ANALISIS Perdata

28
HUKUM PERKAWINAN

description

law

Transcript of ANALISIS Perdata

Page 1: ANALISIS Perdata

HUKUM PERKAWINAN

Page 2: ANALISIS Perdata

DEFINISI PERKAWINAN DAN HUKUM PERKAWINANATURAN HUKUM YANG MENGATUR

SEGALA SESUATU TENTANG PERKAWINAN

HUKUM PERKAWINAN TUNDUK PADA KETENTUAN YANG BERLAKU DALAM UU NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN YANG DISAHKAN TANGGAL 2 JANUARI 1974 DALAM LEMBARAN NEGARA NO. 1 TAHUN 1974 DAN DIIKUTI DENGAN PERATURAN PELAKSANA UU PERKAWINAN YAITU PP NO 9 TAHUN 1975

Page 3: ANALISIS Perdata

MENGAPA LAHIR UU PERKAWINANPolitik Hukum UU Perkawinan

Upaya pemerintah untuk melakukan Unifikasi unifikasi, uniformitas, dan homogenitas dalam bidang hukum perkawinan dengan tujuan agar kita memiliki UU Nasional yang mengatur secara khusus tentang perkawinan yang diberlakukan untuk seluruh warga negara

Page 4: ANALISIS Perdata

PENGATURAN HUKUM PERKAWINAN SEBELUM LAHIR NO. 1 TAHUN 19741. Bagi orang Indonesia asli yang beragama

Islam, berlaku hukum agama yang telah diresiplier dalam hukum adat

2. Bagi orang Indonesia asli lainnya berlaku hukum adat

3. Bagi orang Idonesia asli yang beragama Kristen berlaku HOCI (Huwelijke Ordonantie Kristen Indonesia)

4. Bagi orang Timur Asing Cina dan WNI Keturunan Cina berlaku KUHPerdata

5. Bagi orang Eropa dan WNI keturunan Eropa berlaku KUHPerdata

Page 5: ANALISIS Perdata

PENGERTIAN PERKAWINANDalam Pasal 26 KUHPerdata menyatakan

bahwa “UU memandang soal perkawinan hanya dalam hubungan Perdata”

Sedangkan dalam UU Perkawinan dikatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 UU Perkawinan)

Page 6: ANALISIS Perdata

Syarat melangsungkan PerkawinanAda kesepakatan antara pihak yang

melangsungkan perkawinan

Ada izin dari orangtua dalam hal belum mencapai usia 21 tahun

Telah mencapai usia 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki

Tidak ada hubungan darah

Page 7: ANALISIS Perdata

Asas dalam Hukum PerkawinanAsas Monogami

Asas yang mengatakan bahwa dalam perkawinan, seorang pria hanya mempunyai satu isteri dan sebaliknya. Dan keberlakuan ketentuan poligami dalam keadaan-keadaan tertentu yang telah diatur dalam UU Perkawinan

Page 8: ANALISIS Perdata

AKIBAT PERKAWINANAkibat Perkawinan Terhadap Harta

Kekayaan

Timbul harta bawaan dan harta bersama.

Suami atau istri masing-masing mempunyai hak sepenuhnya terhadap harta bawaan untuk melakukan perbuatan hukum apapun.

Suami atau istri harus selalu ada persetujuan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap harta bersama (Pasal 35 dan 36).

Page 9: ANALISIS Perdata

Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak

Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anaknya sampai anak-anak tersebut kawin dan dapat berdiri sendiri (Pasal 45).

Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendaknya yang baik.

Anak yang dewasa wajib memelihara orang tua dan keluarga dalam garis keturunan ke atas sesuai kemampuannya, apabila memerlukan bantuan anaknya (Pasal 46).

Page 10: ANALISIS Perdata

PENCEGAHAN PERKAWINANPengertian mencegah atau menghalang-

halangi perkawinan adalah suatu usaha untuk menghindari adanya suatu perkawinan yang bertentangan dari UU, pasal 13 sampai 21 UU No. 1 tahun 1974

Berdasarkan Pasal 13 UU Perkawinan No. I Tahun 1974 suatu perkawinan dapat dicegah berlangsungnya apabila ada pihak yang tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan

Syarat-syarat perkawinan yang dapat dijadikan alas an untuk adanya pencegahan perkawinan disebutkan dalam Pasal 20 UU Perkawinan No. I Tahun 1974

Page 11: ANALISIS Perdata

Pihak yang dapat melakukan pencegahan berlangsungnya suatu perkawinan adalah:Para keluarga dalam garis keturunan lurus

ke atas dan ke bawah

Saudara

Wali nikah

Wali

Pengampu dari salah seorang calon mempelai dan pihak-pihak yang berkepentingan

Page 12: ANALISIS Perdata

PEMBATALAN PERKAWINANpembatalan perkawinan juga terjadi apabila

para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan (Pasal 22).

Syarat-syarat yang tidak dipenuhi dimuat dalam Pasal 26 ayat (1) yaitu:

Perkawinan yang dilangsungkan dimuka pegawai pencatat perkawinan yang tidak berwenang.

Dilakukan oleh wali nikah yang tidak sah.

Tidak dihadiri oleh dua orang saksi.

Page 13: ANALISIS Perdata

Pembatalan perkawinan dapat diajukan oleh: Para keluarga dalam garis keturunan harus

ke atas dari suami/istri.

Suami atau istri.

Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan.

Pejabat berdasarkan Pasal 16 ayat (2)

Setiap orang yang mempunyai kepentingan hokum secara langsung terhadap perkawinan tersebut asal perkawinan itu telah putus.

Page 14: ANALISIS Perdata

Seorang suami/istri dapat juga mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila:

Perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman yang melanggar hukum.

Pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah sangka mengenai diri suami atau istri

Pembatalan suatu perkawinan dimulai setelah adanya keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hokum yang tetap dan berlaku sejak saat berlangsungnya perkawinan.

Page 15: ANALISIS Perdata

Pembatalan perkawinan terjadi setelah perkawinan dilangsungkan sedang akibat hukum dari adanya pembatalan perkawinan adalah:

Perkawinan itu dapat dibatalkan

Perkawinan dapat batal demi hukum artinya sejak semula dianggap tidak ada perkawinan, misalnya suatu perkawinan yang dilangsungkan di mana antara suami istri itu mempunyai hubungan darah menurut garis keturunan ke atas atau ke bawah ataupun satu susuan.

Page 16: ANALISIS Perdata

Akibat hukum pembatalan perkawinan terhadap anakAnak-anak yang dilahirkan dari perkawinan

tersebut tetap merupakan anak yang sah.

Suami atau istri yang bertindak dengan itikad baik, kecuali terhadap harta bersama bila pembatalan perkawinan didasarkan atas adanya perkawinan lain yang lebih dahulu.

Orang-orang ketiga lainnya tidak termasuk dalam point 1 +2 sepanjang mereka memperoleh hak-hak dengan itikad baik sebelum keputusan tentang pembatalan mempunyai kekuatan hukum tetap.

Page 17: ANALISIS Perdata

BERAKHIRNYA IKATAN PERKAWINANKematian

Perceraian

Penetapan Pengadilan

Page 18: ANALISIS Perdata

HUKUM WARISHubungan antara perkawinan dan hukum

waris.

Salah satu akibat hukum yang akan muncul dalam perkawinan adalah terjadi suatu proses yang dinamakan pewarisan

Hukum waris diatur dalam Buku ke II KUHPerdata (pasal 830-1130)

Page 19: ANALISIS Perdata

PENGERTIAN HUKUM WARISSUBEKTI

Hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang meninggal dunia

WIRYONO PROJODIKORO

Hukum waris adalah apa dan bagaimana berbagai hak dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih hidup

Pengertian secara umum

Hukum waris adalah hukum yang mengatur kedudukan hukum harta kekayaanis antara pewaris dan ahli waris

Page 20: ANALISIS Perdata

Istilah-istilah dalam hukum waris

Pewaris

Ahli Waris

Harta Warisan

Boedel

Testament

Legaat

Legitieme Portie

Legitimaris

Page 21: ANALISIS Perdata

Pengertian

Page 22: ANALISIS Perdata

UNSUR-UNSUR DARI RUMUSAN PENGERTIAN HUKUM WARIS Pewaris : Orang yang meninggal dunia yang

meninggalkan harta kekayaan

Ahli waris: orang yang menggantikan kedudukan pewaris di dalam kedudukannya terhadap warisan baik untuk seluruhnya maupun sebagaimana

Harta Warisan : Segala harta kekayaan dari orang yang meninggal dunia yang akan diberikan kepada ahli waris

Page 23: ANALISIS Perdata

PENGATURAN HUKUM WARISPengaturan Hukum Waris Di Indonesia Masih

Bersifat Pruralistis. Pengaturan hukum waris di Indonesia tunduk pada

1. Hukum Waris Barat (Di atur dalam KUHPerdata)

2. Hukum Waris Islam

3. Hukum Waris adat

Ketiganya memiliki prinsip yang berbeda berkaitan dengan kapan pewarisan terjadi, siapa ahli waris dan pembagian warisan

Page 24: ANALISIS Perdata

Syarat PewarisanKonsep dasar : Pewarisan akan terjadi jika

ada peristiwa kematian

Syarat sebagai ahli waris

• Mempunyai hak atas harta warisan, baik karena hubungan darah maupun testamen

• Ahli waris sudah harus ada pada saat pewaris meninggal dunia

• Tidak menolak warisan

Page 25: ANALISIS Perdata

Hak-Hak Yang dipunyai ahli waris:

Hak Saisine(Ps 833 ayat 1 KUHPerd)

Hak Hereditatis petitio (pasal 834 dan 835 KUHPerd)

Hak menuntut pembagian warisan(Ps 1066)

Hak untuk menolak warisan (Ps 1045 jo Ps 1051)

Page 26: ANALISIS Perdata

AHLI WARIS

A. Ahli waris ab intestato (ahli waris menurut UU) yang terdiri dari 4 golongan

Golongan 1 : suami/isteri yang masih hidup, anak dan keturunan pewaris (Ps 852 dan 852 a)

Golongan 2 : ayah dan ibu, saudara kandung (Ps 854-857)

Golongan 3: kakek dan nenek pewaris (850-853)

Golongan 4: saudara-saudara ayah dan ibu atau paman dan bibi pewaris(858 ayat 2)

Page 27: ANALISIS Perdata

Ahli waris testamen adalah ahli waris karena ditunjuk oleh pewaris melalui suat wasiat.

Beberapa macam surat wasiat, yaitu :

1. Wasiat Olografis

2. Wasiat Umum

3. Wasiat Rahasia

4. Codisil

Page 28: ANALISIS Perdata

PRINSIP DALAM PEWARISANGolongan 1 akan menutup hak mewaris

golongan II. Yang artinya bahwa golongan I tidak ada barulah golongan II yang akan menjadi ahli waris. Demikian dan seterusnya.

Cara memperoleh warisan :

1. Mewaris berdasarkan haknya

2. Mewaris berdasarkan penggantian