Case eki 1 sle fix ya

26
LAPORAN KASUS SYSTEMIC LUPUS ERITEMATOSUS Dokter Intership : dr. Eki Marliani Dokter Pembimbing : dr. Teguh Rumanto, Sp.PD Tanggal masuk RS : 22 Januari 2014 Nomer rekam medis : 09 99 52 I. Identitas Pasien Nama : Ny. N Umur : 29 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Batung 4/2 Agama : Islam Suku Bangsa : Banjar Status Perkawinan : Menikah Pendidikan : SD Pekerjaan : Petani II. Anamnesis Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di Bangsal Syafa pada tanggal 23 Januari 2014 pukul 12.00 WITA A. Keluhan utama Nyeri pada kedua kaki B. Riwayat penyakit sekarang 1

Transcript of Case eki 1 sle fix ya

LAPORAN KASUS

SYSTEMIC LUPUS ERITEMATOSUS

Dokter Intership : dr. Eki Marliani

Dokter Pembimbing : dr. Teguh Rumanto, Sp.PD

Tanggal masuk RS : 22 Januari 2014

Nomer rekam medis : 09 99 52

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. N

Umur : 29 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Batung 4/2

Agama : Islam

Suku Bangsa : Banjar

Status Perkawinan : Menikah

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

II. Anamnesis

Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di Bangsal Syafa pada tanggal

23 Januari 2014 pukul 12.00 WITA

A. Keluhan utama

Nyeri pada kedua kaki

B. Riwayat penyakit sekarang

Os datang ke IGD RSUD Datu Sanggul dengan keluhan kedua kaki terasa

nyeri. Nyeri yang dirasakan bertambah ketika pasien bergerak sehingga tidak kuat

untuk berjalan lama. Nyeri dirasakan berkurang ketika beristirahat. Keluhan nyeri

awalnya dirasakan pasien 7 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengakui saat

itu pernah disuntik oleh mantri dan merasa enakan. Namun pasien lupa nama obat

1

yang disuntikan. Sebulan setelah itu kedua kaki terasa nyeri kembali dan di rasa

makin bertambah nyerinya. Pasien merasa kesulitan dari posisi duduk ke posisi berdiri

dan harus di pegang oleh ibunya.

5 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengatakan sering merasa tidak

enak badan, lemas dan badan terasa hangat. Nafsu makan pasien saat itu pun

menurun. Terkadang pasien hanya makan 1 x sehari. Bibir kering dan sariawan

membuat pasien sulit untuk makan. Selain itu pasien mengatakan rambutnya sering

rontok sehingga merasa rambutnya tipis sekali.

4 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengatakan timbul bercak

kemerahan pada pipinya jika Os berada diluar rumah dan terkena sinar matahari.

Namun saat ini bercak berwarna agak gelap. Bercak tersebut tidak terasa gatal.

3 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh demam. Demam yang

dirasakan sering naik turun. Selain itu pasien mengeluh batuk. Pasien mengkonsumsi

obat paracetamol dan komix. Dan keluhan agak berkurang. Pasien menyangkal

adanya riwayat nyeri dada, sesak nafas dan kejang.

1 bulan sebelum masuk rumah sakit, tangan kanan pasien terasa kesemutan.

Terasa nyeri dan kaku jika jari-jarinya digerakan. 1 minggu sebelum masuk rumah

sakit, kedua kaki makin terasa nyeri dan sulit berjalan. Telapak kaki kanan dan kiri

bengkak. Pada saat masuk ke rumah sakit pasien juga merasa lemas, batuk dan nafsu

makan menurun.

C. Riwayat penyakit dahulu

Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis,

ginjal, paru dan asma. Alergi makanan dan obat pun disangkal pasien.

D. Riwayat penyakit keluarga

Ayah pasien memiliki riwayat penyakit paru. Ayah pasien mengalami batuk

berdahak cukup lama dan sering batuk berdarah juga. Namun ayah pasien telah

meninggal dunia dikarenakan TBC paru. Os menyangkal adanya anggota keluarga

yang mengalami penyakit sama seperti pasien. Tidak ada anggota keluarga yang

memiliki riwayat kencing manis, tekanan darah tinggi dan penyakit ginjal.

E. Riwayat psikososial

Pasien tidak pernah memeriksaan dirinya ke rumah sakit. Pasien hanya

mengkonsumsi obat paracetamol dan komix jika keluhan demam dan batuk muncul.

Pasien bekerja sebagai petani karet.

2

III. Pemeriksaan Fisik ( dilakukan tanggal 23 Januari 2014 )

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, lemah

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital

Tekanan darah : 100/60mmHg

Suhu : 37,5 °C

Nadi : 80 x/menit, regular, isi cukup, equal

Pernapasan : 20 x/menit, thorako-abdominal

Status gizi :

Berat badan : 34 kg

Tinggi badan : 140 cm

Berat badan awal : 53 kg

Kepala

Bentuk : normocephali, simetris, tidak ada deformitas

Rambut : coklat kekuningan, distribusi tidak merata, kering, tipis, rontok

Wajah : simetris, pucat, tidak ada hemiparesis, tidak ada ada paralisis.

Mata : sclera ikterik (-/-), conjungtiva : anemis +/+, RCL : (+/+), RCTL : (+/+)

Hidung : deviasi septum -/-, sekret -/-, concha-/-

Mulut : bibir kering, mukosa bukal sariawan (+)

Kulit : ruam di kedua pipi (+)

Thoraks

Pulmo :

- Inspeksi : Pergerakan simetris, retraksi sela iga (-)

- Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri, krepitasi (-)3

BB = 34 = 15,11 kg / cm 2

TB 1,52 ( underweight)

- Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

- Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)

Jantung

- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris dan ictus cordis tidak terlihat

- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS VI linea aksilaris anterior sinistra

- Perkusi :

Batas jantung kanan : ICS VI linea midclavikularis dextra

Batas jantung kiri : ICS VI linea aksilaris sinistra

- Auskultasi : Bunyi jantung I = II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

- Inspeksi : Rata,

- Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba,

- Perkusi : Timpani

- Auskultasi : BU (+) normal 3x/menit

Ekstremitas atas dan bawah

Inspeksi

Bentuk : dbn

Warna kulit : pucat

Pergerakan : minimal

Palpasi

Akral : hangat

Pitting oedema : - -

+ +

IV. Pemeriksaan Penunjang ( 22 Januari 2014 )4

Pemeriksaan

Hematologi

Hasil Nilai Rujukan Keterangan

Hemoglobin 5.7 Wanita : 12-15 g /dl ↓

LED 80 Wanita : 0-15 mm/jam ↑

Jumlah Eritrosit 1.9 Wanita : 4-5,5 juta / mm3 ↓

Jumlah Trombosit 210.000 150 – 400 ribu / mm3 N

Jumlah Leukosit 9.700 4 – 11 ribu/mm3 N

Hematokrit 18 Wanita : 3-47 % N

Pemeriksaan Kimia Klinik

Hasil Nilai Rujukan Keterangan

Gula darah sewaktu 85 < 140 mg/dl N

Protein total 7,0 6.6 - 8,7 G/dl N

Albumin 1,7 3,8 – 5,1 G/dl ↓

Fungsi Ginjal

Ureum 68 10-50 mg/dl ↑

Kreatinin 1,1 s.d.1,1 mg/dL N

Pemeriksaan Hitung Jenis

Leukosit

Hasil Nilai Rujukan Keterangan

Basofil 0 0-1 % N

Eosinofil 2 1-3 % N

Batang 5 2-5 % N

5

Segmen 77% 50-70 % ↑

Limfosit 13 % 20-40 % ↓

Monosit 2 % 2-8 % N

THORAKS ( 22 Januari 2014 )

Foto Thorak PA

Deskripsi foto:

Skeletal normal

Cor : CTR < 50%

Pulmo : Tampak inflitrat di apex hemitoraks kanan

Tampak corakan bronkovaskular meningkat di hemitorak kanan dan kiri

Sinus costofrenicus kanan tampak tumpul dan sinus costofrenicus kiri normal

Diafragma kanan dan kiri normal

Kesan : Suspek TBC paru

Suspek Efusi pleura minimal

Pemeriksaan Coombs test ( 23 Januari 214)

Test Coombs Direct +

6

Morfologi Darah Tepi ( 23 Januari 2014 )

Eritrosit Anisositosis sedangPoikilositosis sedang ( pensil, tear drop,

stomatosit )Mikrositik , Hipokrom

Leukosit Estimasi jumlah dbn,

Trombosit Estimasi jumlah dbn, bentuk normal

Kesimpulan Anemia mikrositik hipokromDD : Proses penyakit kronis

Defisiensi Fe

Pemeriksaan Urinalisa (24 Januari 2014)

Mikroskopis Hasil

Eritrosit 1-2

Lekosit 20-30

Silinder Negatif

Epitel (+)

Kristal Negatif

Bakteri (+)

Kimia

Protein 2+

Glukosa -

Urobilin -

Bilirubin -

PEMERIKSAAN BTA ( 24 Januari 2014)

Sputum BTA -

7

PEMERIKSAAN LE SEL ( 28 Januari 2014)

LE Sel -

RESUME

Perempuan 29 tahun mengeluh kedua kaki terasa nyeri, sehingga sulit digerakkan,

lemas (+), demam (+), batuk (+), nafsu makan menurun (+) sehingga menyebabkan berat

badan pasien menurun, sariawan di dalam mulut (+), timbul bercak kemerahan pada kedua

pipi jika pasien berada diluar rumah dan bengkak pada kedua kaki.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan : rambut : rontok dan tipis, wajah tampak pucat,

mata : conjungtiva anemis (+/+), ruam pada kedua pipi (+), sariawan pada mukosa bukal (+),

odeme pada ekstremitas bawah (+/+),

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan : Hb 5,7 g /dL, Trombosit : 210.000,

Leukosit : 9700, HT 18 %, Albumin 1,7 G/dL, Protein total 7,0 G/dL, Ureum 68 mg/dL,

Creatinin 1,1 mg/dL. Coomb Test Direct (+). MDT : Anemia mikrositik hipokrom. Sputum

BTA SPS (-)

DAFTAR MASALAH

1. Artritis (nyeri pada kedua kaki dan tangan)

2. Malar Rash (ruam pada kedua pipi),

3. Underweight (nafsu makan menurun, berat badan menurun, IMT : 15,11 kg / cm 2 )

4. Sariawan, febris, rambut rontok

5. Anemia ( Hb 5,7 g/dL, MDT : Anemia mikrositik hipokrom)

6. Coomb test direct (+),

7. Edema ( Hipoalbumin : Albumin 1,7 G/dL),

PENGKAJIAN MASALAH

1. Nyeri pada kedua kaki

Nyeri pada kedua kaki dirasakan sejak 7 bulan SMRS, namun keluhan sempet

berkurang selama 1 bulan. Setelah itu nyeri dirasakan kembali di kedua kaki hingga

saat ini. Kaku dan nyeri juga dirasakan ditangan kanan pasien sehingga jari–jari

tangan sulit digerakkan.

DD : SLE ( Systemic Lupus Erythematous)

Artritis Rhematoid

8

Planning Diagnostik : Ds-DNA

Faktor rhematoid serum, Radiologi tangan dan kaki

Tx : Metilprednisolon 2x16 mg

Klorokuin 1x1

Edukasi : Menganjurkan pasien untuk cek oftamologi (mata) setiap 4 atau 6 bulan

karna efek samping penggunaan klorokuin

2. Ruam pada kedua pipi,

4 bulan SMRS, pasien mengeluh timbul bercak kemerahan di kedua pipi. Ruam

tersebut muncul saat pasien berada diluar rumah dan terpapar matahari.

Photosensitivitas (+). Pekerjaan pasien sebagai petani karet.

DD : SLE

Dermatitis

Planning diagnostik : ANA Test, Ds-DNA

Patch test

Tx : Metilprednisolon 2 x 16 mg

Klorokuin 1 x 1

Edukasi : Menggunakan krim pelindung sinar matahari, baju lengan panjang, topi

atau payung bila akan berjalan dan bekerja di siang hari.

3. Underweight ( IMT : 15,11 kg / cm 2)

Pasien sering merasa badan terasa lemas, lemah, batuk dan demam. Nafsu makan

menurun dan berat badan menurun sejak 5 bulan SMRS. Selain itu terdapat sariawan

yang membuat pasien sulit untuk makan. Berdasarkan riwayat keluarga (ayah) TB

paru (+), LED : 80, Rontgen thoraks : Suspek TB paru,

DD : SLE ( gejala konstutisional )

TB Paru

Planning diagnostik : ANA test, ds-DNA

Sputum BTA (SPS)

Tx: OAT

Edukasi :

- Hindari kontak langsung dengan keluarga dirumah dengan memakai masker

- Minum obat OAT teratur dan kontrol TB

9

4. Anemia

Hb : 5,7 g/dL. Mata : CA +/+, Pasien sering merasa lemas. MDT : Anemia

Mikrositik Hipokrom. Coomb test (+)

DD : Anemia karena penyakit kronis

Anemia hemolitik autoimun DD: SLE

Planning diagnostik : ANA tes, Ds-DNA

Tx : -

Edukasi : Makan makanan yang bernutrisi tinggi (diet rendah garam, diet rendah

lemak)

5. Edema

Albumin : 1,7 g/dL, Ureum 68 mg/dL, Creatinin 1,1 mg/dL.

DD : Hipoalbumin

- Intake protein < gizi buruk

- Gangguan sintesis protein gangguan fungsi hepar ( sirosis hepatis)

- Kehilangan protein melalui urin gangguan fungsi ginjal (nefritis lupus )

Planning diagnostik : SGOT SGPT, USG

Urinalisa, Ds-DNA, Biopsi ginjal

Tx : Metilprednisolon 2 x 16 mg

Kalk 2x1

Edukasi : Diet tinggi kalsium

Diet tinggi protein (putih telur, tempe dan ikan gabus)

10

FOLLOW UP

Tanggal S O A P

23 Januari

2014

Nyeri kedua kaki

(+), demam (+),

batuk (+), kaki

bengkak (+), lemas

dan nafsu makan

menurun

TD:100/60, T:37,5 ºC,

RR:20 x/mnt, HR: 80x/mnt

PF :

Rambut : Rontok, tipis

Wajah : pucat, bercak pada

kedua pipi, mata : CA +/+,

Ekstremitas bawah : pitting

oedem +/+

LAB :

Darah lengkap :

HB:5.7, Leukosit:9.700,

LED:80, HT:18, eritrosit:1,9

juta/mm3, Trombosit 210.000,

GDS:85, protein: 7,0, albumin:

1,7, ureum:68, creatinin:1,1

MDT :

Anemia mikrositik hipokrom

Ro Thoraks : infilitrat (+)

Anemia

Susp TB

-RL 20 tpm

-Ranitidin 2x1 amp

-PCT 3x1 tab

-Pro transfusi PRC

- Cek Urin

*Siang : coomb test +

pasien tidak jadi di

transfusi.

24 Januari

2014

Demam (+), batuk

<<, lemas (+), nyeri

kedua kaki (+),

bengkak pada

telapak kaki kanan

dan kiri dan sulit

berjalan,

TD : 110/60, T : 37,4 ºC,

RR : 20 x/menit, HR : 80

x/menit

PF :

Wajah : bercak merah pada

kedua pipi, mata : CA +/+,

Ekstremitas bawah : Pitting

oedem +/+

LAB:

Sputum BTA : -

Urinalisa :

protein +2, leukosit 20-30,

epitel +, bakteri +, eritrosit 1-2

-Anemia

hemolitik

autoimun

dd/SLE

-TB paru

-RL 20 tpm

-Ranitidin 2x1 amp

-PCT 3x1 tab

-VIT B6 1x1

-OAT (Rifampisin 450 mg

1x1, INH 300 mg 1x1,

Etambutol 1000 mg 1x1,

PZA 1000 mg 1x1)

-Metilprednisolon 2x16 mg

25 Januari

2014

Nyeri dikedua kaki

(+), jari tangan

kanan sulit

digerakkan (+),

batuk <<,

TD:90/80 , T:36,5 ºC,

RR: 20 x/menit, HR: 80x/menit

PF :

Wajah : bercak merah pada

kedua pipi, mata : CA +/+,

-SLE

-TB paru

-RL 20 tpm

-Ranitidin 2x1 amp

-VIT B6 1x1

-OAT (Rifampisin 450 mg

1x1, INH 300 mg 1x1,

11

demam (-), Ekstremitas: Pitting oedem +/+ Etambutol 1000 mg 1x1,

PZA 1000 mg 1x1)

-Metilprednisolon 2x16 mg

-Kalk 2x1

26 Januari

2014

Nyeri dikedua kaki

(+) jari tangan

kanan sulit

digerakan,

bengkak <<

TD:110/60, T:37,2 ºC,

RR: 20x/menit ,HR:80x/menit

PF:

Wajah : mata : CA +/+

Ekstremitas bawah : pitting

oedem +/+

-SLE

-TB paru

-RL 20 tpm

-Ranitidin 2x1 amp

-VIT B6 1x1

-OAT (Rifampisin 450 mg

1x1, INH 300 mg 1x1,

Etambutol 1000 mg 1x1,

PZA 1000 mg 1x1)

-Metilprednisolon 2x16 mg

-Kalk 2x1

Cek sel LE

28 Januari

2014

Nyeri kedua kaki

(+), jari tangan

kanan sulit

digerakkan.

TD :100/60 T: 37 5 ºC,

RR: 20 x/menit, HR: 80x/menit

PF :

Wajah : mata : CA +/+,

Ekstremitas: Pitting oedem +/+

LAB :

Sel LE : -

-SLE

-TB paru

-RL 20 tpm

-Ranitidin 2x1 amp

-VIT B6 1x1

-OAT (Rifampisin 450 mg

1x1, INH 300 mg 1x1,

Etambutol 1000 mg 1x1,

PZA 1000 mg 1x1)

-Metilprednisolon 2x16 mg

-Kalk 2x1

-Klorokuin 1x1

30 Januari

2014

Nyeri kedua kaki

<<, jari tangan

sedikit bisa

digerakkan

Pasien pulang

TD 100/80, T: 37,6 ºC,

RR: 20 x/menit , HR: 80x/menit

-SLE

-TB paru

-VIT B6 1x1

-OAT (Rifampisin 450 mg

1x1, INH 300 mg 1x1,

Etambutol 1000 mg 1x1,

PZA 1000 mg 1x1)

-Metilprednisolon 2x16 mg

-Kalk 2x1

-Klorokuin 1x1

Kontrol 1 minggu lagi

PEMBAHASAN KASUS

12

SLE adalah suatu kondisi yang dikarakteristikkan oleh peradangan kronis dari

jaringan-jaringan tubuh yang disebabkan oleh penyakit autoimun. Penyakit-penyakit

autoimun adalah penyakit-penyakit yang terjadi ketika jaringan-jaringan tubuh diserang oleh

sistim imunnya sendiri. Sistim imun adalah suatu sistim yang kompleks didalam tubuh yang

dirancang untuk melawan agen-agen yang menular, contohnya, bakteri-bakteri, dan

penyerbu-penyerbu asing lainnya. Salah satu dari mekanisme yang digunakan oleh sistim

imun untuk melawan infeksi-infeksi adalah produksi dari antibodi-antibodi. Pasien-pasien

dengan lupus memproduksi antibodi-antibodi yang abnormal didalam darahnya yang

mentargetkan jaringan-jaringan didalam tubuhnya sendiri dari pada agen-agen menular asing.

Karena antibodi-antibodi dan sel-sel peradangan yang mendampinginya dapat melibatkan

jaringan-jaringan dimana saja didalam tubuh, lupus mempunyai potensi untuk mempengaruhi

beragam area-area tubuh.2 Lupus dapat menyebabkan penyakit kulit, jantung, paru-paru,

ginjal, persendian, mata, hemik-limfatik, muskuloskeletal, saluran pencernaan dan sistem

syaraf.3

Pada kasus ini, Ny.N, 29 tahun didiagnosa sebagai SLE. Dari anamnesis

ditemukan keluhan utama nyeri pada kedua kaki yang dirasakan bertambah ketika

pasien bergerak sehingga tidak kuat untuk berjalan lama. Selain itu nyeri dirasakan di

tangan kanan dan membuat jari tangan kanan kaku dan sulit digerakkan. Nyeri yang

terjadi ini sesuai dengan salah satu manifestasi klinis SLE yaitu mengalami radang

sendi (arthtritis) selama perjalanan penyakitnya.4

Selain itu pasien sering mengeluh lelah, demam, nafsu makan yang menurun

dan berat badan yang menurun. Hal tersebut mengacu pada gejala kontutisional dari

SLE. Os juga sering mengalami sariawan karena salah satu gejala yang ditimbulkan

jika mengenai membran mukosa adalah ulkus membran mukosa.

Dari pemeriksaan fisik terlihat wajah pasien yang pucat, konjungtiva anemis

dan, rambut rontok. Pasien juga memiliki bercak kemerahan pada pipinya yang timbul

jika Os terkena sinar matahari ini sesuai dengan salah satu tanda SLE. Lebih dari

separuh pasien dengan SLE mengalami rash khas yang datar dan berwarna merah

pada wajah melewati hidung. Rash wajah, bersama dengan peradangan organ-organ

lain, dapat ditimbulkan dan diperburuk oleh paparan cahaya matahari, yang dikenal

dengan fotosensitifitas.2

13

Berdasarkan hasil pemeriksaan lab yang mendukung kearah SLE yaitu Hb 5,7

g /dL, Coomb Test Direct (+) yang menandakan anemia hemolitik autoimun (AIHA)

dan pemeriksaan urin berupa proteinuria.

Penegakkan diagnosis SLE pada pasien ini berdasarkan kombinasi antara

anamnesis, pemeriksaan fisik dan manifestasi laboratorium yang menunjukkan

adanya kelainan yaitu multisistem. Terpenuhinya 4 dari 11 kriteria dari the American

College of Rheumatology 1997 memperkuat penegakan diagnosis Sistemik Lupus

Eritematosus.

Kriteria Diagnostik SLE menurut American College of Rheumatology 1997 (revised)4

Ruam malar Eritema yang menetap, rata atau menonjol pada daerah malar dan

cenderung tidak melibatkan lipat nasolabial

Ruam diskoid Plak eritema menonjol dengan keratotik dan sumbatan folikular.

Pada SLE lanjut dapat ditemukan parut atrofik.

Fotosensitivitas Ruam kulit yang diakibatkan reaksi abnormal terhadap sinar

matahari, baik dari anamnesis pasien atau yang dilihat oleh dokter

pemeriksa

Ulkus mulut Ulkus mulut atau orofaring, umumnya tidak nyeri dan dilihat oleh

dokter pemeriksa

Artritis Artritis non erosif yang melibatkan dua atau lebih sendi perifer,

ditandai oleh nyeri tekan, bengkak dan efusi.

Serositis

a. Pleuritis

b. Perikarditis

a. Riwayat nyeri pleuritik atau pleuritic friction rub yang

didengar oleh dokter pemeriksa atau terdapat bukti efusi

pleura

b. Terbukti rekaman EKG atau perikarditis friction rub atau

terdapat bukti efusi perikard

Gangguan renal a. Proteinuria menetap atau > 0.5 g/hari atau >+3 bila tidak

dilakukan pemeriksaan kuantitatif, atau

b. Silinder selular : berupa siliner eritrosit, hemoglobin,

granular, tubular atau campuran

Gangguan neurologik a. Kejang yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau

14

gangguan metabolik (uremia, KAD, gangguan keseimbangan

elektrolit)

b. Psikosis yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau

gangguan metabolik (uremia, KAD, gangguan keseimbangan

elektrolit)

Gangguan hematologi a. Anemia hemolitik dengan retikulosit atau,

b. Leukopenia < 4.000/mm3 pada dua pemeriksaan/lebih, atau

c. Limfopenia < 1.500/mm3 pada dua pemeriksaan/lebih, atau

d. Trombositopenia < 100.000/mm3 tanpa disebabkan oleh

obat-obatan

Gangguan imunologik a. Anti-DNA : antibodi terhadap native DNA dengan titer yang

abnormal

b. Anti-Sm : terdapat antibodi terhadap antigen antinuklear Sm

c. Temuan positif terhadap antibodi antifosfolipid didasarkan

atas :

- Kadar serum antibodi antikardiolipin abnormal baik IgG

atau IgM

- Tes lupus antikoagulan positif menggunakan metode

standar

- Hasil tes serologi positif palsu terhadap sifilis sekurang-

kurangnya selama 6 bulan, dan dikonfirmasi dengan tes

imobilisasi Treponema Pallidum atau tes fluoresensi

absorbsi antibodi Treponema

Antibodi antinukler

positif (ANA)

Titer abnormal dari antibodi anti-nuklear berdasarkan pemeriksaan

imunofluoresensi atau pemeriksaan setingkat pada setiap kurun

waktu perjalanan penyakit tanpa keterlibatan obat yang diketahui

berhubungan dengan sindroma lupus yan diinduksi obat

Pada pasien ini didiagnosis sebagai SLE karena telah memenuhi 4 dari 11 kriteria

ACR antara lain ruam malar pada wajah, fotosensitivitas, ulkus mulut, artritis dan gangguan

hematologi berupa anemia hemolitik.

Terapi yang diberikan adalah metilprednisolon 2x16 mg, pemberian kortikosteroid

pada pasien ini bertujuan untuk mengontrol gejala dan menekan produksi autoantibodi.

15

Untuk mengurangi efek samping dari penggunaan kortikosteroid yaitu osteoporosis sehingga

diberikan asupan kalsium berupa kalk 2x1. Selain itu diberikan antimalaria berupa klorokuin

1x1 karena kelainan SLE pada pasien dominan pada kulit dan sendi. Antimalaria juga

digunakan untuk membantu penyapihan kortikosteroid.

TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

tuberculosis.1 TB paru pada pasien ini berdasarkan gejala klinis, sputum BTA dan radiologis.

Dari klinis ditemukan gejala sistemik atau konstitusional berupa demam naik turun, batuk,

lemas, nafsu makan menurun dan berat badan menurun yang dibuktikan dengan penilaian

status gizi berdasarkan IMT dengan hasil 15,11 kg/cm2 (underweight). Selain itu terdapat

kontak langsung dengan penderita TB dalam satu rumah yaitu ayah pasien meninggal karna

TB paru. Hasil sputum BTA SPS didapatkan negatif (-) sedangkan pemeriksaan radiologis

terlihat kesan suspek TB paru.

Pasien dikategorikan sebagai kasus baru, dimana pasien sebelumnya belum pernah

mendapatkan pengobatan TB paru. Terapi yang diberikan berupa OAT Kategori 1

(2RHZE/4R3H3). Fase intensif (2RHZE) menggunakan 4 macam obat yang diminum setiap

hari selama 2 bulan. Sedangkan fase lanjutan (4R3H3) menggunakan 2 macam obat,

diminum 3 kali seminggu selama 4 bulan.1 Pada pasien ini diberikan Rifampisin 450 mg 1x1,

INH 300 mg 1x1, Etambutol 1000 mg 1x1, PZA 1000 mg 1x1. Karena efek samping

pemberian INH dapat menyebabkan neuropati perifer sehingga diberikan vitamin B6 1x1.

Prognosis pada pasien ini :

Ad vitam : dubia ad malam

Ad fungtionam : dubia ad malam

Ad sanationam : dubia ad malam

16

Genetik, hormon, lingkungan, obat, stres fisik dan psikis

Gangguan imunoregulasi

Ab menyerang organ-organ tubuh sendiri (sel,jaringan)Autoimun

DAFTAR PUSTAKA

1. Asril Bahar. 2003. Tuberkulosis Paru in Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi

ketiga. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta: Balai

17

Komplek Imun

Komplemen

C3a dan C5a

Basofil melepas histamin

Permeabilitas vascular

Mengendapnya komplek imun pada organ tubuh

Produksi Ab terus menerus

Inflamasi berbagai organ

Aktifasi

Melepas

merangsang

Jantung

Muskuloskeletal

Mata

Ginjal

GI Tract

Saraf

mukokutan

Pleura & paru

Hemik-limfatik

PATOFISIOLOGI

SLE

Arthritis

Komplek Ag-AB

Permeabilitas membran basalis

Proteinuria

Hipoalbumin

Tek onkotik plasma edema

Ag menyelimuti SDM Umur SDM pendekAIHA , HB:5,7 g/dl

Malar rash, Fotosensitivitas , Rambut rontok, Sariawan

Penerbit FKUI

2. B George, R Cervera, DT Boumpas. Systemic Lupus Erythematosus : Pathogenesis and

Clinical Features in EULAR Textbook on Rheumatic Disease, 2012; 476-505

3. Kasjmir YI, dkk. Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik.

Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011; 1-41.

4. Sudoyo AW, B Setiyohadi, I Alwi, M Simadibrata, S Setiati. Lupus Eritematosus

Sistemik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV, FKUI, 2006; 1214-21.

18