CRS Pterigium.doc
-
Upload
wynna-manami -
Category
Documents
-
view
262 -
download
2
Transcript of CRS Pterigium.doc
-
7/30/2019 CRS Pterigium.doc
1/13
CASE REPORT
Anamnesis & Keterangan Umum CRS Pterigium
KETERANGAN UMUM
Nama : Tn. HA
Umur : tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kampung gombong RT.04 Rw.02 Cililin Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (Guru Olahraga)
Tgl. Periksa : 29 Oktober 2012
ANAMNESIS
Keluhan utama : Seperti ada benda asing di mata kiri
Sejak 6 bulan yang lalu, os mengeluh pada mata kirinya seperti ada benda
asing yang menghalangi dan mengganjal terutama bila pasien mengedipkan mata.
Menurut pasien, benda asing ini dirasakan semakin membesar dan berwarna
merah hingga ke bagian selaput mata dalam. Sejak 1 tahun yang lalu, pasien
mengeluh mata kiri nya sering merasa gatal, merah, perih dan berair. Matanya
semakin merah, karena pasien sering menggosok-gosok matanya. Keluhan seperti
ini sering timbul terutama bila pasien sedang mengajar olahraga tanpa pelindung
mata.
Keluhan tidak didahului dengan adanya perlukaan di bagian mata.
Keluhan tidak disertai dengan peradangan pada bola mata yang berlangsung
lama. Pasien pun tidak pernah menggunakan lensa kontak.
Pasien tidak punya riwayat penyakit darah tinggi ataupun kencing manis.
Riwayat keluhan yang sama pada keluarga ada, yaitu pada ayah pasien yang
bekerja sebagai petani.
1
-
7/30/2019 CRS Pterigium.doc
2/13
Pasien belum pernah berobat ke dokter mata, hanya saja pasien pernah
menggunakan obat tetes mata yang dibeli di warung.
Keluhan dirasakan sering kali berulang, sehingga pasien memutuskan ke
poliklinik mata RS. Dustira.
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Kesadaran : compos mentis
Kesan : tampak sakit ringan
Lain-lain dalam batas normal
STATUS OPHTALMOLOGIS
1. Pemeriksaan Subjektif
Visus
VOD SC : 5/10 VOS SC : 5/10
Koreksi : - Koreksi : -
ADDE : - ADDE : -
2. Pemeriksaan Objektif
a. Inspeksi
2
-
7/30/2019 CRS Pterigium.doc
3/13
OD OS
Muscle Balance Ortotropia Ortotropia
Pergerakan bola mata
Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Palpebra superior Tenang Tenang
Palpebra inferior Tenang Tenang
Apparatus lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Konjungtiva tarsalis
superior
Tenang Tenang
Konjungtiva tarsalis
inferior
Tenang Tenang
Konjungtiva bulbi Tenang Selaput (+)
Kornea Tenang Selaput (+)
COA Sedang Sedang
Pupil Tenang Tenang
Iris Tenang Tenang
Lensa Jernih Jernih
b. Pemeriksaan Slit Lamp
Tidak dilakukan
c. Pemeriksaan Objektif dengan Alat Lain
Tidak dilakukan
d. Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan
DD/ Pterygium grade 2 oculi sinistra dan
Pseudopterygium oculi sinistra.
DK/ Pterygium grade 2 oculi sinistra
Usul Pemeriksaan :
- Histopatologi
3
-
7/30/2019 CRS Pterigium.doc
4/13
Terapi :
Umum : - Menganjurkan penderita untuk menggunakan kacamata Khusus : - Artificial tears
- Pembedahan bila sudah mengganggu penglihatan
Prognosis :
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functional : ad bonam
PEMBAHASAN
Pterigium merupakan membran yang merupakan pertumbuhan
fibrovaskular konjungtiva bulbi yang bersifat degeneratif dan invasif.1 Biasanya
pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di daerah kornea. Pterigium mudah
meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah.
KETERANGAN UMUM
Nama : Tn. Heri Ashari
Umur : tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kampung gombong RT.04 Rw.02 Cililin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (Guru Olahraga)
Tgl. Periksa : 29 Oktober 2012
Secara epidemiologi pterigium banyak ditemukan di negara-negara sekitar
garis khatulistiwa, yaitu di sabuk pterigium daerah diantara 37 lintang utara dan
37 lintang selatan.2
Pterigium lebih banyak terdapat pada usia 20-50 tahun, sebagian penelitian
menyatakan prevalensi pada perempuan lebih rendah dibanding laki-laki, oleh
karena perempuan banyak menghabiskan waktunya di dalam rumah, sedangkan
sebagian penelitian lain menyatakan insidensi pada perempuan sama dengan laki-
laki.3
4
-
7/30/2019 CRS Pterigium.doc
5/13
Prevalensi lebih sering pada orang yang bekerja di luar gedung
dibandingkan orang yang bekerja di dalam gedung.3 Hal ini dikarenakan
pterigium diduga merupakan fenomena iritatif akibat sinar ultraviolet,
pengeringan, dan lingkungan dengan angin banyak, karena sering terdapat pada
orang yang sebagian besar hidupnya berada di lingkungan berangin, penuh
dengan sinar matahari, berdebu, atau berpasir.5
Selain itu terdapat beberapa teori lain tentang etiologi pterigium, yaitu:4
- Faktor herediter
- Teori inflamasi
- Teori muskular
- Kelainan pada film air mata
- Teori neurotropik
- Diet/nutrisi
- Faktor angiogenesis
- Virus
- Imunopatogenesa
ANAMNESA
Keluhan Utama :Seperti ada benda asing diselaput mata kiri
Keluhan penderita pterigium adalah perasaan mengganjal seperti ada
benda asing di matanya.5 Pterigium dapat tidak memberikan keluhan atau akan
memberikan gejala iritatif, merah atau astigmat sehingga timbul gejala gangguan
penglihatan.1
Anamnesa Khusus :
Sejak 6 bulan yang lalu, os mengeluh pada mata kirinya seperti ada
benda asing yang menghalangi dan mengganjal terutama bila pasien
mengedipkan mata. Menurut pasien, benda asing ini dirasakan semakin
membesar dan berwarna merah hingga ke bagian selaput mata dalam. Sejak
1 tahun yang lalu, pasien mengeluh mata kiri nya sering merasa gatal, merah,
perih dan berair. Matanya semakin merah, karena pasien sering menggosok-
5
-
7/30/2019 CRS Pterigium.doc
6/13
gosok matanya. Keluhan seperti ini sering timbul terutama bila pasien sedang
mengajar olahraga tanpa pelindung mata.
Tanda klinik pterigium:6
Bila masih baru, banyak mengandung pembuluh darah, warnanya menjadi merah,
kemudian menjadi membran yang tipis berwarna putih dan stasioner. Bagian
sentral melekat pada kornea dapat tumbuh memasuki kornea dan menggantikan
epitel, juga membran bowman, dengan jaringan elastis dan hialin. Pertumbuhan
ini mendekati pupil. Bila mengenai kornea, dapat menurunkan visus karena
timbulkan astigmat dan juga dapat menutupi pupil, sehingga cahaya terganggu
perjalanannya. Pterigium juga dapat meradang dan berwarna merah, terasa
mengganjal disertai mata yang berair.
Keluhan tidak didahului dengan adanya perlukaan di bagian mata.
Anamnesis diatas untuk membedakan pterigium dengan pseudopterigium.
Pada pseudpterigium penybabnya adalah trauma, trauma kimia, konjungtivitis
sikatrikal, trauma bedah/ ulkus perifer kornea.
Keluhan tidak disertai dengan peradangan pada bola mata yang
berlangsung lama. Pasien pun tidak pernah menggunakan lensa kontak.
Pterigium diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari,
dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga
merupakan suatu neoplasma, radang dan regenerasi.
Riwayat keluhan yang sama pada keluarga ada, yaitu pada ayah pasien
yang bekerja sebagai petani.
Beberapa kasus dilaporkan sekelompok anggota keluarga dengan pterygium
dan berdasarkan penelitian case control menunjukkan riwayat keluarga dengan
pterygium, kemungkinan diturunkan autosom dominan
Pasien tidak punya riwayat penyakit darah tinggi ataupun kencing manis.
6
-
7/30/2019 CRS Pterigium.doc
7/13
Riwayat penyakit sistemik ditanyakan sebagai persiapan preoperasi karena
salah satu terapi pterigium adalah dengan eksisi, meskipun jika pterigium kecil,
tidak tampak tanda-tanda inflamasi dan non progresif maka hanya dilakukan
observasi saja
Usul Pemeriksaan :
- Histopatologi
Pterigium memiliki gambaran histopatologi yang khas yaitu terdapatnya
jaringan ikat fibrovaskular yang abnormal. Epitel di atasnya dapat menebal atau
menipis, tetapi biasanya normal.3 Pterigium yang tumbuh ulang mempunyai
gambaran histopatologi yang berbeda dengan pterigium primer, yaitu terdapatnya
parut fibrovaskular yang tumbuh dari tempat eksisi dan komposisinya
mengandung fibroblas yang banyak mengandung pembuluh darah sehingga
gambaran ini mirip keloid pada kulit.3 Namun demikian, pemeriksaan
histopatologi pterigium tidak dilakukan secara rutin di Indonesia.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada pasien ini yaitu, pterygium grade 2 oculi
sinistra dan pseudopterygium oculi sinistra.
Secara klinis pterygium dapat dibedakan dengan dua keadaan yang sama
yaitu pinguecula dan pseudoptrygium , bentuk kecil, meninggi, masa kekuningan
berbatasan dengan limbus pada conjunctiva bulbi di fisura intrapalpebra dan
kadang terinflamasi. Pinguecula sering terjadi pada iklim tropis dan angka
kejadian pria sama dengan wanita dan insidensinya meningkat sesuai usia.
Pingekula merupakan benjolan pada konjuntiva bulbi yang merupakan
degenerasi hialin jaringan submukosa konjuntiva. Pingekula sangat umum terjadi
tidak berbahaya tampak pada konjuntiva bulbar berdekatan dengan limbus nasal
atau limbus temporal terdapat lapisan bewarna kuning putih dan amorphous.
Pseudopterygium menyerupai pterygium dimana fibrovaskular scar yang
timbul pada conjuntiva bulbi menuju kornea. Berbeda dengan pterygium,
pseudopterygium adalah akibat inflamasi permukaan okular sebelumnya seperti
trauma, trauma kimia, konjuntivitis sikatrik atau ulkus kornea. Untuk
7
-
7/30/2019 CRS Pterigium.doc
8/13
menidentifikasi pseudopterygium cirinya tidak melekat pada limbus kornea
Probing dengan muscle hook dengan mudah melewati pseudopterygium bagian
bawah pada limbus, dimana hal ini tidak dapat dilakukan pada pterygium. Pada
pseudopterygium tidak terdapat bagian head, cap dan body dan pseudopterygium
cenderung keluar dari ruang interpalpebra fissure yang berbeda dengan pterygium
Pteryium Pseudopterygium
Lokasi Selalu di fissure palpebra Sembrang lokasi
Progrsifitas Bisa progresif atau
stasioner
Selalu stasioner
Riwayat Penyakit Ulkus kornea (-) Ulkus kornea (+)
Tes Sondase Negatif Positif
Diagnosis Kerja
Diagnosis kerja pada pasien ini yaitu pterygium grade 2 oculi sinistra.
Hal ini berrdasarkan temuan yang didapatkan dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik, yaitu:
1. Anamnesa
Dari keluhan utama didapatkan timbul selaput di mata kiri bagian dalam. Darianamnesa khusus didapatkan:
- Timbulnya selaput seperti daging pada bagian sebelah dalam yang
semakin lama semakin besar ke arah bagian hitam bola mata
- Tumbuh dengan lambat, yaitu sejak 1 tahun yang lalu yang lalu,
dan memberat 6 bulan yang lalu
- Tidak ada keluhan penglihatan buram. Karena pada mata kanan
derajat pterigium hanya derajat dua, yaitu apeks pterigium terletak pada
kornea antara pinggir kornea dengan bagian tengah jarak pupil-perikornea.
Sedangkan pada mata kiri terdapat pterigium derajat satu dimana apeks
mencapai pinggir kornea.
2. Pemeriksaan fisik, didapatkan:
- Konjungtiva bulbi pada mata kiri terdapat selaput yang telah melewati limbus
kornea kurang dari 2 mm berbentuk segitiga pada daerah fissure palpebralis
8
-
7/30/2019 CRS Pterigium.doc
9/13
Pterygium dapat dibagi kedalam beberapa derajat :
1. Derajat 1 : Jika pterygium hanya terbatas pada limbus kornea
2. Derajat 2 : Jika pterygium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih
dari 2mm kornea
3. Derajat 3 : Jika pterygium sudah melewati derajat 2 tetapi tidak melewati
pinggiran pupil mata , dalam keadan cahaya normal sekitar 3-4
mm
4. Derajat 4. : Jika pertumbuhan pterygium sudah melewati pupil sehingga
menggangu penglihatan
Klasifikasi lain pterygium sebagai berikut :
T1 (atropik) : lesi dengan pembuluh darah episklera terlihat jelas pada
bagian body
T2 (intermediate) : lesi dengan pembuluh darah episklera terlihat sebagian
T3 (fleshy) : lesi yang tebal dimana pembuluh darah episklera tidak
terlihat karena tertutup jaringan pterigium yang tebal
Terapi :
Umum : - menganjurkan penderita untuk menggunakan kacamata
Paparan sinar matahari dalam waktu lama, terutama sinar UV, serta iritasi
mata kronis oleh debu dan kekeringan merupakan penyebab utama pterigium.
Sehingga pasien dianjurkan untuk mengurangi paparan tersebut, seperti
menggunakan kacamata pelindung, topi ataupun payung agar mata terlindung dari
paparan penyebab pterigium ketika sedang beraktivitas di luar rumah.5
Khusus : -Artificial tears
- Pembedahan bila sudah mengganggu penglihatan
Artificial tears hanya dipakai sebagai lubrikasi mata. Tidak terdapat efek
pengobatan pada airmata buatan, hanya memberikan rasa nyaman saja.1
Pengobatan sesuai dengan derajat pteririgium berdasarkan kriteria Oka dan
kriteria Tan:2
9
-
7/30/2019 CRS Pterigium.doc
10/13
1. Derajat I, T1, T2, T3:
- Tidak meradang: observasi 3 bulan
- Meradang: a. Steroid/NSAID topikal
b. Anjuran pencegahan paparan sinar UV dengan kacamata
hitam.
2. Derajat II, III, T1, T2, T3:
- Steroid/NSAID topikal
- Anjuran pengangkatan
- Anjuran pencegahan paparan sinar UV dengan kacamata hitam paska
pengangkatan
Tidak semua pterigium memerlukan tindakan operatif, jika pterigium kecil
dan tidak mengenai kornea, tidak tampak tanda-tanda inflamasi dan non progresif,
maka hanya dilakukan observasi saja. Pasien dapat diberikan airmata buatan
sebagai lubrikasi mata. Bila meradang dapat diberikan steroid topikal.6
Terapi eksisi pterigium diindikasikan bila akan atau telah menghalangi
jaras penglihatan atau bersifat mengiritasi mata. Indikasi pembedahan untuk
pterigiun tingkat I adalah untuk alasan kosmetik. Pada pterigium tingkat II
pembedahan diindikasikan bila pterigium cenderung bersifat progresif dan akan
menghalangi jaras penglihatan. Sedangkan pada pterigium tingkat III, untuk
mengembalikan fungsi penglihatan. Biasanya bila pterigium telah memasuki
kornea kurang lebih 4 mm atau telah memasuki daerah pupil baru dilakukan
operasi dari Mc. Reynold.6
Cara melakukan tindakan operasi dari Mc. Reynold :6
Puncak pterigium di kornea dilepaskan dari dasarnya, bagian lain dilepaskan dari
konjungtiva bulbi. Bekasnya di kornea dan sklera dibersihkan dan dilakukan
elektrokauterisasi yang sebabkan obliterasi pembuluh darah dan mencegah
kekambuhan. Bila membran ini terlalu tebal atau panjang, dapat digunting
sebagian, untuk kemudian disisipkan di bawah konjungtiva bulbi sebelah bawah.
Maksudnya kalau terjadi kekambuhan, jangan masuk ke kornea. Tetapi menurut
pengalaman, meskipun telah dioperasi, masih dapat kembali kambuh dengan
10
-
7/30/2019 CRS Pterigium.doc
11/13
cepat. Bila sering residif, dapat diberi penyinaran sinar , atau dilakukan
ekstirpasi dan tranplantasi mukosa mulut atau konjungtiva forniks.
Teknik pembedahan dengan cangkok konjungtiva:6
- Tindakan aseptik dan antiseptik pada maat dan sekitarnya
- Anastesi topikal tetrakain 2%
- Dipasang spekulum palpebra kemudian anastesi infiltrasi dengan
lidokain 2% sebanyak 1-2 ml pada konjungtiva bulbi
- Untuk cangkok dibuat insisi konjungtiva sampai limbus
- Dilakukan pemisahan secara tumpul jaringan konjungtiva dari
kapsula tenon
- Dengan pisau tongkat hoki dilakukan keraktomi superfisialis di
daerah limbus supaya sel stem terbawa
- Konjungtiva tersebut diletakkan di atas permukaan kornea dengan
posisi terbalik (bagian dalam konjungtiva menghadap ke atas) dan jangan
digunting dulu
- Dilakukan anastesi infiltrasi dengan tetrakain 2% sebanyak 1-2 ml
pada badan pterigium
- Bagian leher p terigium (pada daerah l imbus) d iangkat dengan
pinset lalu dipotong dengan gunting
- Sklera dibersihkan dari jaringan pterigium, konjungtiva dan
subkonjungtiva, dipisahkan, lalu sebagian jaringan subtenon dibuang
sebanyak-banyaknya
- Dilakukan pelepasan bagian apeks pterigium kira-kira 0,5 mm dari
daerah bebas pterigium dengan melakukan keratektomi superfisialis
menggunakan pisau tongkat hoki
- Cangkok konjungtiva yang telah disiapkan digunting melalui
limbus, digeser diatas permukaan kornea masih dalam posisi terbalik
- Bagian limbus cangkok konjungtiva diletakkan pada bagian limbus
yang telah dibersihkan dari jaringan pterigium
- Dengan menggunakan 2 pinset anatomis cangkok konjungtiva
dibalikkan dan diletakkan pada daerah sklera yang terbuka
11
-
7/30/2019 CRS Pterigium.doc
12/13
- Cangkok difiksasi dengan 6-7 jahitan menggunakan benang nilon
10-0
- Paska operasi mata diberi salep antibiotik-kortikosteroid kemudian
dibalut
- Penderita mendapat tetes mata antibiotik-kortikosteroid dan
analgesik.
Prognosis :
Quo ad vitam : ad bonam
Pterigium tidak mengancam jiwa, selain itu tindakan pembedahan juga
cenderung aman dan memiliki prognosa baik
Quo ad functional : ad bonam
Pterigium yang telah dieksisi tidak akan lagi menghalangi jarak
penglihatan dan akan merehabilitasi penglihatan seperti sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
12
-
7/30/2019 CRS Pterigium.doc
13/13
1. Ilyas, Sidarta. Prof. dr.Sp.M. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta,
Balai Penerbit FKUI. H. 116-117. 2011.
2. Tan DTH. Pterygium. Dalam Buku: Holland EJ, Mannis MJ. Ocular
Surface Disease. New York, USA. Springer-Verlag New York, Inc. 2002.
h.65-85
3. Rahim DH. Keberhasilan Cangkok Konjungtiva Dibandingkan dengan
Bare Sclera pada Eksisi Pterigium Primer Tipe Progresif. 1999
4. Buratto L, Phillips RL, Carito G (Eds). Pterygium Surgery. Italia. Slack,
Inc. 2000
5. Vaughan, Daniel G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta, Widya Medika.
2000
6. Wijana, Nana. dr. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta. 1990
13