Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
-
Upload
iche-juwice -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
-
7/30/2019 Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
1/14
LAPORAN KASUS
SEORANG LAKI-LAKI USIA 21 TAHUN DENGAN
SKIZOFRENIA TAK TERINCI (F20.3)
Pembimbing:
dr. Adriesti Hardaetha, Sp.KJ
Oleh:
Ovi Rizky AstutiJ500080039
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
-
7/30/2019 Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
2/14
2013
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
- Nama : Sdr. F
- Umur : 21 tahun
- Jenis kelamin : laki-laki
- Agama : islam
- Suku : Jawa
- Pendidikan : SMP
- Pekerjaan : buruh tani
- Alamat : Geneng, Ngawi
- Status perkawinan : belum menikah
- Masuk rumah sakit : 10 April 2013
- Tanggal pemeriksaan : 12 Juli 2013
II. Riwayat Psikiatri
Riwayat penyakit pasien diperoleh dari anamnesis terhadap pasien
sendiri (autoanamnesis) dan keluarga pasien (alloanamnesis):
- Autoanamnesis dilakukan di bangsal Pringgondani RSJD Surakarta pada
tanggal 12 Juli 2013.
- Alloanamnesis dilakukan kepadakakak kandung pasien yaitu Tn. H dan
adik tiri pasien yaitu Sdr. I pada tanggal 12 Juli 2013.
A. Keluhan Utama
Pasien dikeluhkan oleh keluarga karena mengamuk tanpa sebab yang jelas.
2
-
7/30/2019 Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
3/14
B. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Alloanamnesis
Alloanamnensis didapatkan dari kakak kandung dan adik tiri
pasien. Tn. H menceritakan bahwa pasien dibawa ke RSJD Surakarta
karena mengamuk tanpa sebab yang jelas sejak 3 minggu yang lalu.
Saat mengamuk, pasien sering membanting barang dan mengancam
orang di sekitarnya dengan senjata tajam. Selain itu, pasien juga bicara
sendiri, bicara kacau, mondar-mandir, suka membuang makan atau
minumnya, dan sulit tidur. Menurut Tn. H, pasien sering mengatakan
bahwa dirinya adalah Bejita (tokoh kartun manusia super dalam
Dragon Ball). Pasien juga pernah mengatakan bahwa dirinya bisa
menciptakan manusia dan mengubah yang palsu menjadi asli.
Berdasarkan keterangan Tn. H, pasien sejak kecil ditaruh di
panti asuhan karena permintaannya sendiri. Pasien tinggal di panti
sejak kelas 2 SD sampai lulus SMP dan sering dijenguk oleh
keluarganya. Pasien sempat tidak menerima kenyantaan bahwa bapak
dan ibunya telah bercerai saat ia masih SD. Pasien mulai mengalami
perubahan sifat atau sikap ketika duduk di bangku SMP. Pasien
menjadi pribadi yang lebih pendiam, mudah teringgung, mudah marah,
dan sering melamun.
Sdr. I menceritakan bahwa pasien sering ditegur teman dan
bapak tirinya karena ia bekerja semaunya sendiri. Pasien juga pernah
berkata kepada Sdr. I bahwa wajahnya sudah keriput seperti nenek-
nenek yang berumur 80 tahun.
2. Autoanamnesis
Saat ditanya tentang identitas, pasien menjawab bernama Sdr. F
dan berumur 21 tahun. Saat ditanya sedang berada di mana, pasien
menjawab di RSJD Surakarta dan diantar oleh ibu kandungnya Ny. E.
Pasien mengaku dibawa ke rumah sakit jiwa karena mengamuk. Ia
3
-
7/30/2019 Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
4/14
mengamuk karena dimarahin ke-2 orangtuanya gara-gara menonton
film Naruto, handphonenya dicuri oleh bapak dan adiknya, serta tidak
adanya kerukunan di dalam rumah.
Pasien mengatakan bahwa ia memiliki kekuatan untuk dapat
merasuki pikiran orang lain. Orang yang dirasuki bisa menjadi bingung
dan bicara sendiri. Selain itu, ia juga dapat membaca pikiran orang lain
dan orang lain pun dapat membaca pikirannya.
Pasien merasa bahwa ia akan dibunuh orang karena memiliki
kekuatan telepati. Ia dapat bertelepati dengan seseorang yang bernama
Bayu dan membicarakan tentang menikah. Bayu mengatakan bahwa ia
akan ditembak orang kemudian terdengar suara tembakan melalui
telepati tersebut.
Pasien menceritakan bahwa ia pernah bermain dalam film
korea dan saat menjadi Lee Min Ho terkena sabetan pedang (sambil
menunjuk bekas luka di tangannya). Ia juga bisa menjadi Neo dalam
film Matrix dan saat menjadi Neo pernah ditembak di bagian perut
(sambil menunjuk bekas luka di perutnya). Selain itu, ia juga bisa
menjadi Power Ranger (sambil menunjuk bekas luka di pinggang),
bisa menjadi Sunggoku (sambil menunjuk bekas luka di kepala),
bisa menjadi Superman, dan bisa menjadi Eng dalam film Avatar.
Pasien mengatakan bahwa ia sering tidur dikeloni pocong dan
kuntilanak.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien pernah dibawa ke rumah sakit jiwa di Ngawi sebelumnya.
2. Riwayat Gangguan Medis
- Riwayat kejang : disangkal.
- Riwayat cedera kepala : disangkal.
- Riwayat asma : disangkal.
4
-
7/30/2019 Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
5/14
- Riwayat hipertensi : disangkal.
- Riwayat diabetes melitus : disangkal.
- Riwayat alergi : disangkal.
- Riwayat opname : diakui (demam tifoid).
3. Riwayat Medis Umum
- Riwayat penyalahgunaan zat : disangkal.
- Riwayat alkohol : diakui.
- Riwayat merokok : diakui.
- Riwayat konsumsi obat psikotropik : diakui (ekstasi dan shabu-
shabu).
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, ditolong oleh dukun, kehamilan cukup bulan, dan
lahir lewat jalan lahir. Pasien lahir sehat dan tidak menderita penyakit
apa pun. Ibu pasien tidak pernah mengalami sakit saat mengandung
pasien.
2. Masa Anak Awal (0-3 Tahun)
Pasien tumbuh dan berkembang dengan normal seperti anak-anak
lainnya. Pasien tidak pernah menderita penyakit serius.
3. Masa Anak Pertengahan (3-11 Tahun)
Pasien termasuk murid yang pandai karena sering mendapat ranking
pertama. Pasien juga dikenal sebagai pribadi yang suka bergaul dan
memiliki banyak teman di sekolah.
4. Masa Anak Akhir (Pubertas sampai Remaja)
Pasien bersekolah hingga tamat SMP. Pada masa ini, pasien menjadi
lebih pendiam, mudah marah, dan suka melamun.
5
-
7/30/2019 Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
6/14
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai buruh padi setelah lulus SMP.
b. Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah.
c. Agama
Pasien beragama islam dan rutin menjalankan sholat.
d. Aktivitas Sosial
Pasien mudah bergaul dengan teman-temannya dan rutin mengikuti
kegiatan sosial di lingkungan rumahnya seperti karang taruna,
pengajian, dan lain-lain.
e. Psikoseksual
Pasien menyukai lawan jenisnya.
E. Riwayat Kemiliteran dan Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam urusan militer maupun hukum.
F. Riwayat Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama ibu, bapak tiri, dan saudara tirinya.
G. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara. Tidak ada riwayat keluarga
yang menderita penyakit serupa.
6
-
7/30/2019 Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
7/14
H. Pohon Keluarga
Keterangan gambar:
: tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki.
: tanda gambar untuk jenis kelamin perempuan.
: tanda gambar menunjukkan pasien.
------ : tinggal serumah dengan pasien sebelum dirawat di RSJ.
: meninggal.
: bercerai.
I. Pemeriksaan Status Mental (dilakukan pada tanggal 12 Juli 2013)
a. Gambaran Umum
1. Penampilan: seorang laki-laki, 21 tahun, tampak sesuai umur,
perawatan cukup.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor: hiperaktif.
3. Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif, terdapat kontak mata.
b. Kesadaran
1. Kuantitatif : kompos mentis, GCS E4V5M6.
2. Kualitatif : berubah.
7
-
7/30/2019 Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
8/14
c. Pembicaraan
1. Kuantitatif : cukup.
2. Kualitatif : spontan, volume cukup, intonasi cukup, artikulasi
jelas.
d. Mood dan Afek
1. Mood : ketakutan.
2. Afek : meningkat.
3. Keserasian : tidak serasi.
e. Pikiran
1. Bentuk pikiran: non realistik.
2. Isi pikiran : tought broadcasting, waham kebesaran, waham
curiga, fantasi.
3. Arus pikiran : asosiasi longgar.
f. Persepsi
1. Halusinasi : (+) halusinasi auditorik, halusinasi visual.
2. Ilusi : tidak didapatkan.
3. Depersonalisasi : (+).
4. Derealisasi : tidak didapatkan.
g. Kesadaran dan Kognisi
1. Orientasi
a. Orang : baik.
b. Tempat : baik.
c. Waktu : baik.
d. Situasi : baik.
8
-
7/30/2019 Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
9/14
2. Daya Ingat
a. Remote memory : baik.
b. Recent past memory : baik.
c. Recent memory : baik.
d. Immediate retention and recall memory : baik.
3. Daya Konsentrasi dan Perhatian
Baik.
4. Kemampuan Visuospasial
Baik.
5. Pikiran Abstrak
Baik.
6. Intelegensia dan Kemampuan Informasi
Tidak terganggu.
7. Kemampuan Menolong Diri Sendiri
Baik.
h. Pengendalian Impuls
Buruk.
i. Daya Nilai dan Tilikan
1. Daya nilai sosial : terganggu.
2. Uji daya nilai : baik.
3. Penilaian realita : terganggu.
4. Tilikan diri : derajat 1.
9
-
7/30/2019 Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
10/14
j. Taraf Dapat Dipercaya
Secara keseluruhan informasi di atas cukup dapat dipercaya.
J. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut
1. Status Internus
a. Kesan umum : kompos mentis, gizi cukup, konjungtiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-).
b. Tanda vital : tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 88 x/menit,
suhu: 36 oC, respirasi: 22 x/menit.
c. Kepala : dalam batas normal.
d. Leher : dalam batas normal.
e. Thorak : dalam batas normal.
f. Abdomen : dalam batas normal.
g. Ekstremitas : dalam batas normal.
2. Status Neurologis
a. Fungsi kesadaran : GCS E4V5M6.
b. Fungsi luhur : baik.
c. Fungsi kognitif : dalam batas normal.
d. Fungsi sensorik : N N
N N
e. Fungsi motorik :
Kekuatan Tonus R. Fisiologis R. Patologis
5 5 N N + + - -
5 5 N N + + - -
K. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Seorang laki-laki, umur 21 tahun, pendidikan terakhir SMP datang
ke RSJD karena mengamuk (membanting barang dan mengancam dengan
senjata tajam) tanpa sebab yang jelas sejak 3 minggu yang lalu. Selain
10
-
7/30/2019 Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
11/14
itu, pasien juga bicara sendiri, mondar-mandir, suka membuang makan
atau minumnya, dan sulit tidur.
Sejak kecil (SD) pasien ditaruh di panti asuhan atas permintaan
sendiri karena tidak bisa menerima bapak dan ibunya bercerai. Pasien
mengalami perubahan menjadi lebih pendiam, mudah teringgung, mudah
marah, dan sering melamun sejak SMP. Pasien tinggal bersama ibu, bapak
tiri, dan saudara tirinya.
Hasil pemeriksaan status mentalis didapatkan: seorang laki-laki,
tampak sesuai umur, perawatan diri cukup. Kesadaran secara kualitatif
berubah. Pasien menjawab spontan, volume cukup, intonasi cukup,
artikulasi jelas. Psikomotor hiperaktif. Mood ketakutan, afek meningkat,
keserasian tidak serasi. Bentuk pikiran non realistik, isi pikiran thought
broadcasting, waham kebesaran, waham curiga, dan fantasi, arus pikiran
asosiasi longgar. Didapatkan halusinasi auditorik, halusinasi visual, dan
depersonalisasi. Pengendalian impuls buruk, daya nilai sosial terganggu,
penilaian realita terganggu, tilikan derajat 1.
L. Formulasi Diagnostik
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan perilaku dan
psikologis yang secara klinis bermakna serta menimbulkan suatu
penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari dan fungsi pekerjaan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pasien ini menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status internus tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan gangguan medis umum yang berkaitan dengan gejala
psikis. Pada pemeriksaan status neurologis masih dalam batas normal.
Berdasarkan data ini, kemungkinan organik sebagai penyebab kelainan
secara fisiologis yang mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien
saat ini bisa disingkirkan. Dengan demikian diagnosis gangguan mental
organik (F00-09) dapat disingkirkan.
11
-
7/30/2019 Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
12/14
Dari anamnesis didapatkan riwayat penggunaan zat-zat aditif dan
psikoaktif sebelumnya yaitu alkohol, rokok, ekstasi, dan shabu-shabu.
Namun, itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu sehingga diagnosis
gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif (F10-F19) dapat
disingkirkan.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan pasien tampak sesuai
umur, perawatan diri cukup, dan kooperatif. Kesadaran secara kualitatif
berubah. Pasien menjawab spontan, volume cukup, intonasi cukup,
artikulasi jelas. Psikomotor hiperaktif. Mood ketakutan, afek meningkat,
keserasian tidak serasi. Bentuk pikiran non realistik, isi pikiran thought
broadcasting, waham kebesaran, waham curiga, dan fantasi, arus pikiran
asosiasi longgar. Didapatkan halusinasi auditorik, halusinasi visual, dan
depersonalisasi. Pengendalian impuls buruk, daya nilai sosial terganggu,
penilaian realita terganggu, tilikan derajat 1.
Berdasarkan data-data di atas, maka sesuai dengan kriteria PPDGJ
III diusulkan diagnosis axis I pada pasien memenuhi kriteria diagnosis:
skizofrenia tak terinci (F20.3).
Aksis II : ciri kepribadian emosional tak stabil.
Aksis III : tidak ada diagnosis.
Aksis IV : masalah keluarga (perceraian orang tua).
Aksis V : skala GAF saat ini 70-61 beberapa gejala ringan
dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi
secara umum masih baik.
M. Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F20.3 skizofrenia tak terinci.
Aksis II : ciri kepribadian emosional tak stabil.
Aksis III : tidak ada diagnosis.
Aksis IV : masalah keluarga.
Aksis V : skala GAF 70-61.
12
-
7/30/2019 Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
13/14
Diagnosis banding:
F20.0 skizofrenia paranoid.
N. Daftar Masalah
1. Gangguan perilaku.
2. Gangguan pikiran.
3. Gangguan persepsi.
4. Hilangnya fungsi peran sosial.
5. Hilangnya penilaian realita.
O. Prognosis
No Kategori Baik Buruk
1 Awitan - dewasa muda
2 Onset - kronis
3 Faktor pencetus jelas -
4 Riwayat sosial, seksual, dan
pekerjaan premorbid
- masalah
keluarga
(perceraian)
5 Gejala positif -
6 Status perkawinan - belum menikah
7 Riwayat keluarga skizofrenia tidak didapatkan -
8 Tanda dan gejala neurologis tidak didapatkan -
9 Banyak relaps belum pernah -
10 Remisi - -
11 Trauma perinatal tidak didapatkan -
Quo ad vitam : ad bonam.
Quo ad sanam : dubia ad malam.
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam.
P. Rencana Pengobatan Lengkap
1. Psikofarmaka
- Halloperidol 2 x 5 mg.
13
-
7/30/2019 Case 6 Skizofrenia Tak Terinci
14/14
- Trihexylpenidil 3 x 2 mg.
- Chlorpromazine 1 x 100 mg.
2. Non psikofarmaka
Edukasi terhadap pasien jika kondisi sudah membaik:
- Pengenalan terhadap penyakit, manfaat pengobatan, cara
pengobatan, dan efek samping pengobatan.
- Memotivasi agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol
setelah pulang dari perawatan.
- Membantu agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari
secara bertahap.
- Menggali kemampuan yang bisa dikembangkan.
Eduksi terhadap keluarga:
- Memberikan penjelasan mengenai gangguan yang dialami pasien
agar keluarga lebih memaklumi kondisi pasien.
- Menyarankan agar lebih telaten dalam pengobatan pasien dengan
membawa kontrol secara teratur, memperhatikan agar minum obat
secara teratur, dan memberi dukungan agar mempunyai aktivitas
yang positif.
14