Chapter I
Transcript of Chapter I
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penggunaan berbagai-bagai jenis obat-obatan dan bahan kimia dapat
menyebabkan penyakit-penyakit langka muncul lagi di dunia kesehatan. Gaya hidup
masyarakat saat ini yang banyak bergantung kepada obat-obatan seperti d-penisilin
dan captopril, jenis serangga dan virus yang bertambah virulensinya serta kasus-
kasus kanker baru yang terus bertambah menyebabkan penyakit yang jarang terjadi
seperti pemphigus vulgaris muncul. Pemphigus vulgaris adalah penyakit autoimun
yang faktor predisposisinya obat-obatan, gigitan serangga atau manifestasi lanjutan
dari kanker yang bermanifestasi awal di rongga mulut.1
Pemphigus vulgaris merupakan penyakit yang sangat jarang terjadi, di United
Kindom hanya 5 kasus per sejuta orang dilaporkan setiap tahun.2 Namun, ia
memberikan dampak yang sangat buruk kepada penderita sehingga dapat
menyebabkan kematian akibat infeksi yang menyeluruh atau sepsis pada pasien.3
Penelitian di Inggris menyatakan angka kematian pasien yang tidak mendapat
perawatan adalah 3 kali lebih besar berbanding pasien yang mendapat perawatan
dengan kortikosteroid.4
Penelitian epidemiologi terhadap 138 orang sampel yang menghidap
pemphigus vulgaris di Inggris, usia median bagi penghidap pemphigus vulgaris
adalah 71 tahun, berkisar diantara 21 hingga 102 tahun dan 91 orang yaitu 66%
Universitas Sumatera Utara
adalah wanita. Insiden pemphigus vulgaris 7 kasus per sejuta orang pertahun dan
terjadi peningkatan sebesar 11% kasus pemphigus vulgaris pertahun.4
Sebuah penelitian lain di pelbagai pusat Rumah Sakit pendidikan di Bulgaria,
Brazil, India, Israel, Italy, Spain, dan Amerika pada sampel berjumlah 126 orang
pasien pemphigus vulgaris, didapati lesi oral pada pasien Bulgarian kurang yaitu 66%
berbanding 92% pada pasien Israel dan 83 % pada pasien Itali. Distribusi penyakit
pada kulit dan membrana mukosa sama pada semua pasien dari semua negara yaitu
lesi kulit 50% dari pasien, lesi yang melibatkan membrana mukosa ialah 23% dan lesi
yang melibatkan kulit dan membrana mukosa adalah 27%.5
Penelitian di Asia, Iran menunjukkan angka insiden yang tinggi yaitu 10 per
sejuta orang pertahun berbanding Finland 7,6 per sejuta orang pertahun dan 6,7 per
sejuta orang pertahun di Tunesia namun Jerusalem lebih tinggi dengan 16 per sejuta
orang pertahun. Dalam penelitian yang dilakukan ke atas 29 orang dokter spesialis
kulit yang mempunyai pengalaman merawat pemphigus vulgaris selama 10 hingga 30
tahun didapati 2 per tiga dari mereka menegakkan diagnosis dengan melakukan
pemeriksaan histologi dan secara direct immunofloresensi. Kesemua spesialis ini
memulai perawatan dengan kortikosteroid saja ataupun dengan immunosupresor lain
yaitu 82,8% menambah adjuvan immunosupresor. Didapati 72,4% responden
memulai perawatan dengan dosis lebih dari 1,5 mg/kg/hari sedangkan 50% dokter di
Amerika dan United Kindom memulai perawatan dengan 1 mg/kg/hari. Kebanyakan
dokter di Iran dan beberapa negara Asian sering memulai perawatan dengan
prednisolone dosis tinggi ditambah dengan adjuvan. Seperti negara lain, azathioprine
selalu diberikan sebagai immunosupresif kerana murah, effisien dan aman bila
Universitas Sumatera Utara
dikombinasi dengan prednisolon. Enam puluh sembilan persen dari dokter ini
mengharapkan tidak perlu lagi penggunaan kortikosteroid dalam perawatan
sedangkan hanya 37% spesialis Eropah beranggapan sama. Dilaporkan 79.3% pasien
datang mendapatkan perawatan dalam 6 bulan timbulnya gejala, 17,2% diantara 6
bulan sampai setahun dan 3,4% melaporkan lebih dari setahun.6
Penyakit yang mempunyai gejala pada kulit dan juga mulut ini memberikan
dampak yang buruk kepada penderitanya. Lesi pada kulit dapat menyebabkan
terjadinya dehidrasi dan infeksi sedangkan lesi pada mulut yang menyakitkan dapat
menyebabkan malnutrisi dan memperparahkan dehidrasi akibat konsumsi cairan yang
berkurang.2 Lesi pada mulut yang menyakitkan ini pasti dapat menyebabkan pasien
tidak mampu menjaga kebersihan mulut dengan optimal sehingga membahayakan
gigi dan jaringan periodontal. Dalam usaha memecahkan masalah ini terutama yang
berkaitan dengan mulut akibat penyakit ini, maka diharap dokter gigi dapat
mendiagnosa, merawat pemphigus vulgaris dan dapat memberikan edukasi dengan
informasi yang tepat dan benar pada masyarakat sehingga terhindar dari kematian.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah mekanisme terjadinya pemphigus vulgaris?
2. Hal-hal apakah yang dapat memperberatkan kondisi pasien
pemphigus vulgaris?
3. Bagaimana perawatan dan efek samping perawatan pemphigus
vulgaris?
Universitas Sumatera Utara
4
4. Hal-hal apakah yang dapat dilakukan oleh penderita pemphigus
untuk memperbaiki kondisinya?
1.3 Tujuan penulisan
1. Mengetahui mekanisme terjadinya pemphigus vulgaris.
2. Mengetahui faktor predisposisi yang dapat merangsang terjadinya
pemphigus vulgaris.
3. Mengetahui perawatan yang perlu diberikan serta efek samping
perawatan.
1.4 Manfaat penulisan
1. Menambah pengetahuan tenaga kesehatan agar mereka mampu
untuk memberikan perawatan dan mengedukasi pasien bagi
mendapatkan perawatan lanjutan.
2. Membuka wawasan pemerintah dalam menyediakan fasilitas untuk
penelitian dan perawatan penyakit-penyakit yang berbahaya dalam
usaha mencapai Indonesia sehat 2010.
1.5 Ruang lingkup
1. Pasien pemphigus vulgaris meliputi pengertian, tipe, patogenesis,
gambaran klinis, diagnosa dan perawatan.
2. Laporan kasus.
Universitas Sumatera Utara