CIC Hukum Perdata Internasional Sari Kuliah

23
HUKUM PERDATA INTERNASIONAL Dosen : 1. Dr. Ahmad M. Ramli, S.H., M.H. 2. Rika Ratna Permata, S.H. 3. M.Amirullah, S.H. MATERI PERKULIAHAN Antara lain meliputi: I. Pendahuluan. II. Langkah awal penyelesaian HPI. III. Menentukan lex causa bagi status personil. IV. Menentukan lex causa bagi benda. V. Menentukan lex causa bagi kontrak. VI. Menentukan lex causa bagi perbuatan melawan hukum. VII. Menentukan lex causa bagi bentuk formal atau perbuatan hukum VIII. Kedudukan hukum asing sebagai lex causa PENDAHULUAN Pengertian Hukum Perdata Internasional (HPI) berbicara tentang hukum perdata yang mengandung unsur asing (foreign elements). Suatu kasus akan menjadi kasus HPI apabila ada keterlibatan unsur asing (foreign elements) didalamnya. Walaupun kecil, HPI pada prinsipnya hanya sebagai kaidah penunjuk yaitu berkaitan dengan kaidah mana yang akan berlaku dalam suatu kasus (choice of law) dan juga pengadilan mana yang berhak untuk mengadili (choice of forum)(HPI menjawab choice of law dan choice of forum) Unsur-unsur asing tersebut diantaranya : Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Perdata Internasional 1

description

resume hukum perdata internasional

Transcript of CIC Hukum Perdata Internasional Sari Kuliah

  • HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

    Dosen :

    1. Dr. Ahmad M. Ramli, S.H., M.H.

    2. Rika Ratna Permata, S.H.

    3. M.Amirullah, S.H.

    MATERI PERKULIAHAN

    Antara lain meliputi:

    I. Pendahuluan.

    II. Langkah awal penyelesaian HPI.

    III. Menentukan lex causa bagi status personil.

    IV. Menentukan lex causa bagi benda.

    V. Menentukan lex causa bagi kontrak.

    VI. Menentukan lex causa bagi perbuatan melawan hukum.

    VII. Menentukan lex causa bagi bentuk formal atau perbuatan hukum

    VIII. Kedudukan hukum asing sebagai lex causa

    PENDAHULUAN

    Pengertian

    Hukum Perdata Internasional (HPI) berbicara tentang hukum perdata yang mengandung

    unsur asing (foreign elements).

    Suatu kasus akan menjadi kasus HPI apabila ada keterlibatan unsur asing (foreign

    elements) didalamnya. Walaupun kecil, HPI pada prinsipnya hanya sebagai kaidah

    penunjuk yaitu berkaitan dengan kaidah mana yang akan berlaku dalam suatu kasus

    (choice of law) dan juga pengadilan mana yang berhak untuk mengadili (choice of

    forum)(HPI menjawab choice of law dan choice of forum)

    Unsur-unsur asing tersebut diantaranya :

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    1

  • 1. Subjek,

    2. Tempat perbuatan dilakukan

    3. Bendera kapal

    4. choice of law ( dalam kontrak), dll

    HPI termasuk HATAH ekstern.

    Cotoh kasus HPI :

    Terjadi sengketa antara dua negara bagian Amerika Serikat, yaitu Kansas dengan

    Oklahoma. Dimana kedua negara bagian tersebut dilalui oleh jalur kereta api. Suatu

    ketika kereta api tersebut mengeluarkan percikan api sehingga membakar sebuah rumah

    di Oklahoma. Dalam hal ini maka peradilan yang memutuskan untuk menggunakan

    hukum yang paling menguntungkan korban.

    HPI hanya mempelajari aspek perdata Internasional (yang banyak menggunakan hukum

    privat). Contoh: kontak franchaise Mc Donald antara perusahaan AS dengan

    perusahaan Indonesia, disini yang menjadi topik bagi HPI karena melibatkan dua

    hukum, yaitu hukum AS dan hukum Indonesia.

    Prinsip-prinsip dalam HPI :

    1. Preliminary topic

    (Perkara pendahuluan), misal; dalam hukum keluarga, dua orang WNI menikah di

    Berlin dan melahirkan anak di Indoonesia, suatu ketika keduanya bercerai. Anak

    dapat menentukan hak Aliementasi dengan melihat sah tidaknya pernikahan orang

    tuanya yang dilakukan di Jerman.

    2. Recognition of vested right

    Masih berkaitan dengan kasus tersebut diatas maka anak tersebut dimanapun ia

    berada. Ia dapat menuntut hak Aliementasinya.

    3. Qualificaion of fact

    Misalnya berkaitan dengan domisili, kewarganegaraan,dsb.

    4. Qualification of law

    (Angka 3 dan 4 digunakan untuk menentukan titik taut sekunder, dengan kata lain

    maka untuk menenukan hukum mana yang diberlakukan maka ditentukan berdasarkan

    kualifikasi tersebut).

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    2

  • Perjanjian internasional bukan objek HPI. Berbeda dengan kontrak internasional,

    dimana perjanjian internasional lebih bersifat pulik (antar negara, ruang lingkup subjek

    HI) sedangkan HPI adalah hukum privat.

    Sumber Hukum

    Antara lain:

    1. Hukum Nasional.

    Misalnya hukum yang berkaitan dengan

    - Penanaman modal asing.

    - Hak-hak atas tanah untuk orang lain.

    - The Protection for the well known Mark (perlindungan terhadap merk terkenal).

    - Perkawinan dengan WNA, dsb.

    2. Hukum Internasional.

    Misalnya Konvensi Wina 1980,dsb

    Sumber Hukum itu dapat berupa :

    1. Prinsip-prinsip hukum umum,

    2. Kebiasaan

    3. Perjanjian internasional

    4. Peraturan Perundang-undangan

    5. Yurisprudensi

    6. Doktrin

    Penggolongan

    HPI : terdiri dari:

    1. HPI yang bersifat substantif (materiil)

    Berhubungan denga peristiwa perdata (yaitu berkaitan dengan bagaimana aturan-

    aturan hukumnya).

    Antara lain :

    Hukum Pribadi - status personil

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    3

  • - Kewarganegaraan (nationality)

    - Domisili

    - Pribadi, hukum/ badan hukum (corporation)

    Hukum Harta kekayaan (Law of Property) - Perikatan/ kontrak yang bersifat privat

    - Penyelewengan

    - Hukum yang bersifat materiil, benda-benda tetap, benda-benda lepas.

    - Hukum kekayaan imateriil.

    Contoh: HKI (Hak Kekayaan Intelektual)

    Hukum Keluarga - Perkawinan

    - Hubungan orang tua dengan anak

    - Pengangkatan anak

    - Perceraian

    - Harta perkawinan

    - Hukum waris

    2. HPI yang bersifat Adjektif (formil)

    Berhubungan dengan beracara.

    Antara lain :

    1. Kualifikasi

    2. Persoalan pendahuluan

    3. Penyelundupan hukum (mencari hukum yang lebih menguntungkan dengan

    menggunakan hukum yang tidak seharusnya digunakan)

    4. pengakuan hak yang telah diperoleh

    5. Ketertiban umum

    6. Asas Timbal balik (resiprositas)

    7. Penyesuaian (adaption)

    8. Pemakaian hukum asing

    9. Renvoi (penunjukan kembali kepada hukum asing)

    10. Pelaksanaan putusan Hakim

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    4

  • LANGKAH AWAL PENYELESAIAN PERKARA HPI

    Dalam HPI dikenal langkah awal dalam penyelesaian sengketa yang antara lain

    meliputi :

    1. Titik taut primer

    2. Kualifikasi

    3. Titik taut Skunder

    Titik Taut

    Istilah asingnya

    - point of contract

    - connecting partner

    - aanknoping punten

    Titik taut adalah factor-faktor yang berguna untuk menentukan kaitan pokok perkara

    dengan sistem hukum kaidah hukum tertentu.

    Contoh titik taut : lex loci actus, lex rei sitae, locus contractus, locus solutionis.

    Ada 2 titik dalam mempelajari kasus-kasus HPI, antara lain :

    1. Titik taut primer

    - (Atau titk taut pembeda) yaitu suatu ukuran yang menyatakan apakah perkara

    tersebut adalah perkara HPI atau bukan.

    - Titik taut primer adalah unsur-unsur yang menunjukan bahwa suatu peristiwa

    hukum merupakan HPI atau bukan.

    - Titik taut primer dapat berupa :

    Kewarganegaraan

    Bendera

    Tempat kedudukan badan hukum

    Domisili

    Tempat kediaman, dll

    2. Titik taut Sekunder

    - Yaitu suatu ukuran yang menentukan hukum mana yang diberlakukan.

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    5

  • - Adalah factor-faktor yang menentukan berlakunya sistem hukum tertentu yang

    meliputi ;

    Pilihan hukum (choice of law)

    Tempat letaknya benda (lex sitae)

    Tempat dilaksanakannya perjanjian (lex loci solutionis)

    Tempat dilangsungkannya perkawinan (lex celebration)

    Tempat ditanda-tanganinya kontrak (lex contractus)

    Tempat terjadinya perbuatan melawan hukum (lex loci delicti commisi)

    Contoh kasus : Perkawinan Yuni Shara dan Siahaan di Australia.

    Titik taut primer :

    Dalam kasus ini dapat kita lihat bahwa telah dilakukan suatu perbuatan hukum

    (perkawinan) di Australia, maka merupakan kasus HPI.

    Titik taut sekunder :

    Berdasarkan hukum nasional maka secara materiil, maka perkawinan harus dilakukan

    berdasarkan KUHPdt. Berdasarkan hukum Australia maka secara materiil maupun

    formal harus diselesaikan dengan hukum Australia karena dilakukan dengan cara

    hukum Australia.

    Kualifikasi

    Adalah penggolongan peristiwa atau hubungan hukum kedalam kaidah-kaidah HPI dan

    hukum materiil.

    Sebagai contoh, misal; berkaitan dengan definifi domisili.

    Menurut hukum Indonesia, maka domisili diartikan sebagai tempat kediaman sehari-

    hari, sedangkan menurut hukum Inggris domisili diartikan sebagai domicilie of origin,

    domicie of independence dan domicile of choice.

    HPI mengenai 2 macam kualifikasi :

    1. Kualifikasi hukum (qualification of law)

    Yaitu penggolongan kaidah-kaidah hukum menurut kriteria yang telah ditentukan

    sebelumnya, misal: tidak memenuhi prestasi dalam suatu perjanjian maka

    dikategorikan sebagai breach of contract atau tort.

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    6

  • 2. Kualifikasi fakta (qualfication of fact)

    Yaitu penggolongan fakta-fakta menjadi satu atau beberapa peristiwa hukum

    tertentu.

    Beberapa mengenai kualifikasi dalam HPI :

    1. Kualifikasi menurut lex fori.

    Yaitu kualifikasi yang didasarkan pada hukum material Hakim.

    2. Kualifikasi menurut lex cause.

    Yaitu kualifikasi yang dilakukan sesuai dengan sistem dan aturan-aturan sesuai

    sistem hukum yang bersangkutan.

    3. Kualifikasi secara otonom.

    Yaitu kualifikasi yang didasarkan pada suatu perbandingan hukum.

    4. Kualifikasi secara bertahap.

    Yaitu kualifikasi yang dilakukan melalui beberapa tingkatan, yaitu :

    a. Qualification erstern Grades; berdasarkan lex fori

    b. Qualification zwetten Grades; berdasarkan lex cause

    5. Kualifikasi HPI.

    Memperhatikan tujuan HPI yang ditinjau dari latar belakang kepentingan HPI,

    yaitu: keadilan, ketertiban, kepastian hukum, dan kelancara pergaulan internasional.

    MENENTUKAN LEX CAUSE BAGI STATUS PERSONIL

    Pengertian

    Status Personil (menurut Sudargo Gautama) adalah kelompok kaidah-kaidah yang

    mengikuti seseorang dimanapun ia pergi.

    Status personil (menurut Purnadi Purbacaraka dan Agus Broto susilo) adalah kondisi

    atau keadaan suatu pribadi dalam hukum yang diberikan atau diakui untuk

    mengamankan dan melindung masyarakat dan lembaga-lembaganya.

    Dasar hukum status personil adalah pasal 16 AB.

    Cara penentuan Status Personil :

    1. Asas personalitas/ kewarganegaraan (lex patriae):

    - Berlaku hukum nasionalnya.

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    7

  • - Dianut di Indonesia dan negara-negara Eropa Kontinental (Civil Law)

    2. Asas teritorialitas/ domisili (lex domisili):

    - Tunduk pada hukum tempat dia berdomisili

    - Dianut di negara-negara Anglo Saxon (Common Law)

    Kewarganegaraan

    Menetapkan Kewarganegaraan seseorang merupakan hak mutlak suatu negara yang

    berdaulat.

    Kebebasan tersebut dibatasi oleh prinsip-prinsip umum Hukum Internasional mengenai

    Kewarganegaraan, yang berupa : konvensi-konvensi Internasional dan prinsip-prinsip

    yang secara Internasional diterima berkenaan dengan masalah Kewarganegaraan.

    Bentuk pembatasan:

    - Orang-orang yang tidak memiliki hubungan apapun dengan suatu negara tidak

    boleh dimasukan sebagai warga negara yang bersangkutan.

    - Suatu negara tidak boleh menentukan siapa-siapa yang merupakan warga negara

    suatu negara lain.

    Cara menentukan Kewarganegaraan :

    - Asas tempat kelahiran (ius soli). Kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh

    tempat kelahirannya.

    - Asas keturunan (ius sanguinis). Kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan

    keturunannya (mengikuti orang tua).

    Kedua cara dapat menyebabkan terjadinya apatride, bipatride dan multipatride.

    Kewarganegaraan Indonesia diatur dalam UU No. 62 Tahun 1958.

    Yang dianggap WNI adalah :

    - Orang yang lahir dari seorang WNI (pasal 1 ayat (1)); asas sanguinis.

    - Orang-orang yang lahir di wilayah RI, jika memenuhi persyaratan tertentu: ius soli

    secara terbatas.

    - Orang-orang yang berkehendak menjadi WNI dan memenuhi persyaratan-

    persyaratan yang ditetapkan UU ini (proses naturalisasi).

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    8

  • Pencegahan apartride :

    - Pasal 1 sub e : menentukan bahwa seseoarang yang dilahirkan dengan ayah yang

    tidak berkewarganegaraan (staatless), maka kewarganegaraannya mengikuti

    kewarganegaraan ibunya, bila ibunya adalah WNI.

    - Pasal 1 sub f : bila kedua orang tuanya tidak dikenal atau tidak diketahui, maka anak

    tersebut dianggap sebagai WNI.

    - Pasal 1 sub g : anak yang ditemukan di wilayah RI maka anak tersebut dianggap

    sebagai WNI.

    - Pasal 1 sub h : bila kedua orang tuanya tidak memiliki kewarganegaraan maka

    anaknya merupakan WNI.

    Pencegahan bipatride

    - Ketentuan khusus UU No. 62 Tahun 1958.

    - Undang-undang No. 2 tahun 1958 Tentang Perjanjian Bilateral RI-China tentang

    Kewarganegaraan keturunan cina, dimana sejak tanggal 20 Januari 1962 sudah

    dihapuskan dwi-kewarganegaraan WNI dan keturunan China.

    Asas kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat kelahiran.

    Cara perolehan dan hilangnya Kewarganegaraan dibahas dalam HTN dan HAN.

    Domisili

    Adalah negara/ tempat menetap menurut hukum dianggap sebagai pusat kehidupan

    seseorang (center of his life)

    Sistem hukum Inggris mempunyai keistimewaan dengan adanya 3 macam domisili :

    1. Domicilie of origin (DO)

    2. Domicilie of choice (DC)

    3. Domicilie by operatian of law (DL)

    Ad 1): Domicilie of origin (DO)

    Diperoleh seseorang pada waktu kelahirannya. Bagi anak sah maka DO-nya adalah

    negara dimana tempat ayahnya berdomisili pada saat dilahirkan. Bagi anak tidak sah,

    domisili ibunya lah yang menjadi DO-nya.

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    9

  • Bila sang ayah memiliki DC, maka yang menjadi domisili sang anak adalah DC

    ayahnya.

    Konsep DO yang dianut Inggris menyerupai konsepsi kewarganegaraan, karena

    dimanapun ia berada, hukum yang berlaku adalah hukum tempat ia berasal.

    Ad 2): Domicilie of Choice (DC)

    Sistem hukum Inggris memerlukan 3 syarat untuk memilliki DC :

    1. kemampuan (capacity)

    2. tempat kediaman (residence)

    3. hasrat atau itikad (intention)

    (Angka 1 dan 2 merupakan cakupan domisili menurut Eropa Kontinental, menurut

    Inggris sama dengan Habitual residence).

    Doctrine of revival (Inggris); jika seseorang melepaskan domisili semula tapi tidak

    mendapatkan domisili lainnya, maka DO-nyalah yang hidup kembali.

    Ad 3): Domicilie by Operation of the Law (DL)

    Adalah domisili yang dimiliki oleh pribadi-pribadi yang tergantung pada domisili orang

    lain (dependent). Ex : anak yang belm dewasa, Wanita yang berada dalam perkawinan,

    Orang-orang berada dalam pengampuan.

    Dalam hukum adat kita, maka istilahnya adalah keterikatan batin manusia dengan

    tanahnya.

    Beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai domisili menurut ketentuan Inggris :

    - Setiap orang harus memiliki domisili.

    - Hanya satu domisili untuk setiap orangnya.

    - Penentuan domisili seseorang dalam HPI di Inggris ditentukan oleh hukum Inggris

    (lex fori).

    Masalah Hukum

    Masalah Hukum yang berlaku bagi status personil orang, meliputi :

    1. Hukum perkawinan

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    10

  • 2. Harta benda perkawinan

    3. Peceraian

    4. Perwalian anak

    5. Wewenang Hukum

    6. Nama

    Ad 1): Hukum perkawinan

    Ada 2 syarat yang harus dipenuhi sehingga dapat dikatakan bahwa perkawinan

    termasuk dalam bahasan status personil :

    1. Syarat materiil

    Berkaitan dengan masalah kewenangan, syarat-syarat yang bersifat mutlak yang

    dapat menjadikan suatu perkawinan menjadi batal atau dapat dibatalkan.

    Kewenangan seseorang untuk menikah ditentukan oleh hukum nasionalnya.

    2. Syarat fomil

    Berkaitan dengan upacara perkawinan. Dilakukan menurut ketentuan-ketentuan

    hukum setempat. (lex loci celebrationis).

    Jika terjadi perbedaan kewarganegaraan maka hukum yang berlaku adalah hukum

    suami.

    Ad 2): Harta benda perkawinan

    Jika terdapat kewarganegaraan yang sama antara suami dan istri, maka yang berlaku

    adalah hukum nasional, tetapi jika keduanya berbeda kewarganegaran maka yang

    berlaku ialah hukum nasional suami.

    Ad 3): Peceraian

    Ada 3 pendapat :

    1. Apabila salah satu dari mempelai adalah warga negara asli, maka diakui perceraian

    yang diucapkan oleh Hakim dari negara dan tempat tinggal dari pihak mempelai

    yang bukan warga negara.

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    11

  • 2. Jika jika keduanya warga negara asli, maka keputusan cerai yang diperoleh diluar

    atas dasar yang tidak dikenal dalam hukum nasional warga negara tersebut sulit

    untuk diakui.

    3. Jika keduanya merupakan warga negara asli, tetapi salah satu diantara mereka

    bipatride, maka diakuilah perceraian dalam negara asing tersebut apabila

    kewarganegaraan itu merupakan yang efektif.

    Ad 4): Perwalian anak

    Jika berkenaan dengan renvoi, yang berlaku adalah hukum di mana anak itu berasal

    (nasionalitas si anak).

    Perwalian atas anak yang belum dewasa, yang berlaku adalah hukum dari kedua orang

    tuanya.

    Ad 5): Wewenang hukum

    Kemampuan atau ketidakmampuan seseorang untuk bertindak dalam hukum diatur oleh

    hukum nasional yang bersangkutan.

    Ad 6): Nama

    Untuk mengganti nama keturunanmaka ada 2 pendaat :

    1. Yang berlaku adalah asas nasionalitas dari orang tua anak yang namanya diganti.

    2. Asas domisili, yaitu berdasarkan pada tempat kediaman orang tua dan anak.

    Renvoi

    Timbul apabila hukum asing yang ditunjuk oleh lex fori menunjuk kembali kearah lex

    fori atau kepada hukum asing yang lain.

    Renvoi hanya dapat dilakukan satu kali.

    Lex Cause Bagi Status Personil Badan Hukum

    Negara yang menganut Common law system meniitikberatkan pada hukum dari negara

    tempat didirikannya badan hukum tersebut. (place of incorporation)

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    12

  • Negara yang menganut civil law system menitikberatkan pada hukum dimana kantor

    pusat manajemen beroprasi.

    Sebagai titik taut penentu (menurut Sudargo) :

    1. Teori inkorporasi

    2. Teori tentang tempat kedudukan secara statutair bahwa hukum yang berlaku adalah

    hukum yang ditentukan oleh statuen mengenai tempat kedudukannya.

    3. Teori tentang tempat kedudukan manajemen yang efektif (pusat beroperasi)

    MENENTUKAN LEX CAUSE BAGI BENDA

    Lex rei sitae mempunyai arti bahwa perkara-perkara yang menyangkut benda-benda

    tidak bergerak (unmoveable) tunduk pada hukum dari tempat dimana benda itu berada/

    terletak.

    Dasar hukum asas lex rei sitae adalah pasal 17 AB.

    Untuk benda bergerak maka sebelumnya tunduk pada asas mobilia personan sequuntur,

    yaitu benda-benda bergerak mengikuti status orang yang menguasainya. Namun

    selanjutnya benda bergerak pun akan berlaku asas Lex rei sitae.

    Pengecualian berlakunya asas lex rei sitae:

    Terhadap benda bergerak tidak berlaku jika :

    - Hukum dari pemegang hak atas benda tersebut tidak berkewarganegaraan.(asas

    nasionalitas).

    - Hukum dari tempat pemegang hak atas benda tidak berdomisili (asas domisili).

    - Bukan hukum dari tempat benda terletak (bukan lex situs).

    Terhadap benda tidak berwujud, tidak berlaku jika :

    - Kreditur atau pemegang hak atas benda tidak berkewarganegaraan. (lex patriae atau

    lex domisili).

    - Gugatan atas benda itu tidak diajukan (lex fori).

    - Tidak ada perbuatan perjanjian hutang piutang (khusus untuk perjanjian utang-

    piutang (lex loci contractus)

    - Yang sistem hukumnya tidak dipilih oleh para pihak dalam perjanjian yang

    menyangkut benda-benda itu (choice of law).

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    13

  • - Tidak ada yang memiliki kaitan yang paling nyata dan substansial terhadap

    transaksi yang menyangkut benda tersebut (the most substantial connection).

    - Pihak yang prestasinya dalam perjanjian tentang benda yang bersangkutan tidak

    tampak paling khas dan karakteristik (the most characteristic connection).

    Berkaitan dengan hukum mana untuk benda, maka HPI mengenal dua asas utama yang

    menetapkan kualifikasi itu harus berdasarkan :

    1. Hukum dari tempat gugatan atas benda itu diajukan (lex fori).

    2. Hukum dari tempat benda itu berada/ terletak (lex situs).

    MENENTUKAN LEX CAUSE BAGI CONTRACT

    Menentukan Hukum yang berlaku (lex cause) bagi kontrak, meliputi :

    1. Pilihan hukum (Choice of law).

    2. Hukum yang berlaku menurut lex loci contractus.

    3. Hukum yang berlaku menurut lex loci solutionis.

    4. Hukum yang berlaku menurut the proper law of the contract.

    5. The most characteristic connection.

    The proper law of contract (menurut Chesire) adalah hukum apa yang harus

    diberlakukan untuk mengatur masalah-masalah yang ada dalam suatu kontrak.

    Untuk menentukan The proper law of contract, maka berlaku asas-asas hukum, yaitu :

    1. Asas lex loci contractus

    2. Asas lex loci solutionis

    3. Asas kebebasan para pihak (dasar hukum bagi kita adalah 1338 KUHpdt)

    Pembatasan terhadap pilihan hukum:

    1. Bila Pilihan hukum dimaksudkan hanya untuk membentuk dan menafsirkan

    persyaratan-persyaratan dalam kontrak, maka kebebasan para pihak pada dasarnya

    tidak dibatasi.

    2. Pilihan hukumnya tidak boleh melanggar publict policy atau publict order

    (ketertiban umum) dari sistem-sistem hukum yang mempunyai kaitan yang nyata

    dan substansial.

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    14

  • 3. Pilihan hukum hanya dapat dilakukan terhadap suatu sistem hukum yang berkaitan

    secara substansial dengan kontrak.

    4. Pilihan hukum tidak boleh dimaksudkan sebagai usaha menundukan seluruh

    kontrak atau bagian tertentu dari kontrak mereka pada suatu sistem hukum asing,

    sekedar untuk menghindarkan diri dari suatu kaidah hukum yang memaksa dari

    sistem hukum yang seharusnya berlaku seandainya tidak ada pilihan hukum

    (penyuludupan hukum/ fraus legis).

    5. Pilihan hukum hanya dapat dilakukan untuk mengatur hak dan kewajiban yang

    timbul dari kontrak.

    6. Pilihan hukum ke arah suatu sistem hukum tertentu harus dipahami sebagai

    pemilihan ke arah kaidah-kaidah hukum intern dari sistem hukum yang

    bersangkutan.

    The most characteristic connection adalah suatu asas yang menentukan bahwa yang

    menjadi the prope law of contract adalah sistem hukum yang dianggap memberi sistem

    prestasi yang khas dalam suatu jenis kontrak tertentu, misal; dalam kontrak jual-beli

    maka hukum penjual dianggap lebih kuat (center of grafity). Sehingga hukum penjual-

    lah yang digunakan.

    MENENTUKAN LEX CAUSE BAGI PERBUATAN MELAWAN HUKUM

    Perbuatan melawan hukum yang diatur dalam pasal 1365 KUHPdt, adapun dikatakan

    perbuatan hukum, apabila mengandung unsur :

    1. adanya perbuatan yang mengandung kesalahan.

    2. adanya kerugian.

    3. adanya hubungan causal antara perbuatan dan kerugian.

    Berkaitan dengan perbuatan melawan hukum maka terdapat beberapa prinsip :

    1. Prinsip lex loci delicti commissi

    2. Prinsip lex fori

    3. Prinsip kombinasi antara lex loci dengan lex fori

    4. Prinsip lex loci delicti dengan pelembutan.

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    15

  • Ad 1): Prinsip lex loci delicti commissi

    Bahwa hukum yang berlaku bagi perbuatan melawan hukum adalah dimana perbuatan

    hukum tersebut dilakukan atau terjadi.

    Alasan-alasan prinsip ini; antara lain : 1. Alasan dipermudahnya menemukan hukum.

    2. Alasan perlindungan harapan sewajarnya bagi khalayak ramai

    Masyarakat suatu negara ingin memakai produk hukum nasional negaranya.

    3. Alasan preventive

    Oleh pembuat hukum agar perbuatan melawan hukum tersebut tidak dilakukan.

    4. Alasan demi kepentingan si pelanggar.

    Bahwa apa yang dipandang sah oleh hukum suatu negara tidak akan dianggap tidak

    sah oleh hukum negara lain.

    5. Alasan alasan Uniformitas keputusan.

    Akan menciptakan harmonisasi dari keputusan-keputusan.

    Alasan-alasan kontra prinsip ini, antara lain : 1. Tidak sesuainya hard and fast rule.

    Dalam penemuan hukumnya maka Hakim akan cendenrung tidak memperhatikan

    segala segi kehidupan hukum yang beraneka ragam dan fakta-fakta realitas

    kehidupan sekitar peristiwa yang bersangkutan (werktuiglijk).

    2. Perlindungan harapan publik.

    Bahwa kita tidak dapat mengatakan harapan itu harus dilindungi manakala belum

    ada kepastian hukum mengenai hukum yang akan diberlakukan.

    3. Prevensi yang relatif.

    4. Tidak ada kesatuan Universal.

    Bahwa prinsip ini tidak diakui secara universal.

    5. Sukarnya penentuan locus.

    6. Tidak sesuai dengan milleu sosial.

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    16

  • Ad 2): prinsip lex fori

    Bahwa penentuan kualitas suatu perbuatan hukum sebagai perbuatan melawan hukum harus ditentukan oleh forum hukum.

    Hal ini disebabkan karena kaidah-kaidah yang mengatur perbuatan melawan hukum dan akibatnya yaitu ganti kerugian yang sifatnya memaksa.

    Ad 3): prinsip kombinasi antara lex loci dan lex fori

    Harus memenuhi 2 syarat : 1. Actionality

    Yaitu seorang penggugat si Pengadilan Negeri harus dapat membuktikan bahwa

    tindakan penggugat merupakan suatu perbuatan yang membawa kewajiban untuk

    memberikan ganti kerugian.

    2. Justifiability

    Yaitu perbuatan yang dipersengketakan harus juga merupakan perbuatan yang

    melanggar hukum ditempat dimana perbuatan tersebut dilaksanakan.

    Ad 4): Prinsip lex loci delicti dengan pelembutan

    Merupakan prinsip lex loci commissi yang tidak diberlakukan secara kaku, melainkan dapat dilakukan perubahan seperlunya dalam pengevaluasian beratnya titik-titik taut

    yang bersangkutan.

    Cara menentukan tempat (locus) suatu perbuatan melawan hukum, ada beberapa teori : 1. Tempat terjadinya kerugian.

    2. Tempat dilakukannya perbuatan.

    3. Kombinasi dengan kebebasan memilih,

    Yaitu korban dapat memilih hukum manakah yang akan diterapkan.

    MENENTUKAN LEX CAUSE BAGI BENTUK FORMAL SUATU PERBUATAN

    HUKUM

    Asas yang berlaku bagi bentuk formil suatu perbuatan hukum adalah locus regit actum.

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    17

  • Bentuk formil dari perbuatan hukum merupakan sebagai sifat-sifat lahiriah yang harus dipenuhi waktu dilakukannya perbuatan-perbuatan hukum dan yang menentukan pada

    umumnya apakah perbuatan yang bersangkutan telah dilakukan secara sah atau tidak.

    Dasar hukum asas tersebut adalah pasal 18 AB : Bentuk dari tiap perbuatan ditentukan menurut hukum dari negara atau tempat, dimana perbuatan itu dilakukan.

    Suatu contoh pemakaian prinsip locus regit actum oleh pembuat UU BW Indonesia, dapat kita lihat dari pasal 183 BW :

    Perkawinan dari Warga Negara Indonesia di luar negeri, berlaku jika mengenai vorm-

    nya sesuai dengan lex loci celebrationis.

    Asas locus regit actum memiliki fungsi sosial : 1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat pada umumnya (kepentingan umum

    tidak dapat dikorbankan demi kepentingan individu).

    2. Perlindungan terhadap individu.

    Pengecualian berlakunya asas locus regit actum : 1. Apabila bertentangan dengan ketertiban umum.

    2. Untuk semua peraturan tentang bagaimana perbuatan-perbuatan itu harus dilakukan

    dihadapan atau dengan bantuan pejabat-pejabat negara (terhadap kaidah-kaidah

    yang bersifat publik dan juga perdata).

    Dalam hal ini yang berlaku adalah hukum dari negara yang pejabat-pejabatnya

    diikutsertakan dalam perbuatan-perbuatan yang bersangkutan (lex magistratus).

    3. Jika sifat dari perbuatan hukum tersebut bertentangan dengan hukum negara

    setempat, maka hukum negara setempat akan diabaikan.

    Contoh : pada benda tidak bergerak berlaku asas lex rei sitae, maka apabila terdapat

    perbuatan yang bertujuan untuk menciptakan, mengalihkan, mengubah atau

    menghapuskan hak-hak milik atau kebendaan atas benda-benda tidak bergerak,

    maka yang berlaku adalah hukum dimana benda-benda tidak bergerak itu berada

    tanpa memperhatikan apakah yang memiliki hak itu orang asing atau bukan.

    4. Apabila hukum nasional dari pihak yang melakukan penentangan dipakainya asas

    lex loci actus, maka lex loci actus tersebut tidak boleh digunakan.

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    18

  • KEDUDUKAN HUKUM ASING SEBAGAI LEX CAUSA

    Ada beberapa dasar teoritis yang menjadi dasar bagi berlakunya hukum asing, yaitu antara lain :

    1. Hukum asing ini dianggap sebagai suatu fakta, sebagai suatu hal yang seperti juga

    fakta-fakta lainnya, harus didalilkan dan dibuktikan dalam suatu perkara perdata.

    2. Hukum asing ini dianggap sebagai suatu hukum (law/ recht), yang oleh Hakim

    harus dipergunakan secara karena jabatan (lex officio).

    3. Hukum asing ini dimasukkan dalam lex fori dan karenanya dianggap menjadi

    bagian daripada lex fori (menurut teori inkorporasi atau resepsi, maka hukum asing

    ini harus dipergunakan karena jabatan).

    Pada pokoknya keputusan-keputusan luar negeri tidak dapat dilaksanakan (not enforceable) di Indonesia. Perdapat tersebut merupakan perwujudan asas kedaulatan

    territorial (principle of territorial souvereignity). Demikian bahwa perlu adanya suatu

    persetujuan internasional untuk dapat melaksanakan suatu hukum asing dalam suatu

    negara/ lex fori atau juga dengan penerapan prinsip resiprositas.

    Adapun ketentuan hukum yang menjadi dasar hukum bagi penerapan prinsip tersebut diatas adalah pasal 22a A.B., yang menyatakan bahwa kompetensi Pengadilan dan

    pelaksanaan keputusan-keputusan serta akta-akta otentik dibataskan oleh prinsip-prinsip

    yang dikenal dalam hukum antar bangsa.

    Pelaksanaan dari keputusan-keputusan asing hanya akan dimungkinkan jika disesuaikan dengan prinsip territorial sebagaimana tersirat diatas. Ketentuan lainnya adalah pasal

    436 R.V. :

    Kecuali dalam hal-hal yang ditentukan oleh pasal 724 WvK dan lain-lain perundang-

    undangan, tidak dapat dilaksanakan keputusan-keputusan yang diucapkan oleh Hakim-

    Hakim asing atau Pengadilan-pengadilan asing di Indonesia di dalam wilayah RI.

    Tidak semua keputusan dapat dilaksanakan di Indonesia, kebanyakan ahli hukum berpendapat bahwa pada umumnya keputusan-keputusan yang bersifat deklaratoir dan

    konstitutif dapat diakui dalam wilayah RI, karena keputusan-keputusan tersebut tidak

    memerlukan pelaksanaan.

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    19

  • Berkenaan dengan keputusan arbitrase, maka ketentuan yang mengaturnya adalah New York Convention 1958, yang selanjutnya bagi Indonesia sendiri pengaturannya diatur

    lebih lanjut dalam Keppres No. 34 Tahun 1981. Adapun yang berwenang menangani

    eksekusi adalah Pengadilan Jakarta Pusat.

    Hak-hak yang Telah Diperoleh

    Hak-hak yang telah diperoleh merupakan terjemahan langsung dari istilah yang dipergunakan dalam ilmu Bahasa Belanda verkregen rechten, dalam Bahasa Perancis

    dipergunakan istilah droit acquits, dalam Bahasa Jerman dipergunakan istilah

    wohlerworbene Rechte, dan dalam Bahasa Inggris dinamakan vested rights atau

    acquired rights. Istilah lain dalam Bahasa Indonesia diantaranya adalah pelanjutan

    keadaan hukum.

    Yang menjadi dasar hukum bagi pengakuan terhadap hak-hak yang telah diperoleh adalah tersirat dalam pasal 3 dan 16 A.B. engenai prinsip nasionalitas dan pasal 17 A.B.

    mengenai asas lex rei sitae.

    Sudargo berpendapat bahwa kita menjadi penganut teori vested rights yang qualified, artinya tidak dianut lagi secara mutlak, melainkan terbatas.

    Hukum Asing Sebagai Fakta

    Hukum luar negeri sebagai fakta belaka (non legal fact) dianut dalam negara-negara Anglo Saxon. Mengandung konsekuensi bahwa terhadap hukum asing tersebut harus

    didalilkan/ disebutkan dalam gugatan pihak yang berperkara dan kemudian harus

    dibuktikan bahwa hukum asing ini benar-benar adalah fakta dalam perkara tersebut.

    sebagai konsekuensi lain dari hukum luar negeri sebagai fakta adalah bahwa dengan

    demikian maka hukum domestik sajalah yang dianggap sebagai hukum.

    Hukum Asing Sebagai Hukum

    Hukum luar negeri sebagai suatu hukum dianut dalam negara-negara Eropa Kontinental. Hukum sebagai hukum mengandung konsekuensi :

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    20

  • - Tidak perlu diadakan pembuktian lagi, karena Hakim harus mempergunakan hukum

    asing tersebut karena jabatannya (ex officio), meskipun pemakaian hukum asing itu

    tidak didalilkan atau dibuktikan oleh pihak-pihak yang berperkara.

    - Hukum asing tersebut diperkenankan untuk diajukan pertama kali pada tingkat

    kasasi.

    Apabila Hakim tidak dapat menentukan isi daripada hukum asing, ada empat kemungkinan yang dapat dilakukan Hakim, yaitu :

    1. Hakim dapat mempergunakan lex fori.

    - Paling banyak dianut, baik di negara yang menganggap hukum asing sebagai

    fakta maupun sebagai hukum.

    2. Hakim mempergunakan suatu sangkaan hukum (rechts vermoeden) bahwa hukum

    asing bersangkutan adalah sama dengan lex fori.

    - Merupakan pemakaian lex fori secara tidak langsung.

    - Negara-negara Anglo Saxon pada umumnya membatasi fictie bahwa hukum

    asing adalah sama dengan lex fori pada negara-negara common law.

    3. Hakim mempergunakan hukum asing yang paling berdekatan dengan hukum asing

    bersangkutan.

    - Hukum dari sister state atau hukum dari negara yang termasuk dalam family

    hukum yang bersamaanlah yang dipergunakan.

    4. Hakim secara mudah mengalahkan pihak yang telah mendalilkan pemakaian hukum

    asing ini (gugatan ditolak).

    - Tidak memenuhi rasa keadilan.

    - Yang menjadi dasar pemikiran konsepsi ini adalah bahwa hukum asing ini

    dipandang sebagai fakta, dalam hal para pihak tidak berhasil membuktikannya,

    maka ia akan dikalahkan.

    Konsekuensi lainnya dalam hal hukum asing sebagai hukum adalah berkaitan dengan kasasi, yang dalam hal ini maka konsepsi hukum asing sebagai hukum telah membuka

    pintu untuk kasasi. Tetapi kebanyakan negara-negara Eropa Kontinental tidak

    menerimanya dengan alasan bahwa lembaga kasasi ini hanya dimaksudkan untuk

    membentuk dan mempertahankan kesatuan interpretasi daripada lex fori.

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    21

  • Pengecualian berlakunya hukum asing : 1. Ketertiban umum

    2. Penyelundupan hukum

    3. Penyesuaian

    4. Asas timbal balik dan pembalasan.

    Kasus White Sugar

    (Lihat : Catatan Kuliah Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional Arbitrase Dagang

    Internasional/ Arbitrase Komersial)

    Analisis dan Komentar : - Dari awal, maka kontrak tersebut tidak sah karena tidak memenuhi salah satu

    ketentuan mengenai sahnya perjanjian (Pasal 1320 KUHPerdata), yaitu suatu sebab

    yang halal (tepatnya terhadap causa yang dilarang Undang-undang).

    - Syarat suatu sebab yang halal merupakan syarat objektif, sehingga tidak

    dipenuhinya syarat ini menyebabkan perjanjian batal demi hukum.

    - Baik Pengadilan Indonesia maupun Pengadilan Inggris tidak berwenang untuk

    mengadili perkara, karena yang berwenang adalah Badan Arbitrase Gula.

    - Badan Arbitrase Gula tetap berwenang meskipun perjanjian batal demi hukum,

    karena terhadap klausul arbitrase berlaku asas severability.

    - Putusan arbitrase asing yang bertentangan dengan kepentingan umum tidak dapat

    dilaksanakan di Indonesia.

    - Dasar hukum Peraturan MA No. 1 Tahun 1990; UNCITRAL Model Law on

    International Commercial Arbitration Pasal 36 ayat (1) b, bagian II Konvensi New

    York Tahun 1958 pasal V ayat (2) b.

    - Kesimpulan; ketika vested rights bertabrakan dengan public policy, maka yang

    menang (didahulukan) adalah public policy.

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    22

  • REFERENSI

    - Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional, oleh Bayu Setio, SH. LL.M.

    - Hukum Perdata Indonesia Buku I s/d VIII, oleh Prof. Dr. M. Sudargo Gautama.

    - Sendi-sendi Hukum Perdata Internasional Suatu Pengantar, oleh : Purnadi

    Purbacaraka, SH. dan Agus Brotosusilo, SH.

    - Dll.

    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact Hukum Perdata Internasional

    23

    HUKUM PERDATA INTERNASIONALMATERI PERKULIAHANPENDAHULUANPengertianSumber Hukum

    Penggolongan

    LANGKAH AWAL PENYELESAIAN PERKARA HPITitik TautTitik taut sekunder :KualifikasiMENENTUKAN LEX CAUSE BAGI STATUS PERSONILPengertianKewarganegaraanDomisiliMasalah HukumAd 1): Hukum perkawinanAd 2): Harta benda perkawinanAd 3): PeceraianAd 4): Perwalian anakAd 5): Wewenang hukumAd 6): NamaRenvoiLex Cause Bagi Status Personil Badan HukumMENENTUKAN LEX CAUSE BAGI BENDAMENENTUKAN LEX CAUSE BAGI CONTRACTMENENTUKAN LEX CAUSE BAGI PERBUATAN MELAWAN HUKUMAd 1): Prinsip lex loci delicti commissiAd 2): prinsip lex foriAd 3): prinsip kombinasi antara lex loci dan lex foriAd 4): Prinsip lex loci delicti dengan pelembutanKEDUDUKAN HUKUM ASING SEBAGAI LEX CAUSA

    Hak-hak yang Telah DiperolehHukum Asing Sebagai FaktaHukum Asing Sebagai HukumKasus White Sugar