Chapter Report SKINNER
-
Upload
devia-yusuf -
Category
Documents
-
view
102 -
download
1
Transcript of Chapter Report SKINNER
BAB I
PENDAHULUAN
Kepribadian merupakan sesuatu hal yang unik dalam diri individu.
Kepribadian yang dinamik merujuk kepada perubahan kualitas prilaku (karakteristik)
individu, dari waktu ke waktu atau dari situasi ke situasi. Kepribadian sebagai suatu
organisasi, artinya kepribadian lebih menekankan pemolaan bagian-bagian struktur
kepribadian yang independent yang masing-masing baggian memilki hubungan
khusus satu sam lainnya. Kepribadian sebagai system psikofisik berarti kebpribadian
mencakup kebiasaan, sikap, emosi, sentiment, motif, keyakinan yang merupakan
aspek psikis, sedangkan aspek fisik seperti system syaraf, kelenjar, tubuh individu
secara keseluruhan. Kepribadian sebagai determinan menunjukan peranan
motivasional system psikofisik yang mendaari kegiatan-kegiatan yang khas dan
mempengaruhi bentuknya dan yang terakhir kepribadian sebagai sesuatu yang unik
maksudnya merujuk kepada keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari
pola system psikofisiknya.
Kesemua unsur kepribadian yang disebutkan di atas adalah aspek-aspek yang
perlu dipahami oleh guru bimbingan dan konseling yang professional guna diterapkan
dalam proses bimbingan dan konseling. Baik dalam memberikan pelayanan dasar
bimbingan dan konseling, pelayanan responsive maupun layanan lainnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. ASUMSI DASAR
Skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar yang kemudian asumsi kedua dan
ketiga yang ia kemukakan menjadi asumsi psikologi pada umumnya.
1. Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (Behavior is lawful). Ilmu adalah
usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukkan bahwa peristiwa tertentu
berhubungan secara teratut dengan peritiwa lain.
2. Tingkah laku dapat diramalkan (Behavior can be predicted). Ilmu bukan
hanya menjelaskan, tetapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani
peristiwa masa lalu tetapi juga masa mendatang . teori yang berdaya guna
adalah yang memungkinkan dapat dilakukan prediksi mengenai tingkah laku
yang akan datang dan menguji prediksi itu.
3. Tingkah laku dapat dikendalikan (Behavior can be controlled). Ilmu dapat
melakukan antisipasi dan menentukan / membentuk sedikit / banyak tingkah
laku seseorang. skinner tidak hanya ingin tahu bagaimana terjadinya tingkah
laku, tetapi dia sangat berkeinginan untuk memanipulasinya.
Skinner menganggap, kemampuan memanipulasi kehidupan dan tingkah laku
manusia- keberhasilan mengontrol kejadian atau tingkah laku manusia- merupakan
bukti kebenaran suatu teori.
Dalam memahami dan mengontrol tingkah laku, Skinner memakai teknik
analisis fungsional tingkah laku (functional analysis of behavior); suatu analisis
tingkah laku dalam bentuk hubungan sebab akibat, bagaimana suatu respon timbul
mengikuti stimuli atau kondisi tertentu. Menurutnya analisis fungsional akan
menyingkap bahwa penyebab terjadinya tingkah laku sebagian besar berada di event
antecedent-nya atau berada di lingkungan.
B. JENIS – JENIS TINGKAH LAKU
2
Skinner tidak tertarik dengan variabel struktural dari kepribadian. Menurutnya
mungkin dapat diperoleh ilusi yang menjelaskan dan memprediksi tingkah laku
berdasarkan faktor-faktor tetap dalam kepribadian, tetapi tingkah laku hanya dapat
diubah dan dikontrol dengan mengubah lingkungan. Jadi Skinner lebih tertarik
dengan aspek yang berubah-ubah dari kepribadian, dibanding aspek struktur yang
tetap. Unsur kepribadian yang dipandangnya relatif tetap adalah tingkah laku itu
sendiri, ada dua tipe tingkah laku yakni :
1. Tingkah laku responden ; respon yang dihasilkan (elicited) organisme untuk
menjawab stimulus yang secara khusus berhubungan dengan respon.
Contohnya, seeokr tikus berlari dalam sebua labirin, seorang lelak berjalan
keluar.
2. Tingkah laku operan (operant behavior) ; respon yang dimunculkan (emitted)
organisme tanpa adanya stimulus khusus yang memaksa terjadinya respon.
Contohnya seeokr anjing mengeluarkan air liur saat melihat dan mencium
makanan; seseorang berkedip kerita matanya terkena tiupan udara.
Variasi dalam intensitas tingkah laku
Bagi Skinner faktor motivasional dalam tingkah laku bukan bagian dari
elemen struktural. Dalam situasi yang sama tingkah laku seseorang bisa berbeda-beda
dalam hal kekuatan dan frekuensi. Sebagai contoh, makan tidak selalu berlangsung
dengan intensitas yang sama. orang yang lapar dan bersemangat makan banyak bukan
karena dorongan rasa laparnya yang besar, tetapi bisa jadi karena dorongan memberi
energi pada tubuh.
Menurut Skinner Variabilitas intensitas tingkah laku itu dapat dikembalikan
pada lingkungan (environmental variable). Contohnya, pada jam makan
siang,seseorang mungkin makan dengan sangat banyak karena ia tidak makan sejak
malam sebelumnya, tetapi pada sore hari ia mungkin hanya memakan snack dan kopi
karena ia baru saja makan. Variable independennya adalah kekurangan makanan atau
3
lamanya waktu sejak terakhir kali makan; variable dependennya adalah kuantitas
yang dimakan; dan tidak ada hubungannya dengan dorongan kebutuhan atau drive.
Bagi Skinner, konsep motivasi yang menjelaskan variabilitas tingkah laku
dalam situasi yang konstan bukan fungsi dari keadaan enerji, tujuan atau jenis
penyebab semacamnya. Konsep itu secara sederhana dijelaskan melalui hubungan
sekelompok respon dengan sekelompok kejadian . penjelasan mengenai motivasi ini
juga berlaku untuk emosi.
MEMPREDIKSI DAN MERUBAH TINGKAH LAKU
PRINSIP PENGKONDISIAN DAN PEMBELAJARAN
Menurut Skinner cara yang efektif untuk mengubah dan mengendalikan
tingkah laku adalah dengan menggunakan penguatan (reinforcement), suatu strategi
kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau
sebaliknya (berpeluang untuk tidak terjadi) pada masa yang akan datang. Untuk
mengendalikan tingkah laku, terdapat dua strategi dasar yang digunakan untuk
mengubah dan mengatur konsekuensi atau penguatan yang tersedia di lingkungan
yakni :
a) Pengkondisian klasik, penelitian mengenai pengkondisian klasik pertama-
tama dilakukan oleh Ivan Pavlov. Suatu stimulus yang memunculkan
respon tertentu dioperasikan berpasangan dengan dengan stimulus lain
pada saat yang sama untuk memunculkan respon refleks. Sebagai contoh,
kita menebak seekor anjing ketika diperlihatan daging akan
mengeluarkan air liur. Kemudian, kita membunyikan bel sebelum daging
diperlihatkan. Pada mulanya, anjing hanya akan mengeluarkan air liur
ketika melihat makanan tetapi setelah beberapa kali percobaan, anjing
akan mengeluarkan air liur pada saat bell dibunyikan, meskipun sebelum
makanan disajikan.
Daging berperan sebagai penguat positif (positive reinforce) karena
kehadirannya meningkatkan peluar terjadinya respon yang dikehendaki.
4
Apabila pemberian daging dihentikan, selama beberapa waktu anjing
tetap mengeluarkan air liur setiap mendengar bel tetapi hubungan itu
semakin melemah sampai akhirnya bel tidak lagi mengeluarkan air liur.
Hal ini disebut proses pemadaman (extinction) yang menunjukkan
perlunya penguatan berkelanjutan.
b) Pengkondisian operan, Penelitian mengenai pengkondisian operan ini
mula-mula dikembangkan oleh E.L Thorndike. Penguat tidak berkaitan
dengan menimblkan stimulus. Sebaliknya, penguat berkaitan dan
mengikuti respon. respon yang dihasilkan atau dibangkitkan oleh karena
adanya stimulus.
PENGUATAN DAN MEMBENTUK TINGKAH LAKU
1. Pengaturan penguatan
Penguatan bisa bersifat positif bisa pula negatif. Penguat positif adalah
peristiwa atau sesuatu hal yang membuat tingkah laku yang dikehendaki berpeluang
untuk diulangi atau terjadi lagi. Sebagai suatu stimulus penguat positif biasanya
disenangi sehingga organisme berusaha agar stimulus itu muncul. Sementara, penguat
negatif adalah peristiwa atau sesuatu hal yang membuat tingkah laku yang
dikehendaki tidak terjadi lagi atau peluang terjadinya lebih kecil. Biasanya
stimulusnya tidak disenangi sehingga organisme berusaha menghindar atau membuat
stimulus itu tidak muncul.
Hadiah atau hukuman tidak selalu identik dengan penguatan positif atau
negatif. Hadiah merupakan akibat dari tingkah laku, sedangkan penguatan positif
merupakan peristiwa yang menyebabkan suatu tingkah laku diulangi lagi. Jadi pada
kesimpulannya hadiah selain bisa menjadi penguat positif bisa juga menjadi penguat
negatif.
Dalam memanipulasi tingkah laku, yang penting bukan hanya bentuk
penguatannya tapi juga bagaimana pengaturan pemberian penguatannya tersebut.
5
Penguatan yang diatur secara cermat memungkinkan untuk membentuk tingkah laku
yang diharapkan, ada beberapa tipe skedul pemberian penguatan yakni :
a) Penguat berkelanjutan (continuous reinforcement)
b) Interval tetap (fixed interval)
c) Interval berubah (variable interval)
d) Perbandingan tetap (fixed ratio)
e) Perbandingan berubah (variable ratio)
Penting untuk diingat bahwa tingkah laku yang tidak dikehendaki dapat
diperkuat tanpa sengaja, kuncinya adalah pada kesatuan atau keterdekatan penguat
dan bukan pada maksud dari pemberian penguatan.
2. Generalisasi dan diskriminasi
Generalisasi stimulus merupakan proses timbulnya respon dari stimulus yang
mirip dengan stimulus yang mestinya menimbulkan respon itu. Sedangkan
diskriminasi stimulus merupakan kemampuan untuk membedakan stimulus, sehingga
stimulus itu tidak diberi respon, walaupun mirip dengan stimulus yang diberi
penguatan. Generalisasi dan diskriminasi stimulus sangat penting dalam proses
belajar karena keduanya berperan sebagai sarana yang memungkinkan organisme
untuk mengetahui dan mengidentifikasi hal-hal baru.
3. Tingkah laku kontrol diri
Pengertian kontrol diri ini bukan mengontrol kekuatan di dalam ‘self’, tetapi
bagaimana ‘self’ mengontrol variabel-variabel luar yang menentukan tingkah laku.
Tingkah laku tetap ditentukan oleh variabel luar, namun dengan berbagai cara kontrol
diri berikut pengaruh variabel itu dapat diperbaiki, diatur dan dikontrol :
a) Memindah/menghindar (removing/avoiding)
b) Penjenuhan (satiation)
c) Stimuli yang tidak disukai (aversive stimuli)
d) Memperkuat diri (self-reinforcement)
4. Superstitious behavior
6
Suatu respon dapat berhubungan dengan penguatnya secara kebetulan, tanpa
menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas. Walaupun respon itu tidak nyata-
nyata menghasilkan penguatan yang dimaksud, tapi ternyata hubungannya sangat
kuat. Tingkah laku semacam itu disebut tingkah laku takhyul atau superstitious
behavior. Contohnya, atlet tenis yang selalu memakai raket lama yang dianggap
membuatnya menang, atau penyanyi yang mengantungi saputangan lusuh yang ia
anggap membawa keberuntungan dan membuat ia tidak gugup saat tampil.
C. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Konsep perkembangan kepribadian dalam pengertian menuju kematangan,
realisasi diri, transendensi dan unitas kepribadian tidak diterima oleh Skinner.
Memang ada kematangan fisik yang membuat orang menjadi berubah, lebih peka
dalam menerima stimulus dan lebih tangkas dan tanggap dalam merespon. Urutan
kematangan fungsi fisik yang sifatnya universal sesungguhnya memungkinkan
penyusunan periodisasi perkembangan kepribadian, namun tidak dilakukan Skinner
karena dia memandang pengaruh eksternal lebih dominan dalam membentuk tingkah
laku individu.
D. EVALUASI
Berbagai ide dan pemikiran Skinner dianggap terlalu radikal sehingga banyak
pengembangannya yang telah diperhalus. Dan bentuk yang lebih halus tersebut
ternyata diterima secara luas. Publik harus mengakui bahwa teori behaviorisme paling
berhasil dalam mendorong penelitian di bidang psikologi dibandingkan dengan
pendekatan teoretis lainnya. Berikut ini lima kritik terpenting terhadap teori Skinner :
1. Teori Skinner tidak menghargai harkat kemanusiaan. Manusia bulankah
mesin atau robot yang diatur oleh lingkungan semata, manusia memiliki
kesadaran untuk bertingkah laku dengan bebas dan spontan.
7
2. Generalisasi dari tingkah laku merpati mematuk makanan menjadi tingkah
laku manusia yang sangat kompleks dianggap terlalu jauh atau luas.
Konsep pengkondisian dianggap terlalu menyederhanakan permasalahan.
3. Gabungan pendekatan nomotetik dan idiografik dalam penelitian dan
pengembangan teori banyak menimbulkan masalah seputar metodologis.
4. Pendekatan Skinner dalam terapi tingkah laku secara umum dikritik hanya
mengobati simptom dan mengabaikan penyebab internal mental dan
fisiologis. Kritik itu mengklaim bahwa sering terjadi substitusi simptom;
munculnya simptom baru mengganti simptom (tingkah laku yang tidak
dikehendaki) yang hilang.
BAB III
IMPLIKASI TEORI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
A. PEMAHAMAN MENGENAI TINGKAH LAKU BERMASALAH
Pandangan Skinner mengenai perilaku bermasalah menginspirasi dunia
kesehatan mental (termasuk psikologi dan konseling) dalam memahami perilaku
menyimpang pada individu sehingga dapat mengidentifikasi dinamika kepribadian
yang terbentuk dalam diri individu tersebut. Tentu saja pemahaman semacam itu
membantu dalam menentukan bentuk penanganan yang diperlukan dalam
menyelesaikan permasalahan individu yang menjadi klien atau konseli.
Skinner berpendapat bahwa tingkah laku bermasalah berkembang dengan
prinsip yang sama dengan tingkah laku normal. Karena itu tingkah laku bermasalah
8
dapat diganti dengan tingkah laku normal dengan cara sederhana yakni memanipulasi
lingkungan. Konsep impuls id yang tertekan, inferiority complexes, anxiety, ego
defense, identity crises, konflik ego-superego, dianggap sebagai penjelasan yang
mengkhayal. Kelainan tingkah laku menurut Skinner merupakan kegagalan belajar
membuat seperangkat respon yang tepat. Kegagalan itu dapat berupa :
1. Kekurangan tingkah laku (behavior deficit)
2. Kesalahan penguatan (schedule reinforcement error)
3. Kesalahan memahami stimulus (failure in discriminating stimulus)
4. Merespon secara salah (inapropriate set of response)
Dapat disimpulkan bahwa tingkah laku bermasalah harus dipahami melalui
sejarah penguatan yang diterima seseorang. Tingkah laku bersejaran itu dapat diganti
dengan cara sederhana yakni dengan memanipulasi penguatan pada lingkungan,
mengikuti prinsip-prinsip pengkondisian responden dan operan.
B. TEKNIK-TEKNIK MODIFIKASI PERILAKU
Dalam ranah psikoterapi behaviorisme menyumbang andil besar yakni dengan
adanya modifikasi tingkah laku (behavior modification). B-mod adalah senjata atau
strategi untuk mengubah tingkah laku abnormal atau bermasalah.
Teknik-teknik modifikasi yang sudah diperbaiki dan disempurnakan dapat
diaplikasikan pada proses konseling behavioral baik terhadap kelompok maupun
individual, tentu saja dengan menyesuaikan nilai-nilai terapeutik yang terdapat dalam
teknik behavior modification dengan prinsip-prinsip dan hakekat konseling.
Berbagai teknik B-mod yang dapat diterapkan dalam layanan bimbingan dan
konseling antara lain :
1. Pembanjiran (Flooding)
2. Terapi aversi
9
3. Pemberian hadiah atau hukuman secara selektif (selective reward and
punishment)
4. Latihan keterampilan sosial (social skill training)
5. Kartu berharga (token economy)
6. Terapi obat-obatan (Skinner box)
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Sujanto dkk. (1982). Psikologi kepribadian. Jakarta : Aksara baru.
Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian. Malang : UMM Press
Feist, Jess & Gregory J. Feist. (2006). Theories Of Personality (Six ed.). New York:
McGraw Hill
Hall, Calvin S. & Garder Lindey. (1985). Introduction to Theories of Personality.
Canada: John Wiley & Son, Inc.
Suryadi, Sumabrata. (1996). Pikologi kepribadian. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
10
11