Case Dr Asih

8
1 penyak it Misetoma Sporotrikosis Defini si Misetoma merupakan suatusyndrome yangdiidentikkan dengan tumor dan sinus yang mengeluarkan pus (nanah). Misetoma berlokasi pada kulit dan jaringan dibawah kulit, maupun pada tulang. infeksi jamur profunda yang kronis dan ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar getah bening serta lesi yang berupa nodul lunak dan mudah pecah lalumembentuk ulkus yang indolen Etiolo gi Etiologi misetoma , terdiri dari : a. Bacterial misetoma Disebabkan oleh bakteri dan dikenal sebagaiActinomisetoma somaliensis Jenis-jenis bakteri penyebab misetoma : 1. Actinomadura madurae 2. Actinomadura pelletieri 3. Streptomyces b. Fungal misetoma disebabkan oleh fungi dan dikenal sebagai Eumisetoma. Jenis- jenis fungi penyebab misetoma : 1. Eumycotic misetoma(granule color) 2. Acremonium falci forme (white) Sporotrichium Schenkii

description

h

Transcript of Case Dr Asih

Page 1: Case Dr Asih

1

penyakit Misetoma Sporotrikosis Definisi Misetoma merupakan suatusyndrome

yangdiidentikkan dengan tumor dan sinus yang mengeluarkan pus (nanah).  Misetoma berlokasi pada kulit dan jaringan dibawah kulit, maupun pada tulang.

infeksi jamur profunda yang kronis dan ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar getah bening serta lesi yang berupa nodul lunak dan mudah pecah lalumembentuk ulkus yang indolen

Etiologi Etiologi misetoma , terdiri dari : a.  Bacterial misetoma      Disebabkan oleh bakteri dan dikenal sebagaiActinomisetoma  somaliensis   Jenis-jenis bakteri penyebab misetoma :  1. Actinomadura madurae 2.  Actinomadura pelletieri 3. Streptomyces    b. Fungal misetoma  disebabkan oleh fungi dan dikenal sebagai Eumisetoma.   Jenis- jenis fungi penyebab misetoma : 1.     Eumycotic misetoma(granule color) 2.     Acremonium falci forme (white) 3.     Acremonium recifei (white) 4.     Aspergillus nidulans(white) 5.     Exophiala jeanselmei(black) 6.     Leptosphaeria senegalensis(black) 7.     M adurella grisea(black) 8.     M adurella misetomatis(black) 9.     N eotestudina rosatii(white) 10.   P seudallesheria boydii (white to yellow)

Sporotrichium Schenkii

Pathogenesis

Jamur masuk kekulit abrasi Tumor dibwah kulit Deformitas Tumor jadi lunak Fistula atau Ulkus mengeluarkan

Infeksi jamur melalui inokulasi kutaneus kemerahan ,nekrotik dan papul nodul pada minggu 1-10 lesi menyabar sepanjang saluran limfatik rantai nodular indolen dan lesi ulserasi khas dari

Page 2: Case Dr Asih

2

secret butir-butir kuning kehijauan (granula sulful). limfokutaneus sporotrikosisGejala klinis

1. Pembengkakan pada sinus dan fistel multiple.  Di dalam sinus ditemukan butir-butir (granules) yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan berupa cairan. 2.Biasanya merupakan lesi kulit yang berbentuk melingkar dengan pembengkakan seperti tumor jinak dan disertai butir-butir. Radang dapat menjalar dari permukaan kulit sampai ke bagian dalam lapisan bawah kulit, selaput pada otot, dan tulang. Keadaan ini sering berbentuk fistel yang mengeluarkan cairan.

1 limfokutaneus : masa inkubasi1-10 minggu atau lebih, lesi berwarna ungu kemerahan, nekrotik, lesi nodular kutaneus mengikuti jalur limfatik dan biasanya membentuk ulserasi.Selain itu pada bentuk limfokutaneus tidak dijumpai adanya gejala sistemik. Isolasi pada tempat lesi ini tumbuh baik pada temperatur 35 C dan 37 C

2. fixed cutaneous sporotrichosis,: lesi primer berkembang dari tempatimplantasi jamur, biasanya pada tempat-tempat yang sering terekpos seperti tungkai,tangan, dan jari. Umumnya pada saat awal lesi berupa nodul yang tidak nyeri yangkemudian menjadi lunak dan pecah menjadi ulkus dengan discharge yang serous ataupun purulen. Yang penting diingat bahwa, lesi tetap terlokalisir di sekitar tempat implantasiawal dan tidak menyebar sepanjang saluran limfe.

3. Infeksi disseminated seperti infeksi sporotrikosis visceral, osteoartikular,meningeal, dan sporotrikosis pulmoner sering terjadi pada pasien dengan penyakit penyertaseperti diabetes melitus, keganasan hematologi, alkoholisme,penggunaan agenimmunocompromised, penyakit paru menahun, dan infeksi HIV.

4. ekstrakutaneus : jarang terjadi dan bentuk ini biasanyua berasal dari inhalasi konidia atau penyebaran secara hetogen yang berasal dari inokulasiyang dalam. Penyakit osteoartikular dengan monoartritis atau tenosinovitis seringditenukan pada sporotrikosis ekstrakutaneus. Sporotrikosis pulmoner terjadi pada laki-lakidengan penyakit paru dan menyerupai tuberkulosis, dengan komplikasi fibrokavitari.Sporotrikosis meningitis jarang terjadi, tapi pernah

Page 3: Case Dr Asih

3

didapatkan pada pasien HIV dengan jumlah CD4 <200 sel/ml.

Pemeriksaan penunjang

1, Kultur dengan agar sabauraud didapatkan koloni bewarna krem sampai coklat2, Pemeriksaan Radiologi untuk menilai kerusakan 3. Histopatologi Tampak granuloma dengan serbukan sel – sel radang berupa Polimorfonuklear, Eosinofildan makrofag. Pada bagian tengah infiltrate terlihat sel – sel epiteloid dan sel datiaLagerhans

Pulasan eksudat dan biopsi :

DD 1. Skofuloderma : lokasi biasanya di ketiak . timbul ulkus dengan pinggir livide da nada jembatan-jembatan kulit.2. Osteomielitis : benjolan akut bewarna merah, sekresi pustulosa

Infeksi mikobakterial yang atipik M. marinum

Terapi Misetoma aktinomikotik : penisilin prokaiin 2,4 - 4,8 unit selama 1 minggu/ kombinasi streptomisin dan kotrimoksazol selama 9-12 bulanMisetoma eumikotik: amfoterisin B intravena 1,2 – 2 ml dapat membunuh jamur tatapi sering resisten jika tidak sembuh dianjurkan amputasi Misetema maduromikotik : Obat-obat baru anti fungal seperti intrakonazol dapt di pertimbangkan DOC reseksi Radikal

Pengobatan terpilih untuk fixed cutaneous atau sporotrikosislimfokutaneus adalah itrakonazole selama 3-6 bulan. Obat pilihan untuk sporotrikosisosteoartikular juga itrakonazole, tapi terapi diteruskan setidaknya selama 12 bulan.Sporotrikosis pulmoner memberikan respons yang kurang terhadap pengobatan. Infeksiyang berat memerlukan pengobatan dengan amfoterisin B; untuk infeksi yang ringansampai sedang dapat diobati dengan itrakonazole. Bentuk disseminated dan meningitis jarang dan biasanya memerlukan

Page 4: Case Dr Asih

4

pengobatan dengan amfoterisin B. Pada pasien denganAIDS kebanyakan dengan infeksi yang luas dan membutuhkan terpi supresif seumur hidupdengan itrakonazole setelah penggunaan amfoterisin B.Pada pasien sporotrikosis kutaneus dan limfokutaneus, itrakonazole 200 mg/haridisarankan selama 2-4 minggu setelah semua lesi telah teratasi, biasanya total lama pengobatan 3-6 bulan. Pasien yang tidak memberikan respon dapat diberikan itrakonazoledengan dosis yang lebih tinggi (200mg, 2 kali sehari); terbinafin 500 mg dua kali sehari; atau saturated solution of potassium iodide (SSKI) dengan dosis awal 5 tetes, tiga kalisehari dan dinaikkan sampai 40-50 tetes, tiga kali sehari. Flukonazole (400-800 mg/hari)digunakan bila pasien tidak dapat mentoleransi obat-obat yang tadi disebutkan.Untuk sporotrikosis pulmoner, obat pilihannya adalah amfoterisin B yang diberikandalam bentuk formulasi lipid dengan dosis 3-5 mg/kg/hari, atau amfoterisin B deoksikolatdengan dosis 0,7-1 mg/kg/hari sebagai terapi awal. Setelah tampak perbaikan dapatdiberikan itrakonazole 200 mg dua kali/hari selama paling sedikit 12 bulan.Pengobatan pilihan untuk keterlibatan osteoartikular adalah itrakonazole 200 mgdua kali sehari selama paling sedikit 12 bulan. Jika lesinya luas atau terapi denganitrakonazole gagal maka dapat diberikan amfoterisin B yang diberikan dalam bentuk formulasi lipid dengan dosis 3-5 mg/kg/hari, atau amfoterisin B deoksikolat dengan dosis0,7-1 mg/kg/hari.Pada sporotrikosis meningeal, obat pilihannya adalah amfoterisin B yang diberikandalam bentuk formulasi lipid dengan dosis 5 mg/kg/hari selama 4-6 minggu, disarankansebagai terapi awal lalu dilanjutkan dengan itrakonazole 200 mg dua kali sehari. Untuk pasien AIDS,

Page 5: Case Dr Asih

5

terapi supresif dengan itrakonazole 200 mg/hari direkomendasikan untuk mencegah relaps. Wanita hamil yang menderita sporotrikosis pulmoner tau disseminated dapatmenggunakan amfoterisin B dalam bentuk formulasi lipid dengan dosis 3-5 mg/kg/hariatau amfoterisin B deoksikolat dengan dosis 0,7-1 mg/kg/hari; derivat azole harusdihindari. Untuk anak-anak dapat diberikan itrakonazole 6mg/kg dapat ditingkatkansampai 400 mg/hari atau SSKI, dengan dosis awal satu tetes tiga kali sehari sampaimaksimum 10 tetes tiga kali sehari.

Prognosis

Qou ad vitam : baik Quo ad sanam : dubia Quo ad Kosmetikum : Dubia

Qou ad vitam : baik Quo ad sanam : baikQuo ad Kosmetikum : baik Catatan kecuali sporotrikosisi pulmoner prognosis buruk )

Gambar