Colic Abdomen

15
BAB I PENDAHULUAN 1. Konsep Dasar 1.1 Pengertian Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2001 : 92). 1.2 Anatomi Gaster terletak melintang dari kiri ke kanan melintasi abdomen bagian atas antara hati dan diafragma. Dalam keadaan kosong gaster berbentuk huruf J, gaster akan berakhir pada pylorus yang mempunyai sebuah otot sphincter yang berfungsi menutup dan membuka saat pengisian dan pengosongan lambung. Gaster berlanjut kedalam duodenum yang berjalan secara anatomis dan visuil sulit dibedakan dari jejenum dan ileum, hanya saja panjang duodenum, kira-kira 25 cm dan berakhir pada ligmen-ligmen treltz berupa sebuah ligamen yang berjalan dari sisi kanan diafragma dekat hiafus esophagus dan melekat pada perbatasan duodenum dan jejenum.

description

colic abdomen

Transcript of Colic Abdomen

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

BAB I

PENDAHULUAN

1. Konsep Dasar

1.1 Pengertian

Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2001 : 92).

1.2 Anatomi

Gaster terletak melintang dari kiri ke kanan melintasi abdomen bagian atas antara hati dan diafragma. Dalam keadaan kosong gaster berbentuk huruf J, gaster akan berakhir pada pylorus yang mempunyai sebuah otot sphincter yang berfungsi menutup dan membuka saat pengisian dan pengosongan lambung.

Gaster berlanjut kedalam duodenum yang berjalan secara anatomis dan visuil sulit dibedakan dari jejenum dan ileum, hanya saja panjang duodenum, kira-kira 25 cm dan berakhir pada ligmen-ligmen treltz berupa sebuah ligamen yang berjalan dari sisi kanan diafragma dekat hiafus esophagus dan melekat pada perbatasan duodenum dan jejenum.

Sisa dari usus halus adalah jejenum bagian akhir disebut ileum. Secara anatomis letak jejenum adalah diperut bagian kiri, sedangkan ileum dibagian kanan. Makanan masuk melalui sphincter pylorium keduodenum, maka sisa makanan akan melalui katub ileoccal valve, yang mencegah berbaliknya makanan dari usus besar kedalam usus halus. Pada ujung caecum terdapat appendix vermicularis.

Colon / usus besar :

Ini lebih besar dari usus halus yang terdiri dari :

* Caecum * Colon pars desendens

*Colon Pars aseenden *Rectum

*Colon transversum

Lapisan usus besar ini terdiri dari

*Tunika serosa *Tunika submukosa

*Tunika muskularis*Tunika mukosa

1.3 Etiologi

a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis.

b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis infeksi, esofagitis.

c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.

d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis.

e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.

f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.

g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru dan lainnya.

1.4 Manifestasi Klinis

Klien akan merasakan nyeri perut yang hebat / nyeri tekan, muntah, bisa juga kenaikan suhu bisa juga disertai dengan gejala yang sesuai penyakitnya.

1.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil keputusan, misalnya pemeriksaan darah, urin, feses. Kadang perlu juga dilakukan pemeriksaan radiologi dan endoskopi.

Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan antara lain nilai hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau dehidrasi. Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan. Hitung trombosit dan faktor koagulasi, disamping diperlukan untuk persiapan bedah, juga dapat membantu menegakkan diagnosis yang lainnya.

1.6 Penatalaksanaan

a. Obat prokinetik, untuk mempercepat peristaltik saluran gastrointestinal.

Ex. Betanekol, metoklopramid, domperiden dan cisaride

b. Obat anti sekretorik, untuk menurunkan keasaman dan menurunkan jumlah sekresi lambung. Pada umumnya tergolong antagonis reseptor H2 (ARH2).

Ex. Simetidine, rantidine dan famatidin

c. Antasida

d. Obat pelindung mukosa

Ex. Sukralfat.

2. Asuhan keperawatan

2.2 Pengkajian, meliputi :

a. Identitas klien

1) Nama

2) Umur

3) Jenis kelamin

4) Suku bangsa

5) Pekerjaan

6) Pendidikan

7) Alamat

8) Tanggal MRS

9) Diagnosis

b. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.

c. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.

Riwayat kesehatan dahulu

Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.

Riwayat kesehatan keluarga

Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit keturunan atau menular.

d. Pola- pola fungsi kesehatan

Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat

Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.

Pola nutrisi dan metabolisme

Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.

Pola eliminasi

Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan sehingga terjadi konstipasi.

Pola aktivitas dan latihan

Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.

Pola persepsi dan konsep diri

Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.

Pola sensori dan kognitif

Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen yang berulang.

Pola reproduksi dan seksual

Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual.

Pola hubungan peran

Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit sehubungan dengan proses penyakitnya.

Pola penanggulangan stress

Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.

Pola tata nilai dan kepercayaan

Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.

e. Pemeriksaan fisik

Status kesehatan umum

Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.

Sistem respirasi

Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.

Sistem kardiovaskuler

Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung lainnya.

Sistem persyarafan

Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.

Sistem gastrointestinal.

Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap makanan / nafsu makan berkurang, muntah.

Sistem genitourinaria/eliminasi

Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.

f. Analisa Data

Data 1

Ds:Nyeri pada perut

Do:Ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon autonomik misalnya perubahan tanda vital.

Masalah:Gangguan rasa nyaman (nyeri akut / kronik).

Etiologi:Proses penyakitnya.

Data 2

Ds:Klien terlihat gelisah

Do:Perubahan tanda vital, perilaku menyerang, panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah.

Masalah:Ansietas / cemas

Etiologi:Perubahan status kesehatan (ancaman kematian)

Data 3

Ds:Nyeri perut

Do:Muntah, intoleran terhadap makanan, mual.

Masalah:Resiko gangguan pemenuhan nutrisi

Etiologi:Anoreksia (proses penyakitnya)

2.2 Diagnosa keperawatan

Data 1

Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses penyakitnya ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon autonomik.

Data 2

Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian) ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang, panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah penderita.

Data 3

Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap makanan.

2.3 Perencanaan

Diagnosa 1

Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses penyakitnya ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon autonomik.

Tujuan : Nyeri berkurang

Kriteria hasil :

Klien menyatakan nyeri mulai berkurang

Ekspresi wajah klien tidak menyeringai

Rencana tindakan

a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi lamanya.

b. Observasi TTV klien.

c. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

d. Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien.

e. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.

f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.

Rasional :

a. Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya dimana dapat membantu siagnosa.

b. Untuk mengetahui perkembangan klien.

c. Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.

d. Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.

e. Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam-macam antara individu. Penelitian menunjukkan merica dan kopi berbahaya dapat menimbulkan dispepsia.

f. Untuk mempercepat proses penyembuhan.

Data 2

Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian) ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang, panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah penderita.

Tujuan : Cemas berkurang

Kriteria hasil :

Menunjukkan rileks

Klien tidak terlihat gelisah

Menunjukkan pemecahan masalah

Rencana tindakan

a. Awasi respon fisiologis seperti takipnea, palpitasi.

b. Catat petunjuk prilaku seperti gelisah, mudah terangsang, kurang kontak mata.

c. Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik.

d. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.

e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi

Rasional

a. Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik.

b. Indikator derajat takut yang dialami pasien,misal : pasien akan merasa tak terkontrol terhaap situasi atau mencapai status panik.

c. Membantu pasien menerima perasaan dan memberikan kesempatan untuk memperjelas kesalahan konsep.

d. Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri.

e. Untuk mempercepat proses penyembuhan dan memberikan rasa tenang pada klien. Diagnosa 3

Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap makanan.

Tujuan : Klien tidak merasa nyeri perut

Kriteria hasil :

Klien tidak merasa mual dan muntah.

Klien toleran terhadap makanannya.

Rencana tindakan

a. Kaji dan observasi TTV klien.

b. Dorong klien untuk makan makanannya sedikit demi sedikit.

c. Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi pasien.

d. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit.

Rasional

a. Untuk mengetahui keadaan / perkembangan klien.

b. Agar isi dalam lambung tidak kosong atau memperbaiki keadaan sistem pencernaan klien.

c. Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.

d. Melakukan fungsi independen perawat.2.4 Pelaksanaan / implementasi

Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.

2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.

DAFTAR PUSTAKA

H. Slamet Suyono. Prof. Dr. SpPD. KE., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, FKUI Jakarta, 2001.

H. Syaifuddin Drs. B.Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, 1997.

Marllyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, 2000.

Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan Makanan, Surabaya, Tidak dipublikasikan.

R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997.