Case Sefalgia Rotasi 2
description
Transcript of Case Sefalgia Rotasi 2
SEFALGIA
A. Definisi
Nyeri kepala adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata serta
perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Menurut Mansjoer dkk, 2005, disebutkan
bahwa nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak enak di bagian atas ( superior ) kepala,
setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi, rahang bawah dan leher.
B. Epidemiologi
Nyeri kepala merupakan keluhan bidang neurologik yang sering dikeluhkan oleh pasien
yang datang berobat. Sebahagian besar orang pernah mengalami nyeri kepala (sefalgia) pada
sepanjang hidupnya. terbukti dari hasil penelitian population base di Singapore dari Ho dkk
didapati prevalensi life time nyeri kepala penduduk Singapore adalah pria 80%, wanita 85%
(p=0.0002). Di Amerika Serikat, dalam satu tahun lebih dari 70% penduduknya (pernah)
mengalami nyeri kepala.
Penelitian yang dilakukan di Surabaya (1984) menunjukkan bahwa di antara 6488 pasien
baru, 1227 (18,9%) datang karena keluhan nyeri kepala; 180 di antaranya didiagnosis sebagai
migren. Sedangkan di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta (1986) didapatkan 273(17,4%) pasien
baru dengan nyeri kepala di antara 1298 pasien baru yang berkunjung selama Januari sd. Mei
1986.
C. Klasifikasi
Klasifikasi nyeri kepala telah dilakukan oleh International Headache Society pada tahun
2004. Adapun klasifikasinya adalah :
International Headache Society Classification of Headache
1. Migraine - Migraine without aura- Migraine with aura- Ophtalmoplegic migraine- Retinal migraine
2. Tension-type headache- Episodic tension type headache - Chronic tension type headache
3. Cluster headache and chronic paroxysmal hemicranias- Cluster headache- Chronic paroxysmal hemicrania
4. Miscellaneous headaches not associated with structural lesion- Idiopathic stabbing headache - External compression headache- Cold stimulus headache- Benign exertional headache - Headache assotiated with sexual activity
5. Headache associated with head trauma- Acute posttraumatic headache - Chronic posttraumatic headache
6. Headache associated with vascular disorders- Acute ischemic cerebrovascular disorder - Intracranial hematoma - Subarachnoid hemorrhage- Unruptured vascular malformation- Arteritis - Carotid or vertebral artery pain - Venous thrombosis - Arterial hypertension - Other vascular disorder
7. Headache associated with nonvascular intracranial disorder- High CSF pressure- Low CSF Pressure - Intracranial infection- Sarcoidosis and other noninfectious
inflammatory disease - Related to intrathecal injections- Intracranial neoplasm- Associated with other intracranial
disorder
- Childhood periodic syndromes that may be precursors to or associated with migraine
- Migrainous disorder not fulfilling above criteria
8. Headache associated with substances or their withdrawal- Headache induced by acute substance
use or exposure- Headache induced by chronic substance
use or exposure- Headache from substance withdrawal
(acute use)- Headache from substance withdrawal
(chronic use)9. Headache associated with noncephalic
infection- Viral infection - Bacterial infection- Other infection
10. Headache associated with metabolic disorder- Hypoxia - Hypercapnia - Mixed hypoxia and hypercapnia- Hypoglycemia- Dialysis- Other metabolic abnormality
11. Headache or facial pain associated with disorder of facial or cranial structures - Cranial bone - Eyes - Ears- Nose and sinuses - Teeth, jaws, and related structures - Temporomandibular joint disease
12. Cranial neuralgias, nerve trunk pain, and deafferentation pain- Persistent (in contrast to ticlike) pain of
cranial nerve origin- Trigeminal neuralgia - Glossopharyngeal neuralgia- Nervus intermedius neuralgia - Superior laryngeal neuralgia- Occipital neuralgia- Central causes or head and facial pain
other than tic douloureux13. Headache not classifiable
D. Pemeriksaan klinis
a. Anamnesis
Mula timbul
2
Nyeri kepala yang dimulai sejak masa kanak-kanak, masa remaja atau dewasa muda
biasanya migren; jenis ini umumnya berhenti pada saat menopause, meskipun pada beberapa
kasus justru mulai dirasakan pada masa tersebut. Nyeri kepala tipe tegang dapat mulai diderita
setiap saat; Sedangkan nyeri kepala yang baru mulai dirasakan pada usia yang lebih lanjut harus
diselidiki kemungkinan penyebab organiknya seperti arteritis temporalis, gangguan peredaran
darah otak atau tumor. Hati-hati terhadap nyeri kepala yang progresif memberat karena mungkin
didasari kelainan organik; makin lama nyeri kepala diderita anpaberubah sifat, makin besar
kemungkinannya disebabkan oleh faktor-faktor yang jinak (benign).
3
Nyeri kepala
Bertahap/kronis
Mendadak/akut
1. Hipertensi2. Tumor otak3. Trauma kapitis4. Penyakit mata5. Uremi6. Anemi7. Keganasan8. Penyakit kronis lainnya9. Migren umum10. Neuorosis11. Hidrosefalus obstruktif
1. Infeksi intrakranial2. Infeksi sistemik3. Hipertensi berat4. Perdarahan otak5. Keracunan6. Oftalmoplegi7. Neurosis8. Trauma kapitis9. Glaucoma10. Hidrosefalus obstruktif11. Cluster headache12. Migren klasik
Nyeri kepalamendadak
Penglihatan ganda
Trauma kepala
Gangguankeseimbangan
a. Perdarahn subduralb. Nyeri pasca trauma
a. Keracunanb. Gangguan telinga tengahc. Pasca trauma kapitisd. neurosis
a. Oftalmoplegi idiopatikb. Tumor otakc. Hidrosefalus obstruktif
Penglihatan kabur
a. Hipertensi beratb. Keracuananc. Perdarahan otakd. Tukak lambung
Mual/muntah
a. Hipertensi beratb. Glaucomac. Keracunan
Sangat gelisahbingung
a. Enselopati hipertensifb. Perdarahan otakc. Keracunan
Trauma a. Kontusio/komosiob. Hematom intracranialc. Hematoma subkutand. Nyeri pasca traumae. Fraktur tengkorak
Demam a. Meningitisb. Otitis media akuatac. Demam tifoidd. Malariae. Influenzaf. Infeksi lainnya
4
a. Migren umumb. Cluster headachec. Neurosisd. E[pilepsie. Hidrosefalus obstruktif
a. Asma bronchialb. Penyakit jantungkongestifc. Neurosis/konversi histerid. Penyakit paru menahun
Sesak napas
a. Perdarahankronis/sistemikb. Uremic. Kurang gizid. Keganasane. Penyakit kronis lain
pucat
Nyeri kepalabertahap/kumat kumatan/kronis tanpa panas
a. Migren umumb. gangguan mata lainnyaMata nrocos
a. Tumor otakb. Hipertensi beratc. Uremid. Neurosise. Tukak lambungf. Hidrosefalus obstruktif
Mual/muntahh
a. Tumor otakb. Hipertensi beratc. Gangguan refraksi mata
Penglihatanmenurun/kabur
a. Hipertensib. Tensionheadache/neorosisc. Meningitis
Nyeri/kaku leher
a. Perdarahan subaraknoidb. Pasca trauma leher/kepalac. Neurosisd. Hipertensi berat
Kaku kuduk
- Lokasi, frekuensi, sifat dan gejala penyerta
Nyeri kepala Sifat nyeri Lokasi Lama nyeri
Frekuensi Gejala ikutan
Migren umum Berdenyut Unilateral 6-48 jam Sporadic Mual,muntah,
5
Tanpa gejalalainnya
Atau bilateral Beberapa kalisebulan
malaise danfotofobia
Migren klasik Berdenyut Unilateral 1-6 jam Beberapa kali Sindroma visual,mual, muntah, danmalaise
Klaster Tajam danmenusuk
Unilateral orbita 5-120 menit
Seranganberkelompokdengan remisilama
Lakrimasiipsilateral, wajahmerah, hidungtersumbat, Horner
Tipe tegang Tumpul,ditekan
Difus,bilateral Terusmenerus
Konstan Depresi ansietas
Neuralgia trigeminal
Ditusuk-tusuk DermatomSaraf
singkat Beberapa kaliSehari
Zona Pemicu nyeri
Atipikal Tumpul Unilateralataubilateral
Terusmenerus
Konstan Depresi kadang-kadangpsikosis
Sinus Tumpul/tajam
Diatas sinus bervariasi Sporadik dankonstan
Rinore
Lesi desak ruang
bervariasi Unilateral (awal) bilateral(lanjut)
Bervariasiprogresif
BervariasiSemakin sering
Papil edema,deficitneurologis fokal,gangguan mentaldanperilaku,kejang,dll
- Faktor pencetus
Migren dapat dicetuskan oleh banyak hal, seperti alkohol, obat-obatan, cahaya terang,
rasa lelah, kurang tidur, stres, hipoglikemi; selain itu juga sering berkaitan dengan menstruasi
dan dalam banyak kasus sembuh selama hamil. Nyeri kepala yang dicetuskan oleh exercise atau
orgasme dapat disebabkan oleh pecahnya aneurisma. Penderita migren lebih suka duduk tegak,
berbeda dengan nyeri kepala akibat tumor yang penderitanya lebih suka berbaring dan
menghindari perubahan posisi, terutama bangkit dari tidur. Mengejan atau batuk dapat
mencetuskan semua jenis nyeri kepala, kecuali tipe tegang. Pasien nyeri kepala klaster tidak
dapat tenang selama serangan, bahkan dapat kelihatan panik; tanda ini khas karena tidak ditemui
pada nyeri kepala jenis lain. Guncangan kepala (head jolt) memperberat nyeri kepala, terutama
akibat tumor; kadang- kadang dijumpai juga pada nyeri kepala di saat demam, pasca trauma atau
meningitis; nyeri kepala tipe tegang tidak banyak dipengaruhi. Gangguan tidur yang menyertai
nyeri kepala biasanya disebabkan oleh anxietas atau depresi. Riwayat keluarga umumnya
dijumpai di kalangan pasien migren.
6
b. Pemeriksaan Fisik
- fungsi vital : tekanan darah, frekuensi, nadi, pernapasan, suhu tubuh untuk
menyingkirkan penyakit-penyakit sistemik;
- funduskopi penting untuk mendeteksi adanya papiledema dan/atau tanda-tanda
hipertensi.
- Palpasi daerah kepala dan leher dilakukan untuk mendeteksi kelainan lokal.
- Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (Kernig, Brudzinsky, kaku kuduk), fungsi
saraf otak (pupil, gerak bola mata, sensibilitas wajah), kekuatan motorik dan refleks,
fungsi sensorik/sensibilitas,
- Pemeriksaan fungsi mental terutama perubahan tingkah laku dan kebiasaan.
c. Pemeriksaan tambahan
Bila anamnesis/riwayat penyakitnya sesuai dengan salah satu jenis nyeri kepala,
dan pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menemukan kelainan, umumnya tidak
diperlukan pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan
radiologik (foto Röntgen kepala, CT scan), pemeriksaan elektrofisiologik (EEG, EMG,
potensial cetusan) atau pemeriksaan laboratorium lain dilakukan hanya bila terdapat
kecurigaan adanya penyakit gangguan struktural otak atau penyakit sistemik yang
mendasarinya
E. Nyeri Kepala Migren
a. Manifestasi klinis
- Migren tanpa aura
Migren ini tidak jelas penyebabnya (idiopatik), bersifat kronis dengan manifestasi
serangan nyeri kepala 4-72 jam, sangat khas yaitu nyeri kepala unilateral, berdenyut-
denyut dengan intensitas sedang sampai berat disertai mual, fotofobia atau fonofobia.
Nyeri kepala diperberat dengan aktifitas fisik. Gejala-gejala tambahan meliputi nyeri
kepala pada menstruasi dan berhenti pada waktu hamil.
- Migren dengan aura
7
Nyeri kepala ini masih belum diketahui penyebabnya (idiopatik), bersifat kronis
dengan bentuk serangan dengan gejala neurologic (aura) yang berasal dari korteks
serebri dan batang otak, biasanya berlangsung selama 5-20 menit dan berlangsung
tidak lebih dari 60 menit. Nyeri kepala, mual dengan tanpa fotofotobia biasanya
langsung mengikuti gejala aura atau setelah interval bebas serangan tidak sampai 1
jam. Fase ini biasanya berlangsung 4-72 jam atau sama sekali tidak ada. Aura dapat
berupa gangguan mata homonimus, gejala hemisensorik, hemiparesis, disfagia atau
gabungan dari gangguan tersebut.
- Migren hemiplegic
Migren dengan aura termasuk hemiparesis dengan criteria klinik yang sama seperti
diatas dan sekurang-kurangnya seorang keluarga terdekat mempunyai riwayat migren
yang sama.
- Migren basilaris
Migren dengan aura yang jelas berasal dari batang otak atau dari kedua lobus
oksipitalis. Kriteria klinik sama dengan yang diatas, dengan tambahan dua atau lebih
dari gejala aura seperti berikut ini :
a. Gangguan lapangan penglihatan temporal dan nasal bilateral.
b. Disartria
c. Vertigo
d. Tinitus
e. Pengurangan pendengaran
f. Diplopia
g. Ataksia
h. Parestesia bilateral
i. Perestesia bilateral dan penurunan kesadaran
- Migren aura tanpa nyeri kepala
Migren jenis ini mempunyai gejala aura yang khas tetapi tanpa diikuti nyeri kepala,
biasanya terdapat pada individu berumur lebih dari 40 tahun.
- Migren dengan awitan aura akut
Migren dengan aura yang berlangsung penuh kurang dari 5 menit. Kriteria diagnosis
sama seperti kriteria migren dengan aura, dimana gejala neural kurang 4 menit, nyeri
8
kepala terjadi selama 4-72 jam, selama nyeri berlangsung sekurangnya disertai mual
dan muntah, fotofobia/fonofobia. Untuk menyingkirkan TIA dilakukan pemeriksaan
angiografi dan pemeriksaan jantung serta darah
- Migren Oftalmoplegika
Migren jenis ini dicirikan oleh serangan yang berulang parese satu atau lebih saraf
otak ocular dan tidak dapat didapatkan kelainan organic. Kriteria diagnosis terdiri dari
sekurang III,IV dan VI serta tidak didapatkan kelainan cairan serebrospinal.
- Migren retinal
Terjadi serangan berulang kali dalam bentuk skotoma monocular atau buta tidak lebih
dari satu jam. Dapat berhubungan dengan nyeri kepala atau tidak. Gangguan ocular
dan vascular tidak dijumpai.
- Migren yang berhubungan dengan gangguan intracranial
Migren dan gangguan intrakranial berhubungan dengan awitan secara temporal. Aura
dan lokasi nyeri kepala berhubungan erat dengan jenis lesi intracranial. Keberhasilan
pengobatan lesi intracranial akan diikuti oleh hilangnya serangan migren.
b. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis suatu jenis migren,digunakan kriteria diagnosis untuk masing-
masing migren yakni :
9
Kriteria Diganosis Migren Tanpa Aura
a. Sekurang-kurangnya 10 kali seranagn yang termasuk B –D
b. Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak diobati atau pengobatan tidak cukup) dan
diantara serangan tidak ada nyeri kepala
c. Nyeri kepala yang terjadi sekurang-kurangnya dua dari karakteristik sebagai berikut :
1. Lokasi unilateral
2. Sifatnya mendenyut
3. Intensitasnya sedang sampai berat
4. Diperberat oleh kegiatan fisik
d. Selama serangan sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut dibawah ini
1.Mual atau dengan muntah
2.Fotofobia atau denagn fonofobia
e. Sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut dibawah ini
1.Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologic tidak menunjukkan kelainan oraganik
2.Riwayat pemeriksaan fisik dan neurologic diduga ada kelaianan oraganik, tetapi
pemeriksaan neuro-imaging dan pemeriksaan tambahan lainnya tidak menunjukkan kelainan.
10
Kriteria Diagnosis Migren Dengan Aura
a. Sekurang-kurangnya 2 serangan seperti tersebut dalam B
b. Sekurang-kurangnya terdapat 3 dari 4 karakteristik tersebut dibawah ini :
1. Satu atau lebih gejala aura yang reversible yang menunjukkan disfungsi hemisfer dan/atau
batang otak.
2. Sekurang-kurangnya satu gejala aura berkembang lebih dari 4 menit atau 2 atau lebih gejala
aura terjadi bersama-sama.
3. Tidak ada gejala aura ayng berlangsung lebih dari 60 menit, bila lebih dari satu gejala
aura terjadi, durasinya lebih lama.
4. Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengaan interval bebas nyeri kurang dari 60 menit,
tetapi kadang-kadang dapat terjadi sebelum aura
c. Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut di bawah ini :
1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologic tidak menunjukkan kelainan organik
2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologic diduga menunjukkan kelainan
organik, tetapi denagn pemeriksaan neuro-imaging dan pemeriksaan tambahan lainnya tidak
menunjukkan kelainan.
Kriteria Diganosis Migren dengan gangguan intracranial
a. sekurang-kurangnya terjadi satu jenis migren
b. gangguan intracranial dibuktikan dengan pemeriksaan klinik dan neuro-imaging
c. terdapat satu atau keduanya dari :
1. awitan migren sesuai dengan awitan gangguan intracranial
2.lokasi aura dan nyeri sesuai dengan lokasi gangguan intracranial
d.bila pengobatan gangguan intracranial berhasil maka migren akan hilang dengan sendirinya
Kriteria Migren Retina
Sekurang-kurangnya terdiri dari 2 serangan sebagai mana tersebut dibawah ini.
a. Skotoma monocular yang bersifat reversible atau buta tidak lebih dari 60 menit dan dibuktikan
dengan pemeriksaan selama serangan atau penderita menggambarkan gangguan lapangan penglihatan
monocular selama serangan tersebut.
b. Nyeri kepala yang mengikuti gangguan visual dengan interval bebas nyeri tidak lebih dari 60 menit,
tetapi kadang-kadang lebih dari 60 menit. Nyeri kepala bisa tidak muncul apabila penderita
mempunyai jenis migren lain atau mempunyai 2 atau lebih keluarga terdekat yang mengalami migren.
c. Pemeriksaan oftalmologik normal diluar serangan. Adanya emboli dapat disingkirkan dengan
pemeriksaan oftalmologik, CT Scan, pemeriksaan jantung dan darah.
c. Pengobatan
Secara umum, tata laksana berupa :
- Saat serangan beri terapi simptomatik
- Bila factor pencetus dikenali maka harus dihindari
- Ansietas dan depresi harus diobati
- Relaksasi dan latihan pernapasan
Terapi Simtomatik
1. Banyak pasien yang membaik dengan pemberian aspirin atau parasetamol.
Beberapa pasien mendapat hasil yang lebih baik bila ditambahkan fenobarbital
dosis kecil.
2. Nyeri kepala hebat diobati dengan kodein 30-60 mg
3. Nausea dan vomitus dapat dihilangkan dengan prometazin 25-50 mg atau
proklorperazin 5-10 mg
4. Bila pasien tidak dapat tidur, dapat diberi nitrazepam 5-10 mg sebelum tidur
5. Penggunaan yang berlebihan dari obat-obat yang mengandung barbiturate, kafein
dan opiate harus dihindari karena dapat menimbulkan eksaserbasi nyeri kepala
bila obat tersebut dihentikan.
6. Migren yang disertai kelainan saraf (migren komplikata) ergotamine sebaiknya
tidak diberikan. Obat yang dianjurkan adalah propanolol HCL dengan dosis 3-
4x40 mg sehari. Hati-hati kontraindikasi propanolol.
7. Migren menstrual diberikan antiinflamsi non steroid 2 hari sebelum haid sampai
haid berhenti yaitu natrium naproksen, asam mefenamat atau ketoprofen dll.
11
Terapi abortif
Harus diberikan sedini mungkin, tetapi sebaiknya pada saat timbul nyeri kepala.
Obat yang digunakan :
1. Ergotamin tartat dapat diberikan tersendiri atau dicampur dengan obat antiemetic,
analgesic atau sedative. Banyak preparat yang dicampur dengan kafein untuk
potensiasi efek (Cafergot) atau ditambah lagi zat sedative luminal (Bellapheen
atau ergopheen). Kontra indikasi pemberian ergotamine adalah adanya penyakit
pembuluh darah arteri perifer atau pembuluh koroner, penyakit hati atau ginjal,
hipertensi dan kehamilan. Efek sampingnya mual, muntah dank ram. Ergotisme
dapat terjadi berupa gangguan mental dan ganggren. Dosis oral umumnya 1 mg
pada saat serangan diikuti 1 mg setiap 30 menit, sampai dosis maksimum 5
mg/serangan atau 10mg/ minggu.
2. Dihidroergotamin (Dihydergot/DHE) merupakan agonis reseptor 5-HTI
(serotonin) yang aman dan efektif untuk menghilangkan serangan migren dengan
efek samping mual yang kurang dan lebih bersifat venokonstriktor. Dosis 1 mg
intravena selama 2-3 menit dan didahului dengan 5-10 mg metoklopramid
(Primperan) untuk menghilangkan mual dan dapat diulang setiap 1 jam sampai
total 3 mg.
3. Sumatriptan suksinat (Imitrex) merupakan zat bekerja sebagai agonis selektif
reseptor 5-Hidroksi triptamin (5-HT1D) yang efektif dan cepat menghilangkan
serangan nyeri kepala migren. Obat ini dapat diberikan subkutan dengan sebuah
autoinjektor. Sumatriptan terbukti efektif dalam menghilangkan nyeri kepala dan
mual pada migren. Dosis lazim adalah 6 mg subkutan, dapat diulang dalam waktu
1 jam bila diperlukan (jangan melampaui 12 mg/24 jam). Efek samping ringan
berupa reaksi lokal pada kulit, muka merah, kesemutan dan nyeri leher serta
kadang-kadang nyeri dada. Kontraindikasi obat ini adalah angina, penyakit
koroner, hipertensi atau pengguanaan yang bersamaan dengan ergotamine atau
vasokontriksor lainnya. Sumatriptan tidak boleh diberikan pada migren basiler
atau migren hemiplegic.
Profilaksis migren
12
Hanya diberikan pada pasien dengan serangan yang sering berulang atau parah dan tidak
berhasil dengan terapi abortif. Terapi preventif ini tidak boleh diberikan pada wanita
hamil atau wanita yang mau hamil.
1. Penyekat beta seringkali efektif untuk profilaksis migren
- Propanolol dengan dosis 80-160 mg perhari dibagi dalam 2-3 kali pemberian,
Jangan diberikan pada pasien asma bronchial atau gagal jantung kongestif.
- Alternatif lain adalah nadolol (Corgard®:20-240 mg/hari) atau atenolol
(Tenormin®50-200mg/hari)
2. Antidepresan trisiklik yaitu amitriptilin atau imipramin(Tiofranil®) denagn dosis 50-
75 mg/hari sebelum tidur atau dalam dosis terbagi. Penyekat saluran kalsium kadang-
kadang dipakai sebagai alternatif kedua bila penyekat beta atau amitriptilin tidak efektif.
Verapamil(Isoptin®) denagn dosis 3-4 kali 80 mg/hari. Kontraindikasi obat ini pada
sindrom sinus sakit, blok jantung derajat dua-tiga dan gagal jantung kongestif. Efek
sampingnya adalah edema, hipotensi, lelah, pusing, dll.
3. Antihistamin-antiserotonin seperti siproheptadin denagn dosis 8-16 mg perhari dalam
dosis terbagi dan pizotifen denagn dosis 0,25-0,5 mg sekali, diberikan sekali sampai tiga
kali sehari.
4. Metisergid (abtagonis serotonin) 2 mg/hari dinaikan sampai 8 mg/hari dibagi dalam
beberapa dosis. Dosis dinaikan bila pasien bebas dari efek samping termasuk mengantuk,
ataksia, mual. Tidak boleh digunakan lebih dari 6 bulan karena akan menimbulkan
fibrosis retroperitonealis.
5.Antikonvulsan bermafaat pada beberapa pasien terutama degan epilepsy migrenosa
(fenitoin 200-400 mg perhari). Pada anak dosis fenitoin yang diberikan 5mg/kgBB/hari.
Asam valproat 250-500 mg 2 kali sehari dapat mengurangi frekuensi nyeri kepala
migren. Namun,obat-obat ini bukan standar untuk migren.
F. Nyeri Kepala Tipe tegang ( Tension )
a. Manifestasi Klinis
Nyeri kepala tegang otot dirasakan bilateral. Intensitasnya dari ringan sampai
sedang. Rasa nyeri yang dirasakan antara lain seperti diikat, seperti ditindih barang berat
13
atau kadang-kadang berwujud perasaan tidak enak di kepala. Nyeri kepala ini dapat
berlangsung hanya 30 menit akan tetapi dapat pula terus-menerus sampai 7 hari dengan
intensitas bervariasi yang biasanya ringan pada waktu bangun tidur, makin lama makin
berat dan membaik lagi sewaktu mau tidur. Pemeriksaan neurologic tidak menunjukkan
adanya kelainan
b. Diagnosis
Sesuai dengan kriteria The International Headache Society, tegang otot episodic dapat
ditegakkan apabila :
1. Minimal ada 10 kali serangan nyeri kepala dengan gambaran klinik seperti diatas.
2. Tidak ada nausea dan vomitus
3. Tidak ditemukan adanya fonofobia dan fotofobia dan kalaupun ada hanya salah
satu.
4. Dikatakan nyeri kepala tegang otot yang berhubungan dengan gangguan otot
perikranial (dahulu disebut muscle contraction headache), bila ditemukan adanya
ketegangan otot perikranial dengan cara palpasi atau dengan pemeriksaan EMG.
5. Apabila bentuk diatas ditemukan akan tetapi serangan nyeri kepala terjadi paling
sedikit 15 hari tiap bulannya dan telah berlangsung lebih dari 6 bulan, serta
mungkin pula diiringi dengan salah satu dari gejala berikut ini : nausea, fotofobia,
fonofobia akan tetapi tidak disertai vomitus maka diagnosisnya adalah nyeri
kepala tegang otot kronik.
c. Pengobatan
Tindakan umum
Pembianan hubungan empati awal yang hangat antara dokter dan pasien merupakan
langkah pertama yang sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Penjelasan
dokter yang menyakinkan pasien bahwa tidak ditemukan kelainan fisik dalam rongga
kepala atau dalam otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak
atau penyakit intracranial lainnya.
Penilaian adanya kecemasan atau depresi harus segera dilakukan. Sebagian pasien
menerima bahwa nyeri kepalanya berkaitan dengan penyakit depresinya dan bersedia
ikut program pengobatan sedangkan sebagian pasien lain menyangkalnya. Oleh sebab
14
itu, pengobatan harus ditujukan kepada penyakit yang mendasari dengan obat anti
cemas atau antidepresi serta modifikasi pola hidup yang salah, disamping pengobatan
nyeri kepalanya. Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh diri maka pasien
harus dirujuk ke ahli jiwa.
Terapi Farmakologik
Karena bersifat jangka panjang, hindari sedapat mungkin zat-zat yang adiktif
misalnya golongan benzodiazepine dan analgetik opiate.
Anti-depresan. Meskipun analgetik nonnarkotik (asetosal,parasetamol,dll) dan
antiinflamasi nonsteroid bermanfaat mengurangi nyeri kepala namun sebagian besar
nyeri kepala tipe tegang memerlukan tambahan obat anti depresan dan atau anti
cemas. Obat anti depersan efektif juga disebabkan oleh efek analgetiknya.
Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin dan doksepin dapat diberikan bila nyeri
kepala disertai gangguan pola tidur karena sefek sedatifnya. Golongan trisiklik yang
nonsedatif antara lain nortriptilin atau protiptilin. Golongan lain yang nontrisiklik
seperti maprotilin,trazadon, fluoksetin dipilih untuk menghindari efek
antikolinergiknya.
Anti-cemas. Sebagian pasien dengan predominan kontraksi otot dan kecemasan dapat
diberikan diazepam 5-30 mg/hari, klordiazepoksid 10-75 mg/hari,alprazolam 0,25-
0,50 mg. 3 kali sehari atau buspiron. Buspiron adalah agonis parsial selektif reseptor
serotonin 5-HTIA,karena itu kecil efek sedatifnya adan tidak adiktif . Alprazolam
memiliki efek anticemas dan antidepresi.
Relaksasi,hypnosis, biofeedback, meditasi dan teknik reklaksasi lain dapat membantu
mengurangi berta-ringan dan frekuensi serangan.
Psikoterapi bermanfaat pada kasus dengan ansietas atau depresi berat
Fisioterapi,terdiri dari diatermi, masase, kompres hangat,TENS (transcutaneus
electric nerve stimulation).
B. Nyeri Kepala Tipe Cluster
a. Definisi
15
Nyeri kepala tipe kiaster adalah jenis nyeri kepala yang berat, unilateral yang
timbul dalam serangan-serangan mendadak, sering disertai dengan rasa hidung tersumbat,
rinore, Iakrimasi dan injeksi konjungtiva di sisi nyeri. Dalam klinik dikenal dua tipe yaitu
tipe episodik orang yang menderita tipe ini mengalami masa serangan nyeri selama waktu
tertentu (periode klaster), kemudian diseling dengan masa bebas nyeri (remisi) yang
lamanya bervariasi; sedangkan tipe khronik ialah bila serangan-serangan nyeri tersebut
masih tetap timbul selama sedikitnya 12 bulan.
b. Manifestasi Klinis
Nyeri umumnya didahului oleh rasa penuh di telinga yang kadang-kadang meluas
ke seluruh kepala, disusul beberapa menit kemudian dengan serangan-serangan
mendadak berupa rasa seperti tertusuk, biasanya unilateral di daerah okulofrontal atau
okulotemporal; serangan tersebut sangat hebat (excruciating) dan menetap, tidak
berdenyut, hilang timbul secara tiba-tiba, dapat berpindah-pindah tempat. Nyeri disertai
dengan rinore, laknimasi dan pelebaran pembuluh darah konjungtiva; kadang-kadang
disertai rasa bengkak di wajah dan sekitar mata di sisi nyeri, dapat disertai sindrom
Homer di sisi sama. Selama serangan wajah menjadi pucat, sebaliknya konjungtiva
tampak kemerahan dan berair. Nyeri dapat dirasakan di 'belakang mata', seolah-olah
mendorong mata ke luar. Umumnya dimulai saat bangun tidur siang atau di malam hari,
biasanya dalam 90 menit setelah tertidur. Serangan nyeri dapat dicetuskàn oleh
nitrogliserin, histamin atau alkohol.
c. Pengobatan
1. Penjelasan kepada pasien
Pada kebanyakan pasien, ditemukan anxietas dan rasa kuatir akan timbulnya
periode nyeri berikut, anxietas juga sering ditemukan pada periode klaster yang
berkepanjangan. Perlu dipahami bahwa kebanyakan serangan nyeri dapat dihindari atau
diperpendek/diperingan, meskipun lamanya periode nyeri sampai saat ini belum dapat
dipersingkat atau dihilangkan. Para pasien dianjurkan untuk menghindari tidur siang,
minuman alkohol, zat mudah menguap, terutama pada periode klaster; sedangkan
pengaruh diet sangat kecil. Gangguan emosional seperti rasa marah, frustrasi ataupun
aktifitas fisik yang berat dapat mencetuskan serangan atau memulai periode nyeri.
16
Pengaruh ketinggian juga disebut-sebut dapat mencetuskan serangan, sehingga harus
diwaspadai bila berada di ketinggian/ pegunungan atau naik pesawat terbang; ada yang
menganjurkan penggunaan asetazolamid 2 dd 250 mg. dimulai 2 hari sebelum nya untuk
mencegah serangan tersebut. Perubahan siklus tidur juga dapat mencetuskan serangan,
misalnya akibat perubahan shift kerja, atau perubahan cara hidup.
2. Pengobatan pencegahan
Serangan saat tidur dapat dicegah dengan 2 mg ergotamin tartrat 12 jam sebelum
tidur; penggunaan ergotamin ini harus hati-hati padapasien-pasien dengan gangguan
vaskuler, jantung, serebral, atau pada kehamilan, adanya penyakit ginjal atau hati, infeksi
dan masa pasca bedah. Serangan di saat lain dapat diatasi dengan metisergid 34 dd 40
mg., verapamil 4 dd 80 mg., lithium 2 dd 300 mg. atau prednison 40 mg./hari selama 3
minggu. Metisergid terutama efektif bila digunakan sejak awal, efektivitasnya kira-kira
65%; obat ini mempunyai efek samping gastrointestinal, parestesi dan nyeri ekstremitas
bawah dan kemungkinan fibrosis retroperi- toneal, endomiokardial atau pulmonal yang
berbahaya; obat ini tidak tersedia di Indonesia. Verapamil cukup efektif untuk ke
banyakan pasien, digunakan selama periode nyeri. Penggunaan lithium hams disertai
dengan pengamatan efek samping seperti tremor karena obat ini mempunyai rentang
dosis terapeutik yang relatif sempit. Kombinasi empat obat di atas dapat mengatasi kira-
kira 90% kasus episodik; dalam hal resistensi, dapat dicoba penambahan prednison 40
mg./hari selama 5 hari, kemudian diturunkan dosisnya selama 3 minggu (tapering off);
penggunaan prednison harus hati-hati pada pasien dengan ulkus peptikum, hipertensi atau
diabetes melitus. Pasien-pasien khronik dapat resisten terhadap pengobatan, mungkin
berkaitan dengan sifatlkepribadian tertentu; ada pe- neliti yang mencoba Na valproat 600-
2000 mgihari sebagai profilaktik.Pengobatan eksperimental berupa gangliolisis
trigeminal, atau penggunaan cahaya terang untuk mengubah siklus sirkadian.
3. Pengobatan saat serangan
Serangan klaster akut dapat diatasi dengan inhalasi oksigen; untuk memperoleh
manfaat maksimum, oksigen diberikan se- gera di awal serangan sebanyak 7 l/menit
menggunakan facial mask; pasien duduk, dianjurkan bemapas biasa selama 15 menit.
Alternatif lain ialah menggunakan 1 tablet (1 mg.) ergotamin sublingual, dapat diulang
sampai dua kali setelah 15 menit; dosis maksimum 2 mg./24 jam. Ergotaniin juga dapat
17
diberikan secara intramuskuler dalani bentuk dihidroergotamin 1 mg. atau ergotamin
tartrat 0,5 mg.; atau secara inhalasi sebanyak 2 kali dengan interval 5 menit. Dosis
maksimum 4 mg./24 jam. Obat simtomatik lain ialah kokain HCI 5% atau lidokain HCI
4% intranasal.
C. Neuralgia Trigeminal
Neuralgia trigeminal ( tic douloureux) ditandai oleh serangan nyeri paroksismal yang
tajam menyengat atau menyetrum, berlangsung singkat (detik atau menit), unilateral pada daerah
distribusi nervus V(trigeminus). Cabang ketiga dan kedua dari nervus trigeminus paling sering
terkena dan titik pemicu nyeri seringkali ditemukan didaerah wajah terutama diatas lubang
hidung dan mulut. Serangan terjadi spontan atau sedang menggosok gigi, bercukur, mengunyah,
menguap atau menelan.
Penatalaksaan
Fenitoin. Banyak pasien yang memberikan respon baik terhadap fenitoin saja (200-300
mg/hari)
Karbamazepin. Sekitar 80% pasien memberikan respon baik terhadap pengobatan awal
dengan karbamazepin (400-1200 mg/hari). Respon terhadap karbamazepin bermanfaat
untuk membedakan neuralgia trigeminus dari kasus nyeri fasial atipik tertentu. Baik
fenitoin maupun karbamazepin dapat menimbulkan ataksia (terutama jika dipakai
bersamaan). Komplikasi karbamazepin yang jarang adalah leucopenia, trombositopenia
dan gangguan fungsi hati. Setelah perbaikan awal, banyak pasien yang menderita nyeri
kambuhan meskipun kadar kedua obat ini dalam darah mencukupi.
Baklofen (Lioseral) dapat memberikan perbaikan pada beberapa pasien. Baklofen dapat
diberikan tersendiri atau kombinasi dengan fenitoin atau karbamazepin. Dosis awal yang
lazim adalah 5-10 m, tiga kali sehari, dengan peningkatan perlahan-lahan bila diperlukan,
sampai 20 mg, 4 kali sehari.
Klonazepam. Beberapa laporan menunjukkan bahwa obat ini efektif pada efektif pada
beberapa kasus dengan dosis 0,5-1,0 mg peroral,3 kali sehari.
Tindakan operasi. Tindakan ini dilakukan bila semua upaya terapi farmakologis tidak
berhasil.
18
D. Nyeri Kepala Pasca Trauma
Kriteria nyeri kepala pasca-trauma menurut komisi klasifikasi International Headache
Society adalah bila terdapat riwayat trauma kepala yang jelas yang disertai minimal salah satu
berikut ini :
Kehilangan kesadaran
Amnesia pasca trauma yang berlangsung lebih dari 10 menit
Kelainan ditemuakn minimal dua dari hasil pemeriksaan berikut ini : neurologis klinis,
foto rontgen polos kepala. Neuro imaging, potensial cetusan, cairan serebrospinal, tes
fungsi vestibular, pemeriksaan neuropsikologis.
Manifestasi Klinis
Nyeri kepala pasca-trauma akut bila timbulnya nyeri kepala kurang dari 14 hari sejak
sadar kembali ( atau setelah trauma, jika tidak kehilangan kesadaran) dan hilangnya nyeri kepala
dalam 8 minggu setelah sadar kembali atau lebih dari 14 hari setelah kejadian dan berlangsung
terus lebih dari 8 minggu. Sindrom pasca komusio biasanya terdiri dari berbagai keluhan
subjektif antara lain nyeri kepala, pusing, iritabel, kurang konsentrasi, mudah lelah, fotofobia dan
tidak tahan minum alcohol. Tanda obyektif yang dapat ditemukan adalah nistagmus. Sindrom ini
biasanya sembuh spontan tetapi dapat berlangsung sampai bertahun-tahun. Penyebabnya
sebagian besar psikogenik yaitu respon patofisiologis atau psikologis terhadap trauma terutama
pada individu dengan premorbid neurotik atau emosi yang tidak stabil. Manifestasi nyeri kepala
pasca-trauma dapat berupa jenis tegang, migren, neuralgia oksipital atau sefalgia disotonomik
traumatik. Jenis nyeri kepala yang sering ditemukan adalah nyeri kepala tipe tegang yang bersifat
terus menerus, nyeri seperti memakai ikat kepala yang terlalu kencang atau memakai topi baja
yang kekecilan, tanpa adanya gejala neurologis yang obyektif dapat disertai keluhan lain berupa
vertigo, kepala ringan, sempoyongan, kecemasan, letih-lesu-lemah. Umumnya pasien yang
menderita kelainan ini memiliki kepribadian hipokondriasis, depresi,hysteria atau skizofrenia.
Nyeri kepala pasca-trauma tipe lainnya umumnya jarang dijumpai dan tidak berbeda jauh dengan
yang non traumatik. Trauma leher juga dapat memicu nyeri kepala tipe tegang maka harus
diperiksa apakah terdapat gangguan servikal (otot,ligament, tulang), penyakit diskus atau
spondilosis yang sudah ada sebelumnya, oleh sebab itu pasien yang menderita nyeri kepala
pasca-trauma kepala atau leher harus menjalani pemeriksaan fisik neurologis yang lengkap dan
19
bila perlu dilakukan pemeriksaan foto servikal dan neuroimaging (CT Scan atau resonansi
magnetik).
Penatalaksanaan
Pengobatan umumnya sama seperti nyeri kepala atau leher nontraumatik, berupa
analgetik nonnarkotik, relaksan otot, anticemas,antidepresan atau anti migren sesuai tipe
nyeri kepalanya.
Biofeedback dan terapi fisik seperti TENS (transcutaneus electric nerve stimulator) dapat
membantu mempercepat penyembuhan. Kolar leher bermanfaat pada kasus nyeri
servikal.
Injeksi anestesi local pada titik-titik nyeri dapat membantu mempercepat penyembuhan.
Psikoterapi dapat membantu pada kasus-kasus yang kronis dan berat.
BAB II
LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Andri
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : PNS
Umur : 51 tahun
Suku Bangsa : Minangkabau
20
Alamat : Jln. Dinat II no 1
Anamnesis
Seorang pasien laki – laki umur 51 tahun datang ke balai pengobatan Puskesmas Ulak Karang
pada tanggal 19 Maret 2011 dengan keluhan utama : nyeri kepala yang semakin bertambah hebat
sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri kepala yang semakin bertambah hebat sejak 1 minggu yang lalu, nyeri dirasakan
meyebar diseluruh kepala terasa, kepala terasa berat dan seperti diikat. Nyeri dirasakan
sepanjang hari, lamanya lebih kurang 30 menit, nyeri bertambah jika pasien melakukan
aktifitas fisik yang berat, dan jika pasien memikirkan biaya pendidikan untuk anak- anaknya,
dan berkurang saat pasien beristirahat.
Nyeri dirasakan menjalar sampai ke leher dan pundak, sehingga pasien susah menundukkan
kepalanya.
Nyeri kepala dirasakan sangat menggangu aktivitas sehari-hari
Riwayat demam tidak ada.
Nyeri tidak disertai mual dan muntah, pandangan kabur, pandangan ganda, rasa berputar,
ataupun silau melihat cahaya.
Nyeri tidak dipengaruhi oleh makanan ataupun minuman seperti kopi, coklat dan keju.
Pasien telah berobat sebelumnya dengan membeli obat sakit kepala di toko obat, nyeri
berkurang setelah minum obat.
Nafsu makan baik, tidur biasa.
BAB dan BAK tidak ada keluhan.
21
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sering menderita nyeri kepala sejak lebih kurang 6 bulan yang lalu, namun pasien
berobat dengan membeli obat sakit kepala di toko obat dan nyeri pun berkurang.
Riwayat Hipertensi tidak ada
Riwayat cedera kepala tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga dirumah pasien yang menderita sakit dengan keluhan seperti
diatas.
Riwayat penyakit tumor dalam keluarga tidak ada.
Latar Belakang Sosial Ekonomi Demografi Lingkungan Keluarga
Status Perkawinan dan keluarga
Pasien adalah seorang kepala rumah tangga, memiliki 1 orang istri dan 3 orang anak
perempuan, ini merupakan perkawinan yang pertama. Pasien bekerja sebagai PNS di dinas
pendidikan, dan istri juga bekerja sebagai PNS KOPRI. Anak pertama pasien kuliah di Fakulatas
Kedokteran tingkat 1, anak kedua pasien SMA kelas 1 dan anak ketiga SMP kelas 2.
Kondisi Rumah dan Lingkungan Keluarga
Tinggal di rumah permanen, mempunyai 4 kamar, dan 1 kamar mandi. Listrik ada,
ventilasi dan pencahayaan cukup. Sumber air minum berasal dari PDAM, buang air besar di
jamban dalam rumah, pekarangan cukup luas, sampah rumah tangga di bakar di belakang rumah.
Status Ekonomi Keluarga
Pasien termasuk keluarga mampu. Pasien bekerja sebagai PNS di Dinas Pendidikan
dengan penghasilan rata- rata Rp. 2.000.000/ bulan dan istri juga bekerja sebagai PNS dengan
22
penghasilan rata-rata Rp. 2.000.000/ bulan. Pasien tidak mempunyai tambahan penghasilan lain
selain gajinya perbulan. Gaji dipergunakan untuk biaya kehidupan sehari – hari dan terutama
untuk biaya pendidikan anak – anaknya
Riwayat Psikologis Keluarga
Hubungan dengan istri, anak, tetangga dan lingkungan sosial baik
Hubungan dengan teman kantor baik
Saat ini pasien merasa kesulitan memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya semenjak
putri pertama pasien masuk kuliah di Fakultas Kedokteran, terutama untuk membeli buku
dan peralatan penunjang yang dibutuhkan. Putri kedua pasien juga baru masuk sekolah
SMA di SMAN 1 padang. Kondisi ini membuat pasien berkeinginan mencari pekerjaan
sampingan sebagai ojek motor di sore dan malam hari, namun karena kondisi fisik pasien
tidak memungkinkan,akhirnya pasien mengurungkan niatnya. Kemudian pasien juga
berniat berdagagng kecil – kecilan, namun pasien tidak mempunyai modal. Semenjak itu
pasien sering mengeluh sakit kepala terutama bila memikirkan kebutuhan ekonomi
keluarganya.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 120/80
Frekuensi nadi : 80 x / menit
Frekuensi nafas : 20 x / menit
Suhu : 36,70 C
Status Gizi : Gizi Baik
Kulit : Teraba hangat, sianosis (-), ikterik (-), pucat (-)
Kepala : Tidak ditemukan kelainan
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
23
Pupil isokor, Reflek cahaya +/+ normal
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Mulut : Tidak ditemukan kelainan
Thoraks : Paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : sukar dinilai
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada
Abdomen
Inspeksi : perut tidak membuncit, distensi tidak ada
Palpasi : hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Alat kelamin : tidak diperiksa
Extremitas : akral teraba hangat, refilling kapiler baik
Status Neurologikus
Tanda rangsangan selaput otak :
kaku kuduk : (-) kernig : (-)
laseque : (-) brudzunski I : (-)
24
brudinski II : (-)
Tanda peningkatan TIK
muntah proyektil : (-)
sakit kepala progresif : (-)
Saraf - saraf otak
1. Nervi Kranialis
N I : Penciuman baik
N II : tajam penglihatan N/N, lapangan penglihatan N/N
melihat warna +/+
N III, IV, VI : pupil isokor, diameter 3 mm, reflek cahaya +/+,
gerakan mata ke lateral +/+
N V : motorik dan sensorik baik
N VII : raut muka simetris, plika nasolabialis simetris,
menutup mata +/+ , menggerakkan dahi +/+,
mencibir (+), bersiul (+)
N VIII : tidak ada kelainan
N IX : Reflek muntah (+)
N X : bisa menelan, artikulasi jelas
N XI : menolehkan kepala (+), mengangkat bahu (+)
N XII : lidah tak ada deviasi
2. Koordinasi : Cara Berjalan : Normal, Tes supinasi (+), Tes jari
hidung (+), tes hidung jari (+), Disartri (-)
3. Motorik :
Ekstremitas superior Dekstra Sinistra
Pergerakan aktif aktif
Kekuatan 5/5/5 5/5/5
Tonus eutonus eutonus
Trofi eutrofi eutrofi
Ekstremitas inferior Dekstra Sinistra
25
Pergerakan aktif aktif
Kekuatan 5/5/5 5/5/5
Tonus eutonus eutonus
Trofi eutrofi eutrofi
4. Sensorik : Sensibilitas halus dan kasar baik
5. Fungsi otonom; BAB dan BAK terkontrol, sekresi keringat (+)
6. Reflek fisiologis
Biseps : +/+
Triseps : +/+
APR : +/+
KPR : +/+
7. Reflek patologis
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Schaffer : -/-
Hoffman Trommer : -/-
8. Fungsi luhur : baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak Dilakukan
Diagnosis Kerja
Nyeri kepala tipe tension headache
Diagnosis Banding
Nyeri kepala atipikal
MANAJEMEN
26
Promotif
Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyebab penyakitnya, pengobatan dan
akibat yang dapat ditimbulkan dan cara yang dapat dilakukan untuk menghindari
penyakit tersebut.
Memberikan edukasi kepada keluarga pasien mengenai kondisi- kondisi yang dapat
memperberat kondisi penyakit pasien.
Memberi penjelasan yang menyakinkan kepada pasien dan keluarga bahwa tidak
ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepala atau dalam otaknya sehingga dapat
menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak atau penyakit intracranial lainnya.
Memberi pengertian kepada keluarga agar memberikan perhatian dan motivasi kepada
pasien.
Preventif
Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat, seperti berolah raga ringan, dan
membersihkan pekarangan
Usahakan agar pasien mendapatkan istirahat yang cukup.
Penilaian adanya kecemasan atau depresi harus segera dilakukan. Sebagian pasien
menerima bahwa nyeri kepalanya berkaitan dengan penyakit depresinya dan bersedia ikut
program pengobatan sedangkan sebagian pasien lain menyangkalnya. Oleh sebab itu,
pengobatan harus ditujukan kepada penyakit yang mendasari dengan obat anti cemas atau
antidepresi serta modifikasi pola hidup yang salah, disamping pengobatan nyeri
kepalanya. Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh diri maka pasien harus dirujuk
ke ahli jiwa.
Kuratif
Terapi
Analgetik : Antalgin 500mg 3x1
Anxiolitik : Diazepam 5mg 1x1 ( malam hari )
Resep :
27
Dinas Kesehatan Kodya PadangPuskesmas Ulak Karang
Dokter : Ira MasykuraTanggal : 19 Maret 2011
R/ Antalgin 500 mg No X∫3dd1
R/ Diazepam 5 mg No III∫1dd1 (malam)
Pro : AndriUmur : 51 tahunAlamat: Jl. Dinat II no 1
Rehabilitatif
o Relaksasi untuk membantu mengurangi berat-ringan dan frekuensi serangan.
o Psikoterapi bila disertai ansietas atau depresi berat
o Fisioterapi,terdiri dari diatermi, masase, kompres hangat
28