Case Sirosis Hepatis
description
Transcript of Case Sirosis Hepatis
![Page 1: Case Sirosis Hepatis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/563db7dd550346aa9a8eb246/html5/thumbnails/1.jpg)
SIROSIS HEPATIS (LIVER SIROSIS)
Randa Pratama .A1, Dasril Effendi2
1Penulis untuk korespondensi : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Alamat : Jl. Diponegoro No.1, Pekanbaru, E-mail : [email protected] Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau/RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
ABSTRAK
Sirosis hati adalah penyakit dengan proses nekrosis, inflamasi, fibrosis, regenerasi nodular dan pembentukan anastomosis vaskular yang kurang lebih terjadi secara bersamaan.h
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif.2 Istilah sirosis pertama kali dikemukakan oleh leannec pada tahun 1826, berasal dari bahasa Yunani “scirrhus” yang berarti kuning orange (orange yellow). Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40-50% dan virus hepatitis C 30-40%, sedangkan 10-20% penyebabnya tidak diketahui dan termasuk kelompok virus bukan B dan C.2
Pasien baru masuk via IGD RSUD Arifin Achmad pada tanggal 29 Agustus 2014, lelaki umur 55 tahun dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan dan perut terasa membesar sejak tujuh hari sebelum masuk rumah sakit. Ditemukan sklera ikterik, kencing berwarna kuning pekat, BAB berwarna hitam, pada pemeriksaan fisik ditemukan spider nevi, asites, hepatomegali pada pemeriksaan penunjang ditemukan leukositopenia, peningkatan kadar SGOT dan Penurunan kadar albumin pada pasien. Pada pemeriksaan imunoserologi HBsAg reaktif.
Laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai penegakan diagnosis sirosis hepatis, penatalaksanaan serta prognosisnya.Kata kunci : Sirosis hepatis, liver sirosis
PENDAHULUAN
Sirosis hati adalah penyakit dengan
proses nekrosis, inflamasi, fibrosis,
regenerasi nodular dan pembentukan
anastomosis vaskular yang kurang lebih
terjadi secara bersamaan.1 Sirosis adalah
suatu keadaan patologis yang
menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang
ditandai dengan distorsi arsitektur hepar
dan pembentukan nodulus regeneratif.2
Istilah sirosis pertama kali dikemukakan
oleh leannec pada tahun 1826, berasal dari
bahasa Yunani “scirrhus” yang berarti
kuning orange (orange yellow).
Di negara maju, sirosis hati
merupakan penyebab kematian terbanyak
ketiga pada pasien yang berusia 45 tahun
keatas setelah penyakit kardiovaskuler dan
kanker. Sirosis dapat diklasifikasikan
secara etiologi dan morfologi menjadi
alkoholik, kriptogenik dan post hepatis
(pasca nekrosis), biliaris, kardiak,
metabolik, keturunan dan terkait obat.
Secara klinis dibagi menjadi sirosis
kompensata yang berarti belum adanya
1
![Page 2: Case Sirosis Hepatis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/563db7dd550346aa9a8eb246/html5/thumbnails/2.jpg)
gejala klinis yang nyata dan sirosis
dekompensata yang ditandai dengan
gejala-gejala dan tanda klinis yang khas.3
Di negara barat yang tersering
adalah sirosis hati akibat alkoholik
sedangkan di Indonesia terutama akibat
infeksi virus hepatitis B maupun C. Di
Amerika Serikat penyakit hari kronis dan
sirosis menyebabkan 35.000 kematian tiap
tahunnya (1,2%) .Hasil penelitian di
Indonesia menyebutkan virus hepatitis B
menyebabkan sirosis sebesar 40-50% dan
virus hepatitis C 30-40%, sedangkan 10-
20% penyebabnya tidak diketahui dan
termasuk kelompok virus bukan B dan C.2
Gejala klinis pada pasien sirosis
hepatis pada fase awal sirosis
(kompensata) meliputi perasaan mudah
lelah dan lemas, selera makan berkurang,
perasaan perut kembung, mual, berat
badan menurun. Apabila sirosis sudah
berlanjut pada fase dekompensata maka
gejalanya akan lebih menonjol seperti
hilangnya rambut badan, gangguan tidur
dan demam yang tidak begitu tinggi,
disertai adanya gangguan pembekuan
darah, perdarahan gusi, epistaksis, ikterus
dengan BAK seperti teh pekat, muntah
darah dan atau melena.2
Sedangkan pada tanda klinis yang
kita temukan adalah Spider nevi, suatu lesi
vaskuler yang dikelilingi oleh vena-vena
kecil, sering ditemukan pada bahu, muka
dan lengan atas. Eritema palmaris, warna
kemerahan pada thenar dan hipothenar
telapak tangan, Hepatomegali biasanya
ukuran hati pada sirosis dapat membesar,
normal, mengecil dan bila teraba akan
terasa keras dan noduler. Splenomegali hal
ini terjadi akibat kongesti pulpa lien
karena hipertensi porta. Asites timbul
akibat hipertensi porta dan
hipoalbuminemia. Ikterus pada kulit dan
membran mukosa akibat bilirubinemia,
warna urin terlihat gelap seperti teh.2
Prognosis sirosis sangat bervariasi
tergantung dari etiologi, beratnya
kerusakan hati, komplikasi dan penyakit
lain yang menyertai. Klasifikasi Child-
Pugh juga menilai prognosis pada pasien
sirosis variabelnya meliputi bilirubin,
albumin, ada tidaknya asites, ensefalopati
dan juga status nutrisi. Angka
kelangsungan hidup selama satu tahun
untuk pasien dengan klasifikasi Child A,B
dan C berturut-turut adalah 100, 80, 45%.
ILUSTRASI KASUS
Tn. PS (55 tahun) telah dirawat di
bagian interna Rumah Sakit Umum Daerah
Arifin Achmad sejak tanggal 29 Agustus
2014 dengan keluhan nyeri perut sebelah
kanan dan perut terasa membesar sejak
tujuh hari sebelum masuk rumah sakit.
Tujuh hari sebelum masuk rumah
sakit pasien mengeluhkan nyeri pada perut
sebelah kanan, nyeri seperti diremas-
remas, dirasakan hilang timbul dan
menjalar ke punggung. Nyeri tidak
2
![Page 3: Case Sirosis Hepatis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/563db7dd550346aa9a8eb246/html5/thumbnails/3.jpg)
berkurang saat diberi makan. Pasien juga
mengeluhkan mual dan muntah, pasien
muntah 2 kali dengan muntahan berisi
makanan sebanyak + ½ gelas, muntah
tidak bercampur darah, perut terasa
kembung. Mata dan kulit berwarna kuning,
BAK berwarna kuning pekat seperti teh
dan tidak nyeri. BAB berwarna hitam,
tidak bercampur darah segar, tidak ada
darah yang menetes, tidak ada rasa nyeri
saat BAB. Riwayat perdarahan gusi dan
perdarahan dari hidung disangkal pasien.
Lima selama dirawat di rumah
sakit pasien mengeluhkan perut yang
membesar dan kaki membengkak, pasien
kadang-kadang merasa sesak. Pasien juga
mengeluhkan timbul bercak merah pada
daerah leher, bahu dan dada pasien, bercak
tidak nyeri dan tidak gatal. Pasien juga
mengeluhkan terjadi penurunan nafsu
makan dan berat badan mengalami
penurunan. Pasien tidak pernah mengalami
keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien
tidak pernah menjalani transfusi darah,
pasien tidak mengkonsusmsi obat-obatan
dan jamu. Pasien merupakan perokok aktif
dengan konsumsi rokok sebanyak dua
bungkus/hari selama 40 tahun
terakhir.Pasien juga mempunyai riwayat
mengkonsumsi tuak sebanyak satu gelas
dalam sebulan sejak 1 tahun terakhir.
Dari pemeriksaan fisik yang
dilakukan tanggal 3 September 2014
ditemukan kesadaran komposmentis,
keadaan umum tampak sakit sedang,
keadaan gizi kurang dengan IMT 16.5
kg/m2, tekanan darah 130/80 mmhg,
denyut nadi 86 kali/menit, frekuensi nafas
24 kali/menit dan suhu 36,7°C.
Pada mata ditemukan mata tidak
cekung, sklera ikterik, konjungtiva anemis,
refleks pupil (+/+) dengan diameter
3mm/3mm. Pada pemeriksaan mulut
ditemukan bibir kering, tidak sianosis,
lidah tidak kotor. Pada pemeriksaan leher
tidak ditemukan pembesaran kelenjar
getah bening, JVP tidak meningkat.
Pada pemeriksaan thoraks
ditemukan bercak kemerahan, spider nevi
(+) pada daerah dada dan bahu, pergerakan
dinding dada simetris kiri dan kanan, tidak
ada penggunaan otot bantu pernafasan.
Vokal fremitus (+/+) pada seluruh
lapangan paru, perkusi sonor pada semua
lapangan paru, auskultasi suara nafas
vesikular tidak ada suara nafas tambahan.
Pada pemeriksaan jantung iktus kordis
tidak terlihat dan teraba. Batas jantung
dalam batas normal dan auskultasi
terdengar suara jantung S1 dan S2 reguler,
gallop dan murmur tidak ditemukan.
Pada pemeriksaan abdomen
ditemukan perut tampak cembung, simetris
kiri dan kanan, terdapat venektasi (+) tidak
terdapat kolateral vein. Auskultasi bising
usus pasien 14 kali/menit. Perkusi
ditemukan shifting dullnes (+). Palpasi
ditemukan nyeri tekan regio hipokondrium
3
![Page 4: Case Sirosis Hepatis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/563db7dd550346aa9a8eb246/html5/thumbnails/4.jpg)
dextra (+), hepar teraba 2 jari dibawah
costae dextra, permukaan rata, sudut
tumpul, lien tidak dapat diraba, undulasi
(+) ukuran lingkar perut 102 cm.
Pada ekstremitas ditemukan
eritema palmaris (+) pada kedua telapak
tangan, piting oedem pada ektremitas
bawah, akral teraba hangat, tidak sianosis,
CRT < 2 detik.
Pada pemeriksaan rectal toucher
ditemukan spincter ani masih menjepit,
mukosa teraba licin, tidak terdapat massa
(-), prostat teraba, pada handscoen
ditemukan feses berwarna hitam, darah (-).
Dari pemeriksaan laboratorium
pada tanggal 29 Agustus 2014 dari
pemeriksaan darah rutin didapatkan
leukosit 7.100 uL, trombosit 143.000 uL,
hemoglobin 10.8 gr/dL, Hematokrit 33,6
%. Pemeriksaan kimia darah pada tanggal
29 Agustus 2014, glukosa darah 64 mg/dL,
ureum 49,4 mg/dL, creatinin 1 mg/dL,
SGOT 221.7 uL, SGPT 26 uL, albumin
2,9 mg/dl, bilT 13,29 mg/dL, bilD 12,76
mg/dL. Pemeriksaan imunoserologi
HBsAg reaktif. Pemeriksaan elektrolit
pada tanggal 29 Agustus 2014 Na+ 134,4
mmol/L, K+ 3,95 mmol/L, Cl 104,9
mmol/L. Pada pemeriksaan imunoserologi
ditemukan HBsAg reaktif. Pada
pemeriksaan USG didapatkan kesan sirosis
hepatis, splenomegali dan asites.
Terapi non-farmakologis yang
diberikan pada pasien ini adalah tirah
baring total yang optimal dan diet rendah
protein, minum tiga gelas/hari.
Terapi farmakologis yang
diberikan adalah pemberian cairan ringer
laktat 20 tetes/menit, injeksi furosemid
2x20mg, Spironolakton 3x100mg,
ranitidin 2x50mg, domperidon 3x10mg,
curcuma 3x200mg. Pasien masih dirawat
di ruang rawat inap, dari hasil follow up
pasien pada tanggal 12 September 2014,
pasien merasa sesak nafas, lingkar perut
112 cm, input cairan sebanyak + 600cc
dan output cairan berupa urine sebanyak
250cc, dengan kadar albumin 2,7 mg/dL.
Pasien diberikan terapi farmakologis
berupa menghentikan pemberian cairan
pada pasien dan memasang IV plug, injeki
furosemid 2x20mg, injeksi spironolakton
3x100mg, curcuma 2x200mg, domperidon
3x10mg, omeprazole 2x20mg, lactulac
sirup 3x1, transfusi albumin 20% sebanyak
3 unit.
DISKUSI
Berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan, diagnosis
pasien ini mengarah pada sirosis hepatis.
Dari hasil anamnesis diketahui
bahwa pasien mengeluhkan adanya
penurunan nafsu makan, perut yang terasa
kembung, mual muntah dan terdapat
penurunan berat badan pada pasien, hal ini
mengarah pada fase awal sirosis hepatis
kompensata dimana gejalanya seperti
4
![Page 5: Case Sirosis Hepatis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/563db7dd550346aa9a8eb246/html5/thumbnails/5.jpg)
perasaan mudah lelah, selera makan
berkurang, perasaan perut kembung, mual,
muntah dan berat badan menurun. Pada
pasien ini juga sudah menunjukkan gejala
sirosis dekompensata diantaranya kulit dan
mukosa yang ikterik dan melena.
Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Sherlock, secara klinis
sirosis dibagi atas 2 tipe, yaitu sirosis
kompensata dan sirosis dekompensata.
Secara morfologi dibagi atas besar
kecilnya nodul, yaitu makronoduler
dimana pada saat dilakukan palpasi akan
didapatkan perabaan permukaan hati yang
irreguler dan multilobuler dan yang kedua
adalah mikronoduler dimana pada saat
perabaan akan dirasakan permukaan hati
yang reguler dan monolobuler.3
Pada pasien ini faktor resiko yang
menyebabkan terjadinya sirosis hepatis
adalah hepatitis alkoholik, dimana pasien
ada riwayat mengkonsumsi alkohol dalam
kurun waktu satu tahun terakhir.
Mekanisme kerusakan hati akibat
alkoholik masih belum pasti, diperkirakan
mekanismenya sebagai berikut : 1.
Hipoksia sentrilobular, metabolisme
asetaldehid etanol meningkatkan konsumsi
oksigen lobular, terjadi hipoksemia relatif
dan cedera sel di daerah yang jauh dari
aliran darah yang teroksigenasi; 2.
Infiltrasi/aktifitas neurofil, terjadi
pelepasan chemoattractans neutrofil oleh
hepatosit yang memetabolisme etanol.
Cedera jaringan dapat terjadi dari neutrofil
dan hepatosit yang melepaskan intermediet
oksigen reaktif, proteasa dan sitokin; 3.
Formasi acetaldehyde-pretein adducts
berperan sebagai neoantigen dan
menghasilkan limfosit yang tersensitasi
serta antibodi spesifik yang mengyerang
hepatosit yang membawa antigen ini; 4.
Pembentukan radikal bebas oleh jalur
alternatif dari metabolisme etanol, disebut
sistem yang mengoksidasi enzim
mikrosomal.2,4
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan
sklera ikterik. Pada pasien ini ikterik
terjadi akibat kegagalan fungsi hati yang
diakibatkan oleh penyalahgunaan alkohol,
ikterus intrahepatik terjadi disebabkan oleh
defek spesifik pada ambilan bilirubin pada
hati, konjugasi, atau sekresi bilirubin di
kanalikuli biliaris.1 Pada pasien juga
ditemukan spider nevi, yaitu suatu lesi
vaskuler yang dikelilingi vena kecil. Tanda
ini sering ditemukan di bahu, lengan atas
dan muka, mekanisme terjadinya tidak
diketahui ada anggapan dikaitkan dengan
peningkatan rasio estradiol/testosteron
bebas. Eritema palmaris juga ditemukan
pada pasien ini, hal ini dapat disebabkan
oleh perubahan metabolisme hormon
estrogen.2
Pada pasien ini ditemukan juga
perbesaran hati dan asites. Pada sirosis
hepatis fase awal dapat ditemukan
pembesaran hati, dan apabila sirosis telah
5
![Page 6: Case Sirosis Hepatis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/563db7dd550346aa9a8eb246/html5/thumbnails/6.jpg)
lama maka hati akan mengecil. Asites
merupakan penimbunan cairan dalam
rongga peritonium akibat hipertensi porta
dan hipoalbuminemia. Asites yang
berhubungan dengan sirosis hepatis terjadi
melalui mekanisme transudasi. Beberapa
teori yang menjelaskan asites transudasi
adalah underfilling, overfilling dan perifer
vasodilatation. Menurut teori underfilling
asites terjadi akibat volume cairan plasma
menurun akibat hipertensi porta akan
meningkatkan tekanan hidrostatik venosa
ditambah dengan hipoalbuminemia akan
menyebabkan transudasi sehingga caian
intravaskuler menurun. Teori over filling
menyebutkan asites terjadi akibat ekspansi
cairan plasma akibat reabsorbsi air oleh
ginjal dan teori perifer vasodilatation
mengatakan bahwa asites terjadi akibat
hipertensi porta.5
Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan pada pemeriksaan darah rutin
pasien mengalami trombositopenia ringan
dimana pada teori disebutkan pada pasien
sirosis hepatis akan ditemukan
trombositopenia, leukositopenia dan
neutropenia yang berkaitan dengan adanya
hipertensi porta. Pada pemeriksaan kimia
darah juga ditemukan peningkatan SGOT,
penurunan kadar albumin dan peningkatan
konsentrasi bilirubin dalam darah, hal ini
didukung oleh teori yang menyebutkan
bahwa nilai SGOT dan SGPT pada pasien
yang mengalami sirosis hepatis akan
mengalami peningkatan. Konsentrasi
bilirubin dalam darah dapat meningkat
pada pasien sirosis hepatis dan kadar
albumin akan mengalami penurunan sesuai
dengan derajat perburukan sirosis.2 Hasil
USG pada pasien ini menunjukkan adanya
sirosis hepatis, splenomegali dan asites.
Komplikasi yang dapat terjadi pada
sirosis hepatis adalah ensepalopati
hepatikum, merupakan kelainan
neuropsikiatri pada penderita sirosis
bersifat reversibel, patogenesis terjadinya
karena adanya gangguan metabolisme
energi pada otak dan peningkatan
permeabelitas sawar darah otak,
peningkatan permeabelitas ini dapat
memudahkan masuknya neurotoksin ke
dalam otak. Peritonitis bakterial spontan
merupakan komplikasi yang sering terjadi
akibat infeksi bakteri pada cairna asites,
biasanya pasien tanpa gejala namun dapat
timbul demam dan nyeri pada abdomen.
Sindrom hepatorenal diakibatkan oleh
vasokonstriksi dari arteri ginjal besar dan
kecil sehingga menyebabkan menurunnya
fungsi ginjal dan selanjutnya
menyebabkan menurunnya laju filtrasi
glomerulus.
Penatalaksanaan pada pasien
sirosis hepatis tergantung dari etiologi
yang mendasarinya. Pada kasus sirosis
hepatis diberikan diet cair tanpa protein.
Rendah garam serta pembatasan cairan
kurang dari 1 liter/hari. Jumlah kalori yang
6
![Page 7: Case Sirosis Hepatis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/563db7dd550346aa9a8eb246/html5/thumbnails/7.jpg)
diberikan dalam sehari sebanyak 2000-
3000kkal/hari. Pada pasien ini didapatkan
asites maka tatalaksananya pasien tirah
baring, diet rendah garam dikombinasikan
dengan diuretik. Awalnya dengan
pemberian spironolakton 100-200 mg/hari,
respon diuretik dapat dimonitor dengan
penurunan berat badan 0,5kg/hari, tanpa
adanya edema kaki dan 1kg/hari dengan
adanya edema kaki. Apabila pemberian
spironolakton tidak adekuat maka dapat
dikombinasikan dengan furosemid dengan
dosis 20-40mg/hari. Parasintesis dilakukan
apabila asites sangat besar.2 Pada pasien
ini tidak diberikan cairan infus,
omeprazole 2x20mg domperidon 3x10mg,
curcuma 2x200mg serta transfusi albumin
20% sebanyak 3 unit.
Prognosis pada pasien sirosis
hepatis bervariasi dipengaruhi sejumlah
faktor meliputi etiologi, beratnya
kerusakan hati, komplikasi dan penyakit
lain yang menyertai. Klasifikasi yang
digunakan pada sirosis hepatis adalah
klasifikasi Child-Phug.
Tabel 1. Klasifikasi Child-Phug
Derajat kerusakan Skor 1 Skor 2 Skor 3
Bilirubin serum <35 35-50 >50
Albumin serum >35 30-35 <30
Asites nihil Mudah dikontrol Sukar
PSE/Ensefalopati nihil minimal Berat/koma
Nutrisi sempurna baik Kurang/kurus
Tabel 2. Interpretasi klasifikasi Child-Phug
Kategori Skor 1 year 2 year
A 5-6 100% 85%
B 7-9 80% 57%
C 10-15 45% 35%
KESIMPULAN
Sirosis hati adalah penyakit dengan
proses nekrosis, inflamasi, fibrosis,
regenerasi nodular dan pembentukan
anastomosis vaskular yang kurang lebih
terjadi secara bersamaan. Sirosis hati
merupakan suatu keadaan patologis yang
menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang
ditandai dengan distorsi arsitektur hepar
dan pembentukan nodulus regeneratif.
Sirosis hepatis pada fase awal sering tanpa
gejala dan baru mulai terlihat pada fase
kompensata dimana pasien merasakan
7
![Page 8: Case Sirosis Hepatis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/563db7dd550346aa9a8eb246/html5/thumbnails/8.jpg)
badan lemas, nafsu makan menurun, perut
terasa kembung, mual dan muntah serta
penurunan berat badan. Pada fase
dekompensata pasien akan mengeluhkan
BAK pekat seperti the dan terjadinya
hematemesis dan atau melena. Tanda
klinis yang bisa ditemukan adalah Spider
nevi, eritema palmaris, hepatomegali,
splenomegali, asites dan ikterik pada
mukosa dan kulit.
Menegakkan diagnosis pada suspek
sirosis hepatis tidak begitu sulit, gabungan
dari gejala dan tanda yang diperoleh sudah
cukup mengarahkan kita pada diagnosis,
hal ini dapat dikonfirmasi dengan
pemeriksaan laboratorium dan USG
abdomen untuk meyankinkan diagnosis.
Pengobatan pada pasien sirosis hepatis
tergantung dari etiologi yang
mendasarinya. Prognosis pada pasien
sirosis hepatis sangat bervariasi, klasifikasi
Child-Phug dapat menilai prognosis pasien
sirosis hepatis yang dikelompokkan
menjadi 3 klasifikasi, yaitu klasifikasi A,B
dan C dimana dalam satu tahun secara
berturut-turut angka kelangsungan hidup
pasien 100,80,45%.
REFERENSI
1. Silbernagl S, Lang F. Color Atlas
of Pathophysilogy. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta : EGC. 2003
2. Nurdjanah S. Sirosis Hepatis.
Dalam :Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S.
Editors. Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi IV. Jilid I, Jakarta : Fakultas
Kedokteran UI ; 2006 : 668
3. Kasper, Braunwald, Fauci, Hauser,
Longo, Jameson. Chirhosis
Hepatitis, Harrison’s Manual of
Medicine, 16th Edition, 2005
4. Price SA, Wilson LMC.
Patofisiologi konsep klinis proses-
proses penyakit.6th edition.
Jakarta :EGC; 2006
5. Hirlan. Asites. Dalam : Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiadi S. Editors.
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV.
Jilid I, Jakarta : Fakultas
Kedokteran UI ; 2006 : 674
8