Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

132
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA MATA PELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X.6 DI SMAN 1 MALANG SKRIPSI Oleh: Syarof Nursyah Ismail 06130024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2010

Transcript of Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Page 1: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING) PADA MATA PELAJARAN SEJARAH

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

SISWA KELAS X.6 DI SMAN 1 MALANG

SKRIPSI

Oleh:

Syarof Nursyah Ismail

06130024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2010

Page 2: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING) PADA MATA PELAJARAN SEJARAH

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

SISWA KELAS X.6 DI SMAN 1 MALANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN)Maulana

Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Syarof Nursyah Ismail

06130024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2010

Page 3: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING) PADA MATA PELAJARAN SEJARAH

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

SISWA KELAS X.6 DI SMAN 1 MALANG

SKRIPSI

Oleh :

Syarof Nursyah Ismail

06130024

Disetujui Oleh,

Dosen Pembimbing

Dr.H. Abdul Bashith, S.Pd. M.Si

NIP.19761002 200312 1 003

Disahkan Pada Tanggal, 19 Juli 2010

Mengetahui,

Ketua Jurusan IPS

Drs. Muh. Yunus, M.Si

NIP.19690324 199603 1 002

Page 4: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING) PADA MATA PELAJARAN SEJARAH

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

SISWA KELAS X.6 DI SMAN 1 MALANG

SKRIPSI

dipersiapkan dan disusun oleh

Syarof Nursyah Ismail (06130024)

telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal

28 Juli 2010 dengan nilai A

dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar strata satu (S-1) Sarjana Pendidikan (S.Pd)

pada tanggal: 28 Juli 2010

Panitia Ujian Tanda Tangan

Ketua Sidang

Dr.H. Abdul Bashith, S.Pd M.Si

NIP.19761002 200312 1 003

: _____________

Sekretaris Sidang

Drs. Muh. Yunus, M.Si.

NIP.19690324 199603 1 002

: _____________

Pembimbing

Dr.H. Abdul Bashith, S.Pd M.Si

NIP.19761002 200312 1 003

: _____________

Penguji Utama

Drs. H. A. Fatah Yasin. M.Ag

NIP.19671220 1998031 002

: _____________

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Dr. M. Zainuddin, MA

NIP. 19620507 199503 1 001

Page 5: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

MOTTO

“Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan

memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan Barangsiapa memberi

syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya.

Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

(QS. An-Nisaa’: 85)

Page 6: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Skripsi ini saya persembahkan: Untuk yang tercinta dan yang tersayang Ayahku

Drs.H.Syari’in,M.PdI dan Ibuku Dra.Hj.Hanik Nur’Aini yang telah memberikan kasih sayang, doa

dan segalanya yang tak mungkin dapatku balas jasanya

Adik-adikku Haris Nursyah Arifin dan Velia Nursyah

Hafidzah yang selalu memberi perhatian dan motivasi

Buat Asmaul Husnah yang telah memberi arti dalam hidup saya

Sahabat-sahabatku Teddy, Aan, Kawox, Fariz, Panci, Nuril, Ajid, Ibink dan Anduk yang senantiasa

mewarnai hari-hariku dan saling memberikan support serta dukungannya kepada saya.

Teman-teman jurusan Pendidikan IPS angkatan 2006 yang

memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini

Teman-teman kontrakanku Bontank, Abdil, Rofiq, Alfian, Ari, Endok yang selalu memberikan sumbangan

pikiran kepada saya Dan semua pihak yang telah memberikan sumbangan baik berupa tenaga maupun pikiran yang tak dapat

saya sebutkan satu persatu semoga semua bantuan dan amal baiknya mendapatkan balasan dari Allah SWT.

PERSEMBAHAN

Page 7: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Dr. H. Abdul Bashith S.Pd.M.Si

Dosen Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Syarof Nursyah Ismail Malang, 19 Juli 2010

Lamp : 4 Eksemplar

Kepada Yth.

Dekan Fakultas tarbiyah UIN MMI Malang

di

Malang

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa

maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi tersebut dibawah ini:

Nama : Syarof Nursyah Ismail

NIM : 06130024

Jurusan : Pendidikan IPS

Judul Skripsi : Pembelajaran Kontekstual Pada Kompetensi Dasar

Peradaban Awal Masyarakat Di Dunia Yang

Berpengaruh Terhadap Peradaban Indonesia Mata

Pelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar Siswa (Studi Kasus Kelas X.6 di SMAN 1

Malang).

maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak

diajukan untuk diujikan.

Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pembimbing,

Dr. H. Abdul Bashith S.Pd.M.Si

NIP.19761002 200312 1 003

Page 8: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 12 Juli 2010

Syarof Nursyah Ismail

NIM: 06130024

Page 9: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah bagi Allah SWT, Dzat yang telah

memberikan dan melimpahkan berbagai nikmat dan karunia-Nya, khususnya

kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW, juga kepada segenap keluarga, para sahabat, serta umat beliau

diakhir zaman ini. Amin.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis haturkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu, baik berupa moril maupun materiil,

terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN Malang.

2. Bapak Drs. M. Zainuddin, M. A, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Bapak Muh. Yunus, M.Si, Drs. H. M. Padil, M.Ag selaku ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) dan Pendidikan Agama Islam

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Bapak Dr. H. Abdul Bashith, S.Pd. M.Si, selaku dosen pembimbing yang

telah banyak memberikan arahan dan bimbingan demi selesainya skripsi

ini.

5. Para Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang,

yang telah memberikan semangat untuk bisa meraih cita-cita dan masa

depan yang cerah.

Page 10: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

6. Bapak Drs. H. Moh. Sulthon, M. Pd, selaku Kepala SMAN 1 Malang,

serta seluruh staf pengajar SMAN 1 Malang yang telah membantu

memberikan data dalam penelitian ini.

7. Ibu Dra. Yayuk Ernawati dan Ibu Dra. Effi Harsiwiniwati yang selalu

membantu memberikan dan mengumpulkan data dalam penelitian ini.

8. Seluruh siswa-siswi SMAN 1 Malang yang telah memberi dukungannya

selalu kepada penulis.

9. Ayahku Drs. H. Syari‟in, M. PdI dan Ibuku Dra. Hj. Hanik Nur ‟Aini yang

telah memberikan kasih sayang, doa dan segalanya yang tak mungkin

dapatku balas jasanya.

10. Adik-adikku Haris Nursyah Arifin dan Velia Nursyah Hafidzah yang

selalu memberi perhatian dan motivasi.

11. Keluarga besarku di Malang dan di Bali yang senantiasa memberikan

do‟anya dan dukungannya selalu.

12. Asmaul Husnah yang telah memberi arti dalam hidupku.

13. Sahabat-sahabatku Baijuri, Aan, Amir Farhan, Fariz, Sasmita, Nuril, Ajid,

Rochmat dan Yopi yang senantiasa mewarnai hari-hariku dan saling

memberikan support serta dukungannya kepada penulis.

14. Teman-teman jurusan Pendidikan IPS angkatan 2006 yang memberikan

motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

15. Teman-teman kontrakanku Samsul, Abdil, Rofiq, Alfian, Ari, Arif yang

selalu memberikan sumbangan pikiran kepada penulis.

Page 11: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

16. Dan semua pihak yang telah memberikan sumbangan baik berupa tenaga

maupun pikiran yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu semoga

semua bantuan dan amal baiknya mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Atas jasa merekalah penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi

ini dengan baik, harapan penulis semoga taufiq dan hidayah-Nya

senantiasa dilimpahkan kepada kita semua. Amin.

Malang, 24 Juli 2010

Penulis

Syarof Nursyah Ismail

NIM : 06130024

Page 12: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PENGAJUAN .................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii

HALAMAN MOTTO .......................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................ ix

DAFTAR TABEL .............................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xiii

ABSTRAK .......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Pembatasan Masalah ..................................................................... 3

C. Rumusan Masalah ......................................................................... 4

D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

F. Sistematika Pembahasan ............................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 8

A. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................ 8

B. Kajian Teoritis ........................................................................... 12

1. Hakekat Pembelajaran Kontekstual ..................................... 12

2. Mata Pelajaran Sejarah ........................................................ 33

3. Prestasi Belajar .................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 51

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................ 51

B. Lokasi Penelitian ........................................................................ 51

Page 13: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

C. Populasi dan Sampel ................................................................... 52

D. Kehadiran Peneliti ...................................................................... 53

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 53

F. Sumber Data ................................................................................ 54

G. Teknik Analisis Data .................................................................. 55

H. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................... 57

I. Tahap-tahap Penelitian ................................................................. 59

BAB IV HASIL LAPORAN PENELITIAN .................................... 61

A. Latar Belakang objek penelitian .......................................... 61

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMAN 1 Malang ..................... 61

2. Profil SMAN 1 Malang ....................................................... 68

3. Fasilitas SMAN 1 Malang ................................................... 75

4. Program Akselerasi SMAN 1 Malang ................................. 76

5. Kesiswaan SMAN 1 Malang ............................................... 77

6. Keadaan Guru ...................................................................... 79

7. Keadaan Siswa..................................................................... 82

B. Paparan Data .......................................................................... 84

1. Penerapan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning) dalam Pembelajaran Sejarah di

SMAN 1 Malang ................................................................. 84

2. Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas X.6 di

SMAN 1 Malang ................................................................. 95

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam Penerapan

metode CTL (Contextual Teaching and Learning)

dalam Pembelajaran Sejarah di SMAN 1 Malang ............... 97

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ............................ 103

1. Penerapan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning) dalam Pembelajaran Sejarah di

SMAN 1 Malang ............................................................... 104

2. Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas X.6 di

SMAN 1 Malang ............................................................... 107

Page 14: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam Penerapan

metode CTL (Contextual Teaching and Learning)

dalam Pembelajaran Sejarah di SMAN 1 Malang ............. 108

BAB VI PENUTUP .......................................................................... 113

Kesimpulan ................................................................................... 113

Saran .............................................................................................. 114

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 15: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian sekarang … 10

Tabel 4.1 Tugas komponen sekolah ………………................................. 73

Tabel 4.2 Nama kegiatan ekstrakurikuler .………………...................... 77

Tabel 4.3 Keadaan guru pada SMAN 1 Malang ……….……………… 80

Tabel 4.4 Jumlah siswa …………………...…………………………....... 83

Tabel 4.5 Daftar nilai mata pelajaran sejarah siswa kelas X.6 ……… 96

Page 16: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian

Lampiran 2 : Hasil Wawancara

Lampiran 3 : Foto Dukumentasi Penelitian

Lampiran 4 : Bukti Konsultasi

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 : Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 7 : Silabus

Lampiran 8 : RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Lampiran 9 : Struktur Organisasi Sekolah

Lampiran 10 : Biodata Mahasiswa

Page 17: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

ABSTRAK

Ismail, Syarof Nursyah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran CTL

(Contextual Teaching and Learning) Pada Mata Pelajaran Sejarah Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X.6 di SMAN 1 Malang. Skripsi.

Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Tarbiyah. Universitas Islam

Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dr. H. Abdul Bashith, S.Pd.

M.Si.

Kata Kunci: Contextual Teaching and Learning (CTL), Pembelajaran

Sejarah

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan

penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pembelajaran

dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang mampu membawa perubahan

ke arah yang lebih baik, lebih memberdayakan siswa dan tidak mengharuskan

siswa menghafal fakta-fakta, tetapi lebih mendorong siswa untuk membangun

sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, pengetahuan awal yang

mereka miliki, pengalaman, dan lingkungan siswa.

Berpijak pada latar belakang di atas maka permasalahan yang timbul

adalah: 1) Bagaimana penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning) pada mata pelajaran sejarah kelas X.6 di SMAN 1 Malang? 2)

Bagaimana hasil belajar siswa kelas X.6 di SMAN 1 Malang setelah diterapkan

pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)? 3) Apa saja faktor

pendukung dan penghambat dalam penerapan metode CTL (Contextual Teaching

and Learning) dalam pembelajaran sejarah di SMAN 1 Malang?

Adapun tujuan yang ingin diketahui dari permasalahan tersebut di atas

adalah: 1) Mendeskripsikan penerapan model CTL (Contextual Teaching and

Learning) pada mata pelajaran sejarah siswa kelas X.6 di SMAN 1 Malang. 2)

Mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas X.6 di SMAN 1 Malang setelah

diterapkan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). 3)

Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan metode

CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran

Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian

deskriptif kualitatif. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa

metode yaitu: metode observasi, metode dokumentasi, dan metode wawancara,

adapun yang menjadi responden adalah Ibu Yayuk Ernawati dan Ibu Effi

Harsiwiniwati selaku Guru Sejarah dan Siswa kelas X.6 SMAN 1 Malang,

kemudian dianalisis melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan

verifikasi data.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa selama ini penerapan

metode CTL pada Mata Pelajaran Sejarah telah dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa khususnya pada indikator siswa dapat mengidentifikasi kebudayaan

Page 18: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Sa Huynh dan India yang berpengaruh terhadap kebudayaan Indonesia. Meski

masih banyak sekali kendala yang dihadapi dalam penerapan metode ini. Untuk

mengatasi berbagai macam kendala yang menghambat, maka guru menggunakan

beberapa solusi diantaranya adalah dengan melengkapi sarana yang dibutuhkan

atau dengan melakukan perbaikan terhadap peralatan yang mengalami kerusakan.

Page 19: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama ini memang banyak orang beranggapan bahwa pelajaran

sejarah itu hanya merupakan pelajaran hafalan, yang hanya mempelajari masa

lalu. Sejarah katanya mirip novel, cerpen, roman atau mungkin dongeng

pengantar tidur. Sehingga dalam mempelajari mata pelajaran sejarah menjadi

tidak menarik dan membosankan. Oleh sebab itu perlu adanya pemikiran

bagaimana supaya mata pelajaran sejarah menjadi menarik, berbobot, disukai

dan mendapat tempat dihati setiap orang, khususnya para siswa. Salah satu

upaya yang harus dilakukan menurut penulis yaitu mengusahakan penggunaan

sistem pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam kegiatan

belajar mengajar mata pelajaran sejarah. Menurut Wina Sanjaya, Contextual

Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi

kehidupan nyata.1

Selama ini pembelajaran sejarah cenderung pada pembelajaran yang

tematik teoristik yaitu pembelajaran yang terdiri dari hafalan belaka. Sehingga

banyak terjadi kecenderungan dari siswa bahwa pelajaran sejarah dianggap

1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

Kencana Media Group, 2007), hlm.

Page 20: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

pelajaran yang hanya mempelajari kehidupan di masa lampau belaka sehingga

menjadikan pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang sangat membosankan

karena berisi cerita-cerita masa lampau. Untuk menanggulangi hal tersebut

maka perlu dilakukan altenatif metode pembelajaran sehingga pelajaran

sejarah menjadi pelajaran yang menarik minat siswa. Salah satu metode

pembelajaran sejarah yang dapat digunakan sebagai alternative metode

pembelajaran adalah metode pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL). Dengan pendekatan kontekstual tersebut siswa diharapkan dapat

mengkaitkan materi pelajaran yang diberikan oleh guru dengan kehidupan

mereka sehari-hari.

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota

keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan

lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran belangsung alamiah dalam

bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan trasnfer pengetahuan

dari guru ke siswa.

Melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang mampu

membawa perubahan ke arah yang lebih baik, lebih memberdayakan siswa

dan tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi lebih mendorong

Page 21: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan

objek, pengetahuan awal yang mereka miliki, pengalaman, dan lingkungan

siswa.2

Berangkat dari permasalahan di atas maka peneliti ingin mengangkat

sebuah judul “Penerapan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching

and Learning) Pada Mata Pelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan

Prestasi Belajar Siswa Kelas X.6 di SMAN 1 Malang”. Adapun alasan

peneliti mengangkat tema ini adalah agar pembelajaran sejarah yang selama

ini oleh siswa dianggap sebagai pembelajaran yang membosankan akan

menjadi pembelajaran yang menyenangkan dengan metode Contextual

Teaching and Learning (CTL) sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa kelas X.6 di SMAN 1 Malang. Mengingat bahwa SMAN 1 Malang

merupakan sekolah unggulan di daerah Malang.

B. Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang terfokus dan mendalam,

maka permasalahan dalam penelitian ini perlu dibatasi. Penelitian ini

diarahkan pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode CTL

(Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran sejarah kelas X.6 di SMAN 1 Malang. Mengingat

bahwa banyak materi yang ada pada kelas X, maka peneliti hanya akan

2 Nurhadi dan Gerrad Senduk Agus, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And

Learning/CTL) Dan Penerapannya Dalam KBK (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003),

hlm.

Page 22: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

meneliti dengan menggunakan Standar Kompetensi (SK) adalah Menganalisis

Peradaban Indonesia dan Dunia, Kompetensi Dasar (KD) adalah Peradaban

Awal Masyarakat di Dunia yang Berpengaruh Terhadap Peradaban Indonesia.

C. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning) pada mata pelajaran sejarah kelas X.6 di SMAN 1 Malang?

2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas X.6 di SMAN 1 Malang setelah

diterapkan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan metode CTL

(Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran sejarah di

SMAN 1 Malang?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, adapun tujuan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan penerapan model CTL (Contextual Teaching and

Learning) pada mata pelajaran sejarah siswa kelas X.6 di SMAN 1

Malang.

2. Mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas X.6 di SMAN 1 Malang setelah

diterapkan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning).

Page 23: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan

metode CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran

sejarah siswa kelas X.6 di SMAN 1 Malang.

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan dapat di peroleh beberapa manfaat,

antara lain:

1. Bagi masyarakat Malang khususnya masyarakat sekitar SMAN 1 Malang

diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan refleksi sebagai

pertimbangan dalam memilihkan sekolah untuk menyekolahkan anak-

anaknya di lembaga yang berkualitas dan mempunyai karakter.

2. Bagi SMAN 1 Malang, diharapkan hasil penelitian ini dapat dipergunakan

sebagai masukan dalam rangka pengambilan kebijakan untuk memperbaiki

kualitas penyelenggaraan pendidikan di masa yang akan datang. Serta

diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan dan acuan dalam

peningkatan kualitas implementasi proses pembelajaran terkait dengan

semua aspek pendukungnya.

3. Bagi peneliti di bidang pendidikan, diharapakan hasil penelitian ini dapat

mendorong dilakukannya penelitian yang lebih mendalam sehingga dapat

diperoleh informasi yang lebih dalam dan luas mengenai seluk beluk

pendidikan pada SMAN 1 Malang sebagai acuan perbaikan kualitas

pendidikan pada umumnya.

Page 24: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

4. Bagi guru, dapat menambah pengalaman dalam memahami karakteristik

siswa dan kemampuannya belajar berkaitan dengan materi pelajaran yang

diberikan, sehingga aktivitas proses belajar mengajar dapat dilaksanakan

secara maksimal dan efektif.

5. Bagi sekolah, dapat memberi masukan yang positif khususnya bagi kepala

sekolah dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dan kualitas

pembelajaran sejarah di sekolah.

6. Bagi siswa, diharapkan dengan adanya penelitian ini akan membantu

siswa dalam proses pembelajan mata pelajaran sejarah, sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman secara menyeluruh

tentang skripsi ini, maka sistematika laporan dan pembahasannya telah

disusun sebagai berikut:

Bab I, merupakan bab pendahuluan yang membahas berbagai

gambaran singkat dan mencapai tujuan penulisan yang meliputi: latar

belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II, berisikan kajian pustaka yang terdiri dari kajian penelitian

terdahulu dan kajian teoritis membahas tentang teori-teori yang akan

digunakan sebagai acuan dalam membahas hasil penelitian. Adapun teori-teori

tersebut terdiri dari konsep pembelajaran, pengertian mata pelajaran sejarah,

tinjauan tentang pembelajaran kontekstual, langkah-langkah penerapan

Page 25: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

pembelajaran kontekstual, pengertian prestasi belajar, dan penilaian atau

pengukuran prestasi belajar.

Bab III, berisi tentang metodologi penelitian yang meliputi:

pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi dan waktu

penelitian, populasi dan sampel, data dan sumber data, prosedur pengumpulan

data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV, berisi tentang paparan data hasil penelitian dan pembahasan

hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur

yang berlaku. Adapun yang diuraikan dalam bab empat yakni: sejarah

berdirinya SMAN 1 Malang, visi dan misi, paparan dan analisis data meliputi:

pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual, langkah-

langkah penerapan pembelajaran kontekstual, indikator keberhasilan, serta

faktor-faktor yang menunjang dan menghambat dalam menggunakan

pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran

sejarah.

Bab V, berisi tentang pembahasan dari paparan data yang diperoleh

berdasarkan teori yang ada.

Bab VI, merupakan kesimpulan dari seluruh rangkaian pembahasan,

baik dalam bab pertama, kedua, ketiga maupun keempat. Kemudian

dilanjutkan dengan memberikan saran sebagai perbaikan dari segala

kekurangan dan disertai dengan lampiran-lampiran.

Page 26: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Penelitian Terdahulu

Dalam sebuah penelitian yang telah dilakukan dengan tema judul

skripsi “Studi Komparasi Hasil Belajar Antara Pendekatan Kontekstual

(Contextual Teaching and Learning) dengan Pendekatan Konvensional Dalam

Pembelajaran Sejarah Siswa Kelas X Semester Genap Sma Negeri 1 Pejagoan

Kabupaten Kebumen tahun Ajaran 2006/2007”, oleh Dhina Ratnafuri tahun

2007. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

hasil belajar sejarah antara siswa yang menggunakan pendekatan kontekstual

dan siswa yang menggunakan pendekatan konvensional pada siswa kelas X

semester genap SMA Negeri I Pejagoan Kabupaten Kebumen tahun ajaran

2006/2007. Kesimpulan selanjutnya adalah pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar

sejarah siswa kelas X semester genap SMA Negeri I Pejagoan Kabupaten

Kebumen tahun ajaran 2006/2007. Oleh karena itu disarankan agar penerapan

pendekatan kontekstual disosialisasikan dan digunakan sebagai alternative

dalam pembelajaran sejarah di sekolah. Selain itu agar diadakan penelitian

lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian lain.3

Dalam penelitian yang lain dengan judul “Penerapan Pendekatan

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Disertai Lemba Kerja

3 Skripsi Dhina Ratnafuri, Studi Komparasi Hasil Belajar Antara Pendekatan Kontekstual

(Contextual Teaching and Learning) dengan Pendekatan Konvensional Dalam Pembelajaran

Sejarah Siswa Kelas X Semester Genap Sma Negeri 1 Pejagoan Kabupaten Kebumen tahun

Ajaran 2006/2007, tahun 2007

Page 27: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Siswa Untuk Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII

A SMPN 1 Kemusu Boyolali Tahun Pelajaran 2008/2009”, oleh Sulistyanto,

tahun 2009, menyatakan bahwa Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) Disertai Lembar Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Proses

Dan Hasil Belajar Biologi Siswa.4

Dalam penelitian lain dengan judul “Implementasi Pendekatan

Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial Geografi

Materi Pokok Unsur Sosial Wilayah Indonesia (Studi Deskriptif di Kelas VIII

Semester Gasal SMP Negeri 40 Semarang Tahun ajaran 2006/2007)”, oleh

Agus Supriyanto, tahun 2007. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di

SMP 40 Semarang dapat diketahui bahwa implementasi pendekatan

kontekstual dalam pembelajaran pengetahuan sosial geografi materi pokok

unsur sosial wilayah Indonesia sudah dalam kriteria cukup, yaitu mencapai

57,6%. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa prestasi belajar siswa

pada materi pokok unsur sosial wilayah Indonesia kelas VIII SMP Negeri 40

Semarang tahun ajaran 2006/2007 dalam kriteria baik, yaitu nilai rata-ratanya

mencapai 6,7. Hal ini menunjukan bahwa secara keseluruhan prinsip belajar

tuntas dengan standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) 6,5 sudah tercapai.5

Adapun perbedaan yang sangat mendasar dari penelitian terdahulu dan

penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

4 Skripsi Sulistyanto, Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) Disertai Lemba Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Biologi Siswa

Kelas VII A SMPN 1 Kemusu Boyolali Tahun Pelajaran 2008/2009, tahun 2009 5 Skripsi Agus Supriyanto, Implementasi Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Dalam

Pembelajaran Pengetahuan Sosial Geografi Materi Pokok Unsur Sosial Wilayah Indonesia (Studi

Deskriptif di Kelas VIII Semester Gasal SMP Negeri 40 Semarang Tahun ajaran 2006/2007),

tahun 2007

Page 28: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Sekarang

No Nama Peneliti Judul Pendekatan

dan jenis

penelitian

Teknik

Pengumpulan

Data

Hasil Penelitian

1 Dhina Ratnafuri

(2007)

Studi Komparasi Hasil

Belajar Antara

Pendekatan

Kontekstual

(Contextual Teaching

and Learning) dengan

Pendekatan

Konvensional Dalam

Pembelajaran Sejarah

Siswa Kelas X

Semester Genap Sma

Negeri 1 Pejagoan

Kabupaten Kebumen

tahun Ajaran

2006/2007

Kuantitatif Angket

Wawancara

ada perbedaan

hasil belajar

sejarah antara

siswa yang

menggunakan

pendekatan

kontekstual dan

siswa yang

menggunakan

pendekatan

konvensional

pada siswa kelas

X semester

genap SMA

Negeri I

Pejagoan

Kabupaten

Kebumen tahun

ajaran

2006/2007.

Kesimpulan

selanjutnya

adalah

pembelajaran

dengan

menggunakan

pendekatan

kontekstual

dapat

meningkatkan

hasil belajar

sejarah siswa

kelas X semester

genap SMA

Negeri I

Pejagoan

Kabupaten

Kebumen tahun

ajaran

2006/2007

2 Sulistyanto Penerapan Pendekatan Kualitatif Observasi Pembelajaran

Page 29: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

( 2009) Pembelajaran

Contextual Teaching

and Learning (CTL)

Disertai Lemba Kerja

Siswa Untuk

Meningkatkan Proses

Dan Hasil Belajar

Biologi Siswa Kelas

VII A SMPN 1

Kemusu Boyolali

Tahun Pelajaran

2008/2009

PTK Wawancara

Dokumentasi

Contextual

Teaching and

Learning (CTL)

Disertai Lembar

Kerja Siswa

Untuk

Meningkatkan

Proses Dan

Hasil Belajar

Biologi Siswa

3 Agus

Supriyanto,

(2007)

Implementasi

Pendekatan

Pembelajaran

Kontekstual Dalam

Pembelajaran

Pengetahuan Sosial

Geografi Materi Pokok

Unsur Sosial Wilayah

Indonesia (Studi

Deskriptif di Kelas

VIII Semester Gasal

SMP Negeri 40

Semarang Tahun ajaran

2006/2007)

Kualitatif Observasi

Wawancara

Dokumentasi

implementasi

pendekatan

kontekstual

dalam

pembelajaran

pengetahuan

sosial geografi

materi pokok

unsur sosial

wilayah

Indonesia sudah

dalam kriteria

cukup, yaitu

mencapai

57,6%.

Berdasarkan

hasil penelitian

diperoleh bahwa

prestasi belajar

siswa pada

materi pokok

unsur sosial

wilayah

Indonesia kelas

VIII SMP

Negeri 40

Semarang tahun

ajaran

2006/2007

dalam kriteria

baik, yaitu nilai

rata-ratanya

mencapai 6,7

4 Syarof Nursyah Penerapan Model Kualitatif Observasi Pembelajaran

Page 30: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Ismail

(2010)

Pembelajaran CTL

(Contextual Teaching

and Learning) Pada

Mata Pelajaran Sejarah

Untuk Meningkatkan

Prestasi Belajar Siswa

Kelas X.6 di SMAN 1

Malang

deskriptif Wawancara

Dokumentasi

kontektual pada

mata pelajaran

sejarah dapat

meningkatkan

prestasi belajar

siswa kelas X.6

SMAN 1

Malang, meski

masih banyak

ditemui kendala

dalam

penerapan

pembelajaran

kontektual.

B. Kajian Teoritis

1. Hakekat Pembelajaran Kontekstual

a) Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota masyarakat.6

Pembelajaran Kontekstual dirancang dan dilaksanakan

berdasarkan landasan filosofis Kontruktivisme yaitu filosofi belajar

yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal.

Siswa harus mengontruksi pengetahuan dibenak pikiran mereka,

6 Republik Indonesia, Undang-Undang Sisdiknas (Bandung:Citra Umbara, 2006), hlm. 5

Page 31: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

karena pada dasarnya pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan

menjadi fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan

keterampilan yang dapat diterapkan.

Definisi pembaelajaran kontekstual secara umum belum

disepakati oleh para ahli, tetapi tentang dasar dan unsur-unsur

kuncinya lebih banyak disepakati. Dewasa ini pembelajaran

kontekstual telah berkembang di negara-negara maju dengan berbagai

nama. Di negeri Belanda berkembang apa yang disebut dengan

Realistic Mathematic Education (RME) yang menjelaskan bahwa

pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan kehidupan nyata

siswa. Di Amerika berkembang apa yang disebut Contexstual

Teaching and Learning (CTL) yang intinya membantu guru untuk

mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan

mereka. Sementara itu di Michigan juga berkembang Connected

Mathematic Projec (CMP) yang bertujaan mengintegrasikan ide

matematika ke dalam konteks kehidupan nyata dengan harapan siswa

dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan baik dan mudah.7

Kontekstual adalah salah satu prinsip pembelajaran yang

memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna. Yang dimaksud

konteks disini adalah tujuan, isi, sumber, target, guru, metode, hasil,

kematangan, dan lingkungan.8

7 Nurhadi dan Gerrad Senduk Agus, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And

Learning/CTL) Dan Penerapannya Dalam KBK (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003),

hlm.11 8 Ibid,. hlm.15

Page 32: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru

menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa

memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang

terbatas, sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri

sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya

sebagai anggota masyarakat.9

b) Penerapan Pembelajaran Kontekstual

1) Perencanaan Pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang akan

dilaksanakan dalam proses pembelajaran/interaksi antara peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Kegiatan perencanaan pembelajaran oleh guru meliputi

penyusunan perangkat pembelajaran antara lain: Program Tahunan

(PROTA), Program Semester (PROMES), Silabus, Rencana

Pembelajaran, Buku Siswa serta Instrumen Evaluasi, yang

mengacu pada format pembelajaran kontekstual.

2) Proses Pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran yang mengacu pada pendekatan

konteksutal, proses belajar mengajar didominasi oleh aktifitas

9 Ibid,. hlm.13

Page 33: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

siswa sedangkan guru hanya berperan sebagi fasilitator bagi siswa

dalam menemukan suatu konsep atau memecahkan suatu masalah.

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan tidak hanya di dalam kelas,

tetapi juga dilaksanakan di luar kelas atau lingkungan sekitar

dengan menggunakan berbagai media pembelajaran yang efektif

dan menggunakan strategi pengajaran yang berasosiasi dengan

pendekatan kontekstual. Dalam pembelajaran kontekstual sumber

belajar tidak hanya berasal dari guru tetapi dari berbagai sumber,

seperti buku paket, media masa, lingkungan dan lain-lain.

3) Evaluasi Pembelajaran

Kegiatan evaluasi dalam pembelajaran kontekstual mengacu pada

prinsip penilaian yang sebenarnya (authentic assesment). Kegiatan

evaluasi dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran,

dengan menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber yang

mengukur semua aspek pembelajaran, yaitu: proses, kinerja dan

produk

c) Prinsip Penerapan Pembelajaran Kontekstual.

Dalam penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual guru

harus memegang beberapa prinsip pembelajaran berikut ini:

1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental.

2) Membentuk kelompok belajar yang saling bergantung

3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri.

4) Mempertimbangkan keragaman siswa (diversity of student).

Page 34: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

5) Memperhatikan multi-intelegensi (multiple inteligences) siswa.

6) Melakukan teknik-teknik bertanya (questioning).

7) Menerapkan penilaian authentic (authentic assessment).

d) Strategi Pembelajaran yang Berasosiasi dengan Pembelajaran

Kontekstual

Berbagai strategi pengajaran yang berasosiasi dengan

pembelajaran kontekstual yaitu:

1) Pengajaran Berbasis Masalah.

Pengajaran berbasis masalah (Problem-based learning)

adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah

dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang

cara berfikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, serta

untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari

materi pelajaran.10

Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang

berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk

di dalamnya bagaimana belajar. Peran guru dalam proses belajar

mengajar adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan

memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Proses belajar mengajar

tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan

kelas yang memungkinkan terjadinya ide secara terbuka. Secara

garis besar proses belajar mengajar terdiri dari menyajikan kepada

siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat

10

Ibid,. hlm.56

Page 35: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan

penyelidikan dan inkuiri.

2) Pengajaran Kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara

sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling tenggang

rasa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman

yang dapat menimbulkan permusuhan. Manusia mempunyai

derajat potensi, latar belakang historis serta harapan masa depan

yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat

saling asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara

sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber

belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar saja tetapi juga

sesama siswa.

Pengajaran kooperatif (Cooperative Learning) memerlukan

pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa

untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam

mencapai tujuan belajar.11

3) Pengajaran Berbasis Inkuiri.

Merupakan pembelajaran yang mendorong siswa untuk

belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-

konsep atau prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk

melakukan percobaan yang memungkinkan siswa untuk

11

Ibid,. hlm.60

Page 36: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

menemukan sendiri prinsip-psinsip atau konsep-konsep. Belajar

dengan menemukan dapat diterapkan dalam banyak mata

pelajaran. Belajar dengan penemuan mempunyai berbagai

keuntungan. Pembelajaran dengan inkuiri memacu keinginan siswa

untuk mengetahui, memotifasi mereka untuk melanjutkan

pekerjaannya hingga mereka menemukan jawabannya.

4) Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas.

Pengajarn berbasis proyek/tugas terstruktur (Project-Based

Learning) membutuhkan suatu pendekatan pengajaran

komprehensif dimana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa

dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah authentic

termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran dan

melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini

memperkenalkan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam

menkonstruksi atau membentuk pembelajaran dan membawanya

dalam produk nyata.

Siswa diberiakan tugas atau proyek yang kompleks, sulit,

lengkap. Tetapi realistis atau autentik dan kemudian diberikan

bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas

mereka.12

12

Ibid,. hlm.77

Page 37: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

5) Pengajaran Autentik

Pengajaran Autentik yaitu pendekatan pengajaran yang

memperkenalkan siswa untuk mempelajari konteks bermakna.

Siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan pemecahan

masalah yang penting dalam konteks kehidupan nyata. Siswa

sering kali mengalami kesulitan dalam menerapkan ketrampilan

yang telah mereka dapatkan di sekolah kedalam kehidupan nyata

sehari-hari karena keterampilan-keterampilan itu lebih diajarkan

dalam konteks sekolah dari pada dalam konteks kehidupan nyata.13

Dengan begitu siswa akan belajar menerapkan ketrampilan

akademik seperti pengumpulan informasi, menghitung, menulis,

dan berbicara di dalam konteks kehidupan nyata.

e) Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Johnson dalam bukunya Nurhadi, ada delapan

komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual (Contextual

Teaching and Learning), seperti dalam rincian berikut:

1) Melakukan hubungan yang bermakna (Making meaningful

connection)

Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar

secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual,

orang yang bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan

orang yang dapat belajar sambil berbuat (Learning by doing)

13

Ibid,. hlm.77

Page 38: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (Doing significant

work)

Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai

konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai perilaku bisnis

dan sebagai anggota masyarakat.

3) Belajar yang diatur sendiri (Self-regulated learning)

Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada

urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan

pilihan, dan ada produknya atau hasilnya yang sifatnya nyata.

4) Bekerja sama (Collaborating)

Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara

efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana

mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.

5) Berpikir kritis dan kreatif (Critical and creative thinking)

Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara

kritis dan kreatif: dapat menganalisis, membuat sintesis, mengatasi

masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-

bukti.

6) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (Nurturing the

individual)

Siswa memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian,

memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan

Page 39: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa

dukungan orang dewasa.

7) Mencapai standar yang tinggi (Reaching high standards)

Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi:

mengidentifikasi tujuan dan motivasi siswa untuk mencapainya.

Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang

disebut “Excellence”

8) Menggunakan penilaian autentik (Using authentic assessment)

Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia

nyata untuk suatu tujuan yang bermakna. Misalnya: siswa boleh

menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari

dalam pelajaran sains, kesehatan, pendidikan, matematika, dan

pelajaran bahasa Inggris dengan mendesain sebuah mobil,

merencanakan menu sekolah, atau membuat penyajian perihal

emosi mobil.14

f) Tujuh Komponen Penerapan Contextual Teachingand Learning

(CTL)

Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari

penerapan pembelajaran Contextual Teachingand Learning (CTL) di

kelas. Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan Contextual

Teachingand Learning (CTL) jika menerapkan ketujuh komponen

tersebut dalam pembelajarannya. Dan untuk melaksanakan hal itu

tidak sulit, pembelajaran Contextual Teachingand Learning (CTL)

14

Ibid,. hlm.13-14

Page 40: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, dan di kelas yang

bagaimanapun keadaannya.

Keterkaitan ketujuh komponen tersebut digambarkan dalam

bagan berikut ini:

Dari masing-masing komponen tersebut akan dijelaskan

dalam uraian berikut:

1) Konstruktivisme (Costructivism)

Konstruktivisme merupakan langkah berpikir (filosofi)

pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia

Konstruktivisme

(Contructivism)

Masyarakat Belajar

(Learning Community) Pemodelan

(Modelling)

Penilaian Sebenarnya

(Authentic Assessment)

Bertanya

(Questioning) Menemukan

(Inquiry)

Refleksi

(Reflection)

Page 41: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

sedikit demi sedikit. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta,

konsep, atau kaidah yang siap diambil untuk diingat tetapi manusia

harus mengkontruksi (membangun) pengetetahuan itu dan

memberi makna melalui pengetahuan nyata. Pengetahuan tumbuh

berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang

semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan

pengalaman baru. Dalam hal ini seorang guru dituntut

berkreatifitas bagaimana ia dapat mengkaitkan pengetahuan

sebelumnya yang dimiliki siswa kedalam materi selanjutnya.

Dalam buku The Memory Book, Harry Lorayne dan Jerry Lucas

menulis “anda bisa mengingat sepotong informasi jika

diasosiasikan dengan sesuatu yang telah anda ketahui atau ingat

sebelumnya”.

Belajar lebih dari sekedar mengingat. Bagi siswa, untuk

benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan,

mereka harus bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan

sesuatu bagi dirinya sendiri, dan selalu bergulat dengan ide-ide.

Tugas pendidik tidak hanya menuangkan atau menjejalkan sebuah

informasi ke dalam benak siswa, tetapi mengusahakan bagaimana

agar konsep-konsep penting dan sangat beguna tertanam kuat

dalam benak siswa.

Dalam pandangan konstruktivis, “strategi memperoleh”

lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa

Page 42: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru

adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara:

(a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

(b) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan

idenya sendiri.

(c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri

dalam belajar.15

2) Menemukan (Inquiry)

Menemukan sendiri merupakan bagian inti dari kegiatan

pembelajaran CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

diharapkan bukan hanya dari hasil mengingat seperangkat fakta

tetapi hasil itu juga diperoleh dari hasil menemukan sendiri.

Seorang guru sebisa mungkin merancang pembelajaran yang

mendorong anak untuk menemukan sendiri fakta (rumus) dari hasil

penemuannya dan tentu saja melalui bimbingan guru. Membiarkan

siswa menemukan sendiri tanpa bimbingan sama saja membiarkan

sibuta berjalan tanpa arah. Namun demikian seorang guru juga

harus mengetahui tingkat pengetahuan anak didiknya, sehingga

inquiri dapat berjalan lancar.

Kegiatan inkuiri sebenarnya sebuah siklus. Siklus itu terdiri

dari langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Merumuskan masalah.

15

Ibid,. hlm.33

Page 43: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

(b) Mengumpulkan data melalui observasi.

(c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,

laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya.

(d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya lainnya.

(e) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada

pembaca, teman sekelas, atau audien yang lain.16

Penerapan asas ini dalam proses pembelajaran Contextual

Teachingand Learning (CTL), dimulai dari adanya kesadaran

siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan

demikian, siswa harus didorong untuk menemukan masalah telah

dipahami dengan batasan-batasan yang jelas. Selanjutnya siswa

dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan

rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan

menuntun siswa untuk melakukan observasi dalam rangka

mengumpulkan data. Manakala data telah terkumpul selanjutnya

siswa dituntun untuk menguji hipotesis sebagai dasar dalam

meumuskan kesimpulan. Asas menemukan seperti yang

digambarkan di atas, merupakan asas yang penting dalam

pembelajaran Contextual Teachingand Learning (CTL). Melalaui

proses berpikir yang sistematis seperti di atas, diharapkan siswa

16

Ibid,. hlm.43

Page 44: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis, yang kesemuanya itu

diperlukan sebagai dasar pembentukan kreatifitas.17

3) Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseoarang selalu dari

„bertanya‟. Bertanya merupakan strategi guru untuk menilai

kemampuan berpikir siswa. Dengan bertanya seorang guru dapat

membimbing siswa kearah tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Bagi siswa bertanya merupakan langkah untuk menggali informasi

dan mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui dan mengarahkan

pada aspek yang belum diketahui.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan

bertanya akan sangat berguna untuk:

(a) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam

penguasaan materi.

(b) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

(c) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.

(d) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.

(e) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan

sesuatu.

Dalam setiap tahapan dan proses pembelajaran kegiatan

bertanya hampir selalu digunakan. Oleh karena itu, kemampuan

17

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

Kencana Media Group, 2007), hlm. 269

Page 45: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

guru untuk mengembangkan teknik-teknik bertanya sangat

diperlukan.18

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Learning Community atau masyarakat belajar mengandung

arti sebagai berikut:

(a) Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai

gagasan dan pengalaman.

(b) Ada kerjasama untuk memecahkan masalah.

(c) Pada umumnya hal kerja kelompok lebih baik daripada kerja

secara individual.

(d) Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam

kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama.

(e) Upaya membangun motivasi belajar bagi anak yang belum

mampu dapat diadakan.

(f) Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang

anak belajar dengan anak lainnya.

(g) Ada rasa tanggung jawab dan kerjasama antara anggota

kelompok untuk saling memberi dan saling menerima.

(h) Ada fasilitator atau guru yang memandu proses belajar dalam

kelompok.

(i) Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.

(j) Ada kemauan untuk menerima pendapat yang lebih baik.

18

Ibid,. hlm. 264

Page 46: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

(k) Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain.

(l) Tidak ada kebenaran yang hanya satu saja.

(m) Dominasi siswa-siswa yang pintar perlu diperhatikan agar yang

lambat atau lemah bisa pula berperan.

(n) Siswa bertanya kepada teman-temannya itu sudah mengandung

arti learning community.19

Pada konsepnya learning community menyarankan agar

hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerja sama dengan orang

lain. Lerning community bisa terjadi jika ada komunikasi dua arah.

Seorang guru yang mengajari siswanya bukan contoh learning

berbagi informasi mengenai apa yang diketahui. Guru disarankan

melaksanakan pembelajaran dalam kelompok belajar yang

heterogen. Sehingga siswa yang pandai dapat menjadi sumber

belajar bagi siswa lainnya. Namun guru juga harus merancang

bahwa tidak ada siswa yang merasa bahwa dirinya lebih unggul

dari siswa lainnya. Peran guru sebagai pembimbing tetap sangat

diperlukan.

5) Pemodelan (Modelling)

Yang dimaksud dengan pemodelan (Modelling) adalah

proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai

contoh yang dapat ditiru oleh siswa.20

19

Ibid,. hlm.47-48 20

Ibid,. hlm.265

Page 47: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Model yang dapat ditiru itu bisa berupa cara

mengoprasikan sesuatu, cara melakukan sesuatu, atau cara

mengerjakan sesuatu tergantung materi dan tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai. Model dapat dirancang dengan melibatkan

siswa. Menyuruh seorang siswa untuk menyelesaikan soal kepapan

tulis dapat berarti model, atau mendatangkan seorang ahli kekelas

juga dapat disebut model. Membuat model pembelajaran melaluli

media yang tersedia di sekolah juga adalah suatu usaha yang dapat

dilakukan guru.

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru saja

dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita

lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap

kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang baru saja diterima.21

Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu dapat

mengendap dibenak siswa. Pada akhir pelajaran guru dapat

menyisakan waktu sejenak untuk mengadakan refleksi.

Realisasinya dapat berupa antara lain:

(a) Pertanyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh siswa

hari itu.

(b) Membuat catatan atau jurnal hasil belajar.

(c) Diskusi.

21

Ibid,. hlm.51

Page 48: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

7) Penilaian Yang Sebenarnya (Autentic Assesment)

Assessment adalah serangkaian kegiatan yang dirancang

untuk mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai hasil

dari suatu program instruksional. Rumusan ini menunjukkan,

bahwa hasil assessment terhadap siswa dapat digunakan sebagai

bukti yang patut dipertimbangkan dalam rangka evaluasi

pengajaran. Jadi, assessment bukan hanya menilai siswa melainkan

sangat fungsional untuk menilai sistem pengajaran itu sendiri.22

Katakteristik Autentic Assessment antara lain:

(a) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran.

(b) Bisa digunakan untuk formatif dan sumatif.

(c) Yang diukur keterampilan bukan mengingat fakta.

(d) Terintegrasi.

g) Langkah-Langkah Penerapan Contextual Teachingand Learning

(CTL)

Ada beberapa langkah atau tahapan dalam model

pembelajaran Contextual Teachingand Learning (CTL), yaitu:

1) Motivasi

Salah satu aspek penting dalam mengajar adalah

membangkitkan motivasi anak untuk belajar karena. Mengapa

dikatakan penting, adalah karena motivasi seseorang adalah bagian

internal manusia. Dia menetapkan alasan dan membuat

keputusannya sendiri berdasarkan penglihatannya (perception)

22

Hamalik Oemar, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 146

Page 49: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

terhadap lingkungannya. Tentang bagaimana guru mempengaruhi

motivasi siswa adalah dengan menciptakan situasi eksternal

sehingga siswa akan bertindak sesuai dengan yang diharapkan.23

Sebelum memulai pelajaran, guru mengadakan tanya jawab

pada siswa mengenai kegiatan yang mereka lakukan. Guru

memberikan kebebasan kepada siswa untuk mencari alat bantu

yang akan dipakai dalam proses pembelajaran.

2) Pemahaman

Apabila sudah ditemukan oleh siswa berbagai aktifitas atau

kegiatan yang mereka lakukan, tugas guru berikutnya adalah

memperjelas kembali konsep yang akan dipelajari atau ditemukan

oleh siswa tersebut. Apabila memungkinkan, guru menyediakan

fasilitas yang relevan dengan konsep yang akan dipelajari. Fasilitas

ini bisa bersifat internal seperti, tape, video, LCD, atau hal lain

yang memungkinkan anak bisa belajar secara langsung. Bisa juga

melakukan kegiatan guru tamu, dengan mendatangkan nara sumber

asli, misalnya pengenalan profesi atau budaya dari daerah lain.

Bisa juga mengadakan kunjungan keluar sesuai dengan konsep

pembelajaran yang sedang dilakukan.

3) Kemahiran

Agar pembelajaran kontekstual ini lebih bermakna,

pengetahuan yang telah diperolehnya dapat diaplikasikan dengan

23

Abdul Aziz W, Metode Dan Model-Model Mengajar (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007), hlm.

26

Page 50: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

cara hand-on dan seterusnya dapat mencetuskan pemikiran siswa

(minds-on).

4) Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran kontekstual dapat dilakukan

dengan berbagai cara yaitu secara tertulis dan observasi. Dengan

penilaian yang bervariasi tersebut maka akan dapat dilihat secara

terus menerus kemajuan siswa dalam melakukan kegiatannya.24

Secara garis besar langkah dalam pembelajaran Contextual

Teachingand Learning (CTL) adalah sebagai berikut:

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri

pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan masyarakat belajar.

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (www.

Dikdasmen. doc).25

2. Mata Pelajaran Sejarah

Sejarah mempunyai arti yang sama dengan kata-kata “history”

(Inggris), “Geschichte” (Jerman), dan “Geschiedenis” (Belanda).

24

Sulhan Najib, Pengembangan Karakter Pada Anak: Manajemen Pembelajaran Guru Menuju

Sekolah Efektif (Surabaya: Intelektual Club, 2006), hlm. 150 25

www. Dikdasmen. org/Files/KTSP/SMP/Pengembangan Model Pembelajaran Efektif-SMP. doc

Page 51: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Semuanya mengandung arti yang sama ialah cerita tentang peristiwa dan

kejadian pada masa lampau. Peristiwa dan kejadian itu benar-benar terjadi

pada masa lampau. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia oleh W. J.

S. Poerwadarminta 1952 halaman 646 disebutkan bahwa sejarah

mengandung tiga pengertian:

a) Kesusasteraan lama: silsilah dan asal-usul.

b) Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.

c) Ilmu, pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian dan peristiwa

yang benar-benar terjadi pada masa lampau.26

Mata pelajaran sejarah adalah salah satu mata pelajaran bagian

dari satu bidang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang sebagian besar

materinya membicarakan tentang peristiwa-peristiwa yang berkaitan

dengan kehidupan pada masa lampau. Dengan demikian seorang guru

sejarah harus dapat menggambarkan secara langsung materi-materi yang

diberikan dengan keadaan yang sebenarnya di masa lampau.

Mata pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang mempelajari

kehidupan atau peristiwa-peristiwa penting dimasa lampau dan memiliki

pengaruh besar dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan sendi-sendi

kehidupan lainnya dalam masyarakat. Salah satu fungsi utama mata

pelajaran sejarah adalah mengabdikan pengalaman-pengalaman

masyarakat diwaktu lampau, yang sewaktu-waktu bisa menjadi bahan

26

Hugiono dan Poerwantana. Pengantar Ilmu Sejarah (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987), hlm. 1

Page 52: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

pertimbangan bagi masyarakat itu dalam memecahkan problema-problema

yang dihadapinya.

Menurut Hartono Kasmadi tujuan luhur dari pelajaran sejarah

adalah untuk “menanamkan semangat kebangsaan, cinta tanah air, bangsa

dan negara serta sadar untuk menjawab untuk apa ia dilahirkan. Pelajaran

sejarah merupakan salah satu unsur utama dalam pendidikan politik

bangsa. Lebih jauh lagi pengajaran sejarah merupakan sumber inspirasi

terhadap hubungan antar bangsa dan negara. Siswa memahami bahwa ia

merupakan bagian dari masyarakat negara dan dunia”.

3. Prestasi Belajar

a) Pengertian Prestasi Belajar Siswa

Yang dimaksud dengan prestasi siswa di sini adalah hasil

belajar siswa yang telah dicapai dari suatu aktifitas yang dilakukan

seseorang pada suatu saat, karena prestasi itu dibatasi oleh waktu, yaitu

pada suatu waktu prestasi seseorang bisa naik dan dilain waktu bisa

menurun.

Lebih lanjut penulis mengkehendaki adanya pengertian yang

lebih definitif, yaitu pengertian yang lebih mendekati kebenaran dalam

hubungannya dengan lambang yang dipakai untuk mengetahui suatu

prestasi seperti angka-angka atau huruf-huruf dan bentuk-bentuk kode

lainnya, maka dalam hal ini perlu tinjauan bagaimana mengajar yang

berhasil atau berprestasi. Sehubungan dengan hal tersebut, makadalam

bukunya Didaktik metodik mengatakan: “Mengajar yang berhasil, di

Page 53: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

mana dalam mengajar itu akan menghasilkan tanggapan atau

pengertian yang tahan lama dan bermanfaat bagi kehidupan anak serta

ia dapat menggunakannya di dalam kehidupan. Untuk itu harus

diciptakan suasana yang gembira, membuat keterangan-keterangan

untuk menjelaskan, dan pelajaran harus mengesankan kepada anak

ditunjukkan dan diyakini bahwa pelajaran yang diterima itu sangat

bermanfaat atau berguna untuk kepentingan kehidupan”.27

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa

prestasi siswa adalah kecakapan dari suatu usaha atau latihan dan

pengalaman dalam bentuk tingkah laku yang mengandung unsur-unsur

pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Dan inilah yang dapat

diukur seperti tes atau ujian, atau setelah diminta untuk menyelesaikan

sesuatu tugas atau menyelesaikan suatu permasalahan. Hasil dari alat-

alat pengukur inilah yang kemudian dinilai dalam bentuk angka

sebagai nilai prestasi siswa. Sedangkan angka yang digunakan dalam

penilaian bukan hal yang sangat absolut untuk menentukan suatu

prestasi siswa, akan tetapi merupakan lambing yang mempunyai arti

tersendiri, seperti angka 6 yang mempunyai arti sedang, angka 8

mempunyai arti baik, demikian pula kode-kode lainnya, dan fungsinya

adalah sebagai alat bantu dalam pengajaran. Oleh karena itu bukanlah

suatu ukuran obyektif sebagai prestasi, melainkan alat bantu berharga

27

Abu Ahmadi, Didaktik Metodik (Semarang: CV. Thoha Putra, 1975), hlm. 88

Page 54: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

bagi proses didaktik yang berguna bagi guru-guru dan siswa sebagai

pedoman orientasi.

Melihat uraian di atas, maka ketidak obyektifan alat-alat yang

dipakai dalam mengukur prestasi itu, bukanlah alat-alat itu tidak

obyektif, akan tetapi prestasi itu sendiri sama halnya dengan

intelegensi yang dapat dipandang dan dibandingkan secara relatif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi siswa

bukanlah angka, huruf atau kode-kode yang dipakai dalam pengajaran,

akan tetapi prestasi siswa adalah kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang yang belajar dalam bentuk pola tingkah laku yang

membentuk kepribadiannya, kemudian dinilai dengan angka, huruf,

kode-kode lainnya yang mempunyai arti sendiri dalam proses

pengajaran.

b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa

1) Faktor Intern yang berasal dari dalam diri si anak sendiri. Diantara

faktor intern ini adalah:

(a) Intelegensi

Tidak ada yang menyangkal bahwa intelegensi

berpengaruh terhadap prestasi siswa. Siswa yang

intelegensinya tinggi dapat diramalkan bahwa ia akan mampu

menyelesaikan studinya dengan lancar dan baik serta prestasi

yang memuaskan. Sebaliknya siswa yang intelegensinya

rendah dimungkinkan akan lambat dan banyak menemui

Page 55: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

kesukaran dalam belajarnya28

. Rupa-rupanya intelegensi ini

telah banyak menarik perhatian para psikolog dan paedagog,

sehingga tidak sedikit diantara mereka yang mengadakan

penyelidikan dan membuat definisi tentang intelegensi, antara

lain W. S. Winkel dalam bukunya Psikologi Pendidikan dan

Evaluasi Belajar mengatakan bahwa, “Intelegensi adalah

kemampuan untuk mencapai prestasi-prestasi di sekolah yang

di dalamnya berpikir main peranan. Intelegensi ini juga disebut

kemampuan intelektual atau kemampuan akademik”.

Intelegensi juga diartikan sebagai suatu perubahan yang sangat

baik sebagai yang ternyata dalam suatu aktifitas yang efisien.29

(b) Faktor Perhatian

Faktor perhatian juga merupakan faktor yang sangat

penting dalam usaha belajar anak. Untuk dapat menjamin

belajar yang baik anak harus ada pengertian dan perhatian

terhadap bahan yang dipelajarinya. Tidak mungkin kegiatan

belajar terjadi tanpa adanya perhatian dari pihak siswa30

. Jadi

sikap anak dalam belajar ada yang menunjukkan positif dan ada

pula yang menunjukkan sikap negatif. Ia akan menunjukkan

sikap positif apabila pelajaran yang diajarkan oleh guru itu

disertai dengan perasaan yang menyenangkan sehingga

28

Winkel, W. S, Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar (Jakarta: PT. Gramedia, 1984), hlm.

24 29

Whitherington, Ahli Bahasa M. Buchori, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Aksara Baru, 1985),

hlm. 198 30

Abu Ahmadi, Psikologi Belajar ( Jakarta: CV. Rineka Cipta, 1990), hlm. 150

Page 56: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

menimbulkan perhatian pada anak. Sikap yang menyenangkan

inilah akan memupuk keaktifan anak untuk belajar. Tetapi

sebaliknya kalau tidak disertai dengan rasa senang tidak

mungkin mencapai hasil yang baik.

(c) Kondisi Fisik

Kondisi fisik berkaitan dengan masalah kesehatan. Agar

bisa belajar dengan baik dan tenang diperlukan adanya kondisi

fisik yang baik dalam arti keadaan sehat. Bagaimanapun juga

kondisi fisik akan mempengaruhi hasil belajar. Maka anak-

anak yang sering sakit-sakitan, prestasi belajarnya akan

menurun jika dibandingkan dengan anak-anak yang normal31

.

Jadi kondisi fisik pada umumnya melatarbelakangi aktifitas

belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya

dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani

yang lelah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah.32

(d) Faktor Minat

Kegiatan belajar anak-anak sangat dipengaruhi oleh

minatnya. Dengan adanya minat dapat mendorong perbuatan

belajar, sebaliknya dengan tidak adanya minat akan

memperlemah usaha-usaha belajar yang baik yang

mengakibatkan menurunnya prestasi hasil belajarnya. Untuk itu

minat anak didik akan bangkit bila suatu bahan yang diajarkan

31

Tadjab, Pengantar Psikologi Pendidikan (Malang: Biro Ilmiah IAIN Sunan Ampel Malang,

1980), hlm. 62 32

Sumadi, Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 235

Page 57: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

sesuai dengan kebutuhan anak didik33

. Maslow berkeyakinan

bahwa minat seseorang akan muncul bila sesuatu itu terkait

dengan kebutuhannya. Jika kebutuhan tadi bisa dipuaskan, kita

masih boleh mengharapkan bahwa ketidakpuasan dan

kegelisahan yang baru akan cepat berkembang, jika individu

tidak mengerjakan apa yang dia senangi.34

(e) Kemampuan Pembawaan

Sebagaimana telah diketahui, bahwa tidak ada dua

individu atau orang yang sama, juga di dalam hal kemampuan.

Setiap orang mempunyai potensi atau pembawaan serta

kemampuan sendiri-sendiri sehingga kemampuan pembawaan

ini akan mempengaruhi belajar anak. Kenyataan ada orang

yang dikaruniai kemampuan yang tinggi sehingga ia mudah

mempalajari sesuatu atau sebaliknya ada orang yang

kemampuannya terletak pada taraf yang kurang, sehingga

mengalami kesulitan untuk mempelajari sesuatu. Demikian

pula anak-anak yang kemampuan pembawaan yang kurang

baik, akan lebih mudah dan lebih cepat belajar daripada anak-

anak yang kemampuan pembawaannya kurang baik. Dengan

demikian bahwa perbedaan-perbedaan dalam mempelajari

33

Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Renika Cipta, 1995), hlm. 51 34

Maslow, AH, Motivasi Dan Perilaku (Semarang: Dahara Prize, 1992), hlm. 31

Page 58: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

sesuatu disebabkan antara lain oleh perbedaan taraf

kemampuannya.

Tetapi perlu pula diketahui, bahwa kemampuan

pembawaan ini bukanlah satu-satunya faktor yang paling

penting atau paling dominan dalam belajarnya anak.

Kekurangan dalam kemampuan pembawaan ini masih dapat

diatasi dengan berbagai macam cara, misalnya dengan cara

memberikan motivasi sebaik-baiknya, pemberian bimbingan

yang lebih banyak, memberikan latihan-latihan yang banyak

dan sebagainya.35

2) Faktor Ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri si anak. Di

antara faktor-faktor ekstern yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa antara lain sebagai berikut:

(a) Lingkungan Belajar

(1) Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan hidup anak yang

mempunyai posisi amat penting dalam memberikan

bimbingan kepada anak, sebab sejak semula anak

melakukan interaksi belajar di lingkungan keluarga. Karena

itu, “Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama

dan utama”.36

35

Tadjab, Pengantar Psikologi Pendidikan (Malang: Biro Ilmiah IAIN Sunan Ampel Malang,

1980), hlm. 62 36

Abu Ahmadi, Psikologi Belajar (Jakarta: CV. Rineka Cipta, 1990), hlm. 81

Page 59: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat

terbentuk berdasarkan sukarela dan cinta yang asasi antara

dua subyek manusia (suami istri). Berdasarkan asas cinta

yang asasi ini lahirlah anak sebagai penerus. Keluarga

dengan cinta kasih dan pengabdian yang luhur membina

kehidupan sang anak. Di dalam suasana cinta dan

kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung seumur

anak itu dalam tanggung jawab keluarga.37

Oleh karena itu, maka keluarga adalah lingkungan

yang merupakan posisi amat penting, sehingga di sini

tempat anak bernaung. Apabila keadaan keluarga retak

(broken home), misalnya terjadi percekcokan antara ayah

dan ibu, atau antara orang tua dan anak-anaknya, maka

dalam hal ini akan mengganggu konsentrasi belajar si anak.

Agar anak-anak lebih konsentrasi dalam belajarnya,

diperlukan adanya kasih sayang dari orang tuanya. Oleh Ki

Hajar Dewantara dikatakan supaya orang tua (sebagai

pendidik) mengabdi kepada anak, dan pengabdian ini

semata-mata demi cinta kasih yang kodrati.38

(2) Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah lingkungan pendidikan di mana

anak mendapatkan lebih banyak pengetahuan daripada

37

Noor Syam, N, Pengertian Dan Hukum Dasar Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1980),

hlm. 14 38

Ibid,. hlm. 14

Page 60: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

pembentukan watak, yang mana dengan pengetahuan yang

diperoleh itu anak memperoleh kemampuan untuk hidup

dalam masyarakat selanjutnya.39

Lingkungan sekolah ini dipandang sebagai

lingkungan yang kedua sesudah lingkungan keluarga.

Sekolah sebagai penunjang dalam mencapai tujuan

pendidikan, karena anak belajar di sekolah biasanya sudah

didasari kebiasaan dan ketauladanan di rumah. Pendidikan

di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga,

juga sekaligus merupakan lanjutan pendidikan dalam

keluarga. Di samping itu, kehidupan di sekolah adalah

merupakan jembatan bagi anak, yang menghubungkan

kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam

masyarakat kelak40

. Jadi pendidikan di sekolah sudah lebih

mengarah pada fungsi-fungsi rohaniyah anak dengan jalan

pengajaran ilmu pengetahuan yang memberi pengertian,

pemahaman tentang tingkah laku dan kebiasaan yang telah

mereka terima dan mereka dapatkan dari lingkungan

keluarga mereka, sehingga lahirnya tingkah laku dan

kebiasaan itu tidak lagi bersifat verbalis, melainkan dengan

suatu kesengajaan, karena adanya pengertian dan perasaan

39

H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hlm.

116 40

Indrakusuma, Amir Daien, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), hlm.

111

Page 61: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

akan manfaat dari kebiasaan-kebiasaan tersebut untuk

dirinya.

Di sekolah di bawah asuhan guru-guru, anak-anak

memperoleh pengajaran dan pendidikan. Anak-anak belajar

berbagai macam pengetahuan dan keterampilan, yang akan

dijadikan bekal kehidupan nanti di masyarakat.

Memberikan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan

kepada anak untuk kehidupan nanti inilah sebenarnya tugas

utama dari sekolah.

(3) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat ini mempunyai kesamaan

dengan keadaan lingkungan sekolah dan keluarga, yaitu

sama-sama berpengaruh dalam menunjang proses belajar

anak, hasil belajar anak yang berada dalam lingkungannya

yang sudah maju lain dengan hasil belajar anak yang berada

dalam lingkungan yang belum maju. Dalam lingkungan ini

biasanya yang besar pengaruhnya adalah teman bergaulnya.

Dalam hal ini Mochtar Yahya dalam bukunya “Fannut

Tarbiyah”, yang penulis kutip dari buku metodik khusus

pendidikan agama, mengatakan: “Saling meniru diantara

anak dengan temannya sangat cepat dan kuat. Pengaruh

lawan adalah sangat besar terhadap akal dan akhlaknya,

sehingga dengan demikian kita dapat memastikan bahwa

Page 62: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

hari depan untuk anak adalah tergantung kepada keadaan

masyarakat di mana ia berada dan bergaul. Anak yang

hidup diantara tetangga-tetangga yang baik, akan menjadi

baiklah dia sebaliknya anak yang hidup diantara orang-

orang yang buruk akhlaknya akan menjadi bururuklah

akhlaknya”.41

Jadi pengaruh lingkungan itu dapat dikatakan

positif, apabila lingkungan tersebut memberikan motivasi

dan stimulus kepada anak untuk melakukan hal-hal yang

baik, baik dan berguna bagi anak itu sendiri maupun baik

dan berguna bagi kehidupan bersama. Sebaliknya pengaruh

lingkungan negatif apabila keadaan masyarakat itu tidak

dapat menunjang adanya pendidikan yang diperoleh anak di

sekolah.

Pengaruh yang bersifat negatif itu tidak terhitung

banyaknya di dalam masyarakat. Dan anehnya pengaruh

yang negatif ini sangat mudah diterima oleh anak, dan

sangat kuat meresap dihati anak.42

c) Penilaian atau Pengukuran Prestasi Belajar Siswa

Dalam dunia pengajaran, penilaian atau pengukuran itu sangat

diperlukan oleh mereka yang berkompeten dalam pendidikan terutama

di sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh dari

41

Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Offset Printing, 1981),

hlm. 53 42

Indrakusuma, Amir Daien, Op. Cit., hlm. 115

Page 63: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

hasil yang telah dicapai dalam proses kegiatan belajar mengajar,

khususnya yang berlangsung di sekolah, guru mengajar di satu pihak

dan siswa belajar di satu pihak. Oleh karena itu kegunaan penilaian

dan pengukuran sangat penting artinya dalam pengajaran, dalam hal ini

Abu Ahmadi menjelaskan tentang kegunaan penilaian atau pengukuran

sebagai berikut:

1) Untuk mengontrol apakah anak telah bisa menerima serta

memahami bahan pengajaran yang telah diterangkan sebelumnya

oleh guru.

2) Untuk mengontrol apakah anak telah melaksanakan petunjuk-

petunjuk yang telah diberikan.

3) Untuk mengetahui sampai di mana kemauan, keuletan dan

kemampuan anak terhadap bahan pengajaran. Di sini ditekankan

prestasi siswa yang dinyatakan sebagai nilai yang diisikan dalam

raport atau nilai terakhir pada akhir tahun ajaran.43

Sedangkan peranan penilaian atau pengukuran dalam proses

belajar mengajar antara lain:

1) Untuk dapat mengetahui dan menetapkan kemajuan belajar serta

perkembangan anak didik setelah selesai mengikuti kegiatan proses

belajar mengajar dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

43 Abu Ahmadi, Didaktik Metodik (Semarang: CV. Thoha Putra, 1975), hlm. 8

Page 64: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

2) Untuk dapat mengetahui hingga sejauh mana keberhasilan metode-

metode yang digunakan dan juga sistem pengajarannya dalam

rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.

3) Untuk dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, untuk

mengambil tindakan-tindakan perbaikan serta untuk menentukan

langkah-langkah yang akan ditempuh selanjutnya.

4) Untuk keperluan bimbingan dan pengukuran bagi siswa-siswa

dalam mengalami kegagalan dalam suatu program bahan

pengajaran tertentu.

5) Untuk keperluan supervisi, baik bagi kepala sekolah maupun bagi

tenaga-tenaga teknis pendidikan yang berkompeten.

6) Untuk keperluan bahan laporan kepada orang kepada orang tua

siswa atau kepada petugas-petugas pendidikan yang

bersangkutan.44

Dari uraian di atas dapat diketahui betapa pentingnya penilaian

atau pengukuran dalam proses belajar mengajar terutama dalam bidang

pengukuran prestasi siswa. Untuk mengetahui kemajuan-kemajuan

yang dicapai oleh para siswa dalam proses belajarnya, maka ada dua

teknik yang digunakan yaitu: “teknik tes dan teknik non tes”.45

Adapun yang dimaksud dengan tes adalah merupakan alat atau

prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu

dalam suasana tertentu, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah

44

Nasrun Harahap, Teknik Penilaian Hasil Belajar (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm. 13 45

Imam, Penyusunan Dan Pengelolaan Hasil Tes Dalam Rangka Penilaian Hasil Belajar

(Jakarta: CV. Pepara, 1981), hlm. 9

Page 65: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang

diberikan misalnya: melengkapi salah satu huruf di depan pilihan

jawaban, menerangkan, mencatat jawaban yang salah, melakukan

tugas atau suruhan, menjawab secara lisan dan sebagainya.46

Adapun tes yang digunakan untuk menilai atau mengukur hasil

belajar siswa adalah banyak sekali, namun dalam pembahasan ini

penulis batasi beberapa tes yang berbentuk pertanyaan yang bisa

digunakan oleh guru-guru di sekolah yang dapat dibedakan atas dua

jenis, yaitu Tes Obyektif (Objective test) dan Tes Uraian (Essay test).47

1) Tes Obyektif disebut juga “Short Answer Achievement Test”. Tes

ini disusun sedemikian rupa sehingga skor-skor yang diperoleh dari

padanya merupakan skor yang kompeten48

. Tes objective terdiri

dari item-item dengan jalan memilih salah satu alternatif yang

benar dari sejumlah alternatif jawaban yang tersedia, baik itu

berupa perkataan maupun simbol-simbol. Sedangkan yang

termasuk tes objeyektif ini adalah:

(a) Benar-Salah (True False)

True False adalah satu bentuk tipe tes dari objektif tes

yang merupakan sederetan pernyataan (pertanyaan) yang harus

ditentukan oleh siswa, apakah pernyataan benar atau salah49

.

46

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,

2002), hlm. 51 47

Mansyur, Evaluasi Pendidikan Agama (Jakarta: PT. Songo Abadi Inti, 1982), hlm. 14 48

Ibid,. hlm. 19 49

Imam, Penyusunan Dan Pengelolaan Hasil Tes Dalam Rangka Penilaian Hasil Belajar

(Jakarta: CV. Pepara, 1981), hlm. 11

Page 66: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Jadi tes ini suatu bentuk tes yang item-itemnya berupa

statemen-statemen, di mana si teruji diminta pendapatnya

terhadap pernyataan-pernyataan tersebut. Pernyataan pendapat

hanya dua alternatif, yaitu: “benar atau salah”, “ya atau tidak”.

(b) Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)

Multiple Choice yaitu suatu item yang terdiri dari suatu

statemen yang belum lengkap. Untuk melengkapi statemen

tersebut, disediakan beberapa statemen sambungan. Satu

diantaranya adalah sambungan yang benar, sedangkan yang

lain adalah tidak benar. Siswa disuruh memilih sambungan

yang paling benar untuk statemen yang belum lengkap itu pada

lembar jawaban dengan memberi tanda silang, melingkari atau

tanda lainnya sesuai dengan petunjuk. Multiple Choice di sini

di mana siswa diminta memilih jawaban yang benar diantara

beberapa jawaban yang ada. Jadi bentuk soal Multiple Choice

ini terdiri dari dua bagian yaitu:

(1) Pertanyaan atau pernyataan belum lengkap.

(2) Jawaban atau penyempurnaan yang terdiri dari tiga sampai

lima kalimat jawaban atau penyempurnaan.50

(c) Menjodohkan (Matching)

Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok

pernyataan yang pararel. Kedua kelompok pernyataan ini

50

Mansyur, Op. Cit., hlm. 24

Page 67: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan

bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya.

Dalam bentuk yang paling sederhana, jumlah soal sama dengan

jumlah jawaban, tetapi sebaiknya jumlah jawaban yang

disediakan dibuat lebih banyak daripada soalnya karena hal ini

akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab betul dengan

hanya menebak.

(d) Menyempurnakan (Completion)

Completion tes ini disebut juga tes tes pengisian atau tes

penyempurnaan, yaitu tes yang dibuat sedemikian rupa untuk

mengetahui atau mencari pengertian si teruji dengan cara

menghilangkan beberapa bagian pertanyaan dari suatu kalimat

atau suatu tes. Pada tes ini siswa diminta untuk

menyempurnakan suatu kalimat atau ungkapan dengan jalan

mengisi sepotong atau beberapa patah kata. Tes ini biasanya

menurut siswa mengisi titik.51

2) Tes Essay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu tes

pertanyaan atau suatu suruhan yang menghendaki jawaban yang

berupa uraian yang relatif panjang. Bentuk-bentuk pertanyaan atau

suruhan yang ditujukan pada siswa untuk menjelaskan,

membandingkan atau menginterpretasikan dan mencari jawaban

atau alternatif yang berbeda. Tes Essay digunakan sebagai alat

51

Ibid,. hlm. 27

Page 68: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

pengukur untuk menilai perkembangan dan kemajuan hasil belajar

siswa yang titik beratnya untuk mengetahui cara berpikir,

penguasaan bahan dan bahasa serta cara mengutarakan pendapat

siswa-siswa tentang masalah yang diajukan.52

52 Imam, Op. Cit., hlm. 13

Page 69: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitan yang akan

mengkaji tentang “Penerapan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching

and Learning) Pada Mata Pelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar Siswa Kelas X.6 di SMAN 1 Malang” adalah pendekatan kualitatif

karena data-data yang dihasilkan berupa data deskriptif dan ini sesuai dengan

pernyataan menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong, penelitian kualitatif

adalah “prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskripif yang berupa

kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati”.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Malang, tepatnya berlokasi di

Jalan Tugu Utara No. 1 Malang. Adapun alasan memilih lokasi ini adalah

karena SMAN 1 Malang merupakan salah satu unggulan yang ada di daerah

Malang, sehingga eksistensinya mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap sekolah-sekolah lain disekitarnya. Oleh karena itu perlu sekali

dilaksanaknnya suatu Pembelajaran Kontekstual Pada Mata Pelajaran Sejarah

Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X.6 di SMAN 1 Malang.

Page 70: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

C. Populasi dan sampel

Menurut Bailey, populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang

ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalahsemua siswa kelas X di

SMAN 1 Malang.Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi

yang diteliti53

. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilaksanakan dengan

cara memilih kelas X.6 sebagai obyek, dengan tujuan agar hasil pembelajaran

yang akan dilakukan nanti dapat maksimal.

D. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti turun langsung ke lapangan untuk

mengumpulkan data. Kehadiran peneliti di lapangan sangatlah diperlukan

untuk mendapatkan data-data yang akurat. Setidaknya peneliti di sini

mengetahui kegiatan Pembelajaran Kontekstual Pada Mata Pelajaran Sejarah

Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X.6 di SMAN 1 Malang.

Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai perencana, pemberi tindakan,

pengumpulan data, penganalisisan data, dan sebagai pelapor hasil penelitian.

Karena peneliti merupakan instrumen dalam penelitian ini, maka kehadiran

peneliti di lokasi penelitian mutlak diperlukan.

53

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,

2002), hlm. 131

Page 71: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematis

fenomena-fenomena yang diselidiki dalam arti yang luas. Menurut Abu

Ahmadi, bahwa observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan

keterangan-keterangan yang diinginkan dengan jalan mengadakan

pengamatan secara langsung.54

Observasi dilakukan untuk memperoleh

informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataa.55

Teknik ini penulis gunakan untuk mengetahui keadaan lingkungan

sekolah, keadaan gedung, kantor, ruang kelas, aktifitas kegiatan siswa di

dalam kelas, dan lain sebagainya.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah suatu teknik yang dilakukan dalam

penelitian melalui dokumen-dokumen, arsip-arsip serta catatan lain

tentang suatu obyek. Dikatakan dokumentasi sebab sumber-sumber data

yang digunakan dalam penyelidikan ini sejenis dokumen, dokumentasi

untuk mengumpulkan data dari sumber non insani.56

Teknik ini penulis gunakan untuk mencari data-data yang berkenan

dengan keadaan siswa, keadaan guru, keadaan ijazah atau tingkat

pendidikan, keadaan administrasi, dan hasil nilai sumatif.

54

Abu Ahmadi, Didaktik Metodik (Semarang: CV. Thoha Putra, 1975), hlm. 26

55

S Nasution, Metodologi Research (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 106 56

Imron Arifin, Penelitian Kualitatif (Malang: Kalimasahada Press, 1996), hlm. 82

Page 72: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

3. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu

masalah tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang

mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai (yang memberikan

jawaban)57

. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas

terpimpin, yaitu pewawancara hanya membawa pedoman yang merupakan

garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan terkait dengan tema

penelitian58

. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara dengan guru dan

siswa, dan pengukuran terhadap hasil belajar siswa melalui sebuah tes.

F. Sumber Data

Sumber data adalah tempat atau orang yang darinya data dapat

diperoleh59

. Adapun sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data-data yang diperoleh langsung dari

sumber pertama60

. Jadi data primer dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh langsung dari sumber pertama berupa berupa hasil wawancara

dengan informan (Guru dan Siswa) yang dianggap relevan untuk diambil

data darinya.

57

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),

hlm. 135 58

Soejono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.

230-231 59

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,

2002), hlm. 107 60

Soejono Soekanto, Op. Cit., hlm. 12

Page 73: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data-data yang berasal dari tangan

kedua, ketiga, dan seterusnya. Artinya data tersebut melewati satu atau

lebih pihak yang bukan peneliti sendiri, dan yang bukan diusahakan

sendiri pengumpulannya oleh peneliti atau penulis, misalnya data dapat

berupa proses pembelajaran, struktur organisasi, susunan kurikulum,

denah lokasi, pegelolaan kurikulum, keadaan sarana dan prasarana, data

para pendidik dan sebagainya.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Dalam hal ini, Nasution menyatakan bahwa analisis telah mulai sejak

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Dalam penelitian ini,

peneliti melakukan tiga tahapan analisis, yaitu:

1. Tahap Pengumpulan Data

Dalam tahap ini, peneliti mengumpulkan data sebanyak-banyaknya

dari berbagai sumber, baik melalui wawancara langsung dengan informan,

observasi lapangan dan dokumen-dokumen mengenai SMAN 1 Malang

maupun sumber yang relevan.

2. Proses Reduksi Data

Proses ini berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan

memfokuskan hal-hal yang penting, kemudian dicari pola dan temanya.

Page 74: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Hal ini untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data selanjutnya

karena reduksi ini memberikan gambaran yang lebih jelas.

3. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini merupakan proses penyajian

sekumpulan informasi yang kompleks ke dalam kesatuan bentuk yang

sederhana dan selektif, mudah dipahami maknanya. Data yang diperoleh

peneliti selama penelitian kemudian dipaparkan, dicari tema-tema yang

terkandung di dalamnya, sehingga jelas maknanya.

4. Kesimpulan gambaran

Tahap ini merupakan proses yang mampu menggambarkan suatu

pola tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi, dengan demikian analisa

data yang dilakukan secara terus-menerus baik selama penelitian maupun

sesudah pengumpulan data.

H. Pengecekan Keabsahan Data

Setelah menganalisis data peneliti hendaknya melakukan pemeriksaan

yakni pengecekan keabsahan temuannya, agar hasil penelitian dapat

dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan atas sejumlah

kriteria tertentu. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengecekan

keabsahan data menggunakan derajat kepercayaan yang langkah-langkahnya

terdiri dari:

Page 75: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

1. Perpanjangan Pengamatan

Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri.

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.

Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi

melakukan perpanjangan apabila data dirasa masih kurang. Perpanjangan

pengamatan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan

data yang dikumpulkan.

2. Peningkatan Ketekunan dalam Penelitian

Peningkatan ketekunan dalam penelitian dimaksudkan untuk

menentukan data dan informasi yang relevan dengan persoalan yang

sedang dicari oleh peneliti, kemudian peneliti memusatkan diri pada hal-

hal tersebut secara rinci.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.61

Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi dengan sumber

yang dilakukan peneliti dengan cara membandingkan kebenaran suatu

fenomena berdasarkan data yang diperoleh peneliti baik yang dilihat dari

61

Lexy J. Moleong, Op. Cit., hlm. 330

Page 76: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

dimensi waktu maupun sumber lain. Peneliti memperoleh data penerapan

CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan prestasi

belajar pada mata pelajaran sejarah kelas X.6 dengan melakukan

wawancara terhadap guru dan beberapa siswa dan pengamatan terhadap

aktivitas siswa saat mengikuti pelajaran. Selain itu,pengecekan keabsahan

data dilakukan dengan meminta pendapat dari para ahli. Dalam penelitian

ini, peneliti menempatkan pembimbing dan dosen sebagai ahli. Selain itu

peneliti juga akan mendiskusikan dengan pakar yang berkiprah dalam

obyek penelitian ini.

I. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini melalui empat tahapan, yaitu:

1. Tahap sebelum ke lapangan

Tahap sebelum ke lapangan meliputi kegiatan: menyusun proposal

penelitian, menentukan fokus penelitian, konsultasi fokus penelitian

kepada pembimbing, menghubungi lokasi penelitian, mengurus izin

penelitian dari Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim Malang. Setelah persiapan administrasi selesai,

maka peneliti membuat rancangan penelitian agar penelitian yang

dilakukan lebih terarah, membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai pedoman

wawancara dan observasi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan

diteliti.

Page 77: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

2. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap pekerjaan lapangan meliputi kegiatan: pengumpulan data atau

informasi yang terkait dengan fokus penelitian dan pencatatan data.

3. Tahap analisis data

Tahap analisis data meliputi kegiatan: organisasi data, penafsiran data,

pengecekan keabsahan data, dan memberi makna.

4. Tahap penulisan laporan

Tahap penulisan laporan meliputi kegiatan: penyusunan hasil penelitian,

konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing, dan perbaikan hasil

konsultasi penelitian. Tahap penyelesaian merupakan tahap yang paling

akhir dari sebuah penelitian. Pada tahap ini, peneliti menyusun data yang

telah dianalisis dan disimpulkan dalam bentuk karya ilmiah, yaitu berupa

laporan penelitian dengan mengacu pada peraturan penulisan karya ilmiah

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim

Malang.

Page 78: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMAN 1 Malang

Seperti telah kita ketahui, bahwa sejarah adalah rangkaian

peristiwa masa lalu hingga masa sekarang. Setiap peristiwa tidak dapat

berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan, sehingga suatu keadaan pasti

ada hubungannya dengan peristiwa sebelumnya dan mengakibatkan

keadaan berikutnya.

Oleh karena itu untuk menguraikan sejarah SMA Negeri 1 Malang

akan kita singgung sedikit sekolah-sekolah sebelumnya, untuk sekedar

mengetahui adanya kesinambungan di samping menambah wawasan kita.

Jika dalam uraian di bawah ini kita sebutkan juga nama-nama

sekolah lain yang ada hubungannya dengan SMA Negeri 1 Malang, baik

langsung maupun tidak langsung. Hal itu kita maksudkan untuk

mempererat persatuan di antara SMA Negeri yang ada di Malang ini, juga

kita berharap akan bisa menjadi media menuju ke arah kemajuan bersama.

a) Masa Penjajahan Belanda

Sejak zaman penjajahan Belanda, Malang telah menjadi salah

satu kota di Indonesia yang memiliki sekolah lanjutan tingkat

atas.Sekolah yang diperuntukkan bagi bangsa Indonesia disebut

dengan istilah Algemene Midelbare School (AMS), sedangkan sekolah

Page 79: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

bagi orang-orang Belanda dan Eropa lainnya disebut Hogere Burger

School (HBS). Namun, kedua sekolah lanjutan tersebut tamat

riwayatnya bersamaan dengan takhluknya pemerintahan Belanda

kepada tentara Jepang pada tahun 1942.

b) Masa Pendudukan Tentara Jepang

Kota Malang tidak segera memiliki sekolah lanjutan setelah

tentara Jepang menguasai Indonesia. Pada tahun 1944 Kepala

Pemerintahan Umum Tentara Pendudukan Jepang meminta kepada

Mr. Raspio, pegawai pemerintah Jepang bagian pendiri koperasi di

daerah-daerah, untuk mendirikan Sekolah Menengah Tinggi (SMT).

SMT yang memiliki 90 orang murid laki-laki dan perempuan

menempatigedung di Jalan Celaket 55 Malang, yang sekarang menjadi

SMAK Cor Jesu.

Setelah Mr. Raspio diangkat sebagai Kepala Kemakmuran

Malang, maka pimpinan sekolah diserahkan kepada Bapak Soenarjo.

Ketika Jepang takluk kepada sekutu, murid-murid SMT juga turut serta

melucuti tentara Jepang dan merebut kekuasaannya. Pada tanggal 10

November 1945, Surabaya dibom oleh Inggris, sehingga banyak murid

SMT Surabaya yang pindah ke Malang. Hal itu menyebabkan kelas

menjadi besar, kemudian SMT dipindahkan ke gedung jalan Alun-

Alun Bundar (Jalan Tugu Utara nomor 1 Malang) pada tahun 1946.

Page 80: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

c) Masa Pendudukan Tentara Belanda

Pada saat Belanda melancarkan Aksi Militer yang pertama

pada bulan Juli 1947, Belanda berhasil merebut kota Malang. Banyak

gedung di kota Malang yang dibumihanguskan, termasuk gedung SMT

di Alun-Alun Bundar. Riwayat SMT bentukan Jepang tamat dan

digantikan oleh VHO (Voorberindend Hoger Ondewijs atau Persiapan

Pendidikan yang lebih tinggi) yang didirikan oleh Belanda. Setelah

Malang dikuasai oleh pihak Republik Indonesia, sekolah tersebut

dinasionalisasikan menjadi SMA B, di bawah pimpinan Bapak

Poewadi dan akhirnya menjadi SMA Negeri 1 seperti sekarang ini.

Bapak Sardjoe Atmodjo saat itu menjadi seorang tokoh

pendidikan yang menghimpun anak-anak yang sekolahnya tidak

menetap untuk mendirikan sebuah sekolah. Murid-murid belajar di

rumah beliau karena mereka tidak mempunyai gedung sekolah.

Terkadang murid-murud juga belajar di rumah Bapak Emen Abdoellah

Rachman atau di SD Muhammadiyah Jalan Kawi jika diajar oleh

bapak Soeroto atau bapak Haridjaja. Pembayaran uang sekolah juga

tidak menentu, untuk meringankan beban hidup para guru, dokter

Soerodjo tiap kali memberikan bantuan berupa makanan kaleng,

karena saat itu honorarium guru hanya Rp. 20,00 (duapuluh rupiah

uang Republik Indonesia). Para guru tidak gelisah walaupun dalam

keadaan yang tidak mudah.

Page 81: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Dalam masa perkembangannya, SMT tersebut pernah

menempati gedung di Jalan Kasin (eks. SMA Erlangga) dan

mempunyai kelas jauh di SDN Ngaglik, Sukun. Saat itu Belanda

mengeluarkan aturan bahwa sekolah yang tidak berlindung pada suatu

yayasan dianggap sebagai sekolah liar dan harus dibubarkan. Pimpinan

sekolah tidak kehabisan akal, kemudian memakai nama SMT BOPKRI

(Badan Oesaha Pendidikan Kristen Indonesia), suatu yayasan di masa

pendudukan Belanda. Namun, nama sekolah tersebut tidak

berlangsung lama, karena Dominee Harahap si pemberi nama diusir ke

daerah Republik (Sumber pucung). Akhirnya SMT BOPKRI berganti

nama menjadi SMT PGI (Persatoean Goeroe Indonesia). Berbagai

upaya dilakukan demi kelangsungan hidup SMT.

Selain itu, juga terdapat SMPT yang tumbuh bersamaan dengan

SMT. Saat itu SMPT menempati gedung tetap di jalan Kelud. Dr.

Poedyo Soemanto meminjamkan rumah kembarnya yang berlantai dua

untuk kedua sekolah tersebut. Belanda memiliki akal licik agar tetap

bisa mengawasi kedua sekolah tersebut, Belanda menjanjikan akan

memberikan subsidi. Jika sekolah tidak mau menerima subsidi, maka

sekolah tersebut harus ditutup. Pimpinan sekolah menerima saran dari

beberapa tokoh Repulikan untuk berpura-pura menutup SMT PGI agar

tidak terus diawasi Belanda, sementara subsidi dari Belanda, tetap

digunakan untuk kedua sekolah tersebut. Tidak lama kemudian kedua

sekolah tersebut pindah ke Kidul Pasar, di gedung SMP Negeri 2

Page 82: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Malang sekarang. Bendera merah putih yang berkibar di halaman

sekolah tersebut merupakan bendera merah putih pertama yang

berkibar di kota Malang sejak kota ini diduduki oleh Belanda pada

tahun 1947. Selanjutnya SMT PGI berpindah ke jalan Arjuno, di

gedung SMP Negeri 8 Malang sekarang. Sedangkan SMP PGI tetep di

Kidul Pasar. Tidak lama kemudian SMT PGI menempati gedung di

Jalan Alun-Alun Bundar dan setalah mengalami jatuh bangun

memperjuangkan kelangsungan sekolah, maka pada hari Senin Kliwon

tanggal 17 April 1950, SMT PGI diresmikan sebgai SMA Negeri oleh

Pemerintah Republik Indonesia, dengan Kepala Sekolah pertama

Bapak G.B. Pasariboe. Walaupun Bapak Sardjoe Atmodjoe tidak

memimpin sekolah, namun beliau dianggap sebagai perintis SMA

Negeri 1 Malang, karena setelah SMT bentukan Jepang tamat,

beliaulah yang menghimpun murid untuk sekolah pada zaman

kependudukan Belanda. Selain itu, terdapat tokoh-tokoh yang jasanya

patut dikenang karena telat turut mengembangkan sekolah kita, yaitu:

1) Dr. Soerodjo

2) Dr. Poedyo Soemanto

3) Dr. Hadi

4) Ir. Tahir

5) Haji Djarhoem

6) Raspio

7) Mr. Njono Prawoto

Page 83: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

8) Haridjaja

9) Soeroto

10) Emen Abdoellah Rachman

11) Dominee Harahap

d) Masa Kemerdekaan Republik Indonesia

Pada tahun 1950, SMA Negeri di Jalan Alun-Alun Bundar

terdapat tiga sekolah, yaitu sebagai berikut:

1) SMA Negeri pimpinan Bapak G.B. Pasariboe, yang pada waktu itu

sikenal sebagai ”SMA Republik”.

2) SMA Negeri pimpinan Bapak Poerwadi.

3) SMA Peralihan terdiri dari pejuang yang tergabung dalam TRIP

dan Kesatuan Tentara Pelajar klainnya.

Pada hari Jum‟at tanggal 8 Agustus 1952 murid jurusan B

(Ilmu Pasti) dari SMA Republik dipindahkan dan dijadikan sekolah

baru dengan pimpinan Bapak Koeswandono. Akhirnya nama SMA

yang ada di kawasan Alun-Alun Bundar menjadi:

1) SMA Negeri I-A/C, pimpinan Bapak G.B. Pasariboe

2) SMA Negeri II-B, pimpinan Bapak Poerwadi

3) SMA Negeri II-B, pimpinan Bapak Oesman

Pada hari Selasa, 16 September 1958, SMA Negeti I-A/C

dipecah menjadi dua, maka lahirlah SMA IV-A/C, yang dipimpin oleh

Bapak Goenadi. Sekolah tersebut bertempat di Jalan Kota Lama 34,

Page 84: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

sekarang menjadi SMA Negeri 2 Malang. Pada tanggal 1 April 1977,

filial Sma Negeri Kepanjen diresmikan dengan Kepala Sekolah yang

pertama Bapak Drs. M. Moenawar.

SMA Negeri III membina sekolah baru dan akhirnya sekolah

tersebut menjadi SMA Negeri V Malang, dengan Kepala Sekolah

pertama Bapak Mochammad Imam. Tahun 1975 SMA Negeri III juga

membuka filial di Lawang, yang kemudian menjadi SMA Negeri

Lawang.

SMA Negeri IV juga membina SMA Batu dan pada tahun 1978

diresmikan sebagai SMA Negeri dengan Kepala Sekolah yang pertama

bapak Drs. Moch. Chotib.

Adapun Kepala Sekolah yang memimpin SMA Negeri 1

Malang adalah sebagai berikut:

1) Bapak Sardjoe Atmodjo, perintis SMA Negeri 1, 1946-1950

2) Bapak G.B. Pasariboe, kepala Sekolah ke-1, 1950-1952

3) Bapak A. Djaman Hasibuan, Kepala Sekolah ke-2, 1953-1965

4) Bapak Sikin, Kepala Sekolah ke-3, 1965-1971

5) Bapak Drs. Abdul Kadir, Kepala Sekolah ke-4, 1971-1981

6) Bapak Soewardjo, PLH Kepala Sekolah, 1981-1984

7) Bapak Drs. Abdurrachman, Kepala Sekolah ke-5, 1981-1986

8) Bapak Drs. Moch. Chotib, Kepala Sekolah ke-6, 1986-1991

9) Bapak Abdul Syukur, BA., PLH Kepala Sekolah, 1991

10) Bapak Soenarjado, BA., Kepala Sekolah ke-7, 1991-1993

Page 85: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

11) Bapak Drs. Munadjqat, Kepala Sekolah ke-8, 1993-1998

12) Bapak Drs. Sagi Siswanto, Kepala Sekolah ke-9, 1998-2004

13) Bapak Nor Salim, PLH Kepala Sekolah , 2004

14) Bapak Drs. H. Tri Suharno, Kepala Sekolah ke-10, 1998-2004

15) Bapak Drs. H. Moh. Sulthon, M.Pd., Kepala Sekolah ke-11, 2005-

sekarang.

Demikianlah paparan sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 1

Malang yang juga mengungkapkan lahirnya sekolah-sekolah yang

terkait, sehingga kita dapat mengetahui bahwa sekolah-sekolah di

Malang merupakan saudara. Hal tersebut penting untuk membangun

kerjasama antar sekolah guna memupuk rasa persatuan demi kemajuan

bersama.62

2. Profil SMAN 1 Malang

a) Logo dan Motto SMAN 1 Malang

Pada tahun 1959, sebagian siswa SMA Negeri 1–A/C Malang

terpengaruh oleh kehidupan kepartaian politik yang ada waktu itu,

sehingga mereka terpecah belah. Oleh karena itu, untuk

mempersatukan mereka dipakailah semboyan ”MITREKA SATATA”.

Arti Mitreka Satata adalah selalu bersahabat atau bersahabat yang

sederajat, yang terdiri dari penggalan kata-kata berikut:

1) Mitra : teman/sahabat

62

Dokumen sejarah sekolah

Page 86: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

2) Ika : itu, satu

3) Satata : sederajat

Frasa tersebut berasal dari Kitab Sutasoma karangan Mpu

Tantular pada zaman kerajaan Majapahit. Semboyan MITREKA

SATATA ini dipakai oleh Mahapatih Kerajaan Majapahit yaitu Gajah

Mada, sebagai landasan dalam menjalankan politik negeri kerajaan

Majapahit yang ingin bersahabat dan hidup berdampingan dengan

negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Bahkan

sekarangpun semboyan tersebut dipakai oleh negara-negara ASEAN

sebagai lambing persatuan mereka.

Pada tahun 1960 diadakan sayembara penciptaan gambar

lambang persatuan sekolah, dan yang memenangkan adalah Iwan

Widodo putra Bapak Soewardikoen. Kemudian semboyan MITREKA

SATATA dijadikan motto pada gambar lambang itu. Adapun pencetus

ide penggunaan semboyan MITREKA SATATA sebagai motto

lambang sekolah adalah sebagai berikut:

1) Almarhum Drs. Hugiono

2) Almarhum Indanoe

3) Ag. Subardan Dwidjapuspito

Beliau adalah guru SMA Negeri 1 Malang dan kemudian

ditetapkan sebagai lambang sekolah sejak tahun 1960. Kalimat

MITREKA SATATA dituliskan dengan warna hijau pada dada kiri

Page 87: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

seragam sekolah untuk menanamkan jiwa MITREKA SATATA di hati

para siswa. Adapun Arti Lambang Mitreka Satata:

1) Lambang sekolah berbentuk segiempat, dengan perbandingan 1:2,

melambangkan bahwa dua hal yang berpasangan terdapat satu

kesatuan.

2) Bentuk segi enam tidak beraturan, dimaksudkan agar kelak siswa

terjun ke kancah masyarakat akan mudah menyesuaikan diri dan

tidak canggung menghadapi keadaan yang seperti apapun.

3) Warna hitam di bagian teratas, melambangkan jiwa ketuhanan

yang mendalam.

4) Garis miring berwarna kuning, melambangkan bahwa siswa

menyadari bahwa siswa masih dalam taraf perjuangan dan merintis

masa depan yang sebagian besar ada di tangannya sendiri.

5) Warna merah muda, melambangkan siswa sebagai tenaga

penggerak yang menghidupkan suasana di sekitarnya.

6) Warna biru muda, melambangkan bahwa hendaknya siswa

senantiasa membuat senang hati orang lain.

7) Garis meliuk yang memisahkan warna merah muda dengan warna

biru muda, menunjukkan adanya kreasi dan keaktifan yang besar

untuk meningkatkan kegiatan siswa.

8) Dua bentuk yang berwarna hitam, menunjukkan bahwa siswa-

siswi SMA Negeri 1 dididik dan diasuh secara bersamaan dan

sederajat, tanpa membedakan kedudukan dan kekayaannya.

Page 88: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

9) Warna putih yang melingkari lambang, seolah-olah menjadi

bingkainya, menggambarkan cita-cita untuk selalu beritikd baik,

penuh kejujuran dan kesucian, guna berbagi kepada nusa dan

bangsa.

10) Huruf Mitreka Satata dibuat lebih besar dari penulisan SMA

Negeri 1 Malang, dimaksudkan sebagai rasa merendahkan diri,

mendahulukan kepentingan umum, semangat pengabdian

masyarakat.63

b) Visi Dan Misi SMAN 1 Malang

1) Visi SMAN 1 Malang:

Terwujudnya lulusan yang berkualitas,unggul, berdasarkan imtaq,

dan menguasai IPTEK serta berjiwa MITREKA SATATA.

2) Misi SMAN 1 Malang:

(a) Terciptanya budaya disiplin, demokratis, dan beretos kerja

tinggi.

(b) Terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien.

(c) Terwujudnya lulusan yang ber-IMTAQ dan menguasai IPTEK

serta mampu bersaing di era global.

(d) Terwujudnya sarana dan prasarana sekolah yang memadai.

(e) Terwujudnya manajemen sekolah yang mandiri, partisipatif,

demokratis, tranparasi, dan akuntabel.

63

Dokumen sejarah sekolah

Page 89: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

(f) Terwujudnya pengembangan wawasan guru dan karya dalam

mengikuti kemajuan IPTEK.

(g) Terwujudnya kesejahteraan lahir batin bagi warga sekolah.

(h) Terwujudnya hubungan yang harmonis antara warga sekolah

yang berjiwa MITREKA SATATA.

(i) Terwujudnya pelayanan yang cepat, tepat, dan memuaskan

pada masyarakat.

(j) Terwujudnya budaya jujur, ikhlas, sapa, senyum, dan santun.

(k) Terwujudnya pengembangan kreativitas siswa dalam PIR,

keilmuan, seni, sosial, olahraga, dan keagamaan.

(l) Terwujudnya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan

dengan instansi lain.

(m) Terwujudnya pelaksanaan 7K.64

c) Stuktur Organisasi SMAN 1 Malang

Struktur organisasi SMA Negeri 1 Malang disusun secara

sistematis. Sekolah juga bekerjasama dengan komite sekolah. Dalam

struktur organisasi sekolah, peran Kepala Sekolah merupakan

pimpinan tertinggi dalam suatu sekolah. Dalam menjalankan tugasnya,

Kepala Sekolah dibantu oleh empat wakil kepala sekolah, yaitu wakil

kepala sekolah bagian kurikulum, bagian kesiswaan, bagian sarana dan

prasarana, dan bagian hubungan masyarakat. Kepala sekolah juga

memiliki hubungan koordinasi dengan Bimbingan dan Konseling dan

64

Dokumen profil sekolah

Page 90: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

semua personil sekolah yang bekerja berdasarkan garis komando dan

garis koordinasi. Bagan struktur organisasi dapat dilihat dalam

lampiran.

Adapun tugas dari masing-masing komponen tersebut adalah

sebagai berikut:65

Tabel 4.1 Tugas komponen sekolah

No. Pelaksana Uraian Tugas

1. Kepala Sekolah 1.1 Melaksanakan kegiatan rutin pengelolaan

kelas yang terdiri dari;

a. Kegiatan harian

b. Kegiatan mingguan

c. Kegiatan bulanan

d. Kegiatan Akhir Semester

e. Kegiatan Akhir Tahun Pelajaran

1.2 Mengorganisasi, mengkoordinasi dan

membina kegiatan pendidikan yang

dilakasanakan staf sekolah, yaitu Wakil

Kepala Sekolah dan Staf Wakasek,

Pengelola/Pembina, dan Kelompok KIR/PIR.

1.3 Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan

pendidikan yang meliputi perencanaan,

pembinaan, pengorganisasian dan

pengkoordinasian kegiatan pendidikan.

1.4 Membuat laporan kepada atasan langsung.

2. Wakil Kepala

Sekolah

Wakil Kepala Sekolah terdiri dari empat bagian

yang memiliki tugas masing-masing, yaitu:

65

Dokumen profil sekolah

Page 91: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

2.1 Waka Urusan Kurikulum

2.2 Wakasek Urusan Kesiswaan

2.3 Waka Urusan Hubungan Kerjasama dengan

Masyarakat (Hukermas)

2.4 Waka Urusan Sarana dan Prasarana

3. Staf Wakasek Membantu Wakil Kepala Sekolah sesuai dengan

tugas pokok dan fungsinya.

4. Koordinator

Laboratorium

4.1 Sebagai koordinator pengelola Laboratorium

IPA dan Bahasa

4.2 Melengkapi sarana pendukung laboratorium

4.3 Sebagai penanggung jawab Laboratorium IPS.

5. Ketua MGMP 5.2 Sebagai ketua MGMP Sekolah

5.3 Sebagai pembina klub mata pelajaran

6. Wali Kelas 6.1 Sebagai Supervisor

6.2 Sebagai Administrator

6.3 Memahami 12 langkah kepemimpinan

6.4 Membantu Kepala Sekolah dalam kelancaran

dan ketertiban pelaksanaan kegiatan-kegiatan

sekolah baik rutin maupun incidental

6.5 Membantu Kepala Sekolah dalam hubungan

dengan kerjasama antar sekolah dengan orang

tua

7. Guru 7.1 Melakukan perencanaan

7.2 Melaksanakan KBM

7.3 Melakukan evaluasi pengajaran

7.4 Melakukan analisis hasil evaluasi dalam hal

kegiatan harian

7.5 Melakukan program tindak lanjut

7.6 Membantu Kepala Sekolah dalam pembinaan

siswa

Page 92: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

7.7 Melakukan analisis hasil evaluasi yang

berhubungan dengan kegitan upaya

meningkatkan kualitas pendidik

7.8 Memberitahukan dan menyiapkan tugas

apabila tidak dapat hadir dan melaksanakan

kegiatan KBM

7.9 Ikut membantu pelaksanaan ketertiban dan

disiplin siswa

8. Guru BP/BK 8.1 Sebagai koordinator Bimbingan Konseling/BK

8.2 Sebagai guru pembimbing

9. Pembina OSIS Mengadakan pembinaan terhadap delapan seksi

yang ada di OSIS.

10. Tim Penelitian dan

Pengembangan

Sekolah

(LITBANG)

10.1 Membantu Kepala Sekolah secara periodik

10.2 Mengadakan penelitian tindakan secara

periodik.

10.3 Membantu Kepala Sekolah menilai guru

teladan sekolah.

10.4 Mengadakan seminar

10.5 Mengumumkan hasil penilaian pada setiap

peringatan ulang tahun sekolah.

10.6 Secara periodik memberikan laporan kepada

Kepala Sekolah.

3. Fasilitas SMAN 1 Malang

Fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar di SMAN 1 Malang antara

lain:

a) Ruang teori

b) Ruang Laboratorium

c) Alat Peraga Pendidikan

Page 93: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

d) Bimbingan dan Konseling

e) Pusat Sumber Belajar

f) Perpustakaan

g) Tempat Ibadah

h) Alat Olahraga

i) Alat Kesenian

j) Sumber Ilmu

k) Ruang Pengembangan Bakat dan Intelektual

4. Program Akselerasi SMAN 1 Malang

a) Latar Belakang

Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang

profesional diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai

prestasi tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul.

Anak berbakat memerlukan program pendidikan yang

berdiferensiasi dan pelayanan di luar program sekolah luar biasa agar

dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun

terhadap diri sendiri.

b) Tujuan Umum

1) Memenuhi kebutuhan siswa yang memiliki karakteristik spesifik

dari segi perkembangan kognitif dan efektifnya.

2) Memenuhi hak asasi siswa yang sesuai dengan kebutuhan untuk

dirinya sendiri.

3) Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan siswa.

Page 94: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

4) Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri siswa.

5) Menimbang peran siswa sebagai aset masyarakat dan kebutuhan

masyarakat untuk pengisian peran.

6) Menyiapkan siswa sebagai pemimpin masa depan.

c) Tujuan Khusus

1) Memberikan penghargaan untuk dapat menyeselesaikan program

pendidikan secara lebih cepat.

2) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran siswa.

3) Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung

berkembangnya potensi keunggulan siswa secara optimal.

4) Memacu mutu siswa untuk meningkatkan kecerdasan spiritual,

intelektual, dan emosionalnya secara berimbang.66

5. Kesiswaan SMAN 1 Malang

a) Ekstrakurikuler

Tabel 4.2 Nama kegiatan ekstrakurikuler

No Nama Kegiatan

1 Bahasa Inggris

Bahasa Jerman

Bahasa Mandarin

Bahasa Jepang

Bahasa Perancis

2 Bola Basket

Sepak Bola

Bulu Tangkis

Bola Volly

Tae Kwondo

Pencinta Alam

Palang Merah Remaja (PMR)

66

Dokumen profil sekolah

Page 95: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

3 Studi Kerohanian Islam (SKI)

Persekutuan Kristen Mitreka Satata (Perkamisa)

Kelompok Siswa-Siswi katolik (KSSK)

4 Komputer

Koperasi Sekolah

Perpustakaan

Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)

Kepemimpinan

Jurnalistik

Kewirausahaan

Otomotif

5 PASKIBRA

6 Tari Tradisional / Klasik

Tari Modern

Teater

b) Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

Organisasi ini merupakan salah satu wadah tumbuh dan

berkembangnya serta media mengasah kemampuan sosial

kemasyarakatan diantara warga sekolah.67

c) Prestasi

Prestasi yang pernah diraih oleh SMA Negeri 1 Malang adalah

sebagai berikut:

1) Juara 1 Lomba Cerdas cermat tingkat SMA se- Kota Malang.

2) Juara 1 Lomba Lingkungan sehat se-Jawa Timur.68

67

Dokumen profil sekolah

68

Dokumen profil sekolah

Page 96: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

6. Keadaan Guru

Adapun yang dimaksud dengan guru atau pendidik di sini adalah

guru-guru yang pada saat ini (tahun ajaran 2009/2010) mengajar pada

SMA Negeri 1 Malang. Guru yang mengajar di SMA Negeri 1 Malang

untuk tahu ajaran 2009/2010 berjumlah 70 orang. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:69

Tabel 4.3 KEADAAN GURU PADA SMAN 1 MALANG

No Sandi Nama Mata Pelajaran Jabatan

1 E3 ABDUL KHOLIQ, DRS. H. Bhs Inggris Staf Wakasis/Tim Imtaq

2 A8 ABDUL MUNTAKIM, S.Pd Pend. Agama

Islam

3 H5 AGNES YUNI PUJI ASTUTI, S.Pd Fisika Tatib/Piket

4 I3 AGUSTIN TJ., DRA. Kimia Kord. Lab.

Kimia/Walikelas XI IA6

5 E8 ARNES GIOVANI, S.Pd Bhs Inggris -

6 P2 ASFA CHORIWATI, Dra. BK / BP Tim Penilai Non Akademis/RTS

7 K1 BADRISANINGSIH, DRA. Ekonomi -

8 E1 BAMBANG TRIBAGJO, DRS. M.Psi. Bhs Inggris Kord. MGMP BING/Litbang

9 L1 BERTHA WARTINI, DRA. Geografi Kord. MGMP

Geo/Walikelas X4

10 L2 BUDIJANTO, DRS. Geografi Wakahum

11 I1 CHUSNA HIDAYATI, S.Pd. Hj. Kimia Wakasarpras/Bend.

Mutasi

12 J5 CHUSNUL CHOTIMAH, DRA. Biologi Walikelas XII

IA4/Penjab Bio

13 J6 DEWI INDAH SARI, M.Pd Biologi Walikelas XI IA1/Angka

Kredit

14 E4 DJOEWARIJAH BS, DRA. Bhs Inggris Walikelas XI IA5/Bend.

Darma Wanita

15 P3 DJULIAH, S.Pd. BK / BP Tim Penilai Non

Akademis/Pundi Amal

69

Dokumen profil sekolah

Page 97: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

16 H4 DULARI, S.Pd. Fisika Walikelas XII IA2/Kord.

MGMP Fis

17 G3 DWI AGUSTIN P, DRA Matematika Bend. Kop.

Giri/Walikelas XI IA4

18 K3 DWI ASTUTIK, DRA. Akuntansi Walikelas XII

IS1/Piket/Litbang

19 D1 EFFI HARSIWINIWATI,DRA. Sejarah Bend. Rutin/Tim

RAPBS/Piket

20 K2 EKO PURWANTO, S.Pd. Ekonomi Penilai AK/Walikelas X5

21 J3 EKO SUTRISNO, DRS. Biologi Pembina OSIS

22 J4 ELLEN LANDRIANY, S.Pd. Biologi Pembina OSIS

23 P4 ENDAH PURWANTI, S.Pd. BK / BP Tim Penilai Non

Akademis/Walikelas Aksel

24 K4 ERTY WURYANINGSIH, DRA. Ekonomi Walikelas XII

IS2/Piket/Kord. MGMP Eko

25 B4 FARAH NIRWANA, DRA. PPKN Bend. Komputer/Wali

Kelas X6

26 F1 HALIK BASONI, DRS. PenJasKes Kord. MGMP

Penjas/Pemb. OSIS

27 C4 HANA INDRAWATI R., DRA. Hj. Bhs Indonesia Rumah Tangga / Kantin

28 C5 HERMIN SUSETIYOWATI, S.Pd, Hj. BASASIN Bend. Kantin/Walikelas

X1

29 N3 HESTI PURWIDIASTUTI, S.Pd Bhs Perancis Walikelas XI BHS/Bend.

Lab. BHS

30 B3 INDAH ARIANI, Hj. DRA. Bhs Jerman Bend. Insidental/Tim

RAPBS

31 J2 INDAH YULISFIATI, DRA. Hj. Biologi Staf Wakakur/Bend.

Aksel/Kord. Bio

32 O2 IRIANTO DJOKO BASUKI, BA Pend. Seni Kord.lingkungan hidup

33 G4 ISLAMIJATI S., DRA Matematika Walikelas XII IA-5/Angka kredit

34 N4 ISMI RAHAYU, SP Bhs Mandarin -

35 I6 ISMIRAWATI, Dra Kimia

36 G6 JOEDWI LOEKI, S.Pd. Matematika Staf

Wakasar/KIR/Pembelian

37 A3 JUNAIDI, DRS., H. Pend. Agama

Islam Guru agama Islam

38 I5 LILIK AZIZAH Kimia

39 T2 LUDFI SETIAWAN, SE Teknologi Informasi

Staff RSBI

40 A4 MANSUR, Drs. M.Ag Pend. Agama SKI/Imtaq/Litbang

Page 98: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Islam

41 O3 MOCHAMAD FAJAR Pend. Seni -

42 O1 MOCHAMAD SHOLEH, Drs. Pend. Seni Kord. MGMP Kes.

43 A0 MOH. SULTHON, Drs. M.Pd, H. Pend. Agama

Islam Kepala Sekolah

44 P5 MUCHAMAD AGUS SALIM, S.Pd BK / BP Guru Bk

45 B1 MUCHLIS SUPARDJO, BA. PPKN Piket tatib

46 A2 MUKARROMAH, S.Ag Pend. Agama

Islam SKI/Imtaq/Wali Kelas XI

IA2

47 P1 MUSHLIHAH YASIN, DRA. BK / BP Kord. BK/Tim PA/Bend.

Pundi Amal

48 C6 NURACI, Dra. Hj. BASASIN Walikelas XI

IA3/Imtaq/Piket

49 M1 PITONO, DRS. Sosiologi/Antro Kord. MGMP

Sosantro/Kopsis/Walikelas XI IS1

50 B2 RACHMI SUSIWATI, Dra. M.Si PPKN Litbang/Aksel/RAPBS

51 F2 RETNO LESTARI, S.Pd PenJasKes Walikelas X2

52 G5 RUDJONO, DRS. Matematika Koord. Website, Tim

Tatib

53 N6 SILVANI HANDAYANI, S.Pd Bhs Jerman -

54 I4 SITTY FATHONA, S.Pd. Kimia Walikelas XII

IA3/Penjab Kimia

55 C3 SRI HERDIYANTI, DRA. BASASIN Walikelas XII IA-1/Bend. Perpus

56 C1 SRI SUSILOWATI, DRA. BASASIN Walikelas X6/Piket

57 G5 SRI UTAMI W., Dra. Matematika Staf Wakahum/Bend.

UKS

58 E5 SRI WARDANI, DRA. Bhs Inggris Pembina OSIS

59 H2 SUPRAYOGI, DRS. Fisika Litbang/Aksel

60 G1 SUSILO, DRS. Matematika Kord. MGMP Mat/Ka.

Aksel

61 A7 SUWARTO, Drs. Pend. Agm Katolik Ka. MGMP PA Kat.

62 C2 SYAMSUL HUDA, DRS. M.Hum BASASIN Ka. Perpus/Kord. MGMP

Basasin

63 T1 TANTO PRIHADI, S.Pd Teknologi Informasi

Kord. MGMP TI/Tim Evaluasi

64 N2 TJITJIH SITI S., BA. HJ. Bhs Jerman -

65 D2 TRI RAHAYU PS., DRA. Sosiologi/Antro Kor. MGMP

Sejarah/Walikelas XII Bhs

66 H1 UMI FAUZIAH, DRA. Fisika Penjab. Lab. Fisika

Page 99: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

67 E7 YANI ASTUTIK, S.Pd Bhs Inggris

68 D3 YAYUK ERNAWATI, DRA. Sejarah Walikelas

X3/Bimbel/RTS

69 I2 YULI SASONGKO, DRS. Kimia Tim Evaluasi/Bimbel

70 H3 ZAKARIAH. S.Pd. Fisika Wakakur

7. Keadaan Siswa

Siswa atau anak didik adalah merupakan salah satu sarana faktor

pendidikan yang penting, karena berjalan tidaknya suatu proses pendidikan

tergantung pula pada anak didik. Kalau ingin mengetahui maju mundurnya

suatu sekolah, maka perlu sekali diketahui keadaan siswa atau anak

didiknya, bahkan bukan hanya mengetahui dari segi jumlah tiap-tiap

kelasnya saja tetapi juga harus diketahui jumlah keseluruhannya pada

setiap bulan, yaitu mulai awal tahun ajaran baru sampai akhir tahun ajaran

agar dapat diketahui arus perkembangan anak tersebut. Untuk lebih

jelasnya mengenai keadaan siswa pada SMA Negeri 1 Malang dapat

dilihat pada halaman berikutnya:70

Tabel 4.4 Jumlah siswa

KELAS JUMLAH SISWA

KETERANGAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

X 128 182 310

XI 121 177 298

XII 95 174 269

JUMLAH 877

70

Dokumen profil sekolah

Page 100: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

B. Paparan Data

1. Penerapan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)

Dalam Pembelajaran Sejarah di SMAN 1 Malang

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

Melalui strategi ini siswa diharapkan belajar melalui mengalami

bukan menghafal, dengan ini guru dapat membantu proses belajar siswa

dengan cara-cara mengajar dengan membuat informasi menjadi sangat

relevan bagi siswa, dengan memberikan bagi siswa untuk menerapkan dan

menemukan sendiri ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari

dan menggunakan atau menerapkan strategi-strategi mereka sendiri untuk

belajar. Guru dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang

lebih tinggi tetapi harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat

tangga itu.

Dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa akan

belajar dengan baik apabila mereka terlibat aktif dalam segala kegiatan di

kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa menunjukkan

hasil belajar dalam bentuk apa yang dapat mereka lakukan. Belajar

dipandang sebagai usaha atau kegiatan intelektual dalam membangkitkan

Page 101: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

ide-ide yang masih laten melalui kegiatan instrospeksi. Contextual

Teaching and Learning (CTL) ini menekankan pada keaktifan siswa, maka

strateginya sering disebut dengan pengajaran yang berpusat pada siswa.

Peran guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip

bagi diri mereka sendiri, dan bukannya memberi ceramah atau

mengendalikan seluruh kegiatan di dalam kelas.

Dalam penerapannya ada berbagai macam cara yang dapat

dilakukan oleh guru. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah peneliti

lakukan pada waktu proses pembelajaran sejarah dikelas dengan pokok

bahasan Peradaban Awal Masyarakat Di Dunia Yang Berpengaruh

Terhadap Peradaban Indonesia disini guru mengaitkan antara peninggalan

peradaban dunia yang berpengaruh dengan keadaan kehidupan masyarakat

Indonesia pada saat ini dengan cara memberi contoh nyata sesuai dengan

kehidupan sekeliling siswa.

Pada pengamatan kegiatan pembelajaran pada tanggal 23 April

2010, guru akan menyampaikan materi dengan indikator siswa dapat

menjelaskan pengertian peradaban dan kebudayaan. Siswa dituntut untuk

bisa membedakan antara peradaban dan kebudayaan setelah mengetahui

pengertian dan ciri-cirinya. Pada pertemuan kali ini guru menyuruh siswa

untuk mencari sendiri pengertian dari kebudayaan dan peradaban dengan

didiskusikan secara berkelompok. Pada indikator ini siswa sudah dapat

menjelaskan dan membedakan antara kebudayaan dan peradaban.

Page 102: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Pengamatan selanjutnya yang dilaksanakan pada pembelajaran

pada tanggal 30 April 2010, guru akan menjelaskan materi dengan

indikator siswa dapat mengidentifikasi pengaruh kebudayaan Bacson

Hoabinh di Indonesia dan mengidentifikasi pengaruh kebudayaan

Dongson di Indonesia. Untuk pertemuan kali ini guru menjelaskan materi

secara garis besar dan memberikan contoh-contoh nyatanya. Dengan

menggunakan LCD dan membawa contoh benda, guru menunjukkan

sebuah pisau yang mana pada kebudayaan Bacson Hoabinh dulu ada

sebuah alat kecil yang terbuat dari batu berfungsi untuk menguliti hewan

buruan, mengiris daging, dan mengiris umbi-umbian. Alat ini disebut

dengan Flakes. Pada masa sekarang ini Flakes sama dengan pisau.

Ketercapaian indikator pada materi ini dirasa masih kurang karena

masih banyak siswa yang tidak faham dan tidak bisa menyebutkan

perbedaan dari kedua kebudayaan ini. Selain ini siswa mengalami

kesulitan dalam menyebutkan contoh kebudayaan yang sampai saat ini

berpengaruh terhadap kebudayaan di Indonesia.

Pada pertemuan kali ini pada tanggal 7 Mei 2010 jam pertama

yaitu pukul 07.00-08.30 WIB dengan indikator yang ingin dicapai adalah

siswa dapat mengidentifikasi pengaruh kebudayaan Sa Huynh di Indonesia

serta dapat mengidentifikasi pengaruh kebudayaan India di Indonesia.

Guru akan menjelaskan tentang Peradaban Sa Huynh dan kebudayaan

India. Pada awal pertemuan setelah guru melakukan presensi kemudian

guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengulang sedikit

Page 103: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

materi yang kemarin telah diberikan untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa dan memberikan stimulus tentang materi yang akan

dipelajari pada pertemuan kali ini.

Setelah guru melakukan kegiatan awal dalam pembelajaran,

selanjutnya yaitu inti pembelajaran. Pada kegiatan inti ini guru

menjelaskan tentang peradaban Sa Huynh dan peradaban India secara garis

besar saja dan menunjukkan contoh-contoh nyata dari hasil kedua

peradaban ini yang berpengaruh sampai sekarang di Indonesia, kemudian

guru membagi kelas dalam beberapa kelompok untuk bekerja sama dalam

mencari contoh-contoh lain tentang peradaban Sa Huynh danperadaban

India yang sampai sekarang masih ada disekitar kehidupan mereka.

Adapun contoh soal tugas berkelompok adalah sebagai berikut:

Coba kalian amati daerah disekitar tempat tinggal kalian.

Kemudian catatlah beberapa peninggalan bersejarah dan kebudayaanya.

Kemudian klasifikasikan data kalian kedalam dua peradaban yang

mempengaruhi peradaban awal masyarakat Indonesia pada data-data yang

kalian dapatkan. Kerjakan secara berkelompok dengan menggunakan tabel

di bawah ini:

No Nama Peradaban Benda bersejarah Kebudayaan

1 Kebudayaan Sa Huynh ……………………….

……………………….

……………………......

………………..

………………..

……………….

2 Kebudayaan India ……………………….

……………………….

……………………….

………………..

………………..

………………...

Page 104: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Dari soal di atas kemudian siswa bekerjasama dan langsung

berdiskusi dalam mengklasifikasikan kebudayaan-kebudayaan yang ada.

Setelah siswa mengerjakan tugas tersebut maka selanjutnya siswa akan

diajak langsung untuk menyaksikan langsung pengaruh kebudayaan yang

ada dari kebudayaan Sa Huynh dan kebudayaan India. Dengan

menggunakan LCD dan membawa contoh benda, guru menunjukkan

sebuah seni ukir dan seni pahat yang merupakan pengaruh budaya India

sampai pada saat ini karena di Indonesia mengembangkan budaya seni

ukir dan pahat tersebut. Guru juga menyebutkan bahwa agama Hindu dan

Budha merupakan pengaruh dari kebudayaan India yang sampai pada saat

ini kedua agama tersebut masih dipeluk oleh orang Indonesia dan bahkan

ada siswa yang beragama tersebut. Selain itu ada kebudayaan yang secara

tidak langsung berpengaruh yaitu berdagang, dulu india menyebarkan

kebudayaannya dengan berdagang, secara tidak langsung kegiatan dagang

tersebut menjadi salah satu mata pencaharian di Indonesia untuk lebih

jelasnya guru mengajak siswa ke kantin untuk menyaksikan proses

transaksi perdagangan antara penjual dan pembeli. Dalam kebudayaan Sa

Huynh dulu ditemukan kubur tempayan (jenazah dimasukkan dalam

tempayan besar) pada saat pengaruh terhadap Indonesia yaitu adanya peti

mati yang hampir sama dengan kubur tempayan.

Dari pengamatan yang telah peneliti dapat diketahui bahwa guru

sering kali menggunakan metode CTL dalam menyampaikan materi

Page 105: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

karena dirasa dengan memberikan contoh nyata akan memudahkan siswa

dalam memahi suatu materi pelajaran.

Selain cara yang seperti di atas, sebagaimana yang diungkapkan

oleh Bu Yayuk dan Bu Effi selaku guru mata pelajaran sejarah tentang

penerapan CTL.

Ibu Effi Harsiwiniwati,Dra(Guru Sejarah kelas XI)

CTL adalah suatu konsep metode pembelajaran yang berusaha

memahamkan siswa dengan membawa siswa untuk berfikir pada

dunia nyata, materi yang didapat siswa dikelas dikaitkan dengan

keadaan disekitar siswa dalam kehidupan nyata siswa sehari-hari.

Penerapan CTL itu bisa dengan cara memberi studi kasus agar

didiskusikan oleh siswa, dari diskusi ini siswa bisa mengaitkan

kasus yang ada dengan konsep-konsep yang ada dibuku.

Metode ini juga bisa digunakan dalam mata pelajaran sejarah, saya

biasanya menggunakan metode CTL dengan cara diskusi kelompok

dan presentasi di depan menggunakan power point yang telah

dibuat, dari sini siswa banyak pengetahuan dan pengalaman telah

menggunakan media LCD dan membuat power point, selain itu

saya juga sering memberi tugas untuk mencari pengetahuan sendiri

dari materi yang akan dipelajari sebelum saya memberikannya di

kelas.71

Ibu Yayuk Ernawati, Dra. (Guru Sejarah kelas X)

CTL (Contextual Teaching and Learning ) adalah suatu metode

pembelajaran yang mengaitkan antara pengalaman, dan

pengetahuan yang dimiliki dengan kenyataan yang ada. Maksudnya

disini pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa

dihubungkan dengan keadaan yang sebenarnya. CTL ini pun

banyak sekali macamnya. Tergantung dari guru ingin

menggunakan yang mana, ada yang menuntut siswa untuk mencari

pengetahuan sendiri, pembelajaran berbasis masalah yang

menuntut siswa untuk memecahkan persoalan tersebut. Kalau

menurut saya ya cocok-cocok saja kalau dalam pembelajaran

sejarah diterapkan CTL, misalnya agar tahu tentang benda-benda

peninggalan sejarah, maka sisiwa dapat diajak ke musium. Kalau

selama ini yang saya terapkan adalah pembelajara CTL dengan

71

Hasil Wawancara dengan Ibu Effi Harsiwiniwati,Dra(Guru Sejarah kelas XI), (Rabu, 12 Mei

2010)

Page 106: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

cara siswa mencari sendiri pengetahuan yang baru, atau kadang

saya hanya memberikan poin-poinnya saja dan siswa belajar

sendiri, tapi saya juga kadang memberikan pembelajaran berbasis

masalah. Tapi selama ini anak-anak banyak yang tidak mengetahui

kalau saya menggunakan metode CTL.72

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 12

Mei 2010 dengan guru mata pelajaran sejarah di SMAN 1 Malang, dapat

diketahui bahwa selama ini dalam mengajar sejarah guru sudah sering

menggunakan metode CTL, akan tetapi penggunaan metode ini juga

disesuaikan dengan kondisi siswa dan suasana kelas pada saat itu.

Adapun cara-cara yang digunakan oleh guru sejarah dalam

menerapkan metode CTL bermacam-macam, disesuaikan dengan materi

yang akan diajarkan dan media pendukung yang digunakan dalam proses

pembelajaran. Misalnya saja Bu Yayuk selaku guru mata pelajaran sejarah

telah menerapkan pembelajaran kontekstual dengan cara menyuruh siswa

untuk mencari pengetahuan yang baru sendiri (Pembelajaran Berbasis

Inkuiri) dan melakukan diskusi kelompok dalam memecahkan suatu

permasalahan atau bahkan kadang Bu Yayuk hanya memberi poin-poin

dari materi yang akan dipelajari dan siswa yang mengembangkan yang di

ikuti tanya jawab dari siswa.

Disini berbeda dengan Bu Yayuk, kalau Bu Effi menerapkan

metode CTL dengan cara menyuruh membuat power point dan sebagainya

yang dapat menunjang pembelajaran, sehingga akan lebih

memudahkandalam menyampaikan materi, selain itu wawasan anak juga

72

Hasil Wawancara dengan Ibu Yayuk Ernawati,Dra(Guru Sejarah kelas XI), (Rabu, 12 Mei

2010)

Page 107: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

akan lebih luas, kemudian siswa berdiskusi dan hasil diskusi

dipresentasikan ke depan, jika ada kelompok lain yang belum faham maka

dapat mengajukan pertanyaan terhadap kelompok yang presentasi. Dari

sinilah maka akan terjadilah suatu masyarakat belajar (Learning

Community). Dalam kelas pembelajaran menggunakan metode CTL

dengan cara siswa belajar secara berkelompok, dari sini siswa akan saling

bertukar pikiran, sehingga terjadilah komunikasi dua arah antara satu

siswa dengan siswa yang lain. Dalam masyarakat belajar, anggota

kelompok yang terlibat dalam komunikasi dua arah dapat saling belajar.

Peneliti melakukan wawancara dengan guru sejarah dan

wawancara terhadap siswa guna memperkuat kebenaran hasil wawancara

dengan guru sejarah. Peneliti juga mencari data mengenai fenomena yang

berkaitan dengan strategi pembelajaran guru yakni observasi langsung di

kelas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung hingga selesai. Hal

ini dilakukan peneliti guna memperoleh kebenaran bahwasanya guru

menggunakan strategi pembelajaran sesuai dengan hasil wawancara.

Kemudian peneliti membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil

wawancara dan data hasil pengamatan dengan dokumentasi berdasarkan

perangkat pembelajaran guru sejarah.

Dari observasi yang peneliti lakukan, yakni mengikuti proses

kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru sejarah pada saat itu

menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah. Guru menggunakan

strategi ini dalam bentuk diskusi kelompok, yakni dalam satu kelas di bagi

Page 108: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

menjadi 4 kelompok. Awalnya guru menjelaskan terlebih dahulu materi

pokok-pokoknya dengan ceramah dan menggunakan peta konsep. Setelah

itu, guru memberikan kertas yang berisi pertanyaan-pertanyaan kepada

setiap kelompok untuk didiskusikan. Hasil diskusi dipertanggungjawabkan

setiap kelompoknya. Kemudian dikumpulkan dan guru meluruskan

kembali guna menyelesaikan jawaban yang berbeda dari masing-masing

kelompok. Guru tidak langsung menilai hasil diskusi tersebut dikarenakan

jam pelajaran telah selesai.

Adapun penerapan metode CTL yang digunakan oleh guru sejarah

diperkuatdengan wawancara peneliti dengan siswa-siswi kelas X.6 sebagai

berikut:

Siswa kelas X.6 yang bernama Andina Yasintasari mengatakan:

“Selama ini saya tidak tahu apa nama metode yang digunakan guru

dalam mengajar, tapi yang saya tahu selama ini guru sejarah

mengajar dengan cara kita sering disuruh unuk mencari materi

sendiri, disini maksunya biasanya guru hanya memberi poin-

poinnya saja, kemudian kita suruh mengembangkan sendiri, setelah

itu kita disuruh membuat pertanyaan dimana yang menjawab bukan

guru dari sesama siswa, baru diakhir waktu guru meluruskan

jawaban kami yang kurang sempurna”.73

Siswa kelas X.6 yang bernama Bintang Virgy Shafirna

mengatakan:

“Menurut saya guru sejarah kalau mengajar sering memberi tugas

untuk mencari materi sendiri tentang apa yang akan dipelajari

dikelas, kadang kita suruh browsing diinternet, atau kadang ada

tugas untuk membuat power point secara berkelompok dan di

diskusikan kemudia presentasi bergantian secara perkelompok

dengan diwakili anggota kelompok”.74

Siswa kelas X.6 yang bernama Essa Karina C. D. A. mengatakan:

73

Hasil Wawancara dengan Andina Yasintasari, (Kelas X.6, 15Mei 2010). 74

Hasil Wawancara dengan Bintang Virgy Shafirna, (Kelas X.6, 15Mei 2010).

Page 109: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

”Kalau menurut saya Bu Yayuk hanya ceramah yang dilanjutkan

dengan memberi tugas mengerjakan LKS, dalam ceramah itu kita

hanya dikasih tau dari poin-poin materi saya, kemudian kita

disuruh mencari sendiri pemecahan masalah yang ada, kadang

pembelajaran dilakukan dengan diskusi kelompok yang kemudian

ada tanya jawab”.75

Siswa kelas X.6 yang bernama Nindya Sukma S mengatakan:

“Menurut saya pembelajaran itu membosankan, akan tetapi

sekarang sudah tidak lagi, karena dalam pembelajaran sejarah kita

tidak mendengarkan ceramah dari guru saja, tetapi saat ini malah

kita sendiri yang harus mencari sendiri pengetahuan yang baru dan

di diskusikan dengan teman secara berkelompok”.76

Siswa kelas X.6 yang bernama Faizal A. D mengatakan:

“Selama ini pembelajaran dengan metode yang telah diterapkan

yaitu pemberian tugas untuk mencari bahan sendiri yang akan

dipelajari dengan petunjuk kita telah diberi poin-poinnya saja, dan

diskusi secara berkelompok saya rasa sudah cukup enak, karena

menurut saya disini pembelajaran tidak harus bersumber dari guru,

maksudnya gurunya saja yang ceramah, tapi disini siswa sendiri

yang mencari pengetahuan sendiri dan didiskusikan dengan teman-

temannya secara berkelompok. Dari sini kita bisa saling bertukar

pikiran denngan sesama teman”.77

Siswa kelas X.6 yang bernama Sulu Basthiyan Zamara

mengatakan:

“Metode yang biasanya ditertapkan oleh guru sejarah adalah

menyuruh kita untuk berdiskusi kelompok, sehingga disini kita bisa

saling bertukar pikiran tentang suatu topik yang dibahas tersebut,

dimanap pada akhirnya dapat dicapai suatu keputusan yang dapat

dipahami oleh semua siswa”.78

Dari pendapat beberapa siswa dapat disimpulkan bahwa selama ini

guru sejarah sudah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan

metode CTL (Contextual Teaching and Learning) akan tetapi selama ini

kebanyakan siswa tidak mengetahui nama metode yang digunakan oleh

75

Hasil Wawancara dengan Essa Karina C. D. A, (Kelas X.6, 15Mei 2010). 76

Hasil Wawancara dengan Nindya Sukma S, (Kelas X. 6, 15Mei 2010). 77

Hasil Wawancara dengan Faizal A. D, (Kelas X. 6, 15Mei 2010). 78

Hasil Wawancara dengan Sulu Basthiyan Zamara, (Kelas X. 6, 15Mei 2010).

Page 110: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

guru sejarah. Penerapan metode CTL (Contextual Teaching and Learning)

dalam pembelajaran mata pelajaran sejarah banyak disukai siswa dan

dapat menghidupkan suasana kelas, hal ini dapat dilihat dari semangat

dalam proses pembelajaran sejarah dan siswa akan terdorong untuk

berlomba-lomba mendapatkan nilai yang bagus, sehingga dengan begitu

prestasi hasil belajar akan lebih bagus dan meningkat serta memuaskan.

Dalam sebuah proses pembelajaran yang menggunakan metode

CTL (Contextual Teaching and Learning) memerlukan adanya persiapan

yang lebih. Dalam penerapan metode CTL (Contextual Teaching and

Learning) sebaiknya guru terlebih dahulu mempersiapkan segala

sesuatunya. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh guru-guru

sejarah di SMAN 1 Malang.

Ibu Effi Harsiwiniwati, Dra(Guru Sejarah kelas XI)

”Dalam menerapkan CTL, saya harus lebih mempersiapakan, bisa

dikatan kalau persiapannya lebih berat. Karena adanya peralatan

sebagai penunjang dalam pembelajaran, saya juga harus mencari

kasus atau tema yang akan digunakan sebagai bahan diskusi siswa

di kelas. Akan tetapi waktu yang terbatas dengan materi yang

banyak. Kadang-kadang saya bingung anak-anak mengerti dengan

materi yang telah dijelaskan dan dapat mencapai target yang

diinginkan jika keadaanya seperti itu”.79

Ibu Yayuk Ernawati, Dra. (Guru Sejarah kelas X)

”Harus ada persiapan yang khusus untuk menerapkan CTL, selain

peralatan yang harus dipersiapakan guru juga harus membuat

perangkat pembelajaran, dan mempersiapkan secara matang dalam

menerapkan metode ini”.80

79

Hasil Wawancara dengan Ibu Effi Harsiwiniwati,Dra(Guru Sejarah kelas XI), (Rabu, 12 Mei

2010) 80

Hasil Wawancara dengan Ibu Yayuk Ernawati,Dra(Guru Sejarah kelas XI), (Rabu, 12 Mei

2010)

Page 111: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Dari paparan data diatas dapat disimpulkan dalam penerapan

metode CTL (Contextual Teaching and Learning), guru sejarah harus

mempunyai persiapan yang lebih jika dibandingkan dengan menggunakan

metode pembelajaran yang lain.

2. Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas X.6 di SMAN 1 Malang

Berdasarkan tabel daftar nilai sejarah siswa kelas X.6 di SMAN 1

Malang, sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh guru sejarah dan

beberapa siswa, maka dapat diambil kesimpulan bahwa proses

pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode CTL (Contextual

Teaching and Learning) dapat berhasil meningkatkan prestasi hasil belajar

siswa, khususnya kelas X.6. Perubahan peningkatan nilai ini terjadi karena

adanya perubahan pola metode dalam menyampaikan materi. Dalam tabel

daftar nilai memang tidak semua siswa mendapat nilai yang amat baik,

akan tetapi semua siswa telah memenuhi batas KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimum) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu nilai 75. Perubahan

nilai untuk meningkat menjadi lebih baik tidak secara langsung setelah

menerapkan CTL, akan tetapi bertahap dengan penggunaan CTL lebih dari

satu kali. Daftar nilai dibawah ini merupakan daftar nilai terakhir dari

perolehan siswa dalam penerapan metode CTL.

Tabel 4.5 Daftar nilai mata pelajaran siswa kelas X.6

No Nama Siswa Nilai Aspek

Kognitif Afektif

1 AINUL YAQIN ABROR HAFI 77 BAIK

2 AKBAR NOURMA P. 78 BAIK

Page 112: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

3 AMILIA PRIMADANI 76 BAIK

4 ANDINA YASINTASARI 90 AMAT BAIK

5 ANITA KUSUMA WARDANI 80 BAIK

6 BINTANG VIRGY SHAFIRNA 86 AMAT BAIK

7 DEFITRA MARDIANA 78 BAIK

8 DEMAAR BALQIS 76 BAIK

9 DENYTA SARAH P. 82 BAIK

10 DEWI AMBARWATI AULIA F. 77 BAIK

11 ESSA KARINA C. D. A. 88 AMAT BAIK

12 FAIZ HASBULLAH 80 BAIK

13 FAIZAL A. D 90 AMAT BAIK

14 GHEA NATASHA 87 AMAT BAIK

15 HANIF NOER ROFIQ 77 BAIK

16 HERNIDA SAFIRA JAYANTI 88 AMAT BAIK

17 IDA RAHAYU NINGTYAS 86 AMAT BAIK

18 ISMI ALIFAH HANUM 88 AMAT BAIK

19 KENNYCHI HARITS

SYAHPUTRA 78

BAIK

20 KURNIASARI DEWI

PRASWATI 76

BAIK

21 LEIDY NOVERIA A. 80 BAIK

22 MUHAMMAD HUSNURRIDLO 82 BAIK

23 MUHAMMAD ANSY ALGHASI 80 BAIK

24 NINDYA SUKMA S 88 AMAT BAIK

25 NOVIAN SHINDU NUGROHO 79 BAIK

26 POPY FEBRITASARI 76 BAIK

27 RACHMA FARIZA 88 AMAT BAIK

28 RACHMAD MAHENDRA 78 BAIK

29 RENDY PURWO PRASETYO 80 BAIK

30 RENNY ANGGRAINI ANGGUN

K. 81

BAIK

31 RIFKA ULFA R 79 BAIK

32 SABILA NAJAH 77 BAIK

33 SENTANU KUNTA WIJAYA 78 BAIK

34 SEPTI NUR RACHMAWATI 78 BAIK

35 SULU BASTHIYAN ZAMARA 87 AMAT BAIK

36 TARA WINDA HAPSARI 78 BAIK

37 VITRIA ZHUANITA RANI 82 BAIK

38 INDRA BAGUS IRAWAN 88 AMAT BAIK

Page 113: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan metode CTL

(Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran sejarah di

SMAN 1 Malang

a) Faktor Penunjang

Faktor penunjang adalah segala sesuatu yang dapat membantu

pendidikan menjadi maju dan berhasil dengan baik, sehingga apa yang

menjadi tujuan pendidikan dapat tercapai. Adapun faktor yang

menunjang proses pembelajaran dengan menggunakan metode CTL

seperti hasil wawancara peneliti kepada guru sejarah di SMAN 1

Malang.

Ibu Effi Harsiwiniwati,Dra(Guru Sejarah kelas XI)

“Faktor-faktor penunjang dalam penerapan metode CTL yang

saya gunakan adalah laptop, LCD, dan buku sejarah sebagai

sumber belajar”.81

Ibu Yayuk Ernawati, Dra. (Guru Sejarah kelas X)

“Faktor yang menunjang dalam pembelajaran ya dari guru

sendiri, yaitu dari persiapannya, kematangan materi, dan

tertulis. Kalau dari siswanya itu ya dilihat dari intake siswa

(keluarga, pergaulan) sendiri terus media, Buku sejarah yang

berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, LCD, soal-soal,

CD tergantung dari materi yang dipelajari. Semisalnya tentang

monumen dibuat semacam karya tulis, jadi anak-anak bisa

mengambil dari internet, malang tempo dulu itupun tergantung

dari pendukung materi”.82

Dari paparan di atas, dijelaskan bahwasanya faktor yang

menunjang selain berasal dari guru sendiri dan kondisi siswa, media

pembelajaran pendukung. Faktor penunjang yang berasal dari guru

sendiri, yaitu dari persiapannya, kematangan materi, dan tertulis. Hal

81

Hasil Wawancara dengan Ibu Effi Harsiwiniwati,Dra (Guru Sejarah kelas XI), (Rabu, 12 Mei

2010) 82

Hasil Wawancara dengan Ibu Yayuk Ernawati,Dra(Guru Sejarah kelas XI), (Rabu, 12 Mei 2010)

Page 114: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

ini menunjukkan sebelum guru tampil di depan kelas untuk mengelola

interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai

bahan yang akan diajarkan sekaligus bahan-bahan yang dapat

mendukung jalannya proses belajar mengajar. Tertulis dalam artian

guru membuat perangkat pembelajaran untuk mencapai tujuan

kualitas belajar mengajar yang dipelajari. Sebab, bahan pelajaran

adalah subtansi yang akan disampaikan dalam proses belajar

mengajar. Apabila guru sendiri mengetahui dengan jelas inti pelajaran

yang akan disampaikan, guru akan lebih mudah menjawab pertanyaan

siswa tanpa ragu-ragu.Adapun faktor penunjang yang berasal dari

siswa dilihat dari intakenya dan pengetahuan serta kesiapan siswa

sebelum menerima pelajaran.

Faktor penunjang dari media pembelajaran yang berupa laptop,

LCD, dan sumber belajar berupa buku sejarah juga diperlukan dalam

penerapan pembelajaran dengan metode CTL. Hal ini ditunjukkan

bahwa sering kali guru menggunakan metode CTL dengan

menggunakan media LCD dan laptop. Siswa melakukan presentasi

setelah membuat power point. Guru hanya sebagai fasilitator saat

siswa presentasi dan diskusi. Dari diskusi ini maka muncullah

masyarakat belajar.

b) Faktor Penghambat

Faktor penghambat adalah segala sesuatu yang dapat

menggangu jalannya pendidikan sehingga tujuan pendidikan tidak

Page 115: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

atau kurang terwujud dengan baik. Begitu juga dengan proses

pembelajaran dengan menggunakan metode CTL di SMAN 1 Malang,

khususnya pada mata pelajaran sejarah masih mengalami hambatan-

hambatan. Hambatan tersebut seperti kondisi siswa saat menerima

pelajaran, peralatan yang menunjang pembelajaran dan waktu

sebagaimana yang diuraikan guru sejarah pada saat peneliti

mewawancarai mengenai faktor yang menghambat proses

pembelajaran dengan menggunakan metode CTL pada mata pelajaran

sejarah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh guru mata pelajaran

sejarah berikut mengenai faktor-faktor penghambat dalam penerapan

metode CTL.

Ibu Effi Harsiwiniwati,Dra(Guru Sejarah kelas XI)

”Terkait dengan faktor penunjangnya tadi, sering kali faktor

penghambatnya adalah terkait dengan peralatan seperti LCD

yang harus selalu on, tapi masalahnya disini LCD nya sering

mati sehingga terpaksa saya harus menggunakan strategi yang

lain, selain masalah peralatan faktor penghambat yang lain

adalah kondisi siswa yang ramai sendiri dan tidak

memperhatikan apa yang dipresentasikan oleh temannya”83

Ibu Yayuk Ernawati, Dra. (Guru Sejarah kelas X)

”Faktor penghambatnya ada sebagian siswa yang ramai,

peralatan yang kurang mendukung misalnya LCD nya rusak,

jadinya harus ada persiapan yang khusus untuk menerapkan

CTL, selain itu kondisi siswa yang ramai juga dapat

menghambat proses pembelajaran”.84

Dari hasil wawancara mengenai faktor yang menghambat

proses pembelajaran dengan menggunakan metode CTL ada beberapa

83

Hasil Wawancara dengan Ibu Effi Harsiwiniwati,Dra(Guru Sejarah kelas XI), (Rabu, 12 Mei

2010) 84

Hasil Wawancara dengan Ibu Yayuk Ernawati,Dra(Guru Sejarah kelas XI), (Rabu, 12 Mei

2010)

Page 116: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

faktor yang terkait dengan media penunjang pembelajaran, minimnya

waktu pembelajaran dan faktor yang berasal dari siswa yakni dari segi

minat siswa untuk belajar mata pelajaran sejarah yang menurut siswa

merupakan pelajaran yang membosankan dan menyebabkan

menagantuk, selain itu siswa juga mengalami kesulitan dalam

menerima materi yang disampaikan guru. Kemudian faktor sarana

prasarana dan fasilitas khususnya untuk pembelajaran mata pelajaran

sejarah.

Guru sejarah mengatakan ada fasilitas yang dapat digunakan,

namun tidak semua materi yang dipelajari bisa menggunakan fasilitas

yang ada. Tapi sering kali LCD yang ada dikelas itu sudah banyak

yang rusak atau kadang rewel kalau mau digunakan. Adapun faktor

yang penting menurut guru sejarah yaitu waktu, sebab dilihat dari

banyak materi yang harus dapat dipahami siswa dengan waktu yang

sangat sedikit, bahkan kurang jika menggunakan metode CTL, hal ini

yang kadang membuat guru bingung harus menggunakan metode apa

yang bisa memahamkan siswa dengan materi banyak dan waktu yang

sedikit agar target yang diinginkan dapat tercapai.

Pengamatan yang peneliti lakukan terhadap siswa yakni

memang pada dasarnya sebagian besar faktor yang menghambat

proses pembelajaran sejarah berasal dari anak-anak yang tidak suka

sejarah karena sulit, mereka beranggapan belajar sejarah itu harus

mendengarkan guru bercerita dan menghafal, hal ini yang

Page 117: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

menyebabkan siswa kurang berminat, sehingga ramai sendiri saat

pelajaran sejarah. Hal penting lain yang menurut guru sejarah kurang

adalah waktu. Jumlah waktu yang disediakan untuk mata pelajaran

sejarah tidak sebanding dengan jumlah materi yang ada dalam

kurikulum.

Page 118: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Mata pelajaran sejarah adalah salah satu mata pelajaran yang materinya

membicarakan tentang peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kehidupanpada

masa lampau. Dengan demikian seorang guru sejarah harus dapatmenggambarkan

secara langsung materi–materi yang diberikan dengan keadaan yang sebenarnya di

masa lampau. Selama ini pembelajaran sejarahcenderung pada pembelajaran yang

tematik teoristik yaitu pembelajaran yang terdiri dari hafalan belaka. Sehingga

banyak terjadi kecenderungan darisiswa bahwa pelajaran sejarah dianggap

pelajaran yang hanya mempelajari kehidupan di masa lampau belaka sehingga

menjadikan pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang sangat membosankan

karena berisi cerita-ceritamasa lampau.

Untuk menanggulangi hal tersebut maka perlu dilakukan altenatif metode

pembelajaran sehingga pelajaran sejarah menjadi pelajaranyang menarik minat

siswa. Salah satu metode pembelajaran sejarah yangdapat digunakan sebagai

alternative metode pembelajaran adalah metodependekatan kontekstual

(Contextual Teaching and Learning atau CTL).Dengan pendekatan kontekstual

tersebut siswa diharapkan dapat mengkaitkanmateri pelajaran yang diberikan oleh

guru dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian di SMAN 1

Malang melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, maka peneliti akan

melakukan anlisis data untuk menjelaskan lebih lanjut dari hasil penelitian.

Sebagaimana dijelaskan dalam teknik analisis data dalam penelitian ini peneliti

103

Page 119: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

menggunakan analisis kualitataif deskriptif (pemaparan) dan data yang peneliti

peroleh baik melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang telah

dikumpulkan oleh peneliti selama mengadakan penelitian dengan lembaga terkait.

Di bawah ini adalah hasil dari analisa peneliti tentang Pembelajaran

Kontekstual Pada Kompetensi Dasar Peradaban Awal Masyarakat Di Dunia Yang

Berpengaruh Terhadap Peradaban Indonesia Mata Pelajaran Sejarah Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus Kelas X.6 Di SMAN 1

Malang).

1. Penerapan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Dalam

Pembelajaran Sejarah Di SMAN 1 Malang

Strategi dalam pembelajaran sangat diperlukan guru dalam

meningkatkan prestasi hasil belajar dan kualitas pendidikan. Dalam proses

pembelajaran, guru harus bisa menggunakan berbagai macam strategi sesuai

dengan materi yang akan disampaikan. Tidak semua strategi bisa digunakan

untuk menyampaikan materi, meskipun strategi tersebut bagus atau bahkan

mudah dilaksanakan. Strategi digunakan dalam proses agar tepat dan sesuai

sehingga materi mudah diterima dan dipahami peserta didik.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

Melalui strategi ini siswa diharapkan belajar sejarah melalui mengalami

bukan menghafal, dengan ini guru dapat membantu proses belajar siswa

Page 120: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

dengan cara-cara mengajar dengan membuat informasi menjadi sangat relevan

bagi siswa, dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan dan

menemukan sendiri ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan

menggunakan atau menerapkan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.

Guru dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi

tetapi harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga itu.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui wawancara

dengan guru sejarah dan beberapa siswa, dapat disimpulkan bahwa selama ini

guru sejarah sudah sering menerapkan metode CTL (Contextual Teaching and

Learning) meski banyak siswa yang tidak mengetahui bahwa selama ini

metode yang digunakan guru mereka adalah motode CTL, dengan penerapan

metode ini bisa meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Dalam menerapkan

metodeCTL (Contextual Teaching and Learning) guru sejarah menggunakan

berbaga macam cara. Misalnya guru menggunakan menerapkan pembelajaran

berbasis masalah dan pembelajaran berbasis inkuiri.

Guru menggunakan strategi berbasis masalah dalam bentuk diskusi

kelompok, yakni dalam satu kelas di bagi menjadi 4 kelompok. Awalnya guru

menjelaskan terlebih dahulu materi pokok-pokoknya dengan ceramah dan

menggunakan peta konsep. Setelah itu, guru memberikan kertas yang berisi

pertanyaan-pertanyaan kepada setiap kelompok untuk didiskusikan. Hasil

diskusi dipertanggungjawabkan setiap kelompoknya. Kemudian dikumpulkan

dan guru meluruskan kembali guna menyelesaikan jawaban yang berbeda dari

Page 121: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

masing-masing kelompok. Guru tidak langsung menilai hasil diskusi tersebut

dikarenakan jam pelajaran telah selesai.

Dari observasi yang peneliti lakukan, yakni mengikuti proses kegiatan

belajar mengajar di kelas, penerapan Metode CTL (Contextual Teaching and

Learning) dalam pembelajaran mata pelajaran sejarah yang dilakukan oleh

guru sejarah kelas X.6 di SMAN 1 Malang dapat menghidupkan suasana kelas,

karena berdasarkan pengamatan peneliti siswa kelas X.6 mengikuti pelajaran

dengan semangat dan aktif mengungkapkan pendapatnya dalam proses diskusi

yang berlangsung, sehingga proses pembelajaran lebih bearti dan

menyenangkan.

Dari beberapa metode yang telah digunakan oleh guru seperti inkuiri,

diskusi dan pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran kontekstual

pada kompetensi dasar peradaban awal masyarakat di dunia yang berpengaruh

terhadap peradaban Indonesia dengan 5 indikator. Dari kelima Indikator

tersebut ada 3 indikator yang tingkat ketercapainnyatinggi, hal ini dilihat dari

perolehan hasil belajar. Adapun indikator yang tingkatketercapaiannya tinggi

yaitu pada indikator siswa dapat menjelaskan pengertian peradaban dan

kebudayaan, mengidentifikasi pengaruh kebudayaan Sa Huynh di Indonesia,

dan mengidentifikasi pengaruh kebudayaan India di Indonesia. Sedangkan

pada indikator 2 dan 3, yaitu siswa dapat mengidentifikasi pengaruh

kebudayaan Bacson Hoabinh di Indonesia dan mengidentifikasi pengaruh

kebudayaan Dongson di Indonesia tingkat ketercapaiannya dirasa masih

kurang.

Page 122: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Tingkat Ketercapaian Indikator yang tinggidisebabkan karena indikator

ini lebih mudah dari pada 2 indikator yang lain, selain itu contoh kongkrit dari

peradaban Sa Huynh dan peradaban india masih dapat mudah dicari dan

terdapat disekitar kehidupan sehari-hari siswa. Dalam penyampaian materi

peradaban Sa Huynh dan peradaban india yang berpengaruh terhadap

kebudayaan Indonesia, guru menyuruh siswa untuk bekerja dan diskusi

kelompok untuk mencari contoh yang ada disekitar siswa setelah guru

menjelaskan materi secara garis besar. Setelah siswa melakukan pengamatan

dan berdiskusi kelompok, maka guru menyuruh perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi secara bergantian, kemudian menunjukkan

contoh-contoh asli dari dua kebudayaan tersebut dalam bentuk barang asli dan

gambar dalam slide power point.

Jika dilihat dari nilai hasil belajar mata pelajaran sejarah khususnya

kelas X.6 mempunyai nilai yang bagus-bagus dan telah memenuhi kriteria

ketuntasan minimum yang telah ditetapkan oleh sekolah. Dari sini kalau dilihat

dari nilai hasil belajar maka bisa dikatakan bahwa pembelajaran sejarah dengan

menggunakan metode CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat

meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.

2. Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas X.6 di SMAN 1 Malang

Berdasarkan paparan data hasil penelitian disini hasil belajar siswa kelas

X.6 SMAN 1 Malang pada mata pelajaran mengalami kenaikan setelah

diterapkan pembelajaran kontektual. Selain nilai hasil belajar yang telah

menunjukkan bahwa pembelajaran kontektual dapat meningkatkan prestasi

Page 123: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

belajar siswa, perubahan lain yang menunjukkan prestasi meningkat adalah

hasil observasi saat pembelajaran dikelas. Saat proses belajar mengajar dengan

menggunakan pendekatan CTL siswa sangat antusias dalam mengikuti

pelajaran. Selain itu siswa merasa senang dengan penerapan pendekatan CTL

ini. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan pada

siswa pada tanggal 26 Mei 2010.

Perubahan peningkatan nilai ini terjadi karena adanya perubahan pola

metode dalam menyampaikan materi. Dalam tabel daftar nilai memang tidak

semua siswa mendapat nilai yang amat baik, akan tetapi semua siswa telah

memenuhi batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditetapkan

oleh sekolah yaitu nilai 75. Perubahan nilai untuk meningkat menjadi lebih

baik tidak secara langsung setelah menerapkan CTL, akan tetapi bertahap

dengan penggunaan CTL lebih dari satu kali. Daftar nilai dibawah ini

merupakan daftar nilai terakhir dari perolehan siswa dalam penerapan metode

CTL.

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan metode CTL

(Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran sejarah di

SMAN 1 Malang

Pada umumnya setiap lembaga pendidikan berupa sekolah menyediakan

sarana dan prasarana serta fasilitas yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah

guna meningkatkan kualitas pendidikan. Sebab sarana dan prasarana

merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.

Namun, tidak semua sekolah mempunyai kesamaan dalam kelengkapan sarana

dan prasarana maupun fasilitas yang bagus dan sesuai dengan kebutuhan.

Page 124: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Sebab, di dalam sekolah ada yang berstatus negeri dan kebutuhan sekolah

dibiayai oleh pemerintah. Ada pula yang berstatus swasta dan dibiayai oleh

yayasan maupun dari dana bantuan orang tua siswa. Selain itu, ada yang

bertempat di kota dan di desa yang menjadi perbedaan dalam penggunaan

teknologi dan mempunyai latar belakang lingkungan yang berbeda. Hal ini

yang menjadi salah satu faktor penunjang dan faktor penghambat guru dalam

menerapkan metode CTL (Contextual Teaching and Learning) pada

pembelajaran sejarah di SMAN 1 Malang. Adapun kedua faktor tersebut antara

lain:

a) Faktor Penunjang

Faktor penunjang adalah segala sesuatu yang dapat membantu

pendidikan menjadi maju dan berhasil dengan baik, sehingga apa yang

menjadi tujuan pendidikan dapat tercapai. Proses pembelajaran sejarah di

SMAN 1 Malang dengan menggunakan metode CTL (Contextual

Teaching and Learning) juga ditunjang dengan sarana dan prasarana,

meskipun tidak semua materi yang disampaikan guru menggunakan

fasilitas dari sekolah baik dari kelengkapan sumber belajar maupun media

belajar. Di dalam proses pembelajaran guru sejarah mengajar dengan

memanfaatkan fasilitas yang ada dengan strategi pembelajaran yang

bervariasi dan salah satunya dengan menggunakan metode CTL

(Contextual Teaching and Learning). Untuk menunjang jalannya proses

pembelajaran, guru sejarah menggunakan sumber belajar (seperti LKS,

buku paket sejarah, laptop, dan LCD). Selain itu, guru sejarah juga

Page 125: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

melakukan persiapan dalam kegiatan belajar mengajar, menguasai materi

yang akan disampaikan, dan membuat perencanaan tertulis (perangkat

pembelajaran).

Faktor yang menunjang tidak hanya dari sarana dan prasana yang

menunjang pembelajaran dan guru saja, sebab tanpa siswa tidak akan

terjadi kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu, siswa juga harus

memberi dukungan terhadap kelancaran proses pembelajaran. Faktor yang

mendukung dalam proses pembelajaran dilihat dari intake siswa. Apabila

intake siswa mendukung, maka proses pembelajaran akan berlangsung

dengan baik dan akan mengeluarkan hasil yang baik. Namun sebaliknya,

apabila intake siswa kurang mendukung proses pembelajaran akan

terhambat.

Hal ini juga diperkuat dalam buku Wina Sanjaya yang mengatakan

bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan dapat

dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Perbedaan-perbedaan semacam itu menuntut perlakuan yang berbeda pula

baik dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam

perlakuan guru dalam penyesuaian gaya belajar. Demikian juga dengan

tingkat pengetahuan siswa, yaitu dalam penggunaan bahasa juga akan

mempengaruhi dalam proses pembelajaran.

b) Faktor Penghambat

Faktor penghambat adalah segala sesuatu yang dapat mengganggu

jalannya pendidikan sehingga tujuan pendidikan tidak atau kurang

Page 126: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

terwujud dengan baik. Faktor yang menghambat proses pembelajaran di

SMAN 1 Malang juga tidak lepas dari jumlah waktu yang kurang, guru,

siswa, sarana dan prasarana.

Dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode

CTL (Contextual Teaching and Learning), guru sejarah di SMAN 1

Malang juga tidak terlepas dari faktor-faktor penghambat. Misalnya

dengan jumlah waktu pelajaran yang sedikit dan materi yang akan

disampaikan banyak, maka penjelasan guru tidak begitu luas dikarenakan

waktu yang sudah direncanakan untuk dibagi dengan diskusi dan

menyelesaikan hasil diskusi. Kurang waktu disini sangat berpengaruh

terhadap pemahaman materi yang didapat siswa. Sebab, waktu pelajaran

mata pelajaran sejarah hanya 2 jam dalam satu minggu. Ini mengakibatkan

proses pembelajaran tidak bisa dipelajari secara mendalam dan luas.

Faktor yang menghambat proses pembelajaran seperti yang

dikemukakan Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya psikologi belajar,

bahwasanya ada banyak faktor yang menghambat kegiatan belajar

mengajar yakni faktor dari dalam dan dari luar. Faktor dari luar seperti

lingkungan (meliputi lingkungan alami dan sosial budaya) dan

instrumental (meliputi kulrikulum, program, sarana dan fasilitas, dan

guru). Sedangkan faktor dari dalam yaitu fisiologis (meliputi kondisi

fisiologis, kondisi panca indra) dan psikologis (meliputi minat, kecerdasan,

bakat, motivasi dan kemampuan kognitif).

Page 127: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Selain keterkaitan dengan masalah waktu, disini sarana dan

prasarana yang dapat menunjang pembelajaran dengan menggunakan

metode CTL (Contextual Teaching and Learning) banyak yang mengalami

kerusakan, misalnya LCD yang ada di kelas-kelas banyak yang tidak bisa

digunakan, dari sini jika tersedianya peralatan yang seharusnya menunjang

proses belajar mengajar tapi malah tidak bisa digunakan, maka dapat

menghambat proses yang akan dilaksanakan, bahkan pembelajaran yang

sudah direncankan tidak dibisa dilakukan karena adanya hambatan dari

peralatan penunjang.

Berdasarkan paparan di atas, faktor yang menghambat kegiatan

belajar dengan menggunakan metode CTL (Contextual Teaching and

Learning) memang banyak sekali, namun bagaimana guru bisa

meminimalisir kekurangan-kekurangan yang ada agar proses pembelajaran

bisa berjalan dengan baik. Sebab guru disini dalam kegiatan belajar

merupakan pemimpin lancarnya kegiatan tersebut. Apabila kegiatan

belajar mengajar dipimpin dengan baik, maka proses pembelajaran akan

berjalan dengan baik. Begitu juga dengan siswa, apabila siswa memang

bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu pasti akan melakukan yang

terbaik buat dirinya sendiri baik dari aktif mengikuti belajar di kelas

maupun belajar di luar kelas dengan bimbingan guru.

Page 128: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian, analisis dan penyajian data tentang

Penerapan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)

Pada Mata Pelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Kelas X.6 di SMAN 1 Malang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Selama ini guru sejarah di SMAN 1 Malang sudah menerapakan

pembelajaran dengan menggunakan metode CTL (Contextual Teaching

and Learning) dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi hasil belajar

siswa, khusunya kelas X.6 Dalam penerapan metode CTL (Contextual

Teaching and Learning) pada mata pelajaran sejarah ada beberapa cara

yang digunakan oleh guru, misalnya saja pembelajaran berbasis inkuiri

yang mengharuskan siswa untuk mencari sendiri pengetahuan baru,

dimana guru hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran berbasis masalah

yang menuntut siswa untuk berdiskusi secara berkelompok dalam

menyelesaikan masalah pada topik pembahasan tertentu.

2. Penerapan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)

Pada Mata Pelajaran Sejarah sudah dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa, hal ini dapat dilihat dari nilai hasil pembelajaran siswa dan antusias

siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah.

3. Dalam penerapan metode CTL (Contextual Teaching and Learning) di

SMAN 1 Malang ada faktor penghambat dan yang mendukung penerapan

Page 129: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

metode ini. Adapun faktor pendukungnya terdiri dari persiapan guru,

kematangan pemahaman materi, kondisi siswa dan situasi kelas yang baik,

selain itu peralatan media penunjang seperti Laptop, LCD, dan bahan ajar

yang berupa buku sejarah yang relevan dengan materi merupakan faktor

penunjang dalam penerapanmetode CTL (Contextual Teaching and

Learning). Disamping faktor pendukung, maka ada juga faktor yang dapat

menghambat dalam penerapan metode CTL (Contextual Teaching and

Learning) yang dengan peralatan seperti LCD yang harus selalu on, tapi

masalahnya disini LCDnya sering mati, selain masalah peralatan faktor

penghambat yang lain adalah kondisi siswa yang ramai sendiri dan tidak

memperhatikan pelajaran juga dapat menghambat proses pembelajaran.

B. Saran

Setelah mengadakan penelitian di SMAN 1 Malang,perlu

dikemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

rangka perbaikan dalam penerapan metode CTL (Contextual Teaching and

Learning). Adapun saran yang peneliti kemukakan sebagai berikut:

Dalam penerapan metode CTL (Contextual Teaching and Learning)

sebagai upaya meningkatkan prestasi hasil mata pelajaran sejarah, sebaikanya

sekolah lebih memperhatikan lagi sarana dan prasarana di sekolah yang dapat

penunjang proses pembelajaran agar dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap

peralatan-peralatan yang rusak. Adapun setelah mengetahui faktor-faktor yang

menunjang dan menghambat penerapan metode CTL (Contextual Teaching

and Learning) dalam pembelajaran sejarah, hendaknya dapat dijadikan

Page 130: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

sebagai acuan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pembelajaran sejarah.

Page 131: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1975. Didaktik Metodik. Semarang: CV. Thoha Putra.

Ahmadi, Abu. 1990. Psikologi Belajar. Jakarta: CV. Rineka Cipta.

Alwasilah A. Chaedar. 2006. Contextual Teaching And Learning: Menjadikan

Kegiatan Belajar Mengasyikkan Dan Bermakna. Bandung: Mizan

Learning Center (MLC).

A.M. Sardiman. 1988. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rajawali Pers.

Arifin, H. M. 1978. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama. Jakarta: Bulan

Bintang.

Arifin, Imron. 1996. Penelitian Kualitatif. Malang: Kalimasahada Press.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: CV.

Rajawali.

Aziz, Abdul W. 2007. Metode Dan Model-Model Mengajar. Bandung: Penerbit

Alfabeta.

Badan Standardisasi Nasional SIN 19-7057-2004 tentang Kurikulum Pelatihan

Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan)

(www.bsn.or.id/SNI).

Bahri, Syaiful. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Renika Cipta.

Harahap, Nasrun. 1982. Teknik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Bulan Bintang.

Imam. 1981. Penyusunan Dan Pengelolaan Hasil Tes Dalam Rangka Penilaian

Hasil Belajar. Jakarta: CV. Pepara.

Indrakusuma, Amir Daien. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional.

Lexy J. Moleong. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Mansyur. 1982. Evaluasi Pendidikan Agama. Jakarta: PT. Songo Abadi Inti.

Page 132: Penerapan Model Pembelajaran Ctl (Contextual

Maslow, AH. 1992. Motivasi Dan Perilaku. Semarang: Dahara Prize.

Nasution. S. 1996. Metodologi Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurhadi dan Gerrad Senduk Agus. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual

Teaching And Learning/CTL) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang:

Penerbit Universitas Universitas Negeri Malang.

Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Pasal 1 Butir 6 Kemendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan

Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa)

( www.kopertis4.or.id)

Republik Indonesia. 2006. Undang-Undang Sisdiknas. Bandung: Citra Umbara.

Sanjaya Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Media Group.

Soekanto, Soejono. 2003. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Sulhan Najib. 2006. Pengembangan Karakter Pada Anak: Manajemen

Pembelajaran Guru Menuju Sekolah Efektif. Surabaya: Intelektual Club.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Syam, N. Noor. 1980. Pengertian Dan Hukum Dasar Pendidikan. Surabaya:

Usaha Nasional.

Tadjab. 1980. Pengantar Psikologi Pendidikan. Malang: Biro Ilmiah IAIN Sunan

Ampel Malang.

www. Dikdasmen. org/Files/KTSP/SMP/Pengembangan Model Pembelajaran

Efektif-SMP. doc.

Winkel, W. S. 1984. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT.

Gramedia.

Whitherington, Ahli Bahasa M. Buchori. 1985. Psikologi Pendidikan. Jakarta:

Aksara Baru.

Zuhairini dkk. 1981. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Offset

Printing.