CR Diare

download CR Diare

of 27

description

dasdsa

Transcript of CR Diare

PENDAHULUAN

Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak.

Diare (gastroenteritis) adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu (IDAI, 2010).Menurut data World Health Organization(WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).

Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 orang. Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah 10.280 orang dengan angka kematian 2.5%.

Sementara dari data Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Utara tahun 2008, diare menduduki urutan kedua dari sepuluh penyebab terbanyak kunjungan ke puskesmas setelah Influenza dengan tingkat kematian pada penyakit diare mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2008 Case Fatality Rate (CFR) akibat diare sebesar 4.78% dengan 10 penderita meninggal dari 209 kasus. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yaitu dengan CFR 1.31% dengan 4 penderita meninggal dari 304 kasus.

Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals/ MDGs (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes, 2011).

Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya kematian, malnutrisi, ataupun kesembuhan pada pasien penderita diare. Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger. Pada balita, kejadian diare lebih berbahaya dibanding pada orang dewasa dikarenakan komposisi tubuh balita yang lebih banyak mengandung air dibanding dewasa. Jika terjadi diare, balita lebih rentan mengalami dehidrasi dan komplikasi lainnya yang dapat merujuk pada malnutrisi ataupun kematian.

BAB I

DATA PASIEN

Identitas Biodata Nama Anak : An. NadiaJenis Kelamin : perempuan Tgl Lahir : 26-11-2011Umur : 5 tahunAnak Ke - : ke 1

Nama Ayah : Tn. UNama Ibu : Ny. DUmur : 32 Th Umur : 27 Th.Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : SDPendidikan : SMPPekerjaan : Tani Pekerjaan : IRTAlamat : Gedung dalem Alamat :Gedungdalem

B. Anamnesis (Alloanamnesis)1. Keluhan Utama Ibu mengatakan anakanya tidak mau minum, BAB cair sejak 2 hari yang lalu lebih dari 6 kali per hari.

2. Keluhan TambahanDisertai demam, tidak mau makan, batuk 3 hari

3. Riwayat Penyakit SekarangOrang tua pasien datang bersama pasien dengan keluhan BAB cair sejak dua hari yang lalu, BAB cairnya lebih dari 6 kali per hari, dengan konsistensi cair dan terdapat ampas, tidak terdapat lendir maupun darah, disertai demam yang naik turun dan batuk 4 hari serta nafsu makan yng menurun.

4. Riwayat Kesehatan Sebelumnya anak tidak pernah menderita sakit seperti ini dan juga belum pernah dirawat di Rumah Sakit.

5. ImunisasiBCG : 1 BulanDPT 1 : 2 BulanDPT 2 : 3 BulanDPT 3 : 4 BulanPolio1 : 1 BulanPolio2: 2 BulanCampak : 9 bulan Hept 1 : 1 Bulan

1. Pemeriksaan Umum~ Keadaan Umum : Anak tampak lemah dan gelisah ~ kesadaran : compos mentis~ tanda vital * Pols : 120 x/m* RR : 42 x/m * Temp : 38,10C* BB Sebelum Sakit : 15 Kg* BB saat sakit : 14 Kg

2. Pemeriksa Fisika. Kepala UUK : Cekung UUB : Cembung Bentuk kepala : Bundar Keadaan : Rambut hitam, bersih b. Mata Bentuk Mata : Simetris kanan/kiri Stabismus : Tidak ada Konjugtiva : Berwarna pucat Sklera : Tidak ikterikc. Hidung Bentuk : Simetris Lubang Hidug : Ada, terbentuk sempurna Pernafasan Cuping Hidung : Tidak ada Keadaan : Bersih Lendir / Sekret : Tidak adad. Mulut Bentuk : Simetris Platum : Normal Reflek : Lemah Gusi : Normal Bibir : Bersih, mukosa bibir tampak kering Stoatis : Tidak ada Caries : Tidak adae. Telinga Posisi : Memanjang Bentuk : Simetris Lubang : Ada dan tidak ada serumen Leher : Kepala bisa bergerak normalf. Dada Posisi : Simetris Suara Pernafasan: Tidak terdengar ronchi dan whezzing Tarikan Dinding Dada : tidak ada ada Bunyi Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)ANTERIORPOSTERIOR

KIRIKANANKIRIKANAN

InspeksiPergerakan pernafasan simetrisPergerakan pernafasan simetrisPergerakan pernafasan simetrisPergerakan pernafasan simetris

PalpasiFremitus taktil = kananFremitus taktil = kiriFremitus taktil = kananFremitus taktil = kiri

PerkusiSonorSonorSonorSonor

AuskultasiSuara nafas vesikulerRonkhi (-)Wheezing (-)Suara nafas vesikulerRonkhi (-)Wheezing (-)Suara nafas vesikulerRonkhi (-)Wheezing (-)Suara nafas vesikulerRonkhi (-)Wheezing (-)

g. Perut Bentuk : Bundar Pembesaran Abnormal : Tidak ada Inspeksi: Cembung, simetris Palpasi: turgor menurun, hepar dan lien tidak teraba. Perkusi: Timpani Auskultasi : Bising usus (+) h. Punggung Tonjolan Tulang Punggung : Tidak ada Anus : Ada Warna Kulit Bokong : Pucat agak kemerahan.i. Ekstrimitas Jari Tangan : Lengkap tanpa cacat Jari kaki : Lengkap tanpa cacat, hangat Pergerakan : Pasif j. Genetalia Jenis Kelamin : Perempuan Lubang Anus : Ada Bentuk : Simetris Keadaan : Bersih

3. Laboraturium Hb : 12,3 g/dEritrosit : 5,07 /ul Leukosit : 20.830 /ulTr : 355.000 /ulLED : 10 mm /jamHt : 36,5 %MCV : 73 fl MCH : 24,3 PsMCHC : 32,7 %Bosofil : 0 %Eusofil : 0 %Batang : 1 % Segmen : 29 %Limfosit : 70 %Monosit : 0 %

INTERPRETASI DATA DASARa. Diagnosa: Anak umur 5 tahun dengan diare akut Ds :Ibu mengatakan anak BAB cair lebih dari 6 kali sejak 2 hari yang lalu.Do: - Anak umur 5 tahun BAB cair lebih dari 6 kali dalam sehari, berwarna kuning Anak lemah dan gelisah Turgor kulit kurang Mukosa bibir keringb. Masalah Gangguan Keseimbangan Cairan Ds : - Ibu mengatakan anaknya BAB cairan lebih dari 6 kali sejak 2 hari yang laluDo : ~ BAB cair lebih dari 6 kali dalam sehari ~ Turgor kulit kurang ~ Anak lemah dan gelisah ~ Mukosa bibir kering~ Intake kurang, output banyak. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi.Ds : - Ibu mengatakan nafsu makan dan minum anaknya berkurangDo : ~ BAB awal = 15 kg BB akhir = 14 kg~ Anak tampak lemah~ BAB cair lebih dari 6 kali dalam sehari berwarna kuning

c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan ElektrolitDs : - Ibu mengatakan anaknya BAB cairan sejak 2 hari yang lalu Anak BAB cair lebih dari 6 kali dalam sehari Nafsu makan dan minum berkurangDo :- Mukosa bibir kering Turgo kulit tidak elastis

PENATALAKSANAAN1. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan Memberi makan bubur saring Memberikan minumIbu bersedia memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi anaknya2. Memberikan terapi cairan anak yang hilang dengan memasang infus D10 % 12 tts / mnt Infus telah terpasang3. Memberikan terapi obat-obatan sesuai dengan advis dokter seperti : Infus RL 20 tpm Ampicilin 3x500 mg IV Gentamicin 2x35 mg IV Zinc 1x20 mg PCT inj 4 x 1,5 Lacto B 2 x 5 mgPemberian terapi obat-obatan telah dilaksanakan4. Mengajarkan pada ibu cara perawatan diare. Memberikan kompres hangat bila anak panas Menjaga personal hygiene anak dengan membersihkan tubuh anak dengan waslap air hangat dan mengganti pakaian anak apabila kotor Ibu mengerti cara perawatan diare.5. Menjelaskan kapada keluarga bahwa anaknya saat ini mengalami gastero enteritis / diare.Ibu mengerti tentang kondisi anaknya saat ini

CATATAN FOLLOW UPTanggal 24 Desember 2015 Pukul: 10.00 WIBS : Ibu mengatakan anaknya masih berak cair tapi sudah berkurang.O : ~ Keadaan umum anak lemah, rewel ~ Pols: 160 x/m~ Mukosa bibir kering~ RR : 44 x/m~ Turgor kulit kurang ~ Temp : 37,4 0CA : Gangguan pemenuhan nutrisi, cairan dan keseimbangan cairan sebagian teratasi.P : - Melanjutkan intervensi Infus terpasang RL20 tetes / mnt Pemberian obat :ampicilin 3x500 mg IVgentamicin 2x35 mg IVzinc 1x20 mgPCT inj 4x25 cc

Tanggal : 25 Desember 2015 Pukul: 20.00 WIBS : Ibu mengatakan anaknya sudah tidak berak cair lagi dan tampak sehat.

O : - Keadaan umum anak baik Anak tidak buang air besar (BAB) cair lagi Pols : 140 x/m RR : 32 x/m Temp : 35, 70 C

A: Gangguan pemenuhan nutrisi, cairan dan keseimbangan cairan telah teratasi

P: 1. Lakukan observasi TTV pada anak 2. Berikan makanan per oral yang yang cukup gizi 3. Beri dorongan dan semangat kepada anak 4. Berikan therapy sesuai Advis Dokter : infus RL dengan 20 tetes/menit 5. Pasien diperbolehkan pulang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. Diare 2.1DefinisiDiare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali sehari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah dan atau lendir.Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan.

2.2Penyebab2.2.1.Infeksi:Golongan bakteri penyebab diare antara lain Shigella, Salmonella, E. colli, Golongan Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, dan Campylobacter aeromonas. Sedangkan dari golongan virus antara lain Rotavirus, Norwalk/Norwalk like agent, Adenovirus. Golongan parasit yang dapat menyebabkan diare adalah cacing perut, Ascaris, Trichius, Strogyloides, Jamur, dan Candida. Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidiun coli.2.2.2. Malabsorbsia. Karbohidrat: disakarida (laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa).Terdapat 4 proses yang mempengaruhi malabsorbsi karbohidrat, yaitu: Fase hidrolisis intralumen yaitu hidrolisis 1-4 glukoside link dari tepung oleh amilase saliva dan pankreas untuk menjadi maltosa, maltotriosa dan limit dextrin. Fase hidrolisis di Brush Border usus, hidrolisis oligosakarida (maltosa, lato-triosa, limit dextrin, laktosa, sukrosa) oleh disakarida Brush Border (maltase, sukrase, isomaltase, laktase). Translokasi monosakarida (glukosa, galaktosa, fruktosa) melalui membran Brush Border. Keluarnya monosakarida dari enterosit melalui vena porta.b. Lemak: terutama LongChain Triglyceride.Malabsobrsi lemak adalah gangguan absorbsi lemak dalam usus sehingga terjadi pengeluaran lemak yang berlebihan dalam tinja.2.2.3. Makananbasi ataupun makanan yang belum waktunya diberikan.Pemberian makanan terlalu dini memberikan efek pada kejadian diare (Suyatno, 2000).2.2.4. Keracunan.a. Makanan beracun: makanan beracun (bakteri: Clostridium botulinum, Stafillokokus).b. Makanan tercampur racun (bahan kimia).2.2.5. Penyakit gangguan gizi.a. Kwashiorkor.b. Marasmus.2.2.6. Alergi.Alergi susu, alergi makanan, Cows Milk Protein Sensitive Enteropaty (CMPSE)(Suraatmaja, 2005). Mekanisme diare alergi susu terjadi melalui perantaraan reaksi imunologik tubuh (zat anti dari sistem pertahanan tubuh) terhadap protein susu. Reaksi ini akan melepaskan bahan-bahan yang disebut dengan mediator (seperti histamin, prostaglandin, leukotrin) yang menimbulkan gejala klinis tergantung dari organ tempat terjadinya reaksi tersebut. Bila menyerang saluran cerna, gejala yang paling sering muncul adalah diare yang dapat terjadi berkepanjangan selama meminum atau memakan makanan yang berasal dari susu sapi, dapat pula disertai gejala kolik, kram, mual, dan muntah.2.2.7. Immunodefisiensi.2.2.8. Sebab lain (Psikis).

2.3PatofisiologiDiare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear. Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit. Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium. Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik. Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus.Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses.

Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus.2.4 Cara PenularanPenularan diare adalah kontak dengan tinja terinfeksi langsung, seperti: Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor. Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapatbertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari. Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.

2.5 Faktor Resiko Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu ( Depkes RI, 2007): a. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar. b. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare.c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.d. Menggunakan air minum yang tercemar.e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.f. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar.

2.6 Gejala DiareDiare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuatdapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, matamenjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadiserak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yangmengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasansehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal.Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal.

Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis.Karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasicairan intravena tanpa alkali.

2.7 PencegahanPada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni : pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan danpencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliput i pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.a. Pencegahan Primer Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan dan faktor pejamu.Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi.

b. Pencegahan Sekunder Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare.Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang.Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan.

c. Pencegahan Tertier Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin.Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare.Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan.Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak.Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan.

2.8 Akibat-akibat yang Ditimbulkan oleh DiareDiare dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain dehidrasi, baik ringan, sedang, maupun berat. Selain itu, diare juga mengakibatkan berkurangnya cairan tubuh (hipovolemik), kadar natrium dalam tubuh (hiponatremia), dan kadar gula gula dalam tubuh (hipoglikemia). Diare terjadi karena adanya kuman yang masuk ke dalam usus halus, kemudian berkembang biak di dalamnya. Kuman yang menempel pada dinding usus ini menyebabkan dinding usus rusak. Usus yang terinfeksi akan mengeluarkan cairan dan lendir.Pada keadaan tertentu, infeksi akibat kuman-kuman ini juga dapat menyebabkan perdarahan. Kuman juga mengeluarkan racun diaregenik penyebab hipersekresi (peningkatan volume buangan) yang menganggu transportasi cairan dan elektrolit sehingga cairan menjadi encer. Selain encer, tinja orang yang mengalami diare kadang juga mengandung darah. Jika diare terus berlangsung akan menyebabkan kematian terutama pada pasien balita. Akibat kekurangan elektrolit (terutama natrium dan kalium), tubuh akan bertambah lemas dan tidak bertenaga yang berujung pada penurunan kesadaran, bahkan kematian. Kondisi akan semakin parah jika diare disertai oleh muntah-muntah.

2.9 Diagnosis 2.9.1 Anamnesis - lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi tinja, lendir dan / darah dalam tinja.- muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buamg air kecil terakhir, demam, sesak kejang, kembung.- jumlah cairan yng masuk selama diare.- jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi makanan yang tidak biasa.- penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.

2.9.2 Pemeriksaan Fisik - keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital.- tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/latergi/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun.- tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut dan lidah.- berat badan- tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti nafas cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemi), kejang (hipo/hipernatremi).- penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut:Penilaian A B C

Lihat:

Keadaan umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai, atau tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering

Air mata Ada Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa tidak haus *haus, ingin minum banyak *malas minum atau tidak bisa minum

Periksa: turgor kulit Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan: Tanpa Dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain Dehidrasi berat Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain

2.10 Penatalaksanaan Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan / menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu: 1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah 2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan 4. Antibiotik Selektif 5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

1. Oralit Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang.Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah.Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang.Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).

a. Diare tanpa dehidrasi Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret Umur 1 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali anak mencret

b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

c. Diare dengan dehidrasi berat Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.

Tabel 2.1. Kebutuhan Oralit per Kelompok UmurUmur Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB Jumlah oralit yang disediakan di rumah

< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)

1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus)

> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)

Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari

Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas.Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit.Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti (Juffrie, 2010).

2. Zinc Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011). Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.Dosis pemberian Zinc pada balita: a. Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari. Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).

3. Pemberian ASI/makanan Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI, 2011).

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat.Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat.Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal.Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).

5. Pemberian Nasihat Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang: 1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah 2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :a. Diare lebih sering b. Muntah berulang c. Sangat haus d. Makan/minum sedikit e. Timbul demam f. Tinja berdarah g. Tidak membaik dalam 3 hari.

BAB III

ANALISA KASUS

1. Apakah diagnosis dan pemeriksaan fisik pada kasus ini yang tepat?Dasar diagnosa pada penderita ini didasarkan pada: Dari anamnesis pasien di dapatkan keluhan BAB cair sejak dua hari yang lalu, BAB cairnya lebih dari 6 kali per hari, dengan konsistensi cair dan terdapat ampas, tidak terdapat lendir maupun darah, disertai demam yang naik turun dan batuk 4 hari serta nafsu makan yng menurun. Dari pemeriksaan pada pasien di dapatkan KU: tampak sakit sedang, komposmentis, N 120x/mnt, RR 42x/mnt, S 38,10C, BB 14 kg, turgor kulit menurun (kembali lambat), UUB cekung, dan bibir kering. Berdasarkan pemeriksaan-pemeriksaan diatas penderita didiagnosis dengan Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang Pembahasan :Dikatakan diare akut karena os telah mengalami BAB cair lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 1 minggu.Dikatakan dehidrasi ringan sedang karena os telah memenuhi 1 keriteri utama yaitu turgor kurang dan 1 kriteria tambahan bibir kering

2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat ?Dasar penatalaksanaan dari kasus ini didapatkan dari diagnosa pada pasien ini : Infus RL 20 tpm Ampicilin 3x500 mg IV Gentamicin 2x35 mg IV Zinc 1x20 mg PCT inj 4 x 1,5 Lacto B 2 x 5 mg Edukasi pada ibu cara perawatan diare. Memberikan kompres hangat bila anak panas Menjaga personal hygiene anak dengan membersihkan tubuh anak dengan waslap air hangat dan mengganti pakaian anak apabila kotor Ibu mengerti cara perawatan diare.

Pembahasan :Penatalaksanaan kasus ini sudah sesuai dengan lintas diare yaitu:1. CairanCRO diberikan sebanyak 75ml/kg BB dalam 3 jam untuk menganti kehilanagn cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10 ml/kgBB setiap diare cair.2. Zink Pemberian zinc dapat mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare. Dosis yang diberikan pada kasus ini sudah tepat yaitu 20 mg per hari dan sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari.3. NutrisiPemberian makanan per oral diberikan setelah anak rehidrasi. Dengan cara ini penyembuhan penderita dapat lebih cepat,4. Antibiotic yang tepatPada kasus ini tidak diberikan antibiotik.Antibiotik selektif tidak diberikan karena penyebab diare belum terbukti penyebabnya adalah bakteri.Selain bahaya resistensi kuman, pemberian antibiotik yang tidak tepat dapat membunuh flora normal yang dibutuhkan tubuh.5. Edukasi Edukasi kepada orang tua sangat diperlukan dalam penatalaksanaan diare.Orang tua diedukasi untuk meneruskan pemberian nutrisi, dan menjaga kebersihan.

28