Case
Transcript of Case
Presentasi Kasus
Glaukoma Neovaskuler
Cindy Purnama 11-2014-027
Marco Rahardja 11-2013- 245
Adinda Elisabeth Sugio 11-2014-238
Pembimbing :
dr. Bambang , Sp.M
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Periode 18 Januari – 20 Februari 2016
RSUD Tarakan, Jakarta
I. IDENTITAS
Nama : Tn.S
Umur : 68 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Tukang Ojek
Tanggal pemeriksaan : 30 Januari 2016
II. ANAMNESIS
Auto anamnesis pada tanggal 30 Januari 2016 jam 10.30 WIB
Keluhan utama
Penglihatan mata kanan gelap sejak 1 minggu yang lalu
Keluhan tambahan
Mata kanan mulai buram sejak 2 bulan yang lalu dan sering merah dan berair
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh penglihatan mata kanannya menjadi gelap perlahan-lahan sejak 1
minggu yang lalu. Selain pandangan gelap, pasien juga mengeluh bahwa mata kirinya
terasa pegal, dan berair namun tidak merah. 2 bulan sebelumnya, pasien menyatakan
mata kanannya sering gatal, berair dan silau, dan mulai buram.
2 bulan sebelum ke rumah sakit, pasien menyatakan pandangan matanya kabur dan
sering kelihatan cahaya putih seperti awan. 1 bulan sebelum ke rumah sakit, mata
kanannya terasa pegal dan berdenyut-denyut dan diikuti dengan sakit kepala sebelah
kanan dan sampai ke kepala belakang.
Pasien menyatakan bahwa tidak pernah menggunakan kacamata baik untuk melihat
jauh ataupun membaca sebelumnya. Pasien mengaku tidak pernah mengalami trauma.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku tidak ada penyakit menahun seperti DM dan hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan.
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 80 kali/menit
Frekuensi Nafas : 20 kali/menit
Kepala/leher : pembesaran KGB preauriukuler (-)
Thorax, Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
STATUS OFTALMOLOGIS
KETERANGAN OD OS
1. VISUS
- Visus jauh NLP 20/30
- Pin hole - -
- Addisi - -
- Kaca mata lama - -
- Persepsi warna - +
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
- Ukuran Normal Normal
- Eksoftalmus - -
- Endoftalmus - -
- Deviasi - -
- Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
- Strabismus - -
- Nystagmus - -
3. SUPERSILIA
- Warna Hitam Hitam
- Simetris Normal Normal
- Tanda peradangan - -
- Rontok - -
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
GERAKAN
- Gerakan abnormal - -
- Membuka mata + +
- Menutup mata + +
- Ptosis - -
TEPI KELOPAK
- Ankiloblefaron - -
- Ektropion - -
- Entropion - -
KULIT
- Perubahan warna - -
- Tanda peradangan - -
- Perdarahan - -
- Edema - -
- Nyeri tekan - -
5. APPARATUS LAKRIMAL
SEKITAR GLANDULA LAKRIMALIS
- Perubahan warna - -
- Perubahan bentuk - -
- Tanda peradangan - -
- Pembesaran - -
- Nyeri tekan - -
SEKITAR SACCUS LAKRIMALIS
- Perubahan warna - -
- Tanda peradangan - -
- Nyeri tekan - -
- Fistula - -
- Uji flouresensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Uji regurgitasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Test Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
6. KONJUNGTIVA PALBEBRAE SUPERIOR
- Hiperemis - -
- Simblefaron - -
- Korpus alienum - -
7. KONJUNGTIVA PALBEBRAE INFERIOR
- Hiperemis - -
- Penonjolan - -
- Eksudat - -
- Anemis - -
- Litiasis - -
8. KONJUNGTIVA BULBI
- Sekret - -
- Injeksi Konjungtiva + -
- Injeksi Siliar - -
- Perdarahan
Subkonjungtiva/kemosis
- -
9. SKLERA
- Warna Putih Putih
- Ikterik - -
- Nyeri Tekan - -
10. KORNEA
- Kejernihan Jernih jernih
- Permukaan Rata Rata
- Ukuran 12 mm 12 mm
- Sensibilitas baik baik
- Infiltrat - -
- Keratik Presipitat - -
- Sikatriks - -
- Ulkus - -
- Perforasi - -
- Arcus senilis - -
- Edema - -
- Uji Flouresceins Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Test Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman Dalam Dalam
- Kejernihan Jernih Jernih
- Hifema - -
- Hipopion - -
- Efek Tyndall - -
12. IRIS
- Warna Coklat Coklat
- Kripte + +
- Sinekia - -
- Kolobama - -
13. PUPIL
- Letak Tengah Tengah
- Bentuk Bulat Bulat
- Ukuran 3 mm 3 mm
- Refleks Cahaya
Langsung
- +
- Refleks Cahaya Tidak
Langsung
- +
14. LENSA
- Kejernihan Tidak jernih Tidak Jernih
- Letak Ditengah Ditengah
- Test Shadow + +
15. PALPASI
- Nyeri tekan - -
- Massa tumor - -
- Tensi okuli N+/palpasi N/palpasi
- Tonometer schiotz 3/10 -
16. KAMPUS VISI
- Tes konfrontasi - Baik
17. BADAN KACA
- Kejernihan Jernih Jernih
18. FUNDUS OKULI Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- Batas - -
- Warna - -
- Ekskavasio - -
- Rasio Arteri : vena - -
- C / D rasio - -
- Makula lutea - -
- Eksudat - -
- Perdarahan _ _
- Sikatriks _ _
- Ablasio _ _
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anjuran pemeriksaan pada pasien ini adalah:
1. Profil gula darah (GDS, HbA1C, GD2PP)
2. Uji variasi diurnal
3. Uji kamar gelap
4. Gonioskopi
V. RESUME
Telah diperiksa wanita, Tn.S usia 68 tahun dengan keluhan utama pandangan mata
kanan gelap sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan tambahan mata kanan terasa pegal,
berair serta kepalanya pusing. Sebulan sebelum pandangan gelap, pandangan matanya
kabur seperti melihat awan.
Status Generalis : dalam batas normal
Status Oftalmologi :
OS OD
20/30 Visus NLPN/palpasi TIO N+/palpasi
3/10 = 50.6Tenang Cts TenangTenang Cti TenangTenang Cb TenangJernih C JernihDalam CoA Dalam
Bulat Ø 3mm RC + P Bulat Ø 3mm RC -Kripta +, Sinekia - I Kripta +, Sinekia -
Tidak Jernih L Tidak Jernih
VI. DIAGNOSIS KERJA
Glaukoma Neovaskuler
VII. DIAGNOSIS BANDING
a. Glaukoma primer sudut terbuka
b. Normopressure glaucoma
VIII. PENATALAKSAAN
1. Beta-blocker
R/ Timolol Maleat 5% ED Fl. No.I
S 2 gtt 1 ODS
2. Carbonic anhidrase inhibitor
R/ Asetazolamide tab. 250mg No. X
S 3 dd tab 1 pc
3. Supplemen kalium
R/ K L-aspartat tab 100mg N0.X
S 1 dd tab 1 pc
IX. PROGNOSIS
OS OD
Ad Vitam : dubia ad bonam malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam malam
X. TINJUAN PUSTAKA
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
penyakit mata yang ditandai dengan kerusakan saraf optik, biasanya dikarenakan
tekanan intraocular (intraocular pressure, IOP) yang terlalu tinggi (1).
ANATOMI DAN FISIOLOGI
SUDUT BILIK MATA DEPAN
Sudut bilik mata dibentuk oleh tautan antara kornea dan iris perifer, yang diantaranya
terdapat jalinan anyaman trabecular. Jalinan trabecular terdiri dari 3 bagian, yaitu:
a. Jalinan uveal
b. Jalinan korneaskleral
c. Jalinan endothelial
Sudut bilik mata yang dibentuk oleh jaringan korneo-sklera dengan pangkal iris, terjadi
pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata akan
terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi.
Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis
Schwalbe dan jonjot iris.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan disini
ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan
batas belakang sudut filtrasi Berta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman
trabekulamengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar
danuvea.
Pada sudut fitrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel
danmembran descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan mata keluar kesalurannya.
Sudut bilik mata depan yang sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut
tertutup,hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior perifer.
FISIOLOGI
Aquoeus humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan posterior
mata. Volumenya adalah sekitar 250 ul dengan komposisi serupa dengan plasma kecuali bahwa
cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang tinggi, juga protein dan urea
yang lebih rendah. Kecepatan pembentukannya yang bervariasi diurnal adalah 1,5-2 uL/men.
Aquoeus humor diproduksi oleh korpus siliare. Setelah memasuki kamera posterior,
aquoeus humor mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu ke jalinan trabekular di sudut
kamera anterior.
Aqueous humor memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1. Membawa zat makanan dan oksigen
2. Mengangkut zat buangan hasil metabolism pada organ di dalam mata yang tidak
berpembuluh darah
3. Mempertahankan bentuk bola mata
4. Menimbulkan tekanan intraokuler
Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar ukuran
pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase aquoeus humor juga meningkat.
Aliran aquoeus humor ke dalam kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-
saluran transelular siklik di lapisan endotel. Saluran eferen dari kanalis Schlemm menyalurkan
cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil aquoeus humor keluar dari mata antara berkas otot
siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran uveoskleral).
GLAUKOMA NEOVASKULAR
PENDAHULUAN
Diklasifikasikan sebagai bagian dari glaucoma sekunder. Glaukoma neovaskular merupakan
istilah yang digunakan untuk semua glaukoma yang disebabkan atau yang berhubungan dengan adanya
membran fibrovaskular yang terbentuk pada iris dan atau pada sudut bilik mata. Nama lain dari glaukoma
neovaskuler ini adalah glaukoma hemoragik, glaukoma kongestif, glaukoma trombotik, ataupun
glaukoma rubeotik.1,2 Neovaskuler ini timbul biasanya disebabkan oleh iskemik retina yang luas seperti
yang terjadi pada retinopati diabetika dan oklusi vena sentralis retina.3
Tanda dan gejala klinis glaukoma neovaskuler ini dapat berupa fotofobia, penurunan visus,
peningkatan tekanan intraokuler, edema kornea, neovaskularisasi iris yang awalnya tampak pada pinggir
pupil, ektropion uvea, dan penutupan sudut bilik mata oleh karena sinekia 4
Glaukoma neovaskuler merupakan glaukoma yang berpotensi merusak, dimana dengan
terlambatnya diagnosis dan penatalaksanaan yang tidak tepat dapat menyebabkan hilangnya penglihatan
total. Diagnosis dini penyakit ini sangat penting sekali yang harus diikuti dengan pengobatan yang cepat
dan segera. Dalam penanganan glaukoma neovaskular, penting untuk menangani dua hal, yakni
peningkatan tekanan intraokular (TIO) dan penyakit yang menyertainya.2
Glaukoma neovaskuler muncul sebagai komplikasi lanjut dari retinopati iskemik. Para ahli
menemukan bahwa vascular endothelial growth factor (VEGF) berperan penting dalam terjadinya
neovaskularisasi. Aktivasi reseptor VEGF memicu proses pertumbuhan sel endotel dan migrasinya dari
vaskularisasi yang sudah ada. Bevacizumab (avastin) merupakan antibodi monoklonal manusia yang
mampu berikatan dengan semua isoform VEGF. Pengurangan neovaskularisasi iris berhasil dilakukan
dengan injeksi Bevacizumab intravitreal. Hasil ini mendorong para ahli untuk menggunakan VEGF-
inhibitor sebagai terapi untuk glaukoma neovaskuler.5
DEFINISI
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sekunder sudut tertutup yang terjadi akibat pertumbuhan
jaringan fibrovaskuler pada permukaan iris dan anyaman trabekula yang menimbulkan gangguan aliran
humor akuos dan meningkatkan tekanan intraokuler.1,6
Glaukoma neovaskular terjadi jika terdapat proliferasi pembuluh darah baru pada permukaan iris,
hingga mencapai struktur sudut bilik mata depan dan menghalangi aliran humor akuos melewati anyaman
trabekulum. Retina yang hipoksia dan memiliki sirkulasi kapiler yang buruk diyakini merupakan hal yang
menginisiasi terjadinya glaukoma neovaskular ini.6,7
EPIDEMIOLOGI
Sepertiga pasien dengan glaucoma neovascular terdapat pada penderita retinopati diabetika. Frekuensi
timbulnya hal tersebut berhubungan oleh adanya tindakan bedah pada mata. Insiden terjadinya glaucoma
ini dilaporkan sekitar 25% – 42 % setelah tindakan bedah mata. Dan 10 % - 23 % terjadi pada 6 bulan
pasca operasi bedah mata.
ETIOLOGI
Pengetahuan tentang glaukoma neovaskular dimulai dengan ditemukannya hubungan
antara terjadinya neovaskularisasi pada iris dengan terdapatnya oklusi vena retina sentralis pada
tahun 1906. Istilah glaukoma neovaskular mulai digunakan pada tahun 1963, yang merupakan
suatu diagnosis dengan karakteristik ditemukannya pembuluh darah baru pada iris yang memicu
peningkatan tekanan intraokular.6
Prevalensi penyebab glaukoma neovaskular yang paling tinggi adalah oklusi vena retina
sentralis dengan prevalensi 36%, diikuti retinopati diabetik proliferatif dengan 32 % dan oklusi
arteri karotis dengan 13%.6
HISTOPATOLOGI
Pemeriksaan histopatologi mata dengan glaucoma neovaskuler tanpa menghiraukan
etiologinya didapatkan bahwa pembuluh = pembuluh darah baru timbul dari bantalan
mikrovaskuler (kapiler / venula) pada iris dan korpus siliar. Pembuluh darah tersebut muncul
pertama kali sebagai kuncup endotel dari kapiler sirkulasi arteri kecil.
PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS
Glaukoma neovaskular dalam perjalanan penyakitnya secara klinis akan terlihat membran
fibrosa yang berkembang sepanjang pembuluh darah yang terbentuk. Membran tersebut
mengandung miofibroblas yang memiliki kemampuan berkontraksi. Kontraksi miofibroblas
menarik lapisan pigmen posterior dari epitel iris anterior, yang akan menyebabkan terjadinya
ektropion uvea, dan menarik iris perifer ke sudut bilik mata depan dan menyebabkan sinekia
perifer anterior, dan pada akhirnya menghambat aliran keluar humor akuos dan meningkatkan
tekanan intraokular.6,7
Teori yang paling banyak diterima tentang patogenesis terjadinya glaukoma neovaskular
adalah adanya iskemik retina yang akan melepaskan faktor angiogenik yang berdifusi kedepan
mengikuti aliran humor akuos dan menyebabkan pembentukan pembuluh darah baru pada iris
dan sudut bilik mata depan. Faktor angiogenik ini menurut penelitian yang telah dilakukan
diketahui memiliki kemampuan menstimulasi proliferasi endotel kapiler, neovaskularisasi
kornea, dan neovaskularisasi retina. Salah satu factor angiogenik yang diketahui paling banyak
berperan adalah vascular endothelial growth factor (VEGF), dimana ditemukan dengan
konsentrasi yang meningkat 40-100 kali dari normal pada humor akuos pasien dengan glaukoma
neovaskular.6,7
Teori tentang adanya faktor angiogenik tersebut dapat menjelaskan beberapa keadaan
yang terjadi pada glaukoma neovaskular, antara lain mengenai gambaran awal rubeosis iridis
yang terjadi pada pinggiran pupil, yang bisa dijelaskan karena substansi yang berdifusi dari
retina menuju bilik mata depan melalui pupil dan memiliki konsentrasi tertinggi pada daerah
tersebut. Teori tersebut juga dapat menjelaskan mengapa rubeosis iridis dan glaukoma
neovaskular lebih sering terjadi setelah operasi ekstraksi katarak dan vitrektomi. Lensa dan
vitreus merupakan barier mekanis yang menghalangi terjadinya difusi dari substansi angiogenik,
dan humor vitreus juga diketahui mengandung inhibitor endogen terhadap angiogenesis. Lensa
dan vitreus dapat mengurangi iskemik retina dengan cara mencegah keluarnya oksigen dari
segmen posterior menuju segmen anterior. Selain hal tersebut, vitrektomi dan pembedahan katarak
menyebabkan inflamasi,yang kemudian akan menstimulasi terjadinya neovaskularisasi.6,7
Hipoksia, walaupun diyakini sebagai pemicu utama dari angiogenesis, faktor lain juga memiliki
peranan dalam pembentukan pembuluh darah abnormal. Inflamasi dan hipoksia seringkali timbul
bersamaan hingga menginisiasi pembentukan pembuluh darah baru. Mediator inflamasi seperti
angiopoetin-1 dan angiopoetin-2 sekarang telah diketahui memiliki peranan dalam pembentukan
pembuluh darah baru dan remodeling, sejalan dengan peranan dalam proses inflamasi.6,8
Penyebab dari neovaskularisasi iris antara lain:6,8
a. Iskemik retina :
Retinopati diabetik, oklusi vena retina sentralis, oklusi arteri retina sentralis, oklusi arteri carotis,
retinal detachment, retinopati sickle sel, retinoshisis.
b. Inflamasi :
Uveitis kronik, endoftalmitis, sindroma Vogt-Koyanagi-Harada, sympathetic ophthalmic
c. Tumor :
Melanoma iris / koroidal, limfoma ocular, retinoblastoma
d. Penyinaran
GAMBARAN KLINIK
Manifestasi klinis glaukoma neovaskular dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap awal (rubeosis iris
dan glaukoma sekunder sudut terbuka) dan tahap lanjut, yang gambaran klinis nya antara lain:6,7
1. Tahap awal (rubeosis iridis):
Ditandai dengan tekanan intraocular yang normal, adanya sedikit neovaskularisasi, kapiler yang
berdilatasi pada pinggiran pupil, terdapat neovaskularisasi pada iris (irregular, pembuluh darah tidak
tumbuh secara radial dan biasanya tidak pada stroma iris), terdapat neovaskularisasi pada sudut bilik
mata depan (bisa terjadi dengan atau tanpa neovaskularisasi iris), reaksi pupil jelek,dan terjadi
ektropion uvea. Gejala yang timbul bisa berupa nyeri pada periokular atau periorbita karena iskemia.
2. Tahap awal (glaukoma sekunder sudut terbuka) :
Ditandai dengan adanya peningkatan tekanan intraokular, neovaskular iris yang akan berlanjut menjadi
neovaskular pada sudut bilik mata, adanya proliferasi jaringan neovakular pada sudut bilik mata, dan
terdapatnya membran fibrovaskular (yang berkembang sirkumferensial melewati sudut bilik mata, dan
memblock anyaman trabekular). Gejala yang timbul adalah visus kabur namun mata tidak merah dan
tidak nyeri. Stadium ini bisa terjadi antara 8 – 15 minggu .
3. Tahap lanjut (glaucoma sekunder sudut tertutup) :
Pada tahap ini, glaukoma sekunder sudut tertutup ditandai dengan beberapa hal berikut ini, yaitu :
nyeri hebat yang akut, sakit kepala, nausea dan atau muntah, fotopobia, penurunan tajam penglihatan
(hitung jari hingga lambaian tangan), peningkatan tekanan intraocular (> 60 mm Hg), injeksi
konjungtiva, edema kornea, hifema, flare akuos, penutupan sudut bilik mata akibat sinekia, rubeosis
yang sudah lanjut, neovaskularisasi retina dan atau perdarahan retina.
Tanda tahap awal dalam perjalanan glaukoma neovaskular adanya gambaran proliferasi vaskular
pada batas pupil. Neovaskularisasi pada iris ini kemungkinan sulit untuk dideteksi pada tahap awal. Slit
lamp biomicroscopy dapat menunjukkan gambaran berliku-liku, adanya tumpukan acak dari pembuluh
darah pada permukaan iris, berdekatan dengan batas pinggir pupil. Tumpukan ini semakin gelap jika pada
iris yang gelap dan lebih jelas pada iris yang terang. 6
Karakteristik progresifitas neovaskularisasi yang terjadi yaitu dari batas pinggir pupil menuju ke
sudut dari pupil yang tidak berdilatasi, tetapi dapat juga tidak terjadi neovaskularisasi pada sudut pupil.
Sebagai perkembangan proliferasi vaskular, biomicroscopy dari bilik mata depan menunjukkan sel-sel
dan flare. Gonioscopy menunjukkan pembuluh darah baru yang tumbuh dari arteri sirkumferensial dari
badan siliaris ke permukaan iris dan ke permukaan dari dinding sudut.6,7
Pembuluh darah melewati sudut bilik mata dan tumbuh terus melewati korpus silier dan sclera
spur’s menuju anyaman trabekulum, yang memberikan gambaran flush kemerahan. Tahap awal pada
neovaskularisasi segmen anterior, tekanan intraokular biasanya normal. Pembuluh darah baru kemudian
membentuk membran fibrovaskular yang menyebabkan timbulnya glaukoma sekunder sudut terbuka,
yang memiliki karakteristik adanya kontraksi dari membran fibrovaskular, yang mendorong iris perifer
mendekati anyaman trabekulum dan menyebabkan bermacam derajat dari sinekia yang akan
menyebabkan penutupan sudut bilik mata.6
Uvea ektropion dan hifema seringkali terjadi. Ektropion uvea disebabkan traksi radial sepanjang
permukaan iris, yang mendorong lapisan pigmen posterior iris di sekitar pinggir pupil menuju permukaan
iris anterior. Pada tahap ini, pasien biasanya menunjukkan onset yang dramatik dari nyeri yang sekunder
hingga adanya peningkatan tekanan intraokular. Pasien biasanya akan mengalami penurunan penglihatan
yang parah ( hingga menghitung jari), bersamaan dengan terjadinya edem kornea dan inflamasi bilik mata
depan.6,8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tekanan bola mata
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan tonometer. Dikenal
beberapa alat tonometer seperti tonometer Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman. Pemeriksaan
tekanan bola mata juga dapat dilakukan tanpa alat disebut dengan tonometer digital, dasar
pemeriksaannya adalah dengan merasakan lenturan bola mata (ballotement) dilakukan penekanan
bergantian dengan kedua jari tangan.1,7
Gonioskopi
Tes ini sebagai cara diagnostik untuk melihat langsung keadaan patologik sudut bilik mata, juga
untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing.1,7
Tes ini juga dipakai untuk membedakan antara glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut
tertutup. Sudut kamera anterior dibentuk oleh taut antara kornea perifer dan iris, yang diantaranya
terdapat jalinan trabekula. Konfigurasi sudut ini, yakni apakah lebar (terbuka), sempit atau tertutup,
menimbulkan dampak penting pada aliran keluar humor akueous. Dengan gonioskopi ini juga dapat
dilihat apakah terdapat perlekatan iris di bagian perifer ke depan (peripheral anterior sinechia)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens) di dataran depan kornea
setelah diberikan lokal anestetikum. Lensa ini dapat digunakan untuk melihat sekeliling sudut bilik mata
dengan memutarnya 360 derajat.1
Pemeriksaan lapang pandang
Berbagai cara untuk memeriksa lapang pandang pada glaukoma adalah layar singgung,
kampimeter dan perimeter otomatis.2
Penurunan lapang pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak spesifik, karena gangguan ini dapat
terjadi akibat defek berkas serat saraf yang dapat dijumpai pada semua penyakit saraf optikus, tetapi pola
kelainan lapangan pandang, sifat progresivitasnya dan hubungannya dengan kelainan-kelainan diskus
optikus adalah khas untuk penyakit ini.2
Uji lain pada glaukoma
Uji Kopi
Penderita meminum 1-2 mangkok kopi pekat, bila tekanan bola mata naik 15-20 mmHg
setelah minum 20-40 menit menunjukkan adanya glaukoma.1,7
Uji Minum Air
Sebelum makan pagi tekanan bola mata diukur dan kemudian pasien disuruh minum
dengan cepat 1 liter air. Tekanan bola mata diukur setiap 15 menit. Bila tekanan bola mata
naik 8-15 mmHg dalam waktu 45 menit pertama menunjukkan pasien menderita
glaukoma.1,7
Uji Steroid
Pada pasien yang dicurigai adanya glaukoma terutama dengan riwayat glaukoma simpleks
pada keluarga, diteteskan betametason atau deksametason 0,1% 3-4 kali sehari. Tekanan
bola mata diperiksa setiap minggu. Pada pasien berbakat glaukoma maka tekanan bola mata
akan naik setelah 2 minggu.1,7
Uji Variasi Diurnal
Pemeriksaan dengan melakukan tonometri setiap 2-3 jam sehari penuh, selama 3 hari
biasanya pasien dirawat. Nilai variasi harian pada mata normal adalah antara 2-4 mmHg,
sedang pada glaukoma sudut terbuka variasi dapat mencapai 15-20 mmHg. Perubahan 4-5
mmHg sudah dicurigai keadaan patologik.
Uji Kamar Gelap
Pada uji ini dilakukan pengukuran tekanan bola mata dan kemudian pasien dimasukkan ke
dalam kamar gelap selama 60-90 menit. Pada akhir 90 menit tekanan bola mata diukur.
55% pasien glaukoma sudut terbuka akan menunjukkan hasil yang positif, naik 8 mmHg.1,7
Uji provokasi pilokarpin
Tekanan bola mata diukur dengan tonometer, penderita diberi pilokarpin 1% selama 1
minggu 4 kali sehari kemudian diukur tekanannya.
DIAGNOSIS
Diagnosis glaukoma neovaskular ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang jelas dan teliti. Dari anamnesa ditemukan keluhan seperti mata merah,
nyeri, lakrimasi dan penglihatan kabur yang berlangsung mendadak. Evaluasi riwayat medis terhadap
faktor resiko seperti DM, hipertensi dan PJK sangat penting untuk membantu menegakkan diagnosis.
Dari pemeriksaan fisik khususnya pemeriksaan fisik mata dengan menggunakan slit-lamp dan gonioscopy
dapat terlihat adanya injeksi silier, edema kornea, flare, hifema, pupil miosis dan neovaskularisasi di iris
dan COA. Pemeriksaan penunjang yang dipakai seperti pemeriksaan laboratorium kimia darah untuk
melihat profil gula darah dan lipid.6
Pemeriksaan dengan fluorescent angiography dan fluorophotometry dapat melihat gambaran
neovaskularisasi iris dan COA yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah di batas
pupil dan terlihatnya pembuluh darah di permukaan iris dan COA akibat terhambatnya aliran darah
sekitar pupil oleh pigmen hitam iris. Perlahan pembuluh darah iris akan melintasi corpus ciliare dan
sklera dan menutup trabekulum yang menyebakan terjadinya hambatan aliran cairan aquos humour dan
peningkatan TIO.6,9
Diagnosis sebaiknya cepat ditegakkan untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti
terbentuknya keratopathy bula, glaukoma, iris bombe, uvea ektropion, dekomensasio kornea, katarak dan
ptisis bulbi yang berakibat dengan kebutaan.9
DIAGNOSIS BANDING
1. Glaukoma sudut tertutup primer akut; berbeda dengan glaukoma neovaskular karena pada
keadaan ini didapatkan pupil yang lebar dan lonjong, dan tidak didapatkan neovaskularisasi
pada iris dan sudut serta ekteropion uvea.
2. Glaukoma sudut tertutup sekunder karena uveitis; dalam keadaan ini didapatkan sinekia
posterior total, dan tidak didapatkan neovaskularisasi pada iris.
3. Fuchs’ Heterochormic Iridocyclitis; atau Fuchs’ Uveitis Syndrome didapatkan kelainan
seperti sudut terbuka dengan tekanan intraokuler yang meningkat tapi tidak disertai
neovaskularisasi iris.
4. Glaukoma fakolitik; proses fakolitik pada lensa yang keruh jika kapsulnya menjadi rusak,
substansi lensa yang keluar akan diresorpsi oleh serbukan fagosit atau makrofag yang banyak
di COA, serbukan ini sedemikian banyaknya sehingga dapat menyumbat sudut COA dan
menyebabkan glaukoma. Penyumbatan dapat terjadi pula oleh karena substansi lensa sendiri
yang menmpuk di sudut COA terutama bagian lensa dan menyebabkan eksfoliasi glaukoma
tanpa disertai neovaskularisasi.
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan dari glaukoma neovaskular yaitu untuk mengontrol faktor resiko,
mencegah terjadinya perburukan dan komplikasi lebih lanjut serta mengurangi rasa tidak nyaman jika
terjadi serangan yang akut dan bila telah terjadi penurunan daya penglihatan. Penatalaksanaan dapat
dilakukan dengan terapi farmakologik dan bedah.6,9
Terapi farmakologik yang diberikan seperti kortikosteroid topikal dan
midriatikum/sikloplegik dipakai untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada mata terutama pada
serangan yang akut, mencegah terjadinya sinekia dan melepaskan perlengketan jika telah tejadi
sinekia. Penggunaan ß-blocker, α-agonis dan inhibitor untuk mengurangi produksi dari cairan aquos.
Terapi farmakologik lain diberikan untuk mengontrol faktor resiko seperti pemberian obat
hipoglikemia dan hipolipodemik.6,9
Terapi pembedahan yang dipakai antara lain PRP (Panretinal Photocoagulation) untuk
mengurangi pembentukan neovaskularisasi di iris dan mencegah terjadinya sinekia anterior dan
posterior serta untuk menurunkan TIO yang meningkat, Panretinal criotheraphy dipakai jika teknik
PRP tidak memberikan hasilyang memuaskan dan jika media penglihatan keruh,
goniophotocoaglation jika terjadi neovaskularisasi iris dan sebelum terbentuknya sinekia anterior.6,9
Teori terbaru menyebutkan digunakannya agen farmakologik anti-angiogenik yang bertujuan
mengurangi atau mencegah terjadinya neovaskularisasi, seperti bevacizumab (avastin, genentech).
Pemberian obat diaplikasikan secara topikal. Pemberian obat dilaporkan memiliki onset kerja cepat
(48 jam), namun obat ini memiliki waktu paruh yang singkat sehingga gejala kekambuhan besar
terjadi.6
PROGNOSIS
Prognosis glaukoma neovaskular ditentukan berdasarkan derajat berat ringannya penyakit
yang mendasarinya, waktu pengenalan penyakit (diagnosis) dibuat, riwayat operasi dan respon
terhadap agen farmakologik yang diberikan. Prognosis glaukoma neovaskular pada umumnya buruk.
Kontrol yang tidak baik terhadap penyakit yang mendasarinya, diagnosis yang terlambat dibuat, tidak
responnya terhadap terapi farmakologik dan bedah akan memperburuk prognosis dari glaukoma
neovaskular.9
DAFTAR PUSTAKA
1. Longe JL (2006) The Gale Encyclopedia of Medicine, 3rd edn., USA: Gale
2. Mosby (2008) Mosby's Medical Dictionary, 8th edn., USA: Elsevier.
3. Vaughan & Asbury s, Glaucoma Neovascular. Glaukoma. Dalam Oftalmologi Umum. Ed 17.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007. Hal 212-29
4. Kingman S (2004) Glaucoma is second leading cause of blindness globally, Available at: http://www.who.int/bulletin/volumes/82/11/feature1104/en/index1.html (Accessed: 22nd May 2013).
5. Cook C, Foster P (2012) 'Epidemiology of glaucoma: what's new?', Can J Ophthalmol, 47(3), pp. 223-6 [Online]. Available at: www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22687296 (Accessed: 22nd May 2013).
6. Ilyas S, Tanzil m, editor. Glaukoma. Dalam Sari Ilmu Penyakit mata. Ed 3. Jakarta:
balai Penerbit FKUI. 2006. Hal 212-18
7. Wijaya N, editor. Glaukoma Sekunder. Glaukoma. Dalam Ilmu Penyakit Mata.
Jakarta. Hal 219-44.
8. Bertamian M. Glaucoma Neovascular in Clinical Guide to Glaucoma Management.
Elsevier lnc. 2004 : 263 - 269.
9. Ghanem AA, El-Kannishy AM, El-Wehidy AS, El-Agamy AF. Intravitreal
Bevacizumab (Avastin) as an Adjuvant Treatment in Cases of Neovascular
Glaucoma. 2009. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2813584/