CASE INTRACRANIAL MASS. SATRYA WIBAWA. RSUD BUDHI ASIH

download CASE INTRACRANIAL MASS. SATRYA WIBAWA. RSUD BUDHI ASIH

of 26

description

CASE INTRACRANIAL MASS. SATRYA WIBAWA. SMF NEUROLOGI. RSUD BUDHI ASIH 2014

Transcript of CASE INTRACRANIAL MASS. SATRYA WIBAWA. RSUD BUDHI ASIH

LAPORAN KASUS

SEORANG WANITA DENGAN NYERI KEPALA DAN KEJANG BERULANG

Pembimbing :Dr. Ananda Setiabudi, Sp.S

Disusun oleh :Yohanes Satrya Wibawa, S.Ked030.09.275

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAFRUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIHPERIODE 17 FEBRUARI 2014 22 MARET 2014FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

PENDAHULUAN

Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan frekuensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun.Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak. Walaupun demikian ada bebrapa jenis tumor yang mempunyai predileksi lokasi sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak. Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan tumor benigna dan maligna.Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai 60 tahun (31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.

LAPORAN KASUSNEUROLOGIRSUD BUDHI ASHI

Nama Mahasiswa: Yohanes Satrya W. (03009275)Tanda Tangan:Dokter Pembimbing: Dr. Ananda Setiabudi, Sp.S

I. IDENTITAS PASIENNama lengkap: Ny. A(90-97-11)Jenis kelamin: PerempuanUmur: 43 TahunSuku bangsa: IndonesiaStatus perkawinan: MenikahAgama: IslamPekerjaan: -Pendidikan: -Alamat: Pulo Gebang RT 07 RW 05Tanggal masuk RS: 24 Februari 2014

II. ANAMNESIS Auto anamnesis (dilakukan pada tanggal 24 Februari 2014)Keluhan utama:Nyeri kepala yang semakin memberatRiwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang ke poliklinik saraf RSUD Budhi Asih pada tanggal 24 Februari 2014 dengan keluhan nyeri kepala yang semakin memberat sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit. Nyeri kepala dirasakan terus-menerus, kepala terasa berat dan tegang. Selain itu pasien juga mengeluhkan tegang pada leher dan nyeri ketika menoleh kanan-kiri. Selain itu pasien mengaku beberapa kali juga pernah kejang, kejang dialami pada seluruh tubuh dan bersifat kaku. Setelah kejang pasien mengalami pingsan. Pasien mengaku sudah pernah berobat untuk mengatasi kejangnya sejak Desember 2013 dan mendapatkan obat Ikalep dan Fenitoin, namun kejang masih berulang dan nyeri kepala masih sering dirasakan. Mual muntah disangkal. Kelemahan separuh badan disangkal. Gangguan penglihatan disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan.Riwayat penyakit dahulu :Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis, tinggi kolestrol, asam urat. Pasien mengaku sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit. Pasien mengaku pernah menderita penyakit Tb paru dan sudah berobat selama 8 bulan, dan sudah dinyatakan sembuh. Pasien mengaku hingga saat ini kadang-kadang pasien masih batuk.Riwayat penyakit keluarga :Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang serupa dengan pasien. Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, tinggi kolestrol, asam urat, penyakit jantung, paru-paru pada keluarga juga disangkal oleh pasien.Riwayat pengobatan : Ikalep 250 mg 1x1 tab Fenitoin 100 mg 3x1 capsRiwayat Alergi :Riwayat alergi terhadap debu, cuaca, obat-obatan atau makanan disangkal.

Riwayat sosial dan kebiasaan:Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien tidak merokok dan tidak minum kopi.

III. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan UmumKeadaan Umum: Tampak sakit sedangTekanan Darah: 130 / 90 mmHgNadi: 80 x/menitSuhu: 36,7oCPernafasaan: 18 x/menit

KepalaEkspresi wajah: tampak simetrisRambut: hitam dan berubanBentuk: normocephaliMataKonjungtiva: pucat (-/-)Sklera: ikterik (-/-)Kedudukan bola mata: ortoforia/ortoforiaPupil: bulat isokor 3mm/3mm.

TelingaSelaput pendengaran: sulit dinilaiLubang: lapangPenyumbatan : -/-Serumen: +/+Perdarahan: -/-Cairan: -/-

MulutBibir: sianosis (-) luka (-)

LeherTrakhea terletak di tengahTidak teraba benjolan/ KGB yang membesarKelenjar Tiroid: tidak teraba membesarKelenjar Limfe: tidak teraba membesar

ThoraksBentuk: simetrisPembuluh darah: tidak tampak pelebaran pembuluh darah Paru ParuPemeriksaanDepanBelakang

InspeksiKiriSimetris saat statis dan dinamisSimetris saat statis dan dinamis

KananSimetris saat statis dan dinamisSimetris saat statis dan dinamis

PalpasiKiri- Tidak ada benjolan- Fremitus taktil simetris- Tidak ada benjolan- Fremitus taktil simetris

Kanan- Tidak ada benjolan- Fremitus taktil simetris- Tidak ada benjolan- Fremitus taktil simetris

PerkusiKiriSonor di seluruh lapang paruSonor di seluruh lapang paru

KananSonor di seluruh lapang paruSonor di seluruh lapang paru

AuskultasiKiri- Suara vesikuler- Wheezing (-), Ronki (-)- Suara vesikuler- Wheezing (-), Ronki (-)

Kanan- Suara vesikuler- Wheezing (-), Ronki (-)- Suara vesikuler- Wheezing (-), Ronki (-)

JantungInspeksi: Tidak tampak pulsasi iktus cordisPalpasi: Tidak teraba iktus cordis Perkusi:Batas kanan: sela iga III-V linea sternalis kanan.Batas kiri: sela iga IV, 1cm sebelah medial linea midklavikularis kiri.Batas atas: sela iga III linea parasternal kiri.Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-).

AbdomenInspeksi: tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, datar, simetris, smiling umbilicus (-), dilatasi vena (-)Palpasi Dinding perut : supel, tidak teraba adanya massa / benjolan, defense muscular (-), tidak terdapat nyeri tekan pada epigastrium, tidak terdapat nyeri lepas.Hati : tidak terabaLimpa : tidak teraba Ginjal : ballotement -/- Perkusi : timpani di keempat kuadran abdomen Auskultasi: bising usus (+) normal

EkstremitasAkral teraba hangat pada keempat ekstremitas. edema (-).

Kelenjar Getah BeningPreaurikuler: tidak teraba membesarPostaurikuler: tidak teraba membesarSubmandibula: tidak teraba membesarSupraclavicula: tidak teraba membesarAxilla: tidak teraba membesarInguinal: tidak teraba membesar

STATUS NEUROLOGISA. GCS: E4V5M6 Compos mentisB. Gerakan Abnormal: -C. Leher : sikap baik, gerak terbatasD. Tanda Rangsang MeningealKananKiri

Kaku kuduk(-)

Laseque>70o>70o

Kernig>135o>135o

Brudzinsky I(-)(-)

Brudzinsky II(-)(-)

E. Nervus KranialisN.I ( Olfaktorius )SubjektifTidak Dilakukan

N. II ( Optikus )Tajam penglihatan (visus bedside)Normalnormal

Lapang penglihatanTidak DilakukanTidak Dilakukan

Melihat warnaTidak DilakukanTidak Dilakukan

UkuranIsokor, D 3mmIsokor, D 3mm

Fundus OkuliTidak dilakukan

N.III, IV, VI ( Okulomotorik, Trochlearis, Abduscen )Nistagmus--

Pergerakan bola mataBaik ke 6 arahBaik ke 6 arah

Kedudukan bola mataOrtoforiaOrtoforia

Reflek Cahaya Langsung & Tidak Langsung++

Diplopia--

N.V (Trigeminus)Membuka mulut++

Menggerakan Rahang++

Oftalmikus++

Maxillaris++

Mandibularis++

N. VII ( Fasialis )Perasaan lidah ( 2/3 anterior )Tidak Dilakukan

Motorik OksipitofrontalisBaikBaik

Motorik orbikularis okuliBaikBaik

Motorik orbikularis orisBaikBaik

N.VIII ( Vestibulokoklearis )Tes pendengaranTidak dilakukan

Tes keseimbanganTidak dilakukan

N. IX,X ( Vagus )Perasaan Lidah ( 1/3 belakang )Tidak Dilakukan

Refleks MenelanBaik

Refleks MuntahTidak Dilakukan

N.XI (Assesorius)Mengangkat bahuBaik

MenolehBaik

N.XII ( Hipoglosus )Pergerakan LidahBaik

DisatriaTidak

F. Sistem Motorik TubuhKananKiri

Ekstremitas Atas

Postur TubuhBaikBaik

Atrofi OtotEutrofikEutrofik

Tonus Otot NormalNormal

Gerak involunter(-)(-)

Kekuatan Otot55555555

KananKiri

Ekstremitas Bawah

Postur TubuhBaikBaik

Atrofi OtotEutrofikEutrofik

Tonus Otot NormalNormal

Gerak involunter(-)(-)

Kekuatan Otot55555555

G. RefleksPemeriksaanKananKiri

Refleks Fisiologis

Bisep++

Trisep++

Patela++

Achiles++

PemeriksaanKananKiri

Refleks Patologis

BabinskiChaddok----

OppenheimGordon----

Klonus--

Hoffman Tromer--

H. Gerakan InvolunterKananKiri

Tremor--

Chorea--

Athetosis--

Myocloni--

Tics--

I. Tes Sensorik (sentuhan ) sulit dinilai

J. Fungsi AutonomMiksi: baikDefekasi: baikSekresi keringat: baik

K. Keseimbangan dan koordinasi

Hasil

Tes disdiadokinesisTidak dilakukan

Tes tunjuk hidung dan jariTidak dilakukan

Tes tunjuk jari kanan dan kiriTidak dilakukan

Tes rombergTidak dilakukan

Tes tandem gaitTidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan LaboratoriumTanggalPemeriksaanHasilInterpretasi

24 Februari 2014Hemoglobin11,2 g/dLNormal

Hematokrit36%Normal

Leukosit 7.1 ribu/LNormal

Trombosit288 ribu/ LNormal

LED20 mm/jamNormal

Gula darah sewaktu97 mg/dLNormal

Ureum18 mg/dLNormal

Creatinin0.7 mg/dLNormal

SGOT38 mU/dLMeningkat

SGPT34 mU/dLMeningkat

Na144 mmol/LNormal

K3.9 mmol/LNormal

Cl110 mmol/LMeningkat

25 Februari 2014Kolestrol total247 mg/dLMeningkat

Trigliserida79 mg/dLNormal

HDL86 mg/dLNormal

LDL140 mg/dLMeningkat

Asam urat2.7 mg/dLNormal

Albumin 3.9 gr/dLNormal

Kesan: Hiperkolesterolemia

Karena pasien memiliki keluhan batuk terus menerus, dan pasien memiliki riwayat Tb paru, maka dikonsulkan ke dokter spesialis paru. Hasil dari konsul spesialis paru menyarankan pasien untuk foto ronsen thoraks.

Foto Thoraks AP tanggal 26 Februari 2014

Kesan : Cor dan pulmo dalam batas normal. Hilus baik. Tulang-tulang intak

Hasil CT-Scan non kontras (22 Februari 2014)

Hasil CT scan non kontras Tampak lesi hiperdens di parietal dextra. Herniasi ke kontralateral. Ventrikel lateral ipsilateral sempit. Pons dan cerebelli baik. Kesan : Massa intracerebri Saran : CT scan kepala dengan kontras

Hasil CT scan dengan kontras (26 Februari 2014) : Tampak lesi isodens dengan kalsifikasi dan perifokal edema, terletak di regio parietal dextra. Lesi tampak menyengat inhomogen. Lesi menyebabkan ventrikel lateralis dextra sempit dan midline herniasi ke kiri. Pons dan cerebellum baik. Kesan : massa intrakranial dd/ meningioma.

RESUMEWanita, 43 tahun, datang ke poliklinik saraf RSUD Budhi Asih pada tanggal 24 Februari 2014 dengan keluhan nyeri kepala yang semakin memberat sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit. Selain itu pasien mengaku beberapa kali juga pernah kejang, kejang dialami pada seluruh tubuh dan bersifat kaku. Setelah kejang pasien mengalami pingsan. Pasien mengaku sudah pernah berobat untuk mengatasi kejangnya sejak Desember 2013 dan mendapatkan obat Ikalep dan Fenitoin, namun kejang masih berulang dan nyeri kepala masih sering dirasakan. Pemeriksaan fisik dan status neurologis tidak ada kelainan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya hiperkolestrolemia. Dari hasil pemeriksaan CT scan kepala terdapat massa intrakranial di regio parietal dekstra dengan perifokal edema serta midline herniasi ke kiri..

Diagnosis Diagnosis klinis: Hiperkolesterolemia, cephalgia, kejang berulang.Diagnosis etiologi: Neurofibromatosis(?)Diagnosis topis: Hemisfer cerebri dekstra (lobus parietal)Diagnosa patologis: Massa intrakranial dd/ meningioma

VII. Penatalaksanaan:1. Non medikamentosa Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatan yang diberikan.2. Medikamentosa Dari Spesialis Saraf : IVFD Asering/ 12 jam Inj Metil Prednisolon 3x125 mg Inj Ranitidin 2x50 mg Dextrometorphan syr 3x 1 C

IX. PrognosisAd vitam: Dubia ad bonamAd fungsionam: Dubia ad bonamAd Sanationam: Dubia ad bonam

X. Follow upSelasa, 25 Februari 2014 Anamnesis: Nyeri kepala seperti ditekan, leher terasa pegal. Mual(-), muntah (-). Pemeriksaan fisik & status neurologis: Tampak sakit ringan/ compos mentis GCS: E4M6V5. TD: 130/90 mmHg, nadi: 72 x/menit, pernafasan: 18x/menit, suhu: 36,70C. Kaku kuduk (-), laseq (-), kernig (-). Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+. Nervus III, IV, VI, VII, XII baik. Nistagmus (-). Kekuatan motorik ekstremitas atas 5555 dan ekstremitas bawah 5555. Refleks fisiologis +/+. Refleks patologis -/-. Saran : CT scan dengan kontras Penatalaksanaan dari Dokter spesialis saraf adalah IVFD Asering/ 12 jam, inj. Metil Prednisolon 3x125mg, inj. Ranitidin 2x 50mg.

Rabu, 26 Februari 2014 Kondisi pasien stabil. Keluhan nyeri kepala sudah tidak dirasakan lagi. Dari hasil pemeriksaan fisik status generalis dan neurologis semua dalam batas normal. Terapi medikamentosa dilanjutkan. Dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala dengan menggunakan kontras. Terapi lanjut.

Kamis, 27 Februari 2014 Kondisi pasien stabil Tidak ada keluhan Dari hasil pemeriksaan fisik status generalis dan neurologis semua dalam batas normal. Terapi medikamentosa dilanjutkan Berdasarkan hasil CT scan kepala dengan kontras yang telah dicantumkan di atas, pasien dikonsulkan ke spesialis Bedah Saraf untuk saran penatalaksanaan lebih lanjut, apakah perlu dilakukan tindakan operatif pada pasien. Jawaban konsul spesialis Bedah Saraf : direncanakan tindakan operasi kraniotomi untuk pengangkatan massa intrakranial.

Selama 10 hari perawatan pasien dalam keadaan stabil, tanpa keluhan, nyeri kepala (-), kejang (-). Hanya menunggu kesiapan ruang HCU untuk perawatan post operasi kraniotomi. Dosis Metil Prednisolon diturunkan menjadi 2x125mg, terapi medikamentosa lain dilanjutkan.

Kamis, 6 Maret 2014 Pasien mengalami kejang pada pk. 04.00 WIB, kejang berlangsung selama 10 menit. Berdasarkan pengakuan pasien lain yang berada di sebelah pasien, pasien mengalami kejang pada seluruh tubuh, tubuh kaku, mata mendelik ke atas, dan setelah mengalami kejang pasien tidak sadarkan diri. Pada saat dilakukan follow up pada pk. 06.00 WIB pasien mengaku tidak ingat kejadian tersebut. Pasien mengeluhkan nyeri kepala. Mual (-), muntah (-). Pasien diberikan Fenitoin caps. 3x100mg.

Jumat, 7 Maret 2014 Dilakukan operasi kraniotomi selama 5,5 jam. Dilakukan pengangkatan seluruh massa tumor. Pasien masuk HCU untuk perawatan post operasi. Tanda vital pasien stabil.

BAB IIIANALISA KASUSDefinisiTumor otak intrakranial adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak dan selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan.

Etiologi Riwayat trauma kepala Faktor genetik Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik Virus tertentu

KlasifikasiIdentifikasi dan klasifikasi tumor otak merupakan hal yang sulit. Modifikasi Bailey Cushing berdasarkan histogenesis digunakan bermacam-macam klasifikasi. Di bawah ini klasifikasi menurut Kempe dkk. Menurut asalnya: Tumor primer dari jaringan otak sendiri tumor otak metastasis. Menurut gambaran histologik : Glioma Glioma bertanggung jawab atas sekitar 40-50% tumor intrakranial. Glioma diklasifikasikan atas dasar asal embriologis. Pada orang dewasa, sel neuroglia susunan saraf pusat berfungsi untuk perbaikan, penyokong, dan pelindung sel-sel saraf yang lunak. Glioma terdiri atas jaringan penyambung dan sel-sel penyokong, yaitu neuroglia yang mempunyai kemampuan untuk terus membelah selama hidup. Sel-sel glia berkumpul membentuk parut sikatriks padat di bagian otak, tempat neuron menghilang oleh karena cedera atau penyakit.1 Oligodendroglioma Oligodendroglioma mirip dengan astrositoma namun terdiri atas sel-sel oligodendroglia. Tumor relatif avaskular cenderung mengalami kalsifikasi. Ependimoma Ependimoma adalah tumor ganas yang berasal dari bagian dalam dinding ventrikel. Pada anak-anak tempat yang paling sering adalah ventrikel keempat. Tumor ini menyerang jaringan sekitarnya dan menyumbat ventrikel. Kematian biasanya terjadi dalam 3 tahun atau kurang. Astrositoma Astrositoma menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista dalam berbagai ukuran. Walaupun menginfiltrasi jaringan otak, efeknya pada fungsi otak hanya sedikit sekali, yaitu pada saat permulaan penyakit. Pada umumnya, astrositoma tidak ganas walaupun dapat mengalami perubahan keganasan menjadi glioblastoma (suatu astrositoma yang sangat ganas). Tumor-tumor ini pada umumnya tumbuh lambat. Oleh karena itu, klien sering tidak datang berobat walaupun tumor sudah berjalan bertahun-tahun sampai timbul gejala misalnya serangan epilepsi atau nyeri kepala. Glioblastoma Glioblastoma multiforme adalah glioma yang paling ganas. Tumor ini mempunyai kecepatan tumbuh yang sangat tinggi dan eksisi bedah yang lengkap tidak mungkin dilakukan. Harapan hidup pada umumnya kira-kira 12 bulan. Tumor ini dapat terjadi dimana saja tetapi paling sering pada hemisfer serebri dan sering menyebar ke sisi yang berlawanan melalui korpus kalosum. Tumor meningeal Meningioma merupakan tumor asal meningen, sel-sel mesotel, serta sel-sel jaringan penyambung arakhnoid dan dura mater yang paling penting. Sebagian besar tumor adalah jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan yang berdekatan namun menekan struktur yang berada di bawahnya. Oleh karena pertumbuhan tumor yang lambat, gejala-gejala mungkin tidak diperhatikan dan diagnosis samaskali salah. Gejala-gejalanya antara lain epilepsi isiopatik, hemiparesis dan afasia. Menurut lokalisasi tumor. Supratentorial (85% pada dewasa) Infratentorial (60% pada anak-anak)2

PatofisiologiTumor otak menyebabkan peningkatan intracranial serta tanda dan gejala local sebagai akibat dari tumor yang mengganggu bagian dari spesifik otak. Sesuai dengan hipotesis Monroe-kellie yang dimodifikasi, bahwa tengkorak adalah sebuah ruangan kaku yang berisi materi esensial yang tidak dapat tertekan : benda otak, darah dalam vaskuler dan cairan serebrospinal (CSS). Jika salah satu komponen dalam tengkorak volumenya meningkat, TIK akan meningkat, kecuali satu dari komponen lain menurunkan volumenya. Konsekuensinya terdapat perubahan volume otak bila terjadi gangguan seperti tumor otak atau edema serebral ini akan menimbulkan tanda dan gejala peningkatan intracranial.Gejala- gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal, dan darah serebral (semua terletak didalam tengkorak). Sebagai akibat pertumbuhan tumor maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan pada vena intracranial, melalui penurunan volume cairan serebrospinal (melalui peningkatan absorpsi dan menurunkan produksi), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan menurunnya masa jaringan otak intraselular dan ekstraselular. Bila kompensasi ini semua gagal, pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK.

PATHWAY :

VirusFaktor genetikPaparan bahan kimia(carsinogenik)Riwayat trauma kepala

Pertumbuhan sel abnormalPada central nervous system(CNS)`

Tumor otak

Penekanan tumor

Peningkatan massa otakOedema otakObstruksi jar.cerebrospinal

Suplai darah ke otak

Kompensasi:1.Vasokontriksi pemb drh otak2.Mempercepat absorbsi cairan cerbrospinalHidrocefalus

Hipoksia

PeningkatanTIK

Nekrosis jaringanGagal

Nyeri

KejangProses perjalanan penyakitKehilangan fungsi secara akut

Ditandai:Nyeri kepalaMual muntah proyektilHipertensiBradikardiKesadaran menurun

AnoreksiaKurangnya pengetahuan

Gangguan nutrisiAnsietasGangguan perfusi jaringan otak

Dikutip dari daftar pustaka no. 1

Manifestasi KlinisGejala-Gejala Umum :Akibat peninggian tekanan intrakranial. Muntah Merupakan gejala tetap dan sering sebagai gejala pertama, timbulnya terutama pagi hari tanpa didahului rasa mual, pada tingkat lanjut, muntah menjadi proyektil. Sakit kepala Dijumpai pada 70% penderita yang bersifat serangan ber-ulang-ulang, nyeri berdenyut, paling hebat pagi hari, dapat timbul akibat batuk, bersin dan mengejan. Lokasi nyeri unilateral/bilateral yang terutama dirasakan daerah frontal dan suboksipital. Gejala mata Strabismus/diplopia dapat terjadi karena regangan nervus abdusens. Edema papil pada funduskopi merupakan petunjuk yang sangat penting untuk tumor intrakranial. Bailey menemukan gejala ini path 80% tumor otak anak Gangguan kesadaran Dapat ringan sampai yang berat. Kejang Terjadi pada 30% pasien dengan tumor intrakranial. Gangguan mental Lebih sering ditemukan pada orang dewasa, terutama bila tumor berlokasi pada lobus frontalis atau lobus temporalis. Gejala-gejala lokal sesuai lokasi tumor; Tumor Korteks Motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut kejang Jacknison. (Brunner and Suddarth. 2001) Tumor lobus Oksipital menimbulkan manifestasi visual, hemianopsia homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang lapang pandangan, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan. (Brunner and Suddarth. 2001) Tumor Cerebelum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan)atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerkakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menunjukka gerakan horizontal. (Brunner and Suddarth. 2001) Tumor Lobus Frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul. (Brunner and Suddarth. 2001) Tumor sudut serebelopontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan memberi rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak. (Brunner and Suddarth. 2001)` Pertama tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan saraf kranial kedelapan) Berikutnya kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dengan saraf kranial kelima) Selanjutnya terjadi kelemahan atau paralisis (keterlibatan saraf kranial ketujuh) Akhirnya karena pembesaran tumor yang menekan serebelum mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.3

Pemeriksaan Diagnostik1. Arterigrafi atau Ventriculogram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan cisterna.2. CT SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.3. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.4. Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.5. Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.6. Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif

Berdasarkan hasil anamnesis, pasien mengeluhkan adanya nyeri kepala. Nyeri kepala yang terjadi pada kasus ini disebabkan karena peningkatan tekanan intrakranial. Keluhan nyeri kepala dijumpai pada 70% penderita yang bersifat serangan ber-ulang-ulang, nyeri berdenyut, paling hebat pagi hari, dapat timbul akibat batuk, bersin dan mengejan. Lokasi nyeri unilateral/bilateral yang terutama dirasakan daerah frontal dan suboksipital.Pasien juga mengeluhkan adanya kejang yang berulang. Berdasarkan pengakuan suami pasien, kejang dialami pada seluruh tubuh, dan bersifat kaku, pasien tidak sadarkan diri setelah kejang dan pasien tidak ingat kejadian saat kejang. Kejang pada kasus ini disebabkan oleh karena massa tumor menyebabkan adanya kerusakan fokal pada jaringan otak, yang pada akhirnya menjadi fokus epileptik.

Dikutip dari daftar pustaka no.5

Berdasarkan letak massa intrakranial yang ditunjukkan pada hasil pemeriksaan CT Scan kepala, dicurigai massa merupakan meningioma. Meningioma merupakan perkembangan dari granulasi arachnoid. Tumor jenis meningioma lebih memberikan efek kompresi kepada jaringan otak daripada menginvasi jaringan otak, dan sebagian besar merupakan tumor yang bersifat jinak.Akibat kompresi dan oedem yang disebabkan oleh massa tumor ini terjadi herniasi midline ke arah kontralateral. Herniasi tipe ini jarang memberikan manifestasi klinis. Sehingga pada pemeriksaan fisik status generalis dan neurologis pasien tidak didapatkan adanya kelainan.Pada pasien ini diberikan terapi kortikosteroid berupa injeksi Metil Prednisolon 3 x 125mg dengan tujuan untuk mengurangi oedem yang mengelilingi massa tumor, namun pemberian kortikosteroid ini tidak dapat menghambat pertumbuhan massa tumor.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sylvia A Pricedan Lorraine MWilson, Buku Patofisiologiedisi ke IV:1995.EGC, Jakarta.2. Youmans. NeurologicalSurgery. edisiIV. By : Sounders Company. 1996.3. Raymond D Adamx and Mourice Victor. Allan H Rapper. Principle ofNeurology. 1997. By: Sounders Company.4. Lindsay KW, Bone I, Callander R. Intracranial Tumours. Neurology and Neurosurgery Illustrated. 1991; 292-313.

1