Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

download Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

of 20

Transcript of Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    1/20

    Acara V

    BUTTER & BUTTERM ILK

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2016

    Disusun oleh:Nama: Debora Rika Angelita

    NIM: 13.70.0041

    Kelompok: D1

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    2/20

    2

    1. TOPIK DAN TUJUAN PRAKTIKUM

    1.1.Topik Praktikum

    Praktikum teknologi pengolahan susu bab butterdan buttermilkkloter D dilaksanakan

    pada Rabu, 1 Juni 2016 di Laboratorium Rekayasa Pangan. Asisten dosen yang

    bertanggung jawab pada praktikum ini adalah Graytta Intania. Pada praktikum ini, jenis

    butteryang dibuat adalah sweet cream-unsalted butter. Metode yang digunakan dalam

    pembuatan produk ini adalah metode churning, yaitu dengan melakukan pengocokan

    pada krim hingga lemak dan buttermilkterpisah.

    1.2. Tujuan Praktikum

    Praktikum ini bertujuan agar mampu membuat unsalted butterdan memahami prinsip

    pembuatannya.

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    3/20

    3

    2. HASIL PENGAMATAN

    Hasil pengamatan karakteristik butter dan buttermilk dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. KarakteristikButterdanButtermilk

    Kel Produk Fisik Rendemen (%) Foto

    ProdukWarna Rasa Aroma Tekstur PenampakanD1 Butter ++ +++ + +++ Punya body, tidak mudah

    dioles, creamy

    31,64

    Butter

    setelah

    disimpan

    di kulkas

    ++ ++ + + Punya body, tidak mudah

    dioles, creamy

    Buttermilk + ++++ + - Sedikit creamy 66,67

    D2 Butter ++ +++ + +++ Punya body, tidak mudah

    dioles, creamy

    28,90

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    4/20

    4

    Butter

    setelah

    disimpan

    di kulkas

    ++ ++ + + Punya body, tidak mudah

    dioles, creamy

    Buttermilk + ++++ + - Sedikit creamy 65,00

    D3 Butter ++ +++ + +++ Punya body, tidak mudah

    dioles, creamy

    32,61

    Butter

    setelah

    disimpan

    di kulkas

    ++ ++ + + Punya body, tidak mudah

    dioles, creamy

    Buttermilk + ++++ + - Sedikit creamy 63,33

    D4 Butter ++++ ++ ++++ ++++ Tidak punya body, mudahdioles, sangat creamy

    35,89

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    5/20

    5

    Butter

    setelah

    disimpan

    di kulkas

    ++++ ++ +++ +++ Punya body, mudah dioles,

    sangat creamy

    Buttermilk ++ ++ ++ - Tidakcreamy 56,67

    D5 Butter ++++ +++ ++++ ++++ Tidak punya body, mudah

    dioles, sangat creamy

    25,55

    Buttersetelah

    disimpan

    di kulkas

    +++ ++ +++ +++ Punya body, mudah dioles,sangat creamy

    Buttermilk ++ ++ ++ - Tidak creamy 46,67

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    6/20

    6

    Keterangan :

    Warna

    + : putih++ : agak kuning

    +++ : kuning

    ++++ : sangat kuning+++++ : coklat

    Rasa

    + : tidak enak++ : agak enak

    +++ : enak

    ++++ : sangat enak

    Penampakan

    Punya body atau tidak

    Mudah dioles atau tidak

    Creamy atau tidak

    Aroma+ : tidak kuat

    ++ : agak kuat+++ : kuat++++ : sangat kuat

    Tesktur+ : kasar/keras

    ++ : agak kasar/agak keras+++ : lembut++++ : sangat lembut

    Berdasarkan data pada Tabel 1, diketahui bahwa kelompok D1, D2, dan D3 menggunakan creamcair Roselle, sedangkan kelompok D4,

    D5 menggunakan creamcair Elle & Vire.Butterpada kelompok D1, D2, D3 sebelum dan sesudah disimpan di kulkas berwarna agak

    kuning dan beraroma tidak kuat, terjadi penurunan rasa dan tekstur butter dari lembut menjadi agak keras setelah disimpan di kulkas.

    Penampakan fisik butter yang dihasilkan kelompok D1, D2, D3 sebelum dan sesudah disimpan di kulkas memiliki body, tidak mudah

    dioles, dan creamy.Buttermilkpada kelompok D1, D2, D3 berwarna putih, memiliki rasa yang sangat enak, aroma yang tidak kuat, sedikit

    creamy. Butter pada kelompok D4 dan D5, sebelum dan sesudah disimpan di kulkas memiliki rasa yang agak enak, aroma yang kuat,

    tekstur yang lembut, dengan penampakan tidak punya body, mudah dioles, sangat creamy.Butterpada kelompok D4 memiliki warna yang

    sangat kuning, sedangkan kelompok D5 berwarna kuning. Buttermilkpada kelompok D4 dan D5 berwarna agak kuning, rasa yang agak

    enak, aroma yang agak kuat, dan tidak creamy.Rendemen butteryang dihasilkan kelompok D1, D2, D3 berkisar antara 28,90% - 32,61%,

    sedangkan kelompok D4 dan D5 25,55% - 35,89%. Rendemen buttermilkyang dihasilkan kelompok D1, D2, D3 berkisar antara 63,33% -

    66,67%, sedangkan kelompok D4 dan D5 antara 46,67% - 56,67%.

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    7/20

    7

    3. PEMBAHASAN

    Menurut Rnholt et al. (2014), butter, spreads, dan margarin termasuk dalam emulsi

    water in oil, yang terdiri dari globula lemak, crystalline fat, dan droplet air yang

    terdispersi dalam fase kontinyu lemak. Kristal lemak berkontribusi terhadap stabilitas

    produk dengan menstabilkan droplet air yang terdispersi ke dalam fase lemak, yang

    mampu encegah terjadinya perubahan mikrostruktural. Nurrulhidayah et al. (2015)

    menambahkan bahwa buttermerupakan sumber vitamin larut lemak yang baik, seperti

    vitamin A, D, E, K. Oleh sebab itu, butter memiliki harga yang relatif lebih tinggi

    dibandingkan produk dairylainnya.Butter mengandung 500 asam lemak yang berbeda,

    terbagi atas asam lemak jenuh, monounsaturated fatty acid, dan sebagian kecil

    polyunsaturated fatty acid.

    Butter merupakan produk olahan dari susu. Menurut Walstra et al.(2006), butter dibuat

    dengan metode pengocokan atau churning sampai bagian lemaknya terpisah. Menurut

    Herschdoefer (1986), butter merupakan emulsi air dalam minyak yang terdiri atas 16%

    air, 2% padatan non lemak (MSNF), dan 80% atau lebih lemak susu. Buckle et al.

    (1987) menjelaskan bahwa buttermengandung protein yang rendah, vitamin A, tidak

    mengandung laktosa dan mineral. Berdasarkan pendapat Winarno (1993), terdapat

    beberapa jenis butter, yaitu :

    - Butteryang terbuat dari krim manis (sweet cream) atau krim asam (sour cream)

    - Butter yang terbuat dari krim yang telah dipasteurisasi (pasteurized cream) atau

    tanpa pasteurisasi (unpasteurized cream)

    - Butteryang diberi garam atau yang tidak diberi garam

    -

    Butter yang terbuat dari krim yang diperam (ripened cream) atau yang tidak diperam

    Kosikowski (1977) mengungkapkan bahwa butter juga dikelompokkan berdasarkan

    kadar garamnya, yaitu unsalted butter dan salted butter. Salted butterdibagi menjadi

    dua, yaitusweet creamtanpa penambahan kultur, dan ripened cream yang ditambahkan

    kultur bakteri asam laktat dengan mikroorganisme penghasilflavor. Kultur bakteri yang

    ditambahkan dapat berupa Streptococcus cremoris, Leuconostoc, Streptococcus lactis,

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    8/20

    8

    Sreptococcus diacetilactis. Pada praktikum ini akan dibuatsweet creamunsalted butter

    dengan bahan baku whipping creamcair yang tidak difermentasi.

    Bahan dasar pembuatan butter adalah whipping cream cair. Hal ini sesuai dengan

    pendapat Gunstone (2002), butter dapat dibuat dari krim. Menurut Gaman &

    Sherrington (1994), krim merupakan emulsi oil in water yang dipisahkan dari susu

    melalui proses sentrifugasi. Proses sentrifugasi akan membuat partikel yang lebih berat

    terlempar keluar, sedangkan partikel yang lebih ringan akan berada di dekat pusat.

    Partikel yang lebih ringan inilah yang menyusun cream. Krim mengandung protein susu

    (kasein), semua jenis lemak susu dan sebagian laktosa, vitamin A, dan vitamin D. Krim

    memiliki tekstur yang lembut, berbusa, dan putih.

    Sebelum cream digunakan sebagai bahan baku pembuatan butter, cream harus

    dipasteurisasi terlebih dahulu dengan suhu yang lebih tinggi daripada pasteurisasi susu

    karena kandungan lemaknya yang tinggi dapat melindungi bakteri. Namun, whipping

    cream yang digunakan pada praktikum ini adalah creamkomersial, proses UHT telah

    dilakukan saat cream diproduksi. Oleh karena itu, dalam praktikum ini tidak perlu

    mengulang proses pasteurisasi lagi. Menurut Bruhn & Bruhn (1988), creamyang telah

    melalui proses UHT (Ultra High Temperature) atau pasteurisasi memiliki kestabilan

    tinggi apabila dikocok, rasa yang enak, umur simpan yang cukup panjang, serta dapat

    membentuk kekakuan produk yang diinginkan apabila ditambahkan ke dalam suatu

    produk.

    Sebanyak 300 ml whipping cream cair diukur dengan wadah yang sudah diketahui

    beratnya, lalu whipping cream tersebut ditimbang, sehingga dapat diketahui berat danvolume whipping cream. Selanjutnya, whipping cream dikocok dengan menggunakan

    mixerberkecepatan tinggi hingga lemak dengan cairan (buttermilk) terpisah. Pemisahan

    ini dapat terjadi karena menurut Saleh (2004), proses pengocokan menyebabkan

    terjadinya pemecahan globula lemak sehingga menyebabkan koagulasi, dan terbentuk

    butiran butter. Menurut Winarno (1993), pengocokan bertujuan untuk memisahkan fase

    lemak dan fase air. Bagian padatan merupakan fase lemak yang disebut butter,

    sedangkan cairan yang terbentuk merupakan fase air yang disebut buttermilk.

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    9/20

    9

    Setelah fase lemak dan fase air terpisah, mixer dimatikan dan didiamkan sebentar

    hingga lemak naik ke atas. Lalu dilakukan pemisahan lemak dari buttermilk dengan

    menyaring menggunakan kain saring. Susilorini & Sawitri (2006) mengungkapkan

    bahwa proses pemisahan ini disebut fase working. Fase working merupakan fase dimana

    droplet air kecil dipecah sehingga dihasilkan droplet dengan ukuran yang lebih stabil,

    sehingga buttermempunyai permukaan yang kering. Penekanan menggunakan tangan

    dapat dilakukan untuk memisahkan buttermilkyang masih terdapat padabutter.

    Selanjutnya, butter ditimbang, sedangkan buttermilk diukur volumenya dan diamati

    secara sensori (warna, rasa, aroma, dan tekstur) serta karakter fisiknya (penampakan dan

    dihitung hasil rendemennya).Butterkemudian disimpan di dalam kulkas dengan ditutup

    plastik cling wrap selama 1 jam dan diamati kembali karakteristik sensori serta

    penampakannya. Menurut Bruhn & Bruhn (1988), metode yang digunakan pada

    praktikum pembuatan butter ini adalah metode churning secara konvensional. Prinsip

    metode ini adalah pengocokan. Selama pengocokan, globula lemak akan mengikat

    gelembung udara, sehingga gelembung akan pecah dan bergabung menjadi satu

    membentuk suatu gerombolan (coalescence). Apabila pengocokan ini terus berlanjut,

    maka gelembung udara akan mengecil dan semakin banyak, sehingga volume dan

    kekakuannya akan meningkat karena adanya buih atau busa yang terbentuk. Semakin

    lama pengocokan dilakukan, gerombolan lemak akan membesar dan pecah, kemudian

    mengelilingi gelembung udara. Gelembung-gelembung udara tadi akan kembali

    bergabung, sehingga overrun akan berkurang dan diperoleh hasil akhir pengocokan

    tersebut. Gunstone (2002) menambahkan bahwa selama churning terjadi inversi fase

    dari emulsi oilin water (o/w), menjadi emulsi water in oil(w/o).

    Berdasarkan data hasil pengamatan, diketahui bahwa kelompok D1, D2, dan D3

    menggunakan cream cair Roselle Supreme, sedangkan kelompok D4, D5

    menggunakan creamcair Elle & Vire. Kandungan lemak pada creamElle & Vire

    sebesar 35,1%, sedangkan Roselle Supreme mengandung 28%.Butterpada kelompok

    D1, D2, D3 sebelum dan sesudah disimpan di kulkas berwarna agak kuning. Butter

    pada kelompok D4 dan D5 memiliki warna yang sangat kuning, sedangkan kelompok

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    10/20

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    11/20

    11

    dibandingkan kelompok D1, D2, D3 sehingga aroma yang dihasilkannya pun lebih kuat

    pula. Menurut Herschdoefer (1986), butter mengandung senyawa-senyawa yang

    berperan menghasilkan aroma butter, yaitu diasetil, asam heksanoat, asam butanoat,

    asetaldehid, dimethyl sulfide, asam dekanoat, -octalactone,-decalactone, phenol, p-

    cresol, and skatole. Perbedaan aroma dapat terjadi karena jumlah kandungan senyawa-

    senyawa pembentuk aroma pada masing-masing brand krim yang berbeda. Aroma

    butteryang tidak berubah setelah disimpan di kulkas sesuai dengan teori Lozano et al.

    (2007) bahwa aroma butterakan bertahan pada suhu rendah dibandingkan suhu ruang.

    Butter pada kelompok D1, D2, D3 sebelum dan sesudah disimpan di kulkas terjadi

    penurunan tekstur butterdari lembut menjadi agak keras.Butterpada kelompok D4 dan

    D5 memiliki tekstur yang lembut. Hal ini sesuai dengan pendapat Herschdoefer (1986),

    tekstur butter pada umumnya adalah lembut dan sangat lembut. Smit (2003)

    menambahkan bahwa tekstur butter dapat ditentukan dari komposisi lemak susu,

    struktur globula lemak, jumlah lemak cair, laju kristalisasi lemak dari krim, serta ukuran

    kristal lemak pada butter. Tekstur butteryang menjadi lebih keras setelah disimpan di

    kulkas juga sesuai dengan teori Herschdoefer (1986), tekstur butter ditentukan pula oleh

    suhu penyimpanan dan lama penyimpanan. Semakin rendah suhu penyimpanan dan

    semakin lama waktu penyimpanan butter, maka butter yang dihasilkan akan semakin

    padat dan keras.

    Penampakan fisik butteryang dihasilkan kelompok D1, D2, D3 sebelum dan sesudah

    disimpan di kulkas memiliki body, tidak mudah dioles, dan creamy. Butter pada

    kelompok D4 dan D5, sebelum dan sesudah disimpan di kulkas memiliki penampakan

    tidak punya body, mudah dioles, sangat creamy. Kemudahan butter untuk dioleskelompok D4 dan D5 sebelum disimpan di kulkas sesuai dengan penyataan Anonim

    (2005), produk buttermudah dioles karena kandungan air yang tidak terdispersi secara

    sempurna. Herschdoefer (1986) menambahkan bahwa kemudahan dioles biasa dikenal

    denganspreadability, yaitu sifat kompleks butter yang berhubungan dengan viskositas.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi spreadabilitydan adanya bodypada produk adalah

    tekanan, perubahan suhu, jenis lemak, metode pendinginan cream, dan working butter.

    Butterpada kelompok D1, D2, D3 yang tidak mudah dioles ini dapat disebabkan oleh

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    12/20

    12

    kandungan lemak whipping creamyang lebih rendah. Selain itu menurut Herschdoefer

    (1986), butteryang menjadi lebih keras dan tidak mudah dioles dapat disebabkan oleh

    adanya tahap pengkristalan lemak karena adanya penurunan suhu. Smit (2003)

    menambahkan bahwa tekstur butter dapat ditentukan dari komposisi lemak susu,

    struktur globula lemak, jumlah lemak cair, laju kristalisasi lemak dari krim, serta ukuran

    kristal lemak pada butter.

    Lonkar et al. (2011) mengatakan bahwa buttermilk merupakan produk sampingan dari

    butter,berupafase cair yang dilepaskan ketika creamdichurning. Menurut Vanderghem

    et al. (2010), buttermilk biasanya digunakan sebagai pakan ternak atau dikeringkan

    untuk selanjutnya digunakan sebagai emulsifying agent. Namun seiring dengan

    berkembangnya jaman, potensi buttermilk terus dikembangkan sebagai sumber

    komponen yang memiliki nilai tinggi. Bahrami et al. (2015) menambahkan, komposisi

    buttermilkadalah semua komponen larut air dari cream (protein, laktosa, vitamin dan

    mineral). Selain itu, buttermilk juga mengandung bahan dari membran globula lemak

    susu yang dirusak saat proses churningberlangsung dan bermigrasi ke fraksi buttermilk,

    sehingga kandunganfosfolipidpada buttermilklebih banyak dibandingkan dengan susu.

    Jinjarak et al. (2006) menambahkan bahwa buttermilkdapat digunakan sebagai bahan

    campuran berbagai macam produk makanan karena memiliki kandunganfosfolipidyang

    tinggi, seperti cheese seasoning,salad dressing,campuran es krim,pasta sauce, coklat,

    danyoghurt.Buttermilkjuga dapat berperan sebagai emulsifierkarena membran globula

    lemak susu membantu menahan globula lemak untuk bertumbukan dan mencegah

    penggumpalan globula lemak.

    Buttermilkpada kelompok D1, D2, D3 (Roselle Supreme)berwarna putih, sedangkanbuttermilk pada kelompok D4 dan D5 (Elle & Vire) berwarna agak kuning. Rasa

    buttermilkyang kurang creamy serta bewarna putih dapat disebabkan oleh tidak adanya

    komponen lemak penyusunnya. Hal ini didukung oleh pendapat Kosikowski (1977),

    buttermilkmemiliki kalori yang lebih rendah jika dibandingkan susu biasa dan memiliki

    ciri-ciri sedikit asam, memiliki rasa susu yang kuat, tetapi warnanya agak sedikit pucat.

    Kalori yang lebih rendah ini disebabkan oleh kandungan buttermilk yang menurut

    Britten et al.(2008) terdiri atas 59% kasein, 23% protein serum, -lactalbumin dan-

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    13/20

    13

    lactoglobulin.Buttermilk pada kelompok D4 dan D5 berwarna agak kuning dapat

    disebabkan oleh lolosnya sebagian kecil lemak butterpada saat proses pemisahan butter

    dan buttermilk. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Kosikowski (1977) bahwa warna

    pada buttermilk dipengaruhi oleh keberadaan pigmen larut lemak yang lolos pada tahap

    penyaringan. Selain itu, knadungan lemak yang lebih tinggi pada kelompok D4 dan D5

    juga dapat membuat warna buttermilkmenjadi lebih kuning. Hal ini didukung oleh data

    kandungan lemak pada cream Elle & Vire sebesar 35,1%, sedangkan Roselle

    Supreme mengandung 28%.

    Buttermilkpada kelompok D1, D2, D3 (Roselle Supreme) sedikit creamy, sedangkan

    pada kelompok D4 dan D5 (Elle & Vire) tidak creamy. Kandungan lemak pada

    creamElle & Vire sebesar 35,1%, sedangkan Roselle Supreme mengandung 28%.

    Seharusnya buttermilk pada kelompok D1, D2, D3 memiliki rasa yang lebih creamy

    dibandingkan kelompok D4, D5 karena kandungan lemaknya yang lebih tinggi. Hal ini

    didukung oleh pernyataan Smit (2003) bahwa komposisi lemak cair dapat

    mempengaruhi tingkat creaminess buttermilk. Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan

    oleh lolosnya sebagian kecil lemak butter pada saat proses pemisahan butter dan

    buttermilksehingga penilaian menjadi kurang tepat. Bobe et al.(2003) menambahkan

    bahwa tekstur buttermilk sangat lembut. Tekstur lembut ini dihasilkan dari proses

    pengocokan yang sempurna akibat terdapatnya air pada buttermilkyang mengakibatkan

    pecahnya membran globula lemak selama proses churning.

    Berdasarkan data hasil pengamatan, diketahui bahwa kelompok D1, D2, dan D3

    menggunakan cream cair Roselle Supreme, sedangkan kelompok D4, D5

    menggunakan creamcair Elle & Vire.

    Kandungan protein pada creamElle & Viredan Roselle Supreme sebesar 2,1%, sedangkan kandungan karbohidrat yang

    memberikan rasa manis pada creamElle & Vire sebesar 2,9%, pada creamRoselle

    Supreme sebesar 14%. Perbedaan kandungan gula pada bahan baku creaminilah yang

    membuat buttermilk pada kelompok D1, D2, D3 memiliki rasa yang sangat enak,

    sedangkan buttermilk pada kelompok D4 dan D5 rasa yang agak enak, dimana

    kandungan gula cream Roselle Supreme lebih tinggi dibandingkan Elle & Vire

    sehingga berasa lebih manis dan lebih disukai.

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    14/20

    14

    Buttermilk pada kelompok D1, D2, D3 aroma yang tidak kuat, sedangkan buttermilk

    pada kelompok D4 dan D5 aroma yang agak kuat. Sodini et al.(2006) mengungkapkan

    bahwa buttermilk memiliki aroma yang kuat dengan aroma menyenangkan, dimana

    aroma ini dihasilkan dari peningkatanflavorketika proses ripening. Perbedaan ini dapat

    ditimbulkan karena penggunaan bahan baku cream cair yang berbeda sehingga

    komposisi penyusun dalam bahan baku tersebut juga berbeda. Hal ini dapat

    mempengaruhi aroma maupun cita rasa dari buttermilkyang dihasilkan.

    Rendemen butter yang dihasilkan kelompok D1, D2, D3 berkisar antara 28,90% -

    32,61%, sedangkan kelompok D4 dan D5 25,55% - 35,89%. Rendemen buttermilkyang

    dihasilkan kelompok D1, D2, D3 berkisar antara 63,33% - 66,67%, sedangkan

    kelompok D4 dan D5 antara 46,67% - 56,67%. Hasil rendemen yang diperoleh masing-

    masing kelompok juga belum sesuai dengan komposisi yang tertera pada label kemasan

    whipping cream cair. Pada kelompok D1, D2, D3 (Roselle Supreme) mengandung

    28% lemak, sedangkan pada kelompok D4 dan D5 (Elle & Vire) mengandung 35,1%

    lemak. Ketidaksesuaian ini dapat dipengaruhi oleh proses penyaringan, dimana proses

    penyaringan yang sempurna didapatkan jika butter yang dihasilkan kering dan tidak

    mengandung air. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilorini & Sawitri (2006), proses

    pemisahan butterdan buttermilkdilakukan hingga buttermempunyai permukaan yang

    kering (fase air harus benar-benar terdispersi).

    Smit (2003) mengungkapkan bahwa buttermilk dapat pula dihasilkan melalui proses

    fermentasi susu skim oleh bakteri lactis,diacetylactis, cremoris,mesophilic Lactococci,

    Lactobacillus casei,mesophilic Leuconostoc, danLeuconostoc cremoris.Fermentasi iniberlangsung selama 16-20 jam dengan suhu 20-30oC. Hal ini didukung oleh teori

    Kosikowski (1977) yang menyatakan bahwacultured buttermilkmerupakan susu skim

    yang dipasteurisasi dan kemudian difermentasi dengan kultur asam laktat dengan aroma

    yang berasal dari bakteri. Cultured buttermilk mengandung 8,5% padatan susu non

    lemak. Buttermilk aman dikonsumsi oleh penderita lactose intolerant karena selama

    proses fermentasi dari bakteri starterini mampu memecah laktosa (gula susu) menjadi

    asam laktat.

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    15/20

    15

    4. KESIMPULAN

    Proses pengocokan menyebabkan terjadinya pemecahan globula lemak sehingga

    menyebabkan koagulasi, dan terbentuk butiran butter.

    Selama pengocokan, globula lemak akan mengikat gelembung udara, sehingga

    gelembung akan pecah dan bergabung menjadi satu membentuk suatu gerombolan

    (coalescence).

    CreamElle & Vire menghasilkan butter yang berwarna lebih kuning dibandingkan

    Roselle Supreme karena kandungan lemaknya yang lebih tinggi sehingga

    kandungan karotenoid yang menyebabkan warna kuning pun juga lebih tinggi.

    Warna butter setelah disimpan di kulkas seharusnya menjadi lebih memudar dan

    terang.

    Rasa butterakan dapat bertahan lama pada suhu rendah dikarenakan penyimpanan

    terbaik dapat dilakukan selama 6 bulan hingga setahun untuk mempertahankan

    rasanya.

    Aroma butter dihasilkan oleh senyawa diasetil, asam heksanoat, asam butanoat,

    asetaldehid, dimethyl sulfide, asam dekanoat, -octalactone,-decalactone,phenol, p-

    cresol, and skatole.

    Aroma butterakan lebih bertahan pada suhu rendah dibandingkan suhu ruang.

    Tekstur butter dapat ditentukan dari komposisi lemak susu, struktur globula lemak,

    jumlah lemak cair, laju kristalisasi lemak dari krim, serta ukuran kristal lemak pada

    butter.

    Semakin rendah suhu penyimpanan dan semakin lama waktu penyimpanan butter,

    maka butteryang dihasilkan akan semakin padat dan keras.

    Butter yang menjadi lebih keras dan tidak mudah dioles dapat disebabkan oleh

    adanya tahap pengkristalan lemak karena adanya penurunan suhu.

    Warna pada buttermilk dipengaruhi oleh keberadaan pigmen larut lemak yang lolos

    pada tahap penyaringan.

    Kandungan lemak yang lebih tinggi berpengaruh pada warna buttermilk yang

    menjadi lebih kuning.

    Kandungan gula creamRoselle Supreme lebih tinggi dibandingkan Elle & Vire

    sehingga berasa lebih manis dan lebih disukai.

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    16/20

    16

    Semarang, 8 Juni 2016

    Praktikan, Asisten Dosen :

    -

    Graytta Intania

    Debora Rika Angelita

    (13.70.0041)

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    17/20

    17

    5. DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. (2005). Butter. http://www.milkingredients.ca/DCP/article_e.asp?catid=145&

    page=216.Diakses tanggal 8 Juni 2016 pukul 21.24.

    Anonim. (2008). Butter Manufacture. http://www.foodsci.uoguelph.ca/dairyedu/butter.

    html.Diakses tanggal 8 Juni 2016 pukul 20.14.

    Bahrami, M., Dariush Ahmadi, Faranak Beigmohammadi, and Fakhrisadat Hosseini.

    (2015). sweet cream buttermilk with whole milk to produce cream cheese. Irish

    Journal of Agricultural and Food Research. 54 (2). 73-78.

    Bobe, G.; Hammond, E. G.; Freeman, A. E.; Lindberg, G. L. & Beitz D.C. (2003).

    Texture of Butter from Cows with Different Milk Fatty Acid Compositions.

    http://jds.fass.org/cgi/content/full/90/6/2596.pdf. Diakses tanggal 8 Juni 2016 pukul20.14.

    Bruhn, C. M. & Bruhn, J. C. (1988).Observation on The Whipping Characteristic of

    Cream.Journal of Dairy ScienceVol.71 (3) : 857-862. California.

    Buckle, K. A; R. A. Edwards; G. H. Fleet & M. Wooton. (1987). Food Science. UI

    Press. Jakarta.

    Gaman, P. B. & K. B. Sherrington. (1994). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan,

    Nutrisi, dan Mikrobiologi Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

    Gunstone, F. D. (2002). Food Application of Lipid, in Food Lipids: Chemistry,

    Nutrition & Biotechnology2ndEdition.Marcel Dekker, Inc. New York.

    Herschdoefer, S. M. (1986). Quality Control in the Food Industry Volume 2. Academic

    Press. London.

    Jinjarak, S.; A. Olabi; R. Jimenez-Flores & JH Walker. (2006). Sensory, Functional,

    and Analytical Comparisons of Whey Butter With Others Butter. California

    Polytechnic University. San Luis Obispo.

    Kosikowski, F. V. (1977). Cheese and Fermented Milk Foods. Edwards Brother, Inc.

    USA.

    Krause, A. J; R. E. Miracle; T. H. Sanders; L. L. Dean & M. A. Drake. (2008). The

    Effect of Refrigerated and Frozen Storage on Butter Flavor and Texture. J. Dairy

    Sci. Vol. 91 : 455465. USA.

    Lonkar, S.P., Mahajan, A.P., Ranveer, R.C., Sahoo, A.K. (2011). Development of

    Instant Mattha Mix. World Journal of Dairy & Food Sciences6 (2): 125-129.

    http://www.milkingredients.ca/DCP/article_e.asp?catid=145&%20page=216http://www.milkingredients.ca/DCP/article_e.asp?catid=145&%20page=216http://www.foodsci.uoguelph.ca/dairyedu/butter.%20htmlhttp://www.foodsci.uoguelph.ca/dairyedu/butter.%20htmlhttp://www.foodsci.uoguelph.ca/dairyedu/butter.%20htmlhttp://www.foodsci.uoguelph.ca/dairyedu/butter.%20htmlhttp://www.foodsci.uoguelph.ca/dairyedu/butter.%20htmlhttp://www.milkingredients.ca/DCP/article_e.asp?catid=145&%20page=216http://www.milkingredients.ca/DCP/article_e.asp?catid=145&%20page=216
  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    18/20

    18

    Lozano, P.; R. E. Miracle; A. J. Krause; M. A. Drake & K. R. Cadwallader. (2007).

    Effect of Cold Storage and Packaging Material on the Major Aroma Components

    of Sweet Cream Butter.J. Agric. Food Chem. Vol. 55 : 78407846.

    Nurrulhidayah, A.F., Arieff, S.R., Rohman, A., Amin, I., Shuhaimi, M. and Khatib, A.(2015). Detection of butter adulteration with lard using differential scanning

    calorimetry.International Food Research Journal.22(2): 832-839.

    Rnholt, S.; J.J.K. Kirkensgaard; K. Mortensen; J.C. Knudsen. (2014). Effect of cream

    cooling rate and water content on butter microstructure during four weeks of

    storage.Food Hydrocolloids. 34 (2014). 169-176.

    Saleh, E. (2004). Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. USU Digital Library.

    http://library.usu.ac.id./download/fp/ternak-eniza2.pdf. Diakses tanggal 8 Juni

    2016 pukul 21.55.

    Smit, G. (2003).Dairy Processing. Woodhead Publishing Limited. Cambridge.

    Susilorini, T. E. & M. E. Sawitri. (2006). Produk Olahan Susu. Penebar Swadaya.

    Jakarta.

    Vanderghem, C., Bodson, P., Danthine, S., Paquot, M., Deroanne, C., Blecker, C.

    (2010). Milk fat globule membrane and buttermilks : from composition to

    valorization.Biotechnol.Agrom.Soc.Environ. 14(3). 485-500.

    Walstra, P.; J. T. M. Wouters & T. J. Geurts. (2006). Dairy Science and Technology 2nd

    Edition. Taylor & Francis Group, LLC. Boca Raton.

    Winarno, F. G. (1993). Ilmu Pangan dan Gizi, Teknologi dan Konsumsi. PT Gramedia

    Pustaka Utama. Jakarta.

    http://library.usu.ac.id./download/fp/ternak-eniza2.pdfhttp://library.usu.ac.id./download/fp/ternak-eniza2.pdf
  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    19/20

    19

    6. LAMPIRAN

    6.1. Foto Kemasan

    (a) (b)

    Gambar 1. Komposisi Whipping CreamElle & Vire(a) dan Roselle Supreme

    (b)

    6.2. Perhitungan

    Rumus :

    Rendemen =berat

    berat awal 100%

    Rendemen =volume

    volume awal 100%

    Kelompok D1

    Rendemen =106

    335 100% = 31,64%

    Rendemen =200

    300 100% = 66,67%

    Kelompok D2

  • 7/26/2019 Butter&Buttermilk_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    20/20

    20

    Rendemen =88

    303,5 100% = 28,90%

    Rendemen =195

    300

    100% = 65%

    Kelompok D3

    Rendemen =101,1

    310 100% = 32,61%

    Rendemen =190

    300 100% = 63,33%

    Kelompok D4

    Rendemen =107,5

    299,5 100% = 35,89%

    Rendemen =170

    300 100% = 56,67%

    Kelompok D5

    Rendemen =75

    293,5

    100% = 25,55%

    Rendemen =140

    300 100% = 46,67%

    6.3. Abstrak Jurnal

    6.4. Laporan Sementara