Referat CA Paru

33
BAB I PENDAHULUAN Kanker paru adalah penyebab utama pada kelompok penyakit akibat keganasan. Terlihat kecenderungan peningkatan jumlah kasus bukan hanya pada laki-laki tetapi juga pada perempuan dari tahun ke tahun. Prognosis penyakit buruk bukan hanya karena keterlambatan diagnosis tetapi juga akibat respons sel kanker yang rendah terhadap berbagai obat sitostatik yang ada. Angka tahan hidup 1 tahun penderita kanker paru yang diteliti oleh National Cancer Institute pada tahun 1983-1998, dihitung dengan life table method hanya 41,8% dan angka tahan hidup 5 tahun hanya 12,0%. Berbagai data memperlihatkan bahwa hal itu berkaitan dengan stadium penyakit pada saat ditemukan (1) . Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan lainnya. Peningkatan angka kesakitan penyakit keganasan, seperti penyakit kanker dapat dilihat dari hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang pada 1972 memperlihatkan angka kematian karena kanker masih sekitar 1,01 % menjadi 4,5 % pada 1990. Data yang dibuat WHO menunjukan bahwa kanker paru adalah jenis 1

description

m

Transcript of Referat CA Paru

Page 1: Referat CA Paru

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker paru adalah penyebab utama pada kelompok penyakit akibat keganasan.

Terlihat kecenderungan peningkatan jumlah kasus bukan hanya pada laki-laki tetapi juga

pada perempuan dari tahun ke tahun. Prognosis penyakit buruk bukan hanya karena

keterlambatan diagnosis tetapi juga akibat respons sel kanker yang rendah terhadap

berbagai obat sitostatik yang ada. Angka tahan

hidup 1 tahun penderita kanker paru yang

diteliti oleh National Cancer Institute pada

tahun 1983-1998, dihitung dengan life table

method hanya 41,8% dan angka tahan hidup 5

tahun hanya 12,0%. Berbagai data

memperlihatkan bahwa hal itu berkaitan

dengan stadium penyakit pada saat ditemukan(1).

Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru sebagai

salah satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan lainnya.

Peningkatan angka kesakitan penyakit keganasan, seperti penyakit kanker dapat dilihat

dari hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang pada 1972 memperlihatkan

angka kematian karena kanker masih sekitar 1,01 % menjadi 4,5 % pada 1990. Data yang

dibuat WHO menunjukan bahwa kanker paru adalah jenis penyakit keganasan yang

menjadi penyebab kematian utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan

hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini

mungkin berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke dokter ketika penyakitnya

masih berada dalam stadium awal penyakit.

BAB II

1

Page 2: Referat CA Paru

TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Paru

A. Definisi

Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan

paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok.

Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru merupakan penyebab kematian

utama dalam kelompok kanker, baik pada pria maupun wanita.

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup

keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis

tumor di paru). Dalam istilah medis yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru

primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus

(bronchogenic carcinoma)(2).

B. Epidemiologi

Setiap tahun ada lebih dari 1.4 juta kasus kanker paru baru di seluruh dunia, yang

menyebabkan kira-kira 1.1 juta kematian tiap tahun. Dengan kata lain di seluruh dunia

terdapat 3.000 orang yang meninggal karena kanker paru setiap harinya dan ini berarti satu

orang setiap 30 detik. Kanker paru dilaporkan sebagai kanker penyebab kematian terbesar

di dunia, dan bertanggung jawab atas 18.7% kematian akibat kanker serta kanker

pembunuh terbanyak di Eropa.

Tabel berikut memperlihatkan perkiraan insidens regional serta gambaran

mortalitas kanker paru untuk pria dan wanita:

Area Estimasi kasus Kematian

Dunia 1,352,132 1,178,918

Amerika Utara 225,641 178,349

Amerika Tengah, Amerika Selatan

dan Karibia

60,870 57,366

Eropa 374,764 341,595

Afrika 19,527 18,731

Asia, Australasia dan Timur Jauh 671,327 582,868

2

Page 3: Referat CA Paru

Di Indonesia, terdapat lima jenis kanker yang banyak diderita penduduk yakni

kanker rahim, kanker payudara, kanker kelenjar getah bening, kanker kulit, dan kanker

rectum. Terdapat peningkatan angka kesakitan penyakit keganasan, seperti penyakit

kanker dapat dilihat dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang pada 1972

memperlihatkan angka kematian karena kanker masih sekitar 1,01 % naik menjadi 4,5 %

pada tahun 1990. Kasus penyakit kanker yang ditemukan (sebagai contoh Provinsi Jawa

Tengah) pada tahun 2008 sebanyak 27.125 kasus, terdiri dari Ca serviks 8.568 kasus

(31,59%), Ca mammae 14.019 kasus (51,68%), Ca hepar 3.260 (12,02%), dan Ca paru

1.278 kasus (4,71%)(2).

C. Etiologi

1. Merokok

Merokok diestimasikan 90% menyebabkan kanker paru-paru pada pria, dan sekitar

70% pada wanita. Di negara-negara industri, sekitar 56% - 80% merokok menyebabkan

penyakit pernafasan kronis dan sekitar 22% penyakit kardiovaskular. Indonesia

menduduki peringkat ke-4 jumlah perokok terbanyak di dunia dengan jumlah sekitar 141

juta orang. Diperkirakan, konsumsi rokok Indonesia setiap tahun mencapai 199 miliar

batang rokok. Akibatnya adalah kematian sebanyak 5 juta orang pertahunnya.

Kasus kanker paru baik di Amerika ataupun negara-negara industri lainnya sekitar

90% berhubungan dengan merokok. Data RSUP Persahabatan Jakarta menunjukkan

bahwa 24,5% perempuan dan 83,6% pria pasien kanker paru adalah perokok.

a. Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia, banyak yang telah

diidentifikasi sebagai penyebab kanker.

b. Orang yang merokok lebih dari satu pak rokok per hari memiliki 20-25 kali

lebih besar risiko terkena kanker paru-paru daripada orang yang tidak pernah

merokok.

3

Page 4: Referat CA Paru

c. Setelah seseorang berhenti merokok, risiko nya untuk kanker paru-paru

berkurang secara bertahap. Sekitar 15 tahun setelah berhenti, risiko untuk kanker

paru-paru menurun, sama dengan tingkat seseorang yang tidak pernah merokok(3).

d. Merokok pipa meningkatkan risiko kanker paru-paru, tetapi tidak sebanyak

merokok. Sekitar 90% kanker paru-paru timbul akibat penggunaan tembakau.

Risiko kanker paru-paru meningkat berkaitan dengan faktor-faktor berikut: Jumlah

rokok yang diisap, usia di mana seseorang mulai merokok, berapa lama seseorang

merokok (atau pernah merokok).

Penyebab lain kanker paru termasuk sebagai berikut:

1) Perokok pasif, merupakan risiko lain untuk kanker paru-paru. Diperkirakan

3.000 kasus kanker paru-paru yang terjadi setiap tahun di Amerika Serikat adalah

perokok pasif.

2) Sebagian besar zat karsinogen dalam asap tembakau (rokok) ditemukan pada

fase tar seperti PAH dan fenol aromatik Tar adalah sejenis cairan kental berwarna

coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket

dan menempel pada paru – paru. Kadar tar dalam tembakau antara 0.5-35 mg/

batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada

jalan nafas dan paru-paru(3).

2. Polusi udara

Polusi dari kendaraan bermotor, pabrik, dan sumber lain mungkin meningkatkan

risiko kanker paru-paru. Gas yang paling berbahaya bagi paru-paru adalah SO2 dan NO2.

Kalau unsur ini diisap, maka berbagai keluhan di paru-paru akan timbul dengan nama

CNSRD (chronic non spesific respiratory disease) seperti asma dan bronkhitis. Kenaikan

konsentrasi gas SO2 dan NO2 dikaitkan dengan adanya gangguan fungsi paru.

Pengaruh pencemaran akibat oksida sulfur adalah meningkatkan tingkat

morbiditas, insidensi penyakit pernapasan, seperti bronchitis, emphysema dan penurunan

kesehatan umum. Konsentrasi SO2 0,04 ppm dengan partikulat 169 µg/m3 menimbulkan

peningkatan yang tinggi dalam kematian akibat bronchitis dan kanker paru-paru.

4

Page 5: Referat CA Paru

Pengaruhnya terhadap kesehatan yaitu terganggunya sistem pernapasan dan dapat menjadi

emfisema, bila kondisinya kronis dapat berpotensi menjadi bronkhitis serta akan terjadi

penimbunan NO2 dan dapat merupakan sumber karsinogenik.

3. Akibat Kerja

a. Pemaparan asbes meningkatkan resiko kanker paru-paru sembilan kali.

Kombinasi dari paparan asbes dan merokok meningkatkan resiko untuk sebanyak

50 kali. Kanker lain dikenal sebagai mesothelioma (suatu jenis kanker pada lapisan

rongga dada yang disebut pleura atau lapisan rongga perut disebut peritoneum)

juga sangat terkait dengan paparan asbes.

b. Pekerjaan tertentu dimana paparan arsenik,, kromium nikel, hidrokarbon

aromatik, dan eter terjadi dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru.

c. Penyakit Paru Kerja Akibat Pajanan Cat Semprot. Cat semprot mengubah

substansi menjadi aerosol, yaitu kumpulan partikel halus berupa cair atau padat,

sehingga karena ukurannya yang kecil akan mudah terhisap, selanjutnya

merupakan pajanan potensial khususnya terhadap kesehatan paru. Pigmen dalam

cat berguna untuk mewarnai dan meningkatkan ketahanan cat. Banyak jenis

pigmen merupakan bahan berbahaya yaitu Chromium dan Cadmium yang

memberikan warna hijau, kuning, dan oranye dapat menyebabkan kanker paru dan

iritasi kulit, hidung, dan saluran nafas atas.

4. Penyakit Paru,

Penyakit paru seperti tuberkulosis (TBC) dan penyakit paru obstruktif kronik

(PPOK), juga membuat risiko untuk kanker paru-paru. Seseorang dengan PPOK memiliki

risiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru-paru bahkan ketika

pengaruh merokok dikecualikan.

5. Radiasi

a. Radon pose exsposure adalah risiko lain untuk kanker paru, merupakan produk

sampingan dari radium alami, yang merupakan produk uranium.

5

Page 6: Referat CA Paru

b. Risiko kanker paru meningkat dengan paparan jangka panjang yang signifikan

untuk radon, meskipun tidak ada yang tahu kadar risiko yang tepat. Diperkirakan

12% kematian karena kanker paru-paru diakibatkan gas radon, atau sekitar 21.000

kematian paru-paru terkait kanker setiap tahun di US. Seperti merokok, paparan

asbes dan paparan radon sangat meningkatkan resiko kanker paru-paru.

6. Genetik.

Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :

a. Proto-oncogen

b. Tumor suppressor gene

c. Gene encoding enzyme.

D. Patofisiologi

Kanker disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi

tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme

perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak

dirinya sendiri dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis

adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom,

kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan

gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker. Kanker sendiri

sebenarnya adalah istilah untuk segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel

abnormal dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya,

baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan

migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut

disebabkan kerusakan DNA, dan bahkan menyebabkan mutasi di gen vital yang

mengontrol pembelahan sel(3). Beberapa buah mutasi mungkin dibutuhkan untuk

mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan oleh

6

Page 7: Referat CA Paru

agen kimia maupun fisik yang disebut sebagai zat karsinogen. Mutasi tersebut dapat

terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline).

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan

silia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya

pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila

lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang

pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus

vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.

Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di

bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,

demam, dan dingin. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan

adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur –

struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang

rangka(4).

E. Klasifikasi

Secara garis besar kanker paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu Small Cell Lung Cancer

(SCLC) dan Non Small Cell Lung Cancer (NCLC).

1. Small Cell Lung Cancer (SCLC)

Kejadian kanker paru jenis SCLC ini hanya sekitar 20 % dari total kejadian kanker paru.

Namun jenis ini berkembang sangat cepat dan agresif. Apabila tidak segera mendapat

perlakuan maka hanya dapat bertahan 2 sampai 4 bulan.

2. Non Small Cell Lung Cancer

80 % dari total kejadian kanker paru adalah jenis NSCLC. Secara garis besar dibagi

menjadi 3 yaitu:

a. Adenokarsinoma, jenis ini adalah yang paling banyak ditemukan (40%).

b. Karsinoma Sel Skuamosa, banyaknya kasus sekitar 20 – 30%.

7

Page 8: Referat CA Paru

c. Karsinoma Sel Besar, banyaknya kasus sekitar 10 – 15%.

Sebagian besar pasien yang didiagnosa dengan NSCLC (70–80%) sudah dalam stadium

lanjut III – IV. Berbagai keterbatasan sering menyebabkan dokter spesialis Patologi

Anatomi mengalami kesulitan menetapkan jenis sitologi/histologis yang tepat. Karena itu,

untuk kepentingan pemilihan jenis terapi, minimal harus ditetapkan, apakah termasuk

kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK atausmall cell lung cancer, SCLC) atau kanker

paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK, nonsmall cell lung cancer, NSCLC)

Penderajatan (Staging) Kanker Paru

Penderajatan untuk KPKBSK ditentukan menurut International System For Lung

Cancer (1997), berdasarkan sistem TNM. Pengertian T adalah tumor yang dikatagorikan

atas Tx, To s/d T4, N untuk keterlibatan kelenjar getah bening (KGB) yang dikategorikan

atas Nx, No s/d N3, sedangkan M adalah menunjukkan ada atau tidaknya metastasis jauh.

T Tumor Primer

To Tidak ada bukti ada tumor primer. Tumor

primer sulit dinilai, atau tumor primer

terbukti dari penemuan sel tumor ganas pada

sekret bronkopulmoner tetapi tidak

tampak secara radilogis atau bronkoskopik.

Tx Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer

terbukti dari penemuan sel tumor ganas pada

sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak

secara radilogis atau bronkoskopik.

Tis Karsinoma in situ T1 Tumor dengan garis

Tengah terbesar tidak melebihi 3 cm,

dikelilingi oleh jaringan paru atau pleura

viseral dan secara bronkoskopik invasi tidak

lebih proksimal dari

bronkus lobus (belum sampai ke bronkuslobus

8

Page 9: Referat CA Paru

(belum sampai ke bronkus utama). Tumor

supervisial sebarang ukuran dengankomponen

invasif terbatas pada dinding bronkus yang

meluas ke proksimal bronkus utama

T2 Setiap tumor dengan ukuran atau perluasan sebagai

berikut :

Garis tengah terbesar lebih dari 3 cm

Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih

distal dari karina mengenai pleura viseral

Berhubungan dengan atelektasis atau

pneumonitis obstruktif yang meluas ke

daerah hilus, tetapi belum mengenai

seluruh paru.

T3 Tumor sebarang ukuran, dengan perluasan

langsung pada dinding dada (termasuk tumor

sulkus superior), diafragma, pleura

mediastinum atau tumor dalam bronkus

utama yang jaraknya kurang dari 2 cm sebelah

distal karina atau tumor yang berhubungan

dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif

seluruh paru.

T4 Tumor sebarang ukuran yang mengenai mediastinum atau

jantung, pembuluh besar, trakea, esofagus, korpus

vertebra, karina, tumor yang disertai dengan efusi pleura

ganas atau satelit tumor nodul ipsilateral pada lobus yang

sama dengan tumor primer.

N Kelenjar getah bening regional (KGB)

Nx Kelenjar getah bening tak dapat dinilai

No Tak terbukti keterlibatan kelenjar getah bening

N1 Metastasis pada kelenjar getah bening peribronkial

dan/atau hilus ipsilateral, termasuk perluasan tumor secara

9

Page 10: Referat CA Paru

langsung

N2 Metastasis pada kelenjar getah bening mediatinum

ipsilateral dan/atau KGB subkarina

N3 Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau

KGB skalenus / supraklavila ipsilateral / kontralateral

M Metastasis (anak sebar) jauh.

Mx Metastasis tak dapat dinilai

Mo Tak ditemukan metastasis jauh

M1 Ditemukan metastasis jauh. “Metastastic tumor nodule”(s)

ipsilateral di luar lobus tumor primer dianggap sebagai

M1

F. Gejala Klinik

Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru

lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat

keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor–faktor lain yang sering sangat

membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa(5):

Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen),

batuk darah, sesak napas,

suara serak,

sakit dada,

sulit / sakit menelan,

benjolan di pangkal leher,

sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri

yang hebat.

10

Page 11: Referat CA Paru

Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar

paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau

patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :berat badan berkurang,

nafsu makan hilang, demam hilang timbul, trombosis vena perifer dan neuropati.

G. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan jasmani harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Hasil yang

didapat sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan. Tumor paru ukuran

kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada pemeriksaan.

Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai akibat kompresi

bronkus, efusi pleura atau penekanan vena kava akan memberikan hasil yang lebih

informatif dimana pada pemeriksaan perkusi didapatkan suara redup dan suara nafas

melemah. Pemeriksaan fisik pada organ lain juga dapat memberikan data untuk

penentuan stage penyakit, seperti pembesaran KGB atau tumor di luar paru. Metastasis ke

organ lain juga dapat dideteksi dengan perabaan hepar, pemeriksaan funduskopi untuk

mendeteksi peninggian tekanan intrakranial dan terjadinya fraktur patologis sebagai akibat

metastasis ke tulang.

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang mutlak

dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan

stadium penyakit berdasarkan sistem TNM. Jenis pemeriksaan Radiologis yaitu

a. Foto toraks:

Pada pemeriksaan foto toraks

PA/lateral akan dapat dilihat bila masa tumor

dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda

yang mendukung keganasan adalah tepi yang

ireguler, disertai identasi pleura, sel satelit,

dll. Pada foto, tumor juga dapat ditemukan

telah invasi ke dinding dada dalam bentuk

11

Page 12: Referat CA Paru

efusi pleura, efusi perikar dan metastasis intrapulmoner. Seorang penderita yang

tergolong dalam golongan resiko tinggi (GRT) dengan diagnosis penyakit paru, harus

disertai follow-up yang teliti. Pemberian OAT yang tidak menunjukan perbaikan atau

bahkan memburuk setelah 1 bulan harus menyingkirkan kemungkinan kanker paru, atau

pengobatan pneumonia yang tidak berhasil setelah pemberian antibiotik selama 1 minggu

juga harus menimbulkan dugaan kemungkinan tumor dibalik pneumonia tersebut. Bila

foto toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang luas harus diikuti dengan

pengosongan isi pleura dengan punksi berulang atau pemasangan WSD dan ulangan foto

toraks agar bila ada tumor primer dapat dibuktikan. Keganasan harus dicurigai bila cairan

bersifat produktif, dan/atau cairan serohemoragik.

b. CT-Scan toraks :

Tehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik daripada foto

toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih

tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga tergambar secara lebih baik,

bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi

pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski

tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan, keterlibatan KGB yang sangat berperan

untuk menentukan stage juga lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat

dideteksi. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan metastasis

intrapulmoner.

c. Pemeriksaan radiologik lain :

Kekurangan dari foto toraks dan CT-scan toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah

terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan radiologik lain, misalnya

Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala / jaringan otak, bone scan dan/atau

bone survey dapat mendeteksi metastasis diseluruh jaringan tulang tubuh. USG abdomen

dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ lain dalam

rongga perut.

I .   Pemeriksaan K husus

12

Page 13: Referat CA Paru

a. Bronkoskopi

Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat diandalkan

untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas.

Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas,

seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis

infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya diikuti dengan tindakan

biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan bronkus(5).

b. Biopsi aspirasi jarum

Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena sangat mudah

terjadi perdarahan, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi

aspirasi jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil negatif.

c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)

TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi jam 1 bila

tumor ada di kanan, akan memberikan informasi ganda, yakni kita mendapat bahan untuk

sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.

d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)

Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk fluoroskopik maka biopsi

paru lewat bronkus (TBLB) harus dilakukan.

e. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)

Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan bantuan flouroscopic

angiography. Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di sentral dapat dilakukan

TTB dengan tuntunan CTscan.

f. Biopsi lain

Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB atau teraba masa yang

dapat terlihat superfisial. Biopsi KBG harus dilakukan bila teraba pembesaran KGB

13

Page 14: Referat CA Paru

supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila diagnosis sitologi/histologi tumor primer di

paru belum diketahui. Punksi dan biopsi pleura harus dilakukan jika ada efusi pleura.

g. Sitologi sputum

Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah. Kekurangan

pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk kering dan tehnik

pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan bantuan

inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat ditingkatkan. Semua

bahan yang diambil dengan pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke laboratorium

Patologi Anatomik untuk pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan berupa cairan harus

dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol

absolut atau minimal alkohol 90%. Semua bahan jaringan harus difiksasi dalam formalin

4%.

H. Petanda Tumor (Tumor Marker)

Petanda tumor yang telah ada, seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainya tidak dapat

digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan evaluasi hasil pengobatan.

J. Diagnosa Banding

Kanker paru mempunyai gejala yang spesifik pada saluran pernafasan, tetapi juga tidak

jarang bermanifestasi ke organ lain dikarenakan kanker sudah bermetastasis ke organ lain

sehingga diagnosa banding di luar kelainan paru harus dipikirkan, diantaranya:

Benign tumors of the lung

Bronchitis

Fungal infections of the lung

Lung abscess

14

Page 15: Referat CA Paru

Metastatic cancer

Pneumonia

TBC

K . Penatalaksanaan

Menurut Persatuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (2005),

penatalaksanaan/pengobatan utama penyakit kanker meliputi empat macam yaitu

pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan hormoterapi. Pembedahan dilakukan untuk

mengambil ‘massa kanker‘ dan memperbaiki komplikas yang mungkin terjadi. Sementara

tindakan radioterapi dilakukan dengan sinar ionisasi untuk menghancurkan kanker.

Kemoterapi dilakukan untu membunuh sel kanker dengan obat anti-kanker (sitostatika).

Sedangkan hormonterapi dilakukan untuk mengubah lingkungan hidup kanker sehingga

pertumbuhan sel-selnya terganggu dan akhirnya mati sendiri.

a. Pembedahan

Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I dan II.

Pembedahan juga merupakan bagian dari “combine modality therapy”, misalnya

kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada

kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan sindroma vena

kava superiror berat. Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi

lengkap berikut jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi maupun pneumonektomi.

Segmentektomi atau reseksi baji hanya dikerjakan jika faal paru tidak cukup untuk

lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku untuk memastikan bahwa batas

sayatan bronkus bebas tumor. KGB mediastinum diambil dengan diseksi sistematis, serta

diperiksa secara patologi anatomis.

b. Radioterapi

Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif. Pada terapi kuratif,

radioterapimenjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk KPKBSK stadium IIIA.

Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif. Radiasi

15

Page 16: Referat CA Paru

sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan keluhan

penderita, seperti sindroma vena kava superiror, nyeri tulang akibat invasi tumor ke

dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau otak.

Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan beberapa faktor:

1. Staging penyakit

2. Status tampilan

3. Fungsi paru

Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui :

- Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan

- Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA)

Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 – 6000 cGy, dengan cara

pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu.

Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah :

1. Hb > 10 g%

2. Trombosit > 100.000/mm3

3. Leukosit > 3000/dl

b. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan pilihan utama untuk kanker paru karsinoma sel kecil

(KPKSK) dan beberapa tahun sebelumnya diberikan sebagai terapi paliatif untuk kanker

paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) stage lanjut. Tujuan pemberian kemoterapi

paliatif adalah mengurangi atau menghilangkan gejala yang diakibatkan oleh

16

Page 17: Referat CA Paru

perkembangan sel kanker tersebut sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan kualiti

hidup penderita. Tetapi akhir-akhir ini berbagai penelitian telah memperlihatkan manfaat

kemoterapi untuk KPKBSK sebagai upaya memperbaiki prognosis, baik sebagai modaliti

tunggal maupun bersama modaliti lain, yaitu radioterapi dan/atau pembedahan. Indikasi

pemberian kemoterapi pada kanker paru ialah:

1. Penderita kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) tanpa atau dengan gejala.

2. Penderita kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) yang inoperabel

(stage IIIB & IV), jika memenuhi syarat dapat dikombinasi dengan radioterapi, secara

konkuren, sekuensial atau alternating kemoradioterapi.

3. Kemoterapi adjuvan yaitu kemoterapi pada penderita kanker paru jenis karsinoma

bukan sel kecil (KPKBSK) stage I, II dan III yang telah dibedah.

4. Kemoterapi neoadjuvan yaitu kemoterapi pada penderita stage IIIA dan beberapa kasus

stage IIIB yang akan menjalani pembedahan. Dalam hal ini kemoterapi merupakan bagian

terapi multimodaliti.

Regimen yang biasanya digunakan sebagai modalitas kemoterapi adalah :

1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)

2. PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid)

3. Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin

4. Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin

5. Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin

Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi:

1. Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut, dapat diberikan obat

antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadual tertentu.

17

Page 18: Referat CA Paru

2. Hb > 10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut, meski Hb < 10 g%

tidak perlu tranfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai dengan penyebab anemia.

3. Granulosit > 1500/mm3

4. Trombosit > 100.000/mm3

5. Fungsi hati baik

6. Fungsi ginjal baik (creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit)

Evaluasi hasil pengobatan

Umumnya kemoterapi diberikan sampai 6 siklus/sekuen, bila penderita

menunjukkan respons yang memadai. Evaluasi respons terapi dilakukan dengan melihat

perubahan ukuran tumor pada foto toraks PA setelah pemberian (siklus) kemoterapi ke-2

dan kalau memungkinkan menggunakan CT-Scan toraks setelah 4 kali pemberian.

Evaluasi dilakukan terhadap(6):

- Respons subyektif yaitu penurunan keluhan awal

- Respons semisubyektif yaitu perbaikan tampilan, bertambahnya berat badan

- Respons obyektif

- Efek samping obat

Respons obyektif dibagi atas 4 golongan dengan ketentuan:

1. Respons komplit (complete response , CR) : bila pada evaluasi tumor hilang 100% dan

keadan ini menetap lebih dari 4 minggu.

2. Respons sebagian (partial response, PR) : bila pengurangan ukuran tumor > 50% tetapi

< 100%.

18

Page 19: Referat CA Paru

3. Menetap (stable disease, SD) : bila ukuran tumor tidak berubahatau mengecil > 25%

tetapi < 50%.

4. Tumor progresif (progresive disease, PD) : bila terjadi petambahan ukuran tumor >

25% atau muncul tumor/lesi baru di paru atau di tempat lain.

L. Pencegahan

Cara utama untuk seseorang mengurangi terkena kanker paru adalah berhenti

merokok. Seorang perokok yang telah berhasil berhenti 10 tahun lamanya berarti telah

dapat menurunkan risiko 30-50 persen untuk terkena kanker paru. Penelitian tentang

rokok mengatakan bahwa lebih dari 63 jenis bahan yang dikandung asap rokok bersifat

karsinogenik. Secara epidemiologik juga terlihat kaitan kuat antara kebiasaan merokok

dengan insidens kanker paru, maka tidak dapat disangkal lagi menghindarkan asap rokok

adalah kunci keberhasilan pencegahan yang dapat dilakukan. Keterkaitan rokok dengan

kasus kanker paru diperkuat dengan data bahwa risiko seorang perempuan perokok pasif

akan terkena kanker paru lebih tinggi daripada mereka yang tidak terpajan kepada asap

rokok. Dengan dasar penemuan di atas adalah wajar bahwa pencegahan utama kanker paru

berupa upaya memberantas kebiasaan merokok. Menghentikan seorang perokok aktif

adalah sekaligus menyelamatkan lebih dari seorang perokok pasif(6).

Usaha pencegahan kanker lainnya adalah denga menjaga daya tahan tubuh melalui

Pola Hidup Sehat, yaitu(7) :

- Pola makan yang teratur dan diet yang sehat

- Menghindari pajanan zat-zat yang karsinogenik seperti asap rokok, asbes, arsenik,

kromium nikel, hidrokarbon aromatik, dan eter

- Olah raga secara teratur

- Hindari gaya hidup yang merusak kesehatan, seperti minuman keras, merokok, makan

makanan yang mengandung pengawet dan berlemak.

- Isilah waktu dengan kegiatan yang berguna dan menyenangkan, sehingga hidup menjadi

bebas stress

19

Page 20: Referat CA Paru

M. Komplikasi

Kanker paru dapat menyebabkan komplikasi ke saluran pernafasan atau masalah jantung

seperti:

- Efusi pleura.

- Hemoptysis masif

- Paru-paru kolaps (pneumothorax).

- Bronchial obstruction.

- Recurrent infections, seperti pneumonia.

- Pericardial effusion. Tetapi kondisi ini kasus yang jarang terjadi pada kanker

paru.

- Metastasis ke organ lain dengan manifestasi klinis sesuai jaringan atau organ

yang diinvasi.

N. Prognosis

Prognosis penyakit buruk bukan hanya karena keterlambatan diagnosis tetapi juga

akibat respons sel kanker yang rendah terhadap berbagai obat sitostatik yang ada.. Angka

tahan hidup 1 tahun 2347 penderita kanker paru yang diteliti oleh National Cancer

Institute pada tahun 1983-1998, dihitung dengan life table method hanya 41,8% dan angka

tahan hidup 5 tahun 12,0 %. Berbagai data memperlihatkan bahwa hal itu berkaitan

dengan stage penyakit pada saat ditemukan(7).

- Ad Vitam : Dubia Ad Malam

- Ad Functionam : Dubia Ad Malam

- Ad Sanationam : Dubia Ad Malam

20

Page 21: Referat CA Paru

BAB III

KESIMPULAN

Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan

dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan

ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin

kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru

dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli

bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksaan

penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis

pasti.

Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan

penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh

kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat

menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya

respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus

penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti

belum dapat ditegakkan(7).

21

Page 22: Referat CA Paru

DAFTAR PUSTAKA

1. Kanker Paru, Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.

Available at: http://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/kankerparu.pdf.

Accessed on October 1st, 2012.

2. Fraumeni, J. F, Jr dan Blot, William. J. 1982. Cancer Epidemiology And

Prevention: Lung And Pleura. Press of W. B Saunders Company. United States of

America.

3. Kemoterapi Kanker Paru. Available at:

http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Okto09JRI/Kemoterapi%20paru%20last

%20check10.pdf. Accessed on October 1st, 2012.

4. Jusuf A, Harryanto A, Syahruddin E, Endardjo S, Mudjiantoro S, Sutantio

N. 2005. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil. Pedoman Nasional untuk

diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia 2005. Ed. Jusuf A, Syahruddin E. PDPI

dan POI, Jakarta

5. Pembahasan Penyakit Tidak Menular, Kanker Paru. Available at:

http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2011/03/makalah-kanker-paru.html. Accessed on

October 1st, 2012.

6. Greene FL, Page DL, Fleming ID, Fritz AG, Balch CM, Haller DG, et

al. Cancer Survival Analysis. In : AJJ Cancer Staging handbook. 6th ed, Springer,

New York, 2002, p. 15-25

7. Lembar Informasi Kanker Paru. Available at:

http://www.roche.co.id/fmfiles/re7175008/Indonesian/media/lembar.informasi/

Onkologi/LC/Lembar.Informasi.Kanker.Paru.pdf. Accessed on October 1st, 2012.

22

Page 23: Referat CA Paru

23