DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN EMAS TANPA...

89
DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI GURANDIL (Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor) AMI KUSUMA HANDAYANI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Transcript of DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN EMAS TANPA...

i

DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN

TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI

GURANDIL

(Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung,

Kabupaten Bogor)

AMI KUSUMA HANDAYANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Industri

Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi

Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor

adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

Ami Kusuma Handayani

NIM I34110054

ii

iii

ABSTRAK

AMI KUSUMA HANDAYANI. Dampak Industri Pertambangan Emas Tanp Izin

terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya,

Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh IVANOVICH

AGUSTA.

Kehadiran industri di suatu wilayah pasti akan menimbulkan reaksi dari

masyarakat sebagai bentuk responnya. Berbagai perubahan yang terjadi akibat

respons terhadap pembangunan industri dan dampak yang menyertainya akan

beragam tergantung pada definisi subyektif yang dipengaruhi kepentingan pribadi

dan nilai sosial masyarakat. Dampak industri pertambangan dapat mempengaruhi

gaya hidup masyarakat pedesaan dilihat dari perubahan aspek aktivitas, minat, dan

pendapat seseorang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

acak sederhana (simple random sampling) dan menggunakan rank Spearman

untuk menganalisis hubungan antar variabel. Hasil dari penelitian ini adalah

adanya dampak industri pertambangan yang tinggi dilihat dari perubahan tingkat

kesempatan kerja menjadi penambang liar. Terdapat hubungan positif yang

sedang antara dampak industri pertambangan dengan respons masyarakat karena

masyarakat mengalami perubahan yang tinggi dilihat dari kesempatan kerja,

tingkat pengeluaran dan tingkat pendapatan. Begitupun dengan respons

masyarakat dengan gaya hidup terdapat hubungan positif yang sedang

dikarenakan perubahan gaya hidup masyarakat yang tinggi.

Kata Kunci: industri, pertambangan, gaya hidup, respons masyarakat

ABSTRACT

AMI KUSUMA HANDAYANI. Gold mining without authorization effect toward

gurandil social and economy life case of Pangkal Jaya Village, Kecamatan

Nanggung, Kabupaten Bogor. Supervised by IVANOVICH AGUSTA.

Rural industrialization was synergy in order to promote the economic

empowerment of rural farmers.Various changes that occur in response to

industrial development and the accompanying impact will vary depending on a

subjective definition of the affected private interests and social values of the

society. The impact of the mining industry can affect people's lifestyles

countryside views of change aspects activities, interests, and one person's opinion.

The method used in this study is a randomized method (simple random sampling)

and using the Spearman rank to analyze the relationship between variables. The

results of this study is the impact of the mining industry seen from the change rate

of employment become illegal miners. There is a moderate positive relationship

between the impact of the mining industry to the community because the

community's response to the changes lofty views of employment, the level of

expenditure and income level. Likewise with the public response to the lifestyle

there is a positive relationship are due to changes in lifestyle society.

Keywords: industry, mining, lifestyle, community response

iv

v

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat

DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN

TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI

GURANDIL

(Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung,

Kabupaten Bogor)

AMI KUSUMA HANDAYANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

vi

vii

Judul Skripsi : Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap

Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya,

Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor

Nama : Ami Kusuma Handayani

NIM : I34110054

Disetujui oleh

Dr Ivanovich Agusta, SP MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

viii

ix

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Skripsi berjudul “Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin

terhadap Kehidupann Sosial dan Ekonomi Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya,

Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor” ini dengan baik. Laporan ini disusun

sebagai syarat pelaksanaan penelitian pada Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selain itu laporan ini juga disusun sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap

masyarakat pedesaan khususnya dalam bidang pertanian dan sangat berguna

dalam memperluas wawasan penulis dalam menganalisis hubungan pengaruh

industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Masyarakat Desa Pangkal Jaya, khususnya tiga puluh lima responden

gurandil dan beberapa informan yang sudah bersedia merelakan sedikit

waktu untuk memberikan informasi yang bermanfaat untuk penulisan

skripsi.

2. Hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta Hj Dra Novi Andayani

Praptiningsih, MSi dan Ir Agung Nugroho Hartono, adik tersayang

Rahmatallah dan Hidayatullah yang selalu mendoakan dan senantiasa

melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis.

3. Dr Ivanovich Agusta, SP Msi, dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan

yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini.

4. Teman-teman tercinta Syahwil Hidayat, Fatimah Solihah, Sifna Audia

Qalabi, Mutiara Irfarinda, Yuana Zahra, Debby Faradiba, Singit dan I

Made Astu Pradnyana atas dukungan dan semangatnya layaknya keluarga.

5. Teman-teman BEM FEMA 2014/2015, khususnya Divisi Pengembangan

Olahrga Budaya dan Seni (PBOS) atas semangatnya.

6. Teman-teman seperjuangan SKPM 48 atas semangat dan kebersamaan

selama ini.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang dampak industri

pertambangan.

Bogor, Mei 2015

Ami Kusuma Handayani

x

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xxi

DAFTAR LAMPIRAN xxi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

PENDEKATAN TEORETIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Konsep Dampak Industri Pertambangan 5

Konsep Respons Masyarakat 6

Konsep Gaya Hidup 7

Kerangka Pemikiran 11

Hipotesis Penelitian 11

Definisi Operasional 11

PENDEKATAN LAPANGAN 17

Metode Penelitian 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Teknik Pengambilan Responden dan Informan 17

Teknik Pengumpulan Data 18

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 18

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21

Kondisi Geografis dan Keadaan Lingkungan 21

Kondisi Demografi dan Sosial Budaya 22

Kependudukan 22

Ketenagakerjaan 23

Pendidikan 24

Kondisi Sarana dan Prasarana 24

Struktur Sosial dan Kebudayaan 25

Pola Adaptasi Ekologis 26

xii

xiii

DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN 27

Tingkat Kesempatan Kerja 27

Tingkat Migrasi 28

RESPONS MASYARAKAT 31

Tingkat Jual Beli Lahan 31

Tingkat Pendidikan 34

Tingkat Pendapatan 36

Tingkat Pengeluaran 37

GAYA HIDUP 39

Tingkat Aktivitas 39

Tingkat Minat 43

Tingkat Opini 45

HUBUNGAN ANTARA DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN,

RESPONS MASYARAKAT DAN GAYA HIDUP

47

Hubungan Dampak Industri Pertambangan dengan Respons Masyarakat 47

Hubungan Respons Masyarakat dengan Gaya Hidup 48

SIMPULAN DAN SARAN 51

Simpulan 51

Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 53

LAMPIRAN 55

RIWAYAT HIDUP 76

xiv

xv

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan konsep indikator industri pertambangan 6

2 Perbandingan konsep indikator respons msyarakat 7

3 Perbandingan konsep indikator gaya hidup 9

4 Definisi operasional industri pertambangan 11

5 Definisi operasional respons masyarakat 12

6 Definisi operasional gaya hidup 14

7 Pemilihan informan 18

8 Jenis dan metode pengumpulan data 18

9 Luas lahan menurut jenis penggunaan di Desa Pangkal Jaya 18

10 Jumlah penduduk Desa Pangkal Jaya 22

11 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Pangkal Jaya 23

12 Usia penduduk Desa Pangkal Jaya 23

13 Jumlah rumah tangga per RW Desa Pangkal Jaya 23

14 Data pendidik sekolah formal dan non formal Desa Pangkal Jaya 24

15 Tingkat pendidikan penduduk Desa Pangkal Jaya 24

16 Data sarana dan prasarana pendidikan Desa Pangkal Jaya 25

17 Data kelompok budaya dan kesenian Desa Pangkal Jaya 25

18 Tempat peribadatan Desa Pangkal Jaya 26

19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan di Desa

Pangkal Jaya tahun 2015

28

20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan migrasi masuk di beli

lahan di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

29

21 Jumlah dan persentase beli lahan di Desa Pangkal Jaya tahun 2015 31

22 Jumlah dan persentase perolehan lahan milik responden di Desa

Pangkal Jaya tahun 2015

31

23 Jumlah dan persentase penjual lahan milik responden di Desa Pangkal

Jaya tahun 2015

32

24 Jumlah dan persentase penggunaan lahan milik responden di Desa

Pangkal Jaya tahun 2015

32

25 Jumlah dan persentase luas tanah bangunan yang ditinggali di Desa

Pangkal Jaya tahun 2015

34

xvi

xvii

26 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan istri dan anak di Desa

Pangkal Jaya tahun 2015

36

27 Jumlah dan persentase tingkat pendapatan responden di Desa Pangkal

Jaya tahun 2015

36

28 Jumlah dan persentase tingkat pengeluaran responden di Desa Pangkal

Jaya tahun 2015

37

29 Jumlah dan persentase umur responden di Desa Pangkal Jaya tahun

2015

39

30 Jumlah dan persentase kegiatan sosial yang dilakukan responden di

Desa Pangkal Jaya tahun 2015

40

31 Jumlah dan persentase frekuensi kegiatan sosial yang dilakukan

responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

40

32 Jumlah dan persentase liburan yang dilakukan responden di Desa

Pangkal Jaya tahun 2015

41

33 Jumlah dan persentase media hiburan televisi yang dimiliki responden

di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

41

34 Jumlah dan persentase olahraga sepakbola yang dilakukan responden

di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

42

35 Jumlah dan persentase media komunikasi handphone yang dimiliki

responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

42

36 Jumlah dan persentase jenis lantai bangunan tempat tinggal responden

di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

43

37 Jumlah dan persentase jenis dinding bangunan tempat tinggal

responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

43

38 Persentase persepsi aktivitas di Desa Pangkal Jaya tahun 2015 45

39 Persentase persepsi minat di Desa Pangkal Jaya tahun 2015 46

40 Persentase persepsi opini di Desa Pangkal Jaya tahun 2015 47

41 Jumlah dan persentase tingkat gaya hidup responden di Desa Pangkal

Jaya tahun 2015

47

42 Hasil uji korelasi Rank Spearman dampak industri pertambangan

dengan respons masyarakat

50

43 Hasil uji korelasi Rank Spearman respons masyarakat dengan gaya

hidup

51

xviii

xix

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 10

2 Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati 33

3 Pendidikan terakhir responden 35

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jadwal pelaksanaan penelitian 58

2 Sketsa Desa Pangkal Jaya 59

3 Hasil uji reliabilitas dan uji korelasi Rank Spearman 60

4 Hasil reduksi data kualitatif berdasarkan topik terkait Desa Pangkal

Jaya tahun 2015

61

5 Deskripsi statistik pengeluaran pangan di Desa Pangkal Jaya tahun

2015

62

6 Deskripsi statistik pengeluaran sandang di Desa Pangkal Jaya tahun

2015

65

7 Riwayat Hidup 66

111

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah utama yang dihadapi Indonesia saat ini adalah banyaknya

jumlah pengangguran terbuka dalam periode beberapa tahun terakhir ini terus

meningkat. Selain itu masalah yang dihadapi Indonesia adalah pendapatan

perkapita yang masih rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya

seperti Thailand dan Malaysia. Salah satu alternatif yang mengurangi jumlah

pengangguran dan meningkatkan pendapatan adalah dengan mengembangkan

sektor yang potensial. Salah satu sektor yang potensial tersebut adalah sektor

industri. Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan

nasional dalam menigkatkan pertumbuhan ekonomi telah membawa perubahan

terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut meliputi

dampak pembangunan industri terhadap sosial ekonomi masyarakat dan

lingkungan sekitar industri. Menurut data statistik dari BPS (Biro Pusat Statistik)

tahun 2013 angka produksi minyak bumi dan gas alam terus menurun dari tahun

ke tahun. Demikian dengan angka produksi bahan tambang emas terus menurun

dalam 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013

produksi emas per kg berturut-turut 127.716, 106.316, 76.763, 69.291 dan 59.066.

Data tersebut menujukan penurunan produksi hasil tambang yang signifikan. Oleh

karena itu diperlukan adanya penanggulangan baik dalam menghadapi masalah

kelangkaan minyak bumi maupun hasil tambang seperti emas. Karena diramalkan

dalam beberapa tahun kedepan sumberdaya tersebut akan habis.

Pengembangan industri yang berkembang pesat menjadi perhatian

pemerintah. Hal ini dibuktikan sejalan dengan diberlakukannya Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 yaitu Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan

Mineral dan Batubara. Peraturan ini meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

kegiatan usaha pertambangan, perlu mewajibkan modal asing untuk mengalihkan

sebagian sahamnya kepada Indonesia. Menurut Sulistyaningsih (2013)

pembangunan industri telah memberikan pengaruh secara langsung dan tidak

langsung, pengaruh langsungnya adalah berkurangnya lahan pertanian, sedangkan

pengaruh tidak langsungnya adalah bergesernya mata pencaharian penduduk

setempat ke bidang industri dan jasa/perdagangan. Pengaruh langsung dan tidak

langsung tersebut juga ada yang positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah

menciptakan keanekaragaman kehidupan ekonomi dan menciptakan lapangan

kerja baru yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan pengaruh

negatifnya adalah munculnya kecemburuan sosial dari pemuda setempat karena

adanya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan. Pengaruh negatif lainnya

adalah berkurangnya lahan pertanian yang menyebabkan petani yang hanya

memiliki sedikit lahan dan tidak memiliki keterampilan serta tingkat pendidikan

yang rendah menjadi tersingkir.

Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat.

Perubahan-perubahan yang terjadi didalam masyarakat akan menimbulkan

ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada didalam masyarakat, sehingga

menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat

2

yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang telah mencapai peradaban tertentu,

berarti telah mengalami evolusi kebudayaan yang lama dan bermakna sampai

tahap tertentu yang diakui tingkat IPTEK dan unsur budaya lainnya. Dengan

demikian, masyarakat tadi telah mengalami proses perubahan sosial yang berarti,

sehingga taraf kehidupannya makin kompleks. Proses tersebut tidak terlepas dari

berbagai perkembangan, perubahan, dan pertumbuhan yang meliputi aspek-aspek

demografi, ekonomi, organisasi, politik, IPTEK dan lainnya.

Minat manusia dalam berbagai barang dipengaruhi oleh gaya hidup dan

barang yang mereka beli mencerminkan gaya hidup tersebut. Gaya hidup

seseorang berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lainnya, ada orang

yang cepat mengikuti perubahan gaya hidup atau trend masa kini dan ada juga

orang yang tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Orang yang mengutamakan

gaya hidup akan selalu berusaha mengikuti perkembangan produk masa kini,

walaupun untuk memperolehnya harus mengeluarkan biaya yang cukup besar

asalkan dapat mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup konsumtif adalah gaya

hidup yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, hal ini terjadi

pada kehidupan masyarakat yang telah mengalami perubahan secara signifikan

semenjak adanya industrialisasi. Istilah gaya hidup konsumtif diartikan sebagai

aktifitas yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam merencanakan, membeli dan

menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa, yang menjadi masalah ketika

kecenderungan yang sebenarnya wajar pada masyarakat ini dilakukan secara

berlebihan. Budaya konsumen atau mengkonsumsi barang dan gaya hidup

masyarakat kita sudah jauh mengalami perubahan, menuju budaya dan perilaku

kehidupan yang konsumtif. Perilaku dan gaya hidup konsumtif ternyata bukan

hanya milik orang kaya dan orang kota, melainkan juga ditiru bahkan dilkakukan

oleh kelompok kelas bawah dan masyarakat yang ada di desa. Hal ini sudah

dirasakan dan membudaya di masyarakat.

Desa Pangkal Jaya merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan

Nanggung, Kabupaten Bogor yang memiliki luas wilayah lebih kurang 377 hektar

dengan jarak 2 kilometer dari ibukota kecamatan, 45 kilometer dari ibukota

kabupaten dan 187 kilometer dari ibukota propinsi. Desa Pangkal Jaya terletak di

Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Desa Pangkal Jaya merupakan wilayah

pongkor penambangan emas sehingga banyak terdapat penambang liar (gurandil)

sebagai mata pencaharian penduduk sekitar. Kegiatan dan usaha pertambangan

yang terus meningkat pada dasarnya memberikan lapangan pekerjaan yang

bertujuan untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat pedesaan.

Kondisi tersebut secara langsung akan berdampak pada kecenderungan

berperilaku dan modernisasi masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, pertanyaan

yang akan dibahas dalam proposal penelitian ini adalah sejauhmana dampak

industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan.

3

Masalah Penelitian

Menurut Purwanto (2003), pembangunan industri di pedesaan akan

membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi,

terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan

berusaha di bidang non pertanian. Hal tersebut berdampak pada makin banyaknya

pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik, di kawasan industri, menyebabkan

kepadatan penduduk meningkat. Lahan pertanian yang makin sempit akibat alih

fungsi lahan untuk pembangunan industri dan sarana penunjangnya dipaksa untuk

menampung jumah penduduk yang terus meningkat sehingga mengakibatkan

merosotnya kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pertanian. Oleh karena

itu, menjadi penting bagi peneliti untuk menganalisis sejauh mana dampak

industri pertambangan mempengaruhi respon masyarakat?

Gaya hidup menurut Plummer (2003) adalah cara hidup yang diidentifikasi

melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Penilaian gaya hidup

dapat dilakukan melalui analisa psikografik. Psikografik merupakan teknik

analisis untuk mengetahui gaya hidup konsumen sehingga dapat dikelompokkan

berdasarkan karakteristik gaya hidupnya. Gaya hidup merupakan sebuah

penggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan

lingkungannya (Kottler, 2002). Menurut Susanto (2010) gaya hidup adalah

perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap

seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu

banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang

misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain

sebagainya. Sumarwan (2003) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di

identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas),

apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang

mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Oleh karena itu, menjadi penting

bagi peneliti untuk menganalisis sejauh mana respons masyarakat

mempengaruhi gaya hidup masyarakat?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk menganalisis pengaruh dampak

industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan dan secara

khusus untuk:

1. Menganalisis sejauh mana dampak industri pertambangan mempengaruhi

respons masyarakat di pedesaan.

2. Menganalisis sejauh mana respons masyarakat mempengaruhi gaya hidup

masyarakat pedesaan.

4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak

yang berminat maupun yang terkait dengan masalah petani dalam penerapan

strategi nafkah petani, khususnya kepada :

1. Civitas Akademika untuk memperoleh pengetahuan tentang dampak

industri pertambangan terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat

pedesaan. Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi

mengenai hubungan dampak industri pedesaan, respons masyarakat dan

gaya hidup serta menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam

kajian ilmu pengetahuan mengenai Peti dan gaya hidup.

2. Masyarakat untuk memperoleh pengetahuan tentang dampak industri

pertambangan dan perubahan gaya hidup. Penelitian ini diharapkan dapat

menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai dampak

indsutri pertambangan liar di daerah sekitar tempat tinggal mereka. Selain

itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan masyarakat untuk

lebih memahami keterlibatan dan peran mereka dalam respons masyarakat

dan gaya hidup.

3. Pemerintah untuk menyusun arah kebijakan mengenai industri

pertambangan terhadap masyarakat pedesaan. Penelitian ini diharapkan

dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam

menyusun dan mengambil keputusan berkaitan dengan Pertambangan

Emas Tanpa Izin (Peti) agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

dapat turut berkontribusi dalam upaya peningkatan kesejahteraan

masyarakat khususnya komunitas gurandil.

5

PENDEKATAN TEORETIS

Tinjauan Pustaka

Dampak Industri Pertambangan

Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan

pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua

usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan

pengertian secara sempit, industri atau industri pengolahan adalah suatu kegiatan

yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan

sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam hal ini termasuk

kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan (assembling). Dalam istilah ekonomi,

industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan

perusahaan-perusahaan sejenis, contoh industri kertas berarti himpunan

perusahaan-perusahaan penghasil kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi

yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah

menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Yustika (2000) menyatakan bahwa

pergeseran pertumbuhan sektor produksi ini secara langsung juga akan

berpengaruh pada perubahan komposisi tenaga kerja yang dari semula bermata

pencaharian utama pada sektor pertanian, bergeser ke sektor lain seperti pada

sektor industri, serta perdagangan dan jasa.

Ketika satu negara telah mencapai tahapan dimana sektor industri sebagai

leading sector maka dapat dikatakan negara tersebut sudah mengalami

industrialisasi (Yustika, 2000). Dapat dikatakan bahwa industrialisasi sebagai

transformasi struktural dalam suatu negara. Oleh sebab itu, proses industrialisasi

dapat didefenisikan sebagai proses perubahan struktur ekonomi dimana terdapat

kenaikan kontribusi sektor industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor dan

kesempatan kerja (Chenery, 1996). Industrialisasi dalam pengertian lain adalah

proses modernisasi ekonomi yang mencakup seluruk sektor ekonomi yang

mempunyai kaitan satu sama lain dengan industri pengolahan. Artinya

industrialisasi bertujuan meningkatkan nilai tambah seluruh sektor ekonomi

dengan sektor industri pengolahan sebagai leading sector. Rahardjo (1984)

menyatakan bahwa proses industrialisasi berpengaruh lebih luas lagi yaitu

membawa gejala ekonomi berupa perkembangan infrastruktur dan perdagangan

dengan proses kapitalisasi (akumulasi dan konsentrasi modal), persaingan

ekonomi, gejala sosial berupa demokratisasi dan pertentangan kelas, serta gejala

budaya berupa timbulnya gaya hidup yang produktif dan konsumtif, persepsi yang

rasional, antisipatif dan pragmatis. Akibatnya hubungan antar manusia (human

relations) menjadi berubah, demikian juga struktur sosial masyarakat di

sekitarnya. Industrialisasi yang semula sebagai sebuah sistem yang diterapkan

dalam usaha-usaha produksi pabrik, kemudian mempengaruhi komunitas

(masyarakat) secara keseluruhan. Adanya industri yang sering kali diikuti oleh

masuknya para pendatang baru di desa sebagai tenaga kerja berdampak pada

perubahan pemilikan dan pemanfaatan tanah. Terjadi jual-beli tanah pekarangan

maupun tanah sawah sebagai upaya untuk mendukung kegiatan perindustrian.

6

Menurut Purwanto (2003), pembangunan industri di pedesaan akan

membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi,

terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan

berusaha di bidang non pertanian. Hal tersebut berdampak pada makin banyaknya

pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik, di kawasan industri, menyebabkan

kepadatan penduduk meningkat. Lahan pertanian yang makin sempit akibat alih

fungsi lahan untuk pembangunan industri dan sarana penunjangnya dipaksa untuk

menampung jumah penduduk yang terus meningkat sehingga mengakibatkan

merosotnya kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pertanian. Namun di sisi

lain, hal yang juga tak bisa dipungkiri, masuknya industri ini juga membuka

peluang bagi peningkatan ekonomi masyarakat.

Tabel 1 Perbandingan konsep indikator industrialisasi

Chenery (1996) Rahardjo (1984) Purwanto (2003)

Kenaikan Permintaan

Ekspor

Terbukanya Kegiatan

Ekonomi

Kenaikan Kesempatan

Kerja

Perkembangan

Perdagangan

Muncul Peluang Kerja

Bidang Non Pertanian

Perkembangan

Infrastruktur

Penyempitan Lahan

Pertanian

Pertentangan Kelas

Gaya Hidup Konsumtif

Peningkatan Arus Migrasi

Respons Masyarakat

Purwanto (2003) memaparkan jika kehadiran industri di suatu wilayah

pasti akan menimbulkan reaksi dari masyarakat sebagai bentuk responnya.

Berbagai perubahan yang terjadi akibat respons terhadap pembangunan industri

dan dampak yang menyertainya akan beragam tergantung pada definisi subyektif

yang dipengaruhi kepentingan pribadi dan nilai sosial dari masyarakat yang

bersangkutan. Proses merespons terlebih dulu diawali dengan interpretasi

masyarakat. Dalam hal ini bagaimana interpretasi masyarakat atas industri yang

ada di lingkungannya. Di dalam proses pendifinisian gejala pembangunan industri

tersebut terlibat pula kepentingan pribadi dan nilai-nilai sosial yang dianut

masing-masing warga tersebut. Dalam penelitian Sulasmono (1994) dilihat jika

respon kaitannya dengan definisi subyektif seseorang hanyalah kepentingan

ekonomi dan kepentingan politik. Kelas atas masyarakat cenderung lebih siap

untuk merespon peluang-peluang usaha yang muncul. Faktor pengalaman (sudah

menekuni dunia usaha) dan ketersediaan modal yang umumnya dimiliki kelas atas

membuat mereka lebih siap menangkap peluang. Kehadiran industri besar

semakin memperbesar peluang warga kelas atas untuk mengakumulasi kekayaan

lewat dunia usaha. Kelas bawah masyarakat tidak siap memanfaatkan peluang

usaha yang ada karena tiadanya modal (dahulukan selamat, takut mengambil

resiko).

Purwanto (2003) menyatakan bahwa berbagai perubahan yang terjadi

akibat masuknya industri ini menjadi faktor pendorong (stimulus) bagi

masyarakat petani untuk melakukan perubahan atau penyesuaian dalam aktivitas

ekonomi keluarganya. Adapun menurut Sulasmono (1994) bahwa faktor status

7

politik berpengaruh pada kemampuan warga masyarakat untuk merespons

peluang-peluang yang bersifat terbatas. Pemanfaatan peluang terbatas (seperti

menjadi pegawai kantor dan Satkam pabrik, atau memasok makanan pekerja

pabrik dan memperdagangkan limbah padat industri) memerlukan koneksi dengan

pihak pabrik. Oleh karena itu elit formal lebih mampu merespons peluang-

peluang yang bersifat terbatas tersebut. Bentuk responnya seperti antara lain

menyediakan tempat pemondokan, transportasi ojek atau mendirikan toko dan

warung untuk memenuhi kebutuhan para pekerja pabrik. Latar belakang

keagamaan juga mempengaruhi respon masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung

dan menginternal dalam masyarakat dapat mendorong masyarakat untuk menutup

diri atau juga bahkan terbuka karena memang diperbolehkan oleh agama. Terkait

ini menarik untuk melihat hasil penelitian Sulasmono (1994) mengungkapkan

bahwa tidak terdapat petunjuk bahwa agama berpengaruh terhadap bentuk-bentuk

respons masyarakat terhadap pembangunan industri besar dan akibat-akibat

iringannya. Sikap menutup diri warga Abangan terhadap kaum pendatang, bukan

dipengaruhi oleh status mereka sebagai orang Abangan, tetapi lebih berkaitan

dengan status mereka sebagai bekas anggota partai terlarang.

Tabel 2 Perbandingan Konsep Indikator Respon Masyarakat Terhadap

Industrialisasi Purwanto (2003) Sulasmono (1994)

jual beli lahan Pemanfaatan peluang terbatas

tingkat pendidikan meningkat

tingkat pendapatan meningkat peluang-peluang usaha yang muncul

Gaya Hidup

Gaya hidup menurut Winata (2006) didefinisikan secara luas bagaimana

orang-orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas-aktivitas), apa yang mereka

pikirkan tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka (opini-opini).

Gaya hidup dapat dipandang sebagai pola unik dari hidup seseorang dimana

mempengaruhi dan direfleksikan dengan perilakunya. Jadi, gaya hidup adalah

pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan

opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang

berinteraksi dengan lingkungannya. Orang-orang yang berasal dari sub-budaya,

kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda.

Gaya hidup mencakup lebih dari sekedar kelas sosial dan kepribadian seseorang,

akan tetapi hal itu menyangkut keseluruhan bentuk tindakan dan interaksi

sepenuhnya. Penelitian gaya hidup dengan menggunakan variabel-variabel AIO

(activities, interests and opinions) telah digunakan sejak tahun 1970 oleh para

peneliti.

Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur

dibandingkan dibandingkan dengan kepribadian. Gaya hidup menurut (Engel,

Blackwell dan Miniard, 1995) didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan

menggunakan uang dan waktunya (pattern in which people live and spend time

and money). Psikografik merupakan konsep yang terkait dengan gaya hidup.

Psikografik adalah suatu instrumen untuk mengukur gaya hidup, yang

memberikan pengukuran kuantitatif dan bisa dipakai untuk menganalisis data

yang sangat besar. Psikografik analisis biasanya dipakai untuk melihat segmen

8

pasar. Psikografik adalah pengukuran kuantitatif gaya hidup, kepribadian dan

demografik konsumen. Psikografik sering diartikan sebagai pengukuran AIO

(activity, Interest, Opinion), yaitu pengukuran kegiatan, minat, dan pendapat

konsumen. Pendekatan psikografik sering dipakai produsen dalam

mempromosikan produknya (Sumarwan, 2003). Untuk memahami bagaimana

gaya hidup, sekelompok masyarakat diperlukan program atau instrumen untuk

mengukur gaya hidup yang berkembang, sebagaimana yang ditulis oleh Haryanto

(2005) dalam penelitiannya bahwa di dalam kajian literatur mengindikasikan tiga

pendekatan untuk mengeksplorasi profil gaya hidup yaitu Pendekatan analitis dan

sintesis, Pendekatan Value and Lifestyle (VALS), dan Pendekatan Activities,

Interests, and Opinions (AIO). Pendekatan analitis dan sintesis menjelaskan lima

dimensi untuk mengungkap gaya hidup, yaitu Morfologi, Hubungan sosial,

Domain, Makna, dan Style.

Penelitian Walker dan Li (2006) menemukan bahwa gaya hidup pada

masing-masing kelas yaitu kelas satu berorientasi pada sub-urban, gaya hidup

auto-oriented dengan tempat tinggal yang lebih besar, parkir offstreet, banyak

rumah single, dan waktu perjalanan ke tempat kerja lebih pendek, kualitas sekolah

yang bagus, tempat belanja menengah atas (toko khusus dan lapangan).

Christensen (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan variabel

karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda antara organisme, situasi atau

lingkungan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Activities,

Interests, and Opinions (AIO).

Gaya hidup merupakan sebuah penggambarkan keseluruhan diri seseorang

yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler, 2002). Menurut Susanto (2010)

gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan

kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang

berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di

masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya

hidup global dan lain sebagainya. Plummer (2003) gaya hidup adalah cara hidup

individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu

mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya

(ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Gaya hidup

adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam

hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan,

dan cinta.

Gaya hidup merupakan ciri sebuah negara modern, atau yang biasa disebut

dengan modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat

modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan

tindakan sendiri atau orang lain. Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang

membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam interaksi sehari

hari kita bisa menerapkan suatu gagasan tentang gaya hidup tanpa perlu

menjelaskan apa yang dimaksud. Oleh sebab itu gaya hidup merupakan bagian

dari kehidupan sosial sehari hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam

interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang

tidak hidup dalam masyarakat modern. Dari berbagai pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan

dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan

bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup

9

dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor

demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan

dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator

penyusunnya dari karakteristik konsumen. Perubahan sosial, baik pada fungsi

maupun struktur sosial yang di dukung oleh nilai-nilai dan norma-norma

kebudayaan adalah terjadi sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas.

Nilai dan norma-norma kebudayaan itu tidak mudah diubah begitu saja, karena

diintroyeksikan dalam jiwa dan keyakinan para anggota masyarakat seperti halnya

terjadi dalam proses sosialisasi. Dalam rangka menguraikan dan membahas suatu

gejala kehidupan manusia yang disebut perubahan sosial, akan dapat bermanfaat

bila berasumsi bahwa perubahan adalah normal, wajar, pada dasarnya tidak

mengandung trauma, terdapat pula perubahan yang beraneka ragam, dan terbuka

bagi setiap masyarakat.

Tabel 3 Perbandingan konsep indikator gaya hidup Walker (2006) Susanto (2010) Kottler (2002)

Aktivitas:

- Bekerja

- Kegiatan Sosial

- Komunitas

- Liburan

- Hiburan

Aktivitas:

- Bekerja

- Kegiatan Sosial

- Komunitas

- Liburan

- Hiburan

- Olahraga

- Belanja

Aktivitas:

- Pekerjaan

- Hobi

- Kegiatan Sosial

- Liburan

- Hiburan

- Keanggotaan Klub

- Komunitas

-Belanja

- Olahraga Minat:

- Media informasi

- Keluarga

- Rumah

- Pekerjaan

- Rekreasi

Minat:

- Media informasi

- Keluarga

- Rumah

- Pekerjaan

- Rekreasi

- Gaya

- Makanan

- Pencapaian

Minat:

- Keluarga

- Rumah

- Pekerjaan

- Komunitas

- Rekreasi

- Fashion

- Makanan

- Media

- Pencapaian Opini:

- Masa Depan

- Diri Sendiri

- Pendidikan

- Budaya

- Karakteristik Bangunan

- Desain

- Ekonomi

- Lokasi

Pendapat:

- Masa Depan

- Diri Sendiri

- Pendidikan

- Budaya

- Karakteristik Bangunan

- Desain

- Ekonomi

- Lokasi

- Produk

Opini :

- Terhadap Diri Sendiri

- Isu-isu Sosial

- Politik

- Bisnis

- Ekonomi

- Pendidikan

- Produk-produk

- Masa Depan

- Kebudayaan

10

Kerangka Pemikiran

Tujuan dari penelitian ini salah satunya adalah mengetahui adanya

hubungan antara dampak industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat

pedesaan. Berdasarkan kerangka analisis adanya kebijakan pertambangan dapat

mempengaruhi berkembangnya sektor industri pertambangan. Pembangunan

industri pedesaan yang demikian tentu akan menimbulkan dampak pada daerah

dimana industri tersebut berada. Namun yang jelas kehadiran industri tersebut

menimbulkan kesempatan semakin terbukanya untuk bekerja di luar bidang

pertanian, yang sebelumnya merupakan bidang pekerjaan yang dominan. Dari

dampak tersebut menimbulkan respon dari masyarakat. Kehadiran industri tidak

dapat dipungkiri menarik arus migrasi penduduk untuk bekerja sebagai gurandil.

Masyarakat desa yang sudah banyak bekerja sebagai gurandil dan juga ditambah

lahan pertanian yang sudah menurun karena tersingkir oleh pabrik industri

menimbulkan kesempatan kerja di bidang pertanian menjadi semakin rendah.

Maka terjadilah perubahan pemilikan tanah yang diperoleh dari para petani

maupun penduduk asli pemilik lahan tersebut. Demikian respon lain masyarakat

dengan bertambahnya mata pencaharian baru didesanya. Kehadiran industri

berakibat pada perubahan sosial ekonomi yang meliputi kegiatan ekonomi, psikis

dan relasi sosial. Perubahan pada pemilikan dan pemanfaatan lahan berimbas juga

pada perubahan profesi, perubahan pendapatan dan pengeluaran. Perubahan ini

menyebabkan pula pada perubahan pendapatan. Dengan hadirnya industri ini

ternyata mempunyai pengaruh terhadap kondisi psikologis masyarakat.

Begitupula dengan modernisasi yang terjadi akan sangat berdampak pada gaya

hidup yang berbeda dengan sebelumnya. Gaya hidup yang diukur dari minat,

aktivitas, dan pendapat seseorang dapat diukur apakah gaya hidup masyarakat

tersebut tinggi atau rendah. Respons masyarakat dengan adanya jual beli lahan,

tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran dan tingkat pendapatan yang meningkat

juga sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat pedesaan.

Keterangan:

: Hubungan (kuantitatif)

: Hubungan (kualitatif)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Respon

masyarakat:

-jual beli lahan

-tingkat

pendidikan

-tingkat

pendapatan

Respon

masyarakat:

-jual beli lahan

-tingkat

pendidikan

-tingkat

pendapatan

Respon

masyarakat:

-jual beli lahan

-tingkat

pendidikan

-tingkat

pendapatan

X1. Dampak Industri Pertambangan: X1.1 Tingkat Kesempatan Kerja X1.2 Tingkat Migrasi

X2. Respons Masyarakat: X2.1 Tingkat Jual Lahan X2.2Tingkat Beli Lahan X2.3 Tingkat Pendidikan X2.4 Tingkat Pendapatan X2.5 Tingkat Pengeluaran

Y. Gaya Hidup: Y1. Tingkat Aktivitas Y2. Tingkat Minat Y3. Tingkat Opini

Kebijakan Industri

Pertambangan

11

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan diatas, maka

hipotesis penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut:

1. H0: Tidak terdapat hubungan antara dampak industri pertambangan

dengan respon masyarakat pedesaan

H1: Terdapat hubungan antara dampak industri pertambangan dengan

respon masyarakat pedesaan

2. H0: Tidak terdapat hubungan antara respons masyarakat dengan gaya

hidup masyarakat pedesaan

H1: Terdapat hubungan antara respons masyarakat dengan gaya hidup

masyarakat pedesaan

Definisi Operasional

Dampak Industri Pertambangan

Rahardjo (1984) menyatakan bahwa proses industrialisasi berpengaruh

lebih luas lagi yaitu membawa gejala ekonomi berupa perkembangan infrastruktur

dan perdagangan dengan proses kapitalisasi (akumulasi dan konsentrasi modal),

persaingan ekonomi, gejala sosial berupa demokratisasi dan pertentangan kelas,

serta gejala budaya berupa timbulnya gaya hidup yang produktif dan konsumtif,

persepsi yang rasional, antisipatif dan pragmatis. Akibatnya hubungan antar

manusia (human relations) menjadi berubah, demikian juga struktur sosial

masyarakat di sekitarnya.

Tabel 4 Definisi operasional dampak industri pertambangan

No Variabel Definisi

Operasional

Indikator Jenis

Data

Sumber

Rujukan

1 Tingkat

Kesempatan

Kerja

Pekerjaan utama

dalam perolehan

pendapatan utama

dalam KK

1: PNS POLRI

2: Swasta

3:Pedagang

4: Buruh

5: Petani

6: Wiraswasta

7: Ternak

8:Tidak Bekerja

Ordinal Kariyasa,

Siregar,

Suradisa

stra, dan

Yusdja

2 Tingkat

Migrasi

Migrasi adalah

proses perpindahan

penduduk atau

gerak penduduk

dari luar desa ke

desa peneliti yang

dinyatakan dalam

jiwa

X ≤ ½ SD :

rendah

½ SD < X < ½

SD : sedang

X ≥ ½ SD :

tinggi

Hasil Lapangan:

Rendah: migrasi

≤ 1.319

Ordinal BPS

(2005)

12

Sedang: 1.319 <

migrasi < 1.821

Tinggi: migrasi

≥ 1.821

Respons Masyarakat

Purwanto (2003) memaparkan jika kehadiran industri di suatu wilayah

pasti akan menimbulkan reaksi dari masyarakat sebagai bentuk responnya.

Berbagai perubahan yang terjadi akibat respons terhadap pembangunan industri

dan dampak yang menyertainya akan beragam tergantung pada definisi subyektif

yang dipengaruhi kepentingan pribadi dan nilai sosial dari masyarakat yang

bersangkutan.

Tabel 5 Definisi operasional respons masyarakat

No Variabel Definisi Operasional Indikator Jenis

Data

Sumber

Rujukan

1 Tingkat Jual

Lahan

Jual beli lahan

adalah luas lahan

yang dijual atau

dibeli oleh rumah

tangga, diukur

dengan meter

persegi (m2)

X ≤ ½ SD :

rendah

½ SD < X <

½ SD :

sedang

X ≥ ½ SD :

tinggi

Hasil

lapangan:

Rendah : luas

tanah ≤ 35 m2

Sedang : 35

m2 < luas

tanah < Rp

60 m2

Tinggi : luas

tanah ≥ Rp

60 m2

Ordinal BPS

(2005)

2 Tingkat

Pendapatan

Rata-rata hasil (X)

kerja berupa uang

yang diperoleh tiap

individu per bulan,

tingkat pendapatan

diukur berdasarkan

rataan pendapatan

rumah tangga

responden

X ≤ ½ SD :

rendah

½ SD < X <

½ SD :

sedang

X ≥ ½ SD :

tinggi

Hasil

lapangan:

Rendah :

pendapatan ≤

Rp

Ordinal BPS

(2005)

13

1.932.174,6,-

Sedang : Rp

1.932.174,6,-

< pendapatan

< Rp

4.612.968,3,-

Tinggi :

pendapatan ≥

Rp

4.612.968,3,-

3 Tingkat

Pendidikan

Menurut UU

Republik Indonesia

No. 20 tahun 2003

Tingkat pendidikan

atau sering disebut

dengan jenjang

pendidikan adalah

tahapan pendidikan

yang ditetapkan

berdasarkan tingkat

perkembangan

peserta didik, tujuan

yang akan dicapai

dan kemampuan

yang dikembangkan.

Jenjang pendidikan

formal terdiri dari

pendidikan dasar,

pendidikan

menengah dan

pendidikan tinggi

1.SD

2. SMP

3. SMA

4. Kuliah

5 Pendidikan

Non Formal

Ordinal BPS

(2005)

4 Tingkat

Pengeluaran

Rata-rata (X)

konsumsi/pengeluara

n untuk pemenuhan

kebutuhan pangan,

pendidikan dan

kesehatan (non-

pangan). Pengukuran

tingkat pengeluaran

didasarkan pada

pengeluaran rumah

tangga responden

untuk pemenuhan

kebutuhan pangan

dan pendidikan dan

jasa (non-pangan).

X ≤ ½ SD :

rendah

½ SD < X <

½ SD :

sedang

X ≥ ½ SD :

tinggi

Hasil

Lapangan:

Rendah :

pengeluaran

≤ Rp

1.324.317,8,-

Sedang : Rp

1.324.317 <

pengeluaran

< Rp

Ordinal BPS

(2005)

14

6.615.339,3,-

Tinggi :

pengeluaran

≥ Rp

6.615.339,3,-

Gaya Hidup

Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur

dibandingkan dibandingkan dengan kepribadian. Gaya hidup menurut (Engel,

Blackwell dan Miniard, 2005) didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan

menggunakan uang dan waktunya (pattern in which people live and spend time

and money). Plummer (2003) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di

identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas),

apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang

mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Activities, Interests, and Opinions (AIO).

Tabel 6 Definisi operasional gaya hidup

No Variabel Definisi Operasional Indikator Jenis

Data

Sumber

Rujukan

1 Kegiatan

Sosial

Kegiatan seseorang

dalam

memanfaatkan

waktunya untuk

membantu orang lain

1.Posyandu

2.Donor

Darah

3.Kerja Bakti

4.Karang

Taruna

5.Pengajian

Ordinal Kottler

(2002)

2 Liburan Kegiatan seseorang

dalam memanfaatkan

waktunya untuk

berekreasi

1.Tempat

Rekreasi

2.Menonton

bioskop

Ordinal Kottler

(2002)

3 Hiburan Kegiatan seseorang

dalam memanfaatkan

waktunya untuk

melepas kejenuhan

1. Televisi

2. Koran

3. Majalah

4. Radio

Ordinal Kottler

(2002)

4 Komunitas Kegiatan seseorang

bersama

sekelompok orang

dalam

memanfaatkan

waktunya untuk

masyarakat dan

lingkungan

1.Pengajian

2.Karang

Taruna

3.Posyandu

Ordinal Kottler

(2002)

5 Olahraga Kegiatan seseorang

dalam memanfaatkan

waktunya untuk

berolahraga

1.Bulu

Tangkis

2.Basket

3.Sepak Bola

Ordinal Kottler

(2002)

15

4.Voli

5.Lainnya

6 Media

Komunikasi

Alat komunikasi dan

teknologi yang

digunakan untuk

berinteraksi sosial

1.Handphone

2.Radio

3.Internet

4.Telepon

Ordinal Kottler

(2002)

7

7

Jenis lantai

bangunan

tempat

tinggal

Merupakan jenis

lantai bangunan

terluas yang menjadi

tempat tinggal rumah

tangga.

1.Tanah

2.Bambu

3.Kayu

murah

4.Kayu

mahal

5.Keramik

Ordinal BPS

(2005)

8

8

Jenis

dinding

terluas

Merupakan jenis

dinding bangunan

terluas yang menjadi

tempat tinggal rumah

tangga.

1.Rumbia

2.Bambu

3.Kayu

kualitas

rendah

4.Tembok bata

5.Tembok

beton

Ordinal BPS

(2005)

9 Aktivitas Berbagai jenis

kegiatan yang

dilakukan seseorang

untuk memanfaatkan

waktunya

1. Sangat

Tidak Setuju

2. Tidak

Setuju

3. Setuju

4. Sangat

Setuju

Ordinal Kottler

(2002)

10 Minat Berbagai prioritas

yang dianggap

seseorang penting

disekitarnya

1. Sangat

Tidak Setuju

2. Tidak

Setuju

3. Setuju

4. Sangat

Setuju

Ordinal Kottler

(2002)

11 Opini Pandangan-pandangan

seseorang, baik

terhadap diri sendiri

maupun lingkungan

sekitar

1. Sangat

Tidak Setuju

2. Tidak

Setuju

3. Setuju

4. Sangat

Setuju

Ordinal Kottler

(2002)

16

17

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data

kualitatif. Penelitian kuantitatif yang akan dilakukan merupakan penelitian sensus

individu masyarakat. Metode kuantitatif dilakukan melalui pengisian kuesioner.

Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab bagaimana hubungan

industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat di Desa Pangkal Jaya,

Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Data kualitatif dikumpulkan dengan

menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap informan. Hasil uraian

dijelaskan secara inferensial dan terfokus pada hubungan antara variabel dampak

industrialisasi, respons masyarakat dan gaya hidup untuk menguji hipotesa.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung,

Kabupaten Bogor. Wilayah ini termasuk dalam wilayah pengembangan industri.

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan karena adanya pengembangan industri di

Desa Pangkal Jaya yaitu dengan adanya penambangan emas. Penelitian

dilaksanakan dalam waktu tiga bulan, terhitung mulai bulan Januari 2015 sampai

dengan Maret 2015. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi,

kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan

perbaikan laporan skripsi.

Teknik Pengambilan Responden dan Informan

Populasi penelitian ini adalah keseluruhan masyarakat yang bekerja sebagai

penambang tanpa izin yang ada di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung,

Kabupaten Bogor. Berdasarkan populasi tersebut, dibentuklah kerangka sampling

dari masyarakat Desa Pangkal Jaya yang terdiri dari beberapa kampung.

Selanjutnya ditentukan sampel penelitian sebanyak 35 orang responden.

Pengambilan sample atau responden dalam penelitian ini menggunakan teknik

“simple random sampling”. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu.

Pada awalnya, teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan jumlah populasi

masyarakat yang ada di Desa Pangkal Jaya yang bekerja sebagai penambang liar

kemudian dibentuk kerangka sampel dan diberi nomor urut pada seluruh daftar

populasi yang terdapat dalam kerangka sampel tersebut dan di acak dengan

menggunakan Microsoft Exel untuk memilih 35 responden. Informan adalah

orang yang menceritakan tentang lingkungannya atau pihak-pihak lain. Adapun

informan yang diambil adalah instansi terkait dalam penelitian ini seperti kantor

Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, tokoh masyarakat

seperti ketua RT, ketua RW, serta masyarakat yang memiliki pengaruh kuat di

dalam desa tersebut. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat

mendukung keberlangsungan informasi penelitian secara lancar.

18

Tabel 7 Pemilihan informan

Kerangka Berfikir Informan

Dampak Industri Pertambangan -Ketua RT/RW

-Pak Usup

-Gurandil

Respons Masyarakat -Ketua RT/RW

-Pak Jaya

-Gurandil

Gaya Hidup -Pak Heri

-Gurandil

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah pengambilan data primer dan sekunder, wawancara mendalam kepada

responden dan informan, melakukan pengamatan berperan serta secara langsung

dilapangan dan penyebaran kuesioner.

Tabel 8 Jenis dan metode pengumpulan data

No Kebutuhan data

Metode

Survei

(sumber data)

Data sekunder

(sumber data)

Wawancara

mendalam (sumber

data)

1 Sensus Gurandil

yang ada ditempat Sumber data dari

sensus gurandil - -

2 Peta desa dan data

monografi Desa

Pangkal Jaya

- Sumber data dari

kantor Desa Lulut -

3 Dampak industri

pertambangan

Sumber data dari

wawancara kepada

responden

menggunakan

panduan kuesioner

-

Sumber data dari

wawancara

mendalam kepada

informan dengan

panduan pertanyaan

4 Respons

masyarakat

Sumber data dari

wawancara kepada

responden

menggunakan

panduan kuesioner

-

Sumber data dari

wawancara

mendalam kepada

informan dengan

panduan pertanyaan.

5 Gaya hidup

masyarakat

gurandil

Sumber data dari

wawancara kepada

responden

menggunakan

panduan kuesioner

-

Sumber data dari

wawancara

mendalam kepada

informan dengan

panduan pertanyaan.

19

Pengamatan dilakukan agar peneliti dapat melihat, merasakan dan

memaknai pola perilaku sosial yang terjadi pada dunia tineliti sehingga sehingga

memungkinkan adanya pembentukan pengetahuan secara bersama. Pengumpulan

data sekunder yang dilakukan adalah dengan penyebaran kuesioner kepada

responden dan mengambil data-data dari penelitian sebelumnya dan dari dokumen

serta arsip dari Desa Pangkal Jaya. Setelah turun ke lapangan mengambil data,

kuesioner diuji reliabilitasnya lalu hasilnya adalah cronbach alpha sebesar 0.635

atau sebesar 63,5% dari selang kepercayaan 90% yang dapat dilihat pada lampiran

5 diakhir laporan.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis

yaitu data kuantitaif dan data kualitatif. Data kualitatif menggunakan aplikasi

Microsoft Excel 2007 dan SPSS for windows 20.0. Pembuatan tabel frekuensi,

grafik, diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat data awal responden

untuk masing-masing variabel secara tunggal menggunakan aplikasi Microsoft

Excel 2007.

Dalam penelitian ini, menggunakan analisis hubungan (correlation).

Karena digunakan untuk menguji hubungan antara 2 variabel atau lebih, apakah

kedua variabel tersebut memang mempunyai hubungan yang signifikan,

bagaimana arah hubungan dan seberapa kuat hubungan tersebut. Karena data yang

digunakan berupa data ordinal dan interval, maka analisis datanya juga

menggunakan korelasi spearman rank, yaitu digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya korelasi antara dua variabel. Hasil dari pengamatan dan wawancara

dilapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan

kutipan langsung. Data sekunder diperoleh melalui literatur yaitu buku-buku,

podes, bps, profil desa, informasi tertulis, data-data dan literatur-literatur yang

mendukung kebutuhan data mengenai fokus penelitian seperti profil desa,

masyarakat dan tingkat taraf hidup.

Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian

data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses

pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara

mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari mereduksi data ini ialah

untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang

tidak perlu. Reduksi data dilakukan menurut topik kebijakan dalam kategori

dampak industri, respons dan gaya hidup. Kedua ialah penyajian data yang berupa

menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-

kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Penyajian data berupa narasi,

diagram, dan matriks. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan

penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi

dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada responen, informan,

dosen pembimbing. Seluruh hasil penelitian pada akhirnya dituliskan dalam

laporan skripsi.

20

21

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis dan Keadaan Lingkungan

Desa Pangkal Jaya memiliki luas wilayah 370 Ha, yang terdiri dari Dua

Dusun dengan 13 Rukun Warga (RW) dan 27 Rukun Tetangga (RT). Desa

Pangkal Jaya memiliki batas wilayah administratif yaitu bebatasan sebelah utara

dengan Desa Kalong Liud, sebelah timur berbatasan dengan Desa Hambaro,

sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bantar Karet dan sebelah barat berbatasan

dengan Desa Nanggung dan Parakanmuncang (dengan batas Kali Cikaniki). Desa

Pangkal Jaya merupakan desa yang berada di daerah Perbukitan, dengan

ketinggian antara 400 - 650 m dpl (diatas permukaan laut). Sebagian besar

wilayah Desa Pangkal Jaya adalah Bukit Dengan kemiringan antara 150 - 20

0 di

sebelah timur dibatasi oleh perbukitan “Sibentang” yang sekaligus menjadi batas

dengan Desa Hambaro, dan disebelah selatan berbatasan dengan Desa Bantar

karet. Aspek Hidrologi suatu wilayah desa sangat diperlukan dalam pengendalian

dan pengaturan tata air wilayah desa.

Berdasarkan hidrologinya, aliran-aliran sungai di wilayah Desa Pangkal

Jaya membentuk pola daerah aliran sungai, yaitu linear tercatat beberapa sungai

maupun solokan baik skala kecil, sedang, dan besar. Disamping itu ada pula

beberapa mata air yang bisa digunakan sebagai sumber mata air bersih, maupun

sumber air untuk pertanian. Mata air utama yang menghidupi masyarakat Desa

Pangkal Jaya adalah diantaranyam mata air Ciketug, mata air Cisawer, mata air

Ciparanje dan mata air Citundun. Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa

Pangkal Jaya Digunakan secara produktif, dan hanya sedikit saja yang tidak

dipergunakan. Hal ini menunjukan bahwa kawasan Desa Pangkal Jaya memiliki

sumber daya alam yang memadai dan siap untuk diolah. Luas lahan berupa sawah

teknis seluas 10 ha, semi teknis 10 ha, tadah hujan 370 ha, dan yang lainnya

berupa pekarangan 160 ha, hutan rakyat 80 ha, hutan negara 0 ha, dan lain – lain

40 ha. Untuk lebih jelasnya mengenai luas tanah danpenggunaannya dapat dilihat

pada tabel 9 berikut ini.

Tabel 9 Luas lahan menurut jenis penggunaan di desa Pangkal Jaya

Jenis Penggunaan Jumlah Persentase (%)

Sawah Teknis 10 2.70

Sawah Tadah Hujan 150 40.54

Pekarangan Pemukiman 80 21.60

Hutan Rakyat 90 24.32

Lain-lain 40 10.81

Jumlah 370 100,00

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

Panjang jalan di Desa Pangkal Jaya Pada tahun 2010 sepanjang 6,71 Km

(6.710 meter), yang terdiri atas jalan PT. Antam Pongkor 1,8 Km, serta jalan Desa

sepanjang 4,91 Km. Mulai Tahun 1995, di Desa Pangkal Jaya mulai di lintasi oleh

trayek angkutan umum yaitu Trayek Leuwiliang - Nunggul, sehingga amat

membantu bagi transportasi masal penduduk. Namun demikian angkutan ojeg

masih terdapat di beberapa tempat sebagai alat transportasi penduduk yang sulit

22

dicapai kendaraan roda empat. Hal ini bisa terlihat banyaknya jumlah pengemudi

ojeg di Desa Pangkal Jaya yaitu sebanyak 12 orang.

Kondisi Demografi dan Sosial Budaya

(1) Kependudukan

Penduduk Desa Pangkal Jaya berdasarkan data terakhir hasil Sensus

Penduduk Tahun 2010 tercatat sebanyak 6520 Jiwa, Tahun 2009 sebanyak 6470

Jiwa, Tahun 2008 sebanyak 6348 Jiwa, Tahun 2007 sebanyak 6264 Jiwa,

mengalami kenaikan setiap tahunnya rata-rata sebesar 0, 76 – 1,8% yang dapat

dilihat pada tabel 12.

Tabel 10 Jumlah penduduk desa Pangkal Jaya

No Tahun Jumlah Laju Pertumbuhan (%)

1 2013 6.520 0,76 %

2 2012 6.470 1,88 %

3 2011 6.348 1,3 %

Sumber: Profil Pangkal Jaya

Jumlah Penduduk hasil sensus tahun 2011 menunjukkan bahwa jenis

kelamin laki-laki berjumlah 3474 dan jenis kelamin perempuan berjumlah 3126

jiwa yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dapat dilihat bahwa persentase

jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki sebesar (52,71%) lebih besar

dibandingkan persentase jumlah penduduk jenis kelamin perempuan yaitu sebesar

(47,29%).

Tabel 11 Jumlah penduduk hasil sensus

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-Laki 3.474 52,71

2 Perempuan 3.126 47,29

Jumlah 6.590 100,00

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

Sebaran usia penduduk di Desa Pangkal Jaya menurut sensus tahun 2011

rata-rata berusia 18-40. Jumlah sebaran usia penduduk dengan usia produktif dan

non produktif dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Penduduk usia 0-1 tahun

berjumlah 104 jiwa, penduduk usia 2-7 tahun berjumlah 756 jiwa, penduduk usia

8-13 tahun berjumlah 864 jiwa, penduduk usia 14-17 tahun berjumlah 544 jiwa,

penduduk usia 18-40 tahun berjumlah 2848 jiwa dan penduduk usia lebih dari 40

tahun berjumlah 1474 jiwa. Dapat dilihat bahwa terdapat lebih banyak penduduk

usia produktif dibandingkan usia non produktif.

23

Tabel 12 Usia penduduk hasil sensus

No Jenis Jumlah

1 Usia Bayi (0-1 Tahun) 104

2 Usia Anak-anak 2-7 Tahun 756

3 Usia SD 8-13 Tahun 864

4 Usia Remaja 14-17 Tahun 544

5 Usia Dewasa 18-40 Tahun 2.848

6 Usia Dewasa Akhir >40 Tahun 1.474

Jumlah 6.590

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

Jumlah rumah tangga di Desa Pangkal Jaya Tahun 2007, sebanyak 1478

Rumah Tangga/KK, Tahun 2008, sebanyak 1502 Rumah Tangga/KK, Tahun 2009

sebanyak 1544 Rumah Tangga/KK. Proyeksi jumlah penduduk di Desa Pangkal

Jaya Tahun 2011 berjumlah 6620 Jiwa, Tahun 2012 berjumlah 7012 Jiwa.

Tabel 13 Jumlah rumah tangga per RW desa Pangkal Jaya

No RW Jumlah Rumah Tangga

1 RW.01 110

2 RW.02 162

3 RW.03 156

4 RW.04 101

5 RW.05 98

6 RW.06 128

7 RW.07 236

8 RW.08 178

9 RW.09 154

10 RW.10 105

11 RW.11 156

Jumlah 1.584

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

(2) Ketenagakerjaan

Berkaitan dengan perkembangan situasi dan kondisi ketenaga kerjaan di

Desa Pangkal Jaya sampai akhir Tahun 2011, masih menunjukan keadaan

kondusif, walaupun di pihak lain masih di hadapkan pada keterbatasan lapangan

kerja dan jumlah pencari kerja yang cukup banyak. Keadaan ini semakin sulit di

kendalikan sebagai akibat krisis ekonomi dan kenaikan harga BBM. Banyaknya

pencari kerja di Desa Pangkal Jaya adalah sebagai akibat penambahan tenaga

kerja baru dan pemutusan hubungan kerja (PHK). Kondisi ini terus berlangsung di

berbagai lapisan dan tingkatan sektor-sektor usaha startegis yang banyak

menyerap tenaga kerja. Keadaan seperti ini memberikan kontribusi sangat besar

terhadap jumlah pencari kerja yang tidak terproyeksikan sebelumnya.

Jumlah angkatan kerja pada tahun 2011 sebanyak 74 Orang. Jumlah

pencari kerja yang dapat di salurkan dan di tempatkan di perusahaan-perusahaan

maupun jenis pekerjaan lainnya sebanyak 52 Orang, sedangkan sisanya sebesar 22

Orang belum mendapat pekerjaan. Untuk tahun 2011 jumlah pencari kerja laki-

laki sebesar 48 Orang, sedangkan perempuan sebanyak 36 Orang, sedangkan

24

pencari kerja perempuan yang dapat di tempatkan lebih besar dari pada laki-laki

yaitu 28 orang dan laki-laki sebesar 22 orang.

(3) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu modal dasar perbangunan. Sehingga

pendidikan adalah sebuah Investasi (modal) di masa yang akan datang. Di Desa

Pangkal Jaya Tahun 2011-2013, jumlah guru dan murid tiap tahunnya mengalami

peningkatan. Guru pada Tahun 2010 berjumlah = 38 Orang, dengan jumlah murid

PAUD sebanyak 202 Orang, SD sebanyak 1.232 Orang, SLTP sebanyak = 182

Orang, SLTA sebanyak = 129 Orang. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada

table di bawah ini.

Tabel 14 Data pendidik atau sekolah formal dan non formal

No Uraian PAUD SD SLTP SLTA

1 Guru 16 19 3 -

2 Murid 202 1.232 182 129

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

Jumlah sarana prasarana sekolah, maupun jenjang terus di upayakan

kuantitas maupun kualitasnya, baik itu negeri maupun swasta, dari mulai

TK/PAUD/RA sampai dengan SLTA. Rekapitulasi tingkat pendidikan penduduk

Desa Pangkal Jaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 15 Tingkat pendidikan penduduk

No Tingkat Pendidikan Penduduk Jumlah Persentase

(%)

1 Tidak tamat SD 446 10,34

2 TamatSD 2.562 59,42

3 Tamat SLTP 867 20,11

4 Tamat SLTA 328 7,60

5 D1 0 0,00

6 D2 84 1,9

7 D3 0 0,00

8 S1 24 0,55

Jumlah 4.311 100,00

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

Kondisi Sarana dan Prasarana

Pada umumnya jenis sarana sosial ekonomi masyarakat Desa Pangkal Jaya

berupa usaha perdagangan, terutama warung kebutuhan rumah tangga sehari-hari

yang berskala kecil. Di samping itu pula sarana ekonomi yang menjadi tulang

punggung ekonomi masyarakat Desa Pangkal Jaya adalah perusahaan-perusahaan

yang ada di sekitar Kecamatan Nanggung, transportasi ojeg, dan sarana lahan

pertanian dan perkebunan dengan skala kecil pula. Hal yang menjadikan Desa

Pangkal Jaya Maupun Desa –desa yang ada di Kecamatan Nanggung menjadi

beda dengan Desa dan Kecamatan lain di Kabupaten Bogor. Adapun jumlah

sarana prasarana pendidikan di Desa Pangkal Jaya terdiri dari jenjang TK s.d

25

SLTP, baik formal maupun non formal. Nama dan Jumlah sarana Pendidikan ada

di Desa Pangkal Jaya dapat di lihat pada tabel 20 di bawah ini.

Tabel 16 Data sarana dan prasarana pendidikan

No Nama Sekolah Jenjang Status Lokasi Jumlah

Murid

1 PAUD Kakatua PAUD Swasta Kp. Pangaduan Kuda 82

2 PAUD Darussa’adah PAUD Swasta Kp. Ciketug 64

3 PAUD Al-Muhimmah PUD Swasta Kp. Tapos 56

4 SDN Pangkal Jaya SD Negeri Kp. Parengpeng 286

5 SDN Ciketug SD Negeri Kp. Pangkalan 254

6 SDN Wates SD Negeri Kp. Pangaduan Kuda 267

7 SDN Tapos SD Negeri Kp. Tapos 225

8 MTsS Al- Madaniyah SLTP Swasta Kp. Pangaduan Kuda 56

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

Struktur Sosial dan Kebudayaan

Kebudayaan yang ada di desa Pangkal Jaya Merupakan modal dasar

pembangunan yang melandasi pembangunan yang akan di laksanakan, warisan

budaya yang bernilai luhur merupakan dasar dalam rangka pengembangan

pariwisata yang di jiwai oleh mayoritas Keluhuran Nilai Agama Islam. Salah satu

aspek yang di tangani dan terus di lestarikan secara berelanjutan adalah

pembinaan berbagai aspek kelompok kesenian. Pemerintahan terus membina

kelompok dan organisasi kesenian yang ada, walaupun dengan keterbatasan dana

yang di alokasikan, namun semangat para pewaris kebudayaan di Desa Pangkal

Jaya terus berusaha menjaga, merawat serta memeliharanya agar budaya dan

kelompok kesenian tersebut terus terpelihara. Beberapa kelompok kesenian yang

ada di Desa Pangkal Jaya yang masih eksis dan terawat walaupun kondisinya

sangat memprihatinkan di antaranya dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 17 Data kelompok budaya dan kesenian

No Jenis kelompok Budaya dan

Kesenian

Jumlah Keterangan

1 Degung 1 Pasif

2 Qasidah 5 Aktif

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

Di bidang pariwisata, Desa Pangkal Jaya Terus berupaya memelihara satu-

satunya lokasi Wisata Alam yng bernama Situ Saat, lokasi ini dari zaman sebelum

kemerdekaan sampai dengan sekarang masih sering di kunjungi terutama oleh

warga sekitar, terutama sering di pergunakan menjadi kawasan Pemancingan.

Namun dengan demikian lokasi Wisata Ala mini belum tergali dan terpelihara

secara optimal, mengingat dana yang amat terbatas, sehingga hanya

memanfaatkan lokasi yang seadanya. Padahal jika saja lokasi ini di kelola dengan

baik, niscaya akan menjadi lokasi wisata yang bakal menjanjikan, dan yang paling

cocok lokasi ini di peruntukan misalnya bagi wisata Camping Ground, Wisata Air,

Wisata Olahraga, maupun yang lainnya. Dalam kepemimpinan Kepala Desa

terpilih pada periode ini (periode 2011 -2016), pembangunan lokasi Wisata Situ

26

Saat menjadi skala prioritas program kegiatan kepemimpinannya. Di samping itu

pula masih banyak budaya-budaya yang ada di Desa Pangkal Jaya yang dulu

sempat ada dan sekarang menjadi tenggelam, dan hal ini perlu di kembalikan pada

beberapa tahun mendatang, sehingga anak cucu di desa Pangkal Jaya akan teringat

kembali akan semua peninggalan budaya nenek moyangnya, yang mana kondisi

akhir-akhir ini (anak generasi / kelahiran 70’an sampai dengan sekarang) sudah

banyak kehilangan dan sudah tidak mengenal lagi budaya karuhun.

Selain itu, agama yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat Desa Lulut

adalah agama Islam. Menurut Sjaf (2012), hal ini menyebabkan tokoh agama

menjadi salah satu pemimpin informal yang disegani dan dijadikan ujung tombak

dalam menyelesaikan masalah dan persoalan yang dihadapi oleh warga Desa

Lulut. Adanya mayoritas penduduk yang memeluk agama Islam ini

mempengaruhi ketersediaan sarana dan prasarana peribadatan seperti masjid atau

mushollah dan sanggar. Selain digunakan untuk ibadah sholat, masjid atau

mushollah di Desa Lulut banyak digunakan untuk pengajian ibu-ibu (majlis

ta’lim), pengajian warga (umum), dan pengajian TPA (Tempat Pendidikan Al-

Quran). Sementara itu, sanggar hanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang

dalam lingkup keluarga atau kerabat terdekat saja. Sarana tempat peribadatan

dapat dilihat pada tabel 22.

Tabel 18 Tabel tempat peribadatan

No Jenis Jumlah

1 Masjid 12

2 Mushola 9

3 Madrasah 6

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

Pola Adaptasi Ekologis

Adanya Pertambangan Emas Tanpa Izin (Peti) yang menyebabkan

terbentuknya komunitas gurandil membawa perubahan pada kondisi ekologi desa

tersebut. Perubahan yang terjadi yaitu pengalihfungsian lahan pertanian menjadi

lahan tambang dan lahan non-pertanian lainnya. Berkurangnya lahan pertanian,

baik lahan sawah maupun lahan non-sawah (kebun), menyebabkan masyarakat

Desa Pangkal Jaya beralih mata pencaharian dari yang awalnya mayoritas

masyarakat bekerja pada sektor pertanian kini beralih pada sektor industri dan jasa,

sehingga kini hanya sebagian kecil saja yang masih bekerja di sektor pertanian.

27

DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN

Tingkat Kesempatan Kerja

Kehadiran industri menyebabkan berbagai perubahan-perubahan di bidang

sosial dan ekonomi masyarakat. Pada penelitian ini perubahan yang dimaksud

adalah kesempatan kerja sebagai buruh meningkat. Adanya industri di Desa

Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor secara nyata telah

membuka kesempatan kerja di bidang non pertanian, dalam hal ini khususnya

bekerja di industri sebagai buruh atau yang biasa disebut gurandil. Menurut

penuturan salah satu warga yang merupakan tokoh masyarakat,

“Dampak industri bagi masyarakat, karena dengan adanya pongkor

menjadikan masyarakat desa Pangkal Jaya menjadi masyarakat yang

awalnya produktif menjadi konsumtif, yang awalnya masyarakat itu

tradisional menjadi masyarakat modern. Wujud realnya adalah para

orang tua mulai menghiasi dirinya dengan perhiasan, emas-emas dan

barang-barang mahal yang biasanya dipakai untuk kegiatan, dari

kalangan bapak-bapak mulai membeli apa yang mereka inginkan, dari

kalangan remaja mulai bergaya layaknya pemuda metropolis. Akibatnya

persaingan hidup mulai timbul, seperti : perselingkuhan, pergaulan

bebas, dan meningkatnya angka kriminalitas, perubahan ini terjadi

secara langsung dikarenakan adanya pekerjaan menjadi gurandil

mempunyai peran yang sangat penting dalam mendesain perubahan

dalam masyarakat”

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa dalam komunitas

gurandil di Desa Pangkal Jaya terdapat tingkatan strata dalam penggolongan

anggota komunitas gurandil. Strata tersebut adalah gurandil yang memiliki lobang

memiliki strata tertinggi, gurandil yang memiliki gelondongan (pengolahan

lumpur menjadi emas) memiliki starta sedang dan gurandil jitrek (g track) yang

bertugas menjadi kuli menggali lobang dan kuli panggul hasil penggalian. Oleh

karena itu penjelasan deskriptif dalam penelitian ini akan disajikan berdasarkan

ketiga strata dalam gurandil di Desa Pangkal Jaya.

Menurut penuturan informan bahwa dampak industri pertambangan sangat

mempengaruhi perubahan mata pencaharian warga Desa Pangkal Jaya sehingga

masyarakat dapat meningkatkan perekonomian keluarganya. Responden

penelitian diteliti menggunakan sensus gurandil di lokasi Desa Pangkal Jaya

Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Sensus dalam penelitian ini

menghasilkan responden yang berjumlah 35 orang warga yang pernah bekerja

sebagai gurandil dengan jenis kelamin laki-laki. Terdapat sekitar 91.4%

masyarakat desa pangkal jaya pekerjaan utamanya adalah gurandil.

28

Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan di Desa

Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Jenis Pekerjaan Sebelum Industri Sesudah Industri Perubahan

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

G. Lobang

Swasta

Pedagang

Buruh

Petani

Wiraswasta

Tidak Bekerja

G. Gelondongan

Swasta

Pedagang

Buruh

Petani

Wiraswasta

Tidak Bekerja

G. Track

Swasta

Pedagang

Buruh

Petani

Wiraswasta

Tidak Bekerja

0

0

0

0

2

0

3

11

4

2

1

7

0

0

2

0

0

3

0,0

0,0

0,0

0,0

5,7

0,0

8,6

31,9

11,4

5,7

2,9

20,3

0,0

0,0

5,7

0,0

0,0

8,6

0

0

2

0

0

0

0

0

28

3

0

0

0

0

5

0

0

0

0,0

0,0

5,7

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

81,2

8,6

0,0

0,0

0,0

0,0

14,5

0,0

0,0

0,0

0

0

-2

0

-2

0

-3

-11

22

1

-1

-7

0

0

3

0

0

-3

0,0

0,0

-200

0,0

-200

0,0

-100

-110

433

50

-100

-700

0,0

0,0

300

0,0

0,0

-300

Total 35 100,0 35 100,0 35 73

Hasil penelitian menunjukkan frekuensi jenis pekerjaan responden

sebelum dan sesudah adanya industri pertambangan. Sebesar (8.6%) sebelum

adanya industri responden bekerja dibidang swasta, (28.6%) sebelum adanya

industri responden bekerja sebagai pedagang, (17.1%) sebelum adanya industri

responden bekerja sebagai buruh, (5.7%) sebelum adanya industri responden

bekerja sebagai petani, (8.6%) sebelum adanya industri responden bekerja sebagai

wiraswasta dan (31,4%) sebelum adanya industri responden tidak bekerja.

Sedangkan perubahan yang signifikan terjadi setelah adanya industri yaitu sebesar

(91,4%) responden bekerja sebagai buruh dan hanya (8.6%) responden bekerja

sebagai petani. Dapat dilihat bahwa responden sebelum adanya industri banyak

yang tidak memiliki pekerjaan tetapi setelah adanya industri pekerjaan mereka

beralih menjadi gurandil atau bekerja sebagai buruh.

Tingkat Migrasi

Arus migrasi masuk ke Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor tidak terhindarkan lagi semenjak adanya industri pertambangan.

Para pendatang ini tersebar di tujuh kampung yang ada di Desa Pangkal Jaya.

Tentu sebagian besar pendatang bertujuan untuk bekerja sebagai gurandil. Tingkat

arus migrasi masuk para pendatang ini cukup tinggi sedangkan arus migrasi

29

keluarnya tidak ada karena kebanyakan pendatang menetap dan memperistri

masyarakat Desa Pangkal Jaya sehingga menjadi warga disana.

Tabel 20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan migrasi masuk di Desa

Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Migrasi Masuk Suami Istri

Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase (%)

G. Lobang

Ada

Tidak Ada

G. Gelondongan

Ada

Tidak Ada

G. Track

Ada

Tidak Ada

1

1

12

16

2

3

2,9

2,9

34,8

46,4

5,8

8,7

1

0

7

18

0

4

2,9

0,0

20,3

52,2

0,0

11,6

Total 35 100,0 30 100,0

Hasil penelitian menunjukkan adanya frekuensi migrasi masuk responden

baik suami maupun istri setelah adanya industri pertambangan. Sebesar (42.9%)

suami adalah pendatang dan sebesar (57.1%) suami adalah masyarakat asli Desa

Pangkal Jaya. Sedangkan sebesar (26.7%) istri adalah pendatang dan sebesar

(73.3%) istri adalah masyarakat asli Desa Pangkal Jaya.

Pada bagian jumlah migrasi masuk pada istri jumlah migrasi sebanyak 30

dikarenakan 5 dari responden penelitian ini yaitu yang berperan sebagai suami

tidak memiliki istri. Sehingga dari 35 responden hanya 30 responden yang

memiliki istri. Menurut pemaparan responden bahwa kebanyakan mereka datang

ke Desa Pangkal Jaya pada tahun 1990an dan 2000an lalu menikahi warga

setempat dan menjadi masyarakat legal Desa Pangkal Jaya. Dapat dilihat bahwa

berdasarkan hasil terdapat arus migrasi yang cukup tinggi tetapi tidak adanya arus

migrasi keluar karena kebanyakan mereka berkeluarga dan mejadi penduduk

setempat Desa Pangkal Jaya.

30

31

RESPONS MASYARAKAT

Tingkat Jual Beli Lahan

Kebutuhan akan lahan terutama untuk keperluan perumahan dan untuk

memenuhi sarana dan prasarana lainnya termasuk lokasi produksi pertanian dan

gelondongan untuk pengolahan emas. Sebagai konsekuensi masuknya industri

berdampak pada perubahan pemilikan lahan. Terjadilah jual-beli lahan baik tanah

pekarangan, maupun tanah sawah yang dijual oleh penduduk asli kepada

pendatang baru maupun kepada tetangganya sendiri. Pembelian lahan di Desa

Pangkal Jaya dari 35 responden penelitian sebanyak (60%) membeli lahan dan

sebanyak (40%) tidak membeli lahan.

Tabel 21 Jumlah dan persentase beli lahan di Desa Pangkal Jaya Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor

Pembelian Lahan Jumlah Persentase (%)

G. Lobang

Ada Pembelian

Tidak Ada Pembelian

G. Gelondongan

Ada Pembelian

Tidak Ada Pembelian

G. Track

Ada Pembelian

Tidak Ada Pembelian

2

0

19

9

0

5

5,7

0,0

55,1

26,1

0,0

14,5

Total 35 100,0

Dari hasil penelitian, perolehan lahan milik responden di Desa Pangkal

Jaya didapat dari warisan dan membeli dari pendatang atau tetangga. Perolehan

lahan yang diperolah dari warisan adalah sebesar (52,4%) dan lahan yang

diperoleh dari membeli sebesar (47,6%). Dapat dilihat bahwa dari 35 responden

yang memiliki lahan adalah sebanyak 21 orang. Oleh karena itu pada tabel

perolehan lahan milik responden hanya bertotal 21 orang. Dan dari 21 orang

tersebut responden cenderung lebih banyak diperoleh dari warisan daripada

membeli.

Tabel 22 Jumlah dan persentase perolehan lahan milik responden di Desa Pangkal

Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Perolehan Lahan Jumlah Persentase (%)

G. Lobang

Warisan

Beli

G. Gelondongan

Warisan

Beli

G. Track

Warisan

Beli

0

2

11

8

0

0

0,0

5,8

31,9

23,2

0,0

0,0

Total 21 100,0

32

Dari hasil penelitian, penjual lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya

didapat dari pendatang atau tetangga. Penjual lahan yang dibeli dari tetangga

adalah sebesar (70%) dan lahan yang dibeli dari pendatang sebesar (47,6%).

Dapat dilihat bahwa dari 21 responden yang memiliki lahan hanya terdapat

sebanyak 10 orang yang mendapatkan lahan ddengan cara membeli. Oleh karena

itu pada tabel perolehan lahan milik responden hanya bertotal 10 orang. Dan dari

10 orang tersebut pembelian lahan responden cenderung lebih banyak diperoleh

dari tetangga daripada pendatang.

Tabel 23 Jumlah dan persentase penjual lahan milik responden di Desa Pangkal

Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Penjual Lahan Jumlah Persentase (%)

G. Lobang

Tetangga

Pendatang

G. Gelondongan

Tetangga

Pendatang

G. Track

Tetangga

Pendatang

0

0

7

3

0

0

0,0

0,0

70,0

30,0

0,0

0,0

Total 10 100,0

Dari hasil penelitian, kegunaan lahan milik responden di Desa Pangkal

Jaya digunakan sebagai pertokoan, kebun dan sawah. Lahan yang digunakan

sebagai pertokoan adalah sebesar (2,9%), lahan yang digunakan sebagai kebun

adalah sebesar (28,6%) dan lahan yang digunakan sebagai sawah sebesar (28,6%).

Dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang memiliki lahan adalah sebanyak 21

orang. Oleh karena itu pada tabel kegunaan lahan milik responden hanya bertotal

21 orang. Dan dari 21 orang tersebut responden kegunaan lahan cenderung lebih

banyak digunakan sebagai kebun dan sawah.

Tabel 24 Jumlah dan persentase kegunaan lahan milik responden di Desa Pangkal

Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Kegunaan Lahan Jumlah Persentase (%)

G. Lobang

Pertokoan

Kebun

Sawah

G. Gelondongan

Pertokoan

Kebun

Sawah

G. Track

Pertokoan

Kebun

Sawah

1

1

0

1

10

11

0

0

1

2,9

2,9

29

2,9

29

31,9

0,0

0,0

2,9

Total 35 100,0

33

Dari hasil penelitian, status penguasaan bangunan tempat tinggal yang

ditempati responden di Desa Pangkal Jaya ada beberapa macam yaitu milik

sendiri, bebas sewa, milik orangtua dan lainnya. Status penguasaan bangunan

tempat tinggal yang merupakan milik sendiri adalah sebesar (80%), status

penguasaan bangunan tempat tinggal yang merupakan bebas sewa adalah sebesar

(1,4%), status penguasaan bangunan tempat tinggal yang merupakan milik

orangtua adalah sebesar (17,2%) dan lahan yang diperoleh dari membeli sebesar

(1,4%).

Gambar 2 Status Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal yang Ditempati

Dari hasil penelitian, luas tanah bangunan responden di Desa Pangkal Jaya

dibedakan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Luas tanah bangunan yang

ditinggali responden dengan luas rendah yaitu pada ukuran 35 m2

sebesar

(28,57%), luas tanah bangunan yang ditinggali responden dengan luas sedang

yaitu pada ukuran 35 m2

sampai 60 m2 sebesar (51,42%) dan luas tanah bangunan

yang ditinggali responden dengan luas sedang yaitu pada ukuran 60 m2 sebesar

(20%). Dapat dilihat bahwa luas tanah bangunan yang ditinggali oleh responden

cenderung lebih banyak pada ukuran sedang yaitu dengan luas 35 m2

sampai 60

m2 dibandingkan dengan ukuran luas tanah rendah dan tinggi.

34

Tabel 25 Jumlah dan persentase luas tanah bangunan yang ditinggali di Desa

Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Luas Tanah Jumlah Persentase (%)

Rendah : luas tanah ≤ 35 m2

Sedang : 35 m2 < luas tanah < Rp 60

m2

Tinggi : luas tanah ≥ Rp 60 m2

10

18

7

28,57

51,42

20,00

Total 35 100,00

Aktivitas jual-beli lahan pada kelompok responden semenjak adanya

industri terjadi sudah cukup lama karena banyak pendatang yang datang ke Desa

Pangkal Jaya sehingga membeli lahan dari warga setempat. Adapun pembeli lahan

tersebut biasanya digunakan sebagai kebun dan sawah karena kebanyakan

pekerjaan warga setempat adalah sebagai petani dan masih menggeluti sistem

pertanian. Peneliti mendatangi rumah tokoh masyarakat dan bertanya tentang

bagaimana perubahan sosial ini terjadi pada masyarakat yang dulunya masyarakat

agraris sekarang menjadi masyarakat modern, beliau pun menuturkan kepada saya, “perubahan disini awalnya karena adanya pongkor sama Antam, ada pembebasan lahan dari perusahaan antam. Ini sudah dua kali melakukan

pembebasan lahan atau tanah di desa ini, ya bayarannya tergantung tanah yang di jual sih neng. Sebagian besar orang-orang sini menggunakan uang

itu buat foya-foya, namun sebagian ada yang buat beli tanah baru sama

tetangga. Tapi begitu uangnya habis yang udah gak punya apa-apa ya akhirnya jadi gurandil ke pongkor”

Menurut penuturan informan pembebasan lahan atau adanya jual-beli

lahan juga merupakan satu hal yang berpengaruh dalam perubahan kehidupan dan

mata pencaharian masyarakat Desa Pangkal Jaya. Aktivitas jual-beli lahan

mengindikasikan respons masyarakat terhadap industri yang berkembang dalam

bentuk jual-beli lahan masih cenderung rendah. Hal ini karena kepemilikan lahan

dan keuangan oleh responden yang minim sehingga kegiatan jual-beli lahan sulit

untuk dilakukan. Hal ini karena pertambahan penduduk yang tinggi karena adanya

industri menyebabkan kebutuhan akan perumahan juga meningkat.

Tingkat Pendidikan

Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2003) tingkat

pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur

sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari

pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Tingkat

pendidikan dibedakan menjadi SD-tidak tamat, SD-tamat, SMP-tidak tamat,

SMP-tamat, SMA-tidak tamat, SMA-tamat, kuliah dan pendidikan non formal.

Pendidikan di Desa Pangkal Jaya jika melihat jumlah sekolahnya hanya ada

Sekolah Dasar (SD) sebanyak tiga buah, yang terdiri dari satu SD negeri dan dua

SD swasta. Untuk Sekolah PAUD ada tujuh sekolah, sedangkan untuk sekolah

Sekolah Menengah Pemula (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Desa

Benda belum tersedia. Dengan keterbatasan sekolah tersebut apalagi di tingkat

SMP dan SMA menyebabkan banyak siswa sekolah yang bersekolah ke luar Desa

Pangkal Jaya.

35

Tingkat pendidikan dari 35 responden hingga tingkat tidak tamat SD

adalah sebesar (67,6%), tingkat pendidikan responden hingga tingkat tamat SD

adalah sebesar (17,6%), tingkat pendidikan responden hingga tingkat tamat SMP

adalah sebesar (5,9%) dan tingkat pendidikan responden hingga tingkat tamat

SMA adalah sebesar (8,8%). Dapat dilihat bahwa kebanyakan responden

cenderung memiliki tingkat pendidikan rendah karena 67% dari sampel penelitian

memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tidak tamat SD.

Gambar 3 Pendidikan Terakhir Responden

Tingkat pendidikan keluarga responden juga dilihat pada penelitian ini

sehingga dapat dilihat apakah tingkat pendidikan juga meningkat pada istri

responden. Dari 35 responden hanya 21 responden yang sudah berkeluarga dan

mempunyai istri sehingga total jumlah tingkat pendidikan istri hanya 21 orang.

Tingkat pendidikan istri responden hingga tingkat tidak tamat SD adalah sebesar

(57,1%), tingkat istri pendidikan responden hingga tingkat tamat SD adalah

sebesar (14,3%), tingkat pendidikan istri responden hingga tingkat tamat SMP

adalah sebesar (14.3%), tingkat pendidikan istri responden hingga tingkat tamat

SMA adalah sebesar (4,8%), tingkat pendidikan istri responden hingga tingkat

kuliah adalah sebesar (4,8%) dan tingkat pendidikan istri responden yang

mengikuti pendidikan non formal adalah sebesar (4,8%). Dapat dilihat bahwa

kebanyakan istri responden cenderung memiliki tingkat pendidikan rendah karena

57% dari sampel penelitian memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tidak tamat

SD. Tingkat pendidikan keluarga responden juga dilihat pada penelitian ini

sehingga dapat dilihat apakah tingkat pendidikan juga meningkat pada anak

responden. Dari 35 responden terdapat 21 responden yang sudah berkeluarga dan

mempunyai anak sehingga total jumlah tingkat pendidikan anak sebanyak 42

orang. Tingkat pendidikan anak responden hingga tingkat tidak tamat SD adalah

36

sebesar (4,8%), tingkat pendidikan anak responden hingga tingkat tamat SD

adalah sebesar (14,3%), tingkat pendidikan anak responden hingga tingkat tamat

SMP adalah sebesar (71.4%) dan tingkat pendidikan anak responden hingga

tingkat tamat SMA adalah sebesar (9,5%).

Tabel 26 Jumlah dan persentase sebaran tingkat pendidikan istri dan anak di Desa

Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Pendidikan Terakhir

Istri Anak

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase

(%)

SD-tidak tamat

SD-tamat

SMP-tidak tamat

SMP-tamat

SMA-tidak tamat

SMA-tamat

Kuliah

Pendidikan Non

Formal

12

3

0

3

0

1

1

1

57,1

14,3

0,0

14,3

0,0

4,8

4,8

4,8

2

6

0

30

0

4

0

0

4,8

14,3

0,0

71,4

0,0

9,5

0,0

0,0

Total 21 100,0 42 100,0

Dapat dilihat bahwa kebanyakan anak responden cenderung memiliki

tingkat pendidikan cenderung tinggi dibandingkan orangtuanya karena sebesar

71% dari sampel penelitian memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tamat SMP.

Hal ini membuktikan bahwa semenjak suami atau kepala keluarga bekerja sebagai

gurandil karena adanya industri pertambangan maka tingkat pendidikan keluarga

seperti anak semakin tinggi walaupun dengan terbatasnya akses.

Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan masyarakat diukur dengan melihat pendapatan

responden penelitian dalam satu bulan terakhir dari pekerjaan utama maupun

pekerjaan tambahan responden. Dari hasil data yang diperoleh dari lapangan

didapati bahwa pendapatan rata-rata responden sebelum adanya industri adalah

sebesar Rp. 671,428,- per bulan. Sedangkan, setelah masuknya industri

pendapatan rata-ratanya mencapai Rp3.272.571,- per bulan.

Tabel 27 Jumlah dan persentase pendapatan di Desa Pangkal Jaya Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor

Pendapatan Jumlah Persentase (%)

Rendah : pendapatan ≤ Rp

1.932.174,6,-

Sedang : Rp 1.932.174,6,- <

pendapatan < Rp 4.612.968,3,-

Tinggi : pendapatan ≥ Rp

4.612.968,3,-

10

16

9

28,57

45,71

25,71

Total 35 100,00

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat pendapatan responden

Desa Pangkal Jaya mningkat secara fluktuatif semenjak adanya industri

37

pertambangan liar dengan bekerja sebagai gurandil dibandingkan sebelum adanya

industri yang bekerja sebagai pedagang maupun petani. Jika tingkat pendapatan

digolongkan berdasarkan setengah dari standar deviasi maka tingkat pendapatan

rendah adalah kurang dari atau sama dengan Rp 1.932.174,6,- yaitu sebanyak

(28,57%), tingkat pendapatan sedang adalah lebih dari Rp 1.932.174,6,- dan

kurang dari Rp 4.612.968,3,- yaitu sebanyak (45,71%) dan tingkat pendapatan

sedang adalah lebih dari atau sama dengan Rp 4.612.968,3,- yaitu sebanyak

(25,71%). Dapat dilihat bahwa kebanyakan pendapatan responden di Desa

Pangkal Jaya cenderung sedang karena sebanyak 45% dari responden memiliki

pendapatan sedang. Hal ini dikarenakan ada yang memiliki pekerjaan ganda

seperti menjadi gurandil dan petani. Selain itu frekuensi gurandil yang kegunung

pun berbeda-beda, ada yang sering dan ada yang jarang. Oleh karena itu

pendapatan mereka pun berbeda jauh karena tingkat frekuensi menambang yang

berbeda-beda.

Tingkat Pengeluaran

Tingkat pengeluaran masyarakat diukur dengan melihat pengeluaran

responden penelitian dalam satu tahun terakhir terakhir. Lalu dilihat berdasarkan

pengeluaran mingguan, bulanan dan tahunannya. Dari hasil data yang diperoleh

dari lapangan didapati bahwa pengeluaran rata-rata responden setahun terakhir

mencapai Rp. 3.969.828,- per bulan.

Tabel 28 Jumlah dan persentase pengeluaran di Desa Pangkal Jaya Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor

Pendapatan Jumlah Persentase (%)

Rendah : pengeluaran ≤ Rp

1.324.317,8,-

Sedang : Rp 1.324.317 <

pengeluaran < Rp 6.615.339,3,-

Tinggi : pengeluaran ≥ Rp

6.615.339,3,-

2

29

4

5,71

82,86

11,43

Total 35 100,00

Pengeluaran pangan rata-rata keluarga (Lampiran 6) adalah konsumsi

pangan keluarga dalam sebulan terakhir ataupun setahun terakhir. Keluarga yang

perolehan pendapatanya rendah maka mengalokasikan pendapatannya untuk

kebutuhan pokok. Sementara untuk perolehan pendapatan yang cukup baik dapat

memerikan peluang lebih besar pangan yang baik dari segi kualitas dan kuantitas.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat pengeluaran responden

Desa Pangkal Jaya cukup tinggi. Jika tingkat pengeluaran digolongkan

berdasarkan setengah dari standar deviasi maka tingkat pengeluaran rendah adalah

kurang dari atau sama dengan Rp 1.324.317,8,- yaitu sebanyak (5,71%), tingkat

pengeluaran sedang adalah lebih dari Rp 1.324.317,8,- dan kurang dari Rp

6.615.339,3,- yaitu sebanyak (82,86%) dan tingkat pengeluaran sedang adalah

lebih dari atau sama dengan Rp 6.615.339,3,- yaitu sebanyak (11,43%). Dapat

dilihat bahwa kebanyakan pengeluaran responden di Desa Pangkal Jaya

cenderung sedang karena sebanyak 82% dari responden memiliki pengeluaran

sedang.

38

39

GAYA HIDUP

Gaya hidup merupakan ciri sebuah negara modern, atau yang biasa disebut

dengan modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat

modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggabarkan

tindakan sendiri atau orang lain. Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang

membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam interaksi sehari

hari kita bisa menerapkan suatu gagasan tentang gaya hidup tanpa perlu

menjelaskan apa yang dimaksud. Oleh sebab itu gaya hidup merupakan bagian

dari kehidupan sosial sehari hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam

interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang

tidak hidup dalam masyarakat modern. Gaya hidup kalau di definisikan lebih luas

adalah sebagai cara hidup yang di identifikasi oleh bagaimana orang

menghabiskan waktu mereka (aktifitas), apa yang mereka anggap penting dalam

lingkungannya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereke

sendiri dan juga dunia disekitarnya (pendapat).

Tingkat Aktivitas

Tingkat aktivitas adalah berbagai jenis kegiatan yang dilakukan seseorang

untuk memanfaatkan waktunya. Aktivitas yang terdapat di Desa Pangkal Jaya

adalah kegiatan sosial, liburan dan olahraga. Jika dilihat berdasarkan kelompok

umur, umur responden Desa Pangkal Jaya merupakan pasangan usia produktif dan

beberapa pasangan sedang mencapai puncak karirnya. Dengan demikian, upaya

untuk menambah pendapatan keluarga masih memungkinkan guna mencapai

tingkat kesejahteraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden

terbanyak adalah pada usia 21-25 tahun yaitu sebesar (28,57%). Dapat dilihat

bahwa rata-rata usia responden berada pada usia produktif.

Tabel 29 Jumlah dan persentase umur responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor

Umur Jumlah Persentase (%)

Umur > 50 th

46-50 th

41-45 th

36-40 th

31-35 th

26-30 th

21-25 th

16-20 th

1

1

6

8

3

5

10

1

2,90

2,90

15,20

22,80

8,60

14,30

28,57

2,90

Total 35 100,00

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kegiatan sosial yang terdapat di

Desa Pangkal Jaya yang diikuti oleh gurandil adalah kerja bakti dan pengajian.

Sebanyak (37,1%) kegiatan sosial kerja bakti diikuti oleh responden dan sebanyak

(62,9%) responden mengikuti kegiatan sosial pengajian. Dari hasil turun lapangan

juga kebanyakan yang mengikuti kegiatan sosial kerjabakti adalah gurandil yang

40

berusia muda dibawah 30 tahun sedangkan gurandil yang berusia sudah tua yaitu

diatas 30 tahun kebanyakan mengikuti kegiatan sosial pengajian.

Tabel 30 Jumlah dan persentase kegiatan sosial yang dilakukan responden di Desa

Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Kegiatan Sosial Jumlah Persentase (%)

G. Lobang

Kerja Bakti

Pengajian

G. Gelondongan

Kerja Bakti

Pengajian

G. Track

Kerja Bakti

Pengajian

0

2

13

15

0

5

0,0

5,8

37,1

43,5

0,0

14,5

Total 35 100,0

Kegiatan sosial yang ada di Desa Pangkal Jaya yang diikuti oleh gurandil

adalah kerja bakti dan pengajian. Tingkat frekuensi kegiatan sosial yang diikuti

oleh masyarakat gurandil dibedakan menjadi rendah ketika mengikuti kegiatan

sosial kurang dari 48 kali dalam setahun, sedang ketika mengikuti kegiatan sosial

sama dari 48 kali dalam setahun dan tinggi ketika mengikuti kegiatan sosial lebih

dari 48 kali dalam setahun. Menurut hasil penelitian frekuensi mengikuti kegiatan

sosial dengan taraf rendah adalah sebanyak (22,9%), frekuensi mengikuti kegiatan

sosial dengan taraf sedang adalah sebesar (25,7%), dan frekuensi mengikuti

kegiatan sosial dengan taraf tinggi adalah sebanyak (51,4%). Dari hasil turun

lapangan juga kebanyakan yang mengikuti kegiatan sosial dengan frekuensi tinggi

adalah gurandil yang berusia sudah tua yaitu diatas 30 tahun sedangkan pemuda

atau gurandil yang berusia muda dibawah 30 tahun disana jarang mengikuti

kegiatan sosial secara berkala.

Tabel 31 Jumlah dan persentase frekuensi kegiatan sosial responden Desa Pangkal

Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Frekuensi Kegiatan Sosial Jumlah Persentase (%)

G. Lobang

Lebih dari 48 kali

Sama dengan 48 kali

Kurang dari 48 kali

G. Gelondongan

Lebih dari 48 kali

Sama dengan 48 kali

Kurang dari 48 kali

G. Track

Lebih dari 48 kali

Sama dengan 48 kali

Kurang dari 48 kali

2

0

0

12

8

8

4

1

0

5,8

0,0

0,0

34,8

22,9

22,9

11,6

2,9

0,0

Total 35 100,0

41

Masyarakat gurandil di Desa Pangkal Jaya sering melakukan liburan untuk

melepas penat dan berkumpul bersama keluarga. Dari 35 responden, masyarakat

gurandil yang melakukan liburan dengan cara mengunjungi tempat rekreasi adalah

sebanyak (82,9%), masyarakat gurandil yang melakukan liburan dengan cara

menontn bioskop adalah sebanyak (14.3%) dan hanya sebesar (2,9%) responden

yang tidak melakukan liburan dalam setahun terakhir ini. Kebanyakan masyarakat

yang melakukan kegiatan liburan menonton bioskop adalah gurandil yang masih

muda sedangkan ke tempat rekreasi baik gurandil yang sudah tua maupun muda

masih melakukannya.

Tabel 32 Jumlah dan persentase liburan yang dilakukan responden di Desa

Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Jenis Liburan Jumlah Persentase (%)

G. Lobang

Tempat Rekreasi

Menonton Bioskop

Tidak Liburan

G. Gelondongan

Tempat Rekreasi

Menonton Bioskop

Tidak Liburan

G. Track

Tempat Rekreasi

Menonton Bioskop

Tidak Liburan

2

0

0

23

5

0

4

0

1

5,8

0,0

0,0

66,7

14,3

0,0

11,6

0,0

2,9

Total 35 100,0

Media hiburan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Pangkal Jaya

kebanyakan adalah televisi. Hampir semua rumah tangga atau individu pasti

memiliki televisi di era modernisasi ini. Dari 35 responden penelitian

menyebutkan bahwa sebesar (97,1%) responden memiliki televisi, hanya sekitar

(2,9%) responden yang tidak memiliki televisi. Ketika ditanya alasannya beliau

memang sudah tua dan tidak menyukai adanya televisi sejak zaman dahulu.

Tabel 33 Jumlah dan persentase media hiburan televisi yang dimiliki responden di

Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Media Hiburan Televisi Jumlah Persentase (%)

G. Lobang

Ada

Tidak Ada

G. Gelondongan

Ada

Tidak Ada

G. Track

Ada

Tidak Ada

2

0

28

0

4

1

5,8

0,0

81,2

0,0

11,6

2,9

Total 35 100,0

42

Masyarakat gurandil Desa Pangkal Jaya juga menyukai olahraga

sepakbola. Bahkan setiap tahunnya pasti diadakan kompetisi sepakbola oleh para

pemuda-pemudi untuk merayakan ulang tahun kemerdekaan indonesia atau hanya

sekedar untuk mengakrabkan diri antar warga. Dapat dilihat bahwa sebesar

(62,9%) responden masih mengikuti olahraga sepakbola dalam setahun terakhir

ini, sedangkan sebesar (37,1%) responden tidak mengikuti kegiatan olahraga

sepakbola dalam setahun terakhir ini dikarenakan sudah tidak minat dan sudah tua

sehingga membatasi ruang bergerak.

Tabel 34 Jumlah dan persentase olahraga sepakbola yang dilakukan responden di

Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Olahraga Sepakbola Jumlah Persentase (%)

G. Lobang

Mengikuti

Tidak Mengikuti

G. Gelondongan

Mengikuti

Tidak Mengikuti

G. Track

Mengikuti

Tidak Mengikuti

2

0

17

11

3

2

5,8

0,0

49,3

31,9

8,7

5,8

Total 35 100,0

Media komunikasi sangat berkembang pesat di era-modernisasi ini.

Apalagi semenjak adanya industri pertambangan liar yang meningkatkan

pendapatan sehingga masyarakat dapat membeli barang-barang elektronik dan

barang tersier lainnya. Hampir sebgaian besar masyarakat sudah memiliki

handphone, karena handphone bukan lagi barang tersier tetapi barang sekunder

bahkan primer. Dapat dilihat bahwa sebessar (85,7%) responden memiliki

handphone dan hanya sebesar (14,3%) responden tidak memiliki handphone.

Tabel 35 Jumlah dan persentase media komunikasi handphone yang dimiliki

responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten

Bogor

Media Komunikasi Handphone Jumlah Persentase (%)

G. Lobang

Ada

Tidak Ada

G. Gelondongan

Ada

Tidak Ada

G. Track

Ada

Tidak Ada

2

0

27

1

1

4

5,8

0,0

78,3

2,9

2,9

11,6

Total 35 100,0

43

Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap indikator memiliki nilai

persentase yang tinggi perindikatornya. Jenis lantai terluas memiliki perolehan

tertinggi pada keramik yaitu sebesar 94%, mayoritas keluarga gurandil di Desa

Pangkal Jaya memilih keramik sebagai jenis lantai untuk kenyamanan rumah.

Perolehan jenis lantai kedua yang sering digunakan yaitu lainnya bambu (6%).

Persentase demikian memberikan prestise bahwa keramik memiliki keunggulan

yang banyak digunakan oleh masyarakat gurandil Desa Pangkal Jaya dalam

menggunakan jenis lantai. Penggunakan keramik memiliki nilai kenyamanan yang

tinggi serta estetika yang cukup bagus.

Tabel 36 Jumlah dan persentase jenis lantai bangunan tempat tinggal responden di

Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Jenis Lantai Jumlah Persentase (%)

G. Lobang

Keramik

Bambu

G. Gelondongan

Keramik

Bambu

G. Track

Keramik

Bambu

2

0

28

0

3

2

5,8

0,0

81,2

0,0

8,7

5,8

Total 35 100,0

Jenis dinding terluas yaitu tembok kayu yaitu sebesar 94% masyarakat

gurandil yang memiliki jenis dinding bangunan tembok kayu. Tembok kayu dan

tembok beton dipilih untuk membentuk dinding rumah karena mudah dan tidak

perlu banyak memakan waktu banyak dalam membuat dinding tersebut.

Kemudian ada sebesar 3% masyarakat gurandil di Desa Pangkal Jaya memilih

jenis dinding bambu dan sebesar 3% untuk tembok beton. Pemilihan jenis dinding

disesuaikan dengan kondisi rumah.

Tabel 37 Jumlah dan persentase jenis dinding bangunan tempat tinggal responden

di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Jenis Dinding Jumlah Persentase (%)

G. Lobang

Bambu

Tembok Kayu

Tembok Beton

G. Gelondongan

Bambu

Tembok Kayu

Tembok Beton

G. Track

Bambu

Tembok Kayu

Tembok Beton

0

1

1

0

28

0

1

4

0

0,0

2,9

2,9

0,0

81,2

0,0

2,9

11,6

0,0

Total 35 100,0

44

Gaya hidup merupakan ciri sebuah negara modern, atau yang biasa disebut

dengan modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat

modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan

tindakan sendiri atau orang lain. Oleh sebab itu gaya hidup merupakan bagian dari

kehidupan sosial sehari hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam

interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang

tidak hidup dalam masyarakat modern. Dari berbagai pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan

dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan

bagaimana mengalokasikan waktu.

Perubahan sosial, baik pada fungsi maupun struktur sosial yang di dukung

oleh nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan adalah terjadi sebagai akibat dari

kegiatan-kegiatan tersebut di atas. Nilai dan norma-norma kebudayaan itu tidak

mudah diubah begitu saja, karena diintroyeksikan dalam jiwa dan keyakinan para

anggota masyarakat seperti halnya terjadi dalam proses sosialisasi. Dalam rangka

menguraikan dan membahas suatu gejala kehidupan manusia yang disebut

perubahan sosial, akan dapat bermanfaat bila berasumsi bahwa perubahan adalah

normal, wajar, pada dasarnya tidak mengandung trauma, terdapat pula perubahan

yang beraneka ragam, dan terbuka bagi setiap masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Desa Pangkal yaitu

perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat modern dan bergaya hidup

konsumtif. Hal tersebut sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam

tata perekonomian masyarakat yang mengalami perubahan yang sangat pesat yang

diakibatkan oleh perubahan mata pencaharian dari petani atau berdagang menjadi

gurandil atau penambang liar. Peneliti mendatangi rumah tokoh masyarakat dan

bertanya tentang bagaimana perubahan gaya hidup yang sekarang menjadi

masyarakat modern, beliau pun menuturkan kepada saya,

“memang benar dulu Masyarakat Desa Pangkal Jaya adalah masyarakat

agraris yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Mayoritas

warga menggantungkan hidupnya pada sawah, karena sawah merupakan

lahan perekonomian warga yang sangat penting. Desa Pangkal Jaya ini juga

semula adalah desa yang jauh dari peradaban, dengan latar belakang

pendidikan serta sumber daya manusia yang sangat rendah serta tidak

adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan formal bahwa

kehidupan masyarakat desa Pangkal Jaya sangat dipengaruhi oleh adanya

pertambangan pongkor dan menjadi gurandil. Hal ini yang menimbulkan

perubahan sosial yang sangat cepat di dalam masyarakat, bapak-bapak yang

biasanya bercocok tanam diswah jadi kerja nambang kepongkor nu gurandil”

Dalam pengukuran gaya hidup diperlukan adanya persepsi mengenai

aktivitas. Dapat dilihat bahwa persepsi aktivitas mengenai aktivitas yang modern

semenjak bekerja menjadi penambang liar atau gurandil kebanyakan responden

cenderung menjawab setuju dan sangat setuju dibandingkan sangat tidak setuju

dan tidak setuju. Tabel ini menunjukkan bahwa aktivitas gurandil sangat disukai

oleh responden dan mendapatkan skor tingkat aktivitas yang tinggi yaitu

menunjukkan bahwa persepsi gaya hidup masyarakat yang tinggi.

45

Tabel 38 Persentase persepsi aktivitas di Desa Pangkal Jaya Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor

Persepsi Aktivitas

G. Lobang G. Gelondongan G. Track

Setuju Tidak

Setuju

Setuju Tidak

Setuju

Setuju Tidak

Setuju

1 Pekerjaan yang beralih

menjadi gurandil

2 Menyukai pekerjaan

sebagai gurandil

3 Dapat melakukan kegiatan

sosial ketika bekerja sebagai

gurandil

4 Dapat berlibur ketika

bekerja sebagai gurandil

5 Mengikuti suatu organisasi

6 Senang mengikuti kegiatan

kelompok

7 Kegiatan yang dilakukan

anggota kelompok dalam

komunitas

8 Dapat berbelanja makanan

ketika bekerja sebagai

gurandil

9 Dapat berbelanja pakaian

ketika bekerja sebagai

gurandil

10 Dapat berbelanja motor

dan handphone ketika

bekerja sebagai gurandil

11 Dapat berolahraga ketika

bekerja sebagai gurandil

5,8

5,8

5,8

5,8

5,8

5,8

5,8

5,8

5,8

5,8

5,8

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

81,2

75,4

75,4

72,5

66,7

75,4

75,4

75,4

75,4

75,4

72,5

0,0

5,8

2,9

5,8

14,5

5,8

5,8

2,9

5,8

5,8

8,7

14,5

14,5

11,6

11,6

14,5

14,5

14,5

11,6

14,5

14,5

14,5

0,0

0,0

2,9

2,9

0,0

0,0

0,0

2,9

0,0

0,0

0,0

Tingkat Minat

Pengukuran gaya hidup diperlukan adanya persepsi mengenai minat.

Minat adalah berbagai prioritas yang dianggap seseorang penting disekitarnya.

Dapat dilihat bahwa persepsi minat mengenai minat yang modern semenjak

bekerja menjadi penambang liar atau gurandil kebanyakan responden cenderung

menjawab setuju dan sangat setuju dibandingkan sangat tidak setuju dan tidak

setuju. Walaupun ada beberapa orang yang menjawab cenderung tidak setuju

mengenai beberapa pernyataan mengenai minat. Tabel ini menunjukkan bahwa

minat gurandil sangat disukai oleh responden dan mendapatkan skor tingkat minat

yang tinggi yaitu menunjukkan bahwa persepsi minat gaya hidup masyarakat

gurandil juga tinggi.

46

Tabel 39 Persentase persepsi minat di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor

Persepsi Minat

G. Lobang G. Gelondongan G. Track

Setuju Tidak

Setuju

Setuju Tidak

Setuju

Setuju Tidak

Setuju

1 Memikirkan kesehatan

keluarga dahulu ketika

bekerja sebagai gurandil

2 Memikirkan pendidikan

keluarga dahulu ketika

bekerja sebagai gurandil

3 Lebih tertarik pekerjaan

sebagai gurandil

dibandingkan sektor

pertanian

4 Merupakan seseorang yang

mencintai pekerjaan

5 Merupakan seseorang yang

ulet

6 Merupakan seseorang yang

bertanggung jawab

7 Ikut serta dalam komunitas

8 Ketertarikan dalam

rekreasi

9 Ketertarikan dalam fashion

10 Lebih tertarik pada

barang tersier dibandingkan

primer

11 Tertarik membeli barang

karena iklan

12 Tertarik membeli barang

karena ingin meningkatkan

kekayaan

5,8

5,8

5,8

5,8

5,8

5,8

5,8

5,8

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

5,8

5,8

5,8

5,8

81,2

81,2

75,4

81,2

81,2

81,2

81,2

81,2

69,6

26,1

31,9

34,8

0,0

5,8

5,8

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

26,1

60,9

52,2

49,3

14,5

14,5

11,6

14,5

14,5

14,5

14,5

14,5

0,0

0,0

0,0

2,9

0,0

0,0

2,9

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

14,5

14,5

14,5

11,6

Dari tabel dapat dilihat bahwa kebanyakan responden menjawab setuju

dan sangat setuju tetapi ada pada bagian persepsi minat responden yang lebih

tidak setuju dan sangat tidak setuju pada bagian persepsi minat responden lebih

menyukai pekerjaan sebagai gurandil atau pertanian. Terdapat tiga responden

yang tidak setuju dikarenakan responden masih muda dan mengenyam pendidikan

cukup tinggi dan sadar bahwa pekerjaan sebagai gurandil adalah ilegal dan tidak

menjamin keselamatan sehingga responden tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Begitu pula dengan pernyataan dimana responden lebih tertarik membeli

barang tersier dibandingkan makanan. Kebanyakan yang setuju adalah responden

yang masih muda sedangkan responden yang sudah tua tidak setuju karena

mereka tidak memikirkan barang-barang elektronik dan tidak membutuhkan

barang untuk pergaulan seperti layaknya anak muda.

47

Tingkat Opini

Pengukuran gaya hidup diperlukan adanya persepsi mengenai opini. Opini

adalah Pandangan-pandangan seseorang, baik terhadap diri sendiri maupun

lingkungan sekitar. Dapat dilihat bahwa persepsi opini mengenai opini yang

modern semenjak bekerja menjadi penambang liar atau gurandil kebanyakan

responden cenderung menjawab setuju dan sangat setuju dibandingkan sangat

tidak setuju dan tidak setuju. Tabel ini menunjukkan bahwa opini gurandil sangat

disukai oleh responden dan mendapatkan skor tingkat opini yang tinggi yaitu

menunjukkan bahwa persepsi opini gaya hidup masyarakat gurandil juga tinggi.

Tabel 40 Persentase persepsi minat di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor

Persepsi Opini

G. Lobang G. Gelondongan G. Track

Setuju Tidak

Setuju

Setuju Tidak

Setuju

Setuju Tidak

Setuju

1 Meningkatkan

kepercayaan diri ketika

bekerja sebagai gurandil

2 Perluasan pergaulan ketika

bekerja sebagai gurandil

3 Pengaruh pemilihan kepala

desa ketika bekerja sebagai

gurandil

4 Banyaknya pertokoan

ketika adanya komunitas

gurandil

5 Peningkatan pendidikan

ketika bekerja sebagai

gurandil

6 Budaya masyarakat saat ini

adalah bekerja sebagai

gurandil

7 Sektor industri

pertambangan merupakan

inovasi yang baik

5,8

5,8

5,8

5,8

5,8

5,8

5,8

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

75,4

81,2

75,4

81,2

78,3

81,2

78,3

5,8

0,0

2,9

0,0

2,9

0,0

2,9

14,5

14,5

11,6

14,5

14,5

14,5

14,5

0,0

0,0

2,9

0,0

0,0

0,0

0,0

Secara keseluruhan setelah diolah pada spss didapat data mengenai

tingkatan rendah sedang dan tinggi nya gaya hidup maka didapatkan hasil bahwa

kebanyakan responden masyarakat gurandil Desa Pangkal Jaya memilliki gaya

hidup yang cenderung tinggi yaitu sebesar (42.9%) dibandingkan dengan gaya

hidup yang rendah atau sedang.

Tabel 41 Jumlah dan persentase tingkat gaya hidup responden di Desa Pangkal

Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Tingkat Gaya Hidup Jumlah Persentase (%)

Rendah

Sedang

Tinggi

9

11

15

25,7

31,4

42,9

Total 35 100

48

Dengan menjumlahkan tingkat aktivitas, persepsi aktivitas, persepsi minat

dan persepsi opini didapatkan hasil tingkatan gaya hidup. Dari tabel dapat dilihat

bahwa gaya hidup masyarakat yang rendah adalah sebesar (25.7%), gaya hidup

masyarakat sedang adalah sebesar (31.4%) dan gaya hidup masyarakat yang tinggi

adalah sebesar (42.9%). Gaya hidup masyarakat berubah karena berawal dari

perubahan mata pencaharian yang dari pertanian dan perdagangan menjadi

gurandil. Selain untuk membeli barang-barang canggih ada juga masyarakat yang

meninvestasikan berupa tanah dan membuat toko jual-beli emas, sehingga uang

tidak selalu dibelanjakan untuk membeli barang barang elektronik yang mahal.

Dalam diskusi oleh seorang tokoh masyarakat yang merupakan pendatang beliau

menuturkan bahwa,

“biasa anak-anak muda disini mah ikut menambahi juga, dulu iku

mas, masyarakat sini iku tradional bangetz leh, saiki wis modern

koyok wong kota, mergo akeh masyarakate sing kerja nu guranil,

tapi yow arek-arek nom iku yow ora terus turu ae, anak-anak iku

semangat kerjone gede, mergo punya pemikiran, piye carane oleh

duit. Terus niku neng, gaya hidup konsumtif masyarakat iku di

pengaruhi juga oleh tetanggane, kapan tetanggane iku tuku barang

sing apik maka tetanggane sing liyane iku melet pisan, dan juga

sudah menjadi kebutuhan masyarakat juga untuk bergaya hidup

konsumtif iku neng”

Dengan wawancara di atas dapat kita diskripsikan bahwa gaya hidup

masyarakat itu di pengaruhi oleh adanya pongkor dan perubahan mata

pencaharian menjadi gurandil yang terjadi di Desa Pangkal Jaya. Berawal dari

masyarakat tradisonal menuju modern ini menjadikan gaya hidupnya tinggi

karena mereka memiliki pendapatan yang tinggi.

49

HUBUNGAN DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN,

RESPONS MASYARAKAT DAN GAYA HIDUP

Hasil analisis masing-masing variabel dalam penelitian ini yang meliputi

dampak industri pertambangan, respons masyarakat, dan gaya hidup masyarakat

gurandil telah dibahas pada bab sebelumnya. Bab ini membahas mengenai hasil

analisis hubungan antar variabel tersebut. Pertama, analisis hubungan dampak

industri pertambangan dengan respons masyarakat. Kedua, analisis hubungan

respons masyarakat dengan gaya hidup masyarakat gurandil.

Uji statistik non-parametik melalui SPSS yang menggunakan uji Rank

Spearman. Data yang ada mengenai dampak industri pertambangan ditotalkan dan

dikelaskan dan diintervalkan menjadi tiga kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Akhirnya didapat data rangking (ordinal). Kemudian respons masyarakat telah

dikode berdasarkan tingkat jual-beli lahan, pendapatan, pendidikan dan

pengeluaran (skala ordinal). Maka hasil uji kolerasi Rank Spearman didapatkan

data sebagai berikut: Penelitian ini menggunakan uji Rank Spearman untuk

melihat ada atau tidaknya hubungan antar variabel yang diuji serta mengetahui

seberapa kuat hubungan diantara variabel tersebut. Signifikansi menunjukkan ada

atau tidaknya hubungan antar variabel yang diketahui apabila nilai sig (2-tailed)

kurang dari nilai alpha. Kekuatan hubungan atau kekuatan signifikansi diketahui

dari nilai Corelation Coefficient dengan kriteria sebagai berikut (Bungin seperti

yang dikutip Lubis 2013):

a. +0,70 – +ke atas : hubungan positif yang sangat kuat

b. +0,50 – +0,69 : hubungan positif yang mantap

c. +0,30 – +0,49 : hubungan positif yang sedang

d. +0,10 –+0,29 : hubungan positif yang tak berarti

e. -0,00 – -0,09 : hubungan negatif yang tak berarti

f. -0,01 – -0,29 : hubungan negatif yang rendah

g. -0,30 – -0,49 : hubungan negatif yang sedang

h. -0,50 – -0,69 : hubungan negatif yang mantap

i. -0,70 – -ke bawah : hubungan negatif yang sangat kuat

Hubungan Dampak Industri Pertambangan dan Respons Masyarakat

Menurut Purwanto (2003), pembangunan industri di pedesaan akan

membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi,

terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan

berusaha di bidang non pertanian. Hal tersebut berdampak pada makin banyaknya

pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik, di kawasan industri, menyebabkan

kepadatan penduduk meningkat. Lahan pertanian yang makin sempit akibat alih

fungsi lahan untuk pembangunan industri dan sarana penunjangnya dipaksa untuk

menampung jumah penduduk yang terus meningkat sehingga mengakibatkan

merosotnya kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pertanian. Namun di sisi

lain, hal yang juga tak bisa dipungkiri, masuknya industri ini juga membuka

peluang bagi peningkatan ekonomi masyarakat.

50

Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan

antara dampak industri pertambangan dengan respons masyarakat yang

ditunjukkan dari nilai signifikasinya sebesar 0,044. Nilai tersebut memenuhi

kriteria batas signifikasi hubungan sebesar < 0.05 dengan selang kepercayaan

95%. Uji hubungan pada variabel dampak industri pertambangan dengan respons

masyarakat memiliki nilai Correlation Coeficient sebesar +0.343. Maka dari itu

dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang sedang antara dampak

industri pertambangan dengan respons masyarakat. Hal ini berarti bahwa dampak

industri yang tinggi tidak selalu diikuti dengan respons masyarakat yang tinggi

pula karena terdapat dampak industri pertambangan yang tinggi tetapi respons

masyarakatnya rendah.

Tabel 42 Hasil uji korelasi Rank Spearman dampak industri pertambangan dengan

respons masyarakat

Dampak industri

pertambangan

Respons masyarakat

Koefifien Korelasi Sig. (2-tailed)

Dampak industri

pertambangan

1,000 0,343**

Respons masyarakat 0,343** 0,000 Keterangan: **. Korelasi signifikan pada 0,05 siginikan 2-tailed

Nilai kolerasi yang didapatkan adalah 0,343 dengan signifikan 0,044 yang

berarti memiliki hubungan positif yang sedang. Maka H1 diterima dan H0 ditolak.

Dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang menyebabkan

hal tersebut. Antara lain:

1. Bahwa dalam kenyataannya dampak industri pertambangan seperti tingkat

kesempatan kerja dan tingkat migrasi memiliki hubungan yang tinggi

terhadap respons masyarakat gurandil.

2. Respons masyarakat seperti tingkat jual-beli lahan, tingkat pendidikan,

tingkat pendapatan dan pengeluaran cukup tinggi dikarenakan dampak

industri pertambangan yang cukup tinggi dengan adanya perubahan mata

pencaharian menjadi gurandil.

Hubungan Respons Masyarakat dan Gaya Hidup

Gaya hidup menurut Winata (2006) didefinisikan secara luas bagaimana

orang-orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas-aktivitas), apa yang mereka

pikirkan tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka (opini-opini).

Gaya hidup dapat dipandang sebagai pola unik dari hidup seseorang dimana

mempengaruhi dan direfleksikan dengan perilaku konsumen. Jadi, gaya hidup

adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat,

dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang

berinteraksi dengan lingkungannya. Orang-orang yang berasal dari sub-budaya,

kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda.

Gaya hidup mencakup lebih dari sekedar kelas sosial dan kepribadian seseorang,

akan tetapi hal itu menyangkut keseluruhan bentuk tindakan dan interaksi

51

sepenuhnya. Penelitian gaya hidup dengan menggunakan variabel-variabel AIO

(activities, interests and opinions) telah digunakan sejak tahun 1970 oleh para

peneliti.

Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan

antara respons masyarakat dan gaya hidup masyarakat yang ditunjukkan dari nilai

signifikasinya sebesar 0.005. Nilai tersebut memenuhi kriteria batas signifikasi

hubungan sebesar < 0.01 dengan selang kepercayaan 99%. Uji hubungan pada

variabel respons masyarakat dan gaya hidup masyarakat memiliki nilai

Correlation Coeficient sebesar +0.464. Maka dari itu dapat diketahui bahwa

terdapat hubungan positif yang sedang antara respons masyarakat dan gaya

hidup masyarakat. Hal ini berarti bahwa respons masyarakat yang tinggi

cenderung diikuti oleh gaya hidup masyarakat yang tinggi dan begitu pula

sebaliknya, respons masyarakat yang rendah cenderung diikuti oleh gaya hidup

masyarakat yang rendah.

Tabel 43 Hasil uji korelasi Rank Spearman respons masyarakat dengan gaya

hidup

Respons masyarakat Gaya Hidup

Koefifien Korelasi Sig. (2-tailed)

Respons masyarakat 1,000 0,464**

Gaya Hidup 0,464** 0,000 Keterangan: **. Korelasi signifikan pada 0,01 siginikan 2-tailed

Nilai kolerasi yang didapatkan adalah 0,464 dengan signifikan 0,005 yang

berarti memiliki hubungan positif yang sedang. Maka H1 diterima dan H0 ditolak.

Dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang menyebabkan

hal tersebut. Antara lain:

1. Respons masyarakat seperti tingkat jual-beli lahan, tingkat pendidikan,

tingkat pendapatan dan pengeluaran berhubungan cukup tinggi.

2. Respons masyarakat berpengaruh terhadap gaya hidup yang dilihat dari

tingkat aktivitas, persepsi aktivitas, persepsi minat dan persepsi opini.

Semakin tinggi respons masyarakat maka semakin tinggi pula gaya hidup

masyaarakat gurandil di Desa Pangkal Jaya.

52

53

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil deskripsi profil desa, deskripsi dampak industri

pertambangan, respons masyarakat, dan gaya hidup, serta hubungan antara

dampak industri pertambangan, respons masyarakat, dan gaya hidup, maka dapat

dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pekerjaan gurandil berubah

secara signifikan terjadi setelah adanya industri yaitu hampir sebagian besar

masyarakat bekerja sebagai buruh dan hanya sedikit masyarakat disana bekerja

sebagai petani. Kegiatan dan usaha pertambangan yang terus meningkat pada

dasarnya memberikan lapangan pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan

kondisi ekonomi dan sosial masyarakat pedesaan. Kondisi tersebut secara

langsung akan berdampak pada kecenderungan berperilaku dan modernisasi

masyarakat pedesaan. Dapat dilihat bahwa gurandil sebelum adanya industri

banyak yang tidak memiliki pekerjaan tetapi setelah adanya industri pekerjaan

mereka beralih menjadi gurandil atau bekerja sebagai buruh. Kebutuhan akan

lahan terutama untuk keperluan perumahan dan untuk memenuhi sarana dan

prasarana lainnya termasuk lokasi produksi pertanian dan gelondongan untuk

pengolahan emas. Sebagai konsekuensi masuknya industri berdampak pada

perubahan pemilikan lahan. Terjadilah jual-beli lahan baik tanah pekarangan,

maupun tanah sawah yang dijual oleh penduduk asli kepada pendatang baru

maupun kepada tetangganya sendiri.

Tingkat aktivitas adalah berbagai jenis kegiatan yang dilakukan seseorang

untuk memanfaatkan waktunya. Aktivitas yang terdapat di Desa Pangkal Jaya

adalah kegiatan sosial, liburan dan olahraga. Jika dilihat berdasarkan kelompok

umur, umur responden Desa Pangkal Jaya merupakan pasangan usia produktif dan

beberapa pasangan sedang mencapai puncak karirnya. Dengan demikian, upaya

untuk menambah pendapatan keluarga masih memungkinkan guna mencapai

tingkat kesejahteraan. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Desa Pangkal

yaitu perubahan dari masyarakat agraris yang sederhana menjadi masyarakat yang

bergaya hidup modern dan bergaya hidup konsumtif. Hal tersebut sebagai akibat dari

perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata perekonomian masyarakat yang

mengalami perubahan yang sangat pesat yang diakibatkan oleh perubahan mata

pencaharian dari petani atau berdagang menjadi gurandil atau penambang liar.

Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, ditemukan adanya

hubungan antara dampak industri pertambangan dengan respons masyarakat dan

hubungan diantara kedua variabel ini merupakan hubungan positif yang sedang.

Selain itu juga terdapat hubungan antara respons masyarakat dengan gaya hidup

masyarakat gurandil, hubungan diantara dua variabel ini termasuk hubungan

positif yang sedang.

54

Saran

Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian mengenai dampak industri

pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat Desa Pangkal Jaya, terdapat

beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran dari penelitian ini.

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan mata pencaharian warga

masyarakat Desa Pangkal Jaya cukup tinggi yaitu dari pertanian beralih

menjadi penambang emas liar tanpa izin. Untuk pemerintah diharapkan dapat

menyusun arah kebijakan mengenai faktor-faktor yang dapat melandasi

terciptanya kesejahteraan bagi warga Desa Pangkal Jaya khususnya para

komunitas gurandil agar tidak bekerja sebagai penambang liar karena resiko

keselamatan yang tinggi dan sadar akan hukum dan kelestarian alam.

2. Untuk masyarakat Desa Pangkal Jaya diharapkan diberikan penyuluhan dan

sosialisasi mengenai bekerja sebagai penambang liar bukanlah pekerjaan

yang menjanjikan untuk masa depan dan dapat mengasah dan meningkatkan

keterampilan individual agar mencapai kesejahteraan yang berarti.

3. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam oleh civitas

akademika mengenai dampak industri dan gaya hidup masyarakat Desa

Pangkal Jaya agar dapat dilihat seberapa besar perubahannya.

55

DAFTAR PUSTAKA

(BPS) Badan Pusat Statistik. 2006. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2006. Jakarta

(ID): BPS

(BPS) Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Barang Tambang Mineral. Berita

resmi Statistik No. 22/XII/4 1996-2012. (Internet). (diunduh tanggal 21

September 2014). Dapat diunduh di: www.bps.go.id

Chenery D. 1996. Lifestyle Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta (ID):

Jalasutra.

Engel J, Blackwell R, Miniard P. 1995. Perilaku Konsumen Edisi ke Enam Jilid 2.

Jakarta (ID): PT Binarupa Aksara.

Gandi R. 2011. Pengaruh industrialisasi pedesaan terhadap taraf hidup masyarakat

di RW01 dan RW09 Desa Benda, Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat.

(Skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 90 hal.

Haryanto B. 2005. Pendekatan Activities, Interests, dan Opinions (AIO). JMR.

Vol (1:4).

Kamanto S. 2000. Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Jakarta (ID): Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia Press.

Kottler P. 2002. Manajemen Gaya Hidup (Edisi Keduabelas). Jakarta (ID): PT

Indeks.

Muhidin SA, Abdurahman M. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam

Penelitian. Bandung (ID): CV Pustaka Setia. 280 hal.

Plummer JT. 2003. The Concept and Application of Lifestyle Segmentation. JM.

Vol (1:35).

Purwanto. 2003. Perubahan Pola Pencaharian Nafkah Masyarakat Petani di

Sekitar Kawasan Industri (Kasus di Desa Ngoro, Kabupaten Mojokerto,

Jawa Timur). (Tesis). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Qomariah R. 2003. Dampak Kegiatan Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Batubara

terhadap Kualitas Sumberdaya Lahan dan Sosial Ekonomi Masyarakat di

Kabupaten Banja, Kalimantan Selatan. (Tesis). Bogor. (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Rafles. 2012. Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat dan Implikasinya Terhadap

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kenagarian Mundam Sakti

Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung. (Thesis). Jakarta (ID):

Universitas Indonesia.

56

Rahardjo MD. 1984. Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan Kesempatan

Kerja. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

Rusli S. 2005. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta (ID): LP3ES.

Salim A. 2002. Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus

Indonesia. Yogyakarta (ID): PT Tiara Wacana Yogya.

Salim HS. 2007. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada. (PERMEN) Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral

Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 28 Tahun 2009

Tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara.

(Internet). (diunduh tanggal 21 September 2014). Dapat diunduh di:

www.permen.go.id

Sulasmono BS. 1994. Respons masyarakat desa terhadap pembangunan industri

besar (Kasus Desa Hardjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang,

Jawa Tengah. (Tesis). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sumarwan U. 2003.Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya Dalam

Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.

Susanto. 2010. Membidik Gaya Hidup. Yogyakarta (ID): PT Tiara Wacana

Yogya.

Sutrisna E. 2008. Dampak Industrialisasi Terhadap Aspek Sosial Ekonomi

Masyarakat. Jurnal Industri dan Perkotaan. (Internet) (diunduh tanggal 15

Januari 2015).08(22). Dapat diunduh

dari :http://adiyatnapages.files.wordpress.com/2011/04/dampak-industriliasi-

terhadap-aspek-sosial-ekonomi-masyarakat1.pdf

Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): LP3ES

Walker JL, Li J. 2006. Latent Lifestyle Preferences and Household Location

Decisions. Jakarta (ID): Gramedia Utama.

Wibisono B. 2008. Model Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pertambangan

Mineral Yang Berkelanjutan (Studi Kasus: Pengelolaan Lingkungan Mod-

ADA Di Kabupaten Mimika, Papua). (Disertasi). Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Winarta S. 2006. Analisis Pengaruh Situasi Pembelian dan Gaya Hidup Terhadap

Keputusan Pembelian. (Disertasi). Jakarta(ID): Universitas Indonesia.

Yustika AE. 2000. Industrialisasi Pinggiran. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar.

57

LAMPIRAN

58

59

Lampiran 1 Jadwal pelaksanaan penelitian

Kegiatan Des Jan Feb Maret April Mei

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan

Proposal

Skripsi

Kolokium

Perbaikan

Proposal

Pengambilan

Data

Lapangan

Pengolahan

dan Analisis

Data

Penulisan

Draft Skripsi

Sidang Skripsi

Perbaikan

Laporan

Penelitian

60

Lampiran 2 Sketsa Desa Pangkal Jaya

Keterangan:

Nama Wilayah: Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor

Batas-batas Geografis:

Timur : berbatasan dengan Desa Hambaro Barat : berbatasan dengan Desa Nanggung Utara : berbatasan dengan Desa Kalong Liud Selatan : berbatasan dengan Desa Bantar Karet

61

Lampiran 3 Hasil uji reliabilitas dan uji korelasi

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.635 173

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 31 88.6

Excludeda 4 11.4

Total 35 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Correlations

Dampak

Industri

Pertambangan

Respons

Masyarakat

Spearman's rho Dampak Industri

Pertambangan

Correlation Coefficient 1.000 .343*

Sig. (2-tailed) . .044

N 35 35

Respons Masyarakat Correlation Coefficient .343* 1.000

Sig. (2-tailed) .044 .

N 35 35

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations

Respons

Masyarakat Gaya Hidup

Spearman's rho Respons Mayarakat Correlation Coefficient 1.000 .464**

Sig. (2-tailed) . .005

N 35 35

Gaya Hidup Correlation Coefficient .464** 1.000

Sig. (2-tailed) .005 .

N 35 35

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

62

Lampiran 4 Hasil reduksi data kualitatif berdasarkan topik terkait di Desa Pangkal

Jaya Tahun 2015

Topik Dampak Industri Pertambangan

“Dampak industri bagi masyarakat, karena dengan adanya pongkor

menjadikan masyarakat desa Pangkal Jaya menjadi masyarakat yang awalnya

produktif menjadi konsumtif, yang awalnya masyarakat itu tradisional menjadi

masyarakat modern. Wujud realnya adalah para orang tua mulai menghiasi

dirinya dengan perhiasan, emas-emas dan barang-barang mahal yang biasanya

dipakai untuk kegiatan, dari kalangan bapak-bapak mulai membeli apa yang

mereka inginkan, dari kalangan remaja mulai bergaya layaknya pemuda

metropolis. Akibatnya persaingan hidup mulai timbul, seperti : perselingkuhan,

pergaulan bebas, dan meningkatnya angka kriminalitas, perubahan ini terjadi

secara langsung dikarenakan adanya pekerjaan menjadi gurandil mempunyai

peran yang sangat penting dalam mendesain perubahan dalam masyarakat”

Topik Respons Masyarakat

“perubahan sosial ini terjadi karena adanya pongkor sama Antam, ada

pembebasan lahan dari perusahaan antam. Ini sudah dua kali melakukan

pembebasan lahan atau tanah di desa ini, ya bayarannya tergantung tanah yang

di jual sih neng. Sebagian besar orang-orang sini menggunakan uang itu buat

foya-foya, namun sebagian ada yang buat beli tanah baru sama tetangga. Tapi

begitu uangnya habis yang udah gak punya apa-apa ya akhirnya jadi gurandil ke

pongkor”

Topik Gaya Hidup

“memang benar dulu Masyarakat Desa Pangkal Jaya adalah masyarakat

agraris yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Mayoritas warga

menggantungkan hidupnya pada sawah, karena sawah merupakan lahan

perekonomian warga yang sangat penting. Desa Pangkal Jaya ini juga semula

adalah desa yang jauh dari peradaban, dengan latar belakang pendidikan serta

sumber daya manusia yang sangat rendah serta tidak adanya kesadaran

masyarakat akan pentingnya pendidikan formal bahwa kehidupan masyarakat

desa Pangkal Jaya sangat dipengaruhi oleh adanya pertambangan pongkor dan

menjadi gurandil. Hal ini yang menimbulkan perubahan sosial yang sangat cepat

di dalam masyarakat, bapak-bapak yang biasanya bercocok tanam diswah jadi

kerja nambang kepongkor nu gurandil”

“biasa anak-anak muda disini mah ikut menambahi juga, dulu iku mas,

masyarakat sini iku tradional bangetz leh, saiki wis modern koyok wong kota,

mergo akeh masyarakate sing kerja nu guranil, tapi yow arek-arek nom iku yow

ora terus turu ae, anak-anak iku semangat kerjone gede, mergo punya pemikiran,

piye carane oleh duit. Terus niku neng, gaya hidup konsumtif masyarakat iku di

pengaruhi juga oleh tetanggane, kapan tetanggane iku tuku barang sing apik

maka tetanggane sing liyane iku melet pisan, dan juga sudah menjadi kebutuhan

masyarakat juga untuk bergaya hidup konsumtif iku neng”

63

Lampiran 5 Deskripsi statistik pengeluaran pangan di Desa Pangkal Jaya tahun

2015

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pengeluaran Konsumsi

Beras Sebelum 35 .00 5.040.000.00 3.994.628 1.578.098

Pengeluaran Konsumsi

Beras Sesudah 35 .00 5.760.000.00 3.896.914 1.812.890

Pengeluaran Konsumsi Ikan

Sebelum 35 .00 26.880.000.00 1.600.428 4.420.531

Pengeluaran Konsumsi Ikan

Sesudah 35 .00 13.440.000.00 2.045.657 3.586.301

Pengeluaran Konsumsi

Daging Sebelum 35 .00 4.000.000.00 926.742 941.386

Pengeluaran Konsumsi

Daging Sesudah 35 .00 4.320.000.00 1.590.342 1.267.255

Pengeluaran Konsumsi

Telur dan Susu Sebelum 35 .00 7.200.000.00 2.275.714 1.937.252

Pengeluaran Konsumsi

Telur dan Susu Sesudah 35 .00 23.040.000.00 2.945.942 4.101.870

Pengeluaran Konsumsi

Sayur-sayuran Sebelum 35 .00 3.600.000.00 1.425.428 781.030

Pengeluaran Konsumsi

Sayur-sayuran Sesudah 35 .00 3.600.000.00 1.440.857 732.555

Pengeluaran Konsumsi

Buah-buahan Sebelum 35 .00 2.000.000.00 607.714 641.730

Pengeluaran Konsumsi

Buah-buahan Sesudah 35 .00 2.600.000.00 767.428 721.042

Pengeluaran Konsumsi

Minyak dan Lemak Sebelum 35 .00 1.800.000.00 855.771 492.479

Pengeluaran Konsumsi

Minyak dan Lemak Sesudah 35 .00 1.800.000.00 900.342 465.854

Pengeluaran Konsumsi

Bumbu-bumbuan Sebelum 35 .00 4.680.000.00 1.745.600 932.522

Pengeluaran Konsumsi

Bumbu-bumbuan Sesudah 35 .00 4.680.000.00 1.839.314 928.347

Pengeluaran Konsumsi

Tembakau dan Sirih

Sebelum

35 .00 25.920.000.00 5.106.171 6.020.029

Pengeluaran Konsumsi

Tembakau dan Sirih

Sesudah

35 .00 259.200.000.00 19.491.428 53.740.263

64

Pengeluaran Konsumsi

Makanan dan Minuman Jadi

Sebelum

35 .00 4.800.000.00 330.857 951.980

Pengeluaran Konsumsi

Makanan dan Minuman Jadi

Sesudah

35 .00 4.800.000.00 360.000 975.753

Pengeluaran Konsumsi

Konsumsi lainnya Sebelum 35 .00 3.000.000.00 124.285 549.915

Pengeluaran Konsumsi

Konsumsi lainnya Sesudah 35 .00 3.000.000.00 124.285 549.915

Pengeluaran Sewa, kontrak,

perkiraan sewa rumah

Sebelum

35 .00 10.000.000.00 285.714 1.690.308

Pengeluaran Sewa, kontrak,

perkiraan sewa rumah

Sesudah

35 .00 10.000.000.00 428.571 1.867.456

Pengeluaran Pemeliharaan

rumah dan perbaikan ringan

Sebelum

35 .00 720.000.00 20.571 121.702

Pengeluaran Pemeliharaan

rumah dan perbaikan ringan

Sesudah

35 .00 15.000.000.00 620.571 2.700.977

Pengeluaran rekening listrik,

air, gas, minyak tanah, kayu

bakar Sebelum

35 .00 3.500.000.00 874.571 847.159

Pengeluaran rekening listrik,

air, gas, minyak tanah, kayu

bakar Sesudah

35 .00 6.000.000.00 1.146.571 1.323.228

Pengeluaran Rekening

telepon rumah, pulsa hp,

telepon umum, wartel,

internet, warnet, benda pos

Sebelum

35 .00 6.000.000.00 820.571 1.186.913

Pengeluaran Rekening

telepon rumah, pulsa hp,

telepon umum, wartel,

internet, warnet, benda pos

Sesudah

35 .00 4.200.000.00 804.000 832.428

65

Pengeluaran sabun

mandi/cuci, kosmetik,

perawatan rambut/muka,

tisu Sebelum

35 .00 2.400.000.00 769.428 586.900

Pengeluaran sabun

mandi/cuci, kosmetik,

perawatan rambut/muka,

tisu Sesudah

33 60.000.00 2.400.000.00 998.787 651.746

Pengeluaran Biaya

kesehatan Sebelum 35 .00 600.000.00 41.428 137.458

Pengeluaran Biaya

kesehatan Sesudah 35 .00 15.000.000.00 913.571 2.990.667

Pengeluaran Biaya

Pendidikan Sebelum 34 .00 9.000.000.00 328.823 1.548..216

Pengeluaran Biaya

Pendidikan Sesudah 34 .00 9.000.000.00 331.764 1.548.646

Pengeluaran Transportasi

pengangkutan, bensin,

solar, minyak pelumas

Sebelum

35 .00 6.500.000.00 1.524.000 1.536..587

Pengeluaran Transportasi

pengangkutan, bensin,

solar, minyak pelumas

Sesudah

35 .00 7.200.000.00 17.194.28 1.639.192

Valid N (listwise) 32

66

Lampiran 6 Deskripsi statistik pengeluaran sandang di Desa Pangkal Jaya tahun

2015

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pengeluaran Pakaian, alas

kaki dan tutup kepala

Sebelum

35 .00 3.000.000.00 834.285 636.138

Pengeluaran Pakaian, alas

kaki dan tutup kepala

Sesudah

35 300.000.00 5.000.000.00 1.177.142 946.537

Pengeluaran Barang tahan

lama, alat elektronik,

kendaraan, perhiasan

Sebelum

35 .00 2.000.000.00 85.714 373.491

Pengeluaran Barang tahan

lama, alat elektronik,

kendaraan, perhiasan

Sesudah

35 .00 85.000.000.00 3.282.857 14.403.604

Pengeluaran Pajak (PBB,

pajak kendaraan) Sebelum 35 .00 4.000.000.00 164.428 675.780

Pengeluaran Pajak (PBB,

pajak kendaraan) Sesudah 35 .00 4.000.000.00 164.428 675.780

Pengeluaran keperluan

pesta dan upacara Sebelum 35 .00 25.000.000.00 714.285 4.225.771

Pengeluaran keperluan

pesta dan upacara Sesudah 35 .00 25.000.000.00 714.285 4.225.771

Valid N (listwise) 35

67

RIWAYAT HIDUP

Ami Kusuma Handayani lahir di Jakarta pada tanggal 25 Mei 1993 adalah

anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Agung Nugroho Hartono dan Novi Andayani Praptiningsih. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah TK Al-Azhar periode 1998-1999, SDIT Fajar Hidayah periode 1999-2005, SMP Negeri 239 Jakarta periode 2005-2008, SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan periode 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan.

Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan di dalam dan luar kampus. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Komunikasi Bisnis periode 2014. Penulis juga aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) Divisi Pengembangan Budaya Olahraga dan Seni (PBOS) pada masa kepengurusan selama dua periode yaitu tahun 2012/2013 dan 2013/2014. Selain itu penulis mengikuti kegiataan kepanitiaan Pemilihan Raya FEMA Divisi Publikasi dan Dekorasi tahun 2012, Panitia Himasiera Olah Talenta Divisi Sponsorship tahun 2012, Panitia Familiarity Night Divisi Acara tahun 2012, Panitia Career Development Training Divisi Marketing Promotion tahun 2012, Panitia 6th Ecology Sport and Art Event Divisi Sponsorship tahun 2013, Panitia IPB Festival Divisi Acara tahun 2013, Panitia Gebyar Nusantara Divisi Acara tahun 2013, Panitia Familiarity Night Divisi Sponsorship tahun 2013, Panitia 7th Ecology Sport and Art Event Divisi Acara tahun 2014, Panitia Gebyar Nusantara Divisi Acara tahun 2014 dan Panitia Familiarity Night Divisi Acara tahun 2014. Untuk kegiatan di luar kampus, penulis mengikuti kegiatan Marching Band The Crescendo Corps dari tahun 2002 sampai 2013.