disertai dengan daftar

harga satuan dan alamat supplier dan tambahan daftar dari suku cadang supply yang

secara normal harus dalam setiap pembelian atau suku cadang yang disebutkan dalam

RKS yang harus dilengkapi oleh Pemborong dengan biaya dari Pemborong.

16.1.16 Peraturan Hak Patent

Kontraktor harus melindungi Pemberi Tugas terhadap klaim atau tuntutan, biaya

atua kenaikan harga karena bencana, dalam hubungan dengan merk dagang atau nama

produksi, baik hak cipta pada semua material, peralatan yang digunakan dalam

proyek ini.

16.1.17 Kebersihan

Kontraktor harus membersihkan seluruh kotoran/sampah dan sisa-sisa material

tidak terpakai yang diakibatkan oleh pekerjaan dan harus menyelesaikan tiap-tiap

bagian secara teratur serta rapi segera.

16.1.18 Built-in Insert, Sleeves dan Perlengkapannya

Lengkapi insert, sleeves dan perlengkapan lainnya bagi keprluan built-in dalam

beton atau pekerjaan konstruksi. Lengkap dengan keterangan mengenai instruksinya,

dimensi lay-out dan keperluan informasi lainnya bagi pekerjaan instalasi yang

seharusnya.

16.1.19 Buku Petunjuk (Manual Book) dan Instruksi

Kontraktor harus melengkapi buku petunjuk (manual book), pemeliharaan dan

petunjuk cara mengoperasikannya dan bahasa dari instruksi bagi seluruh bagian

peralatan ini harus dalam bahasa Indonesia.

16.1.20 Gambar-gambar

Gambar listrik menunjukkan keseluruhan besaran dan jumlahnya serta

persyaratan dan keperluan instalasi.Instalasi harus menyesuaikan kondisi setempat

pada proyek.Gambar-gambar mengenai arsitektur dan struktur harus berkaitan dengan

konstruksi dan detail akhir dari proyek, sedangkan gambar-gambar lainnya harus

berkaitan dengann detail yang berhubungan dengan masing-masing pekerjaan,

kontraktor harus melengkapi seluruh keperluan lebih lanjut seperti keperluan “shop”

dan gambar-gambar detail.Kontraktor wajib memeriksa terhadap kemungkinan

kesalahan/ketidakcocokan baik dari segi besaran listriknya, fisik maupun pemasangan

dan lain-lain.

Diartikan bahwa bila ada ketidaksesuaian teknis mapupun fisik maka hal ini harus

disampaikan secara tertulis 4 hari sebelum dilakukan penjelasan rencana

(aanwijzing). Bila hal ini tidak dilakukan, oleh Direksi Pengawas/Perencana di

lapangan dianggap sudah sesuai untuk/sebagai langkah pelaksanaan, dimana biaya

sudah dicakup pada unit price dari item tersebut.

16.2. PRINSIP DESIGN

16.2.1 Prinsip Supply Listrik

Supply listrik mengacu kepada supply PLN Jakarta dan Tangerang.

16.2.2 Prinsip Distribusi

a. Distribusi secara radial dari panel utama ke panel-panel dari masing-masing

lantai

b. Karakteristik tegangan 400Volt/220 Volt, 50HZ, 3 phase, 5 kawat

c. Distribusi daya untuk penerangan, tidak dipisahkan dengan distribusid aya

untuk mesin-mesin Exhaust Fan pompa motor-motor, dll.

d. Tagangan jatuh untuk penerangan sekitar max 2,5% dan tegangan jatuh untuk

mesin-mesin sekitar 5%

16.2.3 Proteksi

Semua bagian metal dari peralatan listrik harus dihubungkan ke kabel tanah

(grounded/dibumikan) dan semua panel harus dibumikan dengan elektroda tersendiri.

16.2.4 Pembumian Netral

Titik netral (0) dari generator harus dibumikan secara terpisah, dan harus

dibumikan langsung (solidly grounded)

16.3. PERIODE JAMINAN KERUSAKAN/PERIODE PEMELIHARAAN

16.3.1 Periode Pemeliharaan

Kontraktor akan melaksanakan semua dengan tanpa biaya, apabila ada pekerjaan

yang tidak/kurang baik untuk periode 12 bulan setelah timbang terima pekerjaan

dilaksanakan kecuali dalam hal ini langsung diakibatkan oleh kurangnya

pemeliharaan periodik dan pemberi tugas berdasarkan buku petunjuk pengoperasian.

16.3.2 Instruksi Staff Pemberi Tugas (Employer)

Kontraktor akan memperagakan pada wakil Direksi, operasi dari seluruh peralatan

dan sistim dan pada saat yang bersamaan menerangkan isi dari pedoman operasi.

16.3.3 Inspeksi Yang Berwenang

Pemborong akan melaksanakan peragaan dari semua sisitim yang diminta oleh

yang berwenang, yang sebelumnya telah disetujui/diperiksa lebih dahulu oleh

Direksi.

16.4. SPESIFIKASI PEMASANGAN

16.4.1 Persyaratan Instalasi

a. Kontraktor diharuskan meneliti semua dimensi-dimensi secepatnya mendapat

Surat Perintah Kerja. Ajukan usulan-usulan kepada Direksi/Perencana apa

yang perlu dirubah atau diatur kembali supaya semua peralatan dalam sistim

dapat ditempatkan dan bekerja sebaik-baiknya.

1. Sebelum melakukan pekerjaan atau pemesanan peralatan, lakukan

pengukuran-pengukuran dengan teliti peil-peil dalam proyek menurut

keadaan sebenarnya

2. Apabila ada perbedaan antara pengukuran dilapangan dengan gambar-

gambar, ajukan data-data penyimpangan kepada Direksi/Perencana

b. Kontraktor harus membuat layout dari peralatan dan menetukan dengan tepat

koordinat-koordinat sesuai dengan gambar kerja dan keadaan yang sebenarnya

di lapangan dan bertanggung jawab sepenuhnya atas ketelitiannya.

c. Kontraktor harus berkonsultasi dengan kontraktor lain dan Direksi sebelum

memulai pekerjaan pemasangan kabel-kabel, conduit, hanger, peralatan dan

sebagainya.

1. Aturlah sedemikian sehingga kabel-kabel listrik dan peralatan lain tidak

bertabrakan dengan pemasangan pekerjaan lain

2. Apabila ada perselisihan paham antara kontraktor maka keputusan akhir

ada pada Direksi

d. Pemasangan kabel-kabel, pipa-pipa dan peralatan sebagai berikut:

Peralatan sesuai ketentuan pabrik dan berilah Direksi ketentuan cara tersebut

sehingga merupakan bagian dari spesifikasi ini.

e. Semua bahan instalasi dan bahan peralatan sebelum dibeli atau dipesan atau

masuk ke proyek harus mendapat persetujuan dari Direksi terlebih dahulu.

16.4.2 Pemasangan Peralatan

a. Panel-panel Listrik

1. Pasangan panel-panel sesuai dengan tempat yang telah ditentukan pada

gambar rencana kerja.

2. Semua kabel masuk / keluar panel dapat dilakuukan baik dari bagian

bawah ataupun bagian atas panel.

3. Semua badan panel harus diberi pentanahan menurut aturan PLN.

b. Kabel-kabel Feeder.

1. Sebelum kabel-kabel feeder dipasang, pemboronng harus membuat

gambar layout jalur-jalur kabel feeder serta membuat koordinatnya.

2. Kemudian pemborong memasang tanda-tanda pada jalyr-jalur kabel

tersebut dan harus mendapat persetujuan Direksi untuk menghindar.

Kemungkinan tabrakan dengan instalasi dan pekerjaan-pekerjaan lain.

3. Pemasangan kabel Feeder.

Kabel feeder terpasang dalam tanah minimum 100 cm dibawah

permukaan tanah dan bila digunakan jenis kabel NYY harus

digunakan pelindung pipa galvanis.

Seriap belokan kabel harus diperhitungkan radiusnya yang minimal R

= 15 X D, dimana D adalah diameter kabel tersebut.

Tidak diperkenankan melakukan penyambungan kabel ditengah jalan.

Pada setiap ujung kabel sesampai dipanel atau peralatan berilah

kelebihan panjang secukupnya untuk menghindari kesulitan bilamana

terjadi penggeseran panel atau peralatan.

Terminal kabel harus selalu menggunakan sepatu kabel dan isolasi

penutup sepatu kabel.

c. Angkur, Kelos, Terobosan, Rangka, dan Rak Besi.

1. Pemasangan angkur, kelos dan pembuatan terobosan sloof, kolom balok

plat. Untuk ini pemborong transformator harus bekerjasama dengan

pemborong sipil.

2. Sebelum pemasangan angkur, kelos, dan pembuatan terobosan,

Pemborong transformator harus membuat gambar detail baik lokasi

maupun cara pemasangannya. Gembar-gambar ini harus mendapat

persetujuan terlebih dahulu dari Doreksi.

3. Besi angkur harus diikat kesisi tulangan sisi coran supaya terpasang

dengan kuat.

16.5. PENGUJIAN/TESTING.

16.5.1 Ketentuan Umum.

Semua pelaksanaan instalasi dan peralatan harus diuji supaya mencapai hasil baik

dan bekerja sempurna sesuai persyaratan LMK, PLN dan Pabrik.

Bilamana diperlukan peralatan atau bahan-bahan instalasi dapat diminta oleh

Direksi untuk diuji diLaboraturium atas tanggungan biaya pemborong.

16.5.2 Testing daripada Sistem Instalasi Listrik.

a. Pengukuran Untuk Instalasi Penerangan.

1. Hubungan ke armature diputuskan dengan mematikan saklar yang

berhubungan kelampu-lampu maupun kealat.

2. MCB dipanel dalam possisi OFF.

3. Pengukuran dilakukan setiap group maupun phase serta arde.

4. Untuk keperluan pengukuran instalasi penerangan tahanan kawat (sesuai

PUIL 2000).

5. Setiap menunjukkan hasil pengukuran tahanan kawat dibuat daftar/catatan.

6. Diwaktu pengukuran dilaksanakan, sumber daya dari Genset tidak boleh

dimasukkan.

b. Pengetesan terhadap Armatur dan Lampu Penerangan.

1. Jangka waktu pengetesan 7 x 24 jam.

2. Lampu dinyalakan terus menerus.

3. Pengujian dapat dilakukan secara Random dan secara keseluruhan.

c. Pengukuran Untuk Instalasi Tenaga.

1. Hubungan kea lat diputuskan dengan mematikan switch untuk alat itu.

2. Kontaktor maupun MCB untuk alat itu dalam kondisi OFF>

3. Pengukuran dilakukan setiap phase, setiap arde.

4. Untuk pengukuran instalasi tenaga, tahanan kawat (Sesuai PUIL 2000).

5. Setiap penunjukan hasil pengukuran tahanan kawat dibuatkan daftar.

6. Waktu pengukuran dilaksanakan, sumber daya dari Genset tidak oleh

dimasukkan.

d. Pengukuran Arde Induk.

1. Pemantekan pipa arde selesai dikerjakan serta kabel arde sudah ditanam.

2. Setiap alat ukur khusus untuk mengukur tahanan kawat dan arde.

3. Hasil pengukuran daripada tahanan kawat daripada arde harus sesuai

dengan yang diminta pada spesifikasi.

4. Dibuatkan daftar pengukuran.

16.6. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN.

16.6.1 Panel Tegangan Menengah (MVSB).

16.6.1.1 Umum

Panel tegangan menengah (MVSB)harus mengikuti standar IEC, VDE, ANSI

dan memenuhi standar SCI dan SPLN.

Konstruksi panel dari tipe metal-enclosed.

Panel MVSB terdiri dari :

o 1 buah incoming cubicle

o 3 buah outgoing cubicle.

Incoming cubicle terdiri dari : Circuit Breaker, meteran dan Relay Proteksi.

Outgoing Cubicle berisi : Load Break Switch dan Fuse.

Seluruh Cubicle dilengkapi dengan Space Heater yang bias menggunakan

supply 1 phasa : 220V;50 Hz.

Panel tegangan Menengah harus sesuai spesifikasi minimum sebagai berikut :

1. Tegangan kerja :220KV

2. Tegangan Maksimum :24 KV

3. Arus hubung singkat yang dapat ditahan :14.5 KA

4. Gangguan puncak yang dapat ditahan :37.5KA

5. Tegangan Impulse yang dapat ditahan :125KV

6. Arus Rating Busbar :400KA

7. Frekuensi :50 Hz

Panel harus dilengkapi dengan sertifikat pengetesan dari pabrik pembuat dan

harus diserahkan kepada direksi/manajemen konstruksi sebelum panel

dipasang.

16.6.1.2 Konstruksi Panel (Cubicle)

16.6.1.2.1. Panel Incoming, sesuai gambar rencana.

a. Panel Incoming berisi antara lain :

Circuit Breaker : 630A

Busbar tiga phasa : 630 A

Disconnector dan earthing switch.

Circuit Breaker operating mechanism.

3 buah Current Transformer

Auxillary Contact pada Circuit Breaker.

Motor operating Mechanism

Earthing switch operating mechanism.

Voltage indicator.

Downstream earthing switch

Heater

Relay protection.

Shunt Trip.

b. Karekteristik Circuit Breaker

Rating tegangan : 20 KV.

Rating tegangan maksimum :24 KV.

Rating insulation Level

o 50 Hz untuk 1 menit : 50 KV(RMS)

o Impulse 1.2 /50µs : 125 KV (peak)

Rating arus

o Load break switch : 400A

o Busbar : 630A

o Circuit Breaker : 400A

Short time withstand current

o Untuk rating arus 400A :14.5 KA/1 detik

c. Current Transformer

Double primary winding

Double secondary winding untuk pengukuran dan proteksi.

Rating tegangan Primer : 20 KV

Tegangan maksimum : 24 KV

Kelas Isolasi : A

Short circuit current withstand (selama 1 detik) :14.5 KA

(RMS)

Peak fault current withstand : 37.5 KA

Impulse voltage withstand : 125 KA (Peak)

Power Frequency Voltage Withstand : 50 KV (RMS)

d. Voltage Transformer

Rating tegangan primer : 20 KV

Tegangan maksimum : 24 KV

Accuracy class : 0.5

Kelas isolasi : A

Impulse Voltage withstand : 125 KA

Power frequency voltage withstand : 50 KV (RMS).

16.6.1.2.2. Panel Outgoing, sesuai gambar rencana.

a. Panel cubicle outgoing berisi antara lain :

Circuit breaker 630 A

Busbar tiga phasa 630 A

Disconnector dan earthing switch

Circuit breaker operating mechanism.

3 buah current transformer

Auxillary contact pada circuit breaker

Motor operating mechanism

Earthing switch operating mechanism

Voltage indicator

Downstream earthing switch

Heater

Relay protection

Shunt trip

SF6 Load Breaker switch dan earthing switch

Busbar 3 phasa 630 A

Operating Mechanism

3 buah Fuse

Indikasi mekanis untuk Blown Fuse

Voltage Indicator

Down stream earthing switch

Heater

Shunt trip

Motor operating mechanism

Auxillary contact

b. Karakteristik

Rating tegangan : 20 KV

Rating tegangan maksimum : 24 KV

Rating insulation level :

o 50 Hz untuk 1 menit : 50 KV rms

o Impulse 1.2/50µs :12 KV peak

Rating Arus

o Load break switch : 400A

o Busbar : 630 A

o Fuse : 100A

Short time withstand current

o Untuk rating 450 A :14.5 KA

c. Panel Meter

Panel metering menyatu dan ada dibagian atas panel Incoming

Alat ukur yang dipasang pada panel metering :

KWH meter double trip

Tiga buah Ampere meter

1 buah Voltmeter

1 buah Voltmeter selector switch

d. Relay Protection

1. Relay protection dipasang untuk melindungi system terhadap

gangguan:

Arus hubung singkat

Arus lebih (over current)

Arus gangguan lemah

Under voltage

2. Relay proteksi harus mempunyai spesifikasi :

Tipe relay harus digital

Memiliki kekebalan elektromagnetik

Dapat melakukan pembacaan dan memori besarnya arus gangguan

atau pemutusan

Jenis gangguan yang terjadi dapat dketahui dengan jelas

Relay harus dapat menerima catu arus 1 A atau 5 A secara flexible

tanpa harus mengganti relaynya.

Relay harus mampu menahan arus steady state 8 A

Relay harus mempunyai fungsi self monitoring terus-menerus

karena adanya kemampuan menyimpan informasi walaupun supply

tegangan terputus.

Relay harus dapat men-hold apabila tegangan catu tiba0tiba hilang.

Relay harus mmungkinkan digunakan untuk diskriminasi up-

stream dan down stream.

Relay harus mempunyai range setting kurva dan tanda waktu yang

lebar. Direct time (DT), Invers Definite Minimum Time (IDMT) dan

instantenous (50MS) sampai 50 detik

Memiliki fasilitas lock-out of closing order ketika adanya suatu

gangguan.

Perubahan setting relay hanya memungkinkan dilakukan orang

yang berkompeten karena adanya micro switch

Relay memiliki 1.2/50 µs impulse wave withstand samadengan 15

KV.

e. Catu daya

Kontraktor harus menyediakan supply daya khusus yang dilengkapi dengan

battery dan charger untuk catu teganganb relay proteksi yang ada dengan

kapasitas sesuai kebutuhan.

16.6.2 Transformator

Transformer yang akan dipasang harus memiliki persyaratan sebagai berikut

Standar

Transformator dibuat, di desain dan ditest berdasarkan salah satu standar

dibawah ini:

o IEC 76 - internasional

o VDE/DW - jerman

o NEMA - USA

o BS - british

o SPLN 50/82 - Indonesia

o UIE - perancis

Kondisi kerja

Transformator itu akan dipasang pada lokasi dengan ketinggian tidak lebih

dari 1000m diatas permukaan laut, dan maksimum ambient temperature tidak

melebihi 40ºC. atmospheric Condition ± 90 % Humidity.

Karakteristik umum

o Tipe transformer : Hermetically sealed totally oil field

o Kondisi pelayanan : indoor

o Jenis Minyak : mineral oil class I, sesuai IEC

o Jumlah phasa : 3 phasa

o Frekuensi : 50 Hz

Spesifikasi Teknis

o Kapasitas : 1250KVA;2000KVA;3150KVA;

o Tegangan primer : 20 KV

o Tegangan sekunder : 0.4 KV

o Group Vektor : Dyn 5

o Pendingin : ONAN

o Kenaikan temperature

a. Minyak : 60 ºC

b. Kumparan : 65 ºC

o No-load Losses : max 3600 watt

o Load losses :21000 Watt

o Impedance Voltage :7 %

o Temperature insulation class : A

o Off circuit tapping value : + 2.5% ; + 5%

o Noise : 65 dB

o Dimensi :

max panjang : 2350 mm ; 2350mm

Lebar : 1340 mm ; 1340 mm

Tinggi : 186 mm ; 1980 mm

Kelas isolasi dari kumparan

o Tegangan system tertinggi

a. Primer : 24 KV

b. Sekunder : 1.1 KV

o Impulse test Voltage

a. Primer : 125 KV

b. Sekunder : 0

o Applied test voltage

a. Primer : 50 KV

b. Sekunder : 3 KV

Efficiency

Effivciency min : 98.49 % pada beban penuh, pada factor daya 0.8 dan

98.78% pada factor daya 1.0

Voltage drop

Voltage drop max 5.11 % pada factor daya 0.8 dan 1.23 % pada factor daya

1.0

Kelengkapan

Kelengkapan transformator antara lain :

o Name plate, rating plate dan wiring diagram

o HV plug-in type blushing c/w straight connector untuk 95 mm conductor

cable.

o LV porcelain bushig

o Off-circuit tap changer

o Oil filling valve

o Oil draining valve

o Grounding terminal

o Bidirectional roller

o Fin type radiator

o Oil level indicator

o Oil thermometer c/w contact

o Pressure relief device

o Protective relay DMCR

16.6.3. Panel Tegangan Rendah (LV Main Switchboard)

16.6.3.1. Umum

o System pemasangan panel sesuai dengan standar internasional yang berlaku

o Dapat dioperasikan dan di maintain dari depan dan dari belakang

o Tipe panel adalah free standing

o Indek proteksi konstruksi panel IP 54 standard BS 5190 IEC 144

o Supply daya masuk control harus 24 V DC

o Dilengkapi relay Bantu untuk kebutuhan BAS

o Kompartmen form mengacu pada form 4 IEC 439.1

16.6.3.2. Parameter-Parameter Sistem Elektrikal

Parameter-parameter system secara detail dapat dilihat pada gambar tender

Kondisi nominal supply daya yang dipakai sbb:

Tegangan : 400 V

Frekwensi : 50 Hz

Phasa : 3

Fault level : 65KA

Lama gangguan : 1 detik

Netral : pentanahan solid

16.6.3.3. Jenis Pengujian

Panel-panel harus mempunyai sertifikat pengujian

Pengujian antara lain :

a. Ketahanan terhadap hubung singkat

b. Tingkat proteksi dari bodi panel.

c. Verifikasi dari batas kenaikan temparatur

d. Verifikasi dari dielektrik propertoes

e. Internal archins fault test

16.6.3.4. Konstruksi

Konstruksi terdiri dari modul-modul yang dapat dipisah untuk kebutuhan

pemasangan dan pengangkutan

Dinding samping panel harus dapat dibuka untuk kebutuhan penambahan atau

perawatan

Pintu panel harus dapat membuka penuh 135º

Ukuran masing-masing modul harus pas untuk dapat mengeluarkan peralatan

dan mounting plate dengan mudah.

Pintu dihubungkan dengan pentanahan dengan flexible cooper braid

Desain dari panel harus menjamin pengurangan arching fault, keamanan

manusia dan membatasi kerusakan ketika terjadi gangguan.

Panel dilengkapi dengan ventilasi yang cukup, panas yang ditimbul didalam

panel tidak menimbulkan kenaikan temperature yang melebihi rating

temperature yang diperbolehkan pada peralatan.

Semua komponen atau peralatan yang terpasang pada panel harus dapat

dilepas tanpa harus melepas komponen atau peralatan lannya terlebih dahulu.

Tidak diijinkan memasang komponen diatas, bawah dan samping panel.

Lengkapi base mounting dengan menggunakan besi kanal 75 mm

Lengkapi panel dengan liftting eyes pada setiap bagian modulnya.

Panel harus terlindung dari serangga dengan tingkat perlindungan khusus.

Rangka atau support panel harus bebas karat dan kerak; dan harus mempunyai

ketebalan minimum 2.0 mm

Penutup panel harus rigit, minimumteal tutup panel adalah 1.5 mm.

Lengkapi panel dengan anti-condensation heater pada incoming, metering

modul dan tempat kabel.

Pemasangan baut harus memenuhi standard torsi, yang dianjurkan

Panel dicat dengan Powder coating dengan warna yang disetujui oleh

engineer.

16.6.3.5 Busbar

Busbar harus diberi lapisan heat shrink insulation dengan warna yang sesuai

dengan kode warna phasanya.

Busbar harus mampu menahan gangguan arus hubung singkat sampai breaker

memutus arus gangguan tersebut.

Kapasitas arus yang disarankan adalah seperti yang terlihat pada diagram pada

gambar tender.

Busbar harus dari jenis high grade Electrolyt copper dan diberi marking sesuai

dengan harga yang dipakai.

Busbar harus diberi support dan isolasi dengan isoplator jenis high strength,

non-tracking glass polyster material. Current density busbar tidak boleh lebih

dari 2.5 A/mm2

Ukuran busbar netral harus sama dengan busbar phasa.

Ukuran busbar pentanahan minimum 40 x 5 mm yang dipasang sepanjang

panel. Seluruh bagian logam yang tidak bertegangan dari panel harus titanah

kan dengan menghubungkan dengan busbar ini. Terminal pentanhan eksternal

akan dilengkapi untuk dihubungkan dengan busbar ini pada dua titik melalui

kabel konduktor.

Dropper busbar harus mempunyai kemampuan menahan arus hubung singkat

yang sama dengan busbar utama. Kemampuan arus beban adalah lebih besar

dari kapasitas breaker yang terhubung.

Luasan busbar pada semua titik harus seragam (uniform).

Busbar harus diberi spare lubang dan mur baut untuk kebutuhan sambungan

tembahan, min 20 % jumlah breaker terpasang.

16.6.3.6 Komponen-Komponen Panel

16.6.3.6.1 Air Circuit Breker (ACB)

a. Circuit breaker harus dari jenis drow-out type dengan matching current

transformer dan solid state transformer unit

b. Solid state protection unit harus mempunyai inverse over current dan short

circuit dengan karakteristik yang bisa diatur pada basis waktu dari arus.

c. Jumlah pole seperti terlihat pada gambar diagram basis

d. Mempunyai assesoris sebagai berikut :

Motor operate spring charged operating mechanism yang dapat bekerja

pada supply 230 V AC, 1 phasa, 50 Hz

Handle untuk untuk charging spring dengan tangan.

Close open push button untuk operasi mekanis. Lengkapi gembok dan

kunci.

Spring charged – discharged mechanical indicator

Key lock untuk posisi connected disconnected dan test.

Door interlock

Functional indicator lkuntuk posisi connected, disconnected dan test.

Indicator ON, OFF breaker.

Fasilitas gembok dalam posisi disconnected atau test’ lengkapi dengan

gembok dan kunci.

Fault trip indicator atau breaker reset push button.

Operation Counter

24 V DC shunt trip dan closing coil

4 NO + NC auxillary contact.

Safety shutter sisi busbar dan kabel dengan fasilitas gembik

ON, OFF, push button atau Trip Neutral Close Switch untuk operasi

elektrik.

Under Voltage Relay

Auto/Manual switch.

16.6.3.6.2 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)

MCCB-MCCB yang dipakai pada panel-panel LVMSB harus mempunyai

rating uninterrupted duty. Short Circuit Performance Category Breaker

tersebut harus P-2. rating aruss dan setting tripnya harus terliahat jelas

dibagian depan breaker. MCCB tersebut harus mempunyai breaking

Capacity 65 KA pada tegangan 380 V untuk waktu bertahan minimum 1

detik.

Mekanisme switching harus tipe quick make, quick break yang

mempunyai manual operation yang independent.

Tipe handle adalah toggle atau rotary, secara mekanis bebas trip sehingga

kontak-kontaknya tidak bias ditahan terhadap arus beban lebih dan

huibungan singkat.

Indikasi yang jelas dari kondisi ON, OFF, dan trip harus disediakan. Tidak

mungkin meletakan handle pada posisi trip secara manual.

Setiap pole-nya harus dilengkapi dengan over load dan short circuit

tripping dengan karakteristik yang sesuai penggunaanya. Karakteristik

Over Load Teippong MCCB harus sesuai criteria yang diatur pada IEE

Wiring Regulation.

MCCB dengan karakteristik Tripping harus bias distel sehingga dapat

diatur sesuai pemakaian.

Proteksi mekanis harus berupa thermal magnetic.

MCCB yang dikhususkan untuk Back-Up proteksi terhadap starter motor

harus dari tipe Motor Breaker yang mampu memikul arus start motor dan

digabungkan dengan proteksi arus hubung singkat magnetic yang bias

adjust dimana instanious tripping pointnya dapat diatur sebagai fungsi dari

arus beban rating breaker.

16.6.3.6.3. Load Break Switch

Rating arus kontinyu seoerti gambar

Rating tegangan operasi 500-690 V

Rating impulse withstand voltage : 8 KV

16.6.3.6.4. Miniatur Circuit Breaker (MCB)

MCB ini harus tertutup, jumlah pole dan rating arus sesuai gambar.

Karakteristik trip harus tipe C atau D, sesuai kebutuhan.

Minimum rating short circuit capacity harus 10 KA

16.6.3.6.5 Relay Proteksi

Bila tidak ada ketentuan lain, relay proteksi harus mengacu pada BS. 142

Pemilihan plug harus sedemikian rupa sehingga setting plug dapat diubah

dalam kondisi berbeban tanpa membuka current transformer , dan titik

tapping arus yang paling tinggi secara otomatis harus dapat di diseleksi

bila olug dibuka.

Relay proteksi arus lebih harus mempunyai setting arus yang bias diatur

antara 50 % sampai dengan 200% dalam 7 step yang sama besar dan

setting waktu dari 0.1 s/d 1.0 pada step yang sama besar.

Relay arus lebih harus memilliki hal berikut :

o Arus pick-up 100-130 % setting plug.

o Arus reset tidak lebih kecil dari 90% setting plug.

o Operating time tidak lebih kecil dari 9.0 detik bila arus lebih mencapai

130% aru setting plug dengan setting waktu 0.2 dan tidak lebih kecil

dari 16 detik dengan setting waktu 3.0.

Instantaneous high set over current protection harus terdiri dari 3 unit 1

phasa yang mempunyai continuously adjustable current rating antara

200% s/d 800% dari rating arus sekunder current transformer.

Relay harus terlindung dari debu dan terlindung dari binatang-binatang

kecil

Indicator operasi harus dilengkapi pada masing-masing elemen proteksi

dan dipasang pada relay yang sama. Relay harus mempunyai system Hand

Reset yang bias dibuka tanpa mebuka bagian dari relay.

Kontak relay harus mampu menyalurkan atau memutuskan arus

maksimum yang mungkin terjadi pada saat terjadi gangguan pada

rangkaian yang dihubungkan.

16.6.3.6.6. Fuse-Switch, switch fuse dan isolating switch

Seluruh fuse switch dan isolating switch yang digunakan pada panel utama

harus sesuai dengan ketentuan BS 5419 dan BS 5486 Part 1 : 1986. semua

kontak-kontaknya harus tertutup atau terbungkus penuh dan mempunyai

breking capacity pada manual operation seperti yang ditentukan oleh

standard yang berlaku.

Switch fuse harus direncanakan untuk pemakaian dangan HRC Fuse

Seluruh Fuse Switch atau isolating switch harus dari produk yang sama

yang produknya bias mengikuti kebutuhan spesifikasi.

Penggabungan beberapa merek dan tipe yang berbeda dari panel sangat

dilarang.

Moving contact yang dipasang harus bisa dibuka dengan mudah untuk

pengecekan dan perawatan

16.6.3.6.7. Fuse

Fuse yang dipakai HRC Catridge Fuse, clas Q1 bersertifikat ASTA.

Rating tegangan 415 V 50 Hz. Rating breaking capacity 80 KA

Seluruh terminal-terminal yang bertegangan dan kontak-kontak harus

tertutup dan memungkinkan untuk mengganti Fuse pada kondisi rangkaian

bertegangan, tanpa bahaya terhadap sentuhan yang berteganagn.

16.6.3.7. Alat Ukur

16.6.3.7.1. Umum

Jenis Alat Ukur adalah Moving Iron dengan accuracy class 1.5.

Ukuran minimal 96 mm segi empat, flash mounted.

Seluruh meteran harus dilengkapi dengan kaca non-glare dan dari pabrik

yang sama.

16.6.3.7.2 Ammeter

Ammeter harus dari jenis moving iron dan haru smampu mengalirkan aru

sbeban penuh tanpa menimbulkan panas dan tidak akan mengalami

gangguan bila panel menalami gangguan.

Semua ammeter harus mempunyai kemampuan beban lebih terus menerus

sebear 120 % diatas batas skala selama 2 jam.

Harus dikengkapi setelan mekanis ke nol dan dapat diopearikan tanpa

melepasnya.

Ammeter harus dapat memberikan pembacaan langsung tanpa suatu factor

perkalian.

Ammeter harus disediakan untuk motor dengan kapasitas 30 KW keatas

dan harus mampu menahan arus start dan harus mempunyai skala beban

lebih yang diperkecil skalanya. Arus motor yang terbaca harus disediakan

pada masing-masing phasa.

Ammeter untuk motor yang lebih kecil atau sama dengan 15 KW,

ammeter harus cocok bekerja melelui current transformer dengan arus

sekunder 5A. seluruh Ammeter harus mempunyai kelibrasi pergerakan

500% kali skalanya. Skala lebih yang diperkecil tersebut terletak diujung

atas skala ammeter.

Meter-meter dipilih sedemikian rupa sehingga arus beban penuh dari

motor kebih kurang 60% depleksi skala penuh.

Bearing harus anti karat dan tahan goncangan.

16.6.3.7.3. Voltmeter

Kelas akurasi dari Voltmeter harus 1.5 dan mempunyai skala tambhan.

Voltmeter harus mempunyai stelan mekanis ke nol.

Ketentuan lain harus sama dengan klausal pada Ammeter.

Mempunyai skala 0-500 Volt

Phasa selector switch harus dipasang pada masing-masing Voltmeter

untuk membaca tegangan phasa-kephasa dan phasa ke netral. Pada smbungan

setiap phasa ke Voltmeter harus dilengkapi sekring potensial.HRC lengkap

dengan catridge 2 Ampere.

16.6.3.7.4 KWH Meter

KWH meter 3 phasa 4 kawat untuk panel utama dan panel distribusi tiga

phasa, satu phasa 3 kawat untuk kios kecil.

Untuk panel menggunakan tipe surface mounted dan untuk kios

menggunakan tipe wall mounted.

Untuk menggunakan power tiga phasa menggunakan double tarip

Tipe Moring Iron

Akurasi klas 1.0

Mempunyai double jewel bearing dan double insulated moulded case.

Angka pencatat KWH 6 digit.

Pasangan dengan CT untuk system 3 pahasa dan system 1 phasa yang

melebihi 30 ampere beban.

16.6.3.7.5 Power Factor Meter

Accuracy class power factor meter harus class 1. cocok untuk 3 phasa 4 wire,

panjang skala 270° :

Current : …../5A untuk current transformer

Voltage : 380/415 Volt

16.6.3.7.6 Current Transformer

Current transformer harus dari jenis “Straight Trough” dan harus dari

Class B temperature rise, tegangan primer 600V.

Current transformer harus dari jenis Epoxy Resin Encapsulated dan

mampu menyediakan output yang diperlukan untuk mengoperasikan

semua VA beban alat proteksi atau alat ukur.

Current transformer harus memiliki lilitan primer yang tetap dan inti solid

yang tertutup dalam selubung cast resin.

Ranngkaian sekunder dari selubung setiap set current transformer (RST-

N) harus ditanahkan hanya pada satu titik. Artinya harus dipersiapkan

system yang bias memutuskan hubungan pentanahan tersebut untuk

kebutuhan testing.

Current transformer untuk pengukuran harus dihubungkan ke blok

terminal yang mudah dilepas pada saat pengetesan.

Klas akurasi Current Transformer tidak lebih kecil dari class 1 untuk

kebutuhan pengukuran dan class 5P1 untuk kebutuhan proteksi.

Current Transformer harus mampu dioperasikan tanpa mengalami

gangguan dengan open circuit disisi sekundernya dan beban penuh disisi

primernya.

Current Transformer harus dipasang pada posisi yang mudah untuk diganti

bila perlu tanpa membongkar peralatan-peralatan yang didekatnya.

16.6.3.7.7 Ammeter Selector Switch

Ammeter selector switch harus dipasang dibagian depan panel dan harus

tipe rotary dengan arus kontak buka dan tutup untuk dapat memilih

pembacaan arus phasa ke phasa dan phasa ke netral dimana jelas

tercantum pada switch tanda R-Y, Y-B, B-R, R-N, B-N, OFF.

Kontak pada selector switch harus mempunyai rating arus thermal 6

Ampere : 220 V 50 Hz.

16.6.3.7.8 Voltmeter Selector Switch

Dipasang dibagian depan panel, tipe rotary. Kontak buka tutup untuk

seleksi pengukuran phasa jelas tercntum pada switch, yaitu R-Y, Y-B, R-

N, Y-N,dan OFF.

Rating arus thermal kontak 6 amper : 220V,50 Hz.

16.6.3.8 Relay Kontrol dan Relay Bantu

Relay control dan relay Bantu harus memiliki standard BS 142 dan dari tipe

plug-in; untuk dipasang di rak, lengkap dengan socket penyambung kabel dan

angker pemasangan cepat. Switch dari relay harus double break. Mudah dibuka

untuk perawatan dan memilioki kapasitas rating arus yang cukup untuk membawa

beban yang terhubung.

16.6.3.8.1 Relay Kontrol

1. Kontak bebas tegangan harus disediakan sesuai kebutuhan.

2. Kontak bebas tegangan umumnya disediakan untuk kebutuhan indikasi

jarak jauh.

16.6.3.9 Kabel control

1. Seluruh alat ukur dan peralatan harus secara emyakinkan terpasang dan

pemgkabelan bagian dalam yang ditarik harus sudah sesuai dengan posisinya

yang bias diakses untuk kebutuhan perawatan.

2. Kabel bagian dalam harus berisolasi PVC, diberi warna atau label atau sleeve

untuk diidentifikasi. Kabel control minimal berukuran 1. mm, kabel tembaga

dan harus diterminasi pada Kippon atau blok terminal sejenis yang disetujui.

3. Bila control yang dipakai menggunakan battery supply, kabel DC secara total

dipisahkan dari system utama dan diberi selubung.

4. Seluruh terminal harus diberi tutup dan diberi label dan tanda-tanda

peringatan. Seluruh rangkaian dilengkapi dengan fuse yang bias dibuka untuk

fasilitas pengisolasian, perawatan dan pemeriksaan.

16.6.3.10 Labelling

1. Seluruh bagian dari peralatan pada panel harus diberi label untuk

mengindikasikan fungsinya dengan trafolyte label dan white engraved

lettering dan dipasang dengan baut.

2. Tidak diperkenankan pemasangan label dengan lem, seluruh peralatan yang

tidak dipasang pada panel juga harus diberi label seperti persyaratkan diatas.

16.6.3.11 Push Button Switch

1. Rating listrik Push Button Switch harus 500 V AC atau 250 V DC. Push

button untuk kebutuhan alarm harus mempunyai rating 2 A dan untuk Kontrol

rating 10 A.

2. Push Button harus dari tipe Flash Mounted, berbentuk bundar berdiameter 20

mm.

16.6.3.12. Sistem Pentanahan.

Seluruh pekerjaan logam yang berhubungan dengan instalasi panel control

motor yang tidak membentuk bagian rangkaian phasa atau netral, harus saling

dihubungkan dan secara efektif ditanahkan mellui panel supplynya.

16.6.3.13 Blok Terminal

1. Blok terminal untuk kabel control mempunyai rating tidak kurang dari 20 A

dan menggunakan baut.

2. Penempoatan blok terminal disesuai ka dengan arah kabel akan keluar.

3. Blok terminal yang berbeda tegangan harus dipiiiiisahkan, diberi label dan

dinding pemisah. Terminal harus dilengkapi dengan penutup transparan.

4. Harus disediakan cadangan terminal pada blok terminal kurang lebih 30

kebutuhan.

16.6.4 Panel Distribusi

Panel Distribusi adalah sub panel dari panel utama tegangan rendah (LVMS).

Penel distribusi berfungsoi untuk secara langsung mensupply beban power

yang ada.

Panel distribusi harus memenuhi standard yang ada pada panel LVMSB.

Kompartment form mengacu pada form 2 IEC 439-1

16.6.5 Panel Kapasitor

Panel kapasitor berfungsi untuk memperbaiki factor kerja dari supply listrik

dibangunan.

Panel kapasitor berisi antara lain :

Kapasitor

Kontaktor

Fuse

Power factor controller

16.6.5.1 Kapasitor

Kapasitor harus memenuhi ketentuan:

Kapasitor dari jenis kering

Dielectric material : metalized polypropylene film

Bias memperbaiki kerusakan sendiri (self-healing)

System proteksi internal 100 % dimana dilengkapi dengan proteksi arus

hubung singkat dan tekanan lebih (Over Pressure)

Mempunyai isolasi ganda dan tidak membutuhkan hubungan poentanahan.

Dalam kondisi rusak tidak menimbulkan uap ataupun api.

Karakteristik Kapasitor :

o Tegangan nominal maksimum : 470 V

o Insulation Level : 0.66, 3KV RMS, 1 KV peak.

o Range temperature:

o Temperature maksimum : 55 ºC

o Temperature rata-rata pertahun : 35 ºC

o Temperature rata-rata pada penode 24 jam :35ºC

o Beban lebih yang diijinkan :

o Arus Lebih : 50%

o Tegangan Lebih : 20%

o Toleransi Kapasitansi : 0, +5%

Kapsitor harus memenuhi standard IEC 831, NFC 54-104, VDE 9560, CSA

dan Test UL 810

16.6.5.2 Kontaktor

Kontaktor untuk pengontrol kerja kapasitor harus menggunakan kontaktor

khusus untuk kapasitor dimana kutub tersambung lebih dahulu dan memenuhi

kebutuhan sebagai berikut :

Maximum rated Volltage : 660 V, 50Hz

Maximum ambient temperature : 55 ºC

16.6.5.3 Fuse

Untuk proteksi kapasitor terhadap gangguan arus hubung singkat atau arus

lebih digunakan fuse. Fuse harus dari tipe HRC, dengan rating tidak kurang dari

1.7 kali rating arus kapasitor.

16.6.5.4 Power Factor Controller

Power factor Controller berfungsi mengatur bekerjanya masing-masing

kapasitor sesuai kebutuhan untuk memperbaiki factor kerja.

Power factor controller harus dari tipe digital, dan terdiri dari 12 step

controller.

Tipe pasangan wall mounted dapat distel dan dioperasikan dari depan.

Power factor controller harus memenuhi kebutuhan sebagai berikut :

Feeding Voltage : 220 atau 380V

Voltage Circuit tolerance : +10% - 16%

Voltage circuit power :12 VA

Frequency : 50 Hz

Intensity Circuit : X/5 Ampere

Intensity Circuit transient overload : 10 In, selama 20 m detik

16.6.6. Filter Harmonic

Filter harmonic berfungsi untuk melindungi kapasitor dari kelebihan tegangan

/ arus karena harmonic terlalu tinggi, juga berfungsi menurunkan persentase

harmonic pada jaringan.

Pengukuran harmonic dilakukan dengan menggunakan harmoinic analyzer,

pengukuran baik dilakukan dengan beban jaringan mencapai 100%

Bila ternyata harmonic jaringan telkah mencapai besaran yang membahayakan

(sesuai perhitungan specialist) baru dipasangkan fiolter harmonic.

Filter harmonic dipasang langsung kekapasitor bank dengan kapasitas sesuai

kebutuhan. Untuk ini kontraktor harus menyediakan space dan fasilitas

terminal penyambungan filter harmonic pada setiap kapasitor bank untuk

memfasilitasi penyambungan filter harmonic dikemudian hari bila diperlukan.

Space panel yang disediakan harus cukup dengan pemasangan filter harmonic

dengan kapasitas maksimal.

16.6.7 Busduct

System Busduct merupakan system saluran utama dari sumber daya yang ada,

baik dari PLN maupun sumber daya dari generator.

Busduct harus dari jenis copper conductor dengan rating sebagaimana telah

diunjukan pada gambar. Busduct sepenuhnya harus memenuhi spesifikasi sebagai

berikut :

a. Busduct harus didisain untuk pemakaian system 3 pahasa 4 kawat, 660 V,

dengan ukuran penampang netral sama dengan penampang phasa; dan

grounding 50% penampung/kapasitas phasanya. Busduct harus memenuhi

standard JIS XC 8364, IEC 60439-2 dan BSEN 60439-2 yang mana harus

memenuhi tipe uji ASTA.

b. Busdact harus dari jenis low impedance dan seluruhnya tertutup untuk

melindunginya terhadap gangguan melkanis air dan debu dan memenuhi

indeks proteksi minimum IP54 weather proof type.

c. Busbar tembaganya harus terbuat dari copper conductor 99,9% dan harus

dari electrotin coated dan diisolasi dengan epoxy coated insulation class B

130 ºC dengan ketebalan 1.6mm

d. Sambungan busduct harus tipe direct join one bolt, yang diisolasi penuh.

Pemakaian join stock / pack tidak diijinkan.

e. Semua system Busdust harus memungkinkan untuk dilepaskan sebagian

tanpa mengganggu 2 bagian lainnya.

f. Semua baut penyambung harus dilengkapi dengan Bellevile washer agar

tekanan pada sambungannya merata.

g. Semua sambungan harus dilengkapi engan baut torsi and mur-mur yang

bebas perawatan yang kepala bagian luar akan berhenti berputar ketika

pengencangan torsi mencapai 1200kg s-cm.

h. Kenaikan tempertur pada setiap titik pada busduct tidak melebihi 55 ºC

pada ambient temperature 40 ºC bila dioperasikan pada beban penuh.

i. External file barrier harus termasuk bagian integral dari busduct dan

dipasang menembus dinding atau lantai.

j. Busduct harus mampu menahan tingkat gangguan lebih kurang 50KA

pada 415V, 50Hz selama 1 detik.

k. Busduct untuk pemakaian indoor harus weather proof, jadi dibuat bias

mencegah masuknya air kedalamnya, termasuk seluruh sambungan dan

belokan tanpa penutup luar yang bukan merupakan bagian dari konstruksi

busduct tersebut.

Penggunaan flexible braided conductor disesuaikan denngan kebutuhan

system instalasi.

Supporting harus dari galvanized steel dan disesuaikan dengan kebutuhan dan

kondisi beban.

16.6.8 Kabel Tegangan Menengah

1. Kabel tegangan menengah berikut perlengkapannya yang akan dipergunakan

mengikuti standard VDE/DIN serta mengikuti peraturan-peraturan IEC dan

PUIL serta peraturan lainnya yang berlku diIndonesia.

2. Kabel tegangan menengah yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik listrik :

i. Jenis kabel : lihat gambar

ii. Penampang kabel : lihat gambar

iii. Tegangan kerja antara phase dengan phase : 20 KV

iv. Frekuensi : 50 Hz

v. Tegangan uji AC (3x15 menit) : 30 KV

vi. Tegangan uji : 70KV

b. Penghubung antara panel TM kesisi TM dari transformer dipakai kabel

dengan tipe dan diameter lihat gambar (kabel dengan isolasi polyethylene,

XLPE)

c. Sebelum pemasangan maka kabel serta peralatan-peralatan Bantu lainnya

yang akan digunakan harus diajukan sertifikat pengujiannya terlebih

dahulu kepada Diresi/Manajemen Konstruksi.

16.6.9 Kabel Tahan Api

1. Kabel tahan api harus kinduktor tembaga dan daya tahan terhadap api 1 jam

2. Kabel harus flame retardant, bias mati sendiri, tingkat asap rendah dan tidak

mengandung halogen.

3. Kabel tahan api harus dipasang sesuai instruksi pabrik

4. Kabel tahan api harus diikat dengan pengikat kabel stainless steel

5. Kabel tahan api harus mempunyai rating tegangan lebih dari 0.6/1 kV dan

harus mampu untuk system utama 50Hz

Selubung luar kabel tahan api harus berwarna coklat.

16.6.10 Rak Kabel

o Ukuran rak kabel sesuai dengan yang tertera pada gambar

o Cara pemasangan rak kabel harus digantung pada dak beton dengan besi bulat

berukir yang digalvanis

o Pada setiap belokan atau pencabangan harus menggunakan standard rak kabel

yang ada dan tidak diijinkan menggunakn rak lurus yang dimodifikasi dan

dilas.

o Pada setiap sambungan rak harus diberi cable connector untuk memastikan

kontunitas sambungan secara elektrik

o Rak kabel harus dihubungkan dengan system grounding yang ada

o Rak kabel yang dipasang didalam shaft atau dinding haruss dilengkapi dengan

support dan bahan UNP dan harus dipasang pada setiap jarak 1 m

o Kabel yang dipasang pada rak-kabel harus diikat denga kabel ties

o Standar material rak kabel : Plat besi tebal 2 mm

Standard finishing : hot dip galvanished ± 80 micron

16.6.11 Saluran Kabel (Conduit)

1. Jenis Conduit yang dipakai adalah PVC high impact, kecuali pada plant room

menggunakan conduit galvanis, diameter nominal minimum 20 mm

2. Bending pada conduit tidak boleh lebih kecil dari 90º.

3. Sebelum memasukkan kabel, conduit harus bersih

4. Pull box atau joint Box harus disediakan pada interval tidak lebih dari 25m

untuk instalasi conduit meskipun tidak ada indikasi didalam gambar.

5. Fleksibel Conduit harus dipasang uintuk akhir sambungan keperalaatan yang

menimbulkan getaran.