ctl

15
2.1 Definisi Model Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL). Kata contextual berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian contextual diartikan ”yang berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Pembelajaran kontekstual ini bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari. 2.2 Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual Karakteristik Model pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) : 1) Kerjasama 2) Saling menunjang 3) Menyenangkan, tidak membosankan 4) Belajar dengan bergairah 5) Menggunakan berbagai sumber 6) Siswa aktif 7) Sharing dengan teman 8) Siswa kritis guru kreatif 9) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain 10) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lai 2.3 Komponen-komponen Model Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif yaitu : 1) Konstruktivisme (Constructivism) Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (constructivism).

description

pebelajaran Contextual Teaching and Learning

Transcript of ctl

Page 1: ctl

2.1    Definisi Model Pembelajaran KontekstualPembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL). Kata contextual berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”.  Dengan demikian contextual diartikan ”yang berhubungan dengan suasana (konteks).  Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Pembelajaran kontekstual ini bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari.

2.2    Karakteristik Model Pembelajaran KontekstualKarakteristik Model pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) :1)    Kerjasama 2)    Saling menunjang 3)    Menyenangkan, tidak membosankan 4)    Belajar dengan bergairah5)    Menggunakan berbagai sumber 6)    Siswa aktif 7)    Sharing dengan teman 8)    Siswa kritis guru kreatif 9)    Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain10)    Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lai2.3    Komponen-komponen Model Pembelajaran KontekstualPembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen  utama dari pembelajaran produktif yaitu : 1)     Konstruktivisme (Constructivism)Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (constructivism).2)     Membentuk group belajar yang saling membantu (interdependent learning groups)Membentuk group belajar yang saling tergantung (interdependent learning groups) yaitu agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain, maka pembelajaran hendaknya selalu dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar atau proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok.3)     Menemukan (Inquiry)

Page 2: ctl

Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry), yaitu agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta).4)     Bertanya (Questioning)Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan (questioning).  Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan memahami kemampuan berpikir siswa, sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan menunjukkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.  Bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang baru yang didatangkan di kelas.5)     Pemodelan (Modelling) Pemodelan (modeling), maksudnya dalam sebuah pembelajaran selalu ada model yang bisa ditiru. Guru memberi model tentang bagaimana cara belajar, namun demikian guru bukan satu-satunya model.  Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa atau dapat juga mendatangkan dari luar.6)     Refleksi (Reflection)Refleksi (reflection), adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu kuncinya adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa.

7)     Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) Penilaian sesungguhnya (authentic assesment), adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil, dan dengan berbagai cara.  Tes hanya salah satunya itulah hakekat penilaian yang sebenarnya.2.4    Peran Guru dan Siswa dalam CTL Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut dinamakan sebagai unsure modalitas belajar.Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL:1)    Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang2)    Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan3)    belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui4)    belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.

Page 3: ctl

2.5    Aplikasi Model Pembelajaran Kontekstual di KelasModel ini diterapkan di kelas dengan cara:1)     Orientasi siswa pada masalah: guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.2)     Mengorganisasikan siswa untuk belajar (Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut).3)    Membimbing penyelidikan individu atau kelompok (Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah).4)    Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model untuk membantu mereka membagi tugas dengan temannya).5)    Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah ( Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang digunakan )

Page 4: ctl

PEBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

            Pembelajaran Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata yang dialami siswa dan mendorongnya membuat hubungan anatara pengetahuan siswa dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota keluarga dan masyarakat yang berguna bagi siswa. Pembelajaran kontekstual berjalan  secara alamiah denga kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa, yang kebih utama adalah strategi pembelajaran, metode kerja dan penyelesaian masalah dari pada hasil.            Pendekatan kontekstual ini berdasarkan pmehaman bahwa belajar bukan hanya sekadar menghafal, mengingat saja tetapi akan lebih bermakna jika mengahsilkan keterampilan dan hasil kerja. Oleh karena itu dalam pembelajaran ini siswa harus memahami makna belajar, kegunannya dan cara mencapai tujuan, karena mereka menyadari sendiri akan manfaat pelajaran itu dalam kehidupannya. Siswa dalam pembelajaran kontekstual sebagai diri sendiri dalam mencapai hasil belajar sesuai dengan krbutuhan hidupnya, dengan guru hanya berfungsi sebagai  pengarah dan pebimbing. Guru membantu mencapai tujuan belajar siswa, dan lebih banyak menguasai strategi, metode bimbingan dari pada peberian informasi. Guru dan siswa bekerja sama dalam menemukan hal-hal baru dari proses menemukan sendiri berdasarkan pengetahuan yang bersifat luas dan memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya.            Pebelajaran kontekstual memiliki criteria sebagai berikut :

1. menyandarkan pada memori spasial2. pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan individu siswa3. cenderung memadukan beberapa bidang4. selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa5. menerapkan penilaian autentik melalui penerapan praktis dala pemecahan masalah

Komponen utama dan langkah pembeljaran kontekstual :

1. konstruktivisme; berusaha mengembangkan pemikiran siswa, agar bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya dan keterampilannya yang baru

2. menemukan; siswa berusaha sendiri secara maksimal menemukan semua topik

Page 5: ctl

3. bertanya; mengembangkan rasa ingin tahu melalui bertanya4. masyarakat belajar; menciptakan suasana terus belajar dalam kelompok5. permodelan; guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran6. refleksi; guru melakukan refleksi di setiap akhir pertemuan7. penilaian yang sebanarnya; guru melakukan penilaian dengan berbagai cara yang

beragam

Ketujuh komponen tersebut menunjukkan posisi siswa dalam konteks berakna, menghubungkan sendiri antara pengetahuan awal dengan materi yang sedang dipelajari. Guru dalam posisi sebagai pengarah dan pembimbing hendaknya memperhatikan beberapa hal : 1) merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan metal siswa, 2) membetuk kelompok belajar yang saling ketergantungan, 3) menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri dengan karateristik : kesadaran berpikir, penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan, 4) mempertimbangkan keragaan siswa, 5) memperhatikan multiple intelegensi, 6) menggunakan tekniuk bertanya, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, 7) menerapkan penilain autentik.            Pembelajaran kontekstuan memiliki karateristik : 1) adanya kerja sama, 2) saling menunjang, 3) menyenangkan, 4) menggairahkan, 5) terintegrasi, 6) kaya sumber, 7) siswa aktif, 8) saling  memberi dan mebantu antar siswa, 9) siswa kritis, guru aktif, 10) laporang lengkap kepada orang tua baik hasil keterampilan, hasil kerja, nilai rapor dan sebagainya.

Penilaiannya secara autentik dengan karakter :1) penilaian selama dan sesudah pembelajaran, 2) formatif dan sumatif, 3) mengukur keterampilan dan performann, 4) berkesinambungan, 5) terintegrasi, 6) sebagai umpan balik. Penilaian meliputi : 1) kinerja 2) observasi sistemik, 3) portopolio,  4) jurnal sain, 5) umpan balik dan refleksi.

Dalam mengembangkan berpikir tinggi, guru memperhatikan proses berpikir otak belahan kiri  dan berpikir otak sebelah kanan.

Otak kiri memiliki karakter : 1) tertarik pada proses penemuan yang bersifat bagian-bagian dari suatu komponen, 2)  bersifat analisis, 3) mementingkan tata urutan secara sekuensial dan serial, 4) temporal dan terikat pada waktu kini, 5) verbal, matematis, musical. Otak kanan 1) tertarik pada proses pengintegrasian dari bagian-bagian suatu komponen enjadi satu kesatuan yang bersifat utuh dan meyeluruh, 2) bersifat rasional konstruksional dan mebangun suatu pola, 3) simultan dan parallel, 4) lintas runag dan tidak terikat pada waktu, 5) visual litas ruang dan musical.

Cara berpikir tersebut terkait dengan : 1. kreativitas :  toleransi tinggi untuk makna ganda, berpikir bebas, devergen, berani ambil resiko, imajinatif, sensitive2. motivasi :     tekun dalam bidang yang diminatinya, intens dalam menghayati perasaan dan nilai, bebas3. berpikir keritis : dapat kesenjangan antara kenyataan dan kebenaran, mengacu pada hal-hal yang ideal, mampu menganalisis dan mengevaluasi.

Page 6: ctl

Pembelajaran dengan Pendekatan CTL14 Oktober 2009 Rachmad Widodo Tinggalkan komentar Go to comments

7 Votes

A. Latar belakangAda kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Pendekatan kontektual(Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Page 7: ctl

Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual

B. Pemikiran tentang belajar

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecendrungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.

1. Proses belajar

Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri

Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru

Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan

Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisak, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi didrinya,

dan bergelut dengan ide-ide Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring

dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.

2. Transfer Belajar

Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit) Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan

keterampilan itu

3. Siswa sebagai Pembelajar

Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru

Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting

Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.

Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

4. Pentingnya  lingkungan Belajar

Page 8: ctl

Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.

Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya

Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

D.Pengertaian CTL

1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

2.  Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata  dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat

E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual Dengan Pendekatan Tradisional

NO. CTL TRADISIONAL

1. Menyandarkan pada memori spasial (pemahaman makna)

Menyandarkan pada hapalan

2. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuh-an siswa

Pemilihan informasi di-tentukan oleh guru

3. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

Siswa secara pasif menerima informasi

4. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/-masalah yang disi-mulasikan

Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis

Page 9: ctl

5. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan

6. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu

7. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok)

Waktu belajar siswa se-bagian besar dipergu-nakan untuk mengerja-kan buku tugas, men-dengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual)

8. Perilaku dibangun atas kesadaran diri Perilaku dibangun atas kebiasaan

9. Keterampilan dikem-bangkan atas dasar pemahaman

Keterampilan dikem-bangkan atas dasar latihan

10. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor

11. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tsb keliru dan merugikan

Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman

12. Perilaku baik berdasar-kan motivasi intrinsik Perilaku baik berdasar-kan motivasi ekstrinsik

13. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting

Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas

14. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.

Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.

BAB 2

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS

CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik3. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya4. Ciptakan masyarakat belajar5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Page 10: ctl

A. Tujuh Komponen CTL

1. KONSTRUKTIVISME

Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal

Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan

2.  INQUIRY

Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

3.  QUESTIONING (BERTANYA)

Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry

4. LEARNING COMMUNITY (MASYARAKAT BELAJAR)

Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri Tukar pengalaman Berbagi ide

5. MODELING (PEMODELAN)

Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

6. REFLECTION ( REFLEKSI)

Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari Mencatat apa yang telah dipelajari Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

7. AUTHENTIC ASSESSMENT (PENILAIAN YANG SEBENARNYA)

Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa Penilaian produk (kinerja) Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

B. Karakteristik Pembelajaran  CTL

Kerjasama Saling menunjang Menyenangkan, tidak membosankan

Page 11: ctl

Belajar dengan bergairah Pembelajaran terintegrasi Menggunakan berbagai sumber Siswa aktif Sharing dengan teman Siswa kritis guru kreatif Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor

dan lain-lain Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum,

karangan siswa dan lain-lain.

BAB 3

MENYUSUN RENCANA PEMBELAJARAN IPS BERBASIS KONTEKSTUAL

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.

Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.

Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.

Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.

1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standara Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar

2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya

dalam pembelajaran.

Page 12: ctl