Case Ensefalitis Herpes

21
 1 Presentasi Kasus Kepada Yth dr.Ivan Haria Chandra Bapak/Ibu ............………………… 2012 ENSEFALITIS HERPES SIMPLEK Pendahuluan Infeksi herpes simplek pada susunan saraf pusat (SSP) merupakan infeksi SSP yang paling berat dan sering berakibat fatal. Biasanya merupakan penyebab non epidemik, sporadik ensefalitis fokal akut, angka kejadian di amerika serikat 1 dalam 250.000-500.000 per tahun 1,2 . Virus herpes simplex ( HSV), terdiri dari 2 tipe, yaitu HSV tipe 1 dan HSV tipe 2, HSV tipe 1 infeksi virus masuk melalui oral, menyebabkan ensefalitis pada anak dan orang dewasa, HSV tipe 2 menyebabkan infeksi pada neonatus ditularkan oleh ibu, melalui kontak dengan lesi-lesi herpetik pada jalan lahir 3 . Berdasarkan penelitian serologis, sekitar sepertiga dari kasus-kasus ini primer disebabkan oleh infeksi HSV-1 dan dua pertiga hasil dari reaktivasi virus. Dalam 19 penelitian pada model hewan telah menunjukkan reaktivasi HSV laten dari trigeminal ganglia dengan transportasi virus di sepa njang Traktus o lfaktorius ke otak. Patog enesis HSV ens efalitis pada manusia belum diketahui. Kemungkinan reaktivasi virus laten dalam jaringan otak belum dapat disingkirkan. 5  Herpes simplek adalah tipe encephalitis yang paling sering ditemukan dan dengan angka mortalitas yang paling tinggi, diperkirakan 2-3 kasus dalam 1 juta orang, 95% kasus herpes encephalitis disebabkan oleh HSV tipe I. Tanpa perawatan, ensefalitis herpes simpleks (EHS) memiliki angka mortaliti spontan 70% 4,5 Sejak era pendeteksian DNA HSV menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR), penelitian menunjukkan peningkatan bukti lebih luas secara klinik dan progresivitas penyakit pada anak-anak dibanding sebelumya. 6,7  

Transcript of Case Ensefalitis Herpes

Page 1: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 1/21

1

Presentasi Kasus Kepada Yth

dr.Ivan Haria Chandra Bapak/Ibu

............………………… 

2012

ENSEFALITIS HERPES SIMPLEK

Pendahuluan

Infeksi herpes simplek pada susunan saraf pusat (SSP) merupakan infeksi

SSP yang paling berat dan sering berakibat fatal. Biasanya merupakan penyebab

non epidemik, sporadik ensefalitis fokal akut, angka kejadian di amerika serikat 1

dalam 250.000-500.000 per tahun1,2

. Virus herpes simplex ( HSV), terdiri dari 2

tipe, yaitu HSV tipe 1 dan HSV tipe 2, HSV tipe 1 infeksi virus masuk melalui

oral, menyebabkan ensefalitis pada anak dan orang dewasa, HSV tipe 2

menyebabkan infeksi pada neonatus ditularkan oleh ibu, melalui kontak dengan

lesi-lesi herpetik pada jalan lahir3. Berdasarkan penelitian serologis, sekitar

sepertiga dari kasus-kasus ini primer disebabkan oleh infeksi HSV-1 dan dua

pertiga hasil dari reaktivasi virus. Dalam 19 penelitian pada model hewan telah

menunjukkan reaktivasi HSV laten dari trigeminal ganglia dengan transportasi

virus di sepanjang Traktus olfaktorius ke otak. Patogenesis HSV ensefalitis pada

manusia belum diketahui. Kemungkinan reaktivasi virus laten dalam jaringan otak 

belum dapat disingkirkan.5 

Herpes simplek adalah tipe encephalitis yang paling sering ditemukan dan

dengan angka mortalitas yang paling tinggi, diperkirakan 2-3 kasus dalam 1 juta

orang, 95% kasus herpes encephalitis disebabkan oleh HSV tipe I. Tanpaperawatan, ensefalitis herpes simpleks (EHS) memiliki angka mortaliti spontan

70%4,5

Sejak era pendeteksian DNA HSV menggunakan Polymerase Chain

Reaction (PCR), penelitian menunjukkan peningkatan bukti lebih luas secara

klinik dan progresivitas penyakit pada anak-anak dibanding sebelumya.6,7

 

Page 2: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 2/21

2

Kasus

Seorang anak Laki-laki, G, berumur 4 bulan, dirawat di IRNA D RSUP Dr. M.

Djamil selama 24 hari (dari tanggal 2 juli sampai 26 Juli 2011), MR 745944.

ANAMNESIS (Alloanamnesis didapatkan dari ibu kandung)

Keluhan utama : Kejang berulang sejak 4 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarangan

Demam sejak 4 hari yang lalu, tinggi hilang timbul, tidak menggigil, tidak 

berkeringat. Kejang berulang sejak 4 hari yang lalu, frekuensi 2-3 kali sehari,

lama kejang 3 sampai 5 menit /kali, jarak antara kejang 2-3 jam, kejang seluruh

tubuh, mata melihat ke atas, anak tidak sadar setelah kejang ke-8 1 hari yang lalu,

ini merupakan kejang yang pertama kalinya. Muntah 3 hari yang lalu frekuensi

3x. jumlah + 4 sendok makan-1/4 gelas/kali, berisi susu, tidak menyemprot.

Berak-berak encer sejak 3 hari yang lalu, frekuensi 3-6x/hari, jumlah +2-3 sendok 

makan, berlendir tidak berdarah, batuk pilek tidak ada, sesak nafas tidak ada.

Riwayat trauma kepala tidak ada. Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk 

lama tidak ada. Riwayat ganti susu formula tidak ada anak hanya diberi ASI sejak 

lahir. Anak kurang mau makan sejak sakit, anak tetap menyusu kuat ke ibu, oralit

belum dicoba, berat badan terakhir 6.5 kg, ditimbang 2 minggu yang lalu. Buang

air kecil jumlah dan warna biasa, terakhir 3 jam yang lalu. Anak telah berobat ke

RSUD Solok 1 hari yang lalu, diberi terapi KAEN 1B 7 tts/i, kloramfenikol

4x120mg/IV, luminal 2x14 mg PO, cotrimosazol 2xcth ½, ibuprofen 3xcth ½,

kemudian pasien dirujuk ke RSUP M.Djamil dengan keterangan Peningkatan TIK

e.c?.

Riwayat penyakit dahulu, tidak pernah menderita kejang dengan atau

tanpa demam sebelumnya. Riwayat penyakit keluarga, tidak ada anggota keluarga

yang menderita kejang dengan atau tanpa demam.

Riwayat kehamilan dan persalinan, pasien merupakan anak tiga dari tiga

orang bersaudara, lahir spontan, cukup bulan, ditolong bidan, berat badan lahir

Page 3: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 3/21

3

3500 gram, panjang badan lahir 50 cm, langsung menangis. Riwayat imunisasi

dasar lengkap.

Scar BCG positif di lengan kanan., anak sudah bisa tengkurap pada umur3 bulan. Kesan pertumbuhan dan perkembangan dalam batas normal.Riwayat

nutrisi, pasien mendapat air susu ibu (ASI) sejak lahir sampai umur sekarang,

Kesan kualitas dan kuantitas makanan baik. Riwayat sosial ekonomi dan kondisi

lingkungan, ayah pasien berumur 33 tahun, pendidikan STM, pekerjaan swata

dengan penghasilan ± Rp. 2,5 juta perbulan. Ibu berumur 26 tahun, pendidikan

tamat SMA, pekerjaan ibu rumah tangga. Higiene dan sanitasi lingkungan baik.

PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran

GCS E2M4V3 = 9, tekanan darah 80/60 mmHg, laju nadi 140 x/menit, laju nafas

40 x/menit, suhu tubuh 38,30C. Tidak ada udem, ikterik dan sianosis, sedangkan

anemis ada. Berat badan (BB) 6,5 kg, panjang badan (PB) 61 cm dan. Berat badan

menurut umur (BB/U) 97%, tinggi badan menurut umur (TB/U) 96.8%, berat

badan menurut tinggi badan (BB/TB) 106.5%, kesan status gizi baik. Kulit teraba

hangat. Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening Kepala tampak simetris,

dengan lingkar kepala 39 cm (normal menurut standar Nelhauss), ubun-ubun

besar membonjol dan tidak tegang. Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil

isokor diameter 2 mm, reflek cahaya +/+ normal. Tonsil T1-T1 tidak hiperemis,

faring tidak hiperemis. Mukosa mulut dan bibir basah.oral trush tidak ada. Kaku

kuduk tidak ada. Bentuk dada simetris, paru bronkovesikuler, ronkhi danwheezing tidak ada. Jantung irama teratur, bising tidak ada. Perut tidak distensi,

hepar teraba ¼ – ¼, kenyal, permukaan rata dan pinggir tajam,lien tidak teraba,

perkusi timpani, bising usus (+) normal. Anggota gerak akral hangat, refilling 

kapiler baik, spastik +/+, reflek fisiologis +/+ normal, reflek patologis babinski

+/+, chaddok -/-, gordon -/-, scafer -/-, oppenheim -/- dan tanda rangsang

meningeal Brudzinski I, II dan Kerniq tidak ada.

Page 4: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 4/21

4

Pemeriksaan laboratorium rutin, darah hemoglobin 9 gr/dl, leukosit

78.000/mm3, hitung jenis 0/0/6/65/28/1, trombosit 349.000/mm3, Eritrosit 3,91

 juta/mm3, hematokrit 27,1 vol %, Retikulosit 90 / 00, MCH 23,02 pq, MCV 69.6

fl, MCHC 33,09%. Gambaran darah tepi, eritrosit: normokrom anisositosis,

hipokrom (+), leukosit: kesan jumlah dan distribusi dalam batas normal,

Trombosit: kesan jumlah cukup. Urin dan feses dalam batas normal.

DAFTAR MASALAH

1.  Kejang dengan penurunan kesadaran

2.  Diare akut tanpa dehidrasi

3.  Anemia normositik normokrom

DIAGNOSIS KERJA

1.  Suspek Encephalitis. DD/ Meningitis Purulenta

2.  Diare akut tanpa dehidrasi

3.  Anemia normositik normokrom

TATALAKSANA

1.  Suspek Encephalitis. DD/ Meningitis Purulenta, Gangguan elektrolit,

gangguan metabolik 

a.  Diagnostik 

Gula darah sewaktu, elektrolit, kalsium, , CT scan kepala, kultur darah,

konsul mata, lumbal pungsi dan analisis LCS

b. Terapeutik -  02 2ltr/i

-  IVFD KaEN IB 105 cc/kgBB/ 24 jam = 28 tetes/menit mikro

-  Ampicillin 4x150 mg IV

-  Gentamicin 2x16 mg IV

-  Luminal 50 mg IM

-  Luminal 2x30 mg p.o

-  Dexametason 3 mg (bolus)/IV

Page 5: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 5/21

5

-  Dexametason 3x1mg /IV

-  Paracetamol 70mg bila T>38,50C

-  Sementara puasa

c.  Edukasi

-  Diagnosis, tatalaksana, dan prognosis

2.  Diare akut tanpa dehidrasi:

a.  Diagnostik : analisis feces

b.  Terapeutik : Oralit 10 cc/kgbb setiap muntah/ BAB encer

c.  Edukasi : Diagnosis, tatalaksana, dan prognosis

3.  Anemia Normositik Normokrom

a.  Diagnostik : gambaran darah tepi

b.  Terapeutik :

c.  Edukasi : Diagnosis, tatalaksana, dan prognosis

Hasil pemeriksaan Natrium 138 mg/dl , Kalium 5 mg/dl. Kesan Dalam

batas normal. Calsium : 5.6 mg/dl Kesan: hipokalsemia sikap: Koreksi Ca

glukonas (diencerkan dengan Nacl 0.9% 1;5 ) I : 0,5 cc/kgbb/30menit =10 tts/i

mikro, II 2cc/kgbb/6jam=13 tts/i mikro. Gula Darah Random 139 mg/dl. Kesan

Hiperglikemia ec stres metabolik? Sikap: ulangi GDR 4 jam lagi Hasil expertise

CT scan sementara sulci dan girus melebar, tidak tampak masa, midline shift tidak 

bergeser, ventrikel tidak melebar, kesan sesuai dengan atropi cerebri. Hasil konsul

mata, tidak ditemukan tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial.

Hasil lumbal punksi, cairan mengalir pelan, warna kemerahan, jumlah

yang dikeluarkan 1 cc. Nonne negatif. Pandy negatif Protein Sampel tidak cukup.

Gula 80 mg/dl. Sel 180/mm3. Hitung jenis sel PMN 40 %. MN 60%. Jumlah sel

yang tinggi kemungkinan karena sampel bercampur darah akibat trauma pungsi

Kesan: hasil LCS belum bisa di nilai.

Page 6: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 6/21

6

 FOLLOW UP

Rawatan hari ke 2 dan 3

Anak masih demam, nafas spontan adekuat, tidak sesak nafas, kejang

masih ada, fokal frekuensi 5 kali, lama +1-2 menit/kali, jarak antar kejang + 1jam,

tidak muntah, berak-berak encer tidak ada, buang air kecil jumlah dan warna

biasa. Anak tampak sakit berat, kesadaran GCS E2M4V3=9, laju nadi 114X/menit,

laju nafas 50 X/menit, suhu 39,2C

kepala ubun-ubun besar membonjol, tidak 

tegang, mata tampak anemis, sklera tdak ikterik. Dada: jantung dan paru tidak 

ditemukan kelainan. Abdomen, distensi tidak ada, bising usus (+) normal.

Ekstremitas akral hangat, perfusi baik, spastik +/+. Balance cairan 24 jam : + 14

cc dan diuresis 3,8 cc/kgBB/jam. Kesan: Febris, belum ada perbaikan, kejang

masih ada, Sikap: berikan phenitoin 2x16 mg po. Ca post koreksi 8,1 mg/dl kesan:

dalam batas normal, GDR : 120 mg/dl kesan: dalam batas normal. : Hasil

ekspertise CT Scan kepala: Tampak area hipodens di kedua hemisper terutama di

substansia grisea sehingga diferensiasi cortex dan mendula hilang, sulci dan giri

daerah fronto temporo parietal melebar, midline shift tidak ada, cerebelum, pons

dan CPA baik, kesan : udem cerebri dengan brain atropi. Advise supervisor:

periksa anti herpes simplek berikan drip manitol bertahap, Sikap: coba minum

ASI/SF 8x10cc, drip manitol 20% 0,25 gr/kgBB =1.625gr= 8,125 cc/30menit= 16

cc/jam, 6 jam I berikutnya : drip manitol 20 % 0,5 gr/kgbb= 32cc /jam, 6 jam ke

II berikutnya: drip 20% 0,75 gr/kgbb= 48 cc/jam, 6 jam ke III berikutnya 1

gr/kgbb = 45cc/jam, balance cairan / 6 jam. Terapi lain dilanjutkan.

Rawatan hari ke 4 jam 0800

 

Demam tidak ada, kejang tidak ada, sesak nafas tidak ada,.intake masuk NGT,

toleransi baik. Anak tampak sakit berat, kesadaran GCS E2M4V3=9 nadi

124X/menit, laju nafas 32 X/menit, suhu 37ºC, mata anemis, sklera tdak ikterik.

Dada: jantung dan paru tidak ditemukan kelainan. Abdomen, distensi tidak ada,

bising usus (+) normal, ekstremitas akral hangat, perfusi baik, spastik +/+. Kesan

belum ada perbaikan, balance cairan/6jam (2400

-0600

): -35cc, diuresis 5,1

cc/kgbb/jam, Visite Supervisor : setuju pindah ke ruang infeksi, Setuju turunkan

Page 7: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 7/21

7

drip manitol. Sikap: ASI 6x30cc/NGT Drip manitol 20% 1 gr/kgbb diturunkan

sampai 0,25 gr/kgbb, terapi lain di lanjutkan.

Jam 18

00

 

Anak demam, kejang ada, frekuensi 1x lama + 5 menit, kejang seluruh tubuh

,berhenti setelah diberi diazepam, muntah tidak ada, sesak nafas tidak ada , Buang

air kecil biasa, buang air besar biasa. Anak tampak sakit berat, kesadaran GCS

E3M4V3=10, laju nadi 116 X/menit, laju nafas 36 X/menit,suhu 38ºC, mata

konjungtiva anemis, sklera tdak ikterik Dada: jantung dan paru tidak ditemukan

kelainan.. Abdomen, distensi tidak ada, bising usus (+) normal. Ekstremitas akral

hangat, perfusi baik, spastik +/+. Kesan: febris, observasi kejang ,balance

cairan/6jam (1200

-1800

) -39cc diuresis : 1,7 cc/kgbb/jam. Sikap : IVFD D 12,5 %,

4 tts/i mikro, asi 6x30cc. Terapi lain dilanjutkan. Pasien Pindah Ruang Semi

Intensif.

Rawatan hari ke 5 - hari ke 7

Demam ada, tidak tinggi, sesak nafas tidak ada, kejang ada fokal pada lengan

kanan, frekuensi 1x lama + 3 menit.muntah tidak adaIntake masuk per NGT,

batuk tidak ada, sesak nafas tidak ada. Buang air kecil biasa, buang air besar

biasa. Anak tampak sakit berat, E3M4V3=10, nadi 126 X/menit, laju nafas 39

X/menit, suhu 37,7ºC, mata konjungtiva anemis, sklera tdak ikterik. Dada, jantung

dan paru tidak ditemukan kelainan. Abdomen distensi tidak ada, bising usus (+)

normal. Ekstremitas akral hangat, perfusi baik. Kesan febris, observasi kejang,

Kultur darah I: Steril, rencana septic workout, ganti antibiotik, hasil Ig G HSV1

(+), 1,31. Visite Supervisor: Setuju ganti antibiotik dengan Ceftriakson, berikan

Asiklovir. Hasil Lab Hb 8,3 g/dl, Leukosit 1550/mm3, trombosit 21.000/mm3,

Kesan :Penurunan Hb dari sebelumnya, Trombositopenia (tidak sesuai klinis)

Sikap: PRC 1x75cc, Terapi: IVFD D 12,5 % 6tts/i, ASI 8x60cc, Ceftriaxon

2x300mg, asiklovir 10mg/kgbb/kali 3x/hari = 3x65 mg .Terapi lain dilanjutkan.

Page 8: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 8/21

8

Rawatan hari ke 8 dan hari 9

Demam ada, tidak tinggi, sesak nafas tidak ada, kejang ada fokal pada kedua

lengan, frekuensi 3x lama + 3 menit. muntah tidak adaIntake masuk per NGT,batuk tidak ada, sesak nafas tidak ada. Buang air kecil biasa, buang air besar

biasa. Anak tampak sakit berat, E2M5V4=11,, nadi 120 X/menit, laju nafas 30

x/menit, suhu 38C. Konjunctiva anemis, sclera tdak ikterik. Dada: jantung dan

paru tidak ditemukan kelainan, abdomen distensi tidak ada, bising usus (+)

normal. Ekstremitas akral hangat, perfusi baik. Kesan Belum ada perbaikan.

Visite Supervisor : advice lakukan LP Ulang. Hasil LP: LCS mengalir pelan

cairan jernih,, None(+), Pandy (+), volume 2cc, kekeruhan (-)GD 51 mg/dl,

 jumlah sel 2. Protein tidak tidak dilakukan karena reagen tidak ada GDR 105

mg/dl . konsul supervisor : ganti antibiotik berikan meropenem dosis severe,

sikap : Meropenem 3x 240 g IV. Terapi lain lanjut.

Rawatan hari ke hari ke 10-hari 17

Demam tidak ada, Kejang tidak ada, muntah tidak ada, sesak nafas tidak ada,

Anak tampak sakit sedang, sadar, Laju nadi 104 X/menit, laju nafas 30 x/menit,

suhu 37C. Konjunctiva tidak anemis, sklera tdak ikterik. Dada: jantung dan paru

tidak ditemukan kelainan. Abdomen distensi tidak ada, bising usus (+) normal.

Ekstremitas akral hangat, perfusi baik, spastic +/+. Kesan perbaikan. Kultur darah

ke 2 : Steril. Kultur urin E coli >100.000/cc, resisten Ampicillin, Ceftriaxon, pada

meropenem tidak dilakukan, Sikap: teruskan pemberian meropenem Stop

asiklovir (10 hr pemberian) Terapi yang lain dilanjutkan.

Rawatan hari ke 18- hari 21

Anak tidak demam. Tidak kejang, tidak ada muntah, tidak sesak nafas. Kaki dan

tangan masih tampak kaku, berkurang. Anak tampak sakit sedang, sadar, Laju

nadi 104 X/menit, laju nafas 28 x/menit, suhu 37,C. Konjunctiva tidak anemis,

sclera tdak ikterik. Dada: jantung dan paru tidak ditemukan kelainan, abdomen

distensi tidak ada, bising usus (+) normal. Ekstremitas akral hangat, perfusi baik,

Page 9: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 9/21

9

spastic +/+. Kesan hemodinamik stabil. Terapi asi 8 X 100 cc, Meropenem Stop

(hari 15 pemberian). terapi lain dilanjutkan. Fisioterapi sudah bisa dimulai.

Rawatan hari ke 21-24

Anak tidak demam. Tidak kejang., tidak muntah, tidak sesak nafas. Kaku pada

tangan dan kaki berkurang. Anak menyusu kuat. Anak tampak sakit sedang, sadar,

Laju nadi 108 X/menit, laju nafas 28 x/menit, suhu 37,1C,. Konjunctiva tidak 

anemis, sclera tdak ikterik. Dari thoraks: cor dan pulmo tidak ditemukan kelainan,

abdomen distensi tidak ada, bising usus (+) normal. Ekstremitas akral hangat,

perfusi baik, spastic + . Kesan hemodinamik stabil. Hasil IgG HSV1 : 5,55 Terapi

Asi OD. Luminal 2 X 15 mg. Anak direncanakan pulang dan kontrol ke poli anak 

dan kontrol fisioterapi.

Kontrol setelah 2 bulan rawatan

Anak tidak demam, tidak kejang, batuk pilek tidak ada, tidak ada sesak nafas,

kaku pada ujung tangan dan kaki sudah tidak ada. Anak tampak tidak sakit,laju

nadi 104 X/menit, laju nafas 32 /menit, suhu 37,2 C, berat badan 9 kg.

Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Jantung dan paru tidak ditemukan

kelainan, Abdomen, distensi tidak ada, bising usus (+) normal. Akral hangat,

perfusi baik. Spastik -/-. Kesan: perbaikan. Terapi: luminal 2 X 15 mg. Fisioterapi

dilanjutkan.

Page 10: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 10/21

10

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Encephalitis Herpes simplek adalah penyakit infeksi yang menyerang

susunan saraf pusat terutama bagian medial lobus temporalis dan bagian inferior

lobus frontalis yang disebabkan oleh virus herpes simpleks yaitu: HSV  –  1 &

HSV-2.8

Epidemiologi 

EHS adalah penyebab paling umum dari ensefalitis sporadis di negara-

negara barat, Diperkirakan insidennya pada populasi umum adalah 1-4 kasus per juta penduduk pertahunnya. Klinis EHS termasuk anak-anak dan orang dewasa

menggambarkan distribusi usia dengan kira-kira sepertiga dari kasus ditemukan

pada populasi anak (terutama antara 6 bulan dan 3 tahun) dan setengahnya pasien

usia lebih dari 50 tahun. EHS terjadi pada setiap saat tahun dan tidak ada

predominan musiman. Setelah periode neonatal, EHS disebabkan oleh HSV tipe

1, meskipun HSV tipe 2 mungkin jarang terjadi Studi EHS dilakukan pada

populasi umum menunjukkan distribusi yang sama antara laki- laki dan

perempuan. Pada lima penelitian ditemukan lebih dari 20 anak dengan terbukti

EHS, lebih tinggi proporsi anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dengan

seks rasio berkisar dari 1,5 sampai 3.7.9,10,11,12

 

Patogenesis

Gambar 1 Struktur Virus Herpes Simplex13

 

Page 11: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 11/21

11

HSV 1 adalah  DNA double stranded menyelimuti virus, dengan inti pusat

berisi DNA virus, sebuah inti yang dikelilingi envelope yang berasal dari keduamembran sel host dan glycoprotein sel virus dan kapsid ikosahedral terdiri dari

protein virus. Antara kapsid dan envelope terletak tegument. Virus ini bereplikasi

dan berkumpul di dalam inti sel, kemudian virus ini tumbuh dan terbungkus di

dalam bagian inti dan membran sitoplasma.14

 

Patogenesisnya masih belum jelas, ada kemungkinan berupa infeksi

primer akibat transmisi virus secara langsung melalui jalur neuronal dariperifer ke

otak melalui saraf Trigeminus atau Olfaktorius, dan reaktivitas infeksi herpes

virus laten dalam otak.8 

Virus masuk melalui intranasal, HSV-1 memasuki pusat sistem saraf 

(SSP) di sepanjang nervus olfaktori dan trigeminal.21

Rute infeksi ini

menghasilkan necrotizing ensefalitis akut melibatkan ofaktori dan sistem limbik,

termasuk bulbus olfaktori, hipothalamus,thalamus, amigdala, hipokampus, dan

olfaktory dan kortek entorhinal . Infeksi neuron dan glia menginduksi produksi

sitokin pro-inflamasi yang dihasilkan oleh mikroglia dan infiltrasi makrofag, serta

produksi chemokines dan sitokin antivirus.22,23

Sebagai replikasi virus berlanjut,

baik CD4+dan CD8

+,limfosit T menginfiltrasi otak.

24,25 

Virus menimbulkan infeksi laten dalam populasi yang besar, dapat

diketahui bahwa mayoritas (70%) pasien EHS memiliki antibodi atas virus diluar

waktu sakit, menunjukkan bahwa bahwa telah terjadi paparan dari virus

sebelumnya (Nahmias et al,1982) penelitian oleh Itzhaki (1997-1998) dan lin et al

(2001) ,menyatakan bahwa ada preposisi genetik untuk menimbulkan gejala dan

infeksi HSV perifer dan menimbulkan HSV 1 ensephalitis. Telah lama diketahui

bahwa kerusakan yang ditimbulkan EHS paling luas pada sistem limbik, ketika

virus telah mencapai sistem limbik, akan menyebar sepanjang koneksi kolateral

dan ipsilateral .Bagaimana virus bisa sampai pada sistem limbik, diketahui bahwa

kecendrungan virus melewati sepanjang jalur neuron, oleh karena itu lokasi

kerusakan di limbik menggambarkan virus masuk ke otak melalui jalur olfaktori

(Jhonson and Mims 1968).26

 

Page 12: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 12/21

12

Manifestasi klinik

Gejala klinik dari EHS adalah proses ensefalitis akut ditandai dengandemam penurunan tingkat kesadaran, gangguan perilaku dan atau gejala

neurologis fokal, kejang atau defisit motorik, sakit kepala, muntah, fotofobia juga

ditemui.15,16,17

. Kejang dapat berupa fokal atau umum, harus diingat bahwa kejang

umum dapat diawali dengan kejang fokal yang berkembang menjadi kejang

umum. Bila kejang fokal sangat singkat, orang tua sering tidak mengetahui.1 

Gejala neurologi atipik sub akut atau bentuk ringan EHS, telah berulang

kali dilaporkan pada anak-anak. Demam biasanya dianggap sebagai gejala tetap

pada fase awal penyakit tetapi mungkin tidak ditemukan pada beberapa kasus

selama hari pertama. Gejala awal EHS pada anak-anak mungkin tidak spesifik 

dengan gejala meningeal lainnya, manifestasinya hanya letargi atau gangguan

perilaku.9,10,18

 

Diagnosis selain EHS dapat dicurigai, pada penelitian 42 orang pasien

dengan EHS (anak-anak dan orang dewasa), McGrath et al. menunjukkan bahwa

diagnosis primer lainnya dicurigai setelah penilaian awal adalah lebih dari 50%

dari pasien tersebut.19

Alasan paling umum untuk kegagalan untuk mendiagnosa

EHS adalah gejala klinik non-spesifik awal. Jika manifestasi neurologis yang

lebih spesifik tidak ditemukan pada gejala awal (demam, defisit neurologis fokal,

kejang,dll), gejala-gejala tersebut akan muncul di hari berikutnya. Adanya laporan

menjelaskan bahwa akut opercular sindrom sebagai salah satu manifestasi

neurologis awal EHS pada anak-anak. sindrom Opercular secara klinis ditandai

dengan gangguan kontrol volunter otot facio-linguo-glosso-faring menyebabkan

oro-facial palsy, disartria dan dysphagia.20 Gejala gejala ini harus disadari

kemungkinan dapat terjadi pada EHS anak-anak, hal ini disebabkan

frekuensi yang tinggi dari lesi ekstra-temporal otak pada penderita.9 

Page 13: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 13/21

13

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis, pemeriksaan laboratorium,

EEG, pencitraan, biopsi otak dan polymerase chain reaction (PCR).

1

 

Pemeriksaan PCR ( polymerase chain reaction)

Pemeriksaan PCR merupakan alat diagnostik awal dan non invasif,

mempunyai sensitivitas 75% dan spesifisitas 100 %.1

DNA HSV dapat tetap

berada dalam LCS kira kira 10 hari, setelah onset neurologis . Beberapa penelitian

menunjukkan keberadaan proporsi negatif palsu hasil PCR HSV pada anak-anak 

lebih tinggi dibandingkan orang dewasa, khususnya selama hari-hari pertama.

Penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara HSV

DNA negatif dalam LCS dengan tingkat protein dan jumlah leukosit yang rendah

dalam LCS. Ini menunjukkan bahwa jika ditemukan PCR awal yang negatif 

harus ditafsirkan dengan hati-hati jika terdapat onset proses meningo-ensefalitis

sangat akut dan,dan ditemukan tingkat protein dan leukosit yang rendah dalam

LCS. Dalam hal ini harus dipertimbangkan pungsi lumbal kedua dan pemeriksaan

PCR berikutnya, demikian juga pengobatan asiklovir harus diberikan sampai hasil

dari kedua lumbal pungsi diketahui.9,27

 

Neuroimaging

Teknik pencitraan yang digunakan Computerised tomography (CT) scan

dan Magnetic resonance Imaging (MRI). CT scan cerebral dapat normal dalam

hari-hari pertama. Gambaran yang agak khas pada CT scan dan terlihat pada 50-

75% kasus, berupa gambaran daerah hipodens di lobus temporal atau frontal

kadang-kadang meluas sampai ke lobus oksipital.1

Daerah hipodens ini

disebabkan oleh nekrosis jaringan otak dan edema otak. Lesi thalamus juga telah

berulang kali ditemukan pada anak dengan lesi parietalis atau opercular dan

mungkin terkait dengan keberadaan berbagai koneksi thalamo-kortikal. Hal ini

menggambarkan spektrum luas dari lesi kortikal dan subkortikal pada anak-anak,

Page 14: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 14/21

14

yang berbeda dari neonatus dan dewasa. Temuan ini menunjukkan bahwa rute

akses HSV ke SSP, dimana nervus olfaktori yang diyakini menjadi jalur utama

akses ke otak.28

MRI lebih sensitif dan memperlihatkan hasil lebih awal dibanding

kan CT scan.1 

LCS dan Serologis

LCS ditemukan peningkatan jumlah leukosit dengan dominasi suatu

limfosit dan konsentrasi protein meningkat Sel darah merah biasanya ditemukan

dan mungkin mencerminkan sifat nekrotik-hemoragik lesi di otak. Dalam

beberapa kasus, LCS nya normal atau berisi dominasi sel polimorfonuklear dalam

hari pertama Penyakit. Temuan tersebut dapat menyebabkan pertimbangan

diagnosis selain EHS, seperti bakteri infeksi. Isolasi virus dalam cairan LCS

secara rutin tidak dilakukan karena sangat jarang menunjukkan hasil yang positif.

29 

Titer antibodi terhadap HSV dapat diperiksa dalam serum dan LCS. Titer

antibodi dalam serum tergantung apakah infeksi merupakan infeksi primer atau

infeksi rekuren. Pada infeksi primer antibodi didalam serum menjadi positif 

setelah satu sampai beberapa minggu, sedangkan pada infeksi rekuren kita dapat

menemukan peningkatan titer antibodi dalam 2 pemeriksaan, fase akut dan

rekonvalesen. Kenaikan titer 4 kali lipat pada fase konvalesen merupakan tanda

bahwa infeksi HSV sedang aktif.1 

Biopsi otak

Baku emas dalam diagnosis EHS adalah biopsi otak dan isolasi virus dari

 jaringan otak. Banyak pusat penelitian tidak ingin mengerjakan prosedur ini

karena bahaya dan kurangnya fasilitas untuk isolasi virus. Kelemahan dari

prosedur ini adalah kemungkinan ditemukannya hasil negatif palsu karena biopsi

dilakukan bukan pada tempat yang tepat.1 

Page 15: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 15/21

15

Elektroensefalografi (EEG)

EEG memiliki sensitivitas 84% dan spesifitasnya 32.5 %, Gambaran EEG

tampak, perlambatan fokal atau diffus, focal sharp wave dan spikes. Pada beberapapenelitian,  periodic lateralised epileptiform discharges (PLEDs) dihubungkan

dengan EHS tapi dengan penekanan bahwa tidak spesifik untuk tipe infeksi

otak ini.17,30,31

 

Tatalaksana

Gambar 2. Skema managemen suspek EHS32

 

Pengobatan diberikan simptomatik dan suportif, termasuk pengobatan

kejang, edema otak, peninggian tekanan intrakranial, hiperpireksia, ganguan

respirasi dan infeksi sekunder.1 

Asiklovir terbukti lebih baik dari Virabine, direkomendasikan

pemberiannya selama 10 hari secara IV dengan dosis 10 mg kg bb setiap 8 jam.

Asiklovir, sebuah nukleosida purin sintetik analog, dalam uji in vitro,

pembentukan plak virus dikurangi sebesar 50% dengan konsentrasi obat plasma

0,02-0,2 mg / ml untuk Herpes simpleks tipe 1 dan 0,03-0,5 mg / ml untuk 

Herpes simpleks tipe 2.33

 

Page 16: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 16/21

16

Prognosis

Prognosis EHS yang tidak diobati sangat buruk dengan kematian 70-80% setelah

30 hari dan meningkat menjadi 90% dalam 6 bulan, pengobatan dini denganasiklovir akan menurunkan mortalitas menjadi 28 %. Gejala sisa lebih sering

ditemukan dan lebih berat pada kasus yang tidak diobati. Keterlambatan

pengobatan yang lebih dari 4 hari memberikan prognosis buruk, demikian juga

koma, pasien yang mengalami koma seringkali meningggal atau sembuh dengan

gejala sisa berat.1 

Page 17: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 17/21

17

Diskusi

Kasus seorang anak laki-laki berumur 4 bulan, dengan diagnosis

Enchephalitis herpes simpleks. Dari anamnesis ditemukan tanda dan gejala, yaituadanya gejala-gejala kejang dengan penrunan kesadaran, kejang fokal, riwayat

demam. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan anak dengan GCS 9 , spastik pada

ekstremitas. Temuan ini sesuai dengan gejala-gejala klinis encephalitis, bila

ditemukan salah satu dari keadaan berikut; nyeri kepala, iritabel, muntah, demam,

defek nerologis fokal, penurunan kesadaran1 

Untuk kepentingan diagnostik, dilakukan lumbal punksi namun hasilnya

tidak bisa dinilai karena traumatik, pada hari rawatan ke 9 dilakukan lumbal

pungsi yang kedua karena pasien masih sering demam dan kejang. Didapatkan

hasil none (+) pandy (+), dan jumlah sel yang menurun, namun hasil pemeriksaan

protein tidak didapatkan karena reagen tidak ada di laboratorium. Meningitis

Purulenta bersifat progresif, hasil pemeriksaan LCS yang normal pada

pemeriksaan pertama jangan sampai menghilangkan kewaspadaan kemungkinan

terjadinya meningitis.34

 

Pemeriksaan serum IgG dan IgM HSV 1 dillakukan pada pasien ini,

namun Laboratorium hanya bisa memeriksa IgG HSV 1, dan ditemukan

peningkatan nilain HSV1 2 minggu setelah pemeriksaan yang pertama. Kenaikan

titer 4 kali lipat pada fase rekonvalesen merupakan tanda bahwa infeksi EHS

sedang aktif 1 

Kemudian, ditelusuri komplikasi pada SSP dengan melakukan CT Scan

kepala dengan hasil udem cerebri dengan brain atropi. Gambaran yang agak khaspada CT scan dan terlihat pada 50-75% kasus, berupa gambaran daerah hipodens

di lobus temporal atau frontal kadang-kadang meluas sampai ke lobus oksipital.

Daerah hipodens ini disebabkan oleh nekrosis jaringan otak dan edema otak.

Unilateral atau bilateral dari lobus temporal adalah temuan yang paling umum.35

 

Page 18: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 18/21

18

Dari awal pasien diterapi dengan antibiotik dan pengobatan suportif.

Asiklovir diberikan pada hari ke 6 perawatan. Pengobatan asiklovir harus dimulai

Segera setelah diagnosis EHS kemungkinan kredibel. Asiklovir intravena dengan

dosis 10 mg / kg tiga kali sehari harus dilanjutkan selama minimal 14 hari jika

diagnosis sudah dikonfirmasi dengan PCR LCS, pemeriksaan ini tidak dilakukan

karena biayanya mahal. Pada pasien imunosupresi durasi asiklovir harus

diperpanjang sampai 21 hari untuk membantu mencegah kemungkinan relaps.21

 

Pada neonatus relaps setelah pemberian asiklovir dapat terjadi 8% sedangkan pada

anak dapat terjadi sekitar 5% dari anak yang telah diberikan asiklovir36

. Pada

pasien ini pemberian asiklovir selama 10 hari

Pada pasien ini terjadi kompikasi edema cerebri, diberikan terapi manitol

merupakan larutan hipertonik yang digunakan sebagai osmoterapi sehingga

pemberiannya diharapkan dapat menarik cairan ekstravaskular ke dalam

pembuluh darah.37

 

Page 19: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 19/21

19

DAFTAR PUSTAKA

1.  Soetomenggolo T, Penyunting. Buku Ajar Neurologi Anak.Edisi Pertama

IDAI. 1999: 376-80

2.  Whitley RJ, Lakeman F. Herpes Simplex infections of The Central

Nervous System: Therapeutic and Diagnostic Considerations. Clin Infect 

 Dis 1995; 20: 414 – 20.

3.  Chayavichitsilp P, Buckwalter JV, Krakowski AC, Friedlander SF (April

2009). "Herpes simplex". Pediatr Rev 30 (4): 119 – 29

4.  Raschilas F, Wolff M, Delatour F, Chaffaut C, De Broucker T,Chevret S,

et al. Outcome of and Prognostic factors for Herpes Simplex Encephalitis

in Adult Patients: results of a multicenter study. Clin Infect Dis

2002;35:254 – 

60.

5.  Whitley RJ. Viral encephalitis. N Engl J Med 1990;323:242 – 50.

6.  Brett EM. Herpes Simplex Virus Encephalitis in Children. Br Med J (Clin

Res Ed) 1986;293:1388 – 9. 

7.  Elbers JM, Bitnun A, Richardson SE, Ford-Jones EL, Tellier R,Wald RM,

et al. A 12-year Prospective Study of Childhood Herpes Simplex

Encephalitis: is There a Broader Spectrum of Disease? Pediatrics

2007;119: 399 – 407.

8.  Saharso D,Erny Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Herpes Simplex

Encephalitis. Lab IKA FK UNAIR RSUD Dr. Soetomo 1999; 1-2.

9.  De Tie`ge X, Heron B, Lebon P, Ponsot G, Rozenberg F. Limits of EarlyDiagnosis of Herpes Simplex Encephalitis in Children: a Retrospective

study of 38 Cases. Clin Infect Dis 2003;36:1335 – 9.

10. Hsieh WB, Chiu NC, Hu KC, Ho CS, Huang FY. Outcome of Herpes

Simplex Encephalitis in Children. J Microbiol Immunol Infect

2007;40:34 – 8.

11. Ito Y, Ando Y, Kimura H, Kuzushima K, Morishima T.Polymerase Chain

Reaction-Proved Herpes Simplex Encephalitis in Children. Pediatr Infect

Dis J 1998;17:29 – 32.

12. Ito Y, Kimura H, Yabuta Y, Ando Y, Murakami T, Shiomi M, et al.

Exacerbation of Herpes Simplex Encephalitis After Successful Treatment

With Acyclovir. Clin Infect Dis 2000;30:185 – 

7.13. Spear PG. Herpes Simplex Virus: Receptors and Ligands for Cell Entry.

Cell Microbiol. 2004; 6(5): 401-10.

14. Soedarmo SS,Garna H,Hadinegoro SR,Satari HI Penyunting. Buku Ajar

Infeksi & Pediatri Tropis Anak. Edisi Pertama IDAI. 2002; 143-4

15. Skoldenberg B, Forsgren M, Alestig K, Bergstrom T, Burman L,Dahlqvist

E, et al. Acyclovir Versus Vidarabine in Herpes Simplex Encephalitis.

Randomised Multicentre Study Inconsecutive Swedish Patients. Lancet

1984;2:707 – 11.

16. Whitley RJ, Soong SJ, Linneman Jr C, Liu C, Pazin G, Alford CA. Herpes

Simplex Encephalitis. Clinical Assessment. JAMA 1982;247:317 – 20

Page 20: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 20/21

20

17. Kohl S. Herpes Simplex Virus Encephalitis in Children. Pediatr Clin North

Am 1988;35:465 – 83.

18. DeVincenzo JP, Thorne G. Mild Herpes Simplex Encephalitis Diagnosed

by Polymerase Chain Reaction: A Case Report and Review. Pediatr Infect

Dis J 1994;13:662 – 

4.19. McGrath N, Anderson NE, Croxson MC, Powell KF. Herpes Simplex

Encephalitis Treated With Acyclovir: Diagnosis and long Term Outcome.

J Neurol Neurosurg Psychiatry 1997;63:321 – 6.

20. Garcia-Ribes A, Martinez-Gonzalez MJ, Prats-Vinas JM. Suspected

Herpes Encephalitis and Opercular Syndrome Inchildhood. Pediatr Neurol

2007;36:202 – 6.

21. Kennedy PGE, Chaudhuri A. Herpes Simplex Encephalitis. J Neurol

Neurosurg Psychiatry. 2002;73:237 – 8.

22. Enquist LW, Husak PJ, Banfield BW, Smith GA. Infection and Spread

of Alphaherpesviruses in The Nervous System. Adv Virus Res. 1998;51:

237 – 347.

23. Wickham S, Lu B, Ash J, Carr DJJ. Chemokine Receptor Deficiency is

Associated with Increased Chemokine Expression in The Peripheral and

Central Nervous Systems and Increased Resistance to Herpetic

Encephalitis.

J Neuroimmunol. 2005;162:51 – 9.

24. Hudson SJ, Streilein JW. Functional Cytotoxic T cells are Associated

With Focal lesions in The Brains of SJL Mice with Experimental Herpes

Simplex Encephalitis. J Immunol. 1994;152:5540 – 

7.25. Anglen CS, Truckenmiller ME, Schell TD, Bonneau RH. The Dual Role

of CD81 T lymphocytes in The Development of Stress-Induced Herpes

Simplex Encephalitis. J Neuroimmunol. 2003;140:13 – 27

26. Boss J and Esiri M. Viral Enchepalitis in Humans,Washington DC : ASM

Press, 2003 ; 47-48.

27. Elbers JM, Bitnun A, Richardson SE, Ford-Jones EL, Tellier R, Wald RM,

et al. A 12-year Prospective Study of Childhood Herpes Simplex

Encephalitis: is There a Broader Spectrum of Disease? Pediatrics

2007;119:399 – 407.

28. Whitley RJ, Lakeman F. Herpes Simplex Virus Infections of The Central

Nervous System: Therapeutic and Diagnostic Considerations. Clin InfectDis 1995;20:414 – 20.

29. McGrath N, Anderson NE, Croxson MC, Powell KF. Herpes simplex

Encephalitis Treated with Acyclovir: Diagnosis and long Term Outcome. J

Neurol Neurosurg Psychiatry 1997;63:321 – 6

30. Schauseil-Zipf U, Harden A, Hoare RD, Lyen KR, Lingam S,Marshall

WC, et al. Early Diagnosis of Herpes Simplex Encephalitis in Childhood.

Clinical, Neurophysiological and Neuroradiological Studies. Eur J Pediatr

1982;138:154 – 61.

31. Gupta PC, Seth P. Periodic Complexes in Herpes Simplex Encephalitis. A

Clinical and Experimental Study. Electroencephalogr Clin Neurophysiol

1973;35:67 – 

74.

Page 21: Case Ensefalitis Herpes

5/17/2018 Case Ensefalitis Herpes - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-ensefalitis-herpes 21/21

21

32. Kennedy PGE , Viral encephalitis: Causes, Differential Diagnosis, and

Management. J Neurol Neurosurg Psychiatry 2004:10 – 15

33. Douglas RG (Jr.). Antimicrobial agents; Antiviral agents. In: The

Pharmacological Basis of Therapeutics, 8th edn. Eds. Cilman AG,

Theodore WR, Nies AS, Taylor P. New York, Pergamon Press, 1991,1182-1201.

34. Saharso D, Hidayati SN, Penyunting Buku Ajar Neurologi. Edisi pertama

IDAI. 1999; 347-8

35. Lewis p, Glaser CA, Encephalitis in Pediatric in review, 2005 353-63

36. Ito Y, Kimura H, Yabuta Y, et al. Exacerbation of Herpes simplex

Encephalitis after Successful Treatment with Acyclovir. Clin Infect Dis

2000; 30: 185 – 87.

37. Ismael S, Penyunting Buku Ajar Neurologi. Edisi pertama IDAI. 1999;

347-8