Ca Paru
-
Upload
wahab-ropek -
Category
Documents
-
view
35 -
download
0
Transcript of Ca Paru
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker Paru
Latar belakang
Kanker paru merupakan kanker kedua yang paling sering pada laki – laki, dan
penyebab kematian akibat kanker baik pada laki – laki dan wanita ( 32%). Diperkirakan
169,400 kasus baru pada tahun 2002 telah didiagnosa, yang merupakan 14 % dari semua
kanker . Setiap tahun kanker primer dari paru terjadi pada 94.000 laki – laki dan 78.000 pada
wanita di Amerika Serikat , 86% dari keseluruhannya meninggal setlah 5 tahun . hal ini
membuat kanker paru menjadi penyebab kematian tertinggi pada pria dan wanita untuk segala
jenis ras . Kejadian kanker juga berkisar antara 55 dan 65 tahun . Kematian kanker paru
sekitar 31% dari semua kejadian kanker pada pria dan sekitar 25% dari seluruh kejadian
kanker pada wanita. Diperkirakan sekitar 171.500 kasus baru dari kanker paru didiagnosa di
Amerika Serikat pada tahun 1998 . Kematian akibat kanker paru di AS sekitar 160.100
kematian setiap tahunnya , angka ini menjadikan kanker paru sebagai penyebab kematian
tertinggi akibat kanker di Amerika dan juga di Eropa. Penyakit kanker paru digambarkan
sebagai suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel paru. Kanker dapat menyebabkan
kematian dengan cara penekanan kanker terhadap organ – organ yang disekitarnya, dan juga
dengan cara menyebar ke tempat yang jauh melewati darah , limfe dan permukaan. Biasanya
gejala tumor paru tidak akan muncul pada stadium awal tetapi akan muncul pada stadium
akhir sehingga penyakit kanker paru sering terdiagnosa pada pemerikasaan medis yang lain,
biasanya pemerikasaan tersebut memerlukan foto thorax ataupun CT scan thorax. Penyakit
kanker paru merupakan penyebab kematian yang sering di amerika serikat faktor yang sangat
berperan adalah rokok , penangannya didasarkan pada struktur histology dari kanker itu.
Tindakan pembedahan sangat dianjurkan pada kanker tipe tertentu.
Definisi
Kanker paru digolongkan sebagai penyakit yang ditandai dengan tidak terkendalinya
pertumbuhan sel paru. Kanker paru dapat membunuh dengan cara melakukan invasi yang
bersifat merusak ke jaringan atau organ disekitarnya yang masih sehat atau menyebar ke
bagian tubuh yang jauh melalui darah , limfa , dan permukaan serus . Sifat sel kanker yang
tidak normal ini sering dihubungkan dengan mutasi genetik , translokasi kromosom , dan
sekresi hormon serta enzim yang tidak normal. Setiap kanker paru memiliki bentuk klinis
yang berbeda – beda.
Epidemiologi
Kanker paru merupakan salah satu keganasan organ viseral yang paling banyak dan
umum ditemukan, tercatat dimana sepertiga dari seluruh kematian karena kanker disebabkan
oleh kanker paru dan merupakan kanker yang paling banyak berhubungan dengan kematian
karena kanker pada kedua jenis kelamin baik pria maupun wanita. Di Amerika Serikat tercatat
angka insidennya 172.000 kasus baru per tahun. Kanker paru merupakan salah satu kanker
yang paling letal di dunia, tercatat 3 juta kematian disebabkan karena kanker paru. Akhir-
akhir ini terjadi penurunan angka insidens pada laki-laki sebaliknya terjadi peningkatan
insidens pada wanita dimana meningkatnya kasus baru kanker paru tipe NSCLC (non-small
cell lung cancer) secara relatif pada wanita muda yang bukan perokok.
Patofisiologi
Kebanyakan dari teori – teori tentang karsinogenesis melibatkan tiga langkah penting
yaitu inisiation, promotion dan progression. Begitu juga pada patofisiologi terjadinya kanker
paru. Inisiation Inisiasi diawali dengan kerusakan atau mutasi dari DNA yang terjadi ketika
sel – sel tubuh kita terpapar oleh berbagai zat ( seperti kimia , virus , radiasi ) selama replikasi
DNA (transkripsi ) . Dalam kondisi normal , enzym akan mendeteksi kerusakan dalam proses
transkripsi dan memperbaikinya, tetapi kadang kerusakan ini tidak terdeteksi. Ketika
kerusakan ini berhasil dideteksi maka akan terjadi proses perbaikan dan menghentikan
pembelahan berikutnya , tetapi apabila kerusakan itu tidak berhasil dideteksi maka akan
menjadi mutasi yang permanen . Promotion Promosi ini melibatkan promoters ( paparan yang
menyebabkan mutasi ) dapat terjadi segera setelah inisiasi atau beberapa tahun berikutnya ,
pada kejadian kanker paru promoters yang paling sering adalah nikotin pada rokok, yang
mampu mengubah fungsi dari sel , respon dari sel terhadap hormon pertumbuhan , dan
komunikasi antar sel . Progression Para ahli percaya tahap ini merupakan tahap yang paling
bebahaya, dimana akan meng-invasi, metastase , dan menjadi resisten terhadap obat . tahap ini
bersivat irreversible.
Etiology
Merokok sampai saat ini merupakan faktor resiko utama dari kanker paru , sekitar
87% kanker paru diperkirakan disebabkan karena merokok dan sisanya dari perokok pasif.
Semakin lama seseorang terpapar dengan rokok maka semakin besar resiko menderita kanker
paru. Para perokok pasif ( secondhand smoker ) juga beresiko menderita kanker paru sebesar
30% dari orang yang tidak merokok. Asbes juga dikatakan menjadi salah satu faktor resiko
terjadinya kanker paru dimana , para pekerja yang bergerak dibidang asbes dikatakan
mempunyai resiko sebesar 7 kali lebih besar menderita kanker paru ,terpapar oleh asbes
merupakan faktor resiko yang paling penting dari terjadinya kanker paru . Asbes dihubungkan
sebagai penyebab keganasan pada mesotel atau mesotelioma. Kanker jenis ini berhubungan
dengan tumor pada pleura dan bukan tipe dari kanker paru. Paparan asbes meningkatkan
resiko terjadinya kanker paru terutama pada perokok, resikonya 3 kali lebih besar jika
dibandingkan hanya dengan merokok saja. Sehingga resiko terjadinya kanker paru pada
perokok yang terpapar asbes meningkat menjadi 90 kali lipat. Radiasi- Radon merupakan
produk zat dari uranium 228 dan radium 226. menghirup gas radon dapat menyebabkan
terjadinya kanker paru, dikatakan radon menjadi penyebab terjadinya kanker sebesar 5% dari
semua kejadian kanker paru di United Kingdom , dimana berdasakan meta analisi dikatakan
bahwa dosis radon yang dapat menimbulkan faktor resiko sebesar 150 Bq/m3. Polusi udara-
polusi udara juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kanker paru , termasuk diantaranya
adalah hasil pembakaran dari batu bara dan kayu bakar dan hidrokarbon dari minyak goreng
panas, dibeberapa kota di dunia dikatakan polusi udara bisa menyebabkan terjadinya kanker
paru walaupun resikonya lebih kecil daripada merokok Silica- Beberapa studi kohort
mengatakan bahwa pada orang dengan silicosis memiliki peningkatan ratio terhadap
terjadinya kanker paru antara 2 sampai 4 kali lebih besar. Faktor keturunan- Salah satu studi
dari case-control menyebutkan bahwa resiko terjadinya kanker paru pada mereka yang
merokok dengan riwayat keluarga menderita kanker paru jauh lebih besar dari mereka yang
merokok pada kelompok kontrol studi yang lainnya di iceland juga dikatakan bahwa resiko
terjadinya kanker paru menjadi dua kali lebih besar pada sibling atau orang tua menderita
kanker paru. Makanan- Dimana dikatakan faktor makanan juga menjadi salah satu faktor
resiki terjadinya kanker paru , dimana rendahnya mengkonsumsi makanan yang mengandung
ß- karoten dapat menyebabkan terjadinya kanker paru
Patology
Berdasarkan kriteria WHO 1999 ada 4 jenis sel kanker paru berdasarkan histologisnya
yaitu karsinoma sel skuamus, adenokarsinoma, kanker tipe sel besar, dan kanker tipe sel
kecil.Untuk memudahkan pembagian jenis sel kanker tersebut dilakukan pembagian sel
kanker berdasarkan klinis dan tujuan terapinya yaitu kanker paru tipe sel kecil (SCLC) dan
kanker paru tipe bukan sel kecil (NSCLC).
Gejala Klinis
Pada satu populasi 1539 kanker paru dari new Hampshire and Vermont hanya 2% ( 28
pasien ) yang asimptomatis , kebanyakan dari penderita yang asimptomatis ini terdiagnosa
setelah dilakukan pemerikasaan rontgen , pada dasarnya gejala tumor paru ini dibagi menjadi
3 kategori berdasarkan gejala lokal yang timbul , penyakit metastatis dan sindrome
paraneoplastik. Kebanyakan manifestasi yang muncul berupa gejala lokal dan metastase
sedangkan paraneoplastik sindrome jarang bermanifestasi.
1. Gejala lokal
Gejala yang umunya terjadi pada penderita kanker paru adalah batuk , dimana
terjadi pada hampir 45%-75% dari semua pasien dan biasanya berhubungan dengan
produksi sputum , produksi sputum yang banyak dinamakan bronchorhea , terjadi pada
sekitar 15% pasien dengan carcinoma sel bronkoalveolar. Bronchorea sangat jarang terjadi
pada subtipe yang lain. Sesak terjadi pada sepertiga sampai setengah dari seluruh pasien
kanker paru. Ini juga merupakan gejala yang nonspesifik dan berhubungan dengan
penyakit COPD. Sulit bernafas pada pasien kanker paru mungkin berhubungan dengan
banyak faktor , termasuk obstruksi saluran nafas , obstruksi pneumonitis atau atelektasis ,
penyebaran limfangitis , efusi pleura dan perikardial atau penyakit tromboemboli.
Hemoptisis juga dilaporkan pada 27% - 57% dari pasien kanker paru . walaupun
bronkhitis masih menjadi penyebab yang paling sering dari hemoptisis, tetapi kanker paru
terdiagnosa pada 19% - 29% semua pasien yang mengalami gejala hemoptisis, pada kasus
tersebut jumlah darah yang bercampur dengan dahak jumlahnya sedikit. Nyeri dada terjadi
pada seperempat sampai setengah pasien . Beberapa pasien mengalamai nyeri yang
intermiten pada hemithorax dimana tumor itu berada, hal ini tidak menunjukan terjadinya
invasi ke struktur yang berada didekatnya, tetapi pada nyeri yang berat dan persisten
menunjukan adanya invasi kanker ke dinding dada atau mediastinum, dan sering
dihubungkan dengan rib erosion. Whezing yang unilateral jarang terjadi , tetapi ketika hal
tersebut terjadi harus dicurigai adanya bronkogenik karsinoma yang menyebabkan
obstruksi saluran nafas. Obstruksi trakea mungkin akan menimbulkan stridor. gejala ini
selalu berhubungan dengan dispneu yang berat. Penurunan berat badan juga telah
dilaporkan pada 8%-68% dari semua kanker paru, ini merupakan gejala yang bersifat
lokal ,metastase atau sindrom paraneoplastik. Kebanyakan penurunan berat badan pada
kanker paru menunjukan adanya prognostik yang buruk.
2. Penyakit Metastase
Sekitar 70% pasien dengan kanker paru muncul dengan gejala – gejala yang
menunjukan adanya metastase intrathorax atau extrathorax. Efusi pleura umumnya
disebabkan oleh penyebaran tumor ke pleura. Efusi perikardial juga dapat terjadi pada
penyebaran kanker ke perikardium dan epikardium. Serak , pada kanker paru disebabkan
oleh penekanan nervus rekuren laring , hal ini dilaporkan pada 2% sampai 18% kasus. Hal
ini kebanyakan terjadi pada tumor sebelah kiri , karena nervus rekuren berjalan
mengelilingi arkus aorta. Vena cava superior sindrom mungkin timbul dari penekanan
atau invasi vena besar oleh kelenjar limenodus di mediastinum atau oleh tumornya
sendiri. Hal ini paling sering disebabkan oleh karsinoma tipe sel kecil. Gejala dari
sindrom vena cava superior termasuk sakit kepala, dengan perasaan penuh dikepala dan
sesak nafas. Tanda fisik yang biasa ditemukan seperti bengkak pada wajah atau extremitas
atas, plethora, pelebaran vena leher. Sindrom vena cava superior ditemukan pada 4% dari
2000 pasien kanker paru. Brachial plexopathy sering disebabkan oleh tumor di atas sulkus
superior paru, yang sering disebut dengan pancoast tumor , gejala yang muncul berupa
perasaan nyeri pada daerah yang dipersarfi oleh C-8, T-1 dan T-2, sindrom horner
(enophthalmos, ptosis, miosis, and facial anhidrosis), kerusakan pada tulang iga , dan
atropi otot tangan, nyeri bahu dan kelemahan kelopak mata. Biasanya keluhan sindrom
horner dan sindrom pancoast terjadi secara bersamaan. Organ yang paling sering terlibat
pada metastase jauh dari kanker paru adalah otak , tulang, liver , kelenjar adrenal dan
kulit. Kanker paru dapat bermetastase ke tulang, terutama tulang belakang , dapat juga
bermetastase ke hati yang menimbukan gejala lemah dan penurunan berat badan. sakit
kepala ,mual , muntah, gejala fokal neurologik. kejang merupakan tanda adanya metastase
ke otak.
3. Sindroma Paraneoplastik (Non metastatik)
Gejala yang ketiga adalah, yang menunjukan adanya manifestasi sistemik yang
non metastase (sindrom paraneoplastik) , gejala ini muncul akibat adanya produksi
substansi yang aktif oleh tumor paru itu sendiri atau respon tubuh sendiri terhadap tumor.
Secara klinis gejala ini muncul pada 10-20% pasien dengan kanker paru. Gejalanya
bersifat sistemik seperti terjadinya penurunan berat badan , anoreksia, demam. Pada
hematologi ditemukan adanya anemia , lekositosis. Pada sistem neurologi ditemukan
adanya demensia , ataksia , tremor dan neuropati perifer. Pada sistem endokrin yang
paling sering ditemukana adalah adanya sekresi yang berlebihan dari hormon paratiroid
( hiperkalsemia).
Diagnosis
Kebanyakan dari kasus kanker paru ditegakkan dari hasil temuan foto rontgen
thorax .Definit diagnosa dari kanker paru mungkin ditegakkan dengan pemeriksaan sitologi
jaringan yang diperoleh dari tumornya sendiri. Teknik diagnostik spesifik adalah sitologi
sputum , bronkoskopi fiberoptik , biopsi pleural dan analisis cairan, fine needle aspiration
(FNA), mediastinoscopy, dan thorakotomi. Semua pasien dengan kanker paru seharusnya
dilakukan pemerikasaan CT-Scan thorax, dengan kontras bila mungkin. MRI juga dapat
dilakukan apabila dicurigai telah terjadi invasi ke pembuluh darah, bone scan dilakukan
apabila terdapat kecurigaan metastase ke tulang.
Deteksi dini Kanker Paru
Langkah pertama adalah secara radiologis dengan menentukan apakah lesi intratorakal
tersebut jinak atau ganas. Bila fasilitas ada , dengan teknik positron emission tomografi (PET)
dapat dibedakan kedua jenis kanker tersebut. Kemudian tentukan letaknya apakah sentral atau
perifer, yang bertujuan menentukan cara pengambilan jaringan tumor. Pada foto thorax PA
dan lateral dapat dilihat adanya gambaran massa di daerah hilus atau parahiler atau apeks, lesi
parenkim, obstruksi, kolaps di daerah peripleura dan pembesaran mediastinum. Pemeriksaan
CT-scan dada lebih sensitif dibandingkan dengan foto dada PA karena dapat mendeteksi
massa ukuran 3 mm. MRI biasanya dilakukan untuk mengetahui adanya penyebaran tumor ke
tulang belakang. Pemeriksaan Bone scanning juga dilakukan untuk mengetahui adanya
metastasis tumor ke tulang. Zat radioaktif yang dialirkan pada pembuluh darah yang melayani
tulang yang dicurigai telah mengalami metastasis akan diserap oleh sel kanker yang kemudian
di scan akan memperlihatkan gambaran berbeda dari sel normal sekitarnya.
Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi dilakukan dengan pemeriksan sitologi sputum terutama pada
kasus tumor paru yang menginvasi saluran nafas dengan gejala batuk. Dalam pemeriksaan
mikroskopis akan ditemukan gambaran sel-sel kanker dalam sputum. Pemeriksaan ini tidak
invasif. Pada kanker yang letaknya sentral pemerikasaan sputum yang baik dapat memberikan
hasil yang positif sampai 67%-85% pada kasrsinoma sel skuamosa, dan saat ini sedang
dikembangkan pemerikasaan menggunakan immune staining dengan Mab dengan antibody
624H12 untuk antigen SCLC dan antibody 703D4 untuk antigen NSCLC, laporan dari
National Cancer Institute menyatakan teknik ini memberikan hasil 91% sensitive dan 88%
spesifik.
Pemeriksaan Histopatologi
Merupakan standar baku penegakan diagnosis kanker paru. Pengumpulan bahannya
dapat melalui bronkoskopi, biopsi transtorakal, torakoskopi, mediastinoskopi dan torakotomi.
Hasil pemeriksaan dapat mengklasifikasikan tipe kanker. SCLC ditandai dengan gambaran
yang khas dari sel kecil mirip gandum dengan sitoplasma yang sedikit dalam sarang-sarang
atau kelompok tanpa organisasi skuamosa atau glandular. Pada karsinoma sel skuamus
ditandai dengan variasi sel-sel neoplasma yang berkeratin yang berdiferensiasi baik sampai
dengan tumor anaplastik dengan beberapa fokus diferensiasi. Pada adenokarsinoma ditandai
dengan sel-sel kanker berbentuk sel kelenjar dengan produksi musin dan dikelilingi dengan
jaringan desmoplastik di sekitarnya. Sedangkan pada karsinoma sel besar menunjukkan
gambaran histologi yang aneh dan tidak khas selain ketiga jenis lainnya, bisa dalam bentuk
skuamosa dan glandular dengan diferrensiasi buruk dengan sel datia, sel jernih dan varian sel
berbentuk kumparan di dalamnya. Teknik pengumpulannya dapat dilakukan dengan beberapa
cara.
Pemeriksaan Serologi
Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai penunjang diagnosis yaitu CEA
(carcinoma embryonic antigen), NSE (neuron-spesific enolase) dan Cyfra21-1
(Cytokeratinfragment19).
Staging Kanker Paru
Staging kanker paru menggunakan sistem TNM yaitu
T untuk tumor primernya,
N untuk terlibatnya kelenjar limfe
M untuk adanya metastase jauh
Sistem TNM ini biasanya digunakan pada jenis kanker bukan sel kecil (NSCLC) sedangkan
pada kanker tipe sel kecil biasa ditemukan dengan gambaran metastase yang jelas sehingga
prognosisnya tidak diperngaruhi oleh besar kecilnya tumor.
Sistem yang sering digunakan adalah limited stage disease dan extensive stage
disease: Staging pada kanker tipe bukan sel kecil (NSCLC )
I a :T1 N0 M0
I b : T2 N0 M0
II a : T1 N1 M0
II b : T2 N1 M0 ; T3 N0 M0
III a : T3 N1 M0 ; T1-3 N2 M0
IIIb : T1-4 N3 M0 ; T4 N1-3 M0
IV : T1-4 N1-3 M1
Keterangan :
Tx = terbukti ganas didapat dari secret bronkopulmoner, tapi tidak terlihat secara
bronkoskopis dan radiologist, tumor tidak bisa dinilai pada staging retreatment
Tis = carcinoma in situ (pre invasive carcinoma)
T1 = tumor, diameter < 3cm
T2 = tumor, diameter 3 cm atau terdapat atelektasis pada distal hilus
T3 = tumor ukuran apapun meluas ke pleura, dinding dada, diafragma, pericardium, < 2 cm dari karina, terdapat atelektasis total
T4 = tumor ukuran apapun invasi ke mediastinum atau terdapat efusi pleura maligna
N0 = tidak ada klenjar getah bening (KGB) yang terlibat
N1 = metastasis KGB bronkopulmoner atau ipsilateral hilus
N2 = metastasis KGB mediastinal atau sub carina
N3 = metastasis KGB mediastinal kontra lateral atau hilus atau KGB skalenus atau supraklavikular
M0 = tidak ada metastasis jauh
M1 = metastasis jauh pada organ (otak, hati, dll)
Staging Kanker tipe sel kecil
A. Limited stage disease
Stage ini menunjukan adanya gambaran tumor yang terbatas pada hemithorax dari
tumor itu berasal ,mediastinum , KGB supraklavikula yang bisa dicakup oleh sinar radiasi
(tolerable radiation therapy port), tidak ada definisi yang Universal untuk terminologi
tersebut.
B. Extensive stage disease
Pada stage ini tumor terlalu luas untuk digolongkan dalam limited stage disease,
pasien dengan metastase(M1) digolongkan pada stage ini.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari kanker paru berupa :
Pembedahan
Radioterapi
Kemoterapi
kombinasi
Terapi dari kanker paru sangat ditentukan dari jenis sel kanker dan stadiumkankertersebut.
Pembedahan
Pembedahan merupakan tindakan yang bisa dilakukan pada NSCLC, lobektomi
umumnya dilakukan dalam penanganan pasien NSCLC stage I dan II, cara ini dapat
menghilangkan semua penyakit dengan tetap memperhatikan fungsi paru, pneumektomi juga
dapat dilakukan pada tumor proksimal yang luas, sleeve resection juga bisa dilakukan pada
tumor karina yang lebih dari 2 cm, Teknik VATS (video-assisted thoracoscopic surgery )juga
dapat dilakukan pada pasien dengan kanker paru ,merupakan teknologi yang paling mutahir
pada saat ini, meminimalisasi teknik invasi yang mampu menurunkan morbiditas
pembedahan, termasuk nyeri pasca operasi. VATS dapat dilakukan sebagai tindakan
diagnostik dan terapi, dan sebagai teknik reseksi segmental dan luas pada penderita NSCLC.
Terapi pembedahan pada pasien NSCLC stage I dan II mempunyai angka keberhasilan yang
bervarisi dimana 50% pasien NSCLC stage I dan 30% pasien NSCLC stage II mampu
bertahan selama 5 tahun.
Radioterapi
Terapi radiasi dilakukan pada penanganan kanker tipe NSCLC yang tidak bisa
dilakukan tindakan pembedahan, dan pada penanganan post operative dengan reseksi (Stage
II). Terapi radiasi juga digunakan sebagai terapi alternative utama pada pembedahan pasien
dengan teknik reseksi, selain itu juga dapat digunakan pada terapi paliatif dengan komplikasi
(sindrom vena cava superior, dll). Pasien yang melakukan terapi ini adalah pasien yang tua,
menolak tindakan pembedahan , dan mempunyai faktor komorbid yang signifikan. Radiasi
dapat dilakukan sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi apabila
diperlukan. Pada penelitian dengan 347 penderita kanker paru NSCLC stage I dengan terapi
radiasi , yang mampu bertahan selama 5 tahun adalah 27% dan sisanya rata – rata hanya
mampu bertahan selama 27,5 bulan.
Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi dengan menggunakan obat anti kanker yang diberikan
secara oral maupun intravena , obat anti kanker ini akan mencapai jaringan tubuh melalui
sistemik ,sehingga sering digunakan pada pasien dengan metastase yang luas, kemoterapi
digunakan pada penanganan kanker tipe SCLC. Kemotherapi digunakan sebagai terapi baku
pada NSCLC mulai dari pasien dengan stage IIIA dan untuk pengobatan paliatif, kemotherapi
adjuvant diberikan mulai dari stage II cara pemberian setelah terapi definitif berupa
pembedahan, radiotherapy atau kombinasi keduanya. Sedangkan kemoterapi nonadjuvan
diberikan mulai dari stage II dimana terapi definitive seperti pembedahan dan radioterapi
diberikan diantaranya. Ada juga pemberian kemoterapi bersama dengan radioterapi yang
disebut dengan kemoradioterai konkomitan, dimulai dari stage III. Obat anti kanker ini selain
membunuh sel kanker juga dapat merusak sel tubuh yang normal efek samping yang mungkin
muncul pada pemberian obat anti kanker adalah mual ,muntah ,menurunnya nafsu makan,
kerontokan rambut, dan timbulnya sariawan, beberapa obat juga dilaporkan dapat
menimbulkan gejala diare. Selain itu juga dapat merusak produksi sel darah merah di sumsum
tulang, sehingga dapat terjadi leukopenia dan menimbulkan infeksi ,perdarahan minor,
perasaan lemah. Cisplatin dan carboplatin digunakan bersama dengan etoposide agar
menimbulkan efek yang optimal pada terapi SCLC beberapa obat yang baru pada saat ini
seperti gemcitabine, paclitaxel, vinorelbine, topotecan, and irinotecan menunjukan hasil yang
menjanjikan pada SCLC. Immunoterapi Pada dasarnya kanker paru dapat terjadi penurunan
respon immun, sehingga pada pasien kanker paru memungkinkan untuk diberikan peptide
vaccine therapy ,yang bertujuan untuk meningkatkan respon immune yang dapat membunuh
sel kanker itu sendiri. Hal ini telah dicoba pada pasien penderita SCLC. Hasilnya dapat
meningkatkan five year survival rate dari 34% menjadi 75% dibandingkan kelompok Kontrol.
Prognosis
Prognosis pasien dengan kanker paru dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor klinis
dan faktor histopatologi. A. Faktor klinis meliputi : 1. Adanya gejala dan tanda yang masif
dan jelas. Gejala dan tanda yang masif dan jelas dari adanya tumor seperti batuk, batuk darah,
nyeri dada dan sesak memberikan prognosis yang lebih buruk dibandingkan yang
asimptomatik. Dengan survival rate dalam lima tahun 41% berbanding 72%. 2. Keadaan
umum. Keadaan umum pasien mempengaruhi prognosis dimana pasien dengan keadaan
umum yang lebih baik memiliki prognosis lebih baik. Dengan survival rate selama lima tahun
7% lebih tinggi pada yang keadaan umum baik dibandingkan dengan keadaan umum yang
buruk. 3. Umur. Umur lebih tua memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan penderita
umur muda. 4. Jenis kelamin. Laki-laki dengan kanker paru memiliki prognosis yang lebih
buruk dibandingkan perempuan dengan perkecualian pada Adenocarcinoma. B. Faktor
histopatologi meliputi : 1. Status atau ukuran tumor. Semakin besar ukuran tumor prognosis
pasien semakin buruk. T1 memiliki survival rate dalam lima tahun sebesar 67-83%. T2
sebesar 50-65%. 2. Status kelenjar getah bening. Terlibatnya kelenjar getah bening pada
pasien kanker paru memperburuk prognosis pasien. Dengan perbandingan survival rate
selama lima tahun pada N1, N2 dan N3 sebesar 45% : 31% : 23%. 3. Status metastasis.
Adanya metastase jauh sel kanker memperburuk prognosis pasien. Dengan survival rate
selama lima tahun antara M0 berbanding M1 sebesar 50% : 14%. 4. Subtipe histologi. Kanker
paru tipe SCLC memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan NSCLC.
Sedangkan di antara karsinoma sel skuamus , Adenocarcinoma dan kanker sel besar memiliki
prognosis yang bervariasi. 5. Diferensiasi tumor. Tumor dengan diferensiasi buruk memiliki
prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan tumor yang berdiferensiasi dengan baik.
Dengan perbandingan survival rate selama lima tahun antara diferensiasi baik berbanding
diferensiasi buruk yaitu 87% : 71%. 6. Invasi pembuluh darah dan pembuluh limfe. Adanya
invasi tumor pada pembuluh darah dan limfe sekitarnya memberikan prognosis yang lebih
buruk dengan survival rate selam lima tahun sebesar 54% dibandingkan dengan tanpa invasi
sebesar 74%.
Kanker Paru-Paru Yang Menyebar Ke Tulang
Kanker paru-paru merupakan sumber penularan kanker ke tulang nomor 3, setelah
kanker payudara dan kanker prostat. Penderita biasanya berumur diatas 40 tahun dan usia
rata-rata dari penderita adalah sekitar 55 tahun. Selalu terdapat riwayat merokok. Penderita
mungkin tidak memiliki gejala selain lesi tulang yang nyeri. Jika seseorang mengalami
metastase dan sumber kankernya tidak dapat ditemukan, maka kemungkinan kankernya
berasal dari paru-paru atau ginjal. Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri. Fraktur
patologis biasanya didahului oleh nyeri yang semakin hebat beberapa minggu sebelumnya.
Pada beberapa kasus, penderita mencoba mengingkari atau tidak menghiraukan gejalanya.
Kadang lesi tulang diduganya sebagai otot yang tertarik atau kram, Gejala sistemik juga bisa
terjadi, seperti hiperkalsemia dan osteoartropati pulmoner hipertrofik (penebalan tulang
tubuler panjang dan pendek disertai clubbing finger/pembengkakan jari tangan yang tampak
seperti tabuh genderang). Kanker paru metastatik paling sering menyebar ke tulang belakang,
tulang rusuk, tulang panggul dan tulang panjang bagian proksimal.
Gambaran yang khas dari lesi ini adalah kemampuannya untuk menyebar ke tulang tangan
(50%) dan kaki (15%). Hal ini diduga terjadi karena kemampuan suatu tumor di paru untuk
mengalirkan sel-sel ganas secara langsung ke dalam aliran darah arteri, dimana kemudian
mereka dapat mengalir ke tempat yang lebih jaruh. Tumor lainnya mengalirkan sel-sel ganas
ke dalam vena, dimana kemudian sel-sel tersebut terlebih dahulu masuk ke dalam paru-paru
atau hati yang bertindak sebagai filter dan menangkap sel-sel tersebut. Kanker paru metastatik
biasanya muncul sebagai lesi litik dengan pinggiran yang tidak jelas, tanpa matriks dan
disertai kerusakan korteks. Lesi paru di dalam tulang juga bisa berupa lesi blastik. Kanker
paru yang menyebar ke tulang merupakan tumor yang paling agresif dan memiliki prognosis
yang sangat buruk. Rata-rata penderitanya bertahan hidup sekitar 6 bulan setelah penyakitnya
terdiagnosis. Stabilisasi ortopedik pada tulang yang lemah sebaiknya dilakukan sebelum
terjadinya fraktur.
Anemia Penyakit Kronik
Anemia penyakit kronik dikenal juga dengan nama anemia gangguan kronik, anemia
sekunder, atau anemia sideropenik dengan siderosis retikuloendotelial. Pengenalan akan
adanya anemia penyakit kronik dimulai pada awal abad ke 19, dimana pada waktu itu pada
pasien–pasien tuberkulosis sering ditemukan muka pucat. Lalu Cartwright dan Wintrobe pada
tahun 1842 memperlihatkan adanya benda – benda kecil di sampel darah pasien demam tifoid
dan cacar air. Juga pada penyakit infeksi lainnya seperti siphilis dan pneumonia. Nama yang
dipergunakan waktu itu adalah Anemia penyakit infeksi. Pada tahun 1962 setelah
dilakukannya suatu studi tentang infeksi dan ditemukannya gambaran yang sama pada
penyakit–penyakit kronik bukan infeksi seperti artritis reumatoid, nama anemia penyakit
kronik diperkenalkan.
Anemia penyakit kronik merupakan anemia terumum ke-dua yang sering dijumpai di
dunia, tetapi mungkin merupakan yang paling umum dijumpai pada pasien–pasien yang
sedang dirawat di rumah sakit. Anemia penyakit kronik bukanlah diagnosis primer tetapi
merupakan respons sekunder normal terhadap berbagai penyakit di bagian tubuh manapun.
Defenisi anemia penyakit kronik
Anemia penyakit kronik adalah anemia yang timbul setelah terjadinya proses infeksi
atau inflamasi kronik. Biasanya anemia akan muncul setelah penderita mengalami penyakit
tersebut selama 1–2 bulan. Tumor dulunya memang merupakan salah satu penyebab anemia
penyakit kronik, namun dari hasil studi yang terakhir tumor tidak lagi dimasukkan sebagai
penyebab anemia penyakit kronik.
Etiologi anemia penyakit kronik
Anemia penyakit kronik dapat disebabkan oleh beberapa penyakit/kondisi seperti
infeksi kronik misalnya infeksi paru, endokarditis bakterial; inflamasi kronik misalnya artritis
reumatoid, demam reumatik; lain–lain misalnya penyakit hati alkaholik, gagal jantung
kongestif dan idiopatik:
Tabel 5 Etiologi anemia penyakit kronik
No Infeksi kronik Inflamasi kronik
Lain–lain Idiopatik
1 Infeksi paru: abses,emfisema, tuberkulosis, bronkiektasis
Artritis reumatoid
Penyakit hati alkaholik
2 Endokarditis bakterial Demam reumatik
Gagal jantung kongestif
3 Infeksi saluran kemih kronik Lupus eritematosus sistemik (LES)
Tromboplebitis
4 Infeksi jamur kronik Trauma berat Penyakit jantung iskemik
5 Human immunodeficiency virus (HIV)
Abses steril
6 Meningitis Vaskulitis7 Osteomielitis Luka bakar8 Infeksi sistem reproduksi
wanitaOsteoartritis
(OA)9 Penyakit inflamasi pelvik (PID:
pelvic inflamatory disease)Penyakit vaskular kolagen (Collagen vascular disease)
10 Polimialgia11 Trauma Panas12 Ulcus dekubitus13 Penyakit Crohn