Chapter I

6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kegiatan industri menurut Ginting (2007) yang demikian pesat telah mulai menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, baik dampak fisik, kimia maupun sosial ekonomi dan budaya. Akhir-akhir ini kegiatan industri mulai menjadi perhatian masyarakat secara serius karena dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan karena menggunakan bahan baku yang tidak dapat dipulihkan, menggunakan bahan baku yang dapat merusak ekosistem dan membuang limbah yang dapat mencemari lingkungan hidup. Definisi lingkungan hidup menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup Pasal 1 (ayat 1) adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan definisi pencemaran lingkungan sebagaimana yang terdapat dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup Pasal 1 (ayat 12) adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Bahan buangan yang tidak diinginkan itu dilabeli dengan sebutan limbah. Limbah bisa berupa zat cair, padat dan gas. Di masa sekarang

Transcript of Chapter I

Page 1: Chapter I

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kegiatan industri menurut Ginting (2007) yang demikian pesat

telah mulai menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, baik dampak fisik,

kimia maupun sosial ekonomi dan budaya. Akhir-akhir ini kegiatan industri mulai

menjadi perhatian masyarakat secara serius karena dampak yang ditimbulkannya

terhadap lingkungan karena menggunakan bahan baku yang tidak dapat dipulihkan,

menggunakan bahan baku yang dapat merusak ekosistem dan membuang limbah

yang dapat mencemari lingkungan hidup.

Definisi lingkungan hidup menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang

Lingkungan Hidup Pasal 1 (ayat 1) adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lain. Sedangkan definisi pencemaran lingkungan sebagaimana yang terdapat

dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup Pasal 1 (ayat 12) adalah

masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain

ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai

ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai

dengan peruntukkannya. Bahan buangan yang tidak diinginkan itu dilabeli dengan

sebutan limbah. Limbah bisa berupa zat cair, padat dan gas. Di masa sekarang

Page 2: Chapter I

buangan yang memasuki lingkungan akan banyak berupa zat beracun dan berbahaya

(B3), yang jumlahnya akan semakin bertambah dan semakin beragam.

Pembuangan limbah tanpa melakukan proses pengolahan terlebih dahulu

karena adanya unsur kelalaian dan kesengajaan merupakan awal petaka bagi

pencemaran lingkungan. Wardhana (2001) menyatakan bahwa limbah yang

dihasilkan oleh suatu kegiatan industri selain dapat menyebabkan pencemaran

lingkungan, limbah tersebut juga berpotensi menimbulkan gangguan bagi kesehatan

manusia dan gangguan estetika. Secara umum dampak limbah industri dapat terjadi

secara langsung dirasakan oleh manusia maupun secara tidak langsung yaitu

terjadinya kerusakan lingkungan yang akhirnya berdampak terhadap manusia.

Menurut Mukhrizal (2006) mengingat besarnya dampak negatif yang dampak

ditimbulkan limbah terhadap penurunan kualitas lingkungan, pengolahan limbah

sangat diperlukan dan diharuskan bagi setiap industri. Dampak negatif pada manusia

dapat dinilai dengan adanya keluhan masyarakat terhadap keberadaan limbah

disekitar mereka. Keluhan tersebut dapat berupa gangguan pencernaan, penyakit kulit

dan sistem tubuh lainnya. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah nyata dalam upaya-

upaya pencegahan dan penanggulangannya. Berdasarkan pendapat Ginting (2007),

pencegahan adalah usaha menahan atau meniadakan zat pencemar dalam kegiatan

industri yang biasanya dilakukan pada saat proses produksi. Sedangkan

penanggulangan adalah suatu usaha dimana bahan pencemar telah memasuki

lingkungan atau setidak-tidaknya akan segera memasuki lingkungan, biasanya

dilakukan setelah proses produksi berlangsung.

Page 3: Chapter I

Namun, kenyataan yang sering terjadi di lapangan pihak perusahaan

beranggapan bahwa kajian lingkungan yang dilakukan untuk pengolahan limbah

industri merupakan biaya operasional tambahan yang seharusnya bisa tidak

dikeluarkan. Oleh sebab itu, banyak perusahaan yang tidak memanfaatkan

pengolahan limbahnya dengan baik sesuai undang-undang dan baku mutu yang telah

ditetapkan.

Salah satu industri yang limbahnya berkontribusi dalam pencemaran

lingkungan adalah industri perminyakan. Di Indonesia terdapat sebuah perusahaan

minyak terbesar di Indonesia milik Amerika Serikat yang bernama PT Chevron

Pacific Indonesia (CPI). Salah satu wilayah operasi perusahaan ini berada di pulau

Sumatera tepatnya di Provinsi Riau. Diantara beberapa daerah di Riau yang menjadi

lokasi pengeboran minyak Chevron adalah Duri. Perusahaan ini telah memulai

operasinya di Duri sejak tahun 1941 dengan rata-rata produksi minyak mentah

mencapai 200.000 barrel per hari.

Dari kegiatan pengeboran minyak ini salah satu limbah yang dihasilkan adalah

limbah lumpur bor. Limbah lumpur bor berpotensi menimbulkan dampak negatif

bagi lingkungan dan makhluk hidup apabila tidak diolah terlebih dahulu sebelum

dilepas ke lingkungan karena lumpur bor sengaja dibuat dengan berbagai campuran

bahan kimia. Dalam pengolahan limbah lumpur pengeboran, PT Chevron mempunyai

instalasi sendiri dengan menggunakan teknologi terbaik dibawah pengawasan dan

dikelola oleh tenaga yang berpengalaman dibidangnya. Perusahaan ini menggunakan

metode pengolahan limbah lumpur terpadu yang dikenal dengan Centralized Mud

Page 4: Chapter I

Treating Facility (CMTF) dalam pengolahan limbah lumpur bornya dan pengelolaan

diserahkan kepada subkontraktor. CMTF milik PT Chevron Pacific Indonesia

tersebar di lima titik di Riau, yaitu Arak, Bangko, Minas, Kota Batak dan Duri Field

area 6. Namun, dari kelima CMTF tersebut, CMTF Arak yang memiliki tantangan

yang lebih besar karena berbatasan langsung dengan masyarakat Sakai sehingga

sering kali isu pencemaran dialamatkan pada CMTF Arak.

Selama beroperasi CMTF telah mematuhi prosedur kerja berdasarkan

Standart Operasional Procedure (SOP) perusahaan yang disesuaikan dengan baku

mutu undang-undang lingkungan tentang effluent limbah lumpur yang diperbolehkan

dilepaskan ke lingkungan. Namun, kenyataan di lapangan pada saat-saat tertentu

terdapat suatu keadaan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti kebocoran

limbah lumpur, pengaruh alam ataupun ulah tangan-tangan jahil yang mengakibatkan

terjadinya perubahan kualitas lingkungan, khususnya kualitas air sungai Batang Pudu

yang berada di sekitar lokasi pengolahan lumpur CMTF Arak, dimana air sungai

tersebut sebagai sumber air bagi penduduk Sakai di desa Batang Pudu. Isu

pencemaran telah beberapa kali ditujukan pada CMTF Arak, kasus terbarunya terjadi

pada bulan Desember 2010.

Menurut beberapa media massa lokal yang meliput kejadian tersebut

menjelaskan bahwa CMTF Arak telah sengaja membuang limbah ke sungai Batang

Pudu sehingga menyebakan kematian ikan dan keluhan penyakit kulit. Kejadian ini

mengundang suatu reaksi protes penduduk ke PT Chevron karena dengan banyaknya

ikan yang mati menyebabkan mata pencaharian masyarakat terganggu.

Page 5: Chapter I

Pemeriksaan kualitas air sungai Batang Pudu pernah dilakukan oleh pihak

ketiga dan pemerintah terkait isu pencemaran tersebut. Salah satu pihak ketiga yang

ikut melakukan analisa adalah Tim Ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada

tahun 2007, menurut mereka dari hasil tes laboratorium yang dilakukan diperoleh

kesimpulan bahwa sungai Batang Pudu dinyatakan positif tercemar Limbah B3 yang

berasal dari CMTF Arak. Penyebab dari pencemaran ini adalah karena di sekitar

daerah pengolahan limbah tidak ada dinding pembatas kolam, sehingga limbah

meluap mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengetahui

bagaimanakah Sistem Pengolahan Limbah Lumpur Pengeboran Minyak Bumi di PT

Chevron Pacific Indonesia Duri dan analisis laboratorium effluent lumpur bor sesudah

pengolahan.

1.2.Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

Sistem Pengolahan Limbah Lumpur Pengeboran Minyak Bumi dan Kualitas Air

Olahan Lumpur Bor Setelah Pengolahan di PT Chevron Pacific Indonesia Duri”

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui sistem pengolahan limbah lumpur pengeboran minyak

bumi di PT Chevron Pacific Indonesia Duri, mengetahui kualitas air olahan lumpur

bor sesudah dilakukan pengolahan.

Page 6: Chapter I

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui kualitas air olahan lumpur pengeboran minyak bumi pada PT

Chevron Pacific Indonesia Duri sesudah pengolahan (COD, H2S, NH3,

Phenol, pH, Temperatur, Minyak dan Lemak, )

2. Mengetahui bagaimanakah sistem pengolahan limbah lumpur pengeboran

minyak bumi yang dilakukan PT Chevron Pacific Indonesia Duri

3. Mengetahui sarana dan peralatan yang digunakan dalam pengolahan

limbah lumpur bor di PT Chevron Pacific Indonesia Duri

1.4.Manfaat Penelitian

a. Menambah pengetahuan penulis dalam masalah penangganan limbah lumpur

pengeboran minyak bumi.

b. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran kepada pihak perusahaan

agar dapat meningkatkan pengawasan terhadap mutu limbah lumpur yang

dibuang ke lingkungan guna peningkatan kesehatan lingkungan.

c. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya dalam meningkatkan

proses pengolahan limbah lumpur pengeboran minyak bumi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat banyaknya bagian-bagian yang menanggani limbah yang

dihasilkan dalam proses pengeboran minyak bumi di PT Chevron Pacific Indonesia

Duri, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada bagian yang

menangani instalasi pengolahan limbah lumpur pengeboran.