DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PRASYARAT … fileTeknik pengumpulan data ..... 1 8 1.8.6. Teknik...
-
Upload
hoangkhanh -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PRASYARAT … fileTeknik pengumpulan data ..... 1 8 1.8.6. Teknik...
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ............................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ........................................ iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
ABSTRAK ......................................................................................................... xiii
ABSTRACT ........................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar belakang masalah .............................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ....................................................................... 7
1.3 Ruang lingkup masalah .............................................................. 7
1.4 Orisinalitas ................................................................................. 8
1.5 Tujuan penelitian ........................................................................ 9
1.5.1 Tujuan umum ……………………………………………..9
1.5.2 Tujuan khusus ……………………………………………9
1.6 Manfaat penelitian ..................................................................... 9
1.6.1. Manfaat teoritis ................................................................ 9
1.6.2. Manfaat praktis
10
1.7 Landasan teoritis
..................................................................................................... 1
0
1.8 Metode penelitian
..................................................................................................... 1
4
1.8.1. Jenis penelitian
.......................................................................................... 1
4
1.8.2. Jenis pendekatan
.......................................................................................... 1
5
1.8.3. Sifat penelitian
.......................................................................................... 1
5
1.8.4. Data dan sumber data
.......................................................................................... 1
6
1.8.5. Teknik pengumpulan data
.......................................................................................... 1
8
1.8.6. Teknik pengolahan dan analisis data
.......................................................................................... 1
9
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA DAN
PERLINDUNGAN HUKUM
2.1 Tenaga Kerja………………………………………………………
21
2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Tenaga Kerja ………..…….
21
2.2.1 Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja ………...………..…….
27
2.2 Perlindungan Hukum …………………………………………..…
30
2.2.1 Pengertian Perlindungan Hukum ……………………..…..
30
2.2.2 Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja ….……………..
31
BAB III BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM YANG DIBERIKAN
KEPADA PEKERJA TIDAK TETAP PADA HOTEL LAVENDER
3.1 Perlindungan Tenaga Kerja Di Indonesia …………………………
34
3.1.1 Perlindungan Pekerja dalam Undang – Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.......…………………………. 34
3.1.2 Perlindungan Tentang Upah, Kesejahteraan dan Jaminan
Sosial Pekerja
………………………………………………………. 39
3.2 Perlindungan Hukum Kepada Pekerja Tidak Tetap di Hotel
Lavender
………………………………………………………………………
46
BAB IV HAMBATAN – HAMBATAN PERLINDUNGAN HUKUM YANG
TERJADI KEPADA PEKERJA TIDAK TETAP DI HOTEL
LAVENDER
4.1 Faktor Penghambat Yang Terjadi Kepada Pekerja
Tidak………………………………………………………………
…62
4.1.1 Kontrak Yang Tidak Sesuai Dengan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
KEP-100/MEN/IV/2004 Tahun 2004 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Perjanjian Waktu Tertentu
…………………………………….63
4.1.2 Tidak Didaftarkannya Pekerja Tidak Tetap Ke Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial …………………………….....
65
4.2 Upaya Menangani Hambatan – Hambatan Yang Terjadi Kepada
Pekerja Tidak Tetap ………………………………………………...
53
4.2.1 Upaya Menangani Hambatan Kontrak Yang Tidak Sesuai
Dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor KEP-100/MEN/IV/2004 Tahun
2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Waktu
Tertentu
………………………………………………………………
… 66
4.2.2 Upaya Menangani Hambatan Tidak Didaftarkannya Pekerja
Tidak Tetap Ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
…………..…………………………………………………….
. 68
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………....
72
5.2 Saran
………………………………………………………………... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RINGKASAN SKRIPSI
ABSTRAK
Pekerja merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang telah
melakukan pekerjaan, baik bekerja untuk diri sendiri maupun bekerja dalam
hubungan kerja atau dibawah perintah pemberi kerja bisa perseroan, pengusaha,
badan hukum atau badan lainnya dan atas jasanya dalam bekerja yang
bersangkutan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pada bagiannya
pekerja dibagi menjadi 2 (dua), yaitu pekerja tetap dan pekerja tidak tetap. Bagian
itu ada, karena kesepakatan dalam sebuah perjanjian kerja yang dibuat. Perjanjian
kerja untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu. Pekerja untuk waktu
tertentu biasa disebut dengan pekerja tidak tetap, karena dibatasi masa atau jangka
waktu kerjanya diatur dalam pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Diantara seluruh pekerja pada Hotel Lavender Bali,
beberapa dari mereka statusnya adalah tenaga kerja tidak tetap. Permasalahan
yang diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimana bentuk perlindungan hukum
yang diberikan kepada pekerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali dan
bagaimanakah hambatan – hambatan yang terjadi pada pekerja tidak tetap pada
Hotel Lavender Bali.
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian
yuridis-empiris. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan suatu
kebenaran adalah dengan melakukan penelitian yang bersifat yuridis – empiris.
Penelitian ini beranjak dari kesenjangan antara das solen (teori) dengan das sein
(praktek atau kenyataan).
Hasil penelitian ini adalah bahwa pekerja tidak tetap pada Hotel Lavender
Bali hanya mendapatkan perlindungan ekonomis berupa upah yang sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 17 ayat 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum,
sedangkan perlindungan sosial dan teknisnya tidak terpenuhi. Kemudian yang
menjadi faktor penghambat terwujudnya perlindungan hukum bagi pekerja tidak
tetap pada Hotel Lavender Bali adalah daya kerja pekerja tidak tetap pada Hotel
Lavender yang dipekerjakan selama 26 hari dalam sebulan karena melanggar
aturan mengenai maksimal hari kerja yang tertera dalam Pasal 10 ayat (2)
KEPMEN No. 100 Tahun 2004, kemudian tidak didaftarkannya pekerja tidak
tetap pada BPJS Ketenagakerjaan oleh pengusaha seperti yang telah diatur pada
Pasal 15 ayat (2) UU BPJS karena menghambat terwujudnya perlindungan teknis
pekerja.
Kata kunci : Perlindungan Hukum, Tenaga Kerja, Pekerja Tidak Tetap
ABSTRACT
Workers are part of the labor force of workers who had been doing the
job, either working for themselves or working in employment or under the orders
of the employer to the company, employer, corporation or other entity, and for his
service in the work concerned a wage or remuneration in another form. On its
part the workers were divided into 2 (two), namely permanent workers and daily
workers. Part of it there, because agreement on an employment made. Work
agreement for a specified time or for an unspecified time. Workers for a certain
period commonly referred to as temporary workers, because the restricted period
or periods of work stipulated in article 59 of Law No. 13 of 2003 on Manpower.
Among all workers at Lavender Hotel Bali, some of them employment status is not
fixed. Issues raised in this paper is how the forms of legal protection given to
temporary workers at Lavender Hotel Bali and how barriers - barriers that occur
in temporary workers at Lavender Hotel Bali.
This type of research used by the author is the kind of juridical-empirical
research. One way that can be taken to get the truth is to do research juridical -
empirical. This research moved from the gap between das solen (theory) with das
sein (practice or reality).
This type of research used by the author is the kind of juridical-empirical
research. One way that can be taken to get the truth is to do research juridical -
empirical. This research moved from the gap between das solen (theory) with das
sein (practice or reality). The results of this study is that the workers do not stay
at Hotel Lavender Bali is only getting protection economical form of wages in
accordance with the provisions of Article 17 paragraph 1 of the Regulation of the
Minister of Manpower and Transmigration Republic of Indonesia Number 7 of
2013 concerning the minimum wage, while social protection and technical
assistance are not met , Then the factors that inhibit the establishment of legal
protection for temporary workers at the Hotel Lavender Bali is the workings of
temporary workers at the Hotel Lavender had been employed for 26 days a month
for violating the rules on maximum working day under Article 10 paragraph (2)
KEPMEN No. , 100 of 2004, then no registration of temporary workers at the
Employment BPJS by employers as set out in Article 15 (2) BPJS for obstructing
the realization of technical protection of workers.
Keywords: Legal Protection, Labor, Daily Worker
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jaminan untuk tenaga kerja sangat diperlukan mengingat berbagai
tantangan dan resiko yang dihadapinya. Oleh karena itu, kepada tenaga kerja
perlu diberikan pembinaan, pengarahan, pemeliharaan, perlindungan, dan
peningkatan kesejahteraan sebagai perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum bagi tenaga kerja. Hal ini merupakan suatu
penghargaan kepada setiap tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga
dan pikiran kepada perusahaan tempat dimana ia bekerja, sehingga dapat
meningkatkan produktifitas nasional. Perlindungan pekerja dapat dilakukan
baik dengan jalan memberikan tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan
pengakuan hak – hak asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis serta sosial
dan ekonomi melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja tersebut.
Diaturnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan memberikan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja dan
sekaligus bertujuan untuk menghapus sistem perbudakan dan menjaga agar
para tenaga kerja lebih dimanusiakan. Sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup tenaga kerja dan hidup layak sebagai manusia. Untuk
menjalankan proses dari perlindungan terhadap tenaga kerja itu
memerlukan beberapa perencanaan dan pelaksanaan secara komprehensif, terpadu
dan berkesinambungan. Selain itu, perlindungan hukum terhadap terhadap tenaga
kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar tenaga kerja. Menjamin
kesamaan kesempatan dan perlakuan tanpa diskriminasi atas apapun. Dalam
rangka untuk mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya dengan
tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha dan kepentingan
pengusaha. Lingkup perlindungan terhadap tenaga kerja atau buruh menurut
Undang-Undang nomor 13 tahun 2003, meliputi:1
1) Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja atau buruh untuk berunding dengan
pengusaha;
2) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja;
3) Perlindungan khusus bagi pekerja atau buruh perempuan, anak, dan
penyandang cacat; dan
4) Perlindungan tentang upah, kesejahteraan dan jaminan sosial tenaga kerja.
Pekerja merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang telah
melakukan pekerjaan, baik bekerja untuk diri sendiri maupun bekerja dalam
hubungan kerja atau dibawah perintah pemberi kerja bisa perseroan, pengusaha,
badan hukum atau badan lainnya dan atas jasanya dalam bekerja yang
bersangkutan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan kata lain
tenaga kerja disebut pekerja bila ia melakukan pekerjaan dalam hubungan kerja.
Sedangkan menurut Undang – Undang Nomor 13 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 2
disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi
1 Eko Wahyudi, dkk, 2016, Hukum Ketenagakerjaan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 32.
xi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pada bagiannya tenaga kerja dibagi
menjadi 2 (dua), yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Bagian itu
ada, karena kesepakatan dalam sebuah perjanjian kerja yang dibuat. Perjanjian
kerja untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu. Pekerja untuk waktu
tertentu biasa disebut dengan pekerja tidak tetap, karena dibatasi masa atau jangka
waktu kerjanya. Merujuk kepada Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Menurut jenis dan sifatnya tenaga kerja tidak tetap
dibagi menjadi 4 (empat), yaitu:
1) Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
2) Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu
lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;
3) Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
4) Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Bila merujuk kepada aturan diatas, maka jenis tenaga kerja hanya dapat
diterapkan untuk 3 (tiga) jenis pekerjaan yaitu tenaga kerja kontrak, tenaga kerja
musiman dan tenaga kerja harian/lepas. Tenaga kerja tidak tetap ini harus
mendapatkan perlakuan yang sama dengan tenaga kerja tetap tanpa diskriminasi
dalam bentuk apapun. Seperti halnya yang tertera pada Pasal 6 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa setiap
pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari
pengusaha. Salah satu pengguna tenaga kerja tidak tetap dan menjadi pokok
pembahasan peneltian ini adalah Hotel Lavender Bali yang merupakan salah satu
hotel yang tentunya merupakan penyedia jasa pelayanan penginapan, penyedia
xii
makanan dan minuman serta jasa lainnya yang dikelola secara komersil. Dalam
kesehariannya Hotel Lavender Bali mempekerjakan banyak sekali tenaga kerja
yang diantaranya adalah general manager, excecutive asst. manager, dan divisi –
divisi lainnya yang menunjang jalannya jasa pelayanan dihotel tersebut.
Diantara seluruh pekerja pada Hotel Lavender Bali, beberapa dari mereka
statusnya adalah tenaga kerja tidak tetap. Beberapa tahun yang lalu terdapat
permasalahan terkait pekerja tidak tetap. Permasalahan tersebut berawal dari
kecelakaan kerja yang terjadi pada salah seorang pekerja tidak tetap yang bekerja
di bagian pembersih kolam yang saat itu pelipisnya terkena pentalan kerikil
karena mesin gergaji rumput yang sedang digunakan oleh tukang kebun di hotel.
Kemudian pekerja tersebut dibawa ke Rumah Sakit terdekat. Timbullah masalah
pada bagian pembayaran tagihan perawatan dan obat. Ternyata pekerja tidak tetap
tersebut tidak terdaftar dalam BPJS sehingga ia harus membayar dulu tagihan
perawatan dengan uangnya sendiri, kemudian barulah diganti oleh pihak Hotel.
Hal tersebut karena pihak hotel menggunakan sistem rimbes dalam menangani
kecelakaan kerja, bukannya menggunakan BPJS Ketenagakerjaan. Dengan jenis
pekerjaan yang sama dan waktu kerja yang hampir sama dengan pekerja tetap
semestinya pekerja tidak tetap juga berhak untuk didaftarkan pada BPJS
Ketenagakerjaan.
xiii
Secara umum di nasional problematika yang terjadi mengenai masalah
pegawai tidak tetap ini pokok pangkal kekurangpuasannya berkisar pada
masalah:2
1) Pengupahan;
2) Jaminan sosial;
3) Perilaku penugasan yang kadang-kadang dirasakan kurang sesuai dengan
kepribadian;
4) Daya kerja dan kemampuan kerja yang dirasakan kurang dengan pekerjaan
yang harus diemban;
5) Adanya masalah pribadi. Ditambah lagi dilingkup tenaga kerja tidak tetap,
sering tidak mendapatkan perlindungan hukum dan tidak mendapatkan
perlakuan yang sama dengan tenaga kerja tetap.
Suatu peraturan perusahaan tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Pengusaha wajib memberitahu dan menjelaskan
tentang peraturan perusahaan kepada tenaga kerja. Perlindungan pekerja dari
kekuasaan pengusaha terlaksana apabila peraturan dalam bidang ketenagakerjaan
yang mengharuskan atau memaksa pengusaha bertindak seperti dalam peraturan
perundang-undangan tersebut benar – benar dilaksanakan semua pihak karena
keberlakuan hukum tidak dapat diukur secara yuridis saja, tetapi diukur secara
sosiologi dan filosofis.
Awal terjadinya hubungan kerja disebabkan adanya perjanjian kerja.
Perjanjian kerja sesuai dengan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan merupakan perjanjian yang dilakukan oleh seorang
calon pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat –
2 Ibid, h. 15-16.
xiv
syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.3 Isi dari perjanjian itu antara lain
mengenai kapan pekerja mulai melaksanakan pekerjaan dan apa yang akan
dikerjakan, kemudian besarnya upah yang akan diterima serta syarat-syarat kerja
lain yang disepakati bersama. Dalam Pasal 51 Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 disebutkan bahwa:
1) Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan.
2) Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan adanya perjanjian kerja maka secara langsung telah terjadi
hubungan hukum keperdataan antara pekerja dengan pengusaha yang biasa
disebut dengan hubungan kerja. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan hubungan kerja adalah
hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja,
yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.4 Dalam skripsi ini mengkaji
mengenai hubungan kerja pengusaha dengan pekerja tidak tetap pada Hotel
Lavender Bali seperti yang dijabarkan diatas bahwa dengan hubungan kerja yang
sudah sah dan diakui oleh undang – undang maka apabila terjadi kecelakaan
kerja, pekerja berhak memperoleh jaminan kecelakaan kerja.
3 Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta, Sinar Grafika,
h.41. 4 Ibid, h. 36.
xv
Tema perlindungan hukum terhadap pekerja tidak tetap penulis angkat
karena dirasa penting untuk melakukan tinjauan yuridis hukum ketenagakerjaan
dengan kondisi yang ada dalam praktik lapangan. Dengan itu dapat dilihat apakah
kepastian hukum di Indonesia sudah menjamin terlindungnya hak – hak setiap
orang warga negaranya khususnya dalam suatu hubungan kerja agar tidak ada
pihak yang merasa dirugikan, baik pekerja dan pengusaha sama-sama dapat
mensejahterakan kehidupannya.
Penelitian ini hanya terbatasi pada ruang lingkup yang bekerja sebagai
tenaga kerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali yang merupakan sebuah Hotel
yang berada di Sunset Road, Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Sebagai
penunjang berjalannya bisnis Hotel tersebut, mempekerjakan beberapa pekerja
tidak tetap. Terdapat 4 (empat) lingkup perlindungan hukum tenaga kerja seperti
yang disebutkan di atas, namun pada penelitian ini hanya difokuskan pada
lingkup perlindungan hukum tentang upah, kesejahteraan dan jaminan sosial
tenaga kerja. Demikian penulis akan membuat sebuah bentuk penelitian mengenai
hal tersebut untuk melengkapai tugas – tugas dan syarat – syarat guna mencapai
derajat sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana, dengan judul:
Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Tidak Tetap Pada Hotel Lavender
Bali.
1.2 Rumusan Masalah
xvi
Fokus penelitian ini adalah menyangkut tentang bagaimana penerapan
perlindungan hukum terhadap pegawai tidak tetap pada Hotel Lavender Bali
sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang mengatur tentang
ketenagakerjaan. Sehubungan dengan hal – hal yang telah terurai di atas, maka
permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada pekerja tidak
tetap pada Hotel Lavender Bali?
2. Bagaimanakah hambatan – hambatan perlindungan hukum yang terjadi pada
pekerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Agar permasalahan yang dijadikan sebagai penelitian ini tidak terlalu luas,
lebih terarah dan tidak menyimpang dari tujuan pokok masalah yang di tentukan
yakni permasalan yang berhubungan dengan persamaan hak tenaga kerja tidak
tetap dengan pekerja tetap. Dalam penulisan skripsi ini permasalan dibatasi
kepada kedudukan hukum dan hak-hak tenaga kerja tidak tetap kepada pihak
Hotel Lavender Bali.
1.4 Orisinalitas
Dalam rangka menghindari plagiat dalam penulisan ini, maka penulis
mencantumkan beberapa karya ilmiah terdahulu yang pembahasannya berkaitan
dengan bentuk perlindungan hukum bagi pekerja tidak tetap.
Tabel 1.1
xvii
Daftar Penelitian Sejenis
No Judul Skripsi Penulis Metode Pendekatan
1 Perlindungan
Hukum Terhadap
Pekerja Harian
Lepas di UD
Berkah Sedulur
Desa Tanjungsari
Kecamatan
Rembang
Kabupaten
Rembang.
Ariani Endah
Nuryanti
(Mahasiswa
Fakultas Hukum
Universitas Negeri
Semarang)
(1) Bagaimanakah
perlindungan hukum
terhadap pekerja
harian lepas di UD
Berkah Sedulur?,
(2) Apakah hambatan-
hambatan dalam
pelaksanaan
perlindungan hukum
terhadap pekerja
harian lepas dan cara
penyelesaiannya?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah di rumuskan di atas maka tujuan
penelitian ini adalah:
1.5.1 Tujuan umum
- Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan
pengusaha kepada pekerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali.
xviii
- Untuk mengetahui hambatan – hambatan yang terjadi pada pekerja
tidak tetap pada Hotel Lavender Bali.
1.5.2 Tujuan khusus
- Untuk memahami bentuk pertanggungjawaban dari pengusaha
dalam hal pemberian perlindungan hukum terhadap pekerja tidak
tetap yang bekerja pada Hotel Lavender Bali.
- Untuk memahami hambatan – hambatan yang terjadi pada pekerja
tidak tetap pada Hotel Lavender Bali.
1.6 Manfaat Penelitian
Semua bentuk penelitian pasti mendatangkan sebuah manfaat. Dalam
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk peneliti sendiri
ataupun untuk masyarakat, adapaun manfaatnya sebagai berikut:
1.6.1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman secara
teoritis mengenai hubungan kerja serta perlindungan hukum
terhadap perkerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti maupun
masyarakat tentang bagaimana sistem perlindungan hukum
terhadap pekerja tidak tetap.
Sebagai suatu sumbangan kepustakaan dan sekaligus untuk
memenuhi persyaratan dalam mencapai derajat Strata satu (S-1)
xix
program studi ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas
Udayana.
1.6.2. Manfaat praktis
Dapat dijadikan pedoman baik oleh pemerintah, praktisi,
mahasiswa maupun khalayak umum dalam menyelesaikan
permasalahan yang sejenis.
1.7 Landasan Teoritis
Dalam setiap penelitian selalu harus disertai dengan pemikiran –
pemikiran teoritis, karena ada hubungan timbal balik yang erat antara teori
dengan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, analisa serta kontruksi data.
Dengan mengedepankan teori – teori, maka dalam suatu penelitian dapat
dijelaskan fenomena yang dihadapi.
Perlindungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
tempat berlindung hal (perbuatan dsb) memperlindungi. Menurut Sungkono, SH.,
MS. pada dasarnya hukum merupakan perlengkapan masyarakat untuk menjamin
agar kebutuhan – kebutuhan dalam masyarakat dapat dipenuhi secara teratur agar
tujuan-tujuan kebijaksanaan publik dapat terwujud di dalam masyarakat.
Perlindungan hukum merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yakni
“rechtbescherming”. Kata perlindungan hukum diartikan suatu usaha untuk
memberikan hak-hak pihak yang dilindungi sesuai dengan kewajiban yang telah
dilakukan.
xx
Kemudian Hadjon membangun sebuah konsep perlindungan hukum dari
perspektif keilmuan hukum, menurutnya perlindungan hukum mempunyai makna
sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau perlindungan
yang diberikan oleh hukum, ditujukan kepada perlindungan terhadap
kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu dengan cara menjadikan kepentingan
yang perlu dilindungi tersebut ke dalam sebuah hak hukum.5
Ada dua macam perlindungan hukum, yaitu perlindungan hukum
preventif dan perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum preventif artinya
perlindungan hukum yang bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa.
Perlindungan hukum represif, yaitu perlindungan hukum yang diberikan setelah
adanya sengketa. Perlindungan hukum represif ini bertujuan untuk menyelesaikan
sengketa.
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Hal ini diatur dalam Undang – Undang
Ketenagakerjaan pada Pasal 1 angka 2. Kemudian dalam Pasal 1 angka 3 diikuti
dengan pengertian pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Dalam hukum ketenagakerjaan bentuk perlindungan hukum yang
diberikan berupa perlindungan hukum dibidang keamanan kerja baik dalam waktu
5 Philipus M.Hadjon, 2008, Konstitusi Sebagai Rumah Bangsa, Penerbit Sekretariat Jenderal
dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, h. 373.
xxi
yang relatif singkat ataupun panjang akan tetap terjamin dan ada pula jaminan
keselamatan bagi pekerja. Dengan adanya perlindungan hukum terhadap pekerja,
negara mewajibkan kepada pengusaha untuk menyediakan alat keamanan kerja
bagi pekerja. Dalam hal pertanggungjawaban terhadap pekerja apabila terjadi
kecelakaan kerja ketika melaksanakan kewajibannya dalam pekerjaan, maka
pengusaha akan menanggung beban yang timbul secara materiil dengan
memberikan penggantian dari biaya yang timbul akibat kecelakaan kerja.6
Produk hukum yang dapat memberikan perlindungan hukum dan
kepastian terhadap pekerja dan tenaga kerja adalah Undang – Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Perlindungan tenaga kerja sangat mendapat
perhatian dalam hukum ketenagakerjaan. Seperti contohnya adalah ketentuan –
ketentuan yang mengatur mengenai kesejahteraan, kesempatan yang sama tanpa
diskriminasi, perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, dan
memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.
Bentuk perlidungan hukum terhadap pekerja seperti apa yang telah
dipaparkan diatas harus diawali dengan adanya perjanjian kerja antara pengusaha
dengan pekerja. Berdasarkan ketentuan Pasal 50 UUK hubungan kerja terjadi
karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh.7 Dalam Pasal
1 angka 15 UUK telah diberikan defenisi, bahwa hubungan kerja adalah
hubungan antara pengusaha dengan karyawan berdasarkan perjanjian kerja yang
6 Soedarjadi, 2008, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, h.
53. 7 Asri Wijayanti, Op.Cit., h. 37.
xxii
mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah. Dari beberapa pengertian di atas
yang menjadi dasar hubungan kerja adalah perjanjian kerja. Atas dasar perjanjian
kerja itu kemudian muncul unsur pekerjaan, upah dan perintah. Dengan demikian
hubungan kerja tersebut adalah sesuatu yang abstrak, sedangkan perjanjian kerja
adalah sesuatu yang konkret atau nyata. Dengan adanya perjanjian kerja akan ada
ikatan antara pengusaha dan pekerja. Dengan perkataan lain ikatan karena adanya
perjanjian kerja inilah yang merupakan hubungan kerja.
Secara umum pengertian dari perjanjian kerja dapat dilihat dalam Pasal 1
angka 14 UUK yang menyatakan perjanjian kerja adalah perjanjian antara
pekerja/ karyawan dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-
syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.8
Status dalam suatu perjanjian kerja dalam praktiknya terbagi atas dua
macam, yaitu perjanjian kerja tidak tetap dan perjanjian kerja tetap. Pekerja
tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah
tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan
pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan
secara langsung, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu
jangka waktu tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh (full
time) dalam pekerjaan tersebut. Pekerja tidak tetap atau tenaga kerja lepas adalah
pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan
bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang
8Asri Wijayanti, Op.Cit., h. 46.
xxiii
dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi
kerja. Perjanjian kerja tidak tetap meliputi : 1) Perjanjian Kerja Harian Lepas; 2)
Perjanjian Kerja Borongan.
1.8 Metode Penelitian
1.8.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum empiris.
Jenis penelitian ini merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
mendapatkan kebenaran, yaitu dengan membandingkan aturan yang ada dengan
pelaksanaannya atau kenyataan dalam masyarakat (dasollen dan dassein).9
Pertimbangan dalam penggunaan jenis penelitian ini dikarenakan obyek
kajian yang akan diteliti terdapat kesenjangan antara peraturan yang ada
(dasollen) dengan pelaksanaan dari peraturan tersebut di masyarakat (dasein)
dalam penelitian ini adalah pelaksanaan hubungan kerja antara pekerja tidak tetap
dengan pengusaha yang mempekerjakannya pada Hotel Lavender Bali. Penelitian
ini dilakukan dengan menghubungkan permasalahan dengan ketentuan yang
mengatur permasalahan ini dan pemecahannya dalam kehidupan masyatakat.
1.8.2. Jenis pendekatan
9 Johan Nasution, Bahder, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, h.
36.
xxiv
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan fakta
(The Fact Approach) dan pendekatan perundang-undangan (The Statue
Approach). Pendekatan fakta (The Fact Approach) dilakukan dengan melihat
keadaan nyata di wilayah penelitian yaitu pada Hotel Lavender Bali. Pendekatan
perundang-undangan (The Statue Approach) dilakukan dengan kajian terhadap
undang-undang yang dikaitkan dengan permasalahan yang ada di lapangan.10
Pendekatan fakta ini, merupakan data primer yang diperoleh dalam
penelitian di lapangan, sedangkan data penelitian sekunder diperoleh melalui
pendekatan perundang-undangan dengan menelaah semua undang-undang dan
regulasi yang bersangkutpaut dengan isu hukum yang sedang ditangani, dalam
penelitian ini terkait dengan bentuk perlindungan hukum terhadap tenaga kerja
tidak tetap yang tidak mendapat haknya sebagai seorang tenaga kerja.
1.8.3. Sifat penelitian
Penelitian hukum empiris menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) yaitu : 11
1. Pendekatan yang sifatnya eksploratif (penjajakan atau penjajahan)
Penelitian eksploratif umumnya dilakukan terhadap pengetahuan yang masih
baru, belum ada teori – teori , atau belum adanya informasi tentang norma –
norma atau ketentuan yang mengatur tentang hal tersebut, atau kalaupun
sudah ada masih relatif sedikit, begitu pula masih belum adanya dan atau
10
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta, h. 97. 11
Ismayanti, 2010, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, PT. Grasindo, Jakarta, h. 12.
xxv
sedikitnya literatur atau karya ilmiah lainnya yang menulis tentang hal
tersebut.
2. Penelitian yang sifatnya deskriptif
Sifat penelitian deskriptif ada pada penelitian secara umum, termasuk pula
didalamnya penelitian ilmu hukum, bertujuan untuk menggambarkan secara
tepat sifat – sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala dengan gejala lain di masyarakat.
3. Penelitian yang sifatnya eksplanatoris
Penelitian eksplanatoris sifatnya menguji hipotesis yaitu penelitian yang ingin
mengetahui pengaruh atau dampak suatu variable lainnya atau penelitian
tentang hubungan atau korelasi suatu variable.
Dari ketiga sifat penelitian tersebut, sifat penelitian yang digunakan adalah
deskriptif, karena bermaksud menggambarkan secara jelas tentang hubungan
hukum antara pihak pekerja tidak tetap dengan pihak Hotel Lavender apabila
terjadi kelalaian dalam perjanjian kerja yang mengakibatkan kerugian pada salah
satu pihak, dan upaya-upaya penyelesaian di luar pengadilan akibat terjadinya
kelalaiaan tersebut.
1.8.4. Data dan Sumber Data
Pada penulisan dan penelitian ini, adapun data yang digunakan adalah
bersumber dari:
xxvi
1. Data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari sumber utama di
lapangan, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan
baik dari responden ataupun informan, dimana data tersebut berasal dari
observasi atau pengamatan secara langsung ke tempat kejadian dan melalui
wawancara. Informan bisa di artikan sebagai seseorang atau lebih yang
memberikan informasi kepada tentang segala hal yang berkaitan dengan
subjek penelitian.12
Responden adalah seseorang atau lebih yang dapat
memberikan tanggapan atas pertanyaan yang di ajukan peneliti kepadanya
lewat daftar pertanyaan.13
Penentuan Informan awal, dilakukan terhadap
beberapa informan yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Mereka yang menguasai dan memahami fokus permasalahannya melalui
proses ekulturasi.
b. Mereka yang terlibat dengan (didalam) kegiatan yang tengah diteliti.
c. Mereka yang mempunya kesempatan dan waktu yang memadai untuk
dimintai infoermasi. Sehingga didalam penelitian ini yang akan menjadi
informan awal adalah:
1) HRD atau Personalia Hotel Lavender Bali.
2) Pekerja tidak tetap Hotel Lavender Bali
2. Sumber Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari tangan kedua atau
dengan kata lain data yang bukan berasal dari sumber utama, yang dalam hal
12
Ade Saptomo, 2009, Pokok pokok metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni, Jakarta
Trisakti, Jakarta, h.81. 13
Ibid, h. 82.
xxvii
ini berasal dari peraturan perundang-undangan terkait dengan permasalahan,
selain itu juga berasal dari literatur – literatur buku, kamus hukum, website,
media massa, dan lain sebagainya untuk menyempurnakan data lapangan.
Bahan hukum ini terdiri dari bahan hukum primer, skunder dan tersier.
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum yang mengikat, yaitu bahan hukum yang mempunyai
kekuatan mengikat secara umum (perundang – undangan).
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer
(buku ilmu hukum, jurnal hukum, laporan hukum, dan media cetak atau
elektronik). Bahan hukum sekunder berguna untuk memberikan petunjuk
kearah mana peneliti akan melangkah.
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer
dan bahan hukum sekunder (kamus hukum dan ensiklopedia).
1.8.5. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik kepustakaan
Pada tahap awal, di samping akan dilakukan studi kepustakaan, yang
dilakukan dengan cara-cara, mencari, meninventarisasi dan mempelajari peraturan
– peraturan perundang – undangan, doktrin – doktrin dan data – data sekunder
xxviii
yang lain, yang berkaitan dengan perjanjian kerja dan perlindungan hukum
terhadap pekerja tidak tetap.
2. Teknik wawancara
Tahap wawancara dilakukan secara insentif dan mendalam terhadap
informan dan responden mengenai perjanjian dan perlindungan hukum terhadap
pekerja tidak tetap dan observasi tidak terstruktur yang ditujukan terhadap
beberapa informan dan berbagai situasi. Dalam penelitian ini wawancara
dilakukan kepada narasumber yang bekerja di hotel laveder.
Kedua cara yang dilakukan secara stimulan ini dilakukan dengan maksud
untuk memperoleh gambaran yang lebih terperinci dan mendalam, tentang apa
yang mencakup berbagai permasalahan yang telah ditetapkan terbatas pada satu
fokus permasalahan tertentu, dengan cara mencari kesamaan-kesamaan elemen
yang ada dalam masing-masing bagian dari fokus tertentu, yang kemudian
dilanjutkan dengan mencari kesamaan dan perbedaan elemen yang ada masing-
masing bagian dari fokus permasalahan.
1.8.6. Teknik pengolahan dan analisis data
Data yang telah terkumpul akan diolah secara kualitatif dan dianalisis
secara deskriptif. Oleh karena itu, keseluruhan data yang terkumpul dari data
primer maupun sekunder akan diolah dan dianalisis data yang diperoleh dari
peraturan perundang-undangan, bahan–bahan pustaka yang berkaitan dengan
fokus permasalan kemudian akan didiskusikan dengan data yang diperoleh dari
xxix
hasil observasi dan wawancara obyek penelitian sehingga akan ditemukan hukum
dalam kenyataan. Data disusun secara sistematis, digolongkan ke dalam pola dan
tema, dikategorikan dan diklasifikasikan, dihubungkan antara satu dengan yang
lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi sosial,
dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami keseluruhan
kualitas data dan proses analisis tersebut dilakukan terus menerus sejak pencarian
data di lapangan dan berlanjut terus hingga pada tahap analisis, kemudian
dilakukan analisis secara kualitatif, kemudian data akan disajikan secara
deskriptif, kualitatif dan sistematis.