Skizofrenia Case Report dr Richardo Gana

50
PRESENTASI KASUS PSIKIATRI Oleh : Richardo Dedy Gana,S.Ked Pembimbing : dr. D. A. P. Shinta Widari, Sp. KJ

Transcript of Skizofrenia Case Report dr Richardo Gana

Page 1: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

PRESENTASI KASUS PSIKIATRI

Oleh : Richardo Dedy Gana,S.Ked

Pembimbing : dr. D. A. P. Shinta Widari, Sp. KJ

Bagian/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana

RSUD Prof. Dr. dr. W. Z. Johannes – Kupang

Page 2: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

2012

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. KB

Umur : 23 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Lamaole, 29 April 1989

Suku : Flores

Bangsa : Indonesia

Agama : Kristen Katolik

Status Pernikahan : Belum Menikah

Pendidikan/Pekerjaan : Tamat SMA/-

Alamat : Solor - Flores

Tanggal pemeriksaan : 15 Juli 2012

Tempat pemeriksaan : Ruang Tenang Wanita

Pasien masuk rumah sakit melalui poliklinik jiwa RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes –

Kupang tanggal 29 Juni 2012 pukul 12.00 WITA dan dirawat di bangsal empati.

II. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Riwayat perjalanan penyakit didapatkan melalui autoanamnesis dengan pasien

sendiri (Nn. KB) dan alloanamnesis dengan Ibu kandung pasien (Ny.LK) dan tanggal

12 Juli 2012 di bangsal Empati.

A. Keluhan Utama

- Sering merasa takut dan mendengar suara-suara yang berbisik

B. Riwayat Gangguan Sekarang

a. Autoanamnesis

2

Page 3: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

Pasien datang ke bangsal Empati melalui poliklinik jiwa RSUD Prof. Dr.

W. Z. Johannes Kupang diantar oleh keluarganya pada tanggal 29 Juli 2012 untuk

dirawat inap di ruang tenang wanita.

Pada tanggal 12 juli 2012 jam 20.00 WITA pemeriksa datang menemui

pasien yang sedang duduk di tempat tidur ditemani ibu kandung pasien yang

sedang duduk di tempat tidur sebelah pasien. Saat itu pasien menggunakan baju

kaos berwarna biru dengan jaket berwarna hitam serta celana jeans pendek

berwarna hitam polos.

Saat ditanyakan bagaiamana suasana perasaan pasien saat itu, pasien saat

itu mengatakan perasaannya biasa saja, saat ini senang – senang saja menurut

pasien karena ia selalu ditemani ibunya. Pasien mengatakan dirinya dibawa ke

rumah sakit atas rujukan dari seorang kerabat yang bekerja sebagai seorang guru

karena mengetahui kondisi pasien yang sering terlihat ketakutan tanpa sebab dan

sering berbicara sendiri terkadang menangis tanpa alasan yang jelas. pasien

menceritakan sering mendengar bisikan – bisikan di telinganya dengan nada

memerintah seperti saat pasien ingin makan, suara tersebut mengatakan “tidak

boleh makan, kau tidak boleh makan” atau ketika pasien ingin duduk bersama

keluarga, suara tersebut memerintah agar pasien tidak duduk bersama

keluarganya. pasien mengatakan suara tersebut terdengar jelas di telinga dan

dialami hampir setiap saat sejak bulan februari 2012. Pasien mengatakan suara

tersebut terkadang muncul hanya 1 orang namun terkadang muncul 2 orang, dan

lebih sering terdengar suara laki – laki. Ketika ditanyakan bagaimana cara pasien

menghilangkan suara – suara yang terus berbisik di telinganya, pasien

mengatakan “saya tidak mau pikir itu suara, saya diam – diam saja lalu saya

berdoa terus tidur” dan saat ditanyakan apakah suara tersebut biasanya hilang

setelah itu, pasien mengatakan “kalau saya sudah terlelap, itu suara hilang”.

Pasien juga mengatakan ketika awal mulai muncul gejala, pasien sering mencium

bau darah yang tidak jelas dimana sehingga pasien sering ketakutan dan juga

menangis – menangis sendiri. Menurut keluarga pasien, pasien juga sering

mencium makanan dan minuman terlebih dahulu sebelum dimakan karena

menurut pasien bau nya tidak mengenakan dan membuat pasien terkadang tidak

3

Page 4: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

mau makan. Ketika ditanyakan bau yang tidak mengenakan seperti apa dan

apakah bau darah yang ia cium, pasien mengatakan “saya tidak tahu juga, saya

cuma tidak suka saja” Pasien juga sering tiba-tiba takut dan cemas jika ada orang

yang meninggal dan jantungnya berdebar-debar cepat jika perasaan takutnya

muncul. Ketika ditanyakan apakah pasien merasa sering terancam atau merasa

ingin dicelakai, pasien mengatakan bahwa ia memang seperti merasa ingin

dicelakai dan sangat terganggu dengan suara – suara yang sering datang tersebut

namun pasien tidak tahu penyebabnya apa dan tidak bisa menerangkan dari mana

ia tahu bahwa ia ingin dicelakai tetapi pasien hanya bilang “saya juga tidak tahu,

saya hanya takut kalau mereka mau bikin celaka saya”. Saat ditanyakan apakah

pasien pernah melihat dengan jelas orang atau sesuatu tersebut pernah datang dan

mencelakai pasien, ia hanya mengatakan “tidak tahu lagi, saya hanya rasa

mereka mau bikin celaka saya dan itu bikin saya takut setengah mati. Saya juga

tidak tahu kenapa begitu”. Kemudian pemeriksa menanyakan apakah pasien

memiliki kekuatan atau kelebihan khusus yang tidak dimiliki orang lain, pasien

mengatakan tidak. Pasien juga mengatakan dirinya sulit tidur namun tidak pernah

mimpi buruk ataupun terbangun di malam hari karena takut. Pasien tidak pernah

mengamuk – amuk ataupun merusak barang, tidak ada perilaku aneh yang dialami

pasien sejak muncul gejala. Pasien hanya sering terlihat ketakutan.

Pasien menceritakan bahwa sebenarnya ia sudah mengalami ketakutan-

ketakutan dan kecemasan yang terkadang tidak jelas penyebabnya sejak tahun

1999. pasien mengatakan saat itu, seorang teman pasien meninggal karena

serangan jantung. Sejak saat itu pasien mulai sering merasakan ketakutan yang

tidak jelas penyebabnya, dan jika ketakutan tersebut datang, pasien biasanya

sampai keringat dingin, bahkan pasien menceritakan dirinya sempat pingsan

karena rasa takut tersebut. Pasien mengatakan bahwa sejak saat tersebut, pasien

memang cenderung menjadi lebih cepat cemas dan takut akan segala sesuatu

namun hal tersebut masih dapat pasien atasi dan belum muncul suara – suara yang

berbisik di telinga pasien. Saat wawancara, pasien tampak tenang menceritakan

alur kisah keluhan pasien, namun saat ibunya menceritakan tentang ular yang

pernah mengejar pasien, pasien tiba-tiba kaget dan berteriak “ular apa? Mama

4

Page 5: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

jangan omong itu ular. Saya takut”. Hal tersebut terjadi sebanyak 3 kali jika

pasien mendengar kata ular. Saat ditanyakan pengalaman apa yang ia alami

dengan ular tersebut, pasien menceritakan sekitar beberapa tahun lalu ia pernah

dikejar ular hijau di kebun saat ia membantu ibunya berkebun, ular tersebut

berwarna hijau. Namun ular tersebut tidak sampai mengigit pasien. Sejak saat itu

menurut pasien dan ibu pasien, pasien sering terkejut apabila mendengar kata

ular.

Untuk penilaian kesadaran dan fungsi kognisi, pasien diberikan beberapa

pertanyaan dan perintah sederhana. Saat pemeriksa menanyakan waktu

pemeriksaan apakah pagi siang atau malam dan hari apakah hari pemeriksaan,

pasien menjawab dengan tepat yaitu malam hari dan hari tersebut adalah hari Saat

wawancara pasien sering kali terlihat tenang, mampu menceritakan kronologis

peristiwa dengan sangat baik. Untuk pemeriksaan daya ingat jangka panjang,

pemeriksa mengevaluasi dari alur cerita yang diceritakan pasien dimana pasien

masih mengingat setiap kejadian sewaktu ia mulai merasakan ketakutan

berlebihan saat di SMP dan seterusnya. Untuk pemeriksaan daya ingat jangka

sedang, pemeriksa bertanya mengenai kejadian satu minggu sebelum masuk

rumah sakit dan pasien menceritakan bahwa ia sempat dibawa berobat ke pendoa.

Untuk pemeriksaan daya ingat jangka pendek, pemeriksa bertanya makanan apa

yang dimakan pasien saat pagi dan pasien menjawab sudah makan bubur, daging

perkedel dan sayur serta sudah minum obat.

Untuk penilaian konsentrasi dan perhatian, pemeriksa meminta pasien

untuk melakukan pengurangan 100-7 sebanyak 7 kali berturut-turut dan pasien

hanya mampu menjawab benar 100 – 7 = 93 dan setelah itu pasien tidak ada

jawaban pasien yang benar. Untuk penilaian kemampuan visuospasial, pemeriksa

meminta pasien meniru gambar jajaran genjang dan menggambar bentuk bola dan

bunga. Pasien kemudian mengikuti dengan benar gambar jajaran genjang yang

telah digambar sebelumnya oleh pemeriksa dan mampu menggambar bentuk bola

dan bunga dengan baik. Untuk penilaian pikiran abstrak, pemeriksa bertanya pada

pasien apa perbedaan panjang tangan dan tangan panjang. Pasien kemudian

menjawab dengan benar yaitu panjang tangan artinya pencuri dan tangan panjang

5

Page 6: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

artinya ukuran tangan yang panjang. Untuk penilaian intelegensi dan kemampuan

informasi, pemeriksa mengevaluasi dari cerita anmnesis dan disesuaikan dengan

tingkat pendidikan pasien. Pasien mampu menceritakan tentang riwayat masuk

kuliah, kepanjangan dari nama tempat kuliahnya sehingga informasi yang

diberikan sesuai. Ketika pemeriksa pemeriksa bertanya tentang bakat dan

kemampuan apa yang pasien miliki, pasien mengatakan tidak memiliki bakat

khusus tetapi pasien suka membaca. Pasien juga mengatakan bahwa ia masih

mampu mengurus diri sendiri seperti mandi, makan dan lainnya walau terkadang

harus dimotivasi terlebih dahulu.

Saat wawancara pasien sering kali terlihat tenang, mampu menceritakan

kronologis peristiwa dengan sangat baik. Pasien juga menunjukkan sikap yang

baik dengan pemeriksa, setiap pertanyaan dijawab dengan baik dan lancar.

Terkadang pasien terkejut jika mendengar kata ular, namun setelah itu pasien

tampak tenang kembali. Pasien juga terkadang tertawa lepas jika menceritakan

peristiwa lucu yang ia alami.

b. Heteroanamnesis

Ibu pasien mengatakan sejak bulan februari saat gejala tersebut muncul,

pasien menjadi lebih cepat marah jika keinginan, terkadang pasien juga bicara-

bicara sendiri namun hal tersebut tidak terlalu sering, ketika ditanyakan mengapa

ia berbicara sendiri pasien hanya bilang supaya suruh mereka (suara tersebut)

jangan datang kembali. Pasien juga tidak suka makan hanya ketika dipaksa baru

pasien mau makan, sulit tidur, pasien tidak suka mandi sehingga harus dipaksa

terus menerus, sering menangis tiba – tiba dan selalu terlihat ketakutan. Pasien

juga sering terlihat tegang dan mengatakan kalau kepalanya sering pusing dan

sakit kepala. Pasien mengatasi hal tersebut dengan beristirahat. Aktivitas di rumah

sejak saat itu mulai terganggu karena pasien jika ketakutan lebih banyak berdiam

diri di kamar dan tidak suka bila diganggu. Hal ini juga mengakibatkan pergaulan

dan aktivitas pasien juga terganggu. Bila saat tenang, pasien dapat beraktivitas

seperti biasanya namun hal tersebut juga jarang. Pasien sempat dibawa berobat ke

rumah sakit sekitar bulan maret 2012 karena keluhan semakin berat, pasien tidak

6

Page 7: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

mau mandi, menangis – menangis sendiri dan cepat takut. Oleh rumah sakit diberi

obat untuk rawat jalan di rumah tetapi ibu pasien lupa nama obat tersebut dan

warna obatnya pun ibu tidak ingat. Menurut ibu pasien, obat tersebut tidak terlalu

memberikan hasil yang baik. Akhirnya, sekitar bulan juni seorang kerabat pasien

menyarankan keluarga pasien untuk membawa pasien ke kupang untuk diperiksa

dan diberi obat langsung oleh dokter spesialis jiwa di kupang. Pasien kemudian

dibawa ke kupang tanggal 10 Juni 2012 dan sempat tinggal beberapa hari di

rumah keluarga pasien di liliba sebelum tanggal 29 Juni 2012 pasien mulai

dirawat inap di bangsal empati. Selama tinggal di kupang, pasien masih

mendengar suara – suara tersebut, berbisik – bisik seperti menakuti pasien

sehingga pasien terkadang suka terkejut sendiri dan terkadang bicara – bicara

sendiri. Pasien juga masih sulit makan, sulit tidur dan aktivitasnya juga terbatas

namun pasien masih dapat mengurus dirinya sendiri. Karena kondisi seperti ini,

pasien pernah dibawa untuk didoakan kepada tim doa beberapa kali dan oleh tim

doa dikatakan bahwa yang terjadi dengan pasien disebabkan karena leluhur

mereka sedang marah karena tidak pernah dikunjungi. Selama upaya

penyembuhan melalui tim doa, kondisi pasien tidak menunjukkan perbaikan yang

berarti sehingga tanggal 29 juni 2012 pasien dibawa ke RSU Prof. Dr. dr. W.Z.

Johannes Kupang untuk ditangani langsung oleh dokter spesialis kejiwaan.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Menurut pasien, ia sudah mulai mengalami ketakutan yang berlebihan

sejak tahun 1999 saat ada seorang temannya yang meninggal karena serangan

jantung. Sejak saat itu ia menjadi sangat takut, jantung berdebar-debar,

berkeringat dingin bahkan pernah sampai pingsan. Pasien juga sering memikirkan

ketakutan tersebut sehingga menyebabkan pasien terkadang mendengar suara

bisikan dalam hati bahwa pasien juga akan celaka. Karena ketakutan inilah,

hingga tahun 2001 pasien sering cepat merasa ketakutan jika mendengar cerita-

cerita tentang penyakit dan hal mengerikan lainnya karena pasien merasa

memiliki sakit yang sama dan takut jika suatu saat akan mengalami hal buruk.

Pasien menceritakan ketakutan tersebut sampai menyebabkan pasien kencing di

7

Page 8: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

celana. Pasien menceritakan jika ia takut, ia tidak bisa menahannya dan ia hanya

bisa berlari menceritakan perasaannya kepada ibu pasien karena menurut pasien ia

hanya bisa tenang jika bersama ibunya.

Pada tahun 2004, pasien pernah menangis secara tiba-tiba, leher tegang

dan tidak bisa tidur karena memikirkan bahwa dirinya menderita penyakit

tertentu. Pasien kemudian ke dokter dan oleh dokter pasien didiagnosis menderita

sakit lambung tetapi pasien juga diberitahukan bahwa sebenarnya ketakutan

berlebihan pasien itulah yang menjadi penyebab sehingga oleh dokter pasien juga

diberikan obat tidur. Dengan obat tidur tersebut, pasien merasa lebih tenang dan

pola tidurnya membaik. Tetapi hal tersebut hanya berlangsung beberapa hari saja,

dan ketakutan pasien mulai muncul kembali, pasien kemudian mencoba berobat

ke dukun namun tidak terlalu membuahkan hasil yang baik.

Pasien juga menceritakan pada sekitar tahun 2006, pasien pernah ikut

bersama-sama sepupunya ke daerah Lamanabi untuk berlibur. Disana pasien

pernah menangis ketakutan secara tiba-tiba karena pasien merasakan kampung

tersebut suasananya sangat primitif dan mengerikan. Oleh kerabat, pasien diberi

akar-akaran untuk mengatasi ketakutan pasien, namun pasien justru menjadi

semakin takut, badan lemas dan dingin sehingga akhirnya pasien dibawa ke

dukun. Di tempat dukun tersebut, pasien kemudian dipijat dan digosok-gosok

pada badan, leher dan kepala dengan air ludah. Menurut pasien, keluhannya mulai

berkurang dan akhirnya lebih tenang.

Pasien sempat putus sekolah selama 5 tahun sejak tahun 2003 hingga

tahun 2008 karena kondisi pasien yang sering sakit-sakitan. Selama 5 tahun

tersebut, pasien sering dibawa keluarganya ke dokter dan dukun untuk mengobati

sakit pasien. Namun menurut keluarga pasien, obat tersebut hanya mengobati

beberapa hari dan kemudian sering kambuh lagi sehingga pasien lebih banyak

diberi istirahat di rumah. Pasien pernah dibawa ke Ende selama 1 tahun untuk

menenangkan pikiran.

Pada tahun 2007, pasien pernah berobat ke dokter spesialis jantung karena

merasakan gangguan pada jantungnya. Tetapi ketika diperiksa, pasien ternyata

tidak memiliki penyakit jantung dan menurut dokter apa yang dialami pasien

8

Page 9: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

karena kecemasan dan ketakutan pasien saja yang berlebihan. Dokter kemudian

menyarankan pasien untuk menguatkan diri sendiri supaya tidak takut terhadap

hal-hal yang tidak jelas dan pasien juga diberi nasihat untuk banyak olahraga.

Setelah diberi nasihat, pasien merasa lebih tenang, lebih nyaman dan juga mulai

tumbuh kekuatan dalam diri untuk membangun kekuatan diri sendiri. Selepas

tahun 2008, pasien kembali masuk sekolah. Pasien diterima masuk langsung di

kelas 3 SMP. Pasien mengatakan banyak perubahan yang terjadi dalam hidupnya.

Pasien merasa lebih ceria dan ketakutan-ketakutan hanya muncul sesekali. Pasien

mengatakan dirinya senang karena bertemu teman-teman baru dan ia tidak merasa

kesepian lagi. Pernah sekitar tahun 2008, pasien menceritakan ia melihat seekor

anjing besar berwarna hitam, anjing tersebut lewat didepannya namun tidak

mencelakannya. Ia mengatakan hanya ia yang melihat anjing tersebut. Kejadian

tersebut hanya terjadi 1 kali dan tidak pernah lagi ia melihat anjing itu. Pasien

juga menceritakan bahwa ia pernah merasa ada temannya yang ingin mencelakai

pasien dengan menaruh obat (racun) di air minum pasien. Ketika ditanyakan

bagaimana ia bisa yakin hal tersebut padahal teman yang lain juga meminum air

tersebut, pasien mengatakan memang ia tidak melihat apakah ada temannya yang

menaruh obat dalam air minumnya, namun menurut pasien air minum tersebut

rasa nya berubah tidak enak sehingga pasien merasa ada sesuatu yang dimasukkan

dalam air minumnya. Pasien mengatakan sejak tahun 2008 hingga 2011 tidak ada

keluhan yang berarti namun ketakutan berlebihan pasien memang masih ia alami

hingga tahun 2012 sebelum pada akhirnya bulan februari 2012 keluhan pasien

makin memberat. Pasien tidak merokok, jarang minum kopi, tidak mengkonsumsi

alkohol dan tidak pernah mengkonsumsi narkoba.

D. Riwayat Sifat Kepribadian Sebelumnya

Menurut ibu pasien, pasien merupakan anak yang suka bergaul dan

berperilaku baik terhadap semua orang. Pasien memang sedikit pendiam dan

sering tertutup dengan keluarganya jika ia memiliki masalah yang berat. Menurut

ibu pasien, pasien merupakan anak yang manja karena sejak kecil permintaan

pasien selalu dituruti oleh ibunya disaat saudaranya yang lain tidak dituruti

9

Page 10: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

kemauan mereka. Karena sifatnya inilah, pasien dikatakan memiliki jiwa kecil

dan penakut karena jika dimarahi sedikit, Pasien lebih cepat menangis. Pasien

merupakan anak yang sopan dan suka membantu orang tuanya dan pasien jarang

menyendiri. Pasien tidak suka marah – marah dan suka bercanda. Pasien sendiri

mengatakan dirinya sejak dulu suka bercanda dengan teman – temannya, dan ia

bisa sampai tertawa terbahak – bahak jika mendengarkan cerita lucu. Pasien juga

senang berkeliling dan jalan – jalan dengan teman-temannya jika waktu luang

atau liburan. Namun menurut ibunya, sejak kejadian tahun 2001, pasien menjadi

lebih cepat cemas dan takut terhadap segala sesuatu seperti bila pasien mendengar

ada orang yang meninggal atau mendengar cerita-cerita tentang penyakit yang

mengerikan dan berbahaya. Pasien juga sering merasakan ketakutan jika ia

mengalami gangguan pada tubuhnya karena pasien merasa ia sedang menderita

penyakit yang berbahaya. hal inilah yang membuat pasien beberapa kali berobat

ke dokter dan dukun. Namun menurut ibunya, ketakutan tersebut tidak

mempengaruhi akitivitas dan pergaulan pasien baik di rumah dan di lingkungan

pasien.

E. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Pasien merupakan

anak yang diinginkan. Ibu pasien mengatakan pernah sakit kuning saat hamil.

Ibu tidak pernah mengkonsumsi alkohol, rokok, dan obat-obatan lain selain

yang didapatnya dari Puskesmas. Pasien lahir secara persalinan normal di

rumah dan ditolong oleh dukun beranak. Pasien lahir cukup bulan. Saat lahir

pasien langsung menangis, tidak biru, tidak ada kelainan fisik dan tidak ada

kesulitan.

2. Masa kanak dini (0-3 tahun)

Pasien sewaktu umur 0-3 tahun mendapat kasih sayang yang baik dari

kedua orang tua. Pasien mendapatkan ASI sejak lahir hingga usia 4 tahun. ASI

diberikan ketika menangis dan berhenti saat pasien melepasnya sendiri. Pasien

10

Page 11: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

diberikan makanan pendamping ASI berupa bubur saring sejak usian 4 bulan.

Pasien juga bertumbuh dan berkembang dengan baik sesuai anak usianya.

Pasien mulai balik badan usia 7-8 bulan, mulai duduk usia 9 bulan, usia 1

tahun lebih pasien mulai belajar berjalan dan berbicara. Pasien mulai diajar

buang air besar dan buang air kecil di WC sejak usia 2-3 tahun dan pasien

selalu minta ditemani jika ingin buang air besar dan buang air kecil sejak usia

3 tahun.

3. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)

Pasien merupakan anak yang aktif dan suka bergaul sehingga mempunyai

banyak teman di sekolahnya. Pasien sering bermain bersama teman-temannya

sewaktu kecil. Pasien lebih senang bermain boneka dan main masak-masakan

dengan teman-teman perempuannya. Namun pasien tidak pernah memilih-

milih teman, pasien bergaul dengan siapa saja. Pasien jika memiliki masalah

biasanya ia ceritakan pada ibu pasien. Pasien tidak memiliki masalah berat

atau pengalaman buruk pada masa ini. Pasien saat usia ini bertumbuh dan

berkembang selayaknya anak yang lain. Pasien diasuh oleh kedua orang

tuanya dengan disiplin dan bertanggung jawab dan ia mengatakan ibunya

memang keras dalam menegakkan disiplin dan peraturan namun tetap

menyayangi dan mendidik dengan baik. pasien mengatakan ibunya hanya

menghukum jika mereka melakukan kesalahan. Pasien merupakan anak yang

rajin, penurut dan sering membantu orang tuanya. Prestasi pasien di sekolah

dasar baik. Pasien selalu mendapat peringkat 2 dan 3, pasien tidak pernah

memiliki masalah akademik selama di sekolah dasar dan selalu menyelesaikan

jenjang pendidikan tepat waktu.

4. Masa remaja

Pasien memiliki banyak teman dan suka bergaul serta tidak memilih

teman. Prestasi pasien tidak sebaik saat di sekolah dasar namun semua tugas

mata pelajarannya diselesaikan hingga tuntas. Pasien sering membantu orang

tuanya dan tidak tertutup jika memiliki masalah walaupun terkadang pasien

11

Page 12: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

juga seringkali menyembunyikan masalah yang berat yang tidak mau orang

tuanya ketahui. Pada usia sekitar 12 tahun, pasien mulai menjadi anak yang

cepat takut dan cemas saat ada seorang teman pasien yang meninggal karena

penyakit jantung.

5. Masa dewasa

a. Riwayat pendidikan

Pasien masuk SD tahun 1995 ketika ia berusia 6 tahun. Pasien memiliki

kegemaran membaca semua buku yang ia miliki dan mencari buku – buku

seperti cerita rakyat dan yang lainnya sebagai bahan bacaan. Pasien sempat

putus sekolah selama 5 tahun (sejak tahun 2003-2008) karena kondisi

kesehatan pasien yang tidak stabil. Saat itu, pasien duduk di bangku kelas 1

SMP. Pasien kemudian melanjutkan sekolahnya pada tahun 2008 dan

langsung duduk dibangku kelas 3 SMP. Pasien kemudian masuk SMA tahun

2009 dan Tamat SMA pada tahun 2011. Pasien sebenarnya sudah lulus

diterima kuliah di salah satu institut keguruan di Larantuka namun keinginan

untuk melanjutkan kuliah tidak sempat terlaksana karena pasien membantu

mengurusi kakak kandung pasien yang sakit setelah pulang dari Malaysia.

Pasien memiliki cita – cita untuk menjadi guru karena ia senang kepada anak-

anak dan senang mengajar.

b. Riwayat pekerjaan

Pasien tidak memiliki pekerjaan tetap dan hanya membantu orangtuanya

di rumah dan membantu berkebun. Pasien sempat ingin membantu mengajar

dan ingin kursus untuk menambah ketrampilan namun hal tersebut tidak

sempat terlaksana.

c. Riwayat psikoseksual

Pasien mulai mendapat haid pertama usia 12 tahun. Pasien awalnya

cemas akan hal tersebut namun kemudian setelah pasien mendapat penjelasan

dari ibu pasien tentang hal tersebut akhirnya pasien mengerti dan tidak lagi

merasa risih akan hal tersebut. Pasien mendapatkan pendidikan seksual sejak

SMA dan dari informasi di media massa. Dalam keluarga, pasien kurang

mendapat pengetahuan seksual. Ia memiliki ketertarikan dengan lawan jenis

12

Page 13: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

dan pernah berpacaran sebanyak 3 kali. Pertama kali pacaran saat ia duduk di

bangku kelas 1 SMP. Pasien mengatakan hal tersebut hanya berlangsung

beberapa minggu. Pasien juga sempat menjalin hubungan jarak jauh dengan

seorang pria yang dikenalkan oleh sepupunya. Namun hal tersebut tidak

berlangsung lama karena saat bertemu secara langsung, pasien langsung

menolak melanjutkan hubungan karena belum siap pacaran. Pada tahun 2005,

pasien pernah menjalin hubungan dengan seorang pria. Hubungan pacaran

tersebut menurut pasien tidak terlalu baik dan dengan pria tersebut pasien

pertama kali berhubungan seks. Pasien merasa dipaksa saat melakukannya

namun tidak bisa menolak dan seakan-akan dibodohi sehingga pasien

mengikuti semua kemauan laki-laki tersebut. Pasien menceritakan bahwa ia

sudah beberapa kali berhubungan intim dengan pria tersebut, dan merasa

menyesal setelah melakukannya. Hubungan pasien dengan pria tersebut hanya

berlangsung beberapa bulan dan sejak putus, pria tersebut pergi bekerja ke

Malaysia dan sekarang sudah berkeluarga. Sejak saat itu, pasien tidak pernah

memiliki hubungan khusus dengan seseorang.

d. Riwayat agama

Pasien merupakan umat yang taat beragama. Pasien selalu rajin untuk

pergi beribadah di gereja. Pasien juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan

keagamaan dan tergabung dalam kelompok paduan suara dan organisasi

muda-mudi Katolik.

e. Aktivitas sosial

Pasien mudah bergaul dengan teman-teman sebayanya dan walaupun

pasien seorang yang pendiam namun seringkali ia bertukar pikiran dengan

teman-temannya jika ada masalah. Pasien memiliki kegemaran untuk jalan-

jalan berkeliling bersama teman-temannya jika ada waktu luang. Aktivitas

sosial di lingkungan sekitar juga tergolong baik. Pasien aktif dalam kegiatan

sosial di masyarakat dan senantiasa membantu setiap kali ada kegiatan kerja

bhakti. Pasien juga sering menemani ibunya jika berbelanja ke pasar maupun

melakukan pekerjaan di kebun.

f. Riwayat pelanggaran hukum

13

Page 14: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

Pasien tidak pernah terlibat dalam pelanggaran hukum.

F. Situasi kehidupan sekarang

Pasien dirumahnya tinggal bersama ayah, ibu, kakak perempuan beserta

suami dan kedua anaknya serta adik kandung pasien sehingga keseluruhannya

berjumlah 8 orang. Rumah pasien berukuran seluas ± 8 x 9 meter dan memiliki

halaman yang cukup luas yang berisikan pohon-pohonan seperti kopi, kakao,

alpukat dan beberapa jenis pohon lainnya. Di dalam halaman rumah juga terdapat

taman bunga kecil yang ditanam dan dirawat oleh pasien sendiri. Halaman rumah

pasien tidak dibatasi oleh pagar dan jarak antara setiap rumah sekitar 10-11 meter.

Rumah pasien sendiri terdiri dari 3 kamar tidur, 1 teras, 1 ruang tamu dan 1

ruang keluarga. Kamar mandi pasien berada terpisah dengan rumahnya yaitu

jaraknya sekitar ± 4 meter. Setiap kamar hanya dibatasi oleh kain penutup tanpa

pintu. Pasien sendiri tidur bersama adik perempuannya. Pasien mengatakan jika ia

sangat nyaman tinggal di rumahnya dan tidak pernah merasa takut jika harus pergi

sendirian ke kamar mandi. Pasien biasanya mandi di kali bersama teman-teman

sekampung dan saudara-saudaranya. Sumber penghasilan di rumah berasal dari

uang hasil bertani kedua orang tua pasien. Di rumah, ibu pasien yang memiliki

kendali lebih besar dibanding dengan ayah pasien. Hal ini dikarenakan ayah

pasien memiliki sifat yang pendiam dan tidak suka mengatur-atur urusan dalam

rumah tangga sehingga urusan dalam rumah lebih didominasi oleh ibunya.

Namun hal ini tidak menyebabkan pertikaian ataupun masalah-masalah serius

antara kedua orangtuanya karena rasa saling percaya dan saling membantu jika

ada masalah.

14

WC

Kamar tidur II

R. Keluarga

Kamar tidur I

Kamar tidur

Pasien

Teras

Ruang Tamu

Page 15: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

G. Riwayat keluarga

Keluarga ayah kandung pasien Keluarga ibu kandung pasien

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: kakak kandung pasien yang pernah bicara-bicara sendiri

: Perempuan yang mengalami gangguan jiwa

: Meninggal

Menurut ibu pasien, didalam keluarga tiga generasinya tidak ada yang memiliki

keluhan dan gejala seperti yang dialami pasien. Orang tua kandung pasien sampai

saat ini masih hidup dan sehat. Dari generasi keluarga ayahnya, tidak ada yang

memiliki riwayat gangguan jiwa begitupun generasi keluarga ibunya. Namun

menurut ibunya, kakak kandung pasien pernah menunjukkan gejala seperti pasien

yaitu suka bicara-bicara sendiri dan terkejut tanpa sebab. Hal tersebut terjadi

beberapa tahun yang lalu ketika kakaknya pulang dari Malaysia. Kakak pasien juga

memang memiliki sifat pendiam dan cepat takut tetapi keluhan dan gejala pada

kakaknya tidak seberat yang dialami oleh pasien dan gejala tersebut hanya dialami

15

?

Denah Rumah Pasien

Pasien

?

Page 16: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

beberapa minggu saja. Sekarang kakak pasien tidak lagi bicara-bicara sendiri dan

sudah beraktivitas normal.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan : seorang perempuan, usia muda, mengenakan baju kaos berwarna

biru dengan jaket berwarna hitam serta celana jeans pendek berwarna hitam

polos, rapi, memakai sandal, kuku jari tangan dan kaki tidak bersih, rambut

terlihat tersisir namun kurang rapi, berpakaian sesuai usia

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor : selama wawancara pasien tampak tenang,

tampak sedikit tegang, duduk di pinggir tempat tidur, tidak banyak melakukan

gerakan saat bicara, sesekali pasien tampak terkejut dengan sedikit berteriak,

dan menghindar saat mendengar kata “ular”, sesekali pasien tertawa saat

mengingat peristiwa lucu yang pernah ia alami

3. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif, ada kontak mata saat berbicara namun

terkadang menunduk dan melihat kearah lain

B. Pembicaraan

Pasien cenderung bicara tidak spontan,lebih banyak berbicara saat ditanya, pasien

berbicara dengan cukup lancar dan jelas, volume bicara sedang, intonasi suara

stabil, kecepatan bicara normal

C. Mood dan afek

+ Mood : disforik, cenderung cemas dan sedih

+ Afek : terbatas

+ Keserasian : serasi

D. Persepsi

Halusinasi auditorik. Pasien masih mendengar suara-suara yang berbisik-bisik

di telinga namun tidak jelas apa yang diucapkan tanpa ada orang/sesuatu yang

dilihat.

E. Proses pikir

Bentuk : tidak logis

16

Page 17: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

Arus : koheren, relevan

F. Isi pikir

Ditemukan waham kejar dan curiga. Pasien merasa sangat ketakutan dengan

suara-suara yang ia dengar dan selalu merasa curiga hal-hal buruk akan terjadi

padanya namun tidak tahu penyebab yang jelas.

G. Kesadaran dan kognisi

1. Taraf kesadaran dan kesigapan : compos mentis, GCS : E4 V5 M6

2. Orientasi :

a) Waktu : baik (pasien masih tahu kalau saat itu adalah malam hari dan

pasien masih bisa mengetahui hari saat itu)

b) Tempat : baik (pasien tahu dirinya berada di rumah sakit untuk berobat).

c) Orang : baik ( pasien dapat mengenali ibu kandungnya, pasien di sebelah

tempat tidurnya dengan baik).

3. Daya ingat :

Daya ingat jangka panjang : baik (pasien dapat menceritakan sewaktu pasien

di sekolah dasar)

Daya ingat jangka sedang : baik (pasien bisa menceritakan tentang kejadian

saat dirinya berobat ke pendoa satu minggu sebelum dibawa ke rumah sakit)

Daya ingat jangka pendek : baik (pasien dapat memberitahukan makanan

yang pasien makan sebelumnya dan sudah minum obat)

4. Konsentrasi dan perhatian

kurang. Pasien hanya mampu menjawab benar pengurangan 100-7 (dijawab

93), tapi kemudian salah menjawab 93-7 dan selanjutnya.

5. Kemampuan visuospasial

Baik. karena pasien dapat menggambar bentuk jajargenjang bersusun dengan

tepat. Pasien juga mampu menggambar bentuk bola dan bunga yang

diperintahkan pemeriksa.

6. Pikiran abstrak

17

Page 18: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

Baik. pasien mampu mengetahui arti dari panjang tangan (dijawab pencuri)

dan tangan panjang (dijawab ukuran tangan yang panjang).

7. Intelegensi dan kemampuan informasi

Berdasarkan latar belakang pendidikan pasien, informasi yang diberikan

sesuai.

8. Bakat kreatif

Pasien tidak memiliki bakat spesifik

9. Kemampuan menolong diri sendiri

Baik. Pasien dapat makan sendiri, minum obat sehabis makan secara teratur,

mandi sendiri.

H. Pengendalian impuls

Terkendali. Sewaktu diwawancarai pasien fokus pada pertanyaan dan tidak

melakukan gerakan-gerakan aneh dan tanpa tujuan.

I. Daya nilai dan tilikan

Penilaian realita : terganggu

Tilikan : II. Pasien merasa bahwa suara-suara yang berbisik di telinga dan

rasa curiganya tersebut merupakan suatu gangguan sehingga pasien sulit tidur

namun pasien juga terkadang tidak mau minum obat dan tidak tahu minum

obat untuk apa dan pasien mengatakan dirinya baik-baik saja.

J. Taraf dapat dipercaya

Dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Status Internistik

Status present

Keadaaan umum : baik

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : normal dalam perabaan

Pernapasan : 24x/ menit

Status general

18

Page 19: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

Kepala : normocephali

Mata : anemia -|- , ikterus -|-, refleks pupil +|+, isokor

THT : cerumen telinga +|-, sekret hidung -|-, deviasi septum (-),

hiperemis (-)

Leher : jejas (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thoraks : pengembangan dada simetris

Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : vesikuler +|+, rhonci -|-, wheezing -|-

Abdomen : bising usus normal, distensi (-)

Hepar : tidak ada pembesaran

Lien : tidak ada pembesaran

Ekstremitas : akral sedikit dingin, tidak terdapat edema

Kulit : tidak ada kelainan

B. Status Neurologis

Kesadaran : compos mentis (GCS E4 V5 M6)

Rangsangan selaput otak : kaku kuduk (-), kernig sign (-), brudzinski I (-),

brudzinski II (-).

N. Cranialis : dalam batas normal

Refleks fisiologis : dalam batas normal

Refleks patologis : tidak ditemukan kelainan

C. Laboratorium : tidak dilakukan pemeriksaan

D. Psikologi : tidak dilakukan pemeriksaaan

V. RESUME

Nn. KB umur 23 tahun diantar oleh keluarganya ke Rumah Sakit Umum Prof.

Dr. W. Z. Johannes Kupang dengan sering berbicara sendiri, mendengar bisik-

bisikan dan sering merasa ketakutan. Keluhan ini dialami pasien sejak 6 bulan

sebelum masuk RS.

Pasien menceritakan dirinya mendengar bisik – bisik di telinganya dan merasa

takut akan bisikan tersebut dan merasakan ketakutan bilamana dirinya akan

dicelakai namun tidak tahu apa penyebabnya.

19

Page 20: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

Pasien menceritakan awal mula perasaan ketakutan berlebihannya muncul saat

ia berumur 12 tahun ketika ada seorang teman pasien meninggal karena penyakit

jantung dan sejak saat itu pasien lebih cenderung menjadi penakut dan

mencemaskan segala sesuatu yang tidak jelas.

Saat wawancara pasien duduk tenang, sesekali pasien merasa terkejut. Perasaan

pasien biasa saja dan intonasi suara pasien cenderung stabil. Ekspresi wajah pasien

terkadang datar namun sesekali pasien tersenyum dan tertawa. Saat wawancara

tingkah laku, pembicaraan dan aktifitas pasien tidak mencerminkan kepribadian

pasien. Keluarga juga mengeluhkan pasien yang selalu bicara sendiri, terlihat

ketakutan, berteriak-teriak, tidak mau makan, dan sulit tidur. Pasien sebelumnya

termasuk pribadi yang cenderung pendiam terutama bila ada masalah berat pasien

jarang menceritakan kepada keluarganya, pasien juga seorang yang manja namun

penurut, rajin membantu orang tua. Sejak kecil pasien cenderung berjiwa kecil dan

cepat menangis bila dibentak.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang wanita, penampilan rapi

dan bersih, sesuai usia. Pasien tampak tenang namun sesekali terkejut, menjawab

pertanyaan dengan baik, jelas, volume sedang dengan intonasi stabil. Mood

disforik, afek terbatas dan tidak serasi. Ditemukan persepsi halusinasi auditorik dan

waham curiga serta kejaran. Saat ini tidak ada perilaku kompulsif, konsentrasi dan

perhatian kurang, penilaian realita terganggu. Tilikan derajat 2.

Dalam satu tahun terakhir, pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-

harinya dengan baik. Pasien sempat mendaftarkan diri ke salah satu institut

pendidikan didaerahnya dan lulus pada program studi yang diminatinya namun

tidak sempat mengikuti perkuliahan karena alasan kondisi kesehatan salah satu

anggota keluarganya. Enam bulan terakhir pasien mulai jarang beraktivitas diluar

rumah, aktivitas dalam rumahpun terganggu karena pasien lebih banyak berdiam di

kamar, berbicara sendiri, teriak-teriak sendiri dan ketakutan yang tidak jelas.

Pada pemeriksaan status interna dan neurologi tidak ditemukan adanya

kelainan. Pemeriksaan laboratorium dan psikologi tidak dilakukan.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

20

Page 21: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

Pada pasien ini ditemukan gejala perilaku dan psikologis yang secara klinis cukup

bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress) serta hendaya (disabilitas) dalam

kehidupan sehari-hari dan tidak memenuhi kriteria sehat jiwa sehingga dapat

disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.1

Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid

Pasien tidak memiliki keluhan fisik. Dari hasil anamnesis pasien tidak mengalami

demam, kejang, dan keluhan fisik lainnya. Hal ini menyebabkan diagnosis F.00-

F09 (Gangguan Mental Organik) dapat disingkirkan. Selain itu, pasien tidak

pernah mengkonsumsi alkohol dan tidak mengkonsumsi obat-obatan atau zat

adiktif dan zat psikoaktif. Hal ini menyebabkan diagnosis F10-F19 (Gangguan

Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat Psikoaktif) dapat disingkirkan.

Pasien dapat didiagnosis sebagai gangguan Skizofrenia Paranoid karena keadaan

pasien memenuhi kriteria pedoman diagnostik dalam PPDGJ III antara lain yakni :

- Memenuhi kriteria umum skizofrenia diagnosa skizofrenia (adanya halusinasi

auditorik yang berkomentar terus menerus tentang pasien, adanya waham

menetap pada pasien dimana pasien merasa akan dicelakai, dan onset gejala

berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih dimana pasien sudah

mengalami gangguan selama ± 6 bulan yang kesemuanya secara nyata terjadi

penurunan kualitas keseluruhan kehidupan pasien)

- Sebagai tambahan : halusinasi dan/atau waham harus menonjol;

a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien dan atau memberi

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi

pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).

(pada pasien ditemukan halusinasi auditorik yang mengancam pasien

dan memberi perintah kepada pasien)

b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau

lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang

menonjol. (pasien pernah merasa mencium bau darah namun hal

tersebut hanya sesekali terjadi dan tidak menetap)

c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau

21

Page 22: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

“passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang

beraneka ragam, adalah yang paling khas (pasien merasa dikejar-kejar

akan dicelakai dan selalu mencurigai bahwa hal buruk akan terjadi

pada pasien).

- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik

secara relatif tidak nyata tidak menonjol (pasien tidak menunjukkan gangguan

suasana perasaan yang tidak stabil, pasien dapat mengendalikan perilaku dan

pembicaraan serta tidak menunjukkan perilaku dan gerakan-gerakan aneh

tanpa tujuan) 1,2

Axis II : Ciri Kepribadian Cemas (Menghindar)

Pada anamnesis dan pemeriksaan juga tidak ditemukan adanya gangguan dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan pasien, serta gangguan dalam intelegensi

pasien sebelum mengalami gangguan. Dengan demikian diagnosis F.70-F79

(Retardasi Mental) dapat disingkirkan.

Ciri kepribadian pasien adalah cemas menghindar karena pasien cenderung

memiliki kecemasan dan ketakutan yang berlebihan, cenderung menghindar dan

menarik diri terhadap kritik.

Axis III : Tidak ada gangguan atau penyakit fisik

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis tidak ditemukan adanya gangguan atau

penyakit fisik pada pasien.

Axis IV : Tidak ada diagnosis

dari anamnesis tidak ditemukan adanya gangguan atau masalah psikososial dan

lingkungan yang menjadi penyebab gangguan pada pasien.

Axis V :

GAF scale sekarang : 70 - 61 karena pasien masih memiliki gejala menetap

namun ringan, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

GAF scale 1 tahun yang lalu : 90-81 karena gejala minimal, berfungsi baik, cukup

puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.

22

Page 23: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid

Axis II : Ciri Kepribadian Cemas (Menghindar)

Axis III : tidak ada gangguan atau penyakit fisik

Axis IV : Tidak ada diagnosis

Axis V : GAF scale sekarang : 70 – 61

GAF scale 1 tahun yang lalu : 90 – 81

VIII. RENCANA TERAPI

Psikofarmaka :

Risperidon 2 mg – 0 – 3 mg per oral

Trihexiphenidil 3 X 2 mg per oral bila perlu / muncul efek samping

Diazepam 1 x 5 mg pada malam hari per oral

Psikoedukasi:

a. Mengedukasi pasien untuk mengenal penyakit yang diderita dan mengalihkan

ketakutan dan kecemasannya dengan melakukan aktivitas yang bermanfaat serta

berkomunikasi intensif dengan orangtua serta orang sekitar

b. Mengedukasi pasien tentang pentingnya minum obat dan akibat yang terjadi jika

obat diminum tidak teratur.

c. Memotivasi pasien untuk meminum obat secara teratur dengan membuat jadwal

minum obat.

Psikoedukasi pada keluarga:

a. Mengedukasi keluarga untuk memberikan suasana yang kondusif bagi pasien

b. Mengedukasi keluarga untuk selalu memotivasi pasien dalam berkomunikasi,

menghindari diri dari perasaan ketakutan dan kecemasan dengan melakukan

aktivitas yang bermanfaat dan dapat dilakukan oleh pasien

c. Mengedukasi keluarga mengenai efek samping obat serta untuk mengawasi

pasien minum obat secara teratur sehingga tidak terjadi putus obat.

IX. PROGNOSIS

23

Page 24: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Prognosis yang memperingan :3

a. Diagnosis gangguan Skizofrenia Paranoid : Kriteria prognosis baik

b. Penyakit organik tidak ada : Kriteria prognosis baik

c. Tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan NAPZA : Kriteria prognosis baik

d. Respon terhadap pengobatan baik : Kriteria prognosis baik

e. Tidak ada riwayat keluarga skizofrenia : Kriteria prognosis baik

f. Adanya dukungan keluarga : Kriteria prognosis baik

g. Gejala positif menonjol : Kriteria prognosis baik

Prognosis yang memperberat :3

a. Onset umur saat usia dewasa muda : Kriteria prognosis buruk

b. Stressor tidak jelas : Kriteria prognosis buruk

c. Onset tidak jelas : Kriteria prognosis buruk

d. Ketidakpatuhan terhadap terapi : Kriteria prognosis buruk

e. Riwayat pola asuh yang cenderung keras : Kriteria prognosis buruk

f. Tilikan derajat 2 : Kriteria prognosis buruk

X. DISKUSI

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang kronik, berat dan ditemukan adanya

gangguan pada otak.4 Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir

1% penduduk di dunia menderita skizofrenia dalam hidup mereka.1 Sejarah perjalanan

skizofrenia telah dimulai dari penemuan – penemuan teori tentang skizofrenia itu sendiri

dimuali oleh Emil Krepelin hingga Ewol Hecker yang mengemukakan teori mengenai

skizofrenia.3 Menurut teori yang telah dikemukakan oleh para ahli, orang dengan skizofrenia

memiliki perpecahan (schism) antara pikiran, emosi, dan perilaku. Namun istilah-istilah dan

pengertian baru terus diperbaharui sehingga oleh PPDGJ III dan DSM IV diambil pengertian

skizofrenia sebagai suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab yang banyak dan

perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan

24

Page 25: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

pengaruh genertik, fisik dan budaya.2,3 Yang terutama disini adalah terjadinya kemunduran

kognitif, gangguan pikiran dan persepsi serta afek yang tidak wajar atau tumpul..2

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang dapat ditemukan diseluruh dunia.1,3,4

prevalensi dan insidensnya cenderung mengalami peningkatan seiring dengan pesatnya

kemajuan global. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa

muda.1,4 Beberapa sumber menyebutkan skizofrenia dapat terjadi pada anak diatas usia 5

tahun tetapi kasus ini sangat jarang terjadi begitupun pada usia diatas 40 tahun.1,4 Onset

kejadian biasanya pada usia 15-25 tahun pada pria dan 25-35 tahun pada wanita.1 Dikatakan

bahwa skizofrenia lebih sering dialami oleh pria dibanding wanita dan prognosisnya lebih

buruk jika terjadi pada pria.1,4 Secara umum, terdapat beberapa tipe skizofrenia antara

lain :1,2,3,4

1. Tipe paranoid. Tipe ini paling stabil dan paling sering. Gejala terlihat sangat konsisten,

sering paranoid, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya. Waham dan

halusinasi menonjol sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh

2. Tipe disorganisasi atau hebefrenik. Ditandai oleh regresi yang nyata ke perilaku primitif,

terdisinhibisi, dan tidak teratur oleh tidak adanya gejala yang memenuhi kriteria tipe

katatonik. Onset biasanya pada usia 15-25 tahun. Gejalanya antara lain afek tumpul, tidak

serasi, terlihat tolol, sering inkoheren, waham tidak sistematis dan perilaku disorganisasi

dan manerisme

3. Tipe katatonik. Ditandai adanya perilaku katatonik seperti stupor, mutisme, negativisme,

rigiditas, flexibilitas cerea dan kegembiraan katatonik yang seringkali dapat mengancam

jiwa

4. Tipe tak terperinci. Pasien mempunyai gejala psikosis aktif yang menonjol atau

memenuhi kriteria skizofrenia tetapi tidak dapat digolongkan pada tipe-tipe diatas

5. Tipe residual. Pasien dalam keadaan remisi dan keadaan akut tetapi masih

memperlihatkan gejala-gejala residual (penarikan diri secara sosial, afek datar atau tak

serasi, perilaku ekstrensik, asosiasi melonggar atau pikiran tak logis)

6. Depresi pasca skizofrenia. Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan

timbul sesudah suatu serangan penyakit skizofrenia

7. Skizofrenia simpleks. Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat karena bergantung pada

pemastian perkembangan yang berlangsung perlahan, progresif dari gejala negatif yang

25

Page 26: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

khas dari skizofrenia residual tanpa adanya riwayat halusinasi, waham atau manifestasi

lain tentang adanya suatu episode psikotik sebelumnya dan disertai perubahan perilaku

perorangan yang bermakna.

8. Skizofrenia lainnya dan skizofrenia yang tidak tergolongkan.

Etiologi skizofrenia sendiri belum pasti namun dikatakan bahwa penyebabnya

merupakan gabungan dari faktor biologis dan faktor psikosial serta lingkungan yang disebut

sebagai model diatesis-stress.1,3 beberapa penelitian menemukan bahwa daerah otak yang

terlibat dalam skizofrenia adalah struktur limbik, lobus frontalis, dan ganglia basalis3 Selain

itu terdapat hipotesis yang paling sering dikemukakan yaitu Hipotesis Dopamin dimana

dikatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik

selain itu juga ditemukan adanya peningkatan aktivitas neurotransmitter lainnya seperti

serotonin, norepinefrin serta asam amino.3 selain itu, dikatakan pula adanya pengaruh

genetika dan juga faktor keluarga yang berperan penting dalam perkembangan kejiwaan

seseorang dimana terdapat faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan hal tersebut.1

secara umum, faktor resiko orang dengan skizofrenia dapat dilihat pada gambar berikut

Skizofrenia merupakan penyakit kronik dimana sebagian kecil kehidupan mereka

berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama (bertahun-tahun)

dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan.1 Tanda

dan gejala klinis skizofrenia menimbulkan tiga masalah inti. Secara umum, dikatakan bahwa

tidak ada gejala umum yang patognomonik untuk skizofrenia dimana setiap tanda dan gejala

26

Page 27: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

yang ditemukan pada skizofrenia dapat ditemukan di gangguan psikiatrik atau neurologis

lainnya.3 Kedua, gejala pasien berubah dengan berjalannya waktu dan klinisi harus mampu

memperhitungkan tingkat pendidikan pasien, kemampuan intelektual dan keanggotaan

kultural dan subkultural. Selain itu juga harus diketahun bagaimana riwayat kepribadian

prepsikotik atau premorbid pasien.1,3 Beberapa pasien, sebelum didiagnosis skizofrenia,

biasanya ditemukan adanya gangguan kepribadian skizoid, ambang, anti sosial dan

skizotipal.1 Riwayat premorbid yang tipikal tetapi tidak tanpa kecuali dari pasien adalah

bahwa mereka mempunyai kepribadian skizoid atau skizotipal.3

Skizofrenia sering memperlihatkan gejala campuran seperti gangguan proses pikir

dimana pikiran mereka sering tidak dapat dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak logis.

Dapat ditemukan pula adanya gangguan isi pikir yaitu waham atau keyakinan palsu yang

menetap dan dipertahankan oleh pasien, dimana yang paling sering adalah waham kejaran,

kebesaran, rujukan dan sebagainya. Selain itu ditemukan pula gangguan persepsi seperti

halusinasi, ilusi dan depersonalisasi serta gangguan emosi dan perilaku.1,3,4

Skizofrenia diobati dengan antipsikotik (AP). Setelah berkembangnya hipotesis

dopamin, pengobatan skizofrenia lebih ditujukan pada penghambatan neurotransmitter yang

berperan dalam patofisiologis skizofrenia yaitu dopamin dan serotonin.5 Obat antipsikotik

dibagi dalam dua kelompok yaitu dopamine receptor antagonist (DRA) atau antipsikotik

generasi I (APG-I) dan serotonin-dopamine antagonist (SDA) atau antipsikotik generasi II

(APG-II).1 Obat APG-I disebut juga antipsikotika konvensional atau tipikal sedangkan APG-

II disebut juga antispikotika baru atau atipikal.1 Secara umum, mekanisme kerja APG-1

adalah memblokade dopamin pada reseptor pasca sinaps neuron di otak, khususnya sistem

limbik, dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonist) sedangkan APG-II

disamping berafinitas terhadap dopamine D2 receptor juga terhadap Serotonin 5 HT2

Receptor.6 Obat APG-1 berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif sedangkan

untuk gejala negatif hampir tidak bermanfaat sedangkan obat APG-II bermanfaat baik untuk

gejala positif maupun negatif.1 Standar emas baru pengobatan skizofrenia adalah dengan

obat APG-II. Meskipun harganya mahal tetapi manfaat sangat besar dan efek samping

minimal dibandingkan dengan obat APG-I yang memiliki potensi besar menyebabkan efek

samping sindroma ekstrapiramidal, sindroma malignan neuroleptik serta tardive dyskinesia

yang membahayakan nyawa pasien jika tidak ditangani secara tepat.1,6 Obat APG-II pilihan

27

Page 28: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

pertama adalah clozapine namun karena efek agranulositosisnya yang besar sehingga sering

digunakan risperidone dengan dosis berkisar antara 4-8 mg/hari.1,4,5,6 Untuk mencegah gejala

ekstrapiramidal/sindrom parkinson karena penggunaan antipsikotik yang kuat, dapat

diberikan tablet trihexyphenidil 3-4 x 2 mg/hari.1,6 penggunaan obat anti psikosis long acting

parenteral (fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau haloperidol decanoas 50 mg/cc im, untuk

2-4 minggu) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat

ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral.6 Sebaiknya sebelum penggunaan

parenteral diberikan per oral dahulu beberapa minggu untuk melihat apakah terdapat efek

hipersensitivitas.6 Dosis mulai dengan ½ cc setiap minggu pada bulan pertama, kemudian

baru ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan. Pemberian antipsikosis long acting hanya untuk

terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap kasus skizofrenia. Selain itu, dapat juga

diberikan terapi kejang listrik (TKL) atau electric convulsion therapy (ECT) pada kasus

psikosis akut dan juga dengan terapi psikosial.1 Terapi psikosial terdiri dari terapi perilaku,

terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok dan psikoterapi intrapersonal.3

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 5 sampai 10 tahun setelah

perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skizofrenia, hanya kira-kira 10

sampai 20% pasien memiliki hasil yang baik.3 Baik tidaknya prognosis bergantung pada

beberapa faktor. Perjalanan penyakit, onset usia, adanya stressor yang jelas, dukungan

keluarga dan kepatuhan pasien secara umum menjadi faktor yang mempengaruhi prognosis

skizofrenia.1 Tipe disorganisasi secara umum mempunyai prognosis yang buruk, tetapi tipe

paranoid dan katatonik mempunyai prognosis yang baik. Prognosis menjadi lebih buruk

apabila pasien menyalahgunakan zat atau hidup dalam keluarga yang tidak harmonis.1

Pasien ini didiagnosis mengalami gangguan jiwa yaitu Skizofrenia paranoid dengan

tanda dan gejala yang memenuhi kriteria diagnosis Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) berdasarkan gambaran klinis yang khas memenuhi kriteria

umum diagnosis skizofrenia yaitu adanya halusinasi auditorik yang menonjol, adanya

gangguan waham menetap berupa waham kejaran dan perilaku cenderung menarik diri yang

kesemuanya terjadi dalam kurun waktu satu bulan atau lebih. Secara rinci, pasien

didiagnosis menderita skizofrenia paranoid dimana gejala halusinasi terutama halusinasi

auditorik verbal dan waham kejaran lebih menonjol dibandingkan gangguan afektif dan

perilaku. Pasien juga telah diberi pengobatan sesuai pengoabatan terbaru yaitu dengan

28

Page 29: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

risperidone. Untuk mencegah dan mengatasi efek samping antipsikosis, pasien juga telah

diberi trihexiphenidil dibawah pengawasan. Gangguan sulit tidur pasien telah diatasi dengan

pemberian diazepam. Kepada pasien juga telah diberikan edukasi intrapersonal dan

berorientasi keluarga untuk memberikan motivasi dan kenyamanan pada pasien dalam

proses pemulihan. Secara umum, prognosis pasien baik, memenuhi kriteria prognosis yang

telah disebutkan diatas.

29

Page 30: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir, N. Skizofrenia. Dalam : Elvira, S. Hadisukanto, G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FKUI. 2010 : 13, 170-8, 83-4,6, 8, 92-4

2. Maslim, R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Bagian Penerbit FK-Unika Atmajaya. 2001 : 46-51

3. Kaplan, H. Sadock, B. Grebb, J. Skizofrenia. Dalam : Sinopsis Psikiatri. Binarupa Aksara. 2010 : 701-2. 8-11. 17, 29, 37-9

4. Anonim. Overview of Schizophrenia. http://www.schizophrenia.com/family/sz.overview.htmDiakses pada tanggal 26 Juli 2012

5. Waterman, B. The Past, Present, and Future of Schizophrenia Treatment. 2003 : 5-22

6. Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropika. 1999 : 15-21

30

Page 31: Skizofrenia Case Report  dr Richardo Gana

FOLLOW UP (Saat dirawat di ruang tenang wanita RSU Prof.Dr.dr. W.Z. Johannes Kupang)

13 Juli 2012 14 juli 2012 16 Juli 2012 17 Juli 2012 18 Juli 2012

Keluhan

Pasien mengatakan dirinya baik-baik saja, sesekali mendengar bisikan tapi tidak lama, rasa takut masih sering muncul sering terbangun malam hari dan sulit tidur lagi, lebih banyak diam, cepat marah terhadap ibunya karena merasa wajah ibunya sering berubah-ubah, sulit makan

Pasien mengatakan baik-baik saja, dengar bisikan disangkal pasien tetapi sesekali muncul, rasa takut mulai berkurang, sering terbangun malam dan sulit tidur, merasa badan lemas, rasa takut mulai berkurang, sesekali cepat marah, kadang tidak mau makan

Pasien mengatakan keluhan sudah berkurang, dirinya baik-baik saja, ingin selalu mandi karena rasa gerah, kesulitan tidur berkurang, pasien sesekali masih mendengar bisikan, rasa takut sesekali ada

Pasien mengatakan tidak ada keluhan, pasien cenderung emosi dengan ibunya, kesulitan tidur mulai berkurang, nafsu makan kurang tapi bisa makan, suara bisikan sesekali ada tapi mengecil, rasa takut berkurang

Pasien mengatakan perasaan mulai tenang, marah berkurang, tapi gigi sakit dari semalam namun sudah berkurang, sempat terbangun malam namun tidur kembali nyenyak, mulai mau makan, mulai minum obat dengan baik, bisik sejak kemarin malam sudah mulai hilang, rasa takut sesekali muncul

Mood/afek/keserasian Iritabel/terbatas/tidak serasi Disforik/terbatas/tidak serasi Iritable/adekuat/serasi Iritable/adekuat/serasi Senang/terbatas/tidak serasiPersepsi Halusinasi auditorik (+) Halusinasi auditorik (?) Halusinasi auditorik (+) Halusinasi auditorik (+) Halusinasi auditorik (-)Bentuk Pikir Tidak logis Tidak logis Tidak logis Tidak logis Tidak logisArus pikir Koheren Koheren Koheren, Koheren KoherenIsi pikir Waham kejar (+) Waham sulit dievaluasi Waham kejar (+) Waham kejar (+) Waham kejar (+) tidak konsistenPsikomotor & sikap Tenang, kooperatif Sedikit tegang, kooperatif tenang, kooperatif Tenang, kooperatif Tenang, kooperatifDiagnosa Kerja Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Paranoid

Terapi Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg

Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg

Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg

Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg

Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg

19 Juli 2012 20 juli 2012 21 Juli 2012 23 Juli 2012Keluhan Pasien mengatakan dirinya

senang, tidur baik, tidak ada gangguan, sudah mau makan, emosi sesekali naik turun, rasa takut berkurang

Pasien mengatakan tubuh sebelah kanan sakit seperti baru jatuh, pasien lebih banyak diam, pasien mengatakan tidak mau ditanya banyak karena kepalanya sakit

Pasien mengatakan perasaannya tidak senang karena dilarang keluar oleh pasien lain, sesekali mendengar bisikan menyuruh keluar jalan-jalan

Pasien mengatakan dirinya tidak senang dan sempat memukul ibunya karena merasa ibunya seperti laki-laki, dengar suara bisikan disangkal, rasa takut tidak dirasakan sejak semalam

Mood/afek/keserasian senang/adekuat/serasi disforik/terbatat/tidak serasi disforik/terbatas/tidak serasi Disforik/terbatas/tidak serasiPersepsi Halusinasi (-) Halusinasi auditorik (-) Halusinasi auditorik (+) Halusinasi (-), ilusi tidak

konsistenBentuk Pikir logis Tidak logis Tidak logis Tidak logisArus pikir Koheren Koheren Koheren, KoherenIsi pikir Waham kejar (+) berkurang Waham kejar (+) tidak konsisten Waham kejar (+) Waham (-)Psikomotor & sikap Tenang, kooperatif tenang, kooperatif tenang, kooperatif Sedikit tegangDiagnosa Kerja Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Paranoid Skizofrenia ParanoidTerapi Risperidon 2-0-3 mg

Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg

Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg

Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg

Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 2x2 mg Diazepam 0-0-5 mgPasien boleh pulang tetapi kontrol poliklinik