Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

29
TUGAS PENGANTAR HUKUM INDONESIA HUKUM PERDATA PERIKATAN HUKUM PERDATA PEMBUKTIAN DAN DALUWARSA Nama Kelompok : Steffani Sarah Pratiwi M (3014210416) Stefanus Nataprawira (3014210415) Tabriz dzaky d (3014210421) Victoria Noviani (3014210449)

description

Hukum Perdata menurut Hukum Perdata BW

Transcript of Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

Page 1: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

TUGAS PENGANTAR HUKUM INDONESIAHUKUM PERDATA PERIKATAN

HUKUM PERDATA PEMBUKTIAN DAN DALUWARSA

Nama Kelompok :

Steffani Sarah Pratiwi M (3014210416)Stefanus Nataprawira (3014210415)Tabriz dzaky d (3014210421)Victoria Noviani (3014210449)

Page 2: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

I. KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran tuhan yang maha esa,karena berkat limpah rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.dalam makalah ini kami membahas mengenai hukum perdata perikatan,hukum perdata pembuktian dan daluwarsa

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tugas ini mohon bimbingan ibu teti selaku dosen kami semoga ibu menerima tugas kami dengan baik

Akhir kata semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita sekalian

Jakarta, Agustus 2015

Page 3: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

II. DAFTAR ISI

I.KATA PENGANTAR........................................................................................ II. DAFTAR ISI..................................................................................................... III. PENDAHULUAN..............................................................................................1. Latar Belakang..............................................................................................IV PEMBAHASAN................................................................................................ a.  Kronologi Kasus......................................................................................... b. Alur Skema (Kronologi)………………………………………………………… c. Hukum Perikatan : Konsep Hukum Perikatan……………………………….d. Analisis Kasus............................................................................................ e.  Kesimpulan................................................................................................ V. PENDAHULUAN1.2 Latar BelakangA.Rumusan MasalahVI. PEMBAHASANa. Pembuktian pada umumnyab. Daluwarsa (verjaring) pada umumnyaVII. PENUTUPANa.KesimpulanDAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

Page 4: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

III. PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Perikatan dalam arti luas merupakan semua hubungan hukum antara dua pihak dimana pada pihak yang pertama memiliki hak dan pihak yang lain  memiliki kewajiban. Dengan berpegang pada perumusan seperti itu maka di dalamnya termasuk semua hubungan hukumyang muncul dari hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan, dimana disatu pihak ada hak dan yang lain ada kewajiban.Dalam Burgerlijk Wetboek (BW) yang kemudian diterjemahkan oleh Prof. R. Subekti, SH dan R. Tjitrosudibio menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), bahwa mengenai hukum kontrak atau perjanjian diatur dalam Buku III tentang Perikatan, dimana hal tersebut mengatur dan memuat tentang hukum kekayaan yang mengenai hak-hak dan kewajiban yang berlaku terhadap orang-orang atau pihak-pihak tertentu. Sedangkan menurut teori ilmu hukum, hukum kontrak atau perjanjian digolongkan kedalam Hukum tentang Diri Seseorang dan Hukum Kekayaan karena hal ini merupakan perpaduan antara kecakapan seseorang untuk bertindak serta berhubungan dengan hal-hal yang diatur dalam suatu perjanjian yang dapat berupa sesuatu yang dinilai dengan uang.Secara garis besar hal-hal yang di atur dalam buku III KUHPerdata meliputi; perikatan pada umumnya ; perikatan yang dilahirkan dari undang-undang, perikatan yang dilahirkan dari perjanjian, hapusnya perikatan, jual beli, tukar-menukar, sewa menyewa, persetujuan untuk melakukan pekerjaan, persekutuan, perkumpulan, hibah, penitipan barang, pinjam-meminjam, bunga tetap atau abadi, perjanjian untung-untungan, pemberian kuasa, penanggungan utang, dan perdamaian.

Page 5: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

IV. PEMBAHASAN

a. Kronologi Kasus

Bengkulu– Selasa, 17 November 2011 Pengadilan Negeri (PN) Bengkulu akhirnya mengeksekusi tanah milik Vita di Kelurahan Pasar Baru, ,Kecamatan Teluk Segara, Kabupaten Kota Bengkulu, Bengkulu.Sempat terjadi ketegangan saat proses eksekusi yang melibatkan puluhan aparat kepolisian ini, tapi tidak terjadi tindakan anarkistis. Saat proses eksekusi tanah tersebut,PN Bengkulu membawa sebuah truk untuk mengangkut barang-barang pemilik rumah untuk menghancurkan rumah yang tampak baru berdiri di atas tanah seluas 850 meter persegi. ”Kami hanya melaksanakan perintah atasan,” kata Juru Sita PN Bengkulu Ogik Saputra kemarin.Lokasi tanah yang berada di pinggir Jalan M.Hasan II ini merupakan tanah sengketa antara Vita dengan Habyb Vasco sebagai pemohon eksekusi. Kasus hukum yang telah berjalan selama tujuh tahun ini berawal dari masalah utang piutang yang dilakukan oleh kedua belah pihak, utang yang dimaksud disini adalah Vita berhutang tentang pembuatan sertifikat tanah serta tidak mau mengganti rugi uang yang sudah diberi oleh Habyb .Klien kami telah membeli tanah ini dan juga sebidang tanah milik Ibu Vita lainnya di daerah JalanWR.Sudirman seharga Rp475 juta.Total tanah ada 1028 meter persegi.Masalah-nya berawal saat termohon tidak mau diajak ke notaris untuk menandatangani akta jual beli, padahal klien kami sudah membayar lunas,” papar Titiek Danumiharjo, kuasa hukum  Habyb Vasco. Kasus ini sebenarnya telah sampai tingkat kasasi, bahkan peninjauan ulang. Dari semua tahap, Habyb Vasco selalu memenangkan perkara.Pihak Vita yang tidak terima karena merasa tidak pernah menjual tanah milik mereka, berencana menuntut balik dengan tuduhan penipuan dan pemalsuan dokumen.

Page 6: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

`b.     Alur Skema (kronologi)

1. Berawal dari utang piutang yang dilakukan oleh kedua belah pihak, utang yang dimaksud disini adalah Vita berhutang tentang pembuatan sertifikat tanah serta tidak mau mengganti rugi uang yang sudah diberi oleh Habyb. 

2. Masalah-nya berawal saat Vita tidak mau diajak ke notaris untuk menandatangani akta jual beli, padahal Habyb Vasco sudah membayar lunas

3. Habyb melaprkan Vita kepada ( PN), karena, Vita tidak mau pergi ke notaris untuk menandatangani akta jual beli, padahal dia telah membayarnya di Pengadilan Negeri (PN) Palembang. akhirnya mengeksekusi tanah milik Vita di Kelurahan Pasar Baru, ,Kecamatan Teluk Segara, Kabupaten Kota Bengkulu, Bengkulu.

4. Pihak Vita yang tidak terima karena merasa tidak pernah menjual tanah milik mereka,berencana menuntut balik dengan tuduhan penipuan dan pemalsuan dokumen.

Page 7: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

c.     Hukum Perikatan : Konsep Hukum Perikatan

1)      Pengertian PerikatanHukum perikatan diatur dalam buku II kitab undang-undang hukum

perdata yang terdiri dari 18 bab, 631 pasal dimulaio dari pasal 1233 KUH Perdata dan masing-masing bab dibagi dalam beberapa bagian.hukum perikatanyaitu keseluruhan peraturan peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan, di mana subjek hukum yang satu berhak atas prestasi, prestasi tersebut menurut KUH perdata, sebagaimana yang tercantum dalam Bab 1 pasal 1234 dan dapat berupa: menyerahkan suatu barang, melakukan suatu perbuatan dan tidak melakukan suatu perbuatan.Dari pengertian diatas, dapat ditarik beberapa unsur yang wajib dipenuhi agar hubungan antara dua subjek hukum itu dapat menimbulkan perikatan yaitu antara lain:

 Adanya kaidah hukum baik kaidah hukum tertulis (traktat dan yurisprudensi) maupun yang tidak tertulis yang meliputi kaidah hukum perikatan yang timbul, tumbuh dan hidup dalam praktek kehidupan masyarakat.

Adanya subjek hukum yaitu kreditor (orang yang berhak atas prestasi) dan Debitor ( badan yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi)

Adanya prestasiYaitu apa yang menjadi hak kreditor dan debitor Bersifat harta kekayaa Yaitu menyangkut hak dan kewajiban yang mempunyai nilai uang baik

yang berwujud maupun tidak berwujud.

2)      Sumber perikatan1.  Menurut pasal 1233 KUH Perdata, sumber perikatan adalah perjanjian

dan undang-undang,2.   menurut pasal 1353 KUH Perdata”perikatan-perikatan yang dilahirkan

dari undang-undang sebagai akibat perbuatan orang, terbit dari perbuatan halal atau terbit dari perbuatan melanggar hukum.

Perikatan Yang Bersumber Dari PerjanjianDalam pasal 1313 KUH Perdata dijelaskan bahwa perikatan yang dilahirkan dari perjanjian adalah suatu perbuatan dengan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih, baik perjanjian itu dibuat secara Cuma-Cuma ataupun dilahirkan atas bebabn yaitu perjanjian yang mewajibkan kepada masing-masing pihak untu saling memberikan atau berbuat sesuatu.

Perikatan Yang Dilahirkan Berdasarkan UUBerdasarkan pasal 1352 sampai dengan pasal 1380 KUH Perdataperikatan ini dibagimenjadi dua, yakni:·         Perikatan yang lahir dari undang-undangh saja·         Perikatan yang lahir perbuatan manusia, baik menyangkut perbuatan yang dibolehkan maupun perbuatan yang melanggar hukum.3)      Jenis-Jenis Perikatan

Berdasarkan berbagai ukuran-ukuran, maka didalam ilmu pengetahuan Hukum Perdata Perikatan itu dibedakan dalam berbagai jenis:a)      Dilihat dari prestasinya, maka dapat dibedakan :

Page 8: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

·         Perikatan untuk memberikan sesuatu·         Perikatan untuk bebuat sesuatu·         Perikatan untuk tidak berbuat sesuatu.

Perikatan untuk memberikan sesuatu (geven) dan untuk berbuat sesuatu (doen) dinamakan perikatan positif dan perikatan untuk tidak berbuat sesuatu (niet doen) dinamakan perikatan negative.

Dilihat dari subjeknya, maka dapat dibedakan: Perikatan tanggung menanggung Perikatan pokok dan tambahan Dilihat dari daya kerjanya, dapat dibedakan:

o Perikatan dengan ketetapan waktuo Perikatan bersyarat

Undang –undang menentukan syarat-syarat yang tidak boleh dicantimkan pihak di dalam suatu perikatan. Apabila syarat itu dicantumkan, maka perikatan tersebut batal. Syarat-syarat tersebut adalah:a)      Bertujuan melakuakan sesuatu yang tidak mungkin terlaksana(ls. 1254 KUH Perdata)b)      Bertentangan dengan kesusilaanc)     Dilarang Undang-undangd)     Pelaksanaanya tergantung dari kemampuan orang yang terikat.4)     Syarat-Syarat Untuk Sahnya PerjanjianDalam pasal 1320 KUH Perdata disebutkan ada 4 syarat yang harus dipenuhi dalam sahnay perjanjian, yaitu:

Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya Cakap untuk membuat suatu perikatan Suatu hal tertentu Suatu sebab yang halal.Kedua syarat yang pertama dinamakan syarat subjektif, karna kedua syarat

tersebut mengenai subjek perjanjian, sedangakan syarat kedua yang terahir disebut dengan syarat objektif, karena mengenai objek dari perjanjian5)   Asas asas perikatan

a)      Asas konsesualismeb)      Asas pacta sunt servacac)      Asas krbrbasan berkontrak

6)  Hak Atas Benda Jaminana)   Jaminan kebendaan

Pada dasarnya jenis jaminan dapat dibedakan menajadi dua macam yaitu jaminan materiil atau kebendaan dan jaminan in materiil atau jaminan peroranganJaminan kebendaaan ialah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda yang berhubungan langsung dengan benda tertentu, dapat dip[ertahankan terhadap siapapun, dapat dialihkan dan selalu mengikuti bendanya, dalam arti bahwa yang mengikuti bendanya itu tidak hanya haknay tetapi juga kewenangan menjual bendanya dan hak eksekusi.

b)  Hak hipotikDi dalam KUH Perdata , hipotik diatur dalam Bab III pasal 1162 s.d. 1232. Hipotik ialah hak kebendaan atas suatu benda tak bergerak untuk mengambil penggantian dari benda bagi pelunasan hutang.

Page 9: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

c)      Sifat-Sifat HipotikPada pasal 1162 KUH Perdata menyatakan, suatui sifat hipotik secara umum sebagai berikut:

Bersifat kebendaanUndang undang menyebutkan bhawa hak hipotik mengikuti bendanya,

walau di tangan siapapun benda itu berada ( pasal 1163 (2) dan pasal 1198 KUH Perdata)·Azas accessoritas

Hipotik merupakan perjanjian accessoir artinya hak hipotik ini bukan hak yang berdiri sendiri, adanya dan hapusnya tergantung pada perjanjian pokok misalnya perjanjiam pinjam uangh.Azas prefenHak hipotik merupakan hak yang lebih didahulukan pemenuhanya dari piutang yang lain (pasal 1133, 1134 alinea 2, 1198 KUH perdata)Azas kemudahanMaksudnya ialah bahwa melalui hipotik mudah didahulukan eksekusi

1. Objeknya ialah benda-benda tetap2. Hak hipotik hanya berisi hak untuk melunasi hutang dari nilai benda

jaminan dan tidak memberi hak untuk menguasai bendanya3. Hipotik hanya dapat dibebankan atas benda orang lain4. Tebuka, maksudnya ialah bahwa setiap orang dapat meneliti hak hipotik

itu.5. Benda yang dihipotikkan situasinya harus jelas.

·         Azas hipotika)  Azas publikasi, yaitu mengaharuskan hipotik itu didaftarkan supaya diketahui oleh umum, hipotik didaftarkan pada bagian pendaftaran tanah kantor agrarian setempat.b) Azas spesifikasi, hipotik terletak di atas benda tak bergerak yang ditentukan secara khusus sebagai unit kesatuan, misalnya hipotik diatas sebuah rumah. Tetapi tidak ada hipotik atas pavelium rumah tersebut, atau atas sebuah kamar dalam sebuah rumah tersebut.Setelah berlakunya UU PA no.5 tahun 1160 serta PP. no. 10 tahun 1961 dan peraturan mentri agrarian no. 15 tahun 1961, benda tak bergerak yang dapat dibebani hipotik ialah hak miliki, hak guna bangunan, hak guna usaha

7) Cara mengadakan hipotikUntuk mengadakan hipotik perlu dipenuhi syarat-syarat yaitu harus ada perjanjian hutang piutang dan harus ada benda tak bergerak sebagai jaminan hutang. Setelah syarat tersebut dipenuhi lalu dibuat perjanjian hipotik secara tertulis dihadapan pejabatpembuat akta tanahatau disingkat PPAT (pasal 19 PP no. 10 tahun 1961).Hapusnya hipotik menuerut pasal 1209 KUH Perdata adalah

Karena hapusnya perikatan pokok Karena pelepasan hipotik oleh si berpiutang atau kreditur Karena penetapan oleh hakim. 

Page 10: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

d. Analisis kasusPerseteruan masalah sengketa tanah antara Vita dengan Habyb yang berawal dari utang piutang yang mana Vita tidak mau di ajak ke notaris untuk mendaftarkan tanah yang telah dibeli oleh Habyb kepada Vita yang akhirnya tanah Vita di eksekusi oleh Pengadilan Negri Bengkulu. Disini saya akan membahas kasus sengketa tanah ini dari aspek hukum perikatan terlebih dahulu. Apabila masalah dihubungakan dengan hukum perikatan, maka Dalam hukum perikatan apabila kita mengacu pada pasal 1320 ayat (1)KUH Perdatayang berisi: Untuk sahnya suatu perjanjian diperlikan empat syarat :

sepakatmereka yang mengikatkan dirinya; kecakapan untuk membuat suatu perikatan; suatu hal tertentu; suatu sebab yang halal.

antara kedua belah pihak yang mana dari kesepakatan itu menimbulkan adanya hukum yang mengikatnya. yang menentukan adanya perjanjian.Dalam kasus ini, Vita dianggap merugikan Habyb, karena sudah dianggap menipu berupa tidak maunya Vita membuat akta sertifikat tanah dan dari itu pula Vita tidak mau mengganti dengan uang, karena Vita beranggapan tidak pernah menjual tanah miliknya kepada Habyb, sertifikat adalah bentuk paling kuat dalam tataran pembuktian hukum (kepastian hukum)Dalam kaitanya dengan ini Seperti yang diterangkan di atas bahwa Vita tidak memenuhi perikatan  dengan susilowati berawal ketika juminten tidak mau di ajak kenotaris untuk pembuatan sertifikat, padahal penyimpanan atau pendaftaran tanah hukumnya itu wajib demi terlaksananya kepastian hukum dan tertib administrasi pertanahan. Selanjutnya Vita juga dianggap ingkar janji atau tidak memenuhi perikatan tersebut., bentuk dari tidak memenuhi perikatan itu ada tiga macam. Yakni:

a)      Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan,b)      Debitur terlambat memenuhi perikatanc)      Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan

Dalam B.W. pasal 1366 yang berbunyi “ Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatanya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya”.Dalam hal-ini Vita termasuk orang yang tidak bertanggung jawab atas perbuatanya dan oleh sebab itu hukumlah yang memutuskanmya. Keputusan eksekusi tanah Vita diberikan oleh hakim PN Bengkulu yang mana kedudukan hakim disini adalah hakim berkuasa penuh atas keputusan yang diberikan, seperti yang tertera dalam dalam pasal 1309 B.W., eksekusi tanah ini termasuk eksekusi yang bersifat riel yang mana eksekusi secara riel itu hanya dapat diputuskan oleh hakim saja, sekaligus ini menjadi azas bahwa setiap orang itu tidak boleh untuk menjadi hakim sendiri.Selanjutnya, untuk berhati-hati dalam memutuskan suatu hukum, serta melihat keputusan hakim PN Bengkulu diatas, saya sedikit akan membahas kasus ini yang saya hubungkan dengan hak hipotik, apabila dihubungkan dengan hak hipotik  maka berlakulah azas yang mana hak hipotik termasuk bukan hak yang berdiri sendiri, adanya dan hapusnya tergantung pada perjanjian pokok misalnya pinjam uang. Dan juga berlaku azas kemudahan yakni kemudahan dalam megeksekusi. Itulah sebab-sebab mengapa tanah Vita di eksekusi oleh PN Bengkulu.

Page 11: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

e. Kesimpulan

dari hasil analisis diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Menurut kesepakatan awal mereka tentang perjanjian, maka apabila dihubungkan dengan pasal 1320 KUH Perdata, tentang sahnya perjanjian, perjanjian antara Vita dan Habyb adalah sah secar hukum.

2. Vita merugikan Habyb dalam segi yang pertama tidak bertanggung jawab atas perjanjian yang telah dilakukan, kedua Vita tidak mau mengganti rugi uang yang sudah diberikan Habyb kepadanya,.

3. Vita sudah menyalahi aturan hukum yakni tentang tidak maunya membuat akta sertifikat tanah seperti yang diharuskan oleh UU PA pasal 19 no. 5 tahun 1960.

4. Eksekusi tanah yang diputuskan Hakim PN Bengkulu kepada Vita ini menunjukkan adanya sifat hakim yang adil karena melihat perilaku Vita yang tidak mau bertanggung jawab atas perbuatanya.

Page 12: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

V .PENDAHULUAN

1. 2 LATAR BELAKANG

Pembuktian dan Daluarsa merupakan salah satu contoh yang sering terjadi didalam kehidupan manusia sehari-hari, dalam bernegara bahkan Dunia. Didalam makalah ini terdapat penjelasan-penjelasan mengenai pengertian Pembuktian dan Daluarsa, serta apasaja yang termasuk dan berhubungan dengan Pembuktian dan Daluarsa.

Page 13: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

A. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja alat bukti dalam hukum perdata?2. Apa pengertian dan macam daluwarsa?

Page 14: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

VI .PEMBAHASAN

a. PEMBUKTIAN PADA UMUMNYA

Menurut pasal 1865 KUH Perdata pembuktian pada umumnya setiap orang yang mengaku mempunyai suatu hak, atau menunjuk suatu peristiwa untuk meneguhkan haknya itu atau untuk membantah suatu hak orang lain, wajib membuktikan adanya hak itu atau kejadian yang dikemukakan itu.

Pada pasal 1866 KUH Perdata menjelaskan tentang alat pembuktian, meliputi:

a. Bukti tertulis;

b. Bukti saksi;

c. Persangkaan;

d. Pengakuan;

e. Dan sumpah.

a. Alat bukti tertulis

Alat bukti tertulis pada pasal 1866 KUH Perdata, sebagai alat bukti dalam urutan pertama, ada juga yang menyebutkan alat bukti surat. Hal ini sesuai dengan kenyataan jenis surat atau akta dalam perkara perdata, memegang peran yang penting. Semua kegiatan yang menyangkut bidang perdata, sengaja dicatat dan dituliskan dalam surat atau akta.

Surat-surat akte dapat dibagi lagi ats surat-surat akte resmi(authentiek) dan surat-surat akte di bawah tanganonderhands).

Surat akte resmi ialah suatu akte yang dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat umum yang menurut undang-undang ditugaskan untuk membuat surat-surat akte tersebut. Pejabat umum yang dimaksudkan itu ialah notaris, hakim, jurusita pada suatu pengadilan, pegawai pencatatan sipil (ambtenaar burgerlijke stand) dan sebagainya.

Page 15: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

Suatu akte di bawah tangan ialah tiap akte yang tidak dibuat oleh atau dengan perantaraan seorang pejabat umum. Misalnya, surat perjanjian jual beli atau sewa menyewa yang dibuat sendiri dan ditanda tangani sendiri oleh kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian itu. Jika pihak yang menandatangani surat perjanjian itu mengakui atau tidak menyangkal tanda tanganya, yang berati ia mengakui atau tidak menyangkal kebenaran apa yang tertulis dalam surat perjanjian itu, maka akte di bwah tangan tersebut memperoleh suatu kekuatan pembuktian yang sama dengan akte resmi.

b. Alat bukti saksi

Alat bukti saksi seperti yang dijelaskan pada KUH Perdata pasal 1895 yaitupembuktian dengan saksi-saksi diperkenankan dalam segala hal yang tidak dikecualikan oleh undang-undang.

Sesudah pembuktian dengan tulisan, pembuktian dengan kesaksian merupakan cara pembuktian yang terpenting dalam suatu perkara yang diperiksa di depan hakim. Suatu kesaksian , harus mengenai peristiwa-peristiwa yang dilihat dengan mata sendiri atau yang dialami sendiri oleh seorang saksi. Jadi tidak boleh saksi itu hanya mendengar saja tentang adanya peristiwa dari orang lain. Selanjutnya tidak boleh pula keterangan saksi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang ditariknya sendiri dari peristiwa yang dilihat atau dialaminya, karena hakimlah yang berhak menarik kesimpulan-kesimpulan itu.

Kesaksian bukanlah suatu alat pembuktian yang sempurna dan mengikat hakim, tetapi terserah hakim untuk menerimanya atau tidak. Artinya, hakim leluasa untuk mempercayai atau tidak mempercayai keterangan seorang saksi

Page 16: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

.

c. Alat bukti persangkaan

Alat bukti persangkaan seperti yang dijelaskan pada KUH Perdata pasal 1915 yaitu persangkaan ialah kesimpulan yang oleh undang-undang atau oleh hakim ditarik dari suatu peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu peristiwa yang tidak diketahui umum.

Menurut prof Subekti, persangkaan ialah suatu kesimpulan yang diambil dari suatu peristiwa yang sudah terang dan nyata. Dari peristiwa yang terang dan nyata ini ditarik kesimpulan bahwa suatu peristiwa lain yang harus dibuktikan juga telah terjadi.

Dalam hukum pembuktian, ada dua macam persangkaan, yaitu persangkaan yang ditetapkan oleh undang-undang sendiri (wattelijk vermoeden) dan persangkaan yang ditetapkan oleh hakim (rechtelijk vermoeden).

d. Alat bukti pengakuan

Pengakuan yang bernilai alat buktimenurut pasal 1923 KUH Perdata memiliki pengertian pernyataan atau keterangan yang dikemukakan salah satu pihak kepada pihak lain dalam proses pemeriksaan suatu perkara, pernyataan atau keterangan itu dilakukan di muka hakim atau dalam sidang pengadilan, keterang itu merupakan pengakuan (bekentenis, confession), bahwa apa yang didalilkan atau yang dikemukakan pihak lawan benar untuk keseluruhan atau sebagian.

e. Alat bukti sumpah

Alat bukti sumpah merupakan alat bukti yang terakhir yang dijelaskan dalam pasal 1866 KUH Perdata. Dalam pasal 1929 KUH Perdata ada dua macam sumpah di hadapan hakim:

1. Sumpah yang diperintahkan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain untuk pemutusan suatu perkara; sumpah itu disebut sumpah pemutus;

2. Sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena jabatannya kepada salah satu pihak.

Pengertian sumpah sebagai alat bukti, adalah suatu keterangan atau pernyataan yang dikuatkan atas nama Tuhan, dengan tujuan:

Page 17: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

· Agar orang yang bersumpah dalam memberi keterangan atau pernyataan itu, takut ats murka Tuhan, apabila dia berbohong;

· Takut kepada murka atau hukuman Tuhan, dianggap sebagai daya pendorong bagi yang bersumpah untuk menerangkan yang sebenarnya.

b. DALUWARSA (verjaring) PADA UMUMNYA

Daluwarsa atau lewat waktu menurut pasal 1946 KUH Perdata ialah suatu sarana hukum untuk memperoleh sesuatu atau suatu alasan untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya waktu tertentu dan dengan terpenuhinya syarat-syarat yang ditentukan dalam undang-undang. Kemudian pada pasal 1967 KUH Perdata menjelaskan bahwa “semua tuntutan hukum, baik yang bersifat kebendaan maupun yang bersifat perorangan, hapus karena lewat waktu dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun, sedangkan orang yang menunjuk adanya lewat waktu itu, tidak usah menunjukkan suatu alas hak, dan terhadapnya tak dapat diajukan suatu tangkisan yang didasarkan pada itikad buruk”.

Selanjutnya pada pasal 1968 KUH Perdata, untuk para ahli dan pengajardalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan, tuntutan para penguasa rumah penginapan dan rumah makan, tuntutan para buruh yang upahnya harus dibayar dalam bentuk uang tiap-tiap kali lewat waktu yang kurang dari satu triwulan untuk mendapatkan upah mereka serta jumlah kenaikan upah itu, semua tuntutan ini lewat waktu dengan lewatnya waktu satu tahun.

Selanjutnya pada pasal 1969 KUH Perdata, tuntutan para dokter dan ahli obat-obatan,tuntutan para jurusita, tuntutan para pengelola sekolah berasrama, tuntutan para buruh kecuali mereka yang dimaksudkan dalam pasal 1968, semua tuntutan ini lewat waktu dengan lewatmya waktu dua tahun.

Selanjutnya pada pasal 1970 KUH Perdata, tuntutan para advokat dan pengacara, hapus karena lewat waktu dengan lewatnta waktu dua tahun,terhitung sejak hari diputuskannya perkara, hari tercapainya perdamaian antara pihak-pihak yang berperkara, atau hari dicabutnya kuasa pengacara itu, mengenai hal perkara yang tidak selesai, tak dapatlah mereka menuntut pembayaran persekot dan jasa yang telah ditunggak lebih dari sepuluh tahun. Kemudian tuntutan para notaris untuk persekot dan upah mereka, lewat waktu juga dengan lewatnya waktu dua tahun, terhitung sejak hari dibuatnya akta yang bersangkutan.

Page 18: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

Selanjutnya pada pasal 1971 KUH Perdata, tuntutan para tukang kayu, tukang batu, dan tukang lainnya, tuntutan para pengusaha toko, hapus karena lewat waktu dengan lewatnya waktu lima tahun.

Ø Ada dua macam Daluarsa atau Verjaring :

1. Acquisitieve Verjaring

2. Extinctieve Verjaring

a.1 Acquisitieve Verjaring

Acquisitieve verjaring adalah lewat waktu sebagai cara memperoleh hak milik atas suatu benda.

Ø Syarat adanya daluwarsa ini harus ada itikad baik dari pihak yang menguasai benda tersebut.

Seperti dalam pasal 1963 KUH Perdata:

“ Siapa yang dengan itikad baik, dan berdasarkan suatu alas hak yang sah, memperoleh suatu benda tak bergerak, suatu bunga, atau suatu piutang lain yang tidak harus dibayar atas tunjuk, memperoleh hak milik atasnya dengan jalan daluarsa , dengan suatu penguasaan selama dua puluh tahun “.

“ Siapa yang dengan itikad baik menguasainya selama tiga puluh tahun, memperoleh hak milik dengan tidak dapat dipaksa untuk mempertunjukkan alas haknya”.

Seorang bezitter yang jujur atas suatu benda ynag tidak bergerak lama kelamaan dapat memperoleh hak milik atas benda tersebut. Dan apabila ia bisa menunjukkan suatu title yang sah, maka dengan daluarsa dua puluh tahun sejak mulai menguasai benda tersebut.

Misalnya : Nisa menguasai tanah perkarangan tanpa adanya title yang sah selama 30 tahun. Selama waktu itu tidak ada gangguan dari pihak ketiga, maka demi hukum, tanah pekarangan itu menjadi miliknya dan tanpa dipertanyakannya alas hukum tersebut.

b.2 Extinctieve Verjaring

Page 19: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

Extinctieve verjaring adalah seseorang dapat dibebaskan dari suatu penagihan atau tuntutan hukum. Oleh undang-undang ditetapkan, bahwa dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun, setiap orang dibebaskan dari semua penagihan atau tuntutan hukum. Ini berarti, bila seseorang digugat untuk mebayar suatu hutang yang sudah lebih dari tiga puluh tahun lamanya, ia dapat menolak gugatan itu dengan hanya mengajukan bahwa ia selama tiga puluh tahun belum pernah menerima tuntutan atau gugatan itu.

Misalnya : Dheya telah meminjam uang kepada Syamsul sebesar Rp.10.000.000,00 . Dalam jangka waktu 30 tahun, uang itu tidak ditagih oleh Syamsul, maka berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, maka Dheya dibebaskan untuk membayar utangnya kepada Syamsul.

Ø Pelepasan lewat waktu seperti apa yang dijelaskan dalam pasal 1948 KUH Perdata yaitu pelepasan lewat waktu dapat dilakukan secara tegas atau secara diam-diam. Pelepasan secara diam-diam disimpulkan dari suatu perbuatan yang menimbulkan dugaan bahwa seseorang tidak hendak menggunakan suatu hak yang telah diperolehnya.

Pelepasan Daluarsa dibagi menjadi 2, yaitu :

Dilakukan secara Tegas

Seseorang yang melakukan perikatan tidak diperkenankan melepaskan Daluarsa sebelum tiba waktunya, namun apabila ia telah memenuhi syarat-syarat yang ditentuka dan waktu yang telah ditentukan pula, maka ia berhak melepaskan Daluarsanya.

Dilakukan secara Diam-diam

Pelepasan yang dilakukan secara diam-diam ini terjadi karena si pemegang Daluarsa tidak ingin mempergunakan haknya dalam sebuah perikatan.

Page 20: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

VII. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa:

v Dari pasal 1957 KUH Perdata bahwa jika seseorang ingin menambah dan memperpanjang waktu daluarsa dapat dilakukan apabila ia masih berkuasa atas kepemilikan benda tersebut terhitung dari waktu orang sebelumnya yang menguasai benda tersebut hingga dia sekarang, itu tidak menilai bagaimana orang tersebut mendapatkan benda itu baik melalui cuma-cuma atau dengan beban.

Dalam pasal 1959 mengandung arti bahwa orang yang menyewa, menyimpan dan sebagainya barang milik orang lain tidak dapat memperoleh kepemilikan barang tersebut dengan jalan daluarasa, meskipun dengn lewat waktu berapa lamanya, tidak akan mempengaruhi sedikitpun. Orang-orang yang menyewa, menyimpan dan sebagainya dapat memperoleh hak milik dengan jalan daluarsa dengan syarat hak penguasaan telah berganti dari orang sebelumnya sebelum dia.

Orang dapat memindahkan hak milik barang yang disewakan, digadaikan dan sebagainya dengan jalan daluarasa dengan syarat apabila orang yang mempunyai benda tersebut telah menyerahkan hak kepemilikan kepada penyewa dan lain sebagainya dan si penyewa dapat memiliki hak atas benda tersebut. Daluarsa dihitung dengan hari bukan jam dan daluarsa dapat diperoleh apabila hari terakhir dari jangka waktu yang telah ditentukan telah lewat.

v Daluarsa dipandang sebagai alat untuk memperolah sesuatu

Seseorang yang dengan itikad baik memperoleh atau mendapatkan suatu benda tidak bergerak, bunga dan sebagainya, memiliki benda tersebut selam tiga puluh tahun tanpa ada pihak yang lain yang nenggangu kenikmatannya, maka ia adalah pemilik sah atas barang-barang tersebut tanpa harus menunjukan alas haknya, yang sesuai dengan pasal 1963 KUH Peradata.

Dalam proses daluarsa itikad baik harus selalu ada pada setiap orang yang ingin memperoleh hak milik sedangkan orang yang menunjukkan bahwa ia tidak beritikas baik maka ia harus membuktikan bahwa dia bisa beritikad baik. Itikad baik cukup dilakukan pada waktu denda itu belum berpindah hak milik hanya berpindah hak miliknya pada dirinya.

Page 21: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

v Daluarsa dipandang sebagai alat untuk dibebaskan dari kewajiban

Segala tuntutan hukum hapus karena daluarsa, sedangkan dalam peradilan tidaklan seseorang menunjukkan pada persidangan bahwa adanya pengadilan karena haknya sia-sia saja, hal itu tidak di karenakan daluarsa tidak dapat di ganggu gugat tetapi sudah tercantum daluwarsanya masing-masing berdasarkan KUH Perdata.

Kemudian dapat pula disimpulkan bahwa:

Tujuan Lembaga Daluarsa :

1. Untuk melindungi kepentingan masyarakat.

2. Untuk melindungi pemegang daluwarsa atau si berhutang dengan jalan mengamankannya terhadap tututan yang sudah kuno.

Page 22: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

VII. DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosudibio, R.Subektim.. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Jakarta:T. Pradny Paramita.2001

Badrulzaman, Mariam Darus, “KUH Perdata Buku III; Hukum Perikatan Dengan Penjelasanya”Bandung: Penerbit Alumni,2003.

Saifullah, “Buku Ajar Hukum Perdata Di Indonesia”Edisi Revisi, Malang, 2007

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT Intermasa, 2003.

Dr. Saifullah, SH. M.Hum “Buku Ajar Hukum Perdata Di Indonesia”Edisi Revisi.(Malang, 2007)hlm.70

Dr. Saifullah, SH. M.Hum “Buku Ajar Hukum Perdata Di Indonesia”Edisi Revisi.(Malang: 2007)hlm.71.

Prof.Subekti,SH. Pokok-Pokok Hukum Perdata. (Jakarta:PT Intermasa, 2003)hlm.122.

R.Subektim Tjitrosudibio.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.(Jakarta: T. Pradnya Paramita 2001)hlm.344.

Prof. Dr Mariam Darus Badrulzaman, S.H “KUH Perdata Buku III; Hukum Perikatan Dengan Penjelasanya” (Bandung: Penerbit Alumni,2003). hlm 12.

Dr. Saifullah, SH. M.Hum “Buku Ajar Hukum Perdata Di Indonesia”Edisi Revisi.(Malang, 2007)hlm.72

R.Subektim Tjitrosudibio.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.(Jakarta T. Pradnya Paramita 2001)hlm.310

R.Subektim Tjitrosudibio.hlm.312

R Subekti dan Tjitrosudibio. hlm.346

Harahap, M. Yahya. Hukum acara perdata. Jakarta: Sinar Grafika.

Subekti, R. Pokok-pokok hukum perdata. Jakarta: Intermasa

Page 23: Perdata Buku 3 dan Perdata Buku 4

Soimin, Soedharyo. Kitab undang-undang hukum perdata. Jakarta: Sinar Grafika.