Chapter i

8
Universitas Sumatera PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi (Wikipedia, 2010). Secara ekologis, hutan mangrove dapat menjamin terpeliharanya lingkungan fisik, seperti penahan ombak, angin dan intrusi air laut sehingga

Transcript of Chapter i

Universitas Sumatera

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh

di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi

oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana

terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang

terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air

melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. Ekosistem

hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan

kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami

daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan

yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan

bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan

evolusi (Wikipedia, 2010).

Secara ekologis, hutan mangrove dapat menjamin terpeliharanya

lingkungan fisik, seperti penahan ombak, angin dan intrusi air laut sehingga

kehadiran hutan mangrove di tepi laut turut melindungi kawasan-kawasan

penggir laut dari ombak dan arus yang besar. Hutan mangrove juga dapat

menjamin terpeliharanya lingkungan biota menjadi tempat berkembangbiaknya

ikan, udang dan kepiting serta berbagai jenis burung dan mamalia lainnya. Fungsi

ekologis terpenting dari hutan mangrove adalah dalam siklus nutrien dan aliran

energi, dimana mangrove merupakan penghasil serasah yaitu materi organik yang

telah mati yang terdapat di lantai hutan yang tersusun atas tumbuhan mati dan

potongan organ. Hasil dari produksi serasah di mangrove berperan sebagai

bahan makanan

Universitas Sumatera

bagi makrobentos dan menyokong rantai makanan di hutan mangrove yang

terdiri dari ikan, krustasea, burung, mamalia kecil dan invertebrata serta

penghasil unsur hara bagi perairan sekitarnya. Bahan organik yang terbentuk di

kawasan hutan bakau turur dieksport ke ekosistem sekitarnya.

Hutan mangrove mempunyai kom binasi baik dalam hal

menghasilkan serasah dan laju dekomposisi. Hal-hal yang mempengaruhi, selain

faktor jenis tumbuhan, umur, iklim, perbedaan lingkungan dapat juga

mempengaruhi produksivitas serasa. Misalnya zonasi yang lebih dekat pantai

dan terkena pengaruh pasang surut secara langsung akan menghasilkan serasah

yang berbeda dibandingka n dengan zonasi yang jauh lebih dari garis

pantai dan terkena pengaruh pasang surut air laut (Handayani, 2004).

Serasah yang jatuh di lantai hutan mangrove mengalami proses

dekomposisi baik secara fisik maupun biologis, yang dapat menyuburkan

kawasan pesisir. Serasah yang sudah terdekomposisi tersebut berguna untuk

menjaga kesuburan tanah mangrove dan merupakan sumber pakan untuk

berbagai jenis ikan dan Avertebrata melalui rantai makanan fitoplankton dan

zooplankton sehingga keberlangsungan populasi ikan, kerang, udang dan lainnya

dapat tetap terjaga. Serasah mangrove yang terdekomposisi akan menghasilkan

unsur hara yang diserap oleh tanaman dan digunakan oleh jasad renik di lantai

hutan dan sebagian lagi akan terlarut dan terbawa air surut ke perairan

sekitarnya (Dewi, 2010).

Aliran energi di ekosistem mangrove bermula dari daun. Daun memegang

peran penting dan merupakan sumber nutrisi sebagai awal rantai makanan. Pada

ekosistem mangrove, rantai makanan yang terjadi adalah rantai makanan

detritus.

Universitas Sumatera

Sumber utama detritus berasal dari daun-daun dan ranting-ranting yang

telah membusuk. Daun-daun yang gugur akan didekomposisi oleh berbagai

jenis bakteri dan fungi. Bakteri dan fungi ini akan dimakan oleh sebagian

Protozoa dan Avertebrata lainnya dan kemudian Protozoa dan Avertebrata

tersebut akan dimakan oleh karnivor sedang, selanjutnya karnivor sedang ini

dimakan oleh karnivor yang lebih tinggi (Romimohtarto dan Juwana, 2001).

Proses dekomposisi dimulai dari proses penghancuran yang dilakukan oleh

makrobentos terhadap tumbuhan dan sisa bahan organik mati selanjutnya

menjadi ukuran yang lebih kecil. Kemudian dilanjutkan dengan proses biologi

yang dilakukan oleh bakeri dan fungi untuk menguraikan partkel-partikel

organik. Proses dekomposisi oleh bakteri dan fungi sebagai dekomposer

mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan bahan organik menjadi protein dan

karbohidrat.

Salah satu fungsi yang dapat mempertahankan kesuburan tanah hutan

mangrove adalah guguran serasah daun yang berada di lantai hutan yang akan

memberikan sumbangan bahan organik. Bahan organik yang diurai oleh

bakteri dan fungi berasal dari serasah daun R. mucronata. Serasah daun R.

mucronata yang terdapat di lantai hutan akan mengalami dekomposisi

sehingga menghasilkan unsur hara yang berperan dalam mempertahankan

kesuburan tanah serta menjadi sumber pakan bagi beberapa jenis ikan dan

invertebrata melalui rantai makanan fitoplankton dan zooplankton (Sunarto,

2003).

Universitas Sumatera

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengukur laju dekomposisi serasah daun R. mucronata pada berbagai

tingkat salinitas.

2. Mengetahui kandungan unsur hara nitrogen (N), fosfor (P) dan karbon (C)

yang terdapat pada serasah daun R. mucronata yang mengalami proses

dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas.

3. Mengetahui pengaruh fungi terhadap laju dekomposisi serasah daun

R. mucronata.

Manfaat Penelitian

1. Menentukan kecepatan laju dekomposisi serasah daun R. mucronata.

2. Menentukan kecepatan pelepasan bunsur hara C, N, P.

3. Bahan acuan untuk menentuka n tingkat kesuburan tanah serta

penentu lokasi yang sesuai untuk budidaya ikan dan udang di ekosistem

mangrove.

Hipotesis Penelitian

1. Serasah daun R. mucronata lebih cepat terdekomposisi pada tingkat

salinitas 20-30 ppt.

2. Unsur hara C, N dan P yang terdapat pada serasah daun R. mucronata

lebih cepat terdekomposisi pada tingkat salinitas 20-30 ppt.

3. Faktor fungi mempengaruhi laju dekomposisi serasah daun R. mucronata.