Case - Ulkus Kornea Cum Hipopion Ec Trauma Tumpul

23
STATUS ILMU PENYAKIT MATA I. IDENTITAS Nama : Tn. S Umur : 46 tahun Jenis Kelamin : laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : Buruh Alamat : manusrejo sambi duwur tanon sragen. II. ANAMNESIS Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 4 mei 2010 Keluhan Utama: Mata kanan merah dan nyeri sejak satu setengah bulan smrs Keluhan tambahan: Mata berair, belekan, serta pandangan kabur. Riwayat Penyakit Sekarang: Satu setengah bulan smrs mata kanan os terkena batang jerami, sehingga dirasa nyeri, berwarna kemerahan, gatal(-),berair(+), os juga mengaku sering keluar belekan jernih namun dirasa lengket, pengelihatan buram disangkal os. os mengaku sudah berobat ke rumah sakit tetapi tidak mengalami perubahan. 2 minggu smrs os mengaku sakitnya tambah parah, dan pengelihatan semakin buram,os mengaku bahwa sering merasa pusing,dan susah tidur, sakit kepala, maka os memeriksakan diri di rs mata DR.Yap. Riwayat Penyakit Dahulu: a. Umum - Hipertensi (-) - DM (-) - Asma (-) - Alergi obat disangkal os. b. Mata - Os mengaku 10 tahun yang lalu mata nya pernah kena besi berkarat namun dinyatakan sembuh oleh dokter. Riwayat Penyakit Keluarga: - Hipertensi(+). Asma(-). - Diabetes miletus(-). Alergi obat(-) 1

description

Case - Ulkus Kornea Cum Hipopion Ec Trauma Tumpul

Transcript of Case - Ulkus Kornea Cum Hipopion Ec Trauma Tumpul

STATUS ILMU PENYAKIT MATA

I. IDENTITASNama : Tn. SUmur : 46 tahunJenis Kelamin : laki-lakiAgama : IslamPekerjaan : BuruhAlamat : manusrejo sambi duwur tanon sragen.

II. ANAMNESISDilakukan Autoanamnesis pada tanggal 4 mei 2010

Keluhan Utama:Mata kanan merah dan nyeri sejak satu setengah bulan smrsKeluhan tambahan:Mata berair, belekan, serta pandangan kabur.Riwayat Penyakit Sekarang:

Satu setengah bulan smrs mata kanan os terkena batang jerami, sehingga dirasa nyeri, berwarna kemerahan, gatal(-),berair(+), os juga mengaku sering keluar belekan jernih namun dirasa lengket, pengelihatan buram disangkal os. os mengaku sudah berobat ke rumah sakit tetapi tidak mengalami perubahan.

2 minggu smrs os mengaku sakitnya tambah parah, dan pengelihatan semakin buram,os mengaku bahwa sering merasa pusing,dan susah tidur, sakit kepala, maka os memeriksakan diri di rs mata DR.Yap.

Riwayat Penyakit Dahulu:a. Umum

- Hipertensi (-)

- DM (-)

- Asma (-)

- Alergi obat disangkal os.

b. Mata- Os mengaku 10 tahun yang lalu mata nya pernah kena besi berkarat namun

dinyatakan sembuh oleh dokter.

Riwayat Penyakit Keluarga:- Hipertensi(+). Asma(-).

1

- Diabetes miletus(-). Alergi obat(-)

III. PEMERIKSAAN FISIKA. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTanda Vital : Tekanan Darah: 140/90mmHg

Nadi : 84 kali/menit Respirasi : 17 kali/menit Suhu : 37°C

Kepala : Normocephali, rambut hitam distribusi merataMata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterikTHT : T1-T1 tenang tidak hiperemis, MAE lapang, (-) deviasi septum hidungThoraks (Jantung) : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-) gallop (-)Thoraks (Paru) : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-) wheezing (-/-)Abdomen : Supel, datar, bising usus (+) normalEkstremitas : Akral hangat, tidak sianosis atau edemaKGB : Tidak teraba pembesaran

B. STATUS OFTALMOLOGIKUS

KETERANGAN OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)

1. VISUS

Tajam Penglihatan 1/~ 6/6Axis Visus - -Koreksi Pinhole tidak maju -Addisi - -Distansia Pupil Sulit dinilai Sulit dinilaiKacamata Lama - -

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

Eksoftalmos - -Enoftalmos - -Deviasi - -Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah

3. SUPERSILIA

2

Warna Hitam HitamSimetris Simetris Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

Edema - -Nyeri tekan - -Ektropion - -Entropion - -Blefarospasme + -Trikiasis - -Sikatriks - -Fissura palpebra - -Ptosis - -Hordeolum - -Kalazion - -

5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR

Hiperemis + -Folikel - -Papil - -Sikatriks - -Anemis - -Kemosis - -

6. KONJUNGTIVA BULBI

Sekret + -Injeksi Konjungtiva + -Injeksi Siliar + -Injeksi Subkonjungtiva

- -

Pterigium - -Pinguekula - -Nevus Pigmentosus - -Kista Dermoid - -

7. SISTEM LAKRIMALIS

Punctum Lakrimalis Terbuka TerbukaTes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8. SKLERA

3

Warna Sulit dinilai Putih Ikterik - -Nyeri Tekan - -

9. KORNEA

Kejernihan Keruh JernihPermukaan Terdapat ulkusø2mm LicinUkuran 12 mm 12mmSensibilitas kurang BaikInfiltrat + -Keratik Presipitat - -Sikatriks - -Ulkus + -Perforasi - -Arkus Senilis - -Edema - -Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

10. BILIK MATA DEPAN

Kedalaman Sulit dinilai NormalKejernihan keruh JernihHifema - -Hipopion + -Efek Tyndall - -

11. IRIS

Warna Sulit dinilai Coklat kehitamanKripte - -Sinekia - -Koloboma - -

12. PUPIL

Letak Di tengah Di tengahBentuk Sulit dinilai BulatUkuran Sulit dinilai 3 mmRefleks Cahaya Langsung

Sulit dinilai Positif

Refleks Cahaya TakLangsung

Sulit dinilai Positif

4

13. LENSA

Kejernihan Sulit dinilai JernihLetak Di tengah Di tengahShadow Test Sulit dinilai Negatif

14. BADAN KACA

Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

15. FUNDUS OKULI

Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukanWarna Tidak dilakukan Tidak dilakukanEkskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukanRasio Arteri : Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukanC/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukanMakula Lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukanRetina Tidak dilakukan Tidak dilakukanEksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukanPerdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukanSikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukanAblasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

16. PALPASI

Nyeri Tekan + -Massa Tumor - -Tensi Okuli Normal per palpasi Normal per palpasiTonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

17. LAPANG PANDANG

Tes Konfrontasi Tidak samadengan pemeriksa

Sama dengan pemeriksa

18. PERSEPSI CAHAYA DAN WARNA

Persepsi cahaya Baik Baik

Persepsi warna Baik Baik

5

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Swab kornea dan uji resistensi

7 mei 2010 Hasil nya: aspergillus fumigatus dengan hasil uji sensitivitas didapatkan resisten pada: ketokonasol,itrakonasol,flukonasol, dan sensitif pada terbinafin.

2. Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.3. Lab rutin

Sel darah merah : 6,45 jutaLeukosit : 10400Hb : 16,7 g/dlHt : 55,7 %Trombosit : 218.000Mcv : 86 um3MCH : 25,9 lpgMCHC : 30L g/dlRDW :14,3%MPV : 5,9Lum3PDW : 13%

V. RESUMELaki-laki berusia 46 tahun, dengan keluhan mata kanan os nyeri, dan berwarna

kemerahan, berair(+), os juga mengaku sering keluar belekan jernih namun dirasa lengket, pengelihatan burambaru dirasa 2 minggu smrs, os mengaku mata kanan ini terkena jerami. Pada pemerikasaan visus didapat pada mata kanan 1/~,dan pada palpebra terdapat spasme,hiperemis pada konjungtiva tarsal dan bulbi,injeksi konjungtiva dan siliar, terdapat kekeruhan, infiltrat dan ulkus pada kornea, pada kamera okuli anterior terdapat hipopion, pada pemeriksaan lapang pandang,terdapat penurunan lapang padang pada mata kanan os.

VI. DIAGNOSIS KERJAa. Okuli Dextra (OD):

Ulkus kornea cum hipopion ec trauma tumpul(jerami)

b. Okuli Sinistra (OS): Emetrop

VII. DIAGNOSIS BANDINGKeratitis bacterialKeratitis jamur

VIII. PENATALAKSANAAN 1. rawat inap.2. evakuasi benda asing.3. pemberian sikloplegik : SA 1% 3 kali per hari.

6

4. pemberian antibiotik broad spectrum dan anti jamur sebelum hasil uji resistensi keluar:ceftriaxone forte per 15 menit, natacin / jam, tobro / jam , fungicid tiap 3 jam, diflucan tiap 30 menit.5. apabila tidak sembuh di rencanakan untuk keratoplasti.

IX. PROGNOSISOKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)

Ad Vitam : Dubia ad malam Bonam Ad Fungsionam : Dubia ad malam BonamAd Sanationam : Dubia ad malam Bonam

TINJAUAN PUSTAKA

 

I.                   Latar Belakang

Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan

penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya

bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.1

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif

disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai

stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah 

perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan

kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan

penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.2

            Ulkus kornea termasuk kasus kegawat daruratan pada penyakit mata. Dimana mata

terancam akan kehilangan fungsi penglihatan atau terjadi kebutaan bila tidak dilakukan tindakan

ataupun pengobatan secepatnya. Hal ini dapat diakibatkan oleh penyakit atau kelainan mata dan

trauma mata. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis

penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Sehingga penatalaksanaan yang

tepat akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan.

7

II.                Anatomi dan Fisiologi Kornea

Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan

kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini

disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar

0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima

lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris),

lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan

kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi

sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai

prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.1

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

1. Lapisan epitel

Ø  Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih;

satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

Ø  Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel

sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal

disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini

menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.

Ø  Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan

akan menghasilkan erosi rekuren.

Ø  Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2.      Membran Bowman

Ø  Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak

teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

8

Ø  Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3.      Jaringan Stroma

Ø  Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya,

Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini

bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang

sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak

diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam

perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4.      Membran Descement

Ø  Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel

endotel dan merupakan membrane basalnya.

Ø  Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.

5.      Endotel

Ø  Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 mm. Endotel melekat

pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.4

            Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus,

saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma

kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk

sensasi dingin  ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus

terjadi dalam waktu 3 bulan.4

             Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air

mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi

kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.1

III.             Definisi Ulkus Kornea

9

            Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan

kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan

diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.

IV.             Faktor Pencetus

Terjadinya ulkus kornea biasanya didahului oleh faktor pencetus yaitu rusaknya sistem barier

epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti :

a.      Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan

saluran lakrimal)

b.      Oleh faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena trauma,

penggunaan lensa kontak, luka bakar pada muka

c.      Kelainan lokal pada kornea:

-          Edema kornea kronik

-          Keratitis exposure (pada lagoftalmos, anestesi umum, koma)

-          Keratitis karena defisiensi vitamin A

-          Keratitis neuroparalitik

-          Keratitis superficialis virus

d.     Kelainan sistemik

-          Malnutrisi

-          Alkoholisme

-          Sindrom Steven-Johnson

-          Sindrom defisiensi imun (AIDS, SLE)

10

e.      Obat-obatan penurun sistem imun

-          Kortikosteroid

-          Obat anestesi local

V.                Patofisiologi

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan

pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak

ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.

Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan

yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan

gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 5

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti

pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell

dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru

kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai

injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma,

leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai

bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian

dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.6

            Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik

superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga

diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan

menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat

menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan

fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 1

            Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel

leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu

11

melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat

sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran

Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan

terjadinya sikatrik.5

VI.             Etiologi

a. Infeksi

Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan

penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak

dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan

infeksi P aeruginosa.

§  Infeksi Jamur : disebabkan  oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan

spesies mikosis fungoides.

§  Infeksi virus

Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti

oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat

juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya

varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).

§  Acanthamoeba

Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas  yang terdapat didalam air yang tercemar yang

mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi

yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam

buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar

air atau tanah yang tercemar.

b. Noninfeksi

Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.

12

Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik anhidrat.

Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga

bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat

superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung

kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.

§  Radiasi atau suhu

Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak epitel kornea.

§  Sindrom Sjorgen

Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu

keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau

lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-

bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek

pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.

§  Defisiensi vitamin A

Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari makanan atau

gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.

§  Obat-obatan 

Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU (Iodo 2

dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.

§  Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.

§  Pajanan (exposure)

§  Neurotropik

 c.       Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)

13

§  Granulomatosa wagener

§  Rheumathoid arthritis

 VII.          Klasifikasi

            Untuk ketepatan penanganan, ulkus kornea dibedakan menjadi:

a. Ulkus Kornea Superfisial : Ulkus stafilokokus,  Ulkus fungi,  Ulkus Herpes Simplex,

Ulkus marginal

b. Profunda : Ulkus Streptokokus, Ulkus Pneumokokus,  Ulkus Pseudomonas, Ulkus

Herpes Zoster,  Ulkus Acanthamoeba,  Ulkus Mooren,  Ring Ulcer.

 VIII.Manifestasi Klinis

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :

Gejala Subjektif

1. Eritema kelopak mata dan konjungtiva

2. Sekret mukopurulen

3. Merasa ada benda asing di mata

4. Pandangan kabur

5. Bintik putih pd kornea pd lokasi ulkus

6. Mata berair

7. Silau

8. Nyeri

Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan

tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.

14

Gejala Objektif

Injeksi siliar

Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat

Hipopion

 IX.             Diagnosis

            Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting

pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi,

adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes

simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh

pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus

terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik

seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.

            Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea

edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat  dapat terjadi iritis yang

disertai dengan hipopion.

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :

§  Ketajaman penglihatan

§  Tes air mata

§  Pemeriksaan slit-lamp

§  Respon reflek pupil

§  Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

§  Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)

15

Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar dan tepi

ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi

dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan

kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.

X.                PENGOBATAN ULKUS KORNEA SECARA UMUM

Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah berkembangnya bakteri

dan mengurangi reaksi radang.

1.      Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang

sekecil apapu harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.

2.      Pemberian sikloplegika

Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena bekerjannya lama 1-2 minggu.

Efek kerja atropin adalah sebagai berikut :

-          Sedatif, menghilangkan rasa sakit

-          Dekongestif, menurunkan tanda radang

-          Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya m.siliaris

mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan istirahat. Dengan

lumpuhnya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga sinekia posterior yang telah terjadi

dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan sinekia posterior yang baru.

3.      Antibiotik

Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat diberikan

sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjunctiva.

4.      Bedah (keratoplasti)

Indikasi keratoplasti

16

-          Dengan pengobatan tidak sembuh

-          Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan

-          Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perforasi

 Ada dua jenis keratoplasti yaitu:

-          Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuhnya. Donor lebih muda lebih

disukai untuk keratoplasti penetrans; terdapat hubungan langsung antara umur dengan kesehatan

dan jumlah sel endotel. Karena sel endotel sangat cepat mati, mata hendaknya diambil segerea

setelah donor meninggal dan segera dibekukan. Mata utuh harus dimanfaatkan dalam 48 jam.

Media penyimpan modern memungkinkan penyimpanan lebih lam. Tudung korneo sklera yang

disimpan dalam media nutrien boleh dipakai sampai 6 hari setelah donor meninggal dan

pengawetan dalam media biakan jaringan dapat tahan sampai 6 minggu.

-          Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari ketebalan kornea. Untuk

korneoplasti lamelar kornea itu dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam lemari es

selama beberapa minggu; sel endotel tidak penting untuk prosedur ini.

 XI.             KOMPLIKASI

Komplikasi dari ulkus kornea adalah perforasi kornea.

Penanganan Komplikasi

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan, berikan sulfas atropin,

antibiotik dan balut yang kuat. Segera masuk ke tempat tidur dan jangan melakukan gerakan-

gerakan.

Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka padanya dilakukan :

-          Iridektomi dari iris yang prolaps

-          Iris direposisi

17

-          Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjunctiva

-          Beri sulfas atropin dan salep antibiotik

-          Balut yang kuat

Bila terjadinya prolaps iris telah berlangsung lama, obati seperti ulkus biasa, tetapi prolaps

irisnya dibiarkan saja sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan

juga secara sistemik.

DAFTAR PUSTAKA

 1.      Vaughan D.2000. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika : Jakarta.

2.      Anonimous. 2007. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com.

3.      Suharjo, Fatah widido.2007. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai Tempat Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari www.tempo.co.id.

4.      Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI : Jakarta.

5.      Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia.2002. Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke2. Penerbit Sagung Seto: Jakarta.

6.      Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-04-14

7.      Anonimus, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.wikipedia.org

18