Case - Ulkus Kornea Cum Hipopion Ec Trauma Tumpul
description
Transcript of Case - Ulkus Kornea Cum Hipopion Ec Trauma Tumpul
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
I. IDENTITASNama : Tn. SUmur : 46 tahunJenis Kelamin : laki-lakiAgama : IslamPekerjaan : BuruhAlamat : manusrejo sambi duwur tanon sragen.
II. ANAMNESISDilakukan Autoanamnesis pada tanggal 4 mei 2010
Keluhan Utama:Mata kanan merah dan nyeri sejak satu setengah bulan smrsKeluhan tambahan:Mata berair, belekan, serta pandangan kabur.Riwayat Penyakit Sekarang:
Satu setengah bulan smrs mata kanan os terkena batang jerami, sehingga dirasa nyeri, berwarna kemerahan, gatal(-),berair(+), os juga mengaku sering keluar belekan jernih namun dirasa lengket, pengelihatan buram disangkal os. os mengaku sudah berobat ke rumah sakit tetapi tidak mengalami perubahan.
2 minggu smrs os mengaku sakitnya tambah parah, dan pengelihatan semakin buram,os mengaku bahwa sering merasa pusing,dan susah tidur, sakit kepala, maka os memeriksakan diri di rs mata DR.Yap.
Riwayat Penyakit Dahulu:a. Umum
- Hipertensi (-)
- DM (-)
- Asma (-)
- Alergi obat disangkal os.
b. Mata- Os mengaku 10 tahun yang lalu mata nya pernah kena besi berkarat namun
dinyatakan sembuh oleh dokter.
Riwayat Penyakit Keluarga:- Hipertensi(+). Asma(-).
1
- Diabetes miletus(-). Alergi obat(-)
III. PEMERIKSAAN FISIKA. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTanda Vital : Tekanan Darah: 140/90mmHg
Nadi : 84 kali/menit Respirasi : 17 kali/menit Suhu : 37°C
Kepala : Normocephali, rambut hitam distribusi merataMata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterikTHT : T1-T1 tenang tidak hiperemis, MAE lapang, (-) deviasi septum hidungThoraks (Jantung) : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-) gallop (-)Thoraks (Paru) : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-) wheezing (-/-)Abdomen : Supel, datar, bising usus (+) normalEkstremitas : Akral hangat, tidak sianosis atau edemaKGB : Tidak teraba pembesaran
B. STATUS OFTALMOLOGIKUS
KETERANGAN OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
1. VISUS
Tajam Penglihatan 1/~ 6/6Axis Visus - -Koreksi Pinhole tidak maju -Addisi - -Distansia Pupil Sulit dinilai Sulit dinilaiKacamata Lama - -
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
Eksoftalmos - -Enoftalmos - -Deviasi - -Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah
3. SUPERSILIA
2
Warna Hitam HitamSimetris Simetris Simetris
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema - -Nyeri tekan - -Ektropion - -Entropion - -Blefarospasme + -Trikiasis - -Sikatriks - -Fissura palpebra - -Ptosis - -Hordeolum - -Kalazion - -
5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis + -Folikel - -Papil - -Sikatriks - -Anemis - -Kemosis - -
6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret + -Injeksi Konjungtiva + -Injeksi Siliar + -Injeksi Subkonjungtiva
- -
Pterigium - -Pinguekula - -Nevus Pigmentosus - -Kista Dermoid - -
7. SISTEM LAKRIMALIS
Punctum Lakrimalis Terbuka TerbukaTes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
8. SKLERA
3
Warna Sulit dinilai Putih Ikterik - -Nyeri Tekan - -
9. KORNEA
Kejernihan Keruh JernihPermukaan Terdapat ulkusø2mm LicinUkuran 12 mm 12mmSensibilitas kurang BaikInfiltrat + -Keratik Presipitat - -Sikatriks - -Ulkus + -Perforasi - -Arkus Senilis - -Edema - -Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
10. BILIK MATA DEPAN
Kedalaman Sulit dinilai NormalKejernihan keruh JernihHifema - -Hipopion + -Efek Tyndall - -
11. IRIS
Warna Sulit dinilai Coklat kehitamanKripte - -Sinekia - -Koloboma - -
12. PUPIL
Letak Di tengah Di tengahBentuk Sulit dinilai BulatUkuran Sulit dinilai 3 mmRefleks Cahaya Langsung
Sulit dinilai Positif
Refleks Cahaya TakLangsung
Sulit dinilai Positif
4
13. LENSA
Kejernihan Sulit dinilai JernihLetak Di tengah Di tengahShadow Test Sulit dinilai Negatif
14. BADAN KACA
Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
15. FUNDUS OKULI
Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukanWarna Tidak dilakukan Tidak dilakukanEkskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukanRasio Arteri : Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukanC/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukanMakula Lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukanRetina Tidak dilakukan Tidak dilakukanEksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukanPerdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukanSikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukanAblasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
16. PALPASI
Nyeri Tekan + -Massa Tumor - -Tensi Okuli Normal per palpasi Normal per palpasiTonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
17. LAPANG PANDANG
Tes Konfrontasi Tidak samadengan pemeriksa
Sama dengan pemeriksa
18. PERSEPSI CAHAYA DAN WARNA
Persepsi cahaya Baik Baik
Persepsi warna Baik Baik
5
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Swab kornea dan uji resistensi
7 mei 2010 Hasil nya: aspergillus fumigatus dengan hasil uji sensitivitas didapatkan resisten pada: ketokonasol,itrakonasol,flukonasol, dan sensitif pada terbinafin.
2. Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.3. Lab rutin
Sel darah merah : 6,45 jutaLeukosit : 10400Hb : 16,7 g/dlHt : 55,7 %Trombosit : 218.000Mcv : 86 um3MCH : 25,9 lpgMCHC : 30L g/dlRDW :14,3%MPV : 5,9Lum3PDW : 13%
V. RESUMELaki-laki berusia 46 tahun, dengan keluhan mata kanan os nyeri, dan berwarna
kemerahan, berair(+), os juga mengaku sering keluar belekan jernih namun dirasa lengket, pengelihatan burambaru dirasa 2 minggu smrs, os mengaku mata kanan ini terkena jerami. Pada pemerikasaan visus didapat pada mata kanan 1/~,dan pada palpebra terdapat spasme,hiperemis pada konjungtiva tarsal dan bulbi,injeksi konjungtiva dan siliar, terdapat kekeruhan, infiltrat dan ulkus pada kornea, pada kamera okuli anterior terdapat hipopion, pada pemeriksaan lapang pandang,terdapat penurunan lapang padang pada mata kanan os.
VI. DIAGNOSIS KERJAa. Okuli Dextra (OD):
Ulkus kornea cum hipopion ec trauma tumpul(jerami)
b. Okuli Sinistra (OS): Emetrop
VII. DIAGNOSIS BANDINGKeratitis bacterialKeratitis jamur
VIII. PENATALAKSANAAN 1. rawat inap.2. evakuasi benda asing.3. pemberian sikloplegik : SA 1% 3 kali per hari.
6
4. pemberian antibiotik broad spectrum dan anti jamur sebelum hasil uji resistensi keluar:ceftriaxone forte per 15 menit, natacin / jam, tobro / jam , fungicid tiap 3 jam, diflucan tiap 30 menit.5. apabila tidak sembuh di rencanakan untuk keratoplasti.
IX. PROGNOSISOKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
Ad Vitam : Dubia ad malam Bonam Ad Fungsionam : Dubia ad malam BonamAd Sanationam : Dubia ad malam Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
I. Latar Belakang
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan
penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya
bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.1
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif
disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai
stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah
perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan
kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan
penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.2
Ulkus kornea termasuk kasus kegawat daruratan pada penyakit mata. Dimana mata
terancam akan kehilangan fungsi penglihatan atau terjadi kebutaan bila tidak dilakukan tindakan
ataupun pengobatan secepatnya. Hal ini dapat diakibatkan oleh penyakit atau kelainan mata dan
trauma mata. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis
penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Sehingga penatalaksanaan yang
tepat akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan.
7
II. Anatomi dan Fisiologi Kornea
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan
kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini
disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar
0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima
lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris),
lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan
kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi
sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai
prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.1
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:
1. Lapisan epitel
Ø Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih;
satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Ø Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel
sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal
disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Ø Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan
akan menghasilkan erosi rekuren.
Ø Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membran Bowman
Ø Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak
teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
8
Ø Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Jaringan Stroma
Ø Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya,
Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini
bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang
sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak
diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam
perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Ø Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel
endotel dan merupakan membrane basalnya.
Ø Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.
5. Endotel
Ø Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 mm. Endotel melekat
pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.4
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma
kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk
sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus
terjadi dalam waktu 3 bulan.4
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air
mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi
kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.1
III. Definisi Ulkus Kornea
9
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
IV. Faktor Pencetus
Terjadinya ulkus kornea biasanya didahului oleh faktor pencetus yaitu rusaknya sistem barier
epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti :
a. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan
saluran lakrimal)
b. Oleh faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena trauma,
penggunaan lensa kontak, luka bakar pada muka
c. Kelainan lokal pada kornea:
- Edema kornea kronik
- Keratitis exposure (pada lagoftalmos, anestesi umum, koma)
- Keratitis karena defisiensi vitamin A
- Keratitis neuroparalitik
- Keratitis superficialis virus
d. Kelainan sistemik
- Malnutrisi
- Alkoholisme
- Sindrom Steven-Johnson
- Sindrom defisiensi imun (AIDS, SLE)
10
e. Obat-obatan penurun sistem imun
- Kortikosteroid
- Obat anestesi local
V. Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan
pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak
ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.
Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan
yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan
gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 5
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti
pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell
dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru
kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai
injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma,
leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai
bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian
dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.6
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga
diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat
menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 1
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel
leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu
11
melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat
sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran
Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan
terjadinya sikatrik.5
VI. Etiologi
a. Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan
penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak
dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan
infeksi P aeruginosa.
§ Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan
spesies mikosis fungoides.
§ Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti
oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat
juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya
varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).
§ Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar yang
mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi
yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam
buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar
air atau tanah yang tercemar.
b. Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
12
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik anhidrat.
Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga
bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat
superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung
kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.
§ Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak epitel kornea.
§ Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu
keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau
lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-
bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek
pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.
§ Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari makanan atau
gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
§ Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU (Iodo 2
dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
§ Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
§ Pajanan (exposure)
§ Neurotropik
c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
13
§ Granulomatosa wagener
§ Rheumathoid arthritis
VII. Klasifikasi
Untuk ketepatan penanganan, ulkus kornea dibedakan menjadi:
a. Ulkus Kornea Superfisial : Ulkus stafilokokus, Ulkus fungi, Ulkus Herpes Simplex,
Ulkus marginal
b. Profunda : Ulkus Streptokokus, Ulkus Pneumokokus, Ulkus Pseudomonas, Ulkus
Herpes Zoster, Ulkus Acanthamoeba, Ulkus Mooren, Ring Ulcer.
VIII.Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
Gejala Subjektif
1. Eritema kelopak mata dan konjungtiva
2. Sekret mukopurulen
3. Merasa ada benda asing di mata
4. Pandangan kabur
5. Bintik putih pd kornea pd lokasi ulkus
6. Mata berair
7. Silau
8. Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan
tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
14
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Hipopion
IX. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting
pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi,
adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes
simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh
pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus
terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik
seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea
edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang
disertai dengan hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
§ Ketajaman penglihatan
§ Tes air mata
§ Pemeriksaan slit-lamp
§ Respon reflek pupil
§ Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
§ Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)
15
Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar dan tepi
ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi
dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan
kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.
X. PENGOBATAN ULKUS KORNEA SECARA UMUM
Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah berkembangnya bakteri
dan mengurangi reaksi radang.
1. Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang
sekecil apapu harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
2. Pemberian sikloplegika
Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena bekerjannya lama 1-2 minggu.
Efek kerja atropin adalah sebagai berikut :
- Sedatif, menghilangkan rasa sakit
- Dekongestif, menurunkan tanda radang
- Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya m.siliaris
mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan istirahat. Dengan
lumpuhnya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga sinekia posterior yang telah terjadi
dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan sinekia posterior yang baru.
3. Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat diberikan
sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjunctiva.
4. Bedah (keratoplasti)
Indikasi keratoplasti
16
- Dengan pengobatan tidak sembuh
- Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan
- Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perforasi
Ada dua jenis keratoplasti yaitu:
- Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuhnya. Donor lebih muda lebih
disukai untuk keratoplasti penetrans; terdapat hubungan langsung antara umur dengan kesehatan
dan jumlah sel endotel. Karena sel endotel sangat cepat mati, mata hendaknya diambil segerea
setelah donor meninggal dan segera dibekukan. Mata utuh harus dimanfaatkan dalam 48 jam.
Media penyimpan modern memungkinkan penyimpanan lebih lam. Tudung korneo sklera yang
disimpan dalam media nutrien boleh dipakai sampai 6 hari setelah donor meninggal dan
pengawetan dalam media biakan jaringan dapat tahan sampai 6 minggu.
- Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari ketebalan kornea. Untuk
korneoplasti lamelar kornea itu dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam lemari es
selama beberapa minggu; sel endotel tidak penting untuk prosedur ini.
XI. KOMPLIKASI
Komplikasi dari ulkus kornea adalah perforasi kornea.
Penanganan Komplikasi
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan, berikan sulfas atropin,
antibiotik dan balut yang kuat. Segera masuk ke tempat tidur dan jangan melakukan gerakan-
gerakan.
Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka padanya dilakukan :
- Iridektomi dari iris yang prolaps
- Iris direposisi
17
- Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjunctiva
- Beri sulfas atropin dan salep antibiotik
- Balut yang kuat
Bila terjadinya prolaps iris telah berlangsung lama, obati seperti ulkus biasa, tetapi prolaps
irisnya dibiarkan saja sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan
juga secara sistemik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D.2000. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika : Jakarta.
2. Anonimous. 2007. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com.
3. Suharjo, Fatah widido.2007. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai Tempat Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari www.tempo.co.id.
4. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI : Jakarta.
5. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia.2002. Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke2. Penerbit Sagung Seto: Jakarta.
6. Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-04-14
7. Anonimus, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.wikipedia.org
18