CHF
-
Upload
apri-rahmadani -
Category
Documents
-
view
229 -
download
3
description
Transcript of CHF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Definisi
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak lagi
mampu memompa darah kejaringan untuk memenuhi kebutuhan
metabolism tubuh walaupun darah balik masih normal. Dengan
kata lain ketidaksanggupan jantung untuk memompakan darah
dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi
dengan tekanan pengisian jantung yang tinggi atau kedua
duanya.1,2
2.2Etiologi2
Etiologi gagal jantung
1. Iskemik (70%)
Miokardial infraction
2. Non iskemia
Hipertensi
Penyakit katup
Alcohol
Takiaritmia
Miocarditis kemoterapi
Miopathy
2.3 Epidemiologi 2
Gagal jantung pertahun pada orang usia 45 tahun adalah
7,2 kasus per 1000 penduduk laki-laki dan 4,7 kasus per 1000
pendududk perempuan
1
2.4 Patogenesis gagal jantung1,2
2
Peninggian tekanan pengisian
Pada akhir systole terdapat sisa darah yang lebih banyak dari normal
Peninggian beban akhir
Gagal jantung
↑ Tekanan darah di vena pulmonalis dan PD kapiler paru
Ventrikel kanan masih sehat memompa
Pada fase diastole berikutnya maka sisa darah ini akan bertambah lagi denga darah yang masuk ke ventrikel kiri
↓curah jantung
Tekanan akhir diastole lebih tinggi
Timbul bendungan di atrium kiri
Transudasi cairan di kapiler paru
Cairan masuk keintersisial paru lalu ke alveoli
sesak
Ventrikel kanan tidak dapat kontraksi optimal
Bendungan atrium kanan dan vena cava superior dan
inferior
Penurunan curah jantung
Peningkatan system rennin angiotensin
Peningkatan hormone diuretik
vasokonstriksi↑ kontraktilitas
Mempertahankan tekanan darah
↑ aliran balik vena ke jantung (↑ beban awal)
Mekanisme kompensasi neurohormonal pada gagal jantung1,2
2.5Klasifikasi fungsional penderita jantung1,2
menurut New York Heart association (NYHA)
Kelas 1: bila penderita dapat melakukan aktifitas berat tanpa
keluhan
Kelas II: Bila penderita tidak dapat melakukan aktivitas lebih
berat dari aktivitas sehari-hari tanpa keluhan
3
Peningkatan kontraktilitas
↑ volume sirkulasi
Arteriolar
↑ laju debar jantung
venus
Curah jantung
↑ isi sekuncup
Edema perifer dan bendungan paru
Edema periferhepatomegalisplenomehgali
Kelas III: Bila penderita tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas IV: Bila penderita sama sekali tidak dapat melakukan
aktivitas apapun, penderita harus tirah baring.
2.6Manifestasi klinis 1,2
Gagal jantung kiri
1. Dyspnoe de effort
Sesak napas pada aktivitas fisik
2. Ortopneu
Sesak napas yang terjadi pada saat berbaring dan dapat
dikurangi dengan sikap duduk atau berdiri. Hali nin disebabkan
pada waktu berdiri terjadi penimbunan cairan di kaki dan
perut. Pada waktu berbaring maka cairan ini kembali ke
pembuluh darah dan menambah darah balik sehingga terjadi
sesak napas.
3. Dispneu Nokturnal Paroksisimal
Serangan sesak napas ini terjadi pada malam hari, pasien
yang sedang tidur terbangun karena sesak nafas. Berbeda
dengan ortopneu yang dengan cepat bisa disembuhkan
dengan perubahan dari posisi tidur ke posisi berdiri, maka
dispneu nocturnal paroksisimal memerlukan waktu agak lama,
kira-kira 30 menit.
Penyebab PND tidak jelas namun kemungkinan disebabkan oleh:
1. Menurunnya tonus simpatis
2. Darah balik yang bertambah
4
3. Penurunan aktivitas pada pusat pernapasan di malam hari.
4. Edema paru, keadaan ini merupakan suatu kesatuan atau
keadaan ini merupakan suatu kesatuan atau keadaan
tersendiri dan merupakan tingkat terberat dari gagal jantung.
Selain gejala diatas dapat pula penderita merasa sangat sesak,
takikardi, sesak, TD menurun, hemoptoe, berkeringat dingin,
pucat dan lain-lain.
Gagal jantung kanan
1. Edema perifer
2. Hepatomegali
3. Splenomegali
Gagal jantung kongestif
Secara klinis hal ini tampak sebagai suatu keadaan dimana
penderita sesak nafas disertai gejala-gejala bendungan cairan di
vena jugularis, hepatomegali, splenomegali, asites dan edema
perifer. Gagal jantung kongestif biasanya dimulai lebih dulu oleh
gagal jantung dan secara lambat diikuti gagal jantung kanan.
2.7Kriteria diagnosa2
Tanda dan gejala mayor
1. Paroksismal nocturnal dispnea
2. Kardiomegali
3. Gallop
4. Peningkatan venajugular
5. Reflex hepatojugular
6. Ronkhi
Tanda dan gejala minor
1. Edema pergelangan kaki
5
2. Batuk malam hari
3. Dispnea on effort
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Takikardi
Diagnosa 2 kriteria mayor atau 1 mayor + 2 minor
2.8Diagnosa banding2,3
1. Penyakit paru: pneumonia, PPOK, asma eksaserbasi akut,
infeksi paru berat
2. Penyakit ginjal: gagal ginjal akut atau kronik, SN, diabetik
nefropatik
3. Penyakit hati: sirosis hepatis
4. Sindrom hiperventilasi: psikogenik atau ansietas berat
2.9Tatalaksana1-3
Tindakan dan pengobatan pada gagal jantung ditujukan pada 5
aspek yaitu:
1. Mengurangi beban kerja
2. Memperkuat kontraktilitas miokard
3. Mengurangi kelebihan cairan dan garam
4. Melakukan tindakan dan pengobatan khusus terhadap
penyebab, faktor-faktor pencetus dan kelainan yang
mendasarinya
Tindakan umum
Beban awal (preload) dapat dikurangi dengan pembatasan
cairan , pemberian diuretic nitrat atau vasodilator lainnya. Beban
akhir/afterload dikurangi dengan obat-obatan vasodilator seperti
penghambat ACE (captopril dan lain-lain) prosazin dan hidralazin.
6
Kontraktilitas dapat ditingkatkan dengan obat-obatan inotropik
seperti dopamine dan dobutamin.
1. Mengurangi beban jantung dan kelebihan cairan
Untuk Mengurangi beban jantung dan kelebihan cairan
digunakan diuretic golongan tiazid dan loop diuretic. Diuretik
potassium sparring seperti spironolakton. Obat lain yang
mengurangi beban awal adalah vasodilator yang paling sering
digunakan nitrat (nitrogliserin). Efek utamanya dilatasi
pembuluh darah sehingga tekanan pembuluh baji paru serta
pengisian ventrikel turun.
2. Memperkuat kontraktilitas miokard
Obat-obat yang digunakan untuk memperkuat kontraktilitas
miokard (inotropik) adalah preparat digitalis,
aminsimpatometik seperti dopamine dan dobutamin dan
golongan inotropik seperti amrinon.
Digitalis meningkatkan kontraktilitas dengan membina kurva
frank starling yang lebih menguntungkan serta meningkatkan
curah jantung. Penggunaan digitalis terutama memperbaiki
curah jantung terutama pada keadaan dengan curah jantung
rendah dan pada gagal jantung dengan takiaritmia
supraventikel (fibrilasi atrium dan lain-lain)
Dopamine terutama baermanfaat pada gagal jantung dengan
hipotensi dimana efek vasokonstriksi perifer diharapkan akan
banyak membantu sirkulasi.
Dobutamin dapat bermanfaat pada gagal jantung berat
dengan tekanan baji tinggi namun tekanan sistemik dalam
batas normal.
Amniron menyebabkan penurunan tekanan pengisian ventrikel
kiri dan kanan meningkatkan curah jantung. Tahanan
pembuluh darah paru dan sistemik menurun dengan demikian
7
efeknya sama dengan kombinasi dopamine dengan
dobutamin. Amniron bermanfaat terutama pada gagal jantung
yang refrakter dengan pengobatan digoksin, diuretika dan
vasodilator.
Rekomendasi hasil penelitian
1. Pada gagal jantung NIHA kelas IV penggunaan diuretic,
digoksin dan penghambat ACE diperlukan mengingat usia
harapan hidup yang pendek .
2. Pada gagal jantung NIHA kelas III dan dalam irama sinus
dengan fraksi ejeksi kurang dari 35% diharapkan denga
pemberian diuretic dosis rendah (furosemid 40-80 mg),
digoksin pada penderita fibrilasi atrium maupun irama sinus,
penghambat ACE (captopril 25-75 mg atau enalapril 5 mg – 20
mg sehari), ISDN pada pasien dengan kemampuan aktivitas
terganggu atau dengan iskemia menetap. ISDN diberikan
secara bertahap dengan dosis rendah 10-15 mg 3 kali sehari,
dengan masa istirahat 8 jam sehari untuk mengurangi efek
toleransi.
Tindakan khusus
Tindakan khusus terutama ditunjukkan pada kelainan yang
mendasari gagal jantung. Pada gangguan mekanis akibat
stenosis katup valvuloplasti balon atau pembedahan perlu
dilakukan bila keadaan memungkinkan. Angiografi koroner perlu
dilakukan pada penderita yang diduga menderita penyakit
jantung koroner. Pada waktu penatalaksanaan gagal jantung
berat, penatalaksanaan akan lebih terarah apabila dalam
dilakukan pemantauan hemodinamik terutama tekanan vena
sentral dan tekanan pembuluh baji paru. Ini dapat dilakukan
dengan pembuatan kateter Swan Genz.
8
Atrial fibrilasi
Atrial fibrilasi disebabkan berbagai focus diatrial, depolarisasi
atrial menjadi kacau, gelombang p halus, amplitude berubah-
ubah frekuensinya berkisar 400-700/menit (bukan gelombang
p). Respon ventrikel melalui konduksi AV normal terjadi
ireguler dengan frekuensi 100-160 x/menit.
9
A. Regurgitasi mitral
Definisi
Regurgitasi mitral adalah aliran balik abnormal dari
ventrikel kiri ke atrium kiri. Hal ini disebabkan oleh kerusakan
salah satu bagian dari apparatus katup mitral yang terdiri dari
anullus mitral, daun katup, korda tendean dan otot –otot
papilari. 4-6
Etiologi
Penyebab tersering regurgitasi mitral adalah prolapsus katup mitral, demam rematik, PJK, endokarditis infeksi, beberapa jenis obat dan penyakit kolagen vascular4-6
Pathogenesis 4-6
Pada regurgitasi mitral sejumlah stroke volume pada ventrikel kiri didorong kembali keatrium kiri yang memiliki tekanan rendah selama fase sistolik akhirnya cardiac output yang dipompakan keaorta lebih kecil dibandingkan total output ventrikel kiri sehingga terjadi peningkatan tekanan dan volume atrium, penurunan cardiac output , volume yang berhubungan dengan penurunan tekanan pada ventrikel kiri karena volume regurgitasi yang masuk lagi ke ventrikel kiri selama fase diastole bersamaan darah balik ke paru.
10
Klasifikasi mitral regurgitasi4-6
1. Mitral regugitasi akut
Pada mitral regurgitasi akut (misalnya akibat ruptur pada
chordate tendineae), overload yang tiba-tiba terjadi pada
atrium kiridan komplience atrium kiri mengalami
perubahan mendadak.
2. Regurgitasi mitral kronis
Terjadi secara perlahan-lahan dimana memberikan
kesempatan pada atrium melakukan perubahan-perubahan
sebagai kompensasi dari mengurangi efek regurgitasi pada
paru dimana atrium akan berdilatasi dan compliencenya
meningkat sehingga mampu menerima volume yang lebih
besar tanpa peningkatan tekanan yang lebih tinggi. Gejala
yang akan ditimbulkan berupa kelelahan dan lemah
sebagai lanjutan dari dilatasi atrium kronis akan terjadi
atrial fibrilasi.
11
Manisfestasi Klinis4-6
Jika berhubungan dengan penyakit jantung koroner dan
infark mikard akut (khususnya, infrak miokard inferior yang
dapat menyebabkan disfungsi otot papilari) regurgitasi mitral
akut biasanya disertai dengan tanda dan gejala gagal
jantung kiri, misalnya dyspnea, kelelahan, dan orthopnea. Pada
kasus-kasus tersebut, edema paru biasa pada atrium kiri dan
sistem vena pulmonalis.nya menjadi manisfestasi awal karena
overload volume yang cepat yang terjadi pada atrium kiri dan
sistem vena pulmonalis.
Pada regurgitasi mitral ditemuka adanya dyspnea, orthopnea,
PND, kelelahan dan tanda-tada gagal jantung kanan seperti
edema perifer.
Pada pemeriksaan fisik
Ditemukan palpasi apeks teraba lebih berpindah ke lateral ke
aksila karena pembesaran ventrikel kiri.
12
Pada auskultasi ditemukan adanya murmur pansistolik.
Karakteristik murmur yang ditemukan pada regurgitasi mitral
yaitu :
a. Kualitas biasanya high pitch
b. Lokasi
Biasanya terdengar di apeks. Murmur dapat menjalar
keaksila kiri atau region subskapula. Disfungsi katup
anterior menyebabkan murmur menjalar kepunggung dan
disfungsi katup posterior menyebabkan murmur menjalar
ke sternum.
c. Durasi
Biasanya bersifat holosistolik atau pansistolik. Murmur
dapat terbatas pada aawal systole pada regurgitasi akut.
Murmur dapat berada pada akhir systole pada prolapsus
katup mitral atau disfungsi otot papillary.
d. Intensitas
Pada regurgitasi mitral akut murmur systole tergantung
pada patofisiologi penyebabnya
Pemeriksaan penunjang4-6
1. Foto thoraks
Dapat terlihat edema paru pada regurgitasi mitral akut,
sedangkan pada regurgitasi mitral kronik biasanya
terdapat pembesaran ventrikel dan atrium kiri tanpa
disertai kongesti paru. Kalsifikasi mitral dapat terlihat
menandakan adanya mitral regurgitasi.
2. EKG
Iskemik atau infark pada lead inferior atau
posterior dapat ditemukan pada regurgitasi mitral
akut dengan ruptur otot papilari sebagai penyebab.
Pada mitral regurgitasi kronik dapat ditemukan
13
peningkatan voltase QRS dan perubahan ST serta T
pada lead perikordial lateral. Dimana ditemukan adanya
P negative pada V1 dengan atau tanpa gelombang P
bertakik lead II, III, AVF atrial fibrilasi ditemukan pada
stadium akhir
3. Ekokardiografi
4. Kateterisasi jantung
Dilakukan pada pasien stabil secara hemodinamik.
Penatalaksanaan
Setiap pasien dengan regurgitasi mitral harus dipikarkan
kemungkinan mengalami infark
1. Regurgitasi mitral akut berikan diuretic
2. Regurgitasi mitral kronis denga atrial fibrilasi
diberikan digoksin
14
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Sitompul B, Gagal jantung. Dalam Ritantono LI, Baraus,
editor dalam Buku ajar Kardiologi. Jakarta: Balai penerbit
FK-UI;115-125
2. Manurung D Gagal jantung . Dalam Sudoyo AW, Setiohadi
B, Alwi I, Simadibrata Mk, Setiadi S, editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Balai penerbit FK-UI;
2006. hal. 1508-10
3. Poerjoto P, Pengelolaan gagal jantung. Dalam pertemuan
dokter spesialis penyakit dalam. Semarang; Balai penerbit
UNDIP 2000.hal 132
4. Tilkian AG. Memahami bunyi dan bising jantung dalam
praktek sehari-hari.Jakarta Binapura aksara ;2005 hal 132
5. Sitompul B, mitral regurgitasi. Dalam Ritantono LI, Baraus,
editor dalam Buku ajar Kardiologi. Jakarta: Balai penerbit
FK-UI;140
6. Manurung D regurgitasi mitral . Dalam Sudoyo AW,
Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata Mk, Setiadi S, editor. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Balai penerbit
FK-UI; 2006. hal. 1572-75
16
17