Huda Dani Abed

46
Makalah Analisis Ateisme di Indonesia Berdasarkan Sila Pertama Pancasila Disusun untuk memenuhi tugas membuat makalah pelajaran Bahasa Indonesia semester 5 tahun ajaran 2014/2015 yang di bimbing oleh Bapak H. Ucu Jamaludin A., M. Pd. Disusun oleh: 1. Abednego Julian Wicakson NIS 12131065 2. Dani Ari Sandi NIS 12131102 3. Muhamad Huda Prayoga NIS 12131043 KELAS XII ILMU PENGETAHUAN ALAM 7 1

Transcript of Huda Dani Abed

Page 1: Huda Dani Abed

Makalah

Analisis Ateisme di Indonesia Berdasarkan

Sila Pertama Pancasila

Disusun untuk memenuhi tugas membuat makalah pelajaran

Bahasa Indonesia semester 5 tahun ajaran 2014/2015 yang di

bimbing oleh Bapak H. Ucu Jamaludin A., M. Pd.

Disusun oleh:

1. Abednego Julian Wicakson NIS 12131065

2. Dani Ari Sandi NIS 12131102

3. Muhamad Huda Prayoga NIS 12131043

KELAS XII ILMU PENGETAHUAN ALAM 7

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KARAWANG

2014

1

Page 2: Huda Dani Abed

ABSTRAK ABSTRACT

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat. Dalam hal bermasyarakat manusia membutuhkan agama sebagai kebutuhan hidup. Agama selalu bisa menjadi panduan hidup dan ideologi bagi seseorang atau sekelompok orang. Dan sekarang, manusia juga tak lepas dari perubahan mendasar dari masyarakat yang dapat mengubah mereka menjadi seorang ateis.        Ateisme adalah filosofi yang tidak percaya adanya Tuhan atau penolakan terhadap teisme. Menurut prinsip pertama dari Pancasila, setiap warga negara harus ber-Tuhan Yang Maha Esa. Warga Negara yang tidak percaya pada Tuhan (ateis), akan bermasalah dengan hukum.       Indonesia hanya mengakui enam agama dan ateisme dilarang karena Atheis dianggap memiliki dampak negatif.        Indonesia adalah negara Pancasila yang didasarkan pada prinsip Ketuhanan. Namun tidak mungkin jika semua orang di sebuah Negara harus memiliki pilihan tertentu dari agama-agama yang ada. Percaya akan keberadaan Tuhan tidak bisa dipaksa.        Keberadaan Atheis di Indonesia sudah marak dan dikenal banyak orang. Banyak orang yang mengaku

Human is social creature who life in society. In terms of society human need religions as a necessity of life. Religions always can be guide of life and ideology for a person or group of people. And now, the human is also inseparable from the fundamental change of society that can transform them into an atheist. Atheism is a philosophy that does not believe in the existence of God or the rejection of theism. According to the first principle of Pancasila, every citizen must have a God Almighty. Citizen who do not believe in God (Atheist), will be problematic with the law. Indonesia recognizes only six religions and ateism is prohibited because Atheists considered to have a negative impact. Indonesia is a Pancasila country that is based on the principle of Godhead. However impossible if all the people in the country should have a particular choice of the existing religions. Believe in the existence of God can not be forced. The existence of Atheism in Indonesia was rife and known to many people. Many people who claim to have a religion but in fact they are atheists.

i

Page 3: Huda Dani Abed

beragama tetapi sebenarnya mereka adalah ateis.

ii

Page 4: Huda Dani Abed

LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH

Analisis Ateisme di Indonesia Berdasarkan

Sila Pertama Pancasila

TIM PENYUSUN

1. Abednego Julian

Wicaksono

NIS

12131065 __________________

2. Dani Ari Sandi

NIS

12131102 __________________

3. Muhamad Huda

Prayoga

NIS

12131043 __________________

Karawang, Maret 2015

Mengetahui, Disahkan oleh,

WAKASEK KURIKULUM

Drs. H. Salim Munajat, M.Pd.NIP. 19710608 199402 1 002

GURU PEMBIMBING

H. Ucu Jamaludin A., M.Pd.NIP. 19650618 199802 1 001

Disetujui oleh,

KEPALA SMA NEGERI 1 KARAWANG

Drs. Padiana Oktaviana, ST. M.Pd.NIP. 19610601 198602 1 001

iii

Page 5: Huda Dani Abed

iv

Page 6: Huda Dani Abed

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kami

dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul

“Analisis Ateisme di Indonesia Berdasarkan Sila Pertama

Pancasila”

Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini

tidak lain adalah untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia yang

ditugaskan kepada kami. Makalah ini disusun berdasarkan

pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan

berita.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan

yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa

kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat

bantuan, dorongan, dan bimbingan, sehingga kendala-kendala

yang penulis hadapi teratasi.

Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:

Bapak Padiana Oktaviana ST. M.Pd. selaku kepala SMA

Negeri 1 Karawang

Bapak H. Salim Munajat M.Pd. selaku wakil kepala

sekolah bagian kurikulum

Bapak H. Ucu Jamaludin S.Pd. selaku guru pembimbing,

serta

Teman-teman dan semua pihak yang sudah memberi

konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam

pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, sudilah kiranya para pembaca untuk

memberikan masukan dan saran sehingga isi makalah ini dapat

lebih sempurna. Dan sebelumnya kami memohon maaf yang

sebesar-besarnya jika ada kesalahan cetak atau bahasa yang

kurang baku di dalam makalah ini. Kami berharap semoga

makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang

memerlukannya dimasa sekarang dan yang akan datang.

Karawang, Maret 2015

v

Page 7: Huda Dani Abed

Penulis

vi

Page 8: Huda Dani Abed

DAFTAR ISI

Abstrak.........................................................................................i

Lembar Pengesahan....................................................................ii

Kata Pengantar............................................................................iii

Daftar Isi......................................................................................iv

Bab 1 Pendahuluan......................................................................1

1.1. Latar Belakang...................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..............................................................2

1.3. Tujuan Penelitian...............................................................2

1.4. Manfaat Penelitian.............................................................3

1.5. Landasan Teori...................................................................3

1.5.1. Hasil analisis pihak Pemerintah terhadap

pertumbuhan Ateis di Indonesia berdasarkan sila

pertama Pancasila..............................................................3

1.5.2. Tindakan pihak Pemerintahan dalam menghilangkan

Ateis...................................................................................4

1.6. Sistematika Penelitian........................................................5

Bab 2 Tinjauan Pustaka................................................................7

2.1. Pengertian Ateis.................................................................7

2.2. Interpreetasi Sila Pertama Pancasila..................................9

2.3. Tumbuhnya Ateis di Indonesia...........................................10

2.4. Hukum di Indonesia Mengenai Ateisme.............................13

Bab 3 Metode Penelitian..............................................................18

3.1. Berita Utama......................................................................18

3.1.1. Sebab.................................................................................19

3.1.2. Akibat.................................................................................19

Bab 4 Penyelesaian......................................................................21

4.1. Penyelesaian......................................................................21

Bab 5 Penutup.............................................................................23

5.1. Kesimpulan........................................................................23

5.2. Saran..................................................................................24

Daftar Pustaka.............................................................................v

vii

Page 9: Huda Dani Abed

Lampiran......................................................................................vi

viii

Page 10: Huda Dani Abed

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dengan cara

bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari adapun aturan-

aturan dalam bermasyarakat. Aturan-aturan itu tak lepas dari

norma-norma yang ada, seperti norma kesopanan, norma

kesusilaan, norma hukum, dan terutama norma agama. Dalam

hal ini masyarakat membutuhkan agama sebagai kebutuhan

hidup.

Agama selalu dapat menjadi pedoman hidup dan ideologi

bagi seseorang maupun sekelompok masyarakat. Tetapi

kemudian, masyarakat yang hidup itu senantiasa berubah dan

memperbarui diri dan ideologi, yang tentunya dengan

dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sosial dan

akademiknya.

Dan kini, seseorang tak lepas pula dari perubahan

mendasar dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak kini

masyarakat yang merubah keyakinan agama dengan mengaku

Page 11: Huda Dani Abed

2

sebagai Ateis. Mereka semakin percaya diri dengan kemampuan

mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup tanpa beragama,

tanpa aturan-aturan agama yang merepotkan mereka.

Berdasarkan uraian di atas, penulis berniat untuk

mengadakan penelitian terhadap pengaruh pertumbuhan

Ateisme di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Dari gambaran latar belakang makalah ini maka diperoleh

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil analisis pihak Pemerintah Indonesia

terhadap pertumbuhan Ateis di Indonesia berdasarkan

sila pertama Pancasila?

2. Bagaimana tindakan pihak Pemerintah Indonesia dalam

menghilangkan Ateis berdasarkan hasil analisis terbukti

adanya pertumbuhan Ateis di Indonesia bertolak

belakang dengan sila pertama Pancasila?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang ada maka diperoleh tujuan

penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan hasil analisis pihak Pemerintah

Indonesia terhadap pertumbuhan Ateis Indonesia

berdasarkan sila pertama Pancasila.

Page 12: Huda Dani Abed

3

2. Untuk mendeskripsikan tindakan pihak Pemerintah

Indonesia dalam menghilangkan Ateis berdasarkan hasil

analisis terbukti adanya pertumbuhan Ateis di

Indonesia yang bertolak belakang dengan sila pertama

Pancasila.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dari makalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi penulis dan pembaca; menambah wawasan

tentang ateisme di Indonesia, mengetahui hukum di

Indonesia mengenai Ateis, agar dapat mewaspadai

segala hal yang berhubungan dengan ateis, serta agar

tidak terjerumus kedalam Ateisme.

2. Bagi Pemerintah; agar dapat menghilangkan ateis, agar

dapat mencegah masyarakat yang akan terjerumus

kedalam Ateisme, serta dapat lebih mempertegas

hukum mengenai Ateisme.

1.5. Landasan Teori

1.5.1.Hasil Analisis Pihak Pemerintah Indonesia Terhadap

Petumbuhan Ateis Indonesia Berdasarkan Sila Pertama

Pancasila

Page 13: Huda Dani Abed

4

Pemerintah menganalisis pertumbuhan ateis di Indonesia.

Ada data yang menjukan bahwa Atheis adalah tidak baik, bahkan

buruk karena tidak sesuai dengan interpretasi sila pertama

Pancasila. Atheis dipandang buruk disebabkan karena dalam

propaganda kaum Atheis ada suatu anggapan bahwa agama-

agama itu merupakan rintangan terbesar dalam penyebaran

ajaran-ajaran Atheisme. Disamping itu dalam penjajahan yang

dilakukan kaum Atheis mereka mengharapkan para jajahannya

menerima begitu saja propaganda-propaganda sesat yang

dilakukan oleh mereka. Contohnya, kaum Atheis memberikan

doktrin-doktrin palsu kepada penduduk jajahannya, seperti

“Alam semesta ini terjadi begitu saja, tanpa ada yang

menciptakan. Para pemimpin komunis itu orang-orang yang tidak

punya dosa. Oleh karena itu, mereka pantas untuk membuat

syariat dan Undang-undang yang lebih baik dari syariat dan

Undang-undang Tuhan semesta alam. Sudah waktunya bila

tempat-tempat ibadah itu dihancurkan dan kitab-kitab agama

dimusnahkan.”

Atheisme terbukti ada di Indonesia dengan salah satu

contoh adalah Alexander Aan yang mengaku sebagai seorang

Atheis.

1.5.2.Tindakan Pihak Pemerintah dalam Menghilangkan Ateis

Page 14: Huda Dani Abed

5

Atheisme di Indonesia tidak dilarang oleh hukum,

setidaknya secara tersurat. Menurut prinsip-prinsip Pancasila,

Indonesia tetap menjadi negara yang berbasis agama. Oleh

sebab itu, Pancasila sebagai landasan ideologis Negara yang

pada sila pertama menyatakan bahwa Indonesia berlandaskan

pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain itu, dalam butir pertama

sila pertama Pancasila dinyatakan: Percaya dan takwa kepada

Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan

masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab. Dengan kata lain, secara ideologi setiap warga negara

Indonesia diwajibkan untuk percaya dan takwa

kepada Tuhan dan memeluk suatu agama.

Meskipun seseorang tidak dikenakan sanksi atau hukuman

karena menjadi seorang Atheis, penyebar Atheisme di Indonesia

dapat dikenakan sanksi pidana, sesuai dengan Pasal 156a Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana, yang menyebutkan: “Dipidana

dengan pidana penjara selama-lamanya lima  tahun barangsiapa

dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau

melakukan perbuatan: a. Yang pada pokoknya bersifat

permusuhan, penyalah-gunaan atau penodaan terhadap suatu

agama yang dianut di Indonesia; b. Dengan maksud agar supaya

orang tidak menganut agama apapun juga, yang bersendikan ke-

Tuhanan Yang Maha Esa."

Page 15: Huda Dani Abed

6

Untuk menghilangkan Ateisme, sejauh ini Pemerintah

hanya dapat memberikan hukuman penjara dan/atau denda

pada orang yang melakukan permusuhan terhadap agama yang

ada (Ateisme). Namun tindakan seperti itu masih kurang untuk

membuat jera para Ateisme.

1.6. Sistematika Penelitian

Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penelitian

1.4. Manfaat Penelitian

1.5. Landasan Teori

1.5.1.Hasil Analisis Pihak Pemerintah Terhadap

Pertumbuhan Ateis di Indonesia Berdasarkan Sila

Pertama Pancasila

1.5.2.Tindakan pihak Pemerintah dalam menghilangkan

Ateis

1.6. Sistematika Penelitian

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1. Pengertian Ateis

2.2. Interpretasi Sila Pertama Pancasila

2.3. Tumbuhnya Ateis di Indonesia

2.4. Hukum di Indonesia yang Mengenai Ateisme

Page 16: Huda Dani Abed

7

Bab 3 Metode Penelitian

3.1. Berita Utama

3.2. Sebab

3.3. Akibat

Bab 4 Penyelesian

4.1. Penyelesaian

Bab 5 Penutup

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

Page 17: Huda Dani Abed

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Ateis

Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak

mempercayai keberadaan Tuhan dan dewa–dewi, ataupun

penolakan terhadap theisme. Istilah Ateisme berasal dari bahasa

Yunani “atheos” yang secara peyoratif digunakan untuk merujuk

pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan

agama atau kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya.

Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah

dan kritikan terhadap agama, istilah Ateis mulai di spesifikasi

untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada

Tuhan. Pada zaman sekarang, sekitar 2,3% populasi dunia

mengaku sebagai Ateisme, manakala 11,9% mengaku sebagai

nontheis. Sekitar 65 % orang Jepang mengaku sebagai Ateisme,

agnostik, ataupun orang yang tidak beragama dan sekitar 48%

nya di Rusia. Persentase komunitas tersebut di Uni Eropa

berkisar antara 6% (Itali) sampai 85% (Swedia).Banyak Ateis

bersikap skeptis kepada keberadaan fenomena paranormal

Page 18: Huda Dani Abed

8

karena kurangnya bukti empiris. Yang lain memberikan argumen

dengan dasar filosofis, sosial atau sejarah.

Pada zaman Yunani kuno, atheos berarti tak bertuhan. Kata

ini mulai merujuk pada penolakan tuhan yang disengajakan dan

aktif pada abad ke-5 SM, dengan definisi memutuskan hubungan

dengan tuhan atau dewa, atau menolak tuhan atau dewa.

Terjemahan modern pada teks-teks klasik kadang-kadang

menerjemahkan atheos sebagai Ateistik. Sebagai nomina

abstrak, terdapat pula atheotes yang berarti Ateisme.

Cicero mentransliterasi kata Yunani tersebut ke dalam

bahasa latin atheos. Istilah ini sering digunakan pada perdebatan

antara umat kristen awal dengan para pengikut agama Yunani

kuno (Helenis), yang mana masing-masing pihak menyebut satu

sama lainnya sebagai Ateis secara peyoratif.

Ateisme pertama kali digunakan untuk merujuk pada

kepercayaan tersendiri pada akhir abad ke-18 di Erapa,

utamanya merujuk pada ketidakpercayaan pada Tuhan

monoteis. Pada abad ke-20 globalisasi memperluas definisi

istilah ini untuk merujuk pada ketidakpercayaan pada semua

tuhan atau dewa, walaupun masih umum untuk merujuk Ateisme

sebagai ketidakpercayaan kepada tuhan monoteis. Akhir – akhir

ini, terdapat suatu desakan di dalam kelompok filosofi tertentu

untuk mendefinisikan ulang Ateisme sebagai ketiadaan

kepercayaan pada dewa dewi, daripada Ateisme sebagai

Page 19: Huda Dani Abed

9

kepercayaan itu sendiri. Definisi ini sangat populer di antara

komunitas Ateis walaupun penggunaannya masih sangat

terbatas.

2.2. Interpretasi Sila Pertama Pancasila

Sila berarti prinsip atau asas. Dan jika kita letakkan sila

“ke-Tuhan-an Yang Maha Esa’’ ke dalam diri bangsa Indonesia,

maka adalah bangsa Indonesia berjati diri, bersaripati, dan

mengandung nilai ke-Tuhan-an, bangsa Indonesia adalah bangsa

berprinsip ke-Tuhan-an. Nilai-nilai religi terpaut erat dalam

pribadi bangsa. Setiap warga Negara harus berhasil

menginterpretasi dan menginternalisasi nilai luhur asas itu. Dan

kemudian dalam setiap segi kehidupannya, bangsa Indonesia

haruslah secara praktis berciri nilai-nilai religi. Dan menurut

instruksi Pancasila tersebut, setiap warga Negara wajib ber-

Tuhan Yang Esa. Warga Negara yang tidak mempercayai Tuhan

(Ateis), akan bermasalah secara hukum. Dan apakah bentuk-

bentuk ini kemudian merupakan pelanggaran terhadap hak asasi

dalam memiliki “keyakinan”?

Dalam sila pertama terkandung nilai-nilai keimanan kepada

Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan

masing-masing, saling menghormati pemeluk agama dan/atau

kepercayaan lain, saling menghormati ritual dan ibadah agama

yang berbeda dan saling menjaga ketertiban, dan terkandung

Page 20: Huda Dani Abed

10

nilai kebebasan memeluk agama dan/atau kepercayaan masing-

masing.

Bawasanya sila pertama menjelaskan kepada dunia

mengenai ciri jiwa bangsa Indonesia. Bahwa setiap warga Negara

mempunyai kewajiban dari Negara membawa nilai-nilai luhur

religius.

2.3. Tumbuhnya Ateis di Indonesia

Jumlah penduduk Bumi dewasa ini sekitar 6,5 milyar

manusia. Menurut Survey Encyclopedia Britanica tahun 2005,

hampir 12 persen di antranya adalah orang yang tidak

beragama. Dan 2,3 persennya lagi Ateis alias tidak ber-Tuhan.

Saat ini, Ateisme tidak hanya berkembang di luar negeri.

Banyak anak muda terdidik Indonesia mulai “terjangkiti”

pemikiran Ateis. Ateisme di Indonesia tumbuh mulai dari

kalangan muda yang pada dasarnya minat mempelajari apapun,

termasuk aliran-aliran pemikiran tertentu sangat tinggi,  tidak

hanya mereka yang sedang kuliah di luar negeri, di kampus

dalam negeri bahkan kampus-kampus berlatar belakang agama

Islam misalnya, mulai muncul orang Ateis. Banyak kelompok-

kelompok kajian yang mereka bentuk di dunia maya. Karena di

dunia maya mereka lebih merasa bebas untuk mengutarakan

pemkiran Ateisme-nya, mereka dapat berdiskusi dan bertukar

pikiran dengan bebas tanpa rasa takut.

Page 21: Huda Dani Abed

11

Di dunia maya para Ateis dapat memakai identitas palsu,

sehingga mereka merasa bebas beradu argumenasi “melawan”

agama dan tanpa perlu takut terhadap ancaman diskriminasi dan

kekerasan fisik. Karena apabila di dunia nyata mereka diketahui

identitasnya dapat mengancam hubungan sosialnya, misalnya

mereka dapat dijauhi oleh teman-temannya, ditinggalkan oleh

keluarganya, atau bahkan mendapat cemoohan sampai bisa jadi

mendapat kekerasan fisik. Hal ini karena memang di Indonesia,

nilai religious masih begitu kuat menyelimuti segala aspek

budaya, mulai dari yang bersifat pribadi sampai pada kehidupan

ekonomi, politik, dan sosial, yang di dalam segala aspek tersebut

termuat nilai-nilai religious. Sehingga orang Ateis di Indonesia

adalah minoritas. Berbeda dengan yang ada di Barat misalnya,

yang keberadaan orang-orang Ateis di sana merupakan hal yang

lumrah dan merupakan bagian dari HAM yang dihormati dan

setiap individu diberi kebebasan berkeyakinan.

Kemudian apa yang sebenarnya menjadi indikator

penyebab tumbuh dan berkembangnya pemikiran Ateis di

Indonesia? Dewasa ini, teknologi telah memfasilitasi manusia

dengan luar biasa, segala aspek kehidupan dapat dipermudah

dengan bantuan teknologi. Teknologi informasi adalah salah satu

prestasi manusia dalam bidang teknologi.

Kebebasan berekspresi, mengungkapkan ide, pendapat, dan

gagasan kini begitu terjamin di dunia maya. Setiap individu

Page 22: Huda Dani Abed

12

mempunyai kesempatan melihat, menunjukan, dan mengkritisi

setiap kejadian yang baru terjadi. Apalagi kondisi politik dan

ekonomi, setiap orang di setiap ruang dunia maya bebas

mengungkapkan argumen kritis terhadapnya. Masalah korupsi,

yang kini kian menjadi topik yang menarik.

Kondisi Negara saat ini saya kira bisa jadi salah satu faktor

tumbuhnya Ateisme di Indonesia. Bobroknya system

Pemerintahan yang didasarkan pada nilai agama membuat

sebagian masyarakat indonesia mempertanyakan kembali peran

agama dalam mempengaruhi baiknya tingkatan individu,

kemudian masyarakat perlahan skeptic terhadap keberhasilan

agama membentuk karakter bangsa yang bermoral. Beberapa

waktu lalu deras berita tentang institusi Negara berdasarkan nilai

agama terlilt korupsi. Kondisi ini semakin membuat kaum Ateis

Indonesia bersemangat mengkritisi posisi agama dalam

kehidupan dan berusaha menunjukan dirinya dengan membawa

nilai-nilai Ateis. Ateis di Indonesia kini mengajak masyarakat

untuk melihat kembali penting dan tidaknya agama dalam

membentuk Negara yang ideal. Kegagalan moralitas agama

dalam menciptakan suasana yang kondusif Negara menjadi

dasar argumen Ateis untuk mengajak masyarakat Indonesia

mencoba formulasi baru tatatnan sosial-politik, yaitu tatanan

yang berdasarkan nilai-nilai sekuler dan materialis.

Page 23: Huda Dani Abed

13

Kemudian yang sekarang kita rasakan adalah tidak adanya

batas wilayah penyebaran pemikiran. Segala konsep pemikiran

dan ideology bebas menyebar kemana-mana, ke setiap pojok

Negara. Pemikiran Negara lain dengan mudah masuk dalam

setiap lingkungan akademis mahasiswa, yang kemudian

mahasiswa bebas mempelajari pemikiran bercorak secular,

materialis, dan liberal ala Barat, yang merupakan cikal bakal

lahirnya pemikiran Ateis.

Kondisi ini memunculkan banyak diskusi membahas sila

pertama Pancasila. Contohnya diskusi yang terjadi di website-nya

Ateis di Indonesia, yaitu ABAM (Anda Bertanya Ateis Menjawab):

”Tidak ada satu sila pun dalam Pancasila yang melarang seorang

warga negara Indonesia untuk menjadi Ateis, bahkan sila

pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa.” Butir 7 sila pertama

Pancasila sebagai salah satu tafsir berbunyi “Tidak memaksakan

suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

kepada orang lain.” Butir ini justru melarang memaksakan

agama dan kepercayaannya kepada siapa saja, artinya, juga

kepada Ateis. Ini berarti bahwa Ateis tidak boleh dipaksa,

diharuskan, atau diwajibkan bertuhan atau beragama.”

Ateis Indonesia menmpertanyakan tafsir Sila Pertama

Pancasila yang berbunyi “ketuhanan”, dalam diskusi tersebut

mereka menyebutkan bahwa sila pertama Pancasila bukan

memberi arti bahwa warga Negara Indonesia harus beragam.

Page 24: Huda Dani Abed

14

Ateis di Indonesia beberapa kali mengulang kalimat bahwa tidak

ada undang-undang atau peraturan yang melarang warga

Negara Indonesia menjadi Ateis.

2.4. Hukum di Indonesia Mengenai Ateisme

Undang-undang Pencegahan Penodaan Agama

dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada

masyarakat dalam rangka menjaga ketenteraman dan

keharmonisan hubungan antar dan intra umat beragama.

“Undang-Undang Pencegahan Penodaan Agama bukan

dimaksudkan untuk mengekang kebebasan beragama,

melainkan untuk memberikan rambu-rambu tentang

pencegahan, penyalahgunaan, dan atau penodaan agama.”

Pernyataan disampaikan oleh Prof. Dr. Abdul Djamil, MA, Dirjen

Bimas Islam Kementerian Agama, saat menyampaikan

keterangan Pemerintah dalam sidang di Mahkamah Konstitusi,

Selasa (18/12/2012).

Sidang Nomor 84/PUU-X/2012 dengan pokok perkara

pengujian Pasal 156a Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 1/PNPS Tahun

1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan

Agama, ini diajukan oleh Tajul Muluk alias H. Ali Murtadha,

Hassan Alaydrus, Ahmad Hidayat, Umar Shahab, dan Sebastian

Joe. Pasal 156a KUHP menyatakan, “Dipidana dengan pidana

Page 25: Huda Dani Abed

15

penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan

sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan

perbuatan: a. Yang pada pokoknya bersifat permusuhan,

penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang

dianut di Indonesia; b. Dengan maksud agar supaya orang tidak

menganut agama apa pun juga, yang bersendikan Ketuhanan

Yang Maha Esa.”. Pasal 4 Undang-undang Pencegahan Penodaan

Agama menyatakan: “Pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana

diadakan pasal baru yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 156a:

“Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima  tahun

barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan

perasaan atau melakukan perbuatan: a. Yang pada pokoknya

bersifat permusuhan, penyalah-gunaan atau penodaan terhadap

suatu agama yang dianut di Indonesia; b. Dengan maksud agar

supaya orang tidak menganut agama apapun juga, yang

bersendikan ke-Tuhanan Yang Maha Esa.””

Abdul Djamil melanjutkan, “Pemerintah menghawatirkan

jika permohonan Tajul Muluk alias H. Ali Murtadha, Hassan

Alaydrus, Ahmad Hidayat, Umar Shahab, dan Sebastian Joe

dikabulkan, karena menurut Pemerintah justru dapat

menimbulkan kekacauan dan kekosongan hukum. Sehingga

dapat menimbulkan kecemasan, ketegangan, ketidakharmonisan

yang mengarah pada konflik horizontal antar umat beragama,

bahkan dapat menimbulkan bibit-bibit disintegrasi bangsa.”

Page 26: Huda Dani Abed

16

Terkait ketentuan Pasal 4 Undang-undang Pencegahan

Penodaan Agama, Pemerintah menyatakan sependapat dengan

Dr. Mudzakir yang termuat dalam pertimbangan Mahkamah

dalam Putusan Nomor 140/PUU-VII/2009 menyatakan bahwa

ketentuan Pasal 4 Undang-undang Pencegahan Penodaan Agama

adalah bentuk amandemen KUHP, yakni menambah Pasal 156a.

Norma hukum pidana dalam Pasal 156a pada huruf a adalah

norma hukum  yang menentukan sanksi bagi perbuatan jahat,

yang karena sifat jahatnya melekat pada perbuatan yang

dilarang. Sedangkan sifat kriminalnya muncul karena memang

perbuatan itu adalah jahat. Adapun sifat jahatnya itu adalah

permusuhan, penyalahgunaan, dan/atau penodaan terhadap

agama.

Pemerintah menanggapi dalil Para Pemohon yang

menyatakan frasa “di muka umum” sangatlah bersifat subjektif

dan tidak dapat diukur. Menurut Pemerintah, unsur “di muka

umum” pada Pasal 156a KUHP banyak termuat dalam Pasal-

Pasal lain dalam KUHP, diantaranya Pasal 156 KUHP, Pasal 157

ayat (1) KUHP, Pasal 160 KUHP. Pemerintah mengutip R. Susilo

dalam bukunya “Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta

Komentar-Komentarnya,” yang dimaksud “di muka umum”

adalah perbuatan yang dilkukan di tempat yang dapat dilihat dan

dikunjungi oleh banyak orang atau di tempat umum (halaman

132); tempat yang didatangi publik atau di mana publik dapat

Page 27: Huda Dani Abed

17

mendengar (halaman 136); di tempat umum dan ada orang

banyak atau khalayak ramai (halaman 138); di tempat publik

dapat melihatnya (halaman 146).

“Berdasarkan batasan-batasan tersebut di atas, maka

menurut Pemerintah pengertian di muka umum dalam Pasal

156A KUHP juncto Pasal 4 Undang-undang Pencegahan

Penodaan Agama adalah jelas dan tidak bersifat multitafsir,”

papar Abdul Djamil.

Kemudian Pemerintah menanggapi dalil Para Pemohon

yang menyatakan unsur mengeluarkan perasaan atau

melakukan perbuatan yang bersifat permusuhan atau

penyalahgunaan dan/atau penodaan terhadap suatu agama yang

dianggap bersifat multitafsir dan tidak jelas tolak ukurnya.

Pemerintah dalam hal ini menjelaskan, unsur mengeluarkan

perasaan atau melakukan perbuatan yang bersifat permusuhan

terhadap suatu agama dapat dipahami sebagai menyatakan atau

menunjukan dengan perbuatan yang dapat dinilai sebagai

memusuhi, membenci, menghina, atau merendahkan, yang

dapat memicu pertikaian, pertengkaran, perkelahian, keributan,

bahkan pertempuran antar kelompok umat beragama.

Penafsiran terhadap suatu ajaran agama yang dilakukan

oleh orang atau sekelompok orang yang tidak memiliki kapasitas

keilmuan dapat menghasilkan penafsiran yang menyimpang dan

dapat menimbulkan permusuhan, penyalahgunaan, atau

Page 28: Huda Dani Abed

18

penodaan terhadap suatu agama. “Karena itu, negara tidak

dapat membiarkan keadaan tersebut, karena dapat mengganggu

keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat,” tandas Abdul

Djamil. (Nur Rosihin Ana/mh)

Page 29: Huda Dani Abed

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Berita Utama

Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Indonesia dijebloskan

ke penjara karena ia menulis di facebook bahwa “God does not

exist”. Ia bisa dijatuhi hukuman penjara lima tahun. Alexander

Aan (31 tahun) ditangkap polisi Jumat lalu menyusul kegemparan

di Sumatra Barat gara-gara berita yang dimuat di facebook

tersebut. Di perjalanan menuju kantornya Alexander diserang

masa yang marah-marah.

Indonesia, negara yang berpenduduk mayoritas muslim itu,

hanya mengakui enam agama dan ateisme dilarang. Sang PNS

ditahan karena ia menggunakan jejaring sosial untuk

menyebarkan keyakinan ilegal, selain dituduh melakukan

pelecehan agama, Alexander juga dituduh menyulut keresahan

di kalangan warga. Jumat lalu jumlah fans halaman facebook

“Ateis Minang” milik Alexander Aan mencapai 1293.

Di kartu tanda penduduk Alexander terulis Islam sebagai

agama. Di dokumen resmi, agama harus ditulis. Pilihannya terdiri

Page 30: Huda Dani Abed

20

dari enam agama yaitu Islam, Katolik, Protestan, Budha, Hindu

dan Konghucu. Warga yang mencantumkan agama lain, tidak

bisa menjadi PNS.

Orang Indonesia tampaknya semakin banyak yang ateis,

terutama yang tinggal di luar negeri. Malah sudah ada semacam

gerakan dan pengikutnya bertambah banyak. Mereka

menginginkan agar Indonesia sebaiknya menjadi negara sekuler

saja. “Banyak orang support terhadap grup kami dan banyak

yang mendukung pula agar Indonesia lebih ke arah sekuler”

demikian ditegaskan Karl Karnadi dari kelompok Indonesia Ateist.

3.1.1.........................................................................Seb

ab

Ateis tidak dapat diterima di indonesia dan ini bukan hanya

tentang Ateis tapi juga tentang menghina agama secara

langsung maupun tidak langsung. Seandainya yang Ateis diam

saja, ya tidak masalah tapi kenyataannya mereka dengan

sengaja ingin menunjukkan diri dengan menghina agama lain.

Poinnya adalah ketika masyarakat merasa agamanya dihina

maka tentu akan menjadi masalah bagi kaum Ateis.

3.1.2.........................................................................Aki

bat

Page 31: Huda Dani Abed

21

Yang berbahaya mengenai komunitas mereka bukan

masalah kebobrokan moral mereka. Setiap masalah kasus

pelecehan seksual, drug addiction dan depresi yang mereka

alami justru adalah amunisi terbaik kita umat beragama untuk

menghakimi dan melakukan pembenaran. Namun yang

berbahaya adalah karena dalam realita, mereka bisa bersaing

dengan orang beragama. Mereka bisa mempunyai keluarga yang

harmonis. Mereka bisa hidup sukses dan diberkati. Setiap berita

baik mengenai mereka adalah pengikis fondasi pandangan religi

bahwa ternyata orang yang tak ber-Tuhan pun hidupnya bahkan

lebih baik ketimbang mereka yang beragama. Ketika kita berpikir

orang yang tidak percaya adanya surga, akan menjalankan hidup

semaunya, ada saja orang yang justru dapat mengapresiasi

hidup mereka lebih maksimal dari mereka yang percaya adanya

surga.

Page 32: Huda Dani Abed

BAB 4

PENYELESAIAN

4.1. Penyelesaian

Memang Indonesia adalah negara Pancasila yang

berasaskan Ketuhanan. Namun mustahil jika semua rakyat

dalam negara ini harus memiliki satu pilihan tertentu dari

agama-agama yang ada. Mengimani adanya Tuhan tidak bisa

dipaksakan, apalagi dengan menghukum mereka yang terang-

terangan tidak percaya. Secara hukum Indonesia, Ateis itu salah

namun jika berkaitan dengan hati seseorang, tak ada yang bisa

memaksakan, juga tidak hukum. Beragama tak menjamin

seseorang lebih baik, karena saat ini makin banyak orang yang

beragama hanya karena 'status' dan 'KTP' saja. Dalamnya laut

dapat diukur, hati manusia siapa yang tahu?

Menulis di Facebook hanya ungkapan perasaan saja. Saat

orang sedang frustasi kadang timbul ekspresi seperti itu. Bila hal

ini dianggap sebagai tindak pidana maka perlu ditinjau kembali

karena hal yang terkait kepercayaan, keyakinan, iman tidak

untuk diadili oleh sesama manusia. Keyakinan berhubungan

Page 33: Huda Dani Abed

23

dengan hati, rasa, dan jiwa. Terkait hal ini mungkin lebih tepat

jika tidak diproses secara pidana tapi melalui pendekatan

personal psikologis untuk didalami atau diluruskan.

Pada dasarnya Indonesia adalah negara hukum yang akan

menghukum warga negaranya yang terbukti melakukan

kesalahan. Pengadilan Negeri Muaro, Kabupaten Sijunjung,

Sumatra Barat menjatuhkan vonis terhadap Alexander Aan, yaitu

hukuman penjara 2 tahun 6 bulan dan denda sebesar seratus

juta rupiah.

Page 34: Huda Dani Abed

BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dengan keberadaan Ateis di Indonesia, lebih banyak ke

dampak negatif nya salah satunya yaitu mereka (orang Ateis di

indonesia) berusaha unjuk gigi atau seolah menunjukan dirinya

sebagai Ateis contohnya dalam kasus Alexander Aan di atas,

sebenarnya masalah keimanan dan kepercayaan adalah hak

asasi manusia tetapi dalam kasus alexander disini ia

menyebutkan “Tuhan tidak ada” dalam jejaring sosialnya, itu

membuat umat beragama lain resah dan akhirnya alexander

ditahan oleh kepolisian setempat.

Kasus Alexander ini adalah sebagian kecil dari peristiwa

Ateisme di Indonesia, sebenarnya keberadaan Ateis di Indonesia

sudah marak dan diketahui banyak orang. Bahkan warga negara

Indonesia yang dalam kolom KTPnya beragama bisa jadi dia

seorang Ateis. Selain kasus Alexander Aan masih banyak lagi

kasus Ateisme yang belum terungkap di Indonesia.

Page 35: Huda Dani Abed

25

5.2. Saran

Sebaiknya Pemerintah Indonesia memperbaiki hukum

keagamaan yang berlaku di Indonesia agar lebih jelas dan tegas

menanggapi kasus tentang keagamaan di Indonesia seperti

Ateisme .

Sebaiknya Ateis di Indonesia ditiadakan karena bisa

merusak kerukunan antar agama yang ada di Indonesia, Ateis di

Indonesia termasuk minoritas sehingga mereka akan melakukan

segala cara agar mereka diakui walaupun dengan cara yang

salah dan tidak sesuai norma yang berlaku. Dengan

dihilangkannya Ateis makan tidak ada lagi keresahan umat

beragama terhadap Ateisme.

Page 36: Huda Dani Abed

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Zainal Arifin.1984. Perkembangan Pikiran Terhadap

Agama. Jakarta: Pustaka Al Husna

Alamuddin, Muhammad.2002. Manisnya Iman. Jakarta: Pustaka

Azzam

________. 2011. Makalah Filsafat Atheisme. (Online). Tersedia:

http://blogzainjuliapasa.blogspot.com/2011/04/makalah-

filsafat-atheisme.html [28 September 2014]

________. 2010. Atheisme. (Online). Tersedia:

http://kajianislam.wordpress.com/2010/09/27/atheisme/

[28 September 2014]

________. 2011. Mengakui Atheis di Facebook Seorang Pria di

Sumatra dipenjara. (Online). Tersedia:

http://www.voaindonesia.com/content/mengakui-atheis-di-

facebook-seorang-pria-di-sumatera-dipenjara/

1211772.html [10 September 2014]

________. 2012. Atheisme Bolehkah Hidup di Indonesia? (Online).

Tersedia:

http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/12/atheisme-

bolehkah-hidup-di-indonesia-476418.html [10 September

2014]

________. 2011. Tokoh Atheis AS Tantang Islam Buktikan Allah.

(Online). Tersedia: http://www.suaramedia.com/dunia-

v

Page 38: Huda Dani Abed

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

1. Nama : Abednego Julian Wicaksono

Tempat, Tanggal Lahir : Sleman, 30 Juli 1997

Domisili : Karawang

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

SD Negeri Nagasari 1 Karawang Barat

SMP Negeri 1 Karawang Barat

SMA Negeri 1 Karawang

2. Nama : Dani Ari Sandi

Tempat, Tanggal Lahir : Karawang, 3 Maret 1997

Domisili : Karawang

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

SD Negeri Nagasari 6 Karawang Barat

SMP Negeri 1 Karawang Barat

SMA Negeri 1 Karawang

Page 39: Huda Dani Abed

3. Nama : Muhamad Huda Prayoga

Tempat, Tanggal Lahir : Karawang, 09 April 1997

Domisili : Cikampek

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

SD Negeri Dawuan Tengah 5

SMP Pupuk Kujang

SMA Negeri 1 Karawang