callista Roy

22
B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan jaman, manusia senantiasa berusaha untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara dominan. Hal ini terbukti dengan pesatnya kemajuan IPTEK di bidang kesehatan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi oleh penduduk dunia. Dan seiring itu system pelayanan keperawatan di berbagai negara maju dan negara berkembang juga mengalami kemajuan/perubahan. Isitilah proses keperawatan dan kerangka kerjanya relatif baru. Pada tahun 1955 Hall memulai istilah proses keperawatan dan sejak itulah para ilmuwan keperawatan menguraikan proses keperawatan secara ilmiah dengan berbagai pendapat. Weiden Bach pada tahun 1963 menguraikan asuhan keperawatan menjadi 3 tahap yang meliputi observasi, bantuan untuk pertolongan dan validasi. Later Knowles (1967) mengatakan bahwa dalam praktek keperawatan menganjurkan 5 D yaitu discover (menemukan), delve (menyelidiki), decide (memutuskan), do (melaksanakan) dan discriminate (membedakan). Selanjutnya Gabbie dan Lavin (1975) mengemukakan bahwa esensi dari model - model keperawatan yang ada menggambarkan 4 konsep yang sama yaitu :

Transcript of callista Roy

Page 1: callista Roy

B A B I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Seiring dengan perkembangan jaman, manusia senantiasa berusaha untuk

meningkatkan derajat kesehatannya secara dominan. Hal ini terbukti dengan

pesatnya kemajuan IPTEK di bidang kesehatan dalam rangka memecahkan

masalah kesehatan yang dihadapi oleh penduduk dunia. Dan seiring itu system

pelayanan keperawatan di berbagai negara maju dan negara berkembang juga

mengalami kemajuan/perubahan.

Isitilah proses keperawatan dan kerangka kerjanya relatif baru. Pada tahun

1955 Hall memulai istilah proses keperawatan dan sejak itulah para ilmuwan

keperawatan menguraikan proses keperawatan secara ilmiah dengan berbagai

pendapat. Weiden Bach pada tahun 1963 menguraikan asuhan keperawatan

menjadi 3 tahap yang meliputi observasi, bantuan untuk pertolongan dan validasi.

Later Knowles (1967) mengatakan bahwa dalam praktek keperawatan

menganjurkan 5 D yaitu discover (menemukan), delve (menyelidiki), decide

(memutuskan), do (melaksanakan) dan discriminate (membedakan).

Selanjutnya Gabbie dan Lavin (1975) mengemukakan bahwa esensi dari

model - model keperawatan yang ada menggambarkan 4 konsep yang sama yaitu :

1. Orang yang menerima asuhan keperawatan.

2. Lingkungan (masyarakat).

3. Kesehatan (sehat/sakit, kesehatan dan penyakit).

4. Keperawatan dan perawat (tujuan/sasaran, peran dan fungsi).

Melihat gambaran di atas Penulis mencoba menganalisa dan mengaplikasikan

model konsep keperawatan yang dikemukakan oleh Sister Calista Roy (stress dan

adaptasi Roy) ke dalam system pelayanan keperawatan di Indonesia.

B. Masalah.

Dengan adanya ragam model model keperawatan dan dari masing – masing

model konseptual tersebut mempunyai gambaran inti yang sama (Gabbie &

Page 2: callista Roy

Lavin, 1975), maka untuk mengaplikasikan model konsep keperawatan menurut

Sister Calista Roy ke dalam system pelayanan keperawatan di Indonesia, muncul

berbagai masalah antara lain :

1. Bagaimana cara menerapkan model konseptual secara optimal terhadap

kasus penyakit yang dialami oleh penderita?

2. Bagaimana strategi yang digunakan oleh perawat dengan adanya ragam

kultur/budaya masyarakat Indonesia?

3. Bagaimana peranan perawat, mengingat secara ratio antara

jumlah peawat dengan pasien di lapangan masih belum seimbang?

C. Tujuan.

1. Tujuan Umum.

Perawat Indonesia dapat menerapkan model konseptual keperawatan Sister

Calista Roy yang menggunakan pendekatan metode ilmiah dalam system

pelayanan kesehatan.

2. Tujuan khusus.

a.Mampu menyelaraskan dan mendefinisikan model konseptual Sister

Calista Roy.

b. Mampu memahami konsep dasar/asumsi dasar dalam model

konseptual stress dan adaptasi Roy.

c. Mampu menjelaskan komponen – komponen model konsep

keperawatan Sister Calista Roy.

d. Mampu menjelaskan karakteristik model konsep keperawatan Sister

Calista Roy.

e. Mampu menjelaskan hubungan model konsep keperawatan Sister

Calista Roy dengan proses keperawatan yang ada di Indonesia.

Page 3: callista Roy

B A B II

TINJAUAN TEORI

A. Dasar Pengembangan Teori.

1. Filosofi

Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi dalam

keperawatan pada tahun 1964. Model ini banyak digunakan sebagai

falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan. Model

adaptasi Roy adalah system model yang esensial dalam keperawatan. Roy

menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk biopsikososial sebagai satu

kesatuan yang utuh. Dalam memenuhi kebutuhan manusia selalu

dihadapkan berbagai persoalan yang kompleks. Dalam menghadapi

persoalan tersebut Roy mengemukakan teori adaptasi. Penggunaan koping

atau mekanisme pertahanan diri, berespon melakukan peran dan fungsi

secara optimal untuk memelihara integritas diri dari keadaan rentang sehat

sakit dari keadaan lingkungan sekitarnya. Jadi ada 5 faktor penting dari

Roy adalah manusia, sehat, sakit, lingkungan dan keperawatan yang saling

terkait.

2. Asumsi Dasar.

Asumsi adalah pernyataan dari fakta – fakta atau anggapan yang

diterima sebagai dasar teori untuk konsep – konsep dari disiplin ilmu

tertentu. Beberapa model keperawatan menggambarkan asumsi dari

adaptasi teori – teori yang lainnya dari system teori yang lain (teori

system, teori adaptasi Nelsen dan fisiologi dari nilai – nilai manusia).

3. Pola Pengembangan Ilmu.

Pola pengembangan ilmu keperawatan adalah yang terkait dengan

keputusan – keputusan tentang komponen – komponen ilmu, filosofi tidak

didasarkan terhadap hal yang bersifat empiris, suatu keyakinan,

Page 4: callista Roy

merupakan suatu pertanyaan yang terkait terhadap praktek keperawatan

dana mempengaruhi filosofi disiplin ilmu.

Model konsep Calista Roy didasarkan pada model adaptasi.

Modelnya merupakan contoh yang baik bagaimana ilmu itu diambil

menjadi hal yang unik dalam keperawatan. Hal ini merupakan kombinasi

pemikiran yang ditarik secara divergen seperti system. Stress dan adaptasi

menurut Roy, keberadaan manusia merupakan kumpulan biopsikososial

yang berada di dalam lingkungan.

Vocal residual, conceptual. Rangsangan pada manusia dan bersifat

utuh dan menimbulkan keutuhan – keutuhan yang terkait dengan model

adaptasi yang meliputi kebutuhan fisiologis, peran, fungsi dan

interdependen melalui 2 mekanisme adaptasi yaitu regulator dan cognator

individu dapat menunjukkan respon adaptasi yang berhasil dan gagal

(respon tidak efektif yang membutuhkan intervensi keperawatan).

Penekanan model Roy dikaitkan dengan kerja yang berkelanjutan,

dilanjutkannya ke pendidikan praktek dan penelitian serta diteruskan ke

perubahan – perubahan dalam model – model untuk memaksimalkan

kejadian empiris. Model Roy merupakan suatu system.

B. Komponen Model.

Roy dalam menyusun model konseptualnya didasari atas nilai – nilai sebagai

berikut :

1. Manusia.

Roy memandang manusia sebagai makhluk biopsikososial yang holistic

dalam segenap aspek individu dengan bagian – bagiannya berperan

bersama membentuk kesatuan ditambah manusia sebagai system yang

berada dalam interaksi yang konstan dengan lingkungan antara system dan

lingkungan terjadi pertukaran informasi, materi dan energi.

Ini menunjukkan system – system kehidupan sebagai system yang

terbuka. Sel adalah system kehidupan terbuka. Sel mempunyai substansi

yang harus mempertahankan dalam usaha memperbanyak diri.

Page 5: callista Roy

Keterbukaan system selanjutnya menunjukkan pertukaran yang konstan

dari informasi, materi dan energi antara system dan lingkungan. Interaksi

ini juga diterapkan pada manusia. Interaksi konstan manusia dengan

lingkungannya ditandai oleh perubahan – perubahan interna dan eksterna,

selanjutnya perubahan ini mengharuskan manusia mempertahankan

integritasnya yaitu adaptasi terus menerus. Diagram di bawah digunakan

Roy untuk menggambarkan system adaptasi manusia.

Roy mengidentifikasi input sebagai stimulus. Stimulus ini adalah

unit dari informasi materi atau energi dari lingkungan atau dirinya sebagai

respon. Seiring dengan stimulus, tingkat adaptasi manusia berperan

sebagai system adaptasi. Tingkat adaptasi adalah jangkauan stimulus

manusia yang dapat mengadaptasikan responnya dengan usaha yang wajar.

Feed back

Diagram : Respon adaptasi

Gambaran dari manusia sebagai system adalah tingkah laku interna

maupun eksterna. Selanjutnya adaptasi manusia tersebut dapat diukur,

diamamti keluhan – keluhan subyektif yang merupakan umpan balik dari

system ini. Roy mengkategorikan hasil system sebagai respon adaptaif dan

inefektif. Respon adaptif adalah semua yang mengacu pada integritas

manusia yaitu semua tingkah laku yang tampak ketika manusia dapat

mengerti tentang tujuan hidup, tumbuh, produksi dan kekuasaan.

Roy menggunakan isitilah mekanisme koping untuk menjelaskan

proses pengendalian manusia sebagai system adaptasi. Roy menggunakan

INPUT:Stimulus tingkat

adaptasi

PROSES :Koping mekanisme, regulator, cognator

INPUT :Stimulus tingkat

adaptasi

OUTPUT :Adaptasi respon

inefektif

Page 6: callista Roy

mekanisme yang disebut regulator dan cognator sebagai sustu system dari

system adaptasi.

Subsistem regulator mempunyai komponen sistm input, proses

dan ouput. Stimulus output mungkin berasal dari dalam manusia.

Penghubung – penghubung system regulator adalah kimia, neural atau

endokrin. Respon otonomi yang merupakan respon – respon saraf bagian

otak dan spinal dihasilkan sebagai output. Tingkah laku dalam subsistem

regulator, jaringan dan organ target dibawah kontrol endokrin juga

menghasilkan tingkah laku regulator. Akhirnya Roy menunjukkan respon

psikomotor dari system saraf pusat sebagai pusat system regulator.

Sub system yang lain adalah sub sistem cognator. Rangsangan ke

subsistem cognator juga berasal dari luar dan dalam. Ouput dari subsistem

regulator dapat diumpan balik merangsang subsistem cognator. Proses –

proses pengendalian cognator dihubungkan ke fungsi yang lebih tinggi

dari otak yaitu persepsi atau pengolah informasi yang berhubungan dengan

proses interna dari perhatian yang dipilih, ditunjukkan dan ingatan.

Pemecahan masalah dan pembuatan keputusan adalah proses mencari

bentuk.

Dalam mempertahankan integritas manusia, regulator dan cognator

sering dianggap berperan bersama – sama. Tingkat adaptasi dari system

manusia dipengaruhi oleh pertumbuhan individu dan pemakaian dari

mekanisme koping. Dalam gambaran lebih lanjut tentang proses interna

manusia sebagai subsistem adaptasi, Roy menjelaskan system efektor atau

model adaptasi yang terdiri dari 4 efektor :

a. Model adaptasi fisiologis, terdiri dari :

- oksigenasi

- nutrisi

- eliminasi

- aktivitas dan istirahat

- sensori

- cairan dan elektrolit

Page 7: callista Roy

- integritas kulit

- fungsi saraf

- fungsi endokrin dan reproduksi

b. Konsep diri.

Menunjukkan pada nilai, kepercayaan, emosi, cita – cita serta

perhatian yang diberikan untuk mengetahui keadaan fisik sendiri.

c. Fungsi peran.

Menggambarkan hubungan interaksi perorangan dengan orang lain

yang tercermin pada peran pertama, kedua dan seterusnya.

d. Model ketergantungan.

Mengidentifikasi nilai manusia, cinta dan keseriusan. Proses ini terjadi

dalam hubungan antar manusia dengan individu dan kelompok.

2. Tujuan Keperawatan.

Roy mendefinisikan tujuan keperawatan sebagai peningkatan dari

respon adaptasi keempat model adaptasi. Kondisi seseorang ditentukan

oleh tingkat adaptasinya, apakah berespon secara positif terhadap

rangsang interna atau eksterna. Tingkat adaptasi ditentukan oleh besarnya

rangsangan baik fokal, kontekstual maupun residual. Yang dimaksud

dengan tiga rangsang tersebut adalah :

a. Fokal stimuli

Rangsangan yang segera dihadapi oleh manusia dan merupakan

tingkatan yang paling tinggi dari perubahan atau kelainan.

b. Kontekstual stimuli

Semua rangsangan dari manusia baik interna maupun eksterna dapat

diamati, diukur atau subyektifitasnya yang dilaporkan secara obyektif

oleh pasien.

c. Residual stimuli.

Rangsangan yang membentuk karakteristik dari seseorang sesuai

dengan stuasi atau tidak, hal ini sulit untuk dimulai.

Page 8: callista Roy

3. Konsep kesehatan.

Roy mengidentifikasi sebagai status dan proses dari keadaan yang

digabungkan dari manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk

menentukan tujuan hidup, berkembang, tumbuh dan produksi serta

memimpin.

4. Konsep lingkungan.

Roy mendefinisikan keadaan lingkungan secara khusus yaitu

semua keadaan, kondisi dan pengaruh dari sekeliling dan perasaan

lingkungan serta tingkah laku individu dan kelompok.

5. Arah tindakan.

Aktivitas perawatan direncanakan oleh model sebagai peningkatan

respon adaptasi atas situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah

pendekatan yang merupakan tindakan perawat memanipulasi stimuli

fokal, kontekstual dan residual yang menyimpang pada manusia.

Rangsangan fokal dapat dirubah tetapi perawat dapat meningkatkan

respon adaptasi dengan memanipulasi rangsangan kontekstual dan

residual. Perawat dapat mengantisipasi kemungkinan respon sekunder

yang tidak efektif pada rangsangan yang sama pada keadaan tertentu.

Perawat juga dapat menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan

memperkuat regulator, cognator dan mekanisme koping.

Page 9: callista Roy

B A B III

PROSES KEPERAWATAN

Sebagai dasar dalam melaksanakan proses keperawatan, Roy berpendapat

bahwa pasien harus dipandang sebagai manusia yang utuh (pandangan yang

menyeluruh) baik dari aspek biologis, psikologis dan spiritual. Di samping itu

pasien pun harus dipandang sebagai suatu system yang dapat hidup melalui

interaksi yang konstan dengan lingkungannya.

A. Hubungan Teori Roy dengan Proses Keperawatan.

Model adaptasi Roy menawarkan standar untuk mengembangkan atau

melaksanakan proses keperawatan melalui elemen – elemen Roy meliputi :

1. Pengkajian tingkat pertama (I).

Tahap ini ditujukan untuk menentukan sekumpulan tingkah laku sebagai

system adaptasi yamg berhubungan dengan empat model adaptasi melalui

pendekatan yang sistematis dan menyeluruh (holistic) kemudian perawat

mengklarifikasi menjadi fokus pembahasan/penanganan.

2. Pengkajian tingkat kedua (II).

Sebagai kelanjutan dari pengkajian tingkat pertama, perawat menganalisa

masalah – masalah keperawatan yang muncul dari gambaran tingkah laku

klien sebagai respon yang tidak spesifik atau mengidentifikasi respon yang

adaptif setelah diberi dorongan oleh perawat. Hal lain yang menjadi

perhatian perawat pada tahap ini adalah mengumpulkan data tentang

rangsangan kontekstual dan residual yang menyimpang kemudian

mengklarifikasikan tentang etiologi masalah yang muncul tersebut.

3. Perumusan diagnosa keperawatan

Roy menganalisa tiga metode pembuatan diagnosa keperawatan dengan

cara sebagai berikut : (a) memakai tipologi diagnosa yang dikembangkan

oleh Roy dan dihubungkan dengan empat model adaptasi dari Roy, (b)

merumuskan diagnosa dengan mengobservasi tingkah laku sepanjang

Page 10: callista Roy

rangsangan masih berpengaruh, (c) kesimpulan satu atau lebih model

adaptasi yang berhubungan dengan respon yang sama.

4. Penentuan tujuan keperawatan.

Tujuan adalah akhir tngkah laku pasien yang akan dicapai. Hal tersebut

tergambar dalam tingkah laku pasien yang menunjukkan resolusi dari

masalah adaptasi. Tujuan jangka panjang menggambarkan akhir dari

masalah adaptasi dan kemungkinan kemampuan pada tujuan lain (hidup,

tumbuh, reproduksi, dan kekuasaan). Tujuan jangka pendek merupakan

tujuan yang diharapkan dari tingkah laku klien setelah memanipulasi

penyebabnya, pendorong dan rangsangan sisa seperti keadaan tingkah

laku klien yang menunjukkan koping – koping cognator dan regulator.

Tujuan ini sebaiknya dibuat sesuai kemampuan klien.

5. Intervensi keperawatan.

Pelaksanaan perawatan direncanakan dengan tujuan mengubah atau

memanipulasi stimuli foka,l, kontekstual dan residual. Intervensi mungkin

juga difokuskan pada kemampuan koping individu atau zone adaptasi

sehingga seluruh rangsangan sesuai dengan kemampuan individu untuk

beradaptasi.

6. Evaluasi.

Proses keperawatan dilengkapi dengan evaluasi, tujuan tingkah laku

dibandingkan dengan tingkah laku keluaran seseorang. Penyusunan

kembali terhadap tujuan dan intervensi berdasarkan evaluasi data.

B. Hubungan Teori dan Praktek Keperawatan.

Menurut Roy proses keperawatan meliputi pengkajian pertama,

pengkajian kedua, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan

evaluasi. Jadi antara teori dan praktek keperawatan ada hubungannya yang

akan kita bahas di bawah ini.

1. Physiologic mode.

a. Oksigenasi (oxygenation).

- kekurangan oksigen (hypoxia)

Page 11: callista Roy

- shock

- kelebihan oksigen (overload)

b. Kebutuhan nutrisi (nutrition).

- kekurangan nutrisi (malnutrition).

- mual – mual (nausea).

- muntah (vomiting)

c. Eliminasi (elimination)

- konstipasi (constipation)

- diare (diarrhea)

- buang air besar tidak terasa (incontinence)

- retensi BAK (urinary retention).

d. Aktivitas dan istirahat (activity and rest).

- aktivitas fisik yang tidak adekuat (inadequate

physical activity).

- potensial kerusakan jaringan

- istirahat tidak cukup

- tidak bisa tidur (insomnia).

- kurang tidur (sleep deprivation)

- istirahat yang berlebihan.

e. Integritas kulit (skin integrity).

- gatal (itching)

- kulit kering (skin dry)

- luka karena tekanan (pressure sores)

2. Model konsep diri (self concept mode).

a. Gambaran diri (physical self)

- penurunan konsep seksual

- perilaku seksual yang agresif

- kehilangan anggota badan

b. Konsep diri (personal self)

- Cemas (anxiety)

- tak berdaya (powerlessness)

Page 12: callista Roy

- perasaan bersalah (guilt)

- rasa rendah diri (low self esteem)

3. Model fungsi peran (role function mode)

a. Transisi peran (role trantition)

b. Kehilangan peran (role distance)

c. Konflik peran (role conflict)

d. Kegagalan peran (role failure).

4. Model ketergantungan (interdependence mode).

a. Cemas karenaa perpisahan (separation anxiety).

b. Kesepian (loneliness).

Page 13: callista Roy

B A B IV

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Setelah melakukan eksplorasi terhadap model konseptual Sister Calista Roy

maka Penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Model konseptual Sister Calista Roy menekankan pola asuhan pada

adaptasi sehat atau sakit

2. Model konseptual Sister Calista Roy terbagi dalam 5 elemen dasar yaitu

manusia, tujuan perawatan, lingkungan, konsep kesehatan dan arah

tindakan.

3. Model konseptual Sister Calista Roy dalam proses keperawatan terdiri 6

elemen yaitu :

a. Pengkajian pertama.

b. Pengkajian kedua.

c. Diagnosa keperawatan.

d. Penentuan tujuan

e. Intervensi.

f. Evaluasi.

B. Saran.

Setelah pelaksanaan eksplorasi model konseptual Sister Calista Roy Penulis

dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Model konseptual Sister Calista Roy cukup baik untuk diterapkan

pada pasien yang menghadapi gangguan psikologis.

2. Model konseptual Sister Calista Roy perlu diujicobakan pada

ruang geriatric, bangsal jiwa dan bangsal umum dengan masalah

psikologis.

3. Model konseptual Sister Calista Roy mungkin perlu diujicobakan

pada rumah sakit jiwa di negara Indonesia dalam rangka meningkatkan

asuhan keperawatan.

Page 14: callista Roy

MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN SISTER CALISTA ROY

Disusun Oleh :

SIMON SANI KLEDEN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIAUNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANS U R A B A Y A

Page 15: callista Roy

2 0 0 0

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marillyn E, et.al, (1989), Psychiatrics Care Plants : Guidelines for Client Care, F.A. Davis Company, Philadelphia.

Gaffar Jumadi La Ode, (1999), Pengantar Keperawaan Profesional, EGC, Jakarta.

George, Julia B, (1990), Nursing Theories : The Basic for Professional Nursing Practice, Practice Hall International Inc, New Jersey.

Gordon, Majory, (1992), Manual of Nursing Diagnosis, Mosby Years Book, St. Louis.

Henderson, Virginia, (1990), Nursing Models A Major Steps Towards : Professional Autonomy, Mosby Years Book, New York.

Mediana, Dwidiyanti, (1998), Aplikasi Model Konseptual Keperawatan, Akper Depkes, Semarang.