DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN EMAS TANPA...
Embed Size (px)
Transcript of DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN EMAS TANPA...

i
DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN
TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI
GURANDIL
(Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor)
AMI KUSUMA HANDAYANI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Industri
Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Ami Kusuma Handayani
NIM I34110054

ii

iii
ABSTRAK
AMI KUSUMA HANDAYANI. Dampak Industri Pertambangan Emas Tanp Izin
terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya,
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh IVANOVICH
AGUSTA.
Kehadiran industri di suatu wilayah pasti akan menimbulkan reaksi dari
masyarakat sebagai bentuk responnya. Berbagai perubahan yang terjadi akibat
respons terhadap pembangunan industri dan dampak yang menyertainya akan
beragam tergantung pada definisi subyektif yang dipengaruhi kepentingan pribadi
dan nilai sosial masyarakat. Dampak industri pertambangan dapat mempengaruhi
gaya hidup masyarakat pedesaan dilihat dari perubahan aspek aktivitas, minat, dan
pendapat seseorang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
acak sederhana (simple random sampling) dan menggunakan rank Spearman
untuk menganalisis hubungan antar variabel. Hasil dari penelitian ini adalah
adanya dampak industri pertambangan yang tinggi dilihat dari perubahan tingkat
kesempatan kerja menjadi penambang liar. Terdapat hubungan positif yang
sedang antara dampak industri pertambangan dengan respons masyarakat karena
masyarakat mengalami perubahan yang tinggi dilihat dari kesempatan kerja,
tingkat pengeluaran dan tingkat pendapatan. Begitupun dengan respons
masyarakat dengan gaya hidup terdapat hubungan positif yang sedang
dikarenakan perubahan gaya hidup masyarakat yang tinggi.
Kata Kunci: industri, pertambangan, gaya hidup, respons masyarakat
ABSTRACT
AMI KUSUMA HANDAYANI. Gold mining without authorization effect toward
gurandil social and economy life case of Pangkal Jaya Village, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor. Supervised by IVANOVICH AGUSTA.
Rural industrialization was synergy in order to promote the economic
empowerment of rural farmers.Various changes that occur in response to
industrial development and the accompanying impact will vary depending on a
subjective definition of the affected private interests and social values of the
society. The impact of the mining industry can affect people's lifestyles
countryside views of change aspects activities, interests, and one person's opinion.
The method used in this study is a randomized method (simple random sampling)
and using the Spearman rank to analyze the relationship between variables. The
results of this study is the impact of the mining industry seen from the change rate
of employment become illegal miners. There is a moderate positive relationship
between the impact of the mining industry to the community because the
community's response to the changes lofty views of employment, the level of
expenditure and income level. Likewise with the public response to the lifestyle
there is a positive relationship are due to changes in lifestyle society.
Keywords: industry, mining, lifestyle, community response

iv

v
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat
DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN
TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI
GURANDIL
(Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor)
AMI KUSUMA HANDAYANI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

vi

vii
Judul Skripsi : Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap
Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya,
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor
Nama : Ami Kusuma Handayani
NIM : I34110054
Disetujui oleh
Dr Ivanovich Agusta, SP MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:

viii

ix
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Skripsi berjudul “Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin
terhadap Kehidupann Sosial dan Ekonomi Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya,
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor” ini dengan baik. Laporan ini disusun
sebagai syarat pelaksanaan penelitian pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Selain itu laporan ini juga disusun sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap
masyarakat pedesaan khususnya dalam bidang pertanian dan sangat berguna
dalam memperluas wawasan penulis dalam menganalisis hubungan pengaruh
industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Masyarakat Desa Pangkal Jaya, khususnya tiga puluh lima responden
gurandil dan beberapa informan yang sudah bersedia merelakan sedikit
waktu untuk memberikan informasi yang bermanfaat untuk penulisan
skripsi.
2. Hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta Hj Dra Novi Andayani
Praptiningsih, MSi dan Ir Agung Nugroho Hartono, adik tersayang
Rahmatallah dan Hidayatullah yang selalu mendoakan dan senantiasa
melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis.
3. Dr Ivanovich Agusta, SP Msi, dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan
yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini.
4. Teman-teman tercinta Syahwil Hidayat, Fatimah Solihah, Sifna Audia
Qalabi, Mutiara Irfarinda, Yuana Zahra, Debby Faradiba, Singit dan I
Made Astu Pradnyana atas dukungan dan semangatnya layaknya keluarga.
5. Teman-teman BEM FEMA 2014/2015, khususnya Divisi Pengembangan
Olahrga Budaya dan Seni (PBOS) atas semangatnya.
6. Teman-teman seperjuangan SKPM 48 atas semangat dan kebersamaan
selama ini.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang dampak industri
pertambangan.
Bogor, Mei 2015
Ami Kusuma Handayani

x

xi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR GAMBAR xxi
DAFTAR LAMPIRAN xxi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Masalah Penelitian 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 4
PENDEKATAN TEORETIS 5
Tinjauan Pustaka 5
Konsep Dampak Industri Pertambangan 5
Konsep Respons Masyarakat 6
Konsep Gaya Hidup 7
Kerangka Pemikiran 11
Hipotesis Penelitian 11
Definisi Operasional 11
PENDEKATAN LAPANGAN 17
Metode Penelitian 17
Lokasi dan Waktu Penelitian 17
Teknik Pengambilan Responden dan Informan 17
Teknik Pengumpulan Data 18
Teknik Pengolahan dan Analisis Data 18
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21
Kondisi Geografis dan Keadaan Lingkungan 21
Kondisi Demografi dan Sosial Budaya 22
Kependudukan 22
Ketenagakerjaan 23
Pendidikan 24
Kondisi Sarana dan Prasarana 24
Struktur Sosial dan Kebudayaan 25
Pola Adaptasi Ekologis 26

xii

xiii
DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN 27
Tingkat Kesempatan Kerja 27
Tingkat Migrasi 28
RESPONS MASYARAKAT 31
Tingkat Jual Beli Lahan 31
Tingkat Pendidikan 34
Tingkat Pendapatan 36
Tingkat Pengeluaran 37
GAYA HIDUP 39
Tingkat Aktivitas 39
Tingkat Minat 43
Tingkat Opini 45
HUBUNGAN ANTARA DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN,
RESPONS MASYARAKAT DAN GAYA HIDUP
47
Hubungan Dampak Industri Pertambangan dengan Respons Masyarakat 47
Hubungan Respons Masyarakat dengan Gaya Hidup 48
SIMPULAN DAN SARAN 51
Simpulan 51
Saran 52
DAFTAR PUSTAKA 53
LAMPIRAN 55
RIWAYAT HIDUP 76

xiv

xv
DAFTAR TABEL
1 Perbandingan konsep indikator industri pertambangan 6
2 Perbandingan konsep indikator respons msyarakat 7
3 Perbandingan konsep indikator gaya hidup 9
4 Definisi operasional industri pertambangan 11
5 Definisi operasional respons masyarakat 12
6 Definisi operasional gaya hidup 14
7 Pemilihan informan 18
8 Jenis dan metode pengumpulan data 18
9 Luas lahan menurut jenis penggunaan di Desa Pangkal Jaya 18
10 Jumlah penduduk Desa Pangkal Jaya 22
11 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Pangkal Jaya 23
12 Usia penduduk Desa Pangkal Jaya 23
13 Jumlah rumah tangga per RW Desa Pangkal Jaya 23
14 Data pendidik sekolah formal dan non formal Desa Pangkal Jaya 24
15 Tingkat pendidikan penduduk Desa Pangkal Jaya 24
16 Data sarana dan prasarana pendidikan Desa Pangkal Jaya 25
17 Data kelompok budaya dan kesenian Desa Pangkal Jaya 25
18 Tempat peribadatan Desa Pangkal Jaya 26
19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan di Desa
Pangkal Jaya tahun 2015
28
20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan migrasi masuk di beli
lahan di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
29
21 Jumlah dan persentase beli lahan di Desa Pangkal Jaya tahun 2015 31
22 Jumlah dan persentase perolehan lahan milik responden di Desa
Pangkal Jaya tahun 2015
31
23 Jumlah dan persentase penjual lahan milik responden di Desa Pangkal
Jaya tahun 2015
32
24 Jumlah dan persentase penggunaan lahan milik responden di Desa
Pangkal Jaya tahun 2015
32
25 Jumlah dan persentase luas tanah bangunan yang ditinggali di Desa
Pangkal Jaya tahun 2015
34

xvi

xvii
26 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan istri dan anak di Desa
Pangkal Jaya tahun 2015
36
27 Jumlah dan persentase tingkat pendapatan responden di Desa Pangkal
Jaya tahun 2015
36
28 Jumlah dan persentase tingkat pengeluaran responden di Desa Pangkal
Jaya tahun 2015
37
29 Jumlah dan persentase umur responden di Desa Pangkal Jaya tahun
2015
39
30 Jumlah dan persentase kegiatan sosial yang dilakukan responden di
Desa Pangkal Jaya tahun 2015
40
31 Jumlah dan persentase frekuensi kegiatan sosial yang dilakukan
responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
40
32 Jumlah dan persentase liburan yang dilakukan responden di Desa
Pangkal Jaya tahun 2015
41
33 Jumlah dan persentase media hiburan televisi yang dimiliki responden
di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
41
34 Jumlah dan persentase olahraga sepakbola yang dilakukan responden
di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
42
35 Jumlah dan persentase media komunikasi handphone yang dimiliki
responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
42
36 Jumlah dan persentase jenis lantai bangunan tempat tinggal responden
di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
43
37 Jumlah dan persentase jenis dinding bangunan tempat tinggal
responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
43
38 Persentase persepsi aktivitas di Desa Pangkal Jaya tahun 2015 45
39 Persentase persepsi minat di Desa Pangkal Jaya tahun 2015 46
40 Persentase persepsi opini di Desa Pangkal Jaya tahun 2015 47
41 Jumlah dan persentase tingkat gaya hidup responden di Desa Pangkal
Jaya tahun 2015
47
42 Hasil uji korelasi Rank Spearman dampak industri pertambangan
dengan respons masyarakat
50
43 Hasil uji korelasi Rank Spearman respons masyarakat dengan gaya
hidup
51

xviii

xix
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran 10
2 Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati 33
3 Pendidikan terakhir responden 35
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jadwal pelaksanaan penelitian 58
2 Sketsa Desa Pangkal Jaya 59
3 Hasil uji reliabilitas dan uji korelasi Rank Spearman 60
4 Hasil reduksi data kualitatif berdasarkan topik terkait Desa Pangkal
Jaya tahun 2015
61
5 Deskripsi statistik pengeluaran pangan di Desa Pangkal Jaya tahun
2015
62
6 Deskripsi statistik pengeluaran sandang di Desa Pangkal Jaya tahun
2015
65
7 Riwayat Hidup 66


111
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah utama yang dihadapi Indonesia saat ini adalah banyaknya
jumlah pengangguran terbuka dalam periode beberapa tahun terakhir ini terus
meningkat. Selain itu masalah yang dihadapi Indonesia adalah pendapatan
perkapita yang masih rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya
seperti Thailand dan Malaysia. Salah satu alternatif yang mengurangi jumlah
pengangguran dan meningkatkan pendapatan adalah dengan mengembangkan
sektor yang potensial. Salah satu sektor yang potensial tersebut adalah sektor
industri. Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan
nasional dalam menigkatkan pertumbuhan ekonomi telah membawa perubahan
terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut meliputi
dampak pembangunan industri terhadap sosial ekonomi masyarakat dan
lingkungan sekitar industri. Menurut data statistik dari BPS (Biro Pusat Statistik)
tahun 2013 angka produksi minyak bumi dan gas alam terus menurun dari tahun
ke tahun. Demikian dengan angka produksi bahan tambang emas terus menurun
dalam 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013
produksi emas per kg berturut-turut 127.716, 106.316, 76.763, 69.291 dan 59.066.
Data tersebut menujukan penurunan produksi hasil tambang yang signifikan. Oleh
karena itu diperlukan adanya penanggulangan baik dalam menghadapi masalah
kelangkaan minyak bumi maupun hasil tambang seperti emas. Karena diramalkan
dalam beberapa tahun kedepan sumberdaya tersebut akan habis.
Pengembangan industri yang berkembang pesat menjadi perhatian
pemerintah. Hal ini dibuktikan sejalan dengan diberlakukannya Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 yaitu Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara. Peraturan ini meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
kegiatan usaha pertambangan, perlu mewajibkan modal asing untuk mengalihkan
sebagian sahamnya kepada Indonesia. Menurut Sulistyaningsih (2013)
pembangunan industri telah memberikan pengaruh secara langsung dan tidak
langsung, pengaruh langsungnya adalah berkurangnya lahan pertanian, sedangkan
pengaruh tidak langsungnya adalah bergesernya mata pencaharian penduduk
setempat ke bidang industri dan jasa/perdagangan. Pengaruh langsung dan tidak
langsung tersebut juga ada yang positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah
menciptakan keanekaragaman kehidupan ekonomi dan menciptakan lapangan
kerja baru yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan pengaruh
negatifnya adalah munculnya kecemburuan sosial dari pemuda setempat karena
adanya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan. Pengaruh negatif lainnya
adalah berkurangnya lahan pertanian yang menyebabkan petani yang hanya
memiliki sedikit lahan dan tidak memiliki keterampilan serta tingkat pendidikan
yang rendah menjadi tersingkir.
Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat.
Perubahan-perubahan yang terjadi didalam masyarakat akan menimbulkan
ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada didalam masyarakat, sehingga
menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat

2
yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang telah mencapai peradaban tertentu,
berarti telah mengalami evolusi kebudayaan yang lama dan bermakna sampai
tahap tertentu yang diakui tingkat IPTEK dan unsur budaya lainnya. Dengan
demikian, masyarakat tadi telah mengalami proses perubahan sosial yang berarti,
sehingga taraf kehidupannya makin kompleks. Proses tersebut tidak terlepas dari
berbagai perkembangan, perubahan, dan pertumbuhan yang meliputi aspek-aspek
demografi, ekonomi, organisasi, politik, IPTEK dan lainnya.
Minat manusia dalam berbagai barang dipengaruhi oleh gaya hidup dan
barang yang mereka beli mencerminkan gaya hidup tersebut. Gaya hidup
seseorang berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lainnya, ada orang
yang cepat mengikuti perubahan gaya hidup atau trend masa kini dan ada juga
orang yang tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Orang yang mengutamakan
gaya hidup akan selalu berusaha mengikuti perkembangan produk masa kini,
walaupun untuk memperolehnya harus mengeluarkan biaya yang cukup besar
asalkan dapat mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup konsumtif adalah gaya
hidup yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, hal ini terjadi
pada kehidupan masyarakat yang telah mengalami perubahan secara signifikan
semenjak adanya industrialisasi. Istilah gaya hidup konsumtif diartikan sebagai
aktifitas yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam merencanakan, membeli dan
menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa, yang menjadi masalah ketika
kecenderungan yang sebenarnya wajar pada masyarakat ini dilakukan secara
berlebihan. Budaya konsumen atau mengkonsumsi barang dan gaya hidup
masyarakat kita sudah jauh mengalami perubahan, menuju budaya dan perilaku
kehidupan yang konsumtif. Perilaku dan gaya hidup konsumtif ternyata bukan
hanya milik orang kaya dan orang kota, melainkan juga ditiru bahkan dilkakukan
oleh kelompok kelas bawah dan masyarakat yang ada di desa. Hal ini sudah
dirasakan dan membudaya di masyarakat.
Desa Pangkal Jaya merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor yang memiliki luas wilayah lebih kurang 377 hektar
dengan jarak 2 kilometer dari ibukota kecamatan, 45 kilometer dari ibukota
kabupaten dan 187 kilometer dari ibukota propinsi. Desa Pangkal Jaya terletak di
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Desa Pangkal Jaya merupakan wilayah
pongkor penambangan emas sehingga banyak terdapat penambang liar (gurandil)
sebagai mata pencaharian penduduk sekitar. Kegiatan dan usaha pertambangan
yang terus meningkat pada dasarnya memberikan lapangan pekerjaan yang
bertujuan untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat pedesaan.
Kondisi tersebut secara langsung akan berdampak pada kecenderungan
berperilaku dan modernisasi masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, pertanyaan
yang akan dibahas dalam proposal penelitian ini adalah sejauhmana dampak
industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan.

3
Masalah Penelitian
Menurut Purwanto (2003), pembangunan industri di pedesaan akan
membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi,
terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan
berusaha di bidang non pertanian. Hal tersebut berdampak pada makin banyaknya
pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik, di kawasan industri, menyebabkan
kepadatan penduduk meningkat. Lahan pertanian yang makin sempit akibat alih
fungsi lahan untuk pembangunan industri dan sarana penunjangnya dipaksa untuk
menampung jumah penduduk yang terus meningkat sehingga mengakibatkan
merosotnya kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pertanian. Oleh karena
itu, menjadi penting bagi peneliti untuk menganalisis sejauh mana dampak
industri pertambangan mempengaruhi respon masyarakat?
Gaya hidup menurut Plummer (2003) adalah cara hidup yang diidentifikasi
melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Penilaian gaya hidup
dapat dilakukan melalui analisa psikografik. Psikografik merupakan teknik
analisis untuk mengetahui gaya hidup konsumen sehingga dapat dikelompokkan
berdasarkan karakteristik gaya hidupnya. Gaya hidup merupakan sebuah
penggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungannya (Kottler, 2002). Menurut Susanto (2010) gaya hidup adalah
perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap
seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu
banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang
misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain
sebagainya. Sumarwan (2003) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di
identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas),
apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang
mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Oleh karena itu, menjadi penting
bagi peneliti untuk menganalisis sejauh mana respons masyarakat
mempengaruhi gaya hidup masyarakat?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian secara umum adalah untuk menganalisis pengaruh dampak
industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan dan secara
khusus untuk:
1. Menganalisis sejauh mana dampak industri pertambangan mempengaruhi
respons masyarakat di pedesaan.
2. Menganalisis sejauh mana respons masyarakat mempengaruhi gaya hidup
masyarakat pedesaan.

4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak
yang berminat maupun yang terkait dengan masalah petani dalam penerapan
strategi nafkah petani, khususnya kepada :
1. Civitas Akademika untuk memperoleh pengetahuan tentang dampak
industri pertambangan terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat
pedesaan. Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi
mengenai hubungan dampak industri pedesaan, respons masyarakat dan
gaya hidup serta menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam
kajian ilmu pengetahuan mengenai Peti dan gaya hidup.
2. Masyarakat untuk memperoleh pengetahuan tentang dampak industri
pertambangan dan perubahan gaya hidup. Penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai dampak
indsutri pertambangan liar di daerah sekitar tempat tinggal mereka. Selain
itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan masyarakat untuk
lebih memahami keterlibatan dan peran mereka dalam respons masyarakat
dan gaya hidup.
3. Pemerintah untuk menyusun arah kebijakan mengenai industri
pertambangan terhadap masyarakat pedesaan. Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam
menyusun dan mengambil keputusan berkaitan dengan Pertambangan
Emas Tanpa Izin (Peti) agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
dapat turut berkontribusi dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat khususnya komunitas gurandil.

5
PENDEKATAN TEORETIS
Tinjauan Pustaka
Dampak Industri Pertambangan
Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan
pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua
usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan
pengertian secara sempit, industri atau industri pengolahan adalah suatu kegiatan
yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan
sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam hal ini termasuk
kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan (assembling). Dalam istilah ekonomi,
industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan
perusahaan-perusahaan sejenis, contoh industri kertas berarti himpunan
perusahaan-perusahaan penghasil kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi
yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah
menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Yustika (2000) menyatakan bahwa
pergeseran pertumbuhan sektor produksi ini secara langsung juga akan
berpengaruh pada perubahan komposisi tenaga kerja yang dari semula bermata
pencaharian utama pada sektor pertanian, bergeser ke sektor lain seperti pada
sektor industri, serta perdagangan dan jasa.
Ketika satu negara telah mencapai tahapan dimana sektor industri sebagai
leading sector maka dapat dikatakan negara tersebut sudah mengalami
industrialisasi (Yustika, 2000). Dapat dikatakan bahwa industrialisasi sebagai
transformasi struktural dalam suatu negara. Oleh sebab itu, proses industrialisasi
dapat didefenisikan sebagai proses perubahan struktur ekonomi dimana terdapat
kenaikan kontribusi sektor industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor dan
kesempatan kerja (Chenery, 1996). Industrialisasi dalam pengertian lain adalah
proses modernisasi ekonomi yang mencakup seluruk sektor ekonomi yang
mempunyai kaitan satu sama lain dengan industri pengolahan. Artinya
industrialisasi bertujuan meningkatkan nilai tambah seluruh sektor ekonomi
dengan sektor industri pengolahan sebagai leading sector. Rahardjo (1984)
menyatakan bahwa proses industrialisasi berpengaruh lebih luas lagi yaitu
membawa gejala ekonomi berupa perkembangan infrastruktur dan perdagangan
dengan proses kapitalisasi (akumulasi dan konsentrasi modal), persaingan
ekonomi, gejala sosial berupa demokratisasi dan pertentangan kelas, serta gejala
budaya berupa timbulnya gaya hidup yang produktif dan konsumtif, persepsi yang
rasional, antisipatif dan pragmatis. Akibatnya hubungan antar manusia (human
relations) menjadi berubah, demikian juga struktur sosial masyarakat di
sekitarnya. Industrialisasi yang semula sebagai sebuah sistem yang diterapkan
dalam usaha-usaha produksi pabrik, kemudian mempengaruhi komunitas
(masyarakat) secara keseluruhan. Adanya industri yang sering kali diikuti oleh
masuknya para pendatang baru di desa sebagai tenaga kerja berdampak pada
perubahan pemilikan dan pemanfaatan tanah. Terjadi jual-beli tanah pekarangan
maupun tanah sawah sebagai upaya untuk mendukung kegiatan perindustrian.

6
Menurut Purwanto (2003), pembangunan industri di pedesaan akan
membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi,
terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan
berusaha di bidang non pertanian. Hal tersebut berdampak pada makin banyaknya
pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik, di kawasan industri, menyebabkan
kepadatan penduduk meningkat. Lahan pertanian yang makin sempit akibat alih
fungsi lahan untuk pembangunan industri dan sarana penunjangnya dipaksa untuk
menampung jumah penduduk yang terus meningkat sehingga mengakibatkan
merosotnya kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pertanian. Namun di sisi
lain, hal yang juga tak bisa dipungkiri, masuknya industri ini juga membuka
peluang bagi peningkatan ekonomi masyarakat.
Tabel 1 Perbandingan konsep indikator industrialisasi
Chenery (1996) Rahardjo (1984) Purwanto (2003)
Kenaikan Permintaan
Ekspor
Terbukanya Kegiatan
Ekonomi
Kenaikan Kesempatan
Kerja
Perkembangan
Perdagangan
Muncul Peluang Kerja
Bidang Non Pertanian
Perkembangan
Infrastruktur
Penyempitan Lahan
Pertanian
Pertentangan Kelas
Gaya Hidup Konsumtif
Peningkatan Arus Migrasi
Respons Masyarakat
Purwanto (2003) memaparkan jika kehadiran industri di suatu wilayah
pasti akan menimbulkan reaksi dari masyarakat sebagai bentuk responnya.
Berbagai perubahan yang terjadi akibat respons terhadap pembangunan industri
dan dampak yang menyertainya akan beragam tergantung pada definisi subyektif
yang dipengaruhi kepentingan pribadi dan nilai sosial dari masyarakat yang
bersangkutan. Proses merespons terlebih dulu diawali dengan interpretasi
masyarakat. Dalam hal ini bagaimana interpretasi masyarakat atas industri yang
ada di lingkungannya. Di dalam proses pendifinisian gejala pembangunan industri
tersebut terlibat pula kepentingan pribadi dan nilai-nilai sosial yang dianut
masing-masing warga tersebut. Dalam penelitian Sulasmono (1994) dilihat jika
respon kaitannya dengan definisi subyektif seseorang hanyalah kepentingan
ekonomi dan kepentingan politik. Kelas atas masyarakat cenderung lebih siap
untuk merespon peluang-peluang usaha yang muncul. Faktor pengalaman (sudah
menekuni dunia usaha) dan ketersediaan modal yang umumnya dimiliki kelas atas
membuat mereka lebih siap menangkap peluang. Kehadiran industri besar
semakin memperbesar peluang warga kelas atas untuk mengakumulasi kekayaan
lewat dunia usaha. Kelas bawah masyarakat tidak siap memanfaatkan peluang
usaha yang ada karena tiadanya modal (dahulukan selamat, takut mengambil
resiko).
Purwanto (2003) menyatakan bahwa berbagai perubahan yang terjadi
akibat masuknya industri ini menjadi faktor pendorong (stimulus) bagi
masyarakat petani untuk melakukan perubahan atau penyesuaian dalam aktivitas
ekonomi keluarganya. Adapun menurut Sulasmono (1994) bahwa faktor status

7
politik berpengaruh pada kemampuan warga masyarakat untuk merespons
peluang-peluang yang bersifat terbatas. Pemanfaatan peluang terbatas (seperti
menjadi pegawai kantor dan Satkam pabrik, atau memasok makanan pekerja
pabrik dan memperdagangkan limbah padat industri) memerlukan koneksi dengan
pihak pabrik. Oleh karena itu elit formal lebih mampu merespons peluang-
peluang yang bersifat terbatas tersebut. Bentuk responnya seperti antara lain
menyediakan tempat pemondokan, transportasi ojek atau mendirikan toko dan
warung untuk memenuhi kebutuhan para pekerja pabrik. Latar belakang
keagamaan juga mempengaruhi respon masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung
dan menginternal dalam masyarakat dapat mendorong masyarakat untuk menutup
diri atau juga bahkan terbuka karena memang diperbolehkan oleh agama. Terkait
ini menarik untuk melihat hasil penelitian Sulasmono (1994) mengungkapkan
bahwa tidak terdapat petunjuk bahwa agama berpengaruh terhadap bentuk-bentuk
respons masyarakat terhadap pembangunan industri besar dan akibat-akibat
iringannya. Sikap menutup diri warga Abangan terhadap kaum pendatang, bukan
dipengaruhi oleh status mereka sebagai orang Abangan, tetapi lebih berkaitan
dengan status mereka sebagai bekas anggota partai terlarang.
Tabel 2 Perbandingan Konsep Indikator Respon Masyarakat Terhadap
Industrialisasi Purwanto (2003) Sulasmono (1994)
jual beli lahan Pemanfaatan peluang terbatas
tingkat pendidikan meningkat
tingkat pendapatan meningkat peluang-peluang usaha yang muncul
Gaya Hidup
Gaya hidup menurut Winata (2006) didefinisikan secara luas bagaimana
orang-orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas-aktivitas), apa yang mereka
pikirkan tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka (opini-opini).
Gaya hidup dapat dipandang sebagai pola unik dari hidup seseorang dimana
mempengaruhi dan direfleksikan dengan perilakunya. Jadi, gaya hidup adalah
pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan
opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Orang-orang yang berasal dari sub-budaya,
kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda.
Gaya hidup mencakup lebih dari sekedar kelas sosial dan kepribadian seseorang,
akan tetapi hal itu menyangkut keseluruhan bentuk tindakan dan interaksi
sepenuhnya. Penelitian gaya hidup dengan menggunakan variabel-variabel AIO
(activities, interests and opinions) telah digunakan sejak tahun 1970 oleh para
peneliti.
Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur
dibandingkan dibandingkan dengan kepribadian. Gaya hidup menurut (Engel,
Blackwell dan Miniard, 1995) didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan
menggunakan uang dan waktunya (pattern in which people live and spend time
and money). Psikografik merupakan konsep yang terkait dengan gaya hidup.
Psikografik adalah suatu instrumen untuk mengukur gaya hidup, yang
memberikan pengukuran kuantitatif dan bisa dipakai untuk menganalisis data
yang sangat besar. Psikografik analisis biasanya dipakai untuk melihat segmen

8
pasar. Psikografik adalah pengukuran kuantitatif gaya hidup, kepribadian dan
demografik konsumen. Psikografik sering diartikan sebagai pengukuran AIO
(activity, Interest, Opinion), yaitu pengukuran kegiatan, minat, dan pendapat
konsumen. Pendekatan psikografik sering dipakai produsen dalam
mempromosikan produknya (Sumarwan, 2003). Untuk memahami bagaimana
gaya hidup, sekelompok masyarakat diperlukan program atau instrumen untuk
mengukur gaya hidup yang berkembang, sebagaimana yang ditulis oleh Haryanto
(2005) dalam penelitiannya bahwa di dalam kajian literatur mengindikasikan tiga
pendekatan untuk mengeksplorasi profil gaya hidup yaitu Pendekatan analitis dan
sintesis, Pendekatan Value and Lifestyle (VALS), dan Pendekatan Activities,
Interests, and Opinions (AIO). Pendekatan analitis dan sintesis menjelaskan lima
dimensi untuk mengungkap gaya hidup, yaitu Morfologi, Hubungan sosial,
Domain, Makna, dan Style.
Penelitian Walker dan Li (2006) menemukan bahwa gaya hidup pada
masing-masing kelas yaitu kelas satu berorientasi pada sub-urban, gaya hidup
auto-oriented dengan tempat tinggal yang lebih besar, parkir offstreet, banyak
rumah single, dan waktu perjalanan ke tempat kerja lebih pendek, kualitas sekolah
yang bagus, tempat belanja menengah atas (toko khusus dan lapangan).
Christensen (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan variabel
karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda antara organisme, situasi atau
lingkungan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Activities,
Interests, and Opinions (AIO).
Gaya hidup merupakan sebuah penggambarkan keseluruhan diri seseorang
yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler, 2002). Menurut Susanto (2010)
gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan
kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang
berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di
masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya
hidup global dan lain sebagainya. Plummer (2003) gaya hidup adalah cara hidup
individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu
mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya
(ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Gaya hidup
adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam
hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan,
dan cinta.
Gaya hidup merupakan ciri sebuah negara modern, atau yang biasa disebut
dengan modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat
modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan
tindakan sendiri atau orang lain. Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang
membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam interaksi sehari
hari kita bisa menerapkan suatu gagasan tentang gaya hidup tanpa perlu
menjelaskan apa yang dimaksud. Oleh sebab itu gaya hidup merupakan bagian
dari kehidupan sosial sehari hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam
interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang
tidak hidup dalam masyarakat modern. Dari berbagai pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan
dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan
bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup

9
dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor
demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan
dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator
penyusunnya dari karakteristik konsumen. Perubahan sosial, baik pada fungsi
maupun struktur sosial yang di dukung oleh nilai-nilai dan norma-norma
kebudayaan adalah terjadi sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas.
Nilai dan norma-norma kebudayaan itu tidak mudah diubah begitu saja, karena
diintroyeksikan dalam jiwa dan keyakinan para anggota masyarakat seperti halnya
terjadi dalam proses sosialisasi. Dalam rangka menguraikan dan membahas suatu
gejala kehidupan manusia yang disebut perubahan sosial, akan dapat bermanfaat
bila berasumsi bahwa perubahan adalah normal, wajar, pada dasarnya tidak
mengandung trauma, terdapat pula perubahan yang beraneka ragam, dan terbuka
bagi setiap masyarakat.
Tabel 3 Perbandingan konsep indikator gaya hidup Walker (2006) Susanto (2010) Kottler (2002)
Aktivitas:
- Bekerja
- Kegiatan Sosial
- Komunitas
- Liburan
- Hiburan
Aktivitas:
- Bekerja
- Kegiatan Sosial
- Komunitas
- Liburan
- Hiburan
- Olahraga
- Belanja
Aktivitas:
- Pekerjaan
- Hobi
- Kegiatan Sosial
- Liburan
- Hiburan
- Keanggotaan Klub
- Komunitas
-Belanja
- Olahraga Minat:
- Media informasi
- Keluarga
- Rumah
- Pekerjaan
- Rekreasi
Minat:
- Media informasi
- Keluarga
- Rumah
- Pekerjaan
- Rekreasi
- Gaya
- Makanan
- Pencapaian
Minat:
- Keluarga
- Rumah
- Pekerjaan
- Komunitas
- Rekreasi
- Fashion
- Makanan
- Media
- Pencapaian Opini:
- Masa Depan
- Diri Sendiri
- Pendidikan
- Budaya
- Karakteristik Bangunan
- Desain
- Ekonomi
- Lokasi
Pendapat:
- Masa Depan
- Diri Sendiri
- Pendidikan
- Budaya
- Karakteristik Bangunan
- Desain
- Ekonomi
- Lokasi
- Produk
Opini :
- Terhadap Diri Sendiri
- Isu-isu Sosial
- Politik
- Bisnis
- Ekonomi
- Pendidikan
- Produk-produk
- Masa Depan
- Kebudayaan

10
Kerangka Pemikiran
Tujuan dari penelitian ini salah satunya adalah mengetahui adanya
hubungan antara dampak industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat
pedesaan. Berdasarkan kerangka analisis adanya kebijakan pertambangan dapat
mempengaruhi berkembangnya sektor industri pertambangan. Pembangunan
industri pedesaan yang demikian tentu akan menimbulkan dampak pada daerah
dimana industri tersebut berada. Namun yang jelas kehadiran industri tersebut
menimbulkan kesempatan semakin terbukanya untuk bekerja di luar bidang
pertanian, yang sebelumnya merupakan bidang pekerjaan yang dominan. Dari
dampak tersebut menimbulkan respon dari masyarakat. Kehadiran industri tidak
dapat dipungkiri menarik arus migrasi penduduk untuk bekerja sebagai gurandil.
Masyarakat desa yang sudah banyak bekerja sebagai gurandil dan juga ditambah
lahan pertanian yang sudah menurun karena tersingkir oleh pabrik industri
menimbulkan kesempatan kerja di bidang pertanian menjadi semakin rendah.
Maka terjadilah perubahan pemilikan tanah yang diperoleh dari para petani
maupun penduduk asli pemilik lahan tersebut. Demikian respon lain masyarakat
dengan bertambahnya mata pencaharian baru didesanya. Kehadiran industri
berakibat pada perubahan sosial ekonomi yang meliputi kegiatan ekonomi, psikis
dan relasi sosial. Perubahan pada pemilikan dan pemanfaatan lahan berimbas juga
pada perubahan profesi, perubahan pendapatan dan pengeluaran. Perubahan ini
menyebabkan pula pada perubahan pendapatan. Dengan hadirnya industri ini
ternyata mempunyai pengaruh terhadap kondisi psikologis masyarakat.
Begitupula dengan modernisasi yang terjadi akan sangat berdampak pada gaya
hidup yang berbeda dengan sebelumnya. Gaya hidup yang diukur dari minat,
aktivitas, dan pendapat seseorang dapat diukur apakah gaya hidup masyarakat
tersebut tinggi atau rendah. Respons masyarakat dengan adanya jual beli lahan,
tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran dan tingkat pendapatan yang meningkat
juga sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat pedesaan.
Keterangan:
: Hubungan (kuantitatif)
: Hubungan (kualitatif)
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Respon
masyarakat:
-jual beli lahan
-tingkat
pendidikan
-tingkat
pendapatan
Respon
masyarakat:
-jual beli lahan
-tingkat
pendidikan
-tingkat
pendapatan
Respon
masyarakat:
-jual beli lahan
-tingkat
pendidikan
-tingkat
pendapatan
X1. Dampak Industri Pertambangan: X1.1 Tingkat Kesempatan Kerja X1.2 Tingkat Migrasi
X2. Respons Masyarakat: X2.1 Tingkat Jual Lahan X2.2Tingkat Beli Lahan X2.3 Tingkat Pendidikan X2.4 Tingkat Pendapatan X2.5 Tingkat Pengeluaran
Y. Gaya Hidup: Y1. Tingkat Aktivitas Y2. Tingkat Minat Y3. Tingkat Opini
Kebijakan Industri
Pertambangan

11
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan diatas, maka
hipotesis penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. H0: Tidak terdapat hubungan antara dampak industri pertambangan
dengan respon masyarakat pedesaan
H1: Terdapat hubungan antara dampak industri pertambangan dengan
respon masyarakat pedesaan
2. H0: Tidak terdapat hubungan antara respons masyarakat dengan gaya
hidup masyarakat pedesaan
H1: Terdapat hubungan antara respons masyarakat dengan gaya hidup
masyarakat pedesaan
Definisi Operasional
Dampak Industri Pertambangan
Rahardjo (1984) menyatakan bahwa proses industrialisasi berpengaruh
lebih luas lagi yaitu membawa gejala ekonomi berupa perkembangan infrastruktur
dan perdagangan dengan proses kapitalisasi (akumulasi dan konsentrasi modal),
persaingan ekonomi, gejala sosial berupa demokratisasi dan pertentangan kelas,
serta gejala budaya berupa timbulnya gaya hidup yang produktif dan konsumtif,
persepsi yang rasional, antisipatif dan pragmatis. Akibatnya hubungan antar
manusia (human relations) menjadi berubah, demikian juga struktur sosial
masyarakat di sekitarnya.
Tabel 4 Definisi operasional dampak industri pertambangan
No Variabel Definisi
Operasional
Indikator Jenis
Data
Sumber
Rujukan
1 Tingkat
Kesempatan
Kerja
Pekerjaan utama
dalam perolehan
pendapatan utama
dalam KK
1: PNS POLRI
2: Swasta
3:Pedagang
4: Buruh
5: Petani
6: Wiraswasta
7: Ternak
8:Tidak Bekerja
Ordinal Kariyasa,
Siregar,
Suradisa
stra, dan
Yusdja
2 Tingkat
Migrasi
Migrasi adalah
proses perpindahan
penduduk atau
gerak penduduk
dari luar desa ke
desa peneliti yang
dinyatakan dalam
jiwa
X ≤ ½ SD :
rendah
½ SD < X < ½
SD : sedang
X ≥ ½ SD :
tinggi
Hasil Lapangan:
Rendah: migrasi
≤ 1.319
Ordinal BPS
(2005)

12
Sedang: 1.319 <
migrasi < 1.821
Tinggi: migrasi
≥ 1.821
Respons Masyarakat
Purwanto (2003) memaparkan jika kehadiran industri di suatu wilayah
pasti akan menimbulkan reaksi dari masyarakat sebagai bentuk responnya.
Berbagai perubahan yang terjadi akibat respons terhadap pembangunan industri
dan dampak yang menyertainya akan beragam tergantung pada definisi subyektif
yang dipengaruhi kepentingan pribadi dan nilai sosial dari masyarakat yang
bersangkutan.
Tabel 5 Definisi operasional respons masyarakat
No Variabel Definisi Operasional Indikator Jenis
Data
Sumber
Rujukan
1 Tingkat Jual
Lahan
Jual beli lahan
adalah luas lahan
yang dijual atau
dibeli oleh rumah
tangga, diukur
dengan meter
persegi (m2)
X ≤ ½ SD :
rendah
½ SD < X <
½ SD :
sedang
X ≥ ½ SD :
tinggi
Hasil
lapangan:
Rendah : luas
tanah ≤ 35 m2
Sedang : 35
m2 < luas
tanah < Rp
60 m2
Tinggi : luas
tanah ≥ Rp
60 m2
Ordinal BPS
(2005)
2 Tingkat
Pendapatan
Rata-rata hasil (X)
kerja berupa uang
yang diperoleh tiap
individu per bulan,
tingkat pendapatan
diukur berdasarkan
rataan pendapatan
rumah tangga
responden
X ≤ ½ SD :
rendah
½ SD < X <
½ SD :
sedang
X ≥ ½ SD :
tinggi
Hasil
lapangan:
Rendah :
pendapatan ≤
Rp
Ordinal BPS
(2005)

13
1.932.174,6,-
Sedang : Rp
1.932.174,6,-
< pendapatan
< Rp
4.612.968,3,-
Tinggi :
pendapatan ≥
Rp
4.612.968,3,-
3 Tingkat
Pendidikan
Menurut UU
Republik Indonesia
No. 20 tahun 2003
Tingkat pendidikan
atau sering disebut
dengan jenjang
pendidikan adalah
tahapan pendidikan
yang ditetapkan
berdasarkan tingkat
perkembangan
peserta didik, tujuan
yang akan dicapai
dan kemampuan
yang dikembangkan.
Jenjang pendidikan
formal terdiri dari
pendidikan dasar,
pendidikan
menengah dan
pendidikan tinggi
1.SD
2. SMP
3. SMA
4. Kuliah
5 Pendidikan
Non Formal
Ordinal BPS
(2005)
4 Tingkat
Pengeluaran
Rata-rata (X)
konsumsi/pengeluara
n untuk pemenuhan
kebutuhan pangan,
pendidikan dan
kesehatan (non-
pangan). Pengukuran
tingkat pengeluaran
didasarkan pada
pengeluaran rumah
tangga responden
untuk pemenuhan
kebutuhan pangan
dan pendidikan dan
jasa (non-pangan).
X ≤ ½ SD :
rendah
½ SD < X <
½ SD :
sedang
X ≥ ½ SD :
tinggi
Hasil
Lapangan:
Rendah :
pengeluaran
≤ Rp
1.324.317,8,-
Sedang : Rp
1.324.317 <
pengeluaran
< Rp
Ordinal BPS
(2005)

14
6.615.339,3,-
Tinggi :
pengeluaran
≥ Rp
6.615.339,3,-
Gaya Hidup
Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur
dibandingkan dibandingkan dengan kepribadian. Gaya hidup menurut (Engel,
Blackwell dan Miniard, 2005) didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan
menggunakan uang dan waktunya (pattern in which people live and spend time
and money). Plummer (2003) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di
identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas),
apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang
mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Activities, Interests, and Opinions (AIO).
Tabel 6 Definisi operasional gaya hidup
No Variabel Definisi Operasional Indikator Jenis
Data
Sumber
Rujukan
1 Kegiatan
Sosial
Kegiatan seseorang
dalam
memanfaatkan
waktunya untuk
membantu orang lain
1.Posyandu
2.Donor
Darah
3.Kerja Bakti
4.Karang
Taruna
5.Pengajian
Ordinal Kottler
(2002)
2 Liburan Kegiatan seseorang
dalam memanfaatkan
waktunya untuk
berekreasi
1.Tempat
Rekreasi
2.Menonton
bioskop
Ordinal Kottler
(2002)
3 Hiburan Kegiatan seseorang
dalam memanfaatkan
waktunya untuk
melepas kejenuhan
1. Televisi
2. Koran
3. Majalah
4. Radio
Ordinal Kottler
(2002)
4 Komunitas Kegiatan seseorang
bersama
sekelompok orang
dalam
memanfaatkan
waktunya untuk
masyarakat dan
lingkungan
1.Pengajian
2.Karang
Taruna
3.Posyandu
Ordinal Kottler
(2002)
5 Olahraga Kegiatan seseorang
dalam memanfaatkan
waktunya untuk
berolahraga
1.Bulu
Tangkis
2.Basket
3.Sepak Bola
Ordinal Kottler
(2002)

15
4.Voli
5.Lainnya
6 Media
Komunikasi
Alat komunikasi dan
teknologi yang
digunakan untuk
berinteraksi sosial
1.Handphone
2.Radio
3.Internet
4.Telepon
Ordinal Kottler
(2002)
7
7
Jenis lantai
bangunan
tempat
tinggal
Merupakan jenis
lantai bangunan
terluas yang menjadi
tempat tinggal rumah
tangga.
1.Tanah
2.Bambu
3.Kayu
murah
4.Kayu
mahal
5.Keramik
Ordinal BPS
(2005)
8
8
Jenis
dinding
terluas
Merupakan jenis
dinding bangunan
terluas yang menjadi
tempat tinggal rumah
tangga.
1.Rumbia
2.Bambu
3.Kayu
kualitas
rendah
4.Tembok bata
5.Tembok
beton
Ordinal BPS
(2005)
9 Aktivitas Berbagai jenis
kegiatan yang
dilakukan seseorang
untuk memanfaatkan
waktunya
1. Sangat
Tidak Setuju
2. Tidak
Setuju
3. Setuju
4. Sangat
Setuju
Ordinal Kottler
(2002)
10 Minat Berbagai prioritas
yang dianggap
seseorang penting
disekitarnya
1. Sangat
Tidak Setuju
2. Tidak
Setuju
3. Setuju
4. Sangat
Setuju
Ordinal Kottler
(2002)
11 Opini Pandangan-pandangan
seseorang, baik
terhadap diri sendiri
maupun lingkungan
sekitar
1. Sangat
Tidak Setuju
2. Tidak
Setuju
3. Setuju
4. Sangat
Setuju
Ordinal Kottler
(2002)

16

17
PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data
kualitatif. Penelitian kuantitatif yang akan dilakukan merupakan penelitian sensus
individu masyarakat. Metode kuantitatif dilakukan melalui pengisian kuesioner.
Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab bagaimana hubungan
industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat di Desa Pangkal Jaya,
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Data kualitatif dikumpulkan dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap informan. Hasil uraian
dijelaskan secara inferensial dan terfokus pada hubungan antara variabel dampak
industrialisasi, respons masyarakat dan gaya hidup untuk menguji hipotesa.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor. Wilayah ini termasuk dalam wilayah pengembangan industri.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan karena adanya pengembangan industri di
Desa Pangkal Jaya yaitu dengan adanya penambangan emas. Penelitian
dilaksanakan dalam waktu tiga bulan, terhitung mulai bulan Januari 2015 sampai
dengan Maret 2015. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi,
kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan
perbaikan laporan skripsi.
Teknik Pengambilan Responden dan Informan
Populasi penelitian ini adalah keseluruhan masyarakat yang bekerja sebagai
penambang tanpa izin yang ada di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor. Berdasarkan populasi tersebut, dibentuklah kerangka sampling
dari masyarakat Desa Pangkal Jaya yang terdiri dari beberapa kampung.
Selanjutnya ditentukan sampel penelitian sebanyak 35 orang responden.
Pengambilan sample atau responden dalam penelitian ini menggunakan teknik
“simple random sampling”. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu.
Pada awalnya, teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan jumlah populasi
masyarakat yang ada di Desa Pangkal Jaya yang bekerja sebagai penambang liar
kemudian dibentuk kerangka sampel dan diberi nomor urut pada seluruh daftar
populasi yang terdapat dalam kerangka sampel tersebut dan di acak dengan
menggunakan Microsoft Exel untuk memilih 35 responden. Informan adalah
orang yang menceritakan tentang lingkungannya atau pihak-pihak lain. Adapun
informan yang diambil adalah instansi terkait dalam penelitian ini seperti kantor
Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, tokoh masyarakat
seperti ketua RT, ketua RW, serta masyarakat yang memiliki pengaruh kuat di
dalam desa tersebut. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat
mendukung keberlangsungan informasi penelitian secara lancar.

18
Tabel 7 Pemilihan informan
Kerangka Berfikir Informan
Dampak Industri Pertambangan -Ketua RT/RW
-Pak Usup
-Gurandil
Respons Masyarakat -Ketua RT/RW
-Pak Jaya
-Gurandil
Gaya Hidup -Pak Heri
-Gurandil
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah pengambilan data primer dan sekunder, wawancara mendalam kepada
responden dan informan, melakukan pengamatan berperan serta secara langsung
dilapangan dan penyebaran kuesioner.
Tabel 8 Jenis dan metode pengumpulan data
No Kebutuhan data
Metode
Survei
(sumber data)
Data sekunder
(sumber data)
Wawancara
mendalam (sumber
data)
1 Sensus Gurandil
yang ada ditempat Sumber data dari
sensus gurandil - -
2 Peta desa dan data
monografi Desa
Pangkal Jaya
- Sumber data dari
kantor Desa Lulut -
3 Dampak industri
pertambangan
Sumber data dari
wawancara kepada
responden
menggunakan
panduan kuesioner
-
Sumber data dari
wawancara
mendalam kepada
informan dengan
panduan pertanyaan
4 Respons
masyarakat
Sumber data dari
wawancara kepada
responden
menggunakan
panduan kuesioner
-
Sumber data dari
wawancara
mendalam kepada
informan dengan
panduan pertanyaan.
5 Gaya hidup
masyarakat
gurandil
Sumber data dari
wawancara kepada
responden
menggunakan
panduan kuesioner
-
Sumber data dari
wawancara
mendalam kepada
informan dengan
panduan pertanyaan.

19
Pengamatan dilakukan agar peneliti dapat melihat, merasakan dan
memaknai pola perilaku sosial yang terjadi pada dunia tineliti sehingga sehingga
memungkinkan adanya pembentukan pengetahuan secara bersama. Pengumpulan
data sekunder yang dilakukan adalah dengan penyebaran kuesioner kepada
responden dan mengambil data-data dari penelitian sebelumnya dan dari dokumen
serta arsip dari Desa Pangkal Jaya. Setelah turun ke lapangan mengambil data,
kuesioner diuji reliabilitasnya lalu hasilnya adalah cronbach alpha sebesar 0.635
atau sebesar 63,5% dari selang kepercayaan 90% yang dapat dilihat pada lampiran
5 diakhir laporan.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis
yaitu data kuantitaif dan data kualitatif. Data kualitatif menggunakan aplikasi
Microsoft Excel 2007 dan SPSS for windows 20.0. Pembuatan tabel frekuensi,
grafik, diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat data awal responden
untuk masing-masing variabel secara tunggal menggunakan aplikasi Microsoft
Excel 2007.
Dalam penelitian ini, menggunakan analisis hubungan (correlation).
Karena digunakan untuk menguji hubungan antara 2 variabel atau lebih, apakah
kedua variabel tersebut memang mempunyai hubungan yang signifikan,
bagaimana arah hubungan dan seberapa kuat hubungan tersebut. Karena data yang
digunakan berupa data ordinal dan interval, maka analisis datanya juga
menggunakan korelasi spearman rank, yaitu digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi antara dua variabel. Hasil dari pengamatan dan wawancara
dilapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan
kutipan langsung. Data sekunder diperoleh melalui literatur yaitu buku-buku,
podes, bps, profil desa, informasi tertulis, data-data dan literatur-literatur yang
mendukung kebutuhan data mengenai fokus penelitian seperti profil desa,
masyarakat dan tingkat taraf hidup.
Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian
data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses
pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara
mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari mereduksi data ini ialah
untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang
tidak perlu. Reduksi data dilakukan menurut topik kebijakan dalam kategori
dampak industri, respons dan gaya hidup. Kedua ialah penyajian data yang berupa
menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-
kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Penyajian data berupa narasi,
diagram, dan matriks. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan
penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi
dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada responen, informan,
dosen pembimbing. Seluruh hasil penelitian pada akhirnya dituliskan dalam
laporan skripsi.

20

21
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Geografis dan Keadaan Lingkungan
Desa Pangkal Jaya memiliki luas wilayah 370 Ha, yang terdiri dari Dua
Dusun dengan 13 Rukun Warga (RW) dan 27 Rukun Tetangga (RT). Desa
Pangkal Jaya memiliki batas wilayah administratif yaitu bebatasan sebelah utara
dengan Desa Kalong Liud, sebelah timur berbatasan dengan Desa Hambaro,
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bantar Karet dan sebelah barat berbatasan
dengan Desa Nanggung dan Parakanmuncang (dengan batas Kali Cikaniki). Desa
Pangkal Jaya merupakan desa yang berada di daerah Perbukitan, dengan
ketinggian antara 400 - 650 m dpl (diatas permukaan laut). Sebagian besar
wilayah Desa Pangkal Jaya adalah Bukit Dengan kemiringan antara 150 - 20
0 di
sebelah timur dibatasi oleh perbukitan “Sibentang” yang sekaligus menjadi batas
dengan Desa Hambaro, dan disebelah selatan berbatasan dengan Desa Bantar
karet. Aspek Hidrologi suatu wilayah desa sangat diperlukan dalam pengendalian
dan pengaturan tata air wilayah desa.
Berdasarkan hidrologinya, aliran-aliran sungai di wilayah Desa Pangkal
Jaya membentuk pola daerah aliran sungai, yaitu linear tercatat beberapa sungai
maupun solokan baik skala kecil, sedang, dan besar. Disamping itu ada pula
beberapa mata air yang bisa digunakan sebagai sumber mata air bersih, maupun
sumber air untuk pertanian. Mata air utama yang menghidupi masyarakat Desa
Pangkal Jaya adalah diantaranyam mata air Ciketug, mata air Cisawer, mata air
Ciparanje dan mata air Citundun. Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa
Pangkal Jaya Digunakan secara produktif, dan hanya sedikit saja yang tidak
dipergunakan. Hal ini menunjukan bahwa kawasan Desa Pangkal Jaya memiliki
sumber daya alam yang memadai dan siap untuk diolah. Luas lahan berupa sawah
teknis seluas 10 ha, semi teknis 10 ha, tadah hujan 370 ha, dan yang lainnya
berupa pekarangan 160 ha, hutan rakyat 80 ha, hutan negara 0 ha, dan lain – lain
40 ha. Untuk lebih jelasnya mengenai luas tanah danpenggunaannya dapat dilihat
pada tabel 9 berikut ini.
Tabel 9 Luas lahan menurut jenis penggunaan di desa Pangkal Jaya
Jenis Penggunaan Jumlah Persentase (%)
Sawah Teknis 10 2.70
Sawah Tadah Hujan 150 40.54
Pekarangan Pemukiman 80 21.60
Hutan Rakyat 90 24.32
Lain-lain 40 10.81
Jumlah 370 100,00
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya
Panjang jalan di Desa Pangkal Jaya Pada tahun 2010 sepanjang 6,71 Km
(6.710 meter), yang terdiri atas jalan PT. Antam Pongkor 1,8 Km, serta jalan Desa
sepanjang 4,91 Km. Mulai Tahun 1995, di Desa Pangkal Jaya mulai di lintasi oleh
trayek angkutan umum yaitu Trayek Leuwiliang - Nunggul, sehingga amat
membantu bagi transportasi masal penduduk. Namun demikian angkutan ojeg
masih terdapat di beberapa tempat sebagai alat transportasi penduduk yang sulit

22
dicapai kendaraan roda empat. Hal ini bisa terlihat banyaknya jumlah pengemudi
ojeg di Desa Pangkal Jaya yaitu sebanyak 12 orang.
Kondisi Demografi dan Sosial Budaya
(1) Kependudukan
Penduduk Desa Pangkal Jaya berdasarkan data terakhir hasil Sensus
Penduduk Tahun 2010 tercatat sebanyak 6520 Jiwa, Tahun 2009 sebanyak 6470
Jiwa, Tahun 2008 sebanyak 6348 Jiwa, Tahun 2007 sebanyak 6264 Jiwa,
mengalami kenaikan setiap tahunnya rata-rata sebesar 0, 76 – 1,8% yang dapat
dilihat pada tabel 12.
Tabel 10 Jumlah penduduk desa Pangkal Jaya
No Tahun Jumlah Laju Pertumbuhan (%)
1 2013 6.520 0,76 %
2 2012 6.470 1,88 %
3 2011 6.348 1,3 %
Sumber: Profil Pangkal Jaya
Jumlah Penduduk hasil sensus tahun 2011 menunjukkan bahwa jenis
kelamin laki-laki berjumlah 3474 dan jenis kelamin perempuan berjumlah 3126
jiwa yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dapat dilihat bahwa persentase
jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki sebesar (52,71%) lebih besar
dibandingkan persentase jumlah penduduk jenis kelamin perempuan yaitu sebesar
(47,29%).
Tabel 11 Jumlah penduduk hasil sensus
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-Laki 3.474 52,71
2 Perempuan 3.126 47,29
Jumlah 6.590 100,00
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya
Sebaran usia penduduk di Desa Pangkal Jaya menurut sensus tahun 2011
rata-rata berusia 18-40. Jumlah sebaran usia penduduk dengan usia produktif dan
non produktif dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Penduduk usia 0-1 tahun
berjumlah 104 jiwa, penduduk usia 2-7 tahun berjumlah 756 jiwa, penduduk usia
8-13 tahun berjumlah 864 jiwa, penduduk usia 14-17 tahun berjumlah 544 jiwa,
penduduk usia 18-40 tahun berjumlah 2848 jiwa dan penduduk usia lebih dari 40
tahun berjumlah 1474 jiwa. Dapat dilihat bahwa terdapat lebih banyak penduduk
usia produktif dibandingkan usia non produktif.

23
Tabel 12 Usia penduduk hasil sensus
No Jenis Jumlah
1 Usia Bayi (0-1 Tahun) 104
2 Usia Anak-anak 2-7 Tahun 756
3 Usia SD 8-13 Tahun 864
4 Usia Remaja 14-17 Tahun 544
5 Usia Dewasa 18-40 Tahun 2.848
6 Usia Dewasa Akhir >40 Tahun 1.474
Jumlah 6.590
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya
Jumlah rumah tangga di Desa Pangkal Jaya Tahun 2007, sebanyak 1478
Rumah Tangga/KK, Tahun 2008, sebanyak 1502 Rumah Tangga/KK, Tahun 2009
sebanyak 1544 Rumah Tangga/KK. Proyeksi jumlah penduduk di Desa Pangkal
Jaya Tahun 2011 berjumlah 6620 Jiwa, Tahun 2012 berjumlah 7012 Jiwa.
Tabel 13 Jumlah rumah tangga per RW desa Pangkal Jaya
No RW Jumlah Rumah Tangga
1 RW.01 110
2 RW.02 162
3 RW.03 156
4 RW.04 101
5 RW.05 98
6 RW.06 128
7 RW.07 236
8 RW.08 178
9 RW.09 154
10 RW.10 105
11 RW.11 156
Jumlah 1.584
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya
(2) Ketenagakerjaan
Berkaitan dengan perkembangan situasi dan kondisi ketenaga kerjaan di
Desa Pangkal Jaya sampai akhir Tahun 2011, masih menunjukan keadaan
kondusif, walaupun di pihak lain masih di hadapkan pada keterbatasan lapangan
kerja dan jumlah pencari kerja yang cukup banyak. Keadaan ini semakin sulit di
kendalikan sebagai akibat krisis ekonomi dan kenaikan harga BBM. Banyaknya
pencari kerja di Desa Pangkal Jaya adalah sebagai akibat penambahan tenaga
kerja baru dan pemutusan hubungan kerja (PHK). Kondisi ini terus berlangsung di
berbagai lapisan dan tingkatan sektor-sektor usaha startegis yang banyak
menyerap tenaga kerja. Keadaan seperti ini memberikan kontribusi sangat besar
terhadap jumlah pencari kerja yang tidak terproyeksikan sebelumnya.
Jumlah angkatan kerja pada tahun 2011 sebanyak 74 Orang. Jumlah
pencari kerja yang dapat di salurkan dan di tempatkan di perusahaan-perusahaan
maupun jenis pekerjaan lainnya sebanyak 52 Orang, sedangkan sisanya sebesar 22
Orang belum mendapat pekerjaan. Untuk tahun 2011 jumlah pencari kerja laki-
laki sebesar 48 Orang, sedangkan perempuan sebanyak 36 Orang, sedangkan

24
pencari kerja perempuan yang dapat di tempatkan lebih besar dari pada laki-laki
yaitu 28 orang dan laki-laki sebesar 22 orang.
(3) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu modal dasar perbangunan. Sehingga
pendidikan adalah sebuah Investasi (modal) di masa yang akan datang. Di Desa
Pangkal Jaya Tahun 2011-2013, jumlah guru dan murid tiap tahunnya mengalami
peningkatan. Guru pada Tahun 2010 berjumlah = 38 Orang, dengan jumlah murid
PAUD sebanyak 202 Orang, SD sebanyak 1.232 Orang, SLTP sebanyak = 182
Orang, SLTA sebanyak = 129 Orang. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada
table di bawah ini.
Tabel 14 Data pendidik atau sekolah formal dan non formal
No Uraian PAUD SD SLTP SLTA
1 Guru 16 19 3 -
2 Murid 202 1.232 182 129
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya
Jumlah sarana prasarana sekolah, maupun jenjang terus di upayakan
kuantitas maupun kualitasnya, baik itu negeri maupun swasta, dari mulai
TK/PAUD/RA sampai dengan SLTA. Rekapitulasi tingkat pendidikan penduduk
Desa Pangkal Jaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 15 Tingkat pendidikan penduduk
No Tingkat Pendidikan Penduduk Jumlah Persentase
(%)
1 Tidak tamat SD 446 10,34
2 TamatSD 2.562 59,42
3 Tamat SLTP 867 20,11
4 Tamat SLTA 328 7,60
5 D1 0 0,00
6 D2 84 1,9
7 D3 0 0,00
8 S1 24 0,55
Jumlah 4.311 100,00
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya
Kondisi Sarana dan Prasarana
Pada umumnya jenis sarana sosial ekonomi masyarakat Desa Pangkal Jaya
berupa usaha perdagangan, terutama warung kebutuhan rumah tangga sehari-hari
yang berskala kecil. Di samping itu pula sarana ekonomi yang menjadi tulang
punggung ekonomi masyarakat Desa Pangkal Jaya adalah perusahaan-perusahaan
yang ada di sekitar Kecamatan Nanggung, transportasi ojeg, dan sarana lahan
pertanian dan perkebunan dengan skala kecil pula. Hal yang menjadikan Desa
Pangkal Jaya Maupun Desa –desa yang ada di Kecamatan Nanggung menjadi
beda dengan Desa dan Kecamatan lain di Kabupaten Bogor. Adapun jumlah
sarana prasarana pendidikan di Desa Pangkal Jaya terdiri dari jenjang TK s.d

25
SLTP, baik formal maupun non formal. Nama dan Jumlah sarana Pendidikan ada
di Desa Pangkal Jaya dapat di lihat pada tabel 20 di bawah ini.
Tabel 16 Data sarana dan prasarana pendidikan
No Nama Sekolah Jenjang Status Lokasi Jumlah
Murid
1 PAUD Kakatua PAUD Swasta Kp. Pangaduan Kuda 82
2 PAUD Darussa’adah PAUD Swasta Kp. Ciketug 64
3 PAUD Al-Muhimmah PUD Swasta Kp. Tapos 56
4 SDN Pangkal Jaya SD Negeri Kp. Parengpeng 286
5 SDN Ciketug SD Negeri Kp. Pangkalan 254
6 SDN Wates SD Negeri Kp. Pangaduan Kuda 267
7 SDN Tapos SD Negeri Kp. Tapos 225
8 MTsS Al- Madaniyah SLTP Swasta Kp. Pangaduan Kuda 56
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya
Struktur Sosial dan Kebudayaan
Kebudayaan yang ada di desa Pangkal Jaya Merupakan modal dasar
pembangunan yang melandasi pembangunan yang akan di laksanakan, warisan
budaya yang bernilai luhur merupakan dasar dalam rangka pengembangan
pariwisata yang di jiwai oleh mayoritas Keluhuran Nilai Agama Islam. Salah satu
aspek yang di tangani dan terus di lestarikan secara berelanjutan adalah
pembinaan berbagai aspek kelompok kesenian. Pemerintahan terus membina
kelompok dan organisasi kesenian yang ada, walaupun dengan keterbatasan dana
yang di alokasikan, namun semangat para pewaris kebudayaan di Desa Pangkal
Jaya terus berusaha menjaga, merawat serta memeliharanya agar budaya dan
kelompok kesenian tersebut terus terpelihara. Beberapa kelompok kesenian yang
ada di Desa Pangkal Jaya yang masih eksis dan terawat walaupun kondisinya
sangat memprihatinkan di antaranya dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 17 Data kelompok budaya dan kesenian
No Jenis kelompok Budaya dan
Kesenian
Jumlah Keterangan
1 Degung 1 Pasif
2 Qasidah 5 Aktif
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya
Di bidang pariwisata, Desa Pangkal Jaya Terus berupaya memelihara satu-
satunya lokasi Wisata Alam yng bernama Situ Saat, lokasi ini dari zaman sebelum
kemerdekaan sampai dengan sekarang masih sering di kunjungi terutama oleh
warga sekitar, terutama sering di pergunakan menjadi kawasan Pemancingan.
Namun dengan demikian lokasi Wisata Ala mini belum tergali dan terpelihara
secara optimal, mengingat dana yang amat terbatas, sehingga hanya
memanfaatkan lokasi yang seadanya. Padahal jika saja lokasi ini di kelola dengan
baik, niscaya akan menjadi lokasi wisata yang bakal menjanjikan, dan yang paling
cocok lokasi ini di peruntukan misalnya bagi wisata Camping Ground, Wisata Air,
Wisata Olahraga, maupun yang lainnya. Dalam kepemimpinan Kepala Desa
terpilih pada periode ini (periode 2011 -2016), pembangunan lokasi Wisata Situ

26
Saat menjadi skala prioritas program kegiatan kepemimpinannya. Di samping itu
pula masih banyak budaya-budaya yang ada di Desa Pangkal Jaya yang dulu
sempat ada dan sekarang menjadi tenggelam, dan hal ini perlu di kembalikan pada
beberapa tahun mendatang, sehingga anak cucu di desa Pangkal Jaya akan teringat
kembali akan semua peninggalan budaya nenek moyangnya, yang mana kondisi
akhir-akhir ini (anak generasi / kelahiran 70’an sampai dengan sekarang) sudah
banyak kehilangan dan sudah tidak mengenal lagi budaya karuhun.
Selain itu, agama yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat Desa Lulut
adalah agama Islam. Menurut Sjaf (2012), hal ini menyebabkan tokoh agama
menjadi salah satu pemimpin informal yang disegani dan dijadikan ujung tombak
dalam menyelesaikan masalah dan persoalan yang dihadapi oleh warga Desa
Lulut. Adanya mayoritas penduduk yang memeluk agama Islam ini
mempengaruhi ketersediaan sarana dan prasarana peribadatan seperti masjid atau
mushollah dan sanggar. Selain digunakan untuk ibadah sholat, masjid atau
mushollah di Desa Lulut banyak digunakan untuk pengajian ibu-ibu (majlis
ta’lim), pengajian warga (umum), dan pengajian TPA (Tempat Pendidikan Al-
Quran). Sementara itu, sanggar hanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang
dalam lingkup keluarga atau kerabat terdekat saja. Sarana tempat peribadatan
dapat dilihat pada tabel 22.
Tabel 18 Tabel tempat peribadatan
No Jenis Jumlah
1 Masjid 12
2 Mushola 9
3 Madrasah 6
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya
Pola Adaptasi Ekologis
Adanya Pertambangan Emas Tanpa Izin (Peti) yang menyebabkan
terbentuknya komunitas gurandil membawa perubahan pada kondisi ekologi desa
tersebut. Perubahan yang terjadi yaitu pengalihfungsian lahan pertanian menjadi
lahan tambang dan lahan non-pertanian lainnya. Berkurangnya lahan pertanian,
baik lahan sawah maupun lahan non-sawah (kebun), menyebabkan masyarakat
Desa Pangkal Jaya beralih mata pencaharian dari yang awalnya mayoritas
masyarakat bekerja pada sektor pertanian kini beralih pada sektor industri dan jasa,
sehingga kini hanya sebagian kecil saja yang masih bekerja di sektor pertanian.

27
DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN
Tingkat Kesempatan Kerja
Kehadiran industri menyebabkan berbagai perubahan-perubahan di bidang
sosial dan ekonomi masyarakat. Pada penelitian ini perubahan yang dimaksud
adalah kesempatan kerja sebagai buruh meningkat. Adanya industri di Desa
Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor secara nyata telah
membuka kesempatan kerja di bidang non pertanian, dalam hal ini khususnya
bekerja di industri sebagai buruh atau yang biasa disebut gurandil. Menurut
penuturan salah satu warga yang merupakan tokoh masyarakat,
“Dampak industri bagi masyarakat, karena dengan adanya pongkor
menjadikan masyarakat desa Pangkal Jaya menjadi masyarakat yang
awalnya produktif menjadi konsumtif, yang awalnya masyarakat itu
tradisional menjadi masyarakat modern. Wujud realnya adalah para
orang tua mulai menghiasi dirinya dengan perhiasan, emas-emas dan
barang-barang mahal yang biasanya dipakai untuk kegiatan, dari
kalangan bapak-bapak mulai membeli apa yang mereka inginkan, dari
kalangan remaja mulai bergaya layaknya pemuda metropolis. Akibatnya
persaingan hidup mulai timbul, seperti : perselingkuhan, pergaulan
bebas, dan meningkatnya angka kriminalitas, perubahan ini terjadi
secara langsung dikarenakan adanya pekerjaan menjadi gurandil
mempunyai peran yang sangat penting dalam mendesain perubahan
dalam masyarakat”
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa dalam komunitas
gurandil di Desa Pangkal Jaya terdapat tingkatan strata dalam penggolongan
anggota komunitas gurandil. Strata tersebut adalah gurandil yang memiliki lobang
memiliki strata tertinggi, gurandil yang memiliki gelondongan (pengolahan
lumpur menjadi emas) memiliki starta sedang dan gurandil jitrek (g track) yang
bertugas menjadi kuli menggali lobang dan kuli panggul hasil penggalian. Oleh
karena itu penjelasan deskriptif dalam penelitian ini akan disajikan berdasarkan
ketiga strata dalam gurandil di Desa Pangkal Jaya.
Menurut penuturan informan bahwa dampak industri pertambangan sangat
mempengaruhi perubahan mata pencaharian warga Desa Pangkal Jaya sehingga
masyarakat dapat meningkatkan perekonomian keluarganya. Responden
penelitian diteliti menggunakan sensus gurandil di lokasi Desa Pangkal Jaya
Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Sensus dalam penelitian ini
menghasilkan responden yang berjumlah 35 orang warga yang pernah bekerja
sebagai gurandil dengan jenis kelamin laki-laki. Terdapat sekitar 91.4%
masyarakat desa pangkal jaya pekerjaan utamanya adalah gurandil.

28
Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan di Desa
Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Jenis Pekerjaan Sebelum Industri Sesudah Industri Perubahan
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
G. Lobang
Swasta
Pedagang
Buruh
Petani
Wiraswasta
Tidak Bekerja
G. Gelondongan
Swasta
Pedagang
Buruh
Petani
Wiraswasta
Tidak Bekerja
G. Track
Swasta
Pedagang
Buruh
Petani
Wiraswasta
Tidak Bekerja
0
0
0
0
2
0
3
11
4
2
1
7
0
0
2
0
0
3
0,0
0,0
0,0
0,0
5,7
0,0
8,6
31,9
11,4
5,7
2,9
20,3
0,0
0,0
5,7
0,0
0,0
8,6
0
0
2
0
0
0
0
0
28
3
0
0
0
0
5
0
0
0
0,0
0,0
5,7
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
81,2
8,6
0,0
0,0
0,0
0,0
14,5
0,0
0,0
0,0
0
0
-2
0
-2
0
-3
-11
22
1
-1
-7
0
0
3
0
0
-3
0,0
0,0
-200
0,0
-200
0,0
-100
-110
433
50
-100
-700
0,0
0,0
300
0,0
0,0
-300
Total 35 100,0 35 100,0 35 73
Hasil penelitian menunjukkan frekuensi jenis pekerjaan responden
sebelum dan sesudah adanya industri pertambangan. Sebesar (8.6%) sebelum
adanya industri responden bekerja dibidang swasta, (28.6%) sebelum adanya
industri responden bekerja sebagai pedagang, (17.1%) sebelum adanya industri
responden bekerja sebagai buruh, (5.7%) sebelum adanya industri responden
bekerja sebagai petani, (8.6%) sebelum adanya industri responden bekerja sebagai
wiraswasta dan (31,4%) sebelum adanya industri responden tidak bekerja.
Sedangkan perubahan yang signifikan terjadi setelah adanya industri yaitu sebesar
(91,4%) responden bekerja sebagai buruh dan hanya (8.6%) responden bekerja
sebagai petani. Dapat dilihat bahwa responden sebelum adanya industri banyak
yang tidak memiliki pekerjaan tetapi setelah adanya industri pekerjaan mereka
beralih menjadi gurandil atau bekerja sebagai buruh.
Tingkat Migrasi
Arus migrasi masuk ke Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung
Kabupaten Bogor tidak terhindarkan lagi semenjak adanya industri pertambangan.
Para pendatang ini tersebar di tujuh kampung yang ada di Desa Pangkal Jaya.
Tentu sebagian besar pendatang bertujuan untuk bekerja sebagai gurandil. Tingkat
arus migrasi masuk para pendatang ini cukup tinggi sedangkan arus migrasi

29
keluarnya tidak ada karena kebanyakan pendatang menetap dan memperistri
masyarakat Desa Pangkal Jaya sehingga menjadi warga disana.
Tabel 20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan migrasi masuk di Desa
Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Migrasi Masuk Suami Istri
Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase (%)
G. Lobang
Ada
Tidak Ada
G. Gelondongan
Ada
Tidak Ada
G. Track
Ada
Tidak Ada
1
1
12
16
2
3
2,9
2,9
34,8
46,4
5,8
8,7
1
0
7
18
0
4
2,9
0,0
20,3
52,2
0,0
11,6
Total 35 100,0 30 100,0
Hasil penelitian menunjukkan adanya frekuensi migrasi masuk responden
baik suami maupun istri setelah adanya industri pertambangan. Sebesar (42.9%)
suami adalah pendatang dan sebesar (57.1%) suami adalah masyarakat asli Desa
Pangkal Jaya. Sedangkan sebesar (26.7%) istri adalah pendatang dan sebesar
(73.3%) istri adalah masyarakat asli Desa Pangkal Jaya.
Pada bagian jumlah migrasi masuk pada istri jumlah migrasi sebanyak 30
dikarenakan 5 dari responden penelitian ini yaitu yang berperan sebagai suami
tidak memiliki istri. Sehingga dari 35 responden hanya 30 responden yang
memiliki istri. Menurut pemaparan responden bahwa kebanyakan mereka datang
ke Desa Pangkal Jaya pada tahun 1990an dan 2000an lalu menikahi warga
setempat dan menjadi masyarakat legal Desa Pangkal Jaya. Dapat dilihat bahwa
berdasarkan hasil terdapat arus migrasi yang cukup tinggi tetapi tidak adanya arus
migrasi keluar karena kebanyakan mereka berkeluarga dan mejadi penduduk
setempat Desa Pangkal Jaya.

30

31
RESPONS MASYARAKAT
Tingkat Jual Beli Lahan
Kebutuhan akan lahan terutama untuk keperluan perumahan dan untuk
memenuhi sarana dan prasarana lainnya termasuk lokasi produksi pertanian dan
gelondongan untuk pengolahan emas. Sebagai konsekuensi masuknya industri
berdampak pada perubahan pemilikan lahan. Terjadilah jual-beli lahan baik tanah
pekarangan, maupun tanah sawah yang dijual oleh penduduk asli kepada
pendatang baru maupun kepada tetangganya sendiri. Pembelian lahan di Desa
Pangkal Jaya dari 35 responden penelitian sebanyak (60%) membeli lahan dan
sebanyak (40%) tidak membeli lahan.
Tabel 21 Jumlah dan persentase beli lahan di Desa Pangkal Jaya Kecamatan
Nanggung Kabupaten Bogor
Pembelian Lahan Jumlah Persentase (%)
G. Lobang
Ada Pembelian
Tidak Ada Pembelian
G. Gelondongan
Ada Pembelian
Tidak Ada Pembelian
G. Track
Ada Pembelian
Tidak Ada Pembelian
2
0
19
9
0
5
5,7
0,0
55,1
26,1
0,0
14,5
Total 35 100,0
Dari hasil penelitian, perolehan lahan milik responden di Desa Pangkal
Jaya didapat dari warisan dan membeli dari pendatang atau tetangga. Perolehan
lahan yang diperolah dari warisan adalah sebesar (52,4%) dan lahan yang
diperoleh dari membeli sebesar (47,6%). Dapat dilihat bahwa dari 35 responden
yang memiliki lahan adalah sebanyak 21 orang. Oleh karena itu pada tabel
perolehan lahan milik responden hanya bertotal 21 orang. Dan dari 21 orang
tersebut responden cenderung lebih banyak diperoleh dari warisan daripada
membeli.
Tabel 22 Jumlah dan persentase perolehan lahan milik responden di Desa Pangkal
Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Perolehan Lahan Jumlah Persentase (%)
G. Lobang
Warisan
Beli
G. Gelondongan
Warisan
Beli
G. Track
Warisan
Beli
0
2
11
8
0
0
0,0
5,8
31,9
23,2
0,0
0,0
Total 21 100,0

32
Dari hasil penelitian, penjual lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya
didapat dari pendatang atau tetangga. Penjual lahan yang dibeli dari tetangga
adalah sebesar (70%) dan lahan yang dibeli dari pendatang sebesar (47,6%).
Dapat dilihat bahwa dari 21 responden yang memiliki lahan hanya terdapat
sebanyak 10 orang yang mendapatkan lahan ddengan cara membeli. Oleh karena
itu pada tabel perolehan lahan milik responden hanya bertotal 10 orang. Dan dari
10 orang tersebut pembelian lahan responden cenderung lebih banyak diperoleh
dari tetangga daripada pendatang.
Tabel 23 Jumlah dan persentase penjual lahan milik responden di Desa Pangkal
Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Penjual Lahan Jumlah Persentase (%)
G. Lobang
Tetangga
Pendatang
G. Gelondongan
Tetangga
Pendatang
G. Track
Tetangga
Pendatang
0
0
7
3
0
0
0,0
0,0
70,0
30,0
0,0
0,0
Total 10 100,0
Dari hasil penelitian, kegunaan lahan milik responden di Desa Pangkal
Jaya digunakan sebagai pertokoan, kebun dan sawah. Lahan yang digunakan
sebagai pertokoan adalah sebesar (2,9%), lahan yang digunakan sebagai kebun
adalah sebesar (28,6%) dan lahan yang digunakan sebagai sawah sebesar (28,6%).
Dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang memiliki lahan adalah sebanyak 21
orang. Oleh karena itu pada tabel kegunaan lahan milik responden hanya bertotal
21 orang. Dan dari 21 orang tersebut responden kegunaan lahan cenderung lebih
banyak digunakan sebagai kebun dan sawah.
Tabel 24 Jumlah dan persentase kegunaan lahan milik responden di Desa Pangkal
Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Kegunaan Lahan Jumlah Persentase (%)
G. Lobang
Pertokoan
Kebun
Sawah
G. Gelondongan
Pertokoan
Kebun
Sawah
G. Track
Pertokoan
Kebun
Sawah
1
1
0
1
10
11
0
0
1
2,9
2,9
29
2,9
29
31,9
0,0
0,0
2,9
Total 35 100,0

33
Dari hasil penelitian, status penguasaan bangunan tempat tinggal yang
ditempati responden di Desa Pangkal Jaya ada beberapa macam yaitu milik
sendiri, bebas sewa, milik orangtua dan lainnya. Status penguasaan bangunan
tempat tinggal yang merupakan milik sendiri adalah sebesar (80%), status
penguasaan bangunan tempat tinggal yang merupakan bebas sewa adalah sebesar
(1,4%), status penguasaan bangunan tempat tinggal yang merupakan milik
orangtua adalah sebesar (17,2%) dan lahan yang diperoleh dari membeli sebesar
(1,4%).
Gambar 2 Status Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal yang Ditempati
Dari hasil penelitian, luas tanah bangunan responden di Desa Pangkal Jaya
dibedakan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Luas tanah bangunan yang
ditinggali responden dengan luas rendah yaitu pada ukuran 35 m2
sebesar
(28,57%), luas tanah bangunan yang ditinggali responden dengan luas sedang
yaitu pada ukuran 35 m2
sampai 60 m2 sebesar (51,42%) dan luas tanah bangunan
yang ditinggali responden dengan luas sedang yaitu pada ukuran 60 m2 sebesar
(20%). Dapat dilihat bahwa luas tanah bangunan yang ditinggali oleh responden
cenderung lebih banyak pada ukuran sedang yaitu dengan luas 35 m2
sampai 60
m2 dibandingkan dengan ukuran luas tanah rendah dan tinggi.

34
Tabel 25 Jumlah dan persentase luas tanah bangunan yang ditinggali di Desa
Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Luas Tanah Jumlah Persentase (%)
Rendah : luas tanah ≤ 35 m2
Sedang : 35 m2 < luas tanah < Rp 60
m2
Tinggi : luas tanah ≥ Rp 60 m2
10
18
7
28,57
51,42
20,00
Total 35 100,00
Aktivitas jual-beli lahan pada kelompok responden semenjak adanya
industri terjadi sudah cukup lama karena banyak pendatang yang datang ke Desa
Pangkal Jaya sehingga membeli lahan dari warga setempat. Adapun pembeli lahan
tersebut biasanya digunakan sebagai kebun dan sawah karena kebanyakan
pekerjaan warga setempat adalah sebagai petani dan masih menggeluti sistem
pertanian. Peneliti mendatangi rumah tokoh masyarakat dan bertanya tentang
bagaimana perubahan sosial ini terjadi pada masyarakat yang dulunya masyarakat
agraris sekarang menjadi masyarakat modern, beliau pun menuturkan kepada saya, “perubahan disini awalnya karena adanya pongkor sama Antam, ada pembebasan lahan dari perusahaan antam. Ini sudah dua kali melakukan
pembebasan lahan atau tanah di desa ini, ya bayarannya tergantung tanah yang di jual sih neng. Sebagian besar orang-orang sini menggunakan uang
itu buat foya-foya, namun sebagian ada yang buat beli tanah baru sama
tetangga. Tapi begitu uangnya habis yang udah gak punya apa-apa ya akhirnya jadi gurandil ke pongkor”
Menurut penuturan informan pembebasan lahan atau adanya jual-beli
lahan juga merupakan satu hal yang berpengaruh dalam perubahan kehidupan dan
mata pencaharian masyarakat Desa Pangkal Jaya. Aktivitas jual-beli lahan
mengindikasikan respons masyarakat terhadap industri yang berkembang dalam
bentuk jual-beli lahan masih cenderung rendah. Hal ini karena kepemilikan lahan
dan keuangan oleh responden yang minim sehingga kegiatan jual-beli lahan sulit
untuk dilakukan. Hal ini karena pertambahan penduduk yang tinggi karena adanya
industri menyebabkan kebutuhan akan perumahan juga meningkat.
Tingkat Pendidikan
Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2003) tingkat
pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur
sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari
pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Tingkat
pendidikan dibedakan menjadi SD-tidak tamat, SD-tamat, SMP-tidak tamat,
SMP-tamat, SMA-tidak tamat, SMA-tamat, kuliah dan pendidikan non formal.
Pendidikan di Desa Pangkal Jaya jika melihat jumlah sekolahnya hanya ada
Sekolah Dasar (SD) sebanyak tiga buah, yang terdiri dari satu SD negeri dan dua
SD swasta. Untuk Sekolah PAUD ada tujuh sekolah, sedangkan untuk sekolah
Sekolah Menengah Pemula (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Desa
Benda belum tersedia. Dengan keterbatasan sekolah tersebut apalagi di tingkat
SMP dan SMA menyebabkan banyak siswa sekolah yang bersekolah ke luar Desa
Pangkal Jaya.

35
Tingkat pendidikan dari 35 responden hingga tingkat tidak tamat SD
adalah sebesar (67,6%), tingkat pendidikan responden hingga tingkat tamat SD
adalah sebesar (17,6%), tingkat pendidikan responden hingga tingkat tamat SMP
adalah sebesar (5,9%) dan tingkat pendidikan responden hingga tingkat tamat
SMA adalah sebesar (8,8%). Dapat dilihat bahwa kebanyakan responden
cenderung memiliki tingkat pendidikan rendah karena 67% dari sampel penelitian
memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tidak tamat SD.
Gambar 3 Pendidikan Terakhir Responden
Tingkat pendidikan keluarga responden juga dilihat pada penelitian ini
sehingga dapat dilihat apakah tingkat pendidikan juga meningkat pada istri
responden. Dari 35 responden hanya 21 responden yang sudah berkeluarga dan
mempunyai istri sehingga total jumlah tingkat pendidikan istri hanya 21 orang.
Tingkat pendidikan istri responden hingga tingkat tidak tamat SD adalah sebesar
(57,1%), tingkat istri pendidikan responden hingga tingkat tamat SD adalah
sebesar (14,3%), tingkat pendidikan istri responden hingga tingkat tamat SMP
adalah sebesar (14.3%), tingkat pendidikan istri responden hingga tingkat tamat
SMA adalah sebesar (4,8%), tingkat pendidikan istri responden hingga tingkat
kuliah adalah sebesar (4,8%) dan tingkat pendidikan istri responden yang
mengikuti pendidikan non formal adalah sebesar (4,8%). Dapat dilihat bahwa
kebanyakan istri responden cenderung memiliki tingkat pendidikan rendah karena
57% dari sampel penelitian memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tidak tamat
SD. Tingkat pendidikan keluarga responden juga dilihat pada penelitian ini
sehingga dapat dilihat apakah tingkat pendidikan juga meningkat pada anak
responden. Dari 35 responden terdapat 21 responden yang sudah berkeluarga dan
mempunyai anak sehingga total jumlah tingkat pendidikan anak sebanyak 42
orang. Tingkat pendidikan anak responden hingga tingkat tidak tamat SD adalah

36
sebesar (4,8%), tingkat pendidikan anak responden hingga tingkat tamat SD
adalah sebesar (14,3%), tingkat pendidikan anak responden hingga tingkat tamat
SMP adalah sebesar (71.4%) dan tingkat pendidikan anak responden hingga
tingkat tamat SMA adalah sebesar (9,5%).
Tabel 26 Jumlah dan persentase sebaran tingkat pendidikan istri dan anak di Desa
Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Pendidikan Terakhir
Istri Anak
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah Persentase
(%)
SD-tidak tamat
SD-tamat
SMP-tidak tamat
SMP-tamat
SMA-tidak tamat
SMA-tamat
Kuliah
Pendidikan Non
Formal
12
3
0
3
0
1
1
1
57,1
14,3
0,0
14,3
0,0
4,8
4,8
4,8
2
6
0
30
0
4
0
0
4,8
14,3
0,0
71,4
0,0
9,5
0,0
0,0
Total 21 100,0 42 100,0
Dapat dilihat bahwa kebanyakan anak responden cenderung memiliki
tingkat pendidikan cenderung tinggi dibandingkan orangtuanya karena sebesar
71% dari sampel penelitian memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tamat SMP.
Hal ini membuktikan bahwa semenjak suami atau kepala keluarga bekerja sebagai
gurandil karena adanya industri pertambangan maka tingkat pendidikan keluarga
seperti anak semakin tinggi walaupun dengan terbatasnya akses.
Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan masyarakat diukur dengan melihat pendapatan
responden penelitian dalam satu bulan terakhir dari pekerjaan utama maupun
pekerjaan tambahan responden. Dari hasil data yang diperoleh dari lapangan
didapati bahwa pendapatan rata-rata responden sebelum adanya industri adalah
sebesar Rp. 671,428,- per bulan. Sedangkan, setelah masuknya industri
pendapatan rata-ratanya mencapai Rp3.272.571,- per bulan.
Tabel 27 Jumlah dan persentase pendapatan di Desa Pangkal Jaya Kecamatan
Nanggung Kabupaten Bogor
Pendapatan Jumlah Persentase (%)
Rendah : pendapatan ≤ Rp
1.932.174,6,-
Sedang : Rp 1.932.174,6,- <
pendapatan < Rp 4.612.968,3,-
Tinggi : pendapatan ≥ Rp
4.612.968,3,-
10
16
9
28,57
45,71
25,71
Total 35 100,00
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat pendapatan responden
Desa Pangkal Jaya mningkat secara fluktuatif semenjak adanya industri

37
pertambangan liar dengan bekerja sebagai gurandil dibandingkan sebelum adanya
industri yang bekerja sebagai pedagang maupun petani. Jika tingkat pendapatan
digolongkan berdasarkan setengah dari standar deviasi maka tingkat pendapatan
rendah adalah kurang dari atau sama dengan Rp 1.932.174,6,- yaitu sebanyak
(28,57%), tingkat pendapatan sedang adalah lebih dari Rp 1.932.174,6,- dan
kurang dari Rp 4.612.968,3,- yaitu sebanyak (45,71%) dan tingkat pendapatan
sedang adalah lebih dari atau sama dengan Rp 4.612.968,3,- yaitu sebanyak
(25,71%). Dapat dilihat bahwa kebanyakan pendapatan responden di Desa
Pangkal Jaya cenderung sedang karena sebanyak 45% dari responden memiliki
pendapatan sedang. Hal ini dikarenakan ada yang memiliki pekerjaan ganda
seperti menjadi gurandil dan petani. Selain itu frekuensi gurandil yang kegunung
pun berbeda-beda, ada yang sering dan ada yang jarang. Oleh karena itu
pendapatan mereka pun berbeda jauh karena tingkat frekuensi menambang yang
berbeda-beda.
Tingkat Pengeluaran
Tingkat pengeluaran masyarakat diukur dengan melihat pengeluaran
responden penelitian dalam satu tahun terakhir terakhir. Lalu dilihat berdasarkan
pengeluaran mingguan, bulanan dan tahunannya. Dari hasil data yang diperoleh
dari lapangan didapati bahwa pengeluaran rata-rata responden setahun terakhir
mencapai Rp. 3.969.828,- per bulan.
Tabel 28 Jumlah dan persentase pengeluaran di Desa Pangkal Jaya Kecamatan
Nanggung Kabupaten Bogor
Pendapatan Jumlah Persentase (%)
Rendah : pengeluaran ≤ Rp
1.324.317,8,-
Sedang : Rp 1.324.317 <
pengeluaran < Rp 6.615.339,3,-
Tinggi : pengeluaran ≥ Rp
6.615.339,3,-
2
29
4
5,71
82,86
11,43
Total 35 100,00
Pengeluaran pangan rata-rata keluarga (Lampiran 6) adalah konsumsi
pangan keluarga dalam sebulan terakhir ataupun setahun terakhir. Keluarga yang
perolehan pendapatanya rendah maka mengalokasikan pendapatannya untuk
kebutuhan pokok. Sementara untuk perolehan pendapatan yang cukup baik dapat
memerikan peluang lebih besar pangan yang baik dari segi kualitas dan kuantitas.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat pengeluaran responden
Desa Pangkal Jaya cukup tinggi. Jika tingkat pengeluaran digolongkan
berdasarkan setengah dari standar deviasi maka tingkat pengeluaran rendah adalah
kurang dari atau sama dengan Rp 1.324.317,8,- yaitu sebanyak (5,71%), tingkat
pengeluaran sedang adalah lebih dari Rp 1.324.317,8,- dan kurang dari Rp
6.615.339,3,- yaitu sebanyak (82,86%) dan tingkat pengeluaran sedang adalah
lebih dari atau sama dengan Rp 6.615.339,3,- yaitu sebanyak (11,43%). Dapat
dilihat bahwa kebanyakan pengeluaran responden di Desa Pangkal Jaya
cenderung sedang karena sebanyak 82% dari responden memiliki pengeluaran
sedang.

38

39
GAYA HIDUP
Gaya hidup merupakan ciri sebuah negara modern, atau yang biasa disebut
dengan modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat
modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggabarkan
tindakan sendiri atau orang lain. Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang
membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam interaksi sehari
hari kita bisa menerapkan suatu gagasan tentang gaya hidup tanpa perlu
menjelaskan apa yang dimaksud. Oleh sebab itu gaya hidup merupakan bagian
dari kehidupan sosial sehari hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam
interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang
tidak hidup dalam masyarakat modern. Gaya hidup kalau di definisikan lebih luas
adalah sebagai cara hidup yang di identifikasi oleh bagaimana orang
menghabiskan waktu mereka (aktifitas), apa yang mereka anggap penting dalam
lingkungannya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereke
sendiri dan juga dunia disekitarnya (pendapat).
Tingkat Aktivitas
Tingkat aktivitas adalah berbagai jenis kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk memanfaatkan waktunya. Aktivitas yang terdapat di Desa Pangkal Jaya
adalah kegiatan sosial, liburan dan olahraga. Jika dilihat berdasarkan kelompok
umur, umur responden Desa Pangkal Jaya merupakan pasangan usia produktif dan
beberapa pasangan sedang mencapai puncak karirnya. Dengan demikian, upaya
untuk menambah pendapatan keluarga masih memungkinkan guna mencapai
tingkat kesejahteraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden
terbanyak adalah pada usia 21-25 tahun yaitu sebesar (28,57%). Dapat dilihat
bahwa rata-rata usia responden berada pada usia produktif.
Tabel 29 Jumlah dan persentase umur responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan
Nanggung Kabupaten Bogor
Umur Jumlah Persentase (%)
Umur > 50 th
46-50 th
41-45 th
36-40 th
31-35 th
26-30 th
21-25 th
16-20 th
1
1
6
8
3
5
10
1
2,90
2,90
15,20
22,80
8,60
14,30
28,57
2,90
Total 35 100,00
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kegiatan sosial yang terdapat di
Desa Pangkal Jaya yang diikuti oleh gurandil adalah kerja bakti dan pengajian.
Sebanyak (37,1%) kegiatan sosial kerja bakti diikuti oleh responden dan sebanyak
(62,9%) responden mengikuti kegiatan sosial pengajian. Dari hasil turun lapangan
juga kebanyakan yang mengikuti kegiatan sosial kerjabakti adalah gurandil yang

40
berusia muda dibawah 30 tahun sedangkan gurandil yang berusia sudah tua yaitu
diatas 30 tahun kebanyakan mengikuti kegiatan sosial pengajian.
Tabel 30 Jumlah dan persentase kegiatan sosial yang dilakukan responden di Desa
Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Kegiatan Sosial Jumlah Persentase (%)
G. Lobang
Kerja Bakti
Pengajian
G. Gelondongan
Kerja Bakti
Pengajian
G. Track
Kerja Bakti
Pengajian
0
2
13
15
0
5
0,0
5,8
37,1
43,5
0,0
14,5
Total 35 100,0
Kegiatan sosial yang ada di Desa Pangkal Jaya yang diikuti oleh gurandil
adalah kerja bakti dan pengajian. Tingkat frekuensi kegiatan sosial yang diikuti
oleh masyarakat gurandil dibedakan menjadi rendah ketika mengikuti kegiatan
sosial kurang dari 48 kali dalam setahun, sedang ketika mengikuti kegiatan sosial
sama dari 48 kali dalam setahun dan tinggi ketika mengikuti kegiatan sosial lebih
dari 48 kali dalam setahun. Menurut hasil penelitian frekuensi mengikuti kegiatan
sosial dengan taraf rendah adalah sebanyak (22,9%), frekuensi mengikuti kegiatan
sosial dengan taraf sedang adalah sebesar (25,7%), dan frekuensi mengikuti
kegiatan sosial dengan taraf tinggi adalah sebanyak (51,4%). Dari hasil turun
lapangan juga kebanyakan yang mengikuti kegiatan sosial dengan frekuensi tinggi
adalah gurandil yang berusia sudah tua yaitu diatas 30 tahun sedangkan pemuda
atau gurandil yang berusia muda dibawah 30 tahun disana jarang mengikuti
kegiatan sosial secara berkala.
Tabel 31 Jumlah dan persentase frekuensi kegiatan sosial responden Desa Pangkal
Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Frekuensi Kegiatan Sosial Jumlah Persentase (%)
G. Lobang
Lebih dari 48 kali
Sama dengan 48 kali
Kurang dari 48 kali
G. Gelondongan
Lebih dari 48 kali
Sama dengan 48 kali
Kurang dari 48 kali
G. Track
Lebih dari 48 kali
Sama dengan 48 kali
Kurang dari 48 kali
2
0
0
12
8
8
4
1
0
5,8
0,0
0,0
34,8
22,9
22,9
11,6
2,9
0,0
Total 35 100,0

41
Masyarakat gurandil di Desa Pangkal Jaya sering melakukan liburan untuk
melepas penat dan berkumpul bersama keluarga. Dari 35 responden, masyarakat
gurandil yang melakukan liburan dengan cara mengunjungi tempat rekreasi adalah
sebanyak (82,9%), masyarakat gurandil yang melakukan liburan dengan cara
menontn bioskop adalah sebanyak (14.3%) dan hanya sebesar (2,9%) responden
yang tidak melakukan liburan dalam setahun terakhir ini. Kebanyakan masyarakat
yang melakukan kegiatan liburan menonton bioskop adalah gurandil yang masih
muda sedangkan ke tempat rekreasi baik gurandil yang sudah tua maupun muda
masih melakukannya.
Tabel 32 Jumlah dan persentase liburan yang dilakukan responden di Desa
Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Jenis Liburan Jumlah Persentase (%)
G. Lobang
Tempat Rekreasi
Menonton Bioskop
Tidak Liburan
G. Gelondongan
Tempat Rekreasi
Menonton Bioskop
Tidak Liburan
G. Track
Tempat Rekreasi
Menonton Bioskop
Tidak Liburan
2
0
0
23
5
0
4
0
1
5,8
0,0
0,0
66,7
14,3
0,0
11,6
0,0
2,9
Total 35 100,0
Media hiburan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Pangkal Jaya
kebanyakan adalah televisi. Hampir semua rumah tangga atau individu pasti
memiliki televisi di era modernisasi ini. Dari 35 responden penelitian
menyebutkan bahwa sebesar (97,1%) responden memiliki televisi, hanya sekitar
(2,9%) responden yang tidak memiliki televisi. Ketika ditanya alasannya beliau
memang sudah tua dan tidak menyukai adanya televisi sejak zaman dahulu.
Tabel 33 Jumlah dan persentase media hiburan televisi yang dimiliki responden di
Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Media Hiburan Televisi Jumlah Persentase (%)
G. Lobang
Ada
Tidak Ada
G. Gelondongan
Ada
Tidak Ada
G. Track
Ada
Tidak Ada
2
0
28
0
4
1
5,8
0,0
81,2
0,0
11,6
2,9
Total 35 100,0

42
Masyarakat gurandil Desa Pangkal Jaya juga menyukai olahraga
sepakbola. Bahkan setiap tahunnya pasti diadakan kompetisi sepakbola oleh para
pemuda-pemudi untuk merayakan ulang tahun kemerdekaan indonesia atau hanya
sekedar untuk mengakrabkan diri antar warga. Dapat dilihat bahwa sebesar
(62,9%) responden masih mengikuti olahraga sepakbola dalam setahun terakhir
ini, sedangkan sebesar (37,1%) responden tidak mengikuti kegiatan olahraga
sepakbola dalam setahun terakhir ini dikarenakan sudah tidak minat dan sudah tua
sehingga membatasi ruang bergerak.
Tabel 34 Jumlah dan persentase olahraga sepakbola yang dilakukan responden di
Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Olahraga Sepakbola Jumlah Persentase (%)
G. Lobang
Mengikuti
Tidak Mengikuti
G. Gelondongan
Mengikuti
Tidak Mengikuti
G. Track
Mengikuti
Tidak Mengikuti
2
0
17
11
3
2
5,8
0,0
49,3
31,9
8,7
5,8
Total 35 100,0
Media komunikasi sangat berkembang pesat di era-modernisasi ini.
Apalagi semenjak adanya industri pertambangan liar yang meningkatkan
pendapatan sehingga masyarakat dapat membeli barang-barang elektronik dan
barang tersier lainnya. Hampir sebgaian besar masyarakat sudah memiliki
handphone, karena handphone bukan lagi barang tersier tetapi barang sekunder
bahkan primer. Dapat dilihat bahwa sebessar (85,7%) responden memiliki
handphone dan hanya sebesar (14,3%) responden tidak memiliki handphone.
Tabel 35 Jumlah dan persentase media komunikasi handphone yang dimiliki
responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten
Bogor
Media Komunikasi Handphone Jumlah Persentase (%)
G. Lobang
Ada
Tidak Ada
G. Gelondongan
Ada
Tidak Ada
G. Track
Ada
Tidak Ada
2
0
27
1
1
4
5,8
0,0
78,3
2,9
2,9
11,6
Total 35 100,0

43
Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap indikator memiliki nilai
persentase yang tinggi perindikatornya. Jenis lantai terluas memiliki perolehan
tertinggi pada keramik yaitu sebesar 94%, mayoritas keluarga gurandil di Desa
Pangkal Jaya memilih keramik sebagai jenis lantai untuk kenyamanan rumah.
Perolehan jenis lantai kedua yang sering digunakan yaitu lainnya bambu (6%).
Persentase demikian memberikan prestise bahwa keramik memiliki keunggulan
yang banyak digunakan oleh masyarakat gurandil Desa Pangkal Jaya dalam
menggunakan jenis lantai. Penggunakan keramik memiliki nilai kenyamanan yang
tinggi serta estetika yang cukup bagus.
Tabel 36 Jumlah dan persentase jenis lantai bangunan tempat tinggal responden di
Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Jenis Lantai Jumlah Persentase (%)
G. Lobang
Keramik
Bambu
G. Gelondongan
Keramik
Bambu
G. Track
Keramik
Bambu
2
0
28
0
3
2
5,8
0,0
81,2
0,0
8,7
5,8
Total 35 100,0
Jenis dinding terluas yaitu tembok kayu yaitu sebesar 94% masyarakat
gurandil yang memiliki jenis dinding bangunan tembok kayu. Tembok kayu dan
tembok beton dipilih untuk membentuk dinding rumah karena mudah dan tidak
perlu banyak memakan waktu banyak dalam membuat dinding tersebut.
Kemudian ada sebesar 3% masyarakat gurandil di Desa Pangkal Jaya memilih
jenis dinding bambu dan sebesar 3% untuk tembok beton. Pemilihan jenis dinding
disesuaikan dengan kondisi rumah.
Tabel 37 Jumlah dan persentase jenis dinding bangunan tempat tinggal responden
di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Jenis Dinding Jumlah Persentase (%)
G. Lobang
Bambu
Tembok Kayu
Tembok Beton
G. Gelondongan
Bambu
Tembok Kayu
Tembok Beton
G. Track
Bambu
Tembok Kayu
Tembok Beton
0
1
1
0
28
0
1
4
0
0,0
2,9
2,9
0,0
81,2
0,0
2,9
11,6
0,0
Total 35 100,0

44
Gaya hidup merupakan ciri sebuah negara modern, atau yang biasa disebut
dengan modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat
modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan
tindakan sendiri atau orang lain. Oleh sebab itu gaya hidup merupakan bagian dari
kehidupan sosial sehari hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam
interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang
tidak hidup dalam masyarakat modern. Dari berbagai pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan
dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan
bagaimana mengalokasikan waktu.
Perubahan sosial, baik pada fungsi maupun struktur sosial yang di dukung
oleh nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan adalah terjadi sebagai akibat dari
kegiatan-kegiatan tersebut di atas. Nilai dan norma-norma kebudayaan itu tidak
mudah diubah begitu saja, karena diintroyeksikan dalam jiwa dan keyakinan para
anggota masyarakat seperti halnya terjadi dalam proses sosialisasi. Dalam rangka
menguraikan dan membahas suatu gejala kehidupan manusia yang disebut
perubahan sosial, akan dapat bermanfaat bila berasumsi bahwa perubahan adalah
normal, wajar, pada dasarnya tidak mengandung trauma, terdapat pula perubahan
yang beraneka ragam, dan terbuka bagi setiap masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Desa Pangkal yaitu
perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat modern dan bergaya hidup
konsumtif. Hal tersebut sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam
tata perekonomian masyarakat yang mengalami perubahan yang sangat pesat yang
diakibatkan oleh perubahan mata pencaharian dari petani atau berdagang menjadi
gurandil atau penambang liar. Peneliti mendatangi rumah tokoh masyarakat dan
bertanya tentang bagaimana perubahan gaya hidup yang sekarang menjadi
masyarakat modern, beliau pun menuturkan kepada saya,
“memang benar dulu Masyarakat Desa Pangkal Jaya adalah masyarakat
agraris yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Mayoritas
warga menggantungkan hidupnya pada sawah, karena sawah merupakan
lahan perekonomian warga yang sangat penting. Desa Pangkal Jaya ini juga
semula adalah desa yang jauh dari peradaban, dengan latar belakang
pendidikan serta sumber daya manusia yang sangat rendah serta tidak
adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan formal bahwa
kehidupan masyarakat desa Pangkal Jaya sangat dipengaruhi oleh adanya
pertambangan pongkor dan menjadi gurandil. Hal ini yang menimbulkan
perubahan sosial yang sangat cepat di dalam masyarakat, bapak-bapak yang
biasanya bercocok tanam diswah jadi kerja nambang kepongkor nu gurandil”
Dalam pengukuran gaya hidup diperlukan adanya persepsi mengenai
aktivitas. Dapat dilihat bahwa persepsi aktivitas mengenai aktivitas yang modern
semenjak bekerja menjadi penambang liar atau gurandil kebanyakan responden
cenderung menjawab setuju dan sangat setuju dibandingkan sangat tidak setuju
dan tidak setuju. Tabel ini menunjukkan bahwa aktivitas gurandil sangat disukai
oleh responden dan mendapatkan skor tingkat aktivitas yang tinggi yaitu
menunjukkan bahwa persepsi gaya hidup masyarakat yang tinggi.

45
Tabel 38 Persentase persepsi aktivitas di Desa Pangkal Jaya Kecamatan
Nanggung Kabupaten Bogor
Persepsi Aktivitas
G. Lobang G. Gelondongan G. Track
Setuju Tidak
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
1 Pekerjaan yang beralih
menjadi gurandil
2 Menyukai pekerjaan
sebagai gurandil
3 Dapat melakukan kegiatan
sosial ketika bekerja sebagai
gurandil
4 Dapat berlibur ketika
bekerja sebagai gurandil
5 Mengikuti suatu organisasi
6 Senang mengikuti kegiatan
kelompok
7 Kegiatan yang dilakukan
anggota kelompok dalam
komunitas
8 Dapat berbelanja makanan
ketika bekerja sebagai
gurandil
9 Dapat berbelanja pakaian
ketika bekerja sebagai
gurandil
10 Dapat berbelanja motor
dan handphone ketika
bekerja sebagai gurandil
11 Dapat berolahraga ketika
bekerja sebagai gurandil
5,8
5,8
5,8
5,8
5,8
5,8
5,8
5,8
5,8
5,8
5,8
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
81,2
75,4
75,4
72,5
66,7
75,4
75,4
75,4
75,4
75,4
72,5
0,0
5,8
2,9
5,8
14,5
5,8
5,8
2,9
5,8
5,8
8,7
14,5
14,5
11,6
11,6
14,5
14,5
14,5
11,6
14,5
14,5
14,5
0,0
0,0
2,9
2,9
0,0
0,0
0,0
2,9
0,0
0,0
0,0
Tingkat Minat
Pengukuran gaya hidup diperlukan adanya persepsi mengenai minat.
Minat adalah berbagai prioritas yang dianggap seseorang penting disekitarnya.
Dapat dilihat bahwa persepsi minat mengenai minat yang modern semenjak
bekerja menjadi penambang liar atau gurandil kebanyakan responden cenderung
menjawab setuju dan sangat setuju dibandingkan sangat tidak setuju dan tidak
setuju. Walaupun ada beberapa orang yang menjawab cenderung tidak setuju
mengenai beberapa pernyataan mengenai minat. Tabel ini menunjukkan bahwa
minat gurandil sangat disukai oleh responden dan mendapatkan skor tingkat minat
yang tinggi yaitu menunjukkan bahwa persepsi minat gaya hidup masyarakat
gurandil juga tinggi.

46
Tabel 39 Persentase persepsi minat di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung
Kabupaten Bogor
Persepsi Minat
G. Lobang G. Gelondongan G. Track
Setuju Tidak
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
1 Memikirkan kesehatan
keluarga dahulu ketika
bekerja sebagai gurandil
2 Memikirkan pendidikan
keluarga dahulu ketika
bekerja sebagai gurandil
3 Lebih tertarik pekerjaan
sebagai gurandil
dibandingkan sektor
pertanian
4 Merupakan seseorang yang
mencintai pekerjaan
5 Merupakan seseorang yang
ulet
6 Merupakan seseorang yang
bertanggung jawab
7 Ikut serta dalam komunitas
8 Ketertarikan dalam
rekreasi
9 Ketertarikan dalam fashion
10 Lebih tertarik pada
barang tersier dibandingkan
primer
11 Tertarik membeli barang
karena iklan
12 Tertarik membeli barang
karena ingin meningkatkan
kekayaan
5,8
5,8
5,8
5,8
5,8
5,8
5,8
5,8
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
5,8
5,8
5,8
5,8
81,2
81,2
75,4
81,2
81,2
81,2
81,2
81,2
69,6
26,1
31,9
34,8
0,0
5,8
5,8
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
26,1
60,9
52,2
49,3
14,5
14,5
11,6
14,5
14,5
14,5
14,5
14,5
0,0
0,0
0,0
2,9
0,0
0,0
2,9
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
14,5
14,5
14,5
11,6
Dari tabel dapat dilihat bahwa kebanyakan responden menjawab setuju
dan sangat setuju tetapi ada pada bagian persepsi minat responden yang lebih
tidak setuju dan sangat tidak setuju pada bagian persepsi minat responden lebih
menyukai pekerjaan sebagai gurandil atau pertanian. Terdapat tiga responden
yang tidak setuju dikarenakan responden masih muda dan mengenyam pendidikan
cukup tinggi dan sadar bahwa pekerjaan sebagai gurandil adalah ilegal dan tidak
menjamin keselamatan sehingga responden tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Begitu pula dengan pernyataan dimana responden lebih tertarik membeli
barang tersier dibandingkan makanan. Kebanyakan yang setuju adalah responden
yang masih muda sedangkan responden yang sudah tua tidak setuju karena
mereka tidak memikirkan barang-barang elektronik dan tidak membutuhkan
barang untuk pergaulan seperti layaknya anak muda.

47
Tingkat Opini
Pengukuran gaya hidup diperlukan adanya persepsi mengenai opini. Opini
adalah Pandangan-pandangan seseorang, baik terhadap diri sendiri maupun
lingkungan sekitar. Dapat dilihat bahwa persepsi opini mengenai opini yang
modern semenjak bekerja menjadi penambang liar atau gurandil kebanyakan
responden cenderung menjawab setuju dan sangat setuju dibandingkan sangat
tidak setuju dan tidak setuju. Tabel ini menunjukkan bahwa opini gurandil sangat
disukai oleh responden dan mendapatkan skor tingkat opini yang tinggi yaitu
menunjukkan bahwa persepsi opini gaya hidup masyarakat gurandil juga tinggi.
Tabel 40 Persentase persepsi minat di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung
Kabupaten Bogor
Persepsi Opini
G. Lobang G. Gelondongan G. Track
Setuju Tidak
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
1 Meningkatkan
kepercayaan diri ketika
bekerja sebagai gurandil
2 Perluasan pergaulan ketika
bekerja sebagai gurandil
3 Pengaruh pemilihan kepala
desa ketika bekerja sebagai
gurandil
4 Banyaknya pertokoan
ketika adanya komunitas
gurandil
5 Peningkatan pendidikan
ketika bekerja sebagai
gurandil
6 Budaya masyarakat saat ini
adalah bekerja sebagai
gurandil
7 Sektor industri
pertambangan merupakan
inovasi yang baik
5,8
5,8
5,8
5,8
5,8
5,8
5,8
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
75,4
81,2
75,4
81,2
78,3
81,2
78,3
5,8
0,0
2,9
0,0
2,9
0,0
2,9
14,5
14,5
11,6
14,5
14,5
14,5
14,5
0,0
0,0
2,9
0,0
0,0
0,0
0,0
Secara keseluruhan setelah diolah pada spss didapat data mengenai
tingkatan rendah sedang dan tinggi nya gaya hidup maka didapatkan hasil bahwa
kebanyakan responden masyarakat gurandil Desa Pangkal Jaya memilliki gaya
hidup yang cenderung tinggi yaitu sebesar (42.9%) dibandingkan dengan gaya
hidup yang rendah atau sedang.
Tabel 41 Jumlah dan persentase tingkat gaya hidup responden di Desa Pangkal
Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Tingkat Gaya Hidup Jumlah Persentase (%)
Rendah
Sedang
Tinggi
9
11
15
25,7
31,4
42,9
Total 35 100

48
Dengan menjumlahkan tingkat aktivitas, persepsi aktivitas, persepsi minat
dan persepsi opini didapatkan hasil tingkatan gaya hidup. Dari tabel dapat dilihat
bahwa gaya hidup masyarakat yang rendah adalah sebesar (25.7%), gaya hidup
masyarakat sedang adalah sebesar (31.4%) dan gaya hidup masyarakat yang tinggi
adalah sebesar (42.9%). Gaya hidup masyarakat berubah karena berawal dari
perubahan mata pencaharian yang dari pertanian dan perdagangan menjadi
gurandil. Selain untuk membeli barang-barang canggih ada juga masyarakat yang
meninvestasikan berupa tanah dan membuat toko jual-beli emas, sehingga uang
tidak selalu dibelanjakan untuk membeli barang barang elektronik yang mahal.
Dalam diskusi oleh seorang tokoh masyarakat yang merupakan pendatang beliau
menuturkan bahwa,
“biasa anak-anak muda disini mah ikut menambahi juga, dulu iku
mas, masyarakat sini iku tradional bangetz leh, saiki wis modern
koyok wong kota, mergo akeh masyarakate sing kerja nu guranil,
tapi yow arek-arek nom iku yow ora terus turu ae, anak-anak iku
semangat kerjone gede, mergo punya pemikiran, piye carane oleh
duit. Terus niku neng, gaya hidup konsumtif masyarakat iku di
pengaruhi juga oleh tetanggane, kapan tetanggane iku tuku barang
sing apik maka tetanggane sing liyane iku melet pisan, dan juga
sudah menjadi kebutuhan masyarakat juga untuk bergaya hidup
konsumtif iku neng”
Dengan wawancara di atas dapat kita diskripsikan bahwa gaya hidup
masyarakat itu di pengaruhi oleh adanya pongkor dan perubahan mata
pencaharian menjadi gurandil yang terjadi di Desa Pangkal Jaya. Berawal dari
masyarakat tradisonal menuju modern ini menjadikan gaya hidupnya tinggi
karena mereka memiliki pendapatan yang tinggi.

49
HUBUNGAN DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN,
RESPONS MASYARAKAT DAN GAYA HIDUP
Hasil analisis masing-masing variabel dalam penelitian ini yang meliputi
dampak industri pertambangan, respons masyarakat, dan gaya hidup masyarakat
gurandil telah dibahas pada bab sebelumnya. Bab ini membahas mengenai hasil
analisis hubungan antar variabel tersebut. Pertama, analisis hubungan dampak
industri pertambangan dengan respons masyarakat. Kedua, analisis hubungan
respons masyarakat dengan gaya hidup masyarakat gurandil.
Uji statistik non-parametik melalui SPSS yang menggunakan uji Rank
Spearman. Data yang ada mengenai dampak industri pertambangan ditotalkan dan
dikelaskan dan diintervalkan menjadi tiga kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Akhirnya didapat data rangking (ordinal). Kemudian respons masyarakat telah
dikode berdasarkan tingkat jual-beli lahan, pendapatan, pendidikan dan
pengeluaran (skala ordinal). Maka hasil uji kolerasi Rank Spearman didapatkan
data sebagai berikut: Penelitian ini menggunakan uji Rank Spearman untuk
melihat ada atau tidaknya hubungan antar variabel yang diuji serta mengetahui
seberapa kuat hubungan diantara variabel tersebut. Signifikansi menunjukkan ada
atau tidaknya hubungan antar variabel yang diketahui apabila nilai sig (2-tailed)
kurang dari nilai alpha. Kekuatan hubungan atau kekuatan signifikansi diketahui
dari nilai Corelation Coefficient dengan kriteria sebagai berikut (Bungin seperti
yang dikutip Lubis 2013):
a. +0,70 – +ke atas : hubungan positif yang sangat kuat
b. +0,50 – +0,69 : hubungan positif yang mantap
c. +0,30 – +0,49 : hubungan positif yang sedang
d. +0,10 –+0,29 : hubungan positif yang tak berarti
e. -0,00 – -0,09 : hubungan negatif yang tak berarti
f. -0,01 – -0,29 : hubungan negatif yang rendah
g. -0,30 – -0,49 : hubungan negatif yang sedang
h. -0,50 – -0,69 : hubungan negatif yang mantap
i. -0,70 – -ke bawah : hubungan negatif yang sangat kuat
Hubungan Dampak Industri Pertambangan dan Respons Masyarakat
Menurut Purwanto (2003), pembangunan industri di pedesaan akan
membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi,
terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan
berusaha di bidang non pertanian. Hal tersebut berdampak pada makin banyaknya
pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik, di kawasan industri, menyebabkan
kepadatan penduduk meningkat. Lahan pertanian yang makin sempit akibat alih
fungsi lahan untuk pembangunan industri dan sarana penunjangnya dipaksa untuk
menampung jumah penduduk yang terus meningkat sehingga mengakibatkan
merosotnya kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pertanian. Namun di sisi
lain, hal yang juga tak bisa dipungkiri, masuknya industri ini juga membuka
peluang bagi peningkatan ekonomi masyarakat.

50
Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan
antara dampak industri pertambangan dengan respons masyarakat yang
ditunjukkan dari nilai signifikasinya sebesar 0,044. Nilai tersebut memenuhi
kriteria batas signifikasi hubungan sebesar < 0.05 dengan selang kepercayaan
95%. Uji hubungan pada variabel dampak industri pertambangan dengan respons
masyarakat memiliki nilai Correlation Coeficient sebesar +0.343. Maka dari itu
dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang sedang antara dampak
industri pertambangan dengan respons masyarakat. Hal ini berarti bahwa dampak
industri yang tinggi tidak selalu diikuti dengan respons masyarakat yang tinggi
pula karena terdapat dampak industri pertambangan yang tinggi tetapi respons
masyarakatnya rendah.
Tabel 42 Hasil uji korelasi Rank Spearman dampak industri pertambangan dengan
respons masyarakat
Dampak industri
pertambangan
Respons masyarakat
Koefifien Korelasi Sig. (2-tailed)
Dampak industri
pertambangan
1,000 0,343**
Respons masyarakat 0,343** 0,000 Keterangan: **. Korelasi signifikan pada 0,05 siginikan 2-tailed
Nilai kolerasi yang didapatkan adalah 0,343 dengan signifikan 0,044 yang
berarti memiliki hubungan positif yang sedang. Maka H1 diterima dan H0 ditolak.
Dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang menyebabkan
hal tersebut. Antara lain:
1. Bahwa dalam kenyataannya dampak industri pertambangan seperti tingkat
kesempatan kerja dan tingkat migrasi memiliki hubungan yang tinggi
terhadap respons masyarakat gurandil.
2. Respons masyarakat seperti tingkat jual-beli lahan, tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan dan pengeluaran cukup tinggi dikarenakan dampak
industri pertambangan yang cukup tinggi dengan adanya perubahan mata
pencaharian menjadi gurandil.
Hubungan Respons Masyarakat dan Gaya Hidup
Gaya hidup menurut Winata (2006) didefinisikan secara luas bagaimana
orang-orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas-aktivitas), apa yang mereka
pikirkan tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka (opini-opini).
Gaya hidup dapat dipandang sebagai pola unik dari hidup seseorang dimana
mempengaruhi dan direfleksikan dengan perilaku konsumen. Jadi, gaya hidup
adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat,
dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Orang-orang yang berasal dari sub-budaya,
kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda.
Gaya hidup mencakup lebih dari sekedar kelas sosial dan kepribadian seseorang,
akan tetapi hal itu menyangkut keseluruhan bentuk tindakan dan interaksi

51
sepenuhnya. Penelitian gaya hidup dengan menggunakan variabel-variabel AIO
(activities, interests and opinions) telah digunakan sejak tahun 1970 oleh para
peneliti.
Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan
antara respons masyarakat dan gaya hidup masyarakat yang ditunjukkan dari nilai
signifikasinya sebesar 0.005. Nilai tersebut memenuhi kriteria batas signifikasi
hubungan sebesar < 0.01 dengan selang kepercayaan 99%. Uji hubungan pada
variabel respons masyarakat dan gaya hidup masyarakat memiliki nilai
Correlation Coeficient sebesar +0.464. Maka dari itu dapat diketahui bahwa
terdapat hubungan positif yang sedang antara respons masyarakat dan gaya
hidup masyarakat. Hal ini berarti bahwa respons masyarakat yang tinggi
cenderung diikuti oleh gaya hidup masyarakat yang tinggi dan begitu pula
sebaliknya, respons masyarakat yang rendah cenderung diikuti oleh gaya hidup
masyarakat yang rendah.
Tabel 43 Hasil uji korelasi Rank Spearman respons masyarakat dengan gaya
hidup
Respons masyarakat Gaya Hidup
Koefifien Korelasi Sig. (2-tailed)
Respons masyarakat 1,000 0,464**
Gaya Hidup 0,464** 0,000 Keterangan: **. Korelasi signifikan pada 0,01 siginikan 2-tailed
Nilai kolerasi yang didapatkan adalah 0,464 dengan signifikan 0,005 yang
berarti memiliki hubungan positif yang sedang. Maka H1 diterima dan H0 ditolak.
Dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang menyebabkan
hal tersebut. Antara lain:
1. Respons masyarakat seperti tingkat jual-beli lahan, tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan dan pengeluaran berhubungan cukup tinggi.
2. Respons masyarakat berpengaruh terhadap gaya hidup yang dilihat dari
tingkat aktivitas, persepsi aktivitas, persepsi minat dan persepsi opini.
Semakin tinggi respons masyarakat maka semakin tinggi pula gaya hidup
masyaarakat gurandil di Desa Pangkal Jaya.

52

53
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil deskripsi profil desa, deskripsi dampak industri
pertambangan, respons masyarakat, dan gaya hidup, serta hubungan antara
dampak industri pertambangan, respons masyarakat, dan gaya hidup, maka dapat
dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pekerjaan gurandil berubah
secara signifikan terjadi setelah adanya industri yaitu hampir sebagian besar
masyarakat bekerja sebagai buruh dan hanya sedikit masyarakat disana bekerja
sebagai petani. Kegiatan dan usaha pertambangan yang terus meningkat pada
dasarnya memberikan lapangan pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan
kondisi ekonomi dan sosial masyarakat pedesaan. Kondisi tersebut secara
langsung akan berdampak pada kecenderungan berperilaku dan modernisasi
masyarakat pedesaan. Dapat dilihat bahwa gurandil sebelum adanya industri
banyak yang tidak memiliki pekerjaan tetapi setelah adanya industri pekerjaan
mereka beralih menjadi gurandil atau bekerja sebagai buruh. Kebutuhan akan
lahan terutama untuk keperluan perumahan dan untuk memenuhi sarana dan
prasarana lainnya termasuk lokasi produksi pertanian dan gelondongan untuk
pengolahan emas. Sebagai konsekuensi masuknya industri berdampak pada
perubahan pemilikan lahan. Terjadilah jual-beli lahan baik tanah pekarangan,
maupun tanah sawah yang dijual oleh penduduk asli kepada pendatang baru
maupun kepada tetangganya sendiri.
Tingkat aktivitas adalah berbagai jenis kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk memanfaatkan waktunya. Aktivitas yang terdapat di Desa Pangkal Jaya
adalah kegiatan sosial, liburan dan olahraga. Jika dilihat berdasarkan kelompok
umur, umur responden Desa Pangkal Jaya merupakan pasangan usia produktif dan
beberapa pasangan sedang mencapai puncak karirnya. Dengan demikian, upaya
untuk menambah pendapatan keluarga masih memungkinkan guna mencapai
tingkat kesejahteraan. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Desa Pangkal
yaitu perubahan dari masyarakat agraris yang sederhana menjadi masyarakat yang
bergaya hidup modern dan bergaya hidup konsumtif. Hal tersebut sebagai akibat dari
perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata perekonomian masyarakat yang
mengalami perubahan yang sangat pesat yang diakibatkan oleh perubahan mata
pencaharian dari petani atau berdagang menjadi gurandil atau penambang liar.
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, ditemukan adanya
hubungan antara dampak industri pertambangan dengan respons masyarakat dan
hubungan diantara kedua variabel ini merupakan hubungan positif yang sedang.
Selain itu juga terdapat hubungan antara respons masyarakat dengan gaya hidup
masyarakat gurandil, hubungan diantara dua variabel ini termasuk hubungan
positif yang sedang.

54
Saran
Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian mengenai dampak industri
pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat Desa Pangkal Jaya, terdapat
beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran dari penelitian ini.
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan mata pencaharian warga
masyarakat Desa Pangkal Jaya cukup tinggi yaitu dari pertanian beralih
menjadi penambang emas liar tanpa izin. Untuk pemerintah diharapkan dapat
menyusun arah kebijakan mengenai faktor-faktor yang dapat melandasi
terciptanya kesejahteraan bagi warga Desa Pangkal Jaya khususnya para
komunitas gurandil agar tidak bekerja sebagai penambang liar karena resiko
keselamatan yang tinggi dan sadar akan hukum dan kelestarian alam.
2. Untuk masyarakat Desa Pangkal Jaya diharapkan diberikan penyuluhan dan
sosialisasi mengenai bekerja sebagai penambang liar bukanlah pekerjaan
yang menjanjikan untuk masa depan dan dapat mengasah dan meningkatkan
keterampilan individual agar mencapai kesejahteraan yang berarti.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam oleh civitas
akademika mengenai dampak industri dan gaya hidup masyarakat Desa
Pangkal Jaya agar dapat dilihat seberapa besar perubahannya.

55
DAFTAR PUSTAKA
(BPS) Badan Pusat Statistik. 2006. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2006. Jakarta
(ID): BPS
(BPS) Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Barang Tambang Mineral. Berita
resmi Statistik No. 22/XII/4 1996-2012. (Internet). (diunduh tanggal 21
September 2014). Dapat diunduh di: www.bps.go.id
Chenery D. 1996. Lifestyle Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta (ID):
Jalasutra.
Engel J, Blackwell R, Miniard P. 1995. Perilaku Konsumen Edisi ke Enam Jilid 2.
Jakarta (ID): PT Binarupa Aksara.
Gandi R. 2011. Pengaruh industrialisasi pedesaan terhadap taraf hidup masyarakat
di RW01 dan RW09 Desa Benda, Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat.
(Skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 90 hal.
Haryanto B. 2005. Pendekatan Activities, Interests, dan Opinions (AIO). JMR.
Vol (1:4).
Kamanto S. 2000. Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Jakarta (ID): Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia Press.
Kottler P. 2002. Manajemen Gaya Hidup (Edisi Keduabelas). Jakarta (ID): PT
Indeks.
Muhidin SA, Abdurahman M. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam
Penelitian. Bandung (ID): CV Pustaka Setia. 280 hal.
Plummer JT. 2003. The Concept and Application of Lifestyle Segmentation. JM.
Vol (1:35).
Purwanto. 2003. Perubahan Pola Pencaharian Nafkah Masyarakat Petani di
Sekitar Kawasan Industri (Kasus di Desa Ngoro, Kabupaten Mojokerto,
Jawa Timur). (Tesis). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Qomariah R. 2003. Dampak Kegiatan Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Batubara
terhadap Kualitas Sumberdaya Lahan dan Sosial Ekonomi Masyarakat di
Kabupaten Banja, Kalimantan Selatan. (Tesis). Bogor. (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Rafles. 2012. Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat dan Implikasinya Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kenagarian Mundam Sakti
Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung. (Thesis). Jakarta (ID):
Universitas Indonesia.

56
Rahardjo MD. 1984. Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan Kesempatan
Kerja. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.
Rusli S. 2005. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta (ID): LP3ES.
Salim A. 2002. Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus
Indonesia. Yogyakarta (ID): PT Tiara Wacana Yogya.
Salim HS. 2007. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. (PERMEN) Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara.
(Internet). (diunduh tanggal 21 September 2014). Dapat diunduh di:
www.permen.go.id
Sulasmono BS. 1994. Respons masyarakat desa terhadap pembangunan industri
besar (Kasus Desa Hardjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah. (Tesis). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sumarwan U. 2003.Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya Dalam
Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
Susanto. 2010. Membidik Gaya Hidup. Yogyakarta (ID): PT Tiara Wacana
Yogya.
Sutrisna E. 2008. Dampak Industrialisasi Terhadap Aspek Sosial Ekonomi
Masyarakat. Jurnal Industri dan Perkotaan. (Internet) (diunduh tanggal 15
Januari 2015).08(22). Dapat diunduh
dari :http://adiyatnapages.files.wordpress.com/2011/04/dampak-industriliasi-
terhadap-aspek-sosial-ekonomi-masyarakat1.pdf
Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): LP3ES
Walker JL, Li J. 2006. Latent Lifestyle Preferences and Household Location
Decisions. Jakarta (ID): Gramedia Utama.
Wibisono B. 2008. Model Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pertambangan
Mineral Yang Berkelanjutan (Studi Kasus: Pengelolaan Lingkungan Mod-
ADA Di Kabupaten Mimika, Papua). (Disertasi). Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Winarta S. 2006. Analisis Pengaruh Situasi Pembelian dan Gaya Hidup Terhadap
Keputusan Pembelian. (Disertasi). Jakarta(ID): Universitas Indonesia.
Yustika AE. 2000. Industrialisasi Pinggiran. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar.

57
LAMPIRAN

58

59
Lampiran 1 Jadwal pelaksanaan penelitian
Kegiatan Des Jan Feb Maret April Mei
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal
Skripsi
Kolokium
Perbaikan
Proposal
Pengambilan
Data
Lapangan
Pengolahan
dan Analisis
Data
Penulisan
Draft Skripsi
Sidang Skripsi
Perbaikan
Laporan
Penelitian

60
Lampiran 2 Sketsa Desa Pangkal Jaya
Keterangan:
Nama Wilayah: Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor
Batas-batas Geografis:
Timur : berbatasan dengan Desa Hambaro Barat : berbatasan dengan Desa Nanggung Utara : berbatasan dengan Desa Kalong Liud Selatan : berbatasan dengan Desa Bantar Karet

61
Lampiran 3 Hasil uji reliabilitas dan uji korelasi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.635 173
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 31 88.6
Excludeda 4 11.4
Total 35 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Correlations
Dampak
Industri
Pertambangan
Respons
Masyarakat
Spearman's rho Dampak Industri
Pertambangan
Correlation Coefficient 1.000 .343*
Sig. (2-tailed) . .044
N 35 35
Respons Masyarakat Correlation Coefficient .343* 1.000
Sig. (2-tailed) .044 .
N 35 35
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
Respons
Masyarakat Gaya Hidup
Spearman's rho Respons Mayarakat Correlation Coefficient 1.000 .464**
Sig. (2-tailed) . .005
N 35 35
Gaya Hidup Correlation Coefficient .464** 1.000
Sig. (2-tailed) .005 .
N 35 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

62
Lampiran 4 Hasil reduksi data kualitatif berdasarkan topik terkait di Desa Pangkal
Jaya Tahun 2015
Topik Dampak Industri Pertambangan
“Dampak industri bagi masyarakat, karena dengan adanya pongkor
menjadikan masyarakat desa Pangkal Jaya menjadi masyarakat yang awalnya
produktif menjadi konsumtif, yang awalnya masyarakat itu tradisional menjadi
masyarakat modern. Wujud realnya adalah para orang tua mulai menghiasi
dirinya dengan perhiasan, emas-emas dan barang-barang mahal yang biasanya
dipakai untuk kegiatan, dari kalangan bapak-bapak mulai membeli apa yang
mereka inginkan, dari kalangan remaja mulai bergaya layaknya pemuda
metropolis. Akibatnya persaingan hidup mulai timbul, seperti : perselingkuhan,
pergaulan bebas, dan meningkatnya angka kriminalitas, perubahan ini terjadi
secara langsung dikarenakan adanya pekerjaan menjadi gurandil mempunyai
peran yang sangat penting dalam mendesain perubahan dalam masyarakat”
Topik Respons Masyarakat
“perubahan sosial ini terjadi karena adanya pongkor sama Antam, ada
pembebasan lahan dari perusahaan antam. Ini sudah dua kali melakukan
pembebasan lahan atau tanah di desa ini, ya bayarannya tergantung tanah yang
di jual sih neng. Sebagian besar orang-orang sini menggunakan uang itu buat
foya-foya, namun sebagian ada yang buat beli tanah baru sama tetangga. Tapi
begitu uangnya habis yang udah gak punya apa-apa ya akhirnya jadi gurandil ke
pongkor”
Topik Gaya Hidup
“memang benar dulu Masyarakat Desa Pangkal Jaya adalah masyarakat
agraris yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Mayoritas warga
menggantungkan hidupnya pada sawah, karena sawah merupakan lahan
perekonomian warga yang sangat penting. Desa Pangkal Jaya ini juga semula
adalah desa yang jauh dari peradaban, dengan latar belakang pendidikan serta
sumber daya manusia yang sangat rendah serta tidak adanya kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan formal bahwa kehidupan masyarakat
desa Pangkal Jaya sangat dipengaruhi oleh adanya pertambangan pongkor dan
menjadi gurandil. Hal ini yang menimbulkan perubahan sosial yang sangat cepat
di dalam masyarakat, bapak-bapak yang biasanya bercocok tanam diswah jadi
kerja nambang kepongkor nu gurandil”
“biasa anak-anak muda disini mah ikut menambahi juga, dulu iku mas,
masyarakat sini iku tradional bangetz leh, saiki wis modern koyok wong kota,
mergo akeh masyarakate sing kerja nu guranil, tapi yow arek-arek nom iku yow
ora terus turu ae, anak-anak iku semangat kerjone gede, mergo punya pemikiran,
piye carane oleh duit. Terus niku neng, gaya hidup konsumtif masyarakat iku di
pengaruhi juga oleh tetanggane, kapan tetanggane iku tuku barang sing apik
maka tetanggane sing liyane iku melet pisan, dan juga sudah menjadi kebutuhan
masyarakat juga untuk bergaya hidup konsumtif iku neng”

63
Lampiran 5 Deskripsi statistik pengeluaran pangan di Desa Pangkal Jaya tahun
2015
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pengeluaran Konsumsi
Beras Sebelum 35 .00 5.040.000.00 3.994.628 1.578.098
Pengeluaran Konsumsi
Beras Sesudah 35 .00 5.760.000.00 3.896.914 1.812.890
Pengeluaran Konsumsi Ikan
Sebelum 35 .00 26.880.000.00 1.600.428 4.420.531
Pengeluaran Konsumsi Ikan
Sesudah 35 .00 13.440.000.00 2.045.657 3.586.301
Pengeluaran Konsumsi
Daging Sebelum 35 .00 4.000.000.00 926.742 941.386
Pengeluaran Konsumsi
Daging Sesudah 35 .00 4.320.000.00 1.590.342 1.267.255
Pengeluaran Konsumsi
Telur dan Susu Sebelum 35 .00 7.200.000.00 2.275.714 1.937.252
Pengeluaran Konsumsi
Telur dan Susu Sesudah 35 .00 23.040.000.00 2.945.942 4.101.870
Pengeluaran Konsumsi
Sayur-sayuran Sebelum 35 .00 3.600.000.00 1.425.428 781.030
Pengeluaran Konsumsi
Sayur-sayuran Sesudah 35 .00 3.600.000.00 1.440.857 732.555
Pengeluaran Konsumsi
Buah-buahan Sebelum 35 .00 2.000.000.00 607.714 641.730
Pengeluaran Konsumsi
Buah-buahan Sesudah 35 .00 2.600.000.00 767.428 721.042
Pengeluaran Konsumsi
Minyak dan Lemak Sebelum 35 .00 1.800.000.00 855.771 492.479
Pengeluaran Konsumsi
Minyak dan Lemak Sesudah 35 .00 1.800.000.00 900.342 465.854
Pengeluaran Konsumsi
Bumbu-bumbuan Sebelum 35 .00 4.680.000.00 1.745.600 932.522
Pengeluaran Konsumsi
Bumbu-bumbuan Sesudah 35 .00 4.680.000.00 1.839.314 928.347
Pengeluaran Konsumsi
Tembakau dan Sirih
Sebelum
35 .00 25.920.000.00 5.106.171 6.020.029
Pengeluaran Konsumsi
Tembakau dan Sirih
Sesudah
35 .00 259.200.000.00 19.491.428 53.740.263

64
Pengeluaran Konsumsi
Makanan dan Minuman Jadi
Sebelum
35 .00 4.800.000.00 330.857 951.980
Pengeluaran Konsumsi
Makanan dan Minuman Jadi
Sesudah
35 .00 4.800.000.00 360.000 975.753
Pengeluaran Konsumsi
Konsumsi lainnya Sebelum 35 .00 3.000.000.00 124.285 549.915
Pengeluaran Konsumsi
Konsumsi lainnya Sesudah 35 .00 3.000.000.00 124.285 549.915
Pengeluaran Sewa, kontrak,
perkiraan sewa rumah
Sebelum
35 .00 10.000.000.00 285.714 1.690.308
Pengeluaran Sewa, kontrak,
perkiraan sewa rumah
Sesudah
35 .00 10.000.000.00 428.571 1.867.456
Pengeluaran Pemeliharaan
rumah dan perbaikan ringan
Sebelum
35 .00 720.000.00 20.571 121.702
Pengeluaran Pemeliharaan
rumah dan perbaikan ringan
Sesudah
35 .00 15.000.000.00 620.571 2.700.977
Pengeluaran rekening listrik,
air, gas, minyak tanah, kayu
bakar Sebelum
35 .00 3.500.000.00 874.571 847.159
Pengeluaran rekening listrik,
air, gas, minyak tanah, kayu
bakar Sesudah
35 .00 6.000.000.00 1.146.571 1.323.228
Pengeluaran Rekening
telepon rumah, pulsa hp,
telepon umum, wartel,
internet, warnet, benda pos
Sebelum
35 .00 6.000.000.00 820.571 1.186.913
Pengeluaran Rekening
telepon rumah, pulsa hp,
telepon umum, wartel,
internet, warnet, benda pos
Sesudah
35 .00 4.200.000.00 804.000 832.428

65
Pengeluaran sabun
mandi/cuci, kosmetik,
perawatan rambut/muka,
tisu Sebelum
35 .00 2.400.000.00 769.428 586.900
Pengeluaran sabun
mandi/cuci, kosmetik,
perawatan rambut/muka,
tisu Sesudah
33 60.000.00 2.400.000.00 998.787 651.746
Pengeluaran Biaya
kesehatan Sebelum 35 .00 600.000.00 41.428 137.458
Pengeluaran Biaya
kesehatan Sesudah 35 .00 15.000.000.00 913.571 2.990.667
Pengeluaran Biaya
Pendidikan Sebelum 34 .00 9.000.000.00 328.823 1.548..216
Pengeluaran Biaya
Pendidikan Sesudah 34 .00 9.000.000.00 331.764 1.548.646
Pengeluaran Transportasi
pengangkutan, bensin,
solar, minyak pelumas
Sebelum
35 .00 6.500.000.00 1.524.000 1.536..587
Pengeluaran Transportasi
pengangkutan, bensin,
solar, minyak pelumas
Sesudah
35 .00 7.200.000.00 17.194.28 1.639.192
Valid N (listwise) 32

66
Lampiran 6 Deskripsi statistik pengeluaran sandang di Desa Pangkal Jaya tahun
2015
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pengeluaran Pakaian, alas
kaki dan tutup kepala
Sebelum
35 .00 3.000.000.00 834.285 636.138
Pengeluaran Pakaian, alas
kaki dan tutup kepala
Sesudah
35 300.000.00 5.000.000.00 1.177.142 946.537
Pengeluaran Barang tahan
lama, alat elektronik,
kendaraan, perhiasan
Sebelum
35 .00 2.000.000.00 85.714 373.491
Pengeluaran Barang tahan
lama, alat elektronik,
kendaraan, perhiasan
Sesudah
35 .00 85.000.000.00 3.282.857 14.403.604
Pengeluaran Pajak (PBB,
pajak kendaraan) Sebelum 35 .00 4.000.000.00 164.428 675.780
Pengeluaran Pajak (PBB,
pajak kendaraan) Sesudah 35 .00 4.000.000.00 164.428 675.780
Pengeluaran keperluan
pesta dan upacara Sebelum 35 .00 25.000.000.00 714.285 4.225.771
Pengeluaran keperluan
pesta dan upacara Sesudah 35 .00 25.000.000.00 714.285 4.225.771
Valid N (listwise) 35

67
RIWAYAT HIDUP
Ami Kusuma Handayani lahir di Jakarta pada tanggal 25 Mei 1993 adalah
anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Agung Nugroho Hartono dan Novi Andayani Praptiningsih. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah TK Al-Azhar periode 1998-1999, SDIT Fajar Hidayah periode 1999-2005, SMP Negeri 239 Jakarta periode 2005-2008, SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan periode 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan.
Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan di dalam dan luar kampus. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Komunikasi Bisnis periode 2014. Penulis juga aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) Divisi Pengembangan Budaya Olahraga dan Seni (PBOS) pada masa kepengurusan selama dua periode yaitu tahun 2012/2013 dan 2013/2014. Selain itu penulis mengikuti kegiataan kepanitiaan Pemilihan Raya FEMA Divisi Publikasi dan Dekorasi tahun 2012, Panitia Himasiera Olah Talenta Divisi Sponsorship tahun 2012, Panitia Familiarity Night Divisi Acara tahun 2012, Panitia Career Development Training Divisi Marketing Promotion tahun 2012, Panitia 6th Ecology Sport and Art Event Divisi Sponsorship tahun 2013, Panitia IPB Festival Divisi Acara tahun 2013, Panitia Gebyar Nusantara Divisi Acara tahun 2013, Panitia Familiarity Night Divisi Sponsorship tahun 2013, Panitia 7th Ecology Sport and Art Event Divisi Acara tahun 2014, Panitia Gebyar Nusantara Divisi Acara tahun 2014 dan Panitia Familiarity Night Divisi Acara tahun 2014. Untuk kegiatan di luar kampus, penulis mengikuti kegiatan Marching Band The Crescendo Corps dari tahun 2002 sampai 2013.