model konsep adaptasi roy

35
LAPORAN PENDAHULUAN MYOMA UTERI MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL KONSEP ADAPTASI ROY I. Pendahuluan A. Latar Belakang Mioma uteri merupakan neoplasma jinak dari miometrium. Neoplasma jinak ini membentuk lingkaran sel otot-otot polos dengan kolagen. Pertumbuhan dari tumor ini mungkin satu atau lebih dan mempunyai berbagai ukuran dari sekecil pertumbuhan mikroskopik sehingga membentuk tumor yang seberat 40kg. Kurang lebih 20% dari wanita pada usia reproduktif mengalami mioma uteri dan kebanyakannya asimptomatik (Drife et al, 2004). Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim (miometrium) atau jaringan ikat yang tumbuh pada dinding atau di dalam rahim. (Lina Mardiana, 2007). Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma atau fibroid. (Arif Mansjoer, 1999, hal 387). Neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat menumpangnya, dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma atau pun fibroid (Saifuddin et al, 2005). Mioma uteri mempunyai ciri yang khas, bulat, keras, berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar terdiri dari otot polos dengan beberapa jaringan ikat (Benson et al, 2009). Meskipun

description

berisi tentang asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan adaptasi roy pada kasus myoma uteri di ruang nifas.

Transcript of model konsep adaptasi roy

Page 1: model konsep adaptasi roy

LAPORAN PENDAHULUAN MYOMA UTERI MENGGUNAKAN PENDEKATAN

MODEL KONSEP ADAPTASI ROY

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Mioma uteri merupakan neoplasma jinak dari miometrium. Neoplasma jinak ini

membentuk lingkaran sel otot-otot polos dengan kolagen. Pertumbuhan dari tumor ini

mungkin satu atau lebih dan mempunyai berbagai ukuran dari sekecil pertumbuhan

mikroskopik sehingga membentuk tumor yang seberat 40kg. Kurang lebih 20% dari

wanita pada usia reproduktif mengalami mioma uteri dan kebanyakannya

asimptomatik (Drife et al, 2004). Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari

otot rahim (miometrium) atau jaringan ikat yang tumbuh pada dinding atau di dalam

rahim. (Lina Mardiana, 2007). Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari

otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma,

fibromioma atau fibroid. (Arif Mansjoer, 1999, hal 387). Neoplasma jinak yang

berasal dari otot uterus dan jaringan ikat menumpangnya, dalam kepustakaan dikenal

juga istilah fibromioma, leiomioma atau pun fibroid (Saifuddin et al, 2005). Mioma

uteri mempunyai ciri yang khas, bulat, keras, berwarna putih hingga merah muda

pucat, sebagian besar terdiri dari otot polos dengan beberapa jaringan ikat (Benson et

al, 2009). Meskipun penyebabnya tidak diketahui, dua hingga tiga kali prevalen

terjadinya mioma uteri lebih cenderung pada wanita berkulit hitam berbanding wanita

berkulit putih, Hispanik dan wanita asia serta diperkirakan sebanyak 75%

histerektomi dilakukan di kalangan wanita berkulit hitam. Simptom mayor yang

berasosiasi dengan mioma adalah menoragia dan efek fisik yang dihasilkan oleh

mioma yang berukuran besar (Speroff et al, 2005). Di Indonesia, mioma uteri

ditemukan 2,39 hingga 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat

(Saifuddin et al, 2005).Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai

jaringan ikatnya, sehingga dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominant dan

lunak karena otot rahimnya dominant Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada

masa reproduksi, karena adanya rangsngan estrogen. Dengan demikian mioma uteri

tidak dijumpai sebelum datang haid dan akan mengalami pengecilan setelah berhenti

Page 2: model konsep adaptasi roy

haid ( menopause ). Bila pada masa menopause tumor yang berasaldari mioma uteri

masih tetap besar kemungkinan degenerasi ganas menjadi sarcoma uteri ( Ida Bagus

Gede Manuaba, 1998 : 410 ) Dep. Kes melaporkan angka kejadian mioma uteri

rasionya 10-12 % dari seluruh kasus ginekologi. Penyakit ini dilakukan penyembuhan

dengan cara operasi ( histerektomi ) sehingga bisa mengganggu fungsi produksi.

Model adaptasi Roy adalah sistem model yang esensial dan banyak digunakan

sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan. Roy

menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan

yang utuh. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia selalu dihadapkan berbagai

persoalan yang kompleks, sehingga dituntut untuk melakukan adaptasi. Penggunaan

koping atau mekanisme pertahanan diri, adalah berespon melakukan peran dan fungsi

secara optimal untuk memelihara integritas diri dari keadaan rentang sehat sakit dari

keadaan lingkungan sekitarnya.

B. Perumusan Masalah

Klien dengan myoma uteri akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun

fisiologis, bahkan psikologis. Oleh karena itu seseorang dengan myoma uteri harus

mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada dirinya. Pendekatan adaptasi

Roy, dapat digunakan untuk membuat klien mampu beradaptasi terhadap segala

perubahan yang ada. Dalam pelaksanaannya perawat perlu memahami.

Model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana Roy memandang

setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus

baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat

dari berbagai tingkatan usia..

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mempelajari aplikasi Model Konsep Keperawatan Adaptasi Roy pada kasus

Klien dengan kondisi Myoma Uteri (Yoma Geburt) dengan status obstetri di

ruang Dahlia RSD dr. Soebandi Jember.

Page 3: model konsep adaptasi roy

2. Tujuan Khusus

a. Menguraikan alasan ketertarikan dalam pengambilan kasus Myoma Uteri

b. Melakukan penerapan Model Konsep Keperawatan Adaptasi Roy pada Klien

M dengan kondisi Myoma Uteri

c. Melakukan pengolaan pada kasus Myoma Uteri dengan menggunakan model

konsep keperawatan tersebut.

d. Melakukan pembahasan terhadap kasus yang telah dikelola.

e. Menarik kesimpulan dari proses penerapan model konsep tersebut pada kasus

myoma uteri

Page 4: model konsep adaptasi roy

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Myoma Uteri

1. Definisi

Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim (miometrium) atau

jaringan ikat yang tumbuh pada dinding atau di dalam rahim. (Lina Mardiana, 2007)

Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat

sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma atau fibroid. (Arif

Mansjoer, 1999, hal 387)

Myoma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya sehingga

dapat dalam bentuk padat. (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998, hal 409)

2. Klasifikasi

Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi atas:

a. Mioma sub mukosum

Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam kavum uteri. Mioma

uteri dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui

serviks (mioma geburt)

b. Mioma intiamural

Berada diantara serabut miometrium.

c. Mioma subserosum

Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol ke permukaan

uterus dan diliputi serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua

lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma

subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain setelah lepas dari

uterus, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian bebas disebut

wondering / parasitic fibroid. (Sarwono, 2005)

3. Anatomi Fisiologi

Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam

pelvis, antara rektum di belakang dan kandung kencing di depan. Ototnya disebut

miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah dalamnya disebut

endometrium. Letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi

Page 5: model konsep adaptasi roy

(meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung

kencing. Panjang uterus adalah 5 sampai 8 cm dan beratnya 30 sampai 60 gram.

Uterus terbagi atas 3 bagian berikut:

a. Fundus, bagian cembung di atas muara tuba uterina

b. Badan uterus, melebar dari fundus ke servix, sedangkan antara badan dan

servix terdapat istmus

c. Bagian bawah yang sempit pada uterus disebut servix

Dinding rahim yang terdiri dari segi lapisan yaitu:

a. Lapisan serosa (lapisan peritonium) di luar

b. Lapisan otot (lapisan miometrium) di tengah

c. Lapisan mukosa (lapisan endometrium) di dalam

Ligamentum teres uteri ada dua buah, di sebelah kiri dan di sebelah kanan sebuah.

Terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh darah dan ditutupi peritonum.

Ligamen ini berjalan dari sudut atas uterus ke depan dan ke samping, melalui

anulus inguinalis profundus ke kanalis inguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10

sampai 12,5 cm.

Fungsi Uterus

Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan. Sebutir ovum,

sesudat keluar dari ovarium, diantarkan melalui tuba uterina ke uterus.

Endometrium disiapkan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum

itu sekarang tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal

berlangsung selama kira-kira 40 minggu, uterus bertambah besar, dindingnya

menjadi tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis masuk ke

dalam rongga ebdomen pada masa pertumbuhan fetus.

Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus berkontraksi

secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian kembali ke

ukuran normalnya melalui proses yang dikenal sebagai involusi. (Evelyn C.

Pearce, 1986, hal 259 – 261)

Page 6: model konsep adaptasi roy

4. Etiologi

Penyebab mioma uteri yang pasti sampai saat ini masih belum diketahui secara

pasti. Beberapa peneliti menyatakan bahwa mioma uteri tumbuh dari sel

neoplastik tunggal (monoklonal) yang mengalami mutasi gen dari sel-sel normal,

sel-sel imatur miometrium atau dari sel embrional dinding pembuluh darah uterus.

Sedangkan dugaan lain menyatakan bahwa estrogen mempunyai peranan penting

tetapi dengan teori ini sukar diterangkan mengapa pada seseorang wanita estrogen

dapat menyebabkan mioma, sedangkan pada wanita yang lain tidak. Juga pada

beberapa wanita dengan mioma uteri dapat terjadi ovulasi, yang menghasilkan

progesteron yang sifatnya anti – estrogen. Untuk mencegah timbulnya myoma

pada organ reproduksi sebaiknya dihindari makanan yang diawetkan, makanan

setengah matang, KB suntik dan pil KB, serta melakukan cek kesehatan secara

teratur dan berkala.Pada myoma uteri terjadi perubahan sekunder. Perubahan

sekunder pada myoma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal

ini dikarenakan berkurangnya pemberian darah pada sarang myoma. Perubahan

sekunder yaitu:

a. Atrofi

Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan myoma uteri menjadi

kecil.

b. Degenerasi hialin

Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut, tumor

kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian

besar atau hanya sebagian kecil.

c. Degenerasi kistik

Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari myoma

menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi

seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan

bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi

yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu

kehamilan.

d. Degenerasi membatu (calcireous degeneration)

Page 7: model konsep adaptasi roy

Ini terjadi pada wanita berusia lanjut, karena adanya gangguan dalam

sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang myoma

maka myoma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

e. Degenerasi merah (carneous degeneration)

Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Diperkirakan

karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Degenerasi

merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda diserai emesis,

haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri

pada perabaan.  

f. Degenerasi lemak

Jarang terjadi merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Page 8: model konsep adaptasi roy

5. Patofisiologi

HerediterPola HidupHormonal

Pola Eliminasi Alvi

Myoma SubserosumMyoma SubmukosumMyoma Intramural

Myoma Uteri

Informasi mengenai penyakit suhu tubuh

MassaPerdarahan pervagina

Tanda /Gejala

Syok Hipovolemik

Anemia

HB Gangguan keseimbangan

cairan

Tindakan operasi

Pola Eliminasi Urin

Konstipasi

Vesika Urinaria Rectum

Penekanan organ sekitar

Cemas

Proses Infeksi/nekrosis

Retensio Urin

Page 9: model konsep adaptasi roy

6. Manifestasi Klinis

Gejala klinik mioma uteri adalah:

a. Perdarahan tidak normal

1) Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi

2) Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi

3) Gangguan kontraksi otot Rahim

4) Perdarahan berkepanjangan

5) Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah,

pusing, cepat lelah dan mudah terjadi infeksi.

b. Penekanan rahim yang membesar

Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi:

1) Terasa berat di abdomen bagian bawah

2) Sukar miksi atau defekasi

3) Terasa nyeri karena tertekannya urat syaraf

c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan

Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi:

1) Kehamilan dapat mengalami keguguran

2) Persalinan prematurus

3) Gangguan saat proses persalinan

4) Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas

5) Kala ke tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan (Prof. dr. Ida Bagus

Gde Manuaba, SpOG, 1998, hal 410 – 411)

7. Komplikasi

a. Nekrosis dan infeksi

Pada mioma sub mukosum yang terjadi polip, ujungnya kadang dapat melalui kanalis

servikalis dan dialirkan ke vagina.

Dalam hal ini kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder, penderita mengeluh

tentang pendarahan yang bersifat menoragia atau metrogania dan leukea.

b.      Torsi (putaran tangkai)

Page 10: model konsep adaptasi roy

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut

sehingga mengalami nekrosis dengan demikian terjadilah sindroma abdomen akut.

Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi, hal ini hendaknya

dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam

rongga peritonium.

c.       Pertumbuhan leioma sarkoma

Ialah tumor yang tumbuh dari miometrium, kecurigaan terhadap sarkoma dan mioma

uteri timbul bila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak membesar tiba-

tiba menjadi besar, apabila hal itu terjadi setelah menopause.

8. Evaluasi Diagnostik

a. Ultrasonografi

Untuk menentukan jenis tumor, lokasi myoma, ketebalan endometrium.

b. Foto BNO / IVP

Untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan

ureter.

c. Tes kehamilan

d. Darah lengkap dan urine lengkap

e. Histerografi dan histeroscopi

Untuk menilai pasien myoma sub mukosa disertai infertilitas. (Chrisdiono, 2004)

9. Penatalaksanaan

a. Pengobatan konservatif / medikasi

Terapi mioma uteri pada umumnya terbagi atas terapi ekspetatif Medikamen Tosa

(GnRH analog, preparat progesterone, anti progestin), tindakan bedah (miemektomi /

histerektomi), embolisasi arteri uteri dan beberapa alternative.

Tindakan seperti ultra sonografi frekwensi tinggi, terapi laser, dan ablasi thermal.

Setiap tindakan harus dipilih yang paling sesuai untuk seorang pasien dengan

menimbang banyak hal seperti umur, keinginan, statks fertilitas, beratnya gejala

klinis, ukuran, jumlah dan lokasi mioma, penyakit sistemik, kemungkinan

malignanni, apakah pasien sudah dekat menopause dan keinginan pasien untuk

mempertahankan rahimnya.

Page 11: model konsep adaptasi roy

Terapi obat tidak mempunyai peranan yang penting dalam penanganan leimioma,

akan tetapi agons GnRH (Gonadotropin – rekasing – hormone) bisa dipakai untuk

mengurangi estrogen yang beredar dalam darah dan bisa membuat tumor mengecil.

Agonis GnRH bisa mengurangi besarnya tumor sekitar 90%, tetapi efeknya hanya

sementara. Tumor ini bisa mengecil setelah menopause. Biasanya GnRH diberikan

untuk memperkecil tumor yang besar dan menghindari perdarahan waktu

pembedahan. (Mari Baraden, dkk, 2007)

b. Pengobatan kolaboratif

1) Observasi

2) Bila ukuran uterus lebih kecil dari ukuran uterus kehamilan 12 minggu tanpa

disertai penyulit lain.

3) Ekstirpasi

4) Biasanya untuk myoma submukosa bertangkai atau myoma lahir / geburt

umumnya dianjurkan dengan tindakan dilatasi dan kuretase.

5) Laparatomi . momektomi

6) Bila fungsi reproduksi masih diperlukan.

7) Histerektomi

8) Bila fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi, pertumbuhan tumor sangat cepat

sebagai tindakan hemostasis. (Crisdiono, 2004)

B. Konsep Model Adaptasi Roy

1. Konsep Dasar Model Keperawatan Sister Calista Roy

Sister Calissta Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober 1939, Roy

mengembangkan ilmu dan filosofinya berdasarkan 3 asumsi dasar, yaitu :

a. Asumsi dari Teori Sistem

1) Sistem adalah seperangkat bagian yang saling berhubungan dari satu bagian ke

bagian lain.

2) Sistem adalah bagian dari yang berfungsi bagian yang satu dengan yang lain

saling ketergentungan.

3) Sistem mempunyai input, out put, control, proses dan umpan balik. Input

merupakan umpan balik yang juga disebut informasi.

Page 12: model konsep adaptasi roy

4) Sistem kehidupan lebih kompleks dari system mekanik, mempunyai standard dan

umpan balik langsung terhadap fungsinya.

b. Asumsi dari Teori Melson

1) Perilaku manusia adalah hasil adaptasi dari lingkungan dan kekuatan organisme

2) Perilaku adaptif adalah berfungsinya stimulus dan tingkatan adaptasi, yang dapat

berpengaruh terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus

residual.

3) Adaptasi adalah proses adanya respon positif terhadap perubahan lingkungan.

4) Respon merupakan refkleksi keadaan organisme terhadap stimulus

c. Asumsi dari Humanism

1) Individu mempunyai kekuatan kreatif

2) Perilaku individu mempunyai tujuan dan tidak selalu dalam lingkaran sebab

akibat Manusia merupakan makhluk holistic.

3) Opini manusia dan nilai yang akan dating

4) Mobilisasi antar manusia bermakna

2. Faktor Penting Dalam Teori Adaptasi Roy

Ada 4 faktor penting dari Roy adalah manusia, sehat-sakit, lingkungan dan keperawatan

yang saling terkait, yaitu sbb:

a. Manusia

Sistem adaptasi dengan proses koping. Menggambarkan secara keseluruhan bagian –

bagian. Terdiri dari individu atau dalam kelompok (keluarga, organisasi, masyarakat,

bangsa dan masyarakat secara keseluruhan). Sistem adaptasi dengan cognator dan

regulator, subsistem bertindak untuk memelihara adaptasi dalam 4 model adaptasi :

fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan saling ketergantungan.

b. Lingkungan

Semua kondisi, keadaan dan pengaruh lingkungan sekitar, pengaruh perkembangan

dan tingkah laku individu dalam kelompok dengan beberapa pertimbangan saling

menguntungkan individu dan sumber daya alam. Tiga jenis stimulasi : fokal

Page 13: model konsep adaptasi roy

stimulasi, kontekstual stimulasi, dan residual stimulasi. Stimulasi bermakna dalam

adaptasi semua manusia termasuk perkembangan keluarga dan budaya.

c. Sehat-Sakit

Kesehatan merupakan pernyataan dan proses keutuhan dan keseluruhan refleks

individu dan lingkungan yang saling menguntungkan. Adaptasi : proses dan hasil

dimana dengan berfikir dan merasakan seperti individu dan kelompok, menggunakan

kesadaran dengan memilih untuk membuat kesatuan individu dan lingkungan.

Respon adaptif : respon yang meningkatkan integritas dalam masa antara tujuan dan

sistem individu, yang bertahan, tumbuh, reproduksi, penguasaan, personal dan

perubahan lingkungan. Inefektif respon : respon tidak berkontribusi untuk keutuhan

pencapaian tujuan. Tujuan adaptasi menunjukkan kondisi proses kehidupan yang

menggambarkan tiga perbedaan level yaitu : integrasi, kompensasi dan kompromi.

d. Keperawatan

Keperawatan adalah ilmu dan praktek yang memperluas kemampuan adaptasi dan

mempertinggi perubahan individu dan lingkungan. Tujuan adalah meningkatkan

adaptasi untuk individu dan kelompok dalam empat adaptasi model yang

berkontribusi untuk kesehatan, kualitas hidup dan kematian dengan bermartabat. Ini

adalah pekerjaan pengkajian tingkah laku dan faktor-faktor yang mempengaruhi

adaptasi dan intervensi untuk mempertinggi kemampuan dan memperluas interaksi

lingkungan.

3. Asumsi Dasar Teori

Model Adaptasi dari Roy ini dipublikasikan pertama pada tahun 1970 dengan asumsi

dasar model teori ini adalah : Setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat

positif maupun negatif. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga

komponen yaitu ; penyebab utama terjadinya perubahan, terjadinya perubahan dan

pengalaman beradaptasi. Individu selalu berada dalam rentang sehat – sakit, yang

berhubungan erat dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara

kemampuan adaptasi.

Roy menjelaskan bahwa respon yang menyebabkan penurunan integritas tubuh akan

menimbulkan suatu kebutuhan dan menyebabkan individu tersebut berespon melalui

Page 14: model konsep adaptasi roy

upaya atau perilaku tertentu. Setiap manusia selalu berusaha menanggulangi perubahan

status kesehatan dan perawat harus merespon untuk membantu manusia beradaptasi

terhadap perubahan ini.

Terdapat 3 tingkatan stimuli adaptasi pada manusia, diantaranya;

a. Stimuli Fokal yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan

mempunyai pengaruh kuat terhadap seorang individu.

b. Stimuli Kontekstual yaitu stimulus yang dialami seseorang dan baik internal maupun

eksternal yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur

secara subyektif.

c. Stimuli Residual yaitu stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada atau

sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar

dilakukan observasi.

Proses adaptasi yang dikemukakan Roy:

a. Mekanisme koping. Pada sistem ini terdapat dua mekanisme yaitu pertama

mekanisme koping bawaan yang prosesnya secara tidak disadari manusia tersebut,

yang ditentukan secara genetik atau secara umum dipandang sebagai proses yang

otomatis pada tubuh. Kedua yaitu mekanisme koping yang didapat dimana coping

tersebut diperoleh melalui pengembangan atau pengalaman yang dipelajarinya

b. Regulator subsistem. Merupakan proses koping yang menyertakan subsistem tubuh

yaitu saraf, proses kimiawi, dan sistem endokrin.

c. Cognator subsistem. Proses koping seseorang yang menyertakan empat sistem

pengetahuan dan emosi: pengolahan persepsi dan informasi, pembelajaran,

pertimbangan, dan emosi.

Page 15: model konsep adaptasi roy

III. APLIKASI MODEL KONSEP ADAPTASI ROY PADA STUDI KASUS MYOMA

UTERI PADA KLIEN M

A. PENGKAJIAN

1. Riwayat Pasien

a. Identitas

Ny S, usia 30 tahun, Islam, pekerjaan buruh tani, suku Jawa, status : Cerai

b. Keluhan Utama

Nyeri pada perut bagian bawah, skala nyeri menurun saat klien duduk atau

berdiri, meningkat saat tirah baring terlalu lama.

c. Riwayat Obstetri

1) Riwayat Menstruasi

Klien lupa usia berapa tahun pertama menarche,siklus mens klien sebelum

sakit 5-7 hari, namun pada bulan desember 2012 klien mengatakan siklus

mensnya memanjang sampai 15 hari.

2) Riwayat Perkawinan

Klien Ny S menikah 1 kali dengan Tn M pada usia 14 tahun, Namun

kemudian bercerai.

3) Riwayat Kehamilan dan Persalinan

G0P0A0, klien mengatakan belum memiliki anak

4) Riwayat Kelainan Obstetri

Klien mengatakan sakit yang dialaminya sudah 5 tahun, namun karena

terkendala biaya klien hanya membawa priksa ke puskesmas.

5) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

Klien mengatakan tidak pernah menggunakan kontrasepsi

d. Riwayat Ginekologi

Klien mengatakan mulai merasa ada benjolan di vagina sejak 5 tahun yang lalu

e. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien sebelumnya mengeluhkan nyeri hebat didaerah perut bagian bawah,

kemudian klien memeriksakan ke puskesmas, di puskesmas klien menjalani rawat

inap selama 2 hari, kemudian oleh puskesmas klien dirujuk ke RSD Dr. Soebandi

Jember.

Page 16: model konsep adaptasi roy

f. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan tidak memiliki keluhan penyakit yang berkaitan dengan DM

dan Hipertensi.

g. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki sakit seperti klien

h. Riwayat Perkembangan

Ny. S belum memiliki anak

i. Riwayat Psikososial

Ny M beragama Islam, suku Madura, Tn S beragama Islam suku Madura.

Pernikahannya dengan Tn M kandas sejak 17 tahun yang lalu

j. Status Sibling

Tidak ada sibling

k. Pola Seksualitas

Klien telah bercerai dengan suaminya sejak 17 tahun yang lalu dan sampai saat ini

belum menikah kembali.

2. Aplikasi Teori Adaptasi Roy

a. Pengkajian Tahap Pertama

1) Physicological Mode

a) Oksigenasi

Pernafasan 20 kali/menit, nadi 80 kali /menit, tekanan darah 110/70,

Capilary refill time < 2 detik, tidak ada retraksi, tidak ada penggunaan

otot bantu pernafasan, tidak ada PCH, ekspansi dada maksimal.

b) Nutrisi

Klien tidak mengalami gangguan pada nutrisi, klien selalu

menghabiskan porsi makan dari RS,

c) Eleminasi

Klien terpasang DC , tidak ada keluhan BAB

d) Aktifitas dan Istirahat

Aktifitas klien sejak klien di RS dibantu oleh anggota keluarganya

secara bergantian. Klien memiliki tingkat ketergantungan sebagian.

Page 17: model konsep adaptasi roy

e) Proteksi

Kulit klien utuh, tidak ada lesi pada kulit

f) Sense

Klien kadang merasa ada penekanan pada daerah perut bagian bawah,

klien kadang juga merasakan nyeri pada perut bagian bawah.

g) Cairan dan elektrolit

Pola minum klien tidak mengalami gangguan, turgor kulit klien baik,

klien mendapatkan ekstra cairan melalui IV (Ringer Laktat)

h) Fungsi Neurology

Kesadaran compos mentis, daya ingat baik , fungsi kognitif baik, tida

ada gangguan fungsi neurology

i) Fungsi Endokrin

Tidak ada masalah pada gangguan hormonal, klien tidak mengalami

kelainan pada kelenjar thyroid

2) Self Concept Mode

a) Physical Self

Klien mengatakan tidak ada perunbahan yang sigifikan atas kondisi

yang dihadapi, klien hanya merasakan adanya perubahan pada area

vagina karena adanya penonjolan, yang keluar dari vagiana, sejak

adanya penonjolan tersebut pola hubungan seksual mulai terganggu,

klien jarang berhubungan dengan suaminya karena takut memperparah

kondisi klien

b) Personal Self

Klien merasa kurang percaya diri,kalien merasa malu dengan

kondisinya ssat ini. Klien berharap penyakit yang ia derita segera

dapat disembuhkan.

3) Role Function Mode

Klien merasakan kecemasan akan prognosis dari penyakitnya, klien juga

mengalami ansietas akan operasi yang akan dilakukan.

Page 18: model konsep adaptasi roy

4) Independent Mode

Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, hubungan dengan suaminya

juga baik, bila klien memiliki masalah dibicarakan dengan suaminya.

b. Pengkajian Tahap Kedua

1) Faktor Fokal

Klien datang ke RS untuk memeriksakan benjolan pada vaginanya, klien kadang

mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah. Klien sering bertanya kenapa ada

benjolan pada vaginanya, koping klien cukup adaptif dalam menghadapi

persoalan yang terjadi.

2) Faktor Kontekstual

Klien berusia 40 th, dengan riwayat Obstetri G7P7A0M3, klien kurang

memahami sakit yang dialaminya, klien kadang bertanya mengenai penyakitnya.

Klien sangat membutuhkan informasi mengenai penyakitnya.klien juga

mencemaskan akan operasi yang akan dilaluinya

3) Faktor Residual

Klien mengatakan belum pernah menjalani operasi. Klien mengatakan ketiga

anaknya telah meninggal.sehingga klien memerlukan dukungan dan informasi

mengenai operasi yang akan dijalani klien.

3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum sedang, tanda – tanda vital pernafasan 20 kali/menit, nadi 80 kali

/menit, tekanan darah 110/70, Capilary refill time < 2 detik, tidak ada PCH ,

kesadaran Compos Mentis, secara umum penampilan klien bersih. Kepala : rambut

bersih, distribusi rata dengan ada uban pada rambut, konjungtiva anemis, sclera tidak

ikterik, palpebral tidak edema, tidak ada keluhan pada pandangan . hidung bersih,

tidak ada pembesaran tonsil, mulut bersih, tidak ada kesulitan dalam menelan. Dada

simetris, tidak ada retraksi, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, ekspansi

dada maksimal, suara nafas vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing, ictus

cordis tampak pada midclavicula sinistra, dan teraba pada ics ke 5 midclavikula

sinistra, bunyi jantung normal s1 dan s2 tunggal. Abdomen : perut cembung , adanya

nyeri tekan pada abdomen bagian bawah. Vulva / vagina muncul penonjolan dengan

ukuran sekitar 10cm x 15 cm. penonjolan berdarah dan bertangkai, klien terpasang

Page 19: model konsep adaptasi roy

DC, rectum : klien mengatakan tidak ada hemoroid, namun klien kesulitan untuk

BAB karena adanya penonjolan yang keluar dari vagina. Ekstremitas, tidak ada

edema, pergerakan bebas,kekuatan otot maksimal.

4. Analisa Data

a. Analisa I

Data Subyektif

Klien mengatakan tidak mencemaskan akan operasi yang akan dilakukan, klien

berharap operasi dapat segera dilakukan karena klien ingin segera sembuh agar

dapat melakukan aktifitas sehari – hari dengan lancer.

Data obyektif

Klien berusia 30 tahun, klien telah bercerai dari suaminya, setiap harinya klien

didampingi kakaknya.

Masalah :

(Wellnes) Mekanisme koping efektif

Kemungkinan penyebab:

b. Analisa II

Data Subyektif

Klien mengatakan, klien merasa nyeri pada perut bagian bawah, nyeri perut

dirasakan saat klien terlalu lama berbaring, dan berkurang saat klien duduk atau

berdiri.

Data Obyektif

Klien pre op, akan menjalani operasi 2 hari lagi,

Masalah :

Nyeri

Kemungkinan penyebab :

Proses penyakit sekunder terhadap adanya myoma uteri

c. Analisa III

Data subyektif

Page 20: model konsep adaptasi roy

Klien mengatakan nyeri hebat pada luka bekas post op, nyeri dengan skala 9,

nyeri terlokalisir pada daerah operasi, meningkat saat klien mobilisasi.

Data obyektif

Klien post Op hari ke 0, klien operasi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Mekanisme koping inefektif yang berhubungan dengan kurangnya support social dan

kurangnya sumber informasi mengenai operasi

2. Mekanisme koping efektif yang berhubungan dengan pengalaman menghadapi nyeri

C. Rencana Tindakan

1. Diagnosa Keperawatan (1)

a. Tujuan

Klien memiliki koping efekti dalam menghadapi operasi yang akan dijalani.

b. Kriteria Hasil

Klien mampu memanajemen mekanisme koping efektif terhadap operasi yang akan

dilakukan.

c. Intervensi

1) Jalin hubungan saling percaya dengan klien

R/ hubungan saling percaya dapat memaksimalkan efektifitas intervensi

2) Berikan klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya

R/ untuk mengetahui alas an klien mencemaskan operasi yan akan berjalan

3) Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai penyakitnya

R/ untuk mengetahui seberapa jauh klien mengerti tentang penyakitnya

4) Berikan informasi mengenai penyakit klien, pengobatan, prognosis

R/ informasi yang tepat akan membuat klien mengerti akan tujuan dari setiap

tindakan yang akan dilakukan kepada klien sehingga mengurangi kecemasan

klien.

5) Berikan klien kesempatan untuk bertanya

R/ memberikan informasi yang mungkin belum dimengerti oleh klien

Page 21: model konsep adaptasi roy

6) Berikan informasi kepada keluarga tentang pentingnya pendampingan keluarga

ditengah-tengah klien

R/ dukungan orang terdekat dapat memberikan motivasi kepada klien sehingga

klien mampu beradaptasi terhadap kodisi pre operasi.

2. Diagnosa Keperawatan (2)

a. Tujuan

Klien mampu mempertahankan mekanisme koping efektif terhadap nyeri yang

dirasakan

b. Kriteria Hasil

Klien mampu mengungkapkan tentang penggunaan koping selama klien

mengalami nyeri,

Klien mampu mendemonstrasikan teknik koping efektif saat nyeri

c. Intervensi

1) Gali kemampuan dan penggunaan koping yang dimiliki klien selama ini.

R/ mengidentifikasi lebih lanjut koping yang dimiliki klien

2) Gali penggunaan koping selama nyeri terjadi

R/ mengidentifikasi kemampuan koping klien terhadap masalah

3) Diskusikan efektifitas koping yang selama ini digunakan dalam menghadapi

masalah.

R/ penggunaan koping yang efektif dapat mengkondisikan pasien

4) Diskusikan dengan klien tentang bagaimana jika mekanisme koping yang

ada tidak mampu mengatasi masalahnya.

R/ mengidentifikasi kemampuan klien dalam memilih alternative koping

yang efektif

5) Diskusikan dengan klien tentang jenis-jenis koping yang adaptif dan kurang

adaptif

R/ pengetahuan klien tentang koping adaptif dapat meningkatkan

kemampuan klien dalam memilih koping yang tepat.

D. Implementasi

Page 22: model konsep adaptasi roy

1. Diagnosa (1)

a. Berkenalan dengan klien dan menjalin hubungan saling percaya

Respon : klien menerima ajakan perkenalan dan klien kooperatif dalam

berinteraksi.

b. Berikan klien kesempatan unuk mengungkapkan perasaannya

Respon : klien mengungkapkan hal – hal yang membuatnya cemas, klien takut

apabila operasi yang dijalani menyakitkan, dank lien juga takut bila operasi gagal.

c. Mengkaji tingkat pengetahuan klien mengenai penyakitnya

Respon : klien mengatakan bahwa yang ia ketahui penyakitnya adalah penyakit

tumor

d. Berikan informasi mengenai penyakit klien, pengobatan, prognosis

Respon : klien mendengarkan dengan seksama penjelasan yang diberikan, klien

tampak lebih mengerti tentang penyakit, prognosis dan pengobatan terhadap

penyakitnya

e. Berikan klien kesempatan untuk bertanya

Respon : klien menanyakan tentang operasi yang akan dijalani, berapa lama,

apakah nantinya akan sakit.

f. Berikan informasi kepada keluarga tentang pentingnya pendampingan keluarga

ditengah-tengah klien

Respon : keluarga mendengarkan dengan seksama penjelasan yang diberikan.

2. Diagnosa (2)

a. Menggali kemampuan dan penggunaan koping yang dimiliki klien selama ini.

Respon : klien mampu mengguankan koping yang efektif saat nyeri timbul.

b. Menggali penggunaan koping selama nyeri terjadi

Respon : selama ini ketika nyeri klien mengatasinya dengan mengunakan teknik

nafas dalam, dan mencari posisi yang nyaman untuk menghindari nyeri

c. Mendiskusikan efektifitas koping yang selama ini digunakan dalam menghadapi

masalah.

Page 23: model konsep adaptasi roy

Respon : klien mampu mengatakan bahwa selama ini tenik koping yang dipakai

oleh klien mampu meminimalisir nyeri yang timbul

d. Mendiskusikan dengan klien tentang bagaimana jika mekanisme koping yang ada

tidak mampu mengatasi masalahnya.

Respon : klien mengatakan bila mekanisme koping yang digunakan tidak mampu

mengatasi nyeri klien memilih untuk menahan rasa nyeri yang ada,

e. Mengidentifikasi kemampuan klien dalam memilih alternative koping yang

efektif

Respon : klien belum mampu memilih alternative koping yang efektif dalam

menghadapi masalah.

f. Diskusikan dengan klien tentang jenis-jenis koping yang adaptif dan kurang

adaptif

Respon : klien mampu mengikuti diskusi dengan baik dank lien mengerti jenis-

jenis koping yang efektif dan maladaptive

E. EVALUASI

1. Diagnosa Keperawatan (1)

Subyektif :

Klien belum mampu menyebutkan prognosis dan pengobatan untuk penyakitnya,

Klien mampu mengerti tentang penyakitnya

Obyektif :

Klien menjalani operasi pengangkatan tumor untuk pertama kalinya,

Analysa

Klien belum mampu menggunakan koping yang efektif dalam menangani kondisi

psikologis sebelum pre operasi

Planing

Memberikan intervensi ulang kepada klien sampai klien memiliki koping yang efektif

dalam menghadapi kondisi pre operasi.

Page 24: model konsep adaptasi roy

2. Diagnosa Keperawatan (1)

Subyektif :

Koping klien selama ini mampu mengatasi masalah nyeri ang dihadapi klien

Obyektif :

Klien mampu mendemonstrasikan teknik koping yang digunakan, wajah klien tampak

rileks

Analisa

Mekanisme koping yang digunakan klien mampu mengatasi masalah nyeri yang

dihadapi

Planning :

Menganjurkan klien untuk mempertahankan mekanisme koping efektif yang

dilakukan oleh klien.