Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

download Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

of 15

Transcript of Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

  • 7/26/2019 Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

    1/15

    BUTTER& BUTTERMILK

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU

    Disusun oleh:

    Nama: Nita Silviani Arifin

    NIM: 13.70.0069

    Kelompok: A4

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2016

    Acara I

  • 7/26/2019 Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

    2/15

    1

    1. TOPIK DAN TUJUAN PRAKTIKUM

    1.1. Topik

    Topik praktikum kali ini adalah Butter dan Buttermilk. Praktikum dilakukan pada

    Senin, 16 Mei 2016 dari pukul 15.00 sampai dengan 18.00 WIB.

    1.2. Tujuan Praktikum

    Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar praktikan mampu membuat dan

    memahami prinsip pembuatan unsalted butteryang tidak difermentasi.

  • 7/26/2019 Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

    3/15

    2

    2. HASIL PENGAMATAN

    2.1.

    Hasil Pengamatan Sensori dan Fisik pada Butterdan Buttermilk

    Hasil pengamatan sensori dan fisik pada butter(sebelum dan setelah disimpan di kulkas) dan buttermilkdapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Hasil Pengamatan Sensori dan Fisik padaButterdanButtermilk

    Kel. ProdukSensori Fisik

    Warna Rasa Aroma Tekstur Penampakan Rendemen (%)

    1 Butter+ ++ ++ +++

    Tidak punya body, mudah

    dioles, creamy26,43

    Buttersetelah disimpan di kulkas++ ++ +++ ++++

    Punya body, tidak mudah

    dioles, creamy

    Buttermilk + +++ +++ Creamy 66,67

    2 Butter+ ++ ++ +++

    Tidak punya body, mudah

    dioles, creamy26,43

    Buttersetelah disimpan di kulkas++ ++ +++ ++++

    Punya body, tidak mudah

    dioles, creamy

    Buttermilk + +++ +++ Creamy 66,67

    3 Butter - - - - - -

    Buttersetelah disimpan di kulkas - - - - -

    Buttermilk - - - - -

    4 Butter - - - - - -

    Buttersetelah disimpan di kulkas - - - - -Buttermilk - - - - -

    5 Butter - - - - - -

    Buttersetelah disimpan di kulkas - - - - -

    Buttermilk - - - - -

  • 7/26/2019 Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

    4/15

    3

    Keterangan:Warna Rasa Aroma Tekstur+ : putih + : tidak enak + : tidak kuat + : kasar/keras

    ++ : agak kuning ++ : agak enak ++ : agak kuat ++ : agak kasar/agak keras

    +++ : kuning +++ : enak +++ : kuat +++ : lembut++++ : sangat kuning ++++ : sangat enak ++++ : sangat kuat ++++ : sangat lembut

    +++++ : coklat

    Penampakan

    * punya bodyatau tidak, mudah dioles atau tidak, creamyatau tidak

    Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa pada kelompok 1 dan 2 yang menggunakan whipping cream cair, butter yamg

    dihasilkan berwarna putih, berasa agak enak, beraroma agak kuat, bertekstur lembut, tidak punya body, mudah dioles, dan creamy, dengan

    rendemen sebanyak 26,43%. Setelah disimpan di kulkas, buttermenjadi berwarna agak kuning, berasa tetap, beraroma kuat, bertekstur

    sangat lembut, punya body, tidak mudah dioles, dan tetap creamy. Sementara itu, buttermilkyang dihasilkan berwarna putih, berasa enak,

    beraroma kuat, dan creamy, dengan rendemen sebanyak 66,67%. Pada kelompok 3, 4, dan 5 yang menggunakan whipping creambubuk,

    pemisahan antara butterdan buttermilkmengalami kegagalan, sehingga tidak dapat diidentifikasi karakteristik sensori dan fisiknya.

  • 7/26/2019 Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

    5/15

    4

    2.2. Penampakan Hasil Churning

    Penampakan hasil churning dari whipping cream menjadi butterdan buttermilkdapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Hasil ChurningKelompok 1, 2 (kiri) dan Kelompok 3, 4, 5 (kanan).

  • 7/26/2019 Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

    6/15

    5

    3. PEMBAHASAN

    Butter merupakan emulsi air-dalam-minyak (w/o), dengan kandungan lemak susu

    minimal sebanyak 80 gram per 100 gram dan moisturemaksimal 16 gram per 100 gram

    (Wilbey, 2009). Pembuatan butter pada umumnya dilakukan dengan churning dan

    working (Walstra et al., 2006). Pada praktikum kali ini, butter dibuat dengan

    menggunakan metode proses churning secara konvensional. Kelompok 1 dan 2

    menggunakan whipping creamcair bermerek Roselle Supreme, sedangkan kelompok

    3, 4, dan 5 menggunakan whipping creambubuk bermerek Haan yang dilarutkan

    dalam air. Mula-mula, sebanyak 300 ml krim dikocok dengan menggunakan mixerpada

    kecepatan tinggi.

    Menurut Walstra et al. (2006), selama pengocokan (churning), udara masuk ke dalam

    krim dan menjadi gelembung-gelembung berukuran kecil. Globula-globula lemak

    menyentuh gelembung-gelembung udara ini, menyebarkan sebagian substansi membran

    globula dan beberapa lemak cair pada perbatasan lapisan udara-air, dan melekat pada

    gelembung-gelembung udara tersebut; satu gelembung menangkap beberapa globula.

    Gelembung-gelembung udara terus bergerak di dalam cairan dan menyatu satu sama

    lain. Dengan demikian terjadilah pemisahan, di mana globula-globula lemak juga

    menjadi saling melekat satu sama lain. Jadi lemak cair berperan sebagai agen pelekat,

    dan globula-globula lemak menggumpal bersama-sama, seperti pada Gambar 2.

    Gambar 2. Interaksi antara globula lemak dan gelembung udara selama churning. Jika

    lemak berbentuk cair, globula lemak terpecah oleh pengocokan (atas). Jika

    globula lemak berisi lemak padat, terbentuk gumpalan-gumpalan (bawah).

  • 7/26/2019 Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

    7/15

    6

    Transformasi krim menjadi buttermerupakan fenomena yang kompleks di mana emulsi

    minyak di dalam air dibalik menjadi emulsi air di dalam minyak, sehingga

    menghasilkan separasi fase larutan (Vanderghem et al., 2010). Dengan adanya agitasi

    yang berkelanjutan, pemecahan emulsi minyak di dalam air juga berlanjut dan butiran-

    butiran butter yang dihasilkan menjadi terlihat dan mengalami pertumbuhan.

    Pertumbuhan ini terjadi di dalam fase larutan yang nantinya disebut sebagai buttermilk.

    Ketika butiran-butran buttermencapai ukuran tertentu, proses churningdihentikan dan

    buttermilkditiriskan (Wilbey, 2009).

    Butter dipisahkan dari buttermilk dengan menggunakan kain saring sambil ditekan-

    tekan. Tahapan ini dinamakan working. Suatu inversi fase secara parsial sudah terjadi

    selama churning; di mana fase lemak yang berkelanjutan telah berkembang di dalam

    granula-granula butter. Namun tahapan working meyebabkan terjadinya inversi fase

    lebih jauh lagi. Pada tahapan ini, moisture yang berlebih diperas keluar dan butiran-

    butiran moistureyang tersisa terpecah menjadi kecil-kecil (Walstra et al., 2006). Setelah

    dipastikan bahwa semua buttermilktelah terpisahkan, butteryang dihasilkan ditimbang

    dan diamati karakteristik fisik dan sensorinya.

    Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan bahwa pada kelompok 1 dan 2 yang

    menggunakan whipping creamcair, butteryang dihasilkan berwarna putih, berasa agak

    enak, beraroma agak kuat, bertekstur lembut, tidak punya body, mudah dioles, dan

    creamy. Menurut Walstra et al. (2006), semakin kecil ukuran butiran, semakin pucat

    warna butter oleh karena semakin kuatnya penyebaran cahaya. Di sisi lain, warna

    terutama dipengaruhi oleh kandungan -karoten. Sementara itu, semakin kecil ukuran

    butiran, semakin hambar rasa butter. Menurut Herschdoefer (1986), aroma butterdihasilkan dari senyawa-senyawa tertentu yang terkandung dalam butter, seperti

    asetaldehid, asam heksanoat, asam butanoat, diasetil, dimetil sulfida, fenol, dan lain-

    lain. Tekstur butter dipengaruhi oleh konsentrasi total solid (Walstra et al., 2006).

    Sementara itu, keberadaan bodydan kemudahan butteruntuk dioles dipengaruhi oleh

    suhu, jenis lemak, metode pendinginan, dan working(Herschdoefer, 1986). Rendemen

    butter yang dihasilkan adalah 26,43%. Menurut Campbell & Marshall (2016), terdapat

  • 7/26/2019 Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

    8/15

    7

    faktor-faktor yang mempengaruhiyieldbutter, seperti efisiensi dari proses separasi dan

    churning, komposisi, dan overrun.

    Pada kelompok 3, 4, dan 5 yang menggunakan whipping cream bubuk, pemisahan

    antara butterdan buttermilkmengalami kegagalan, sehingga tidak dapat diidentifikasi

    karakteristik sensori dan fisiknya. Hal ini dapat disebabkan karena whipping cream

    bubuk tersebut pada proses pengolahannya telah mengalami homogenisasi, sehingga

    tidak dapat di-churning, atau dikarenakan proporsi lemak padat yang terlalu sedikit.

    Menurut Walstra et al. (2006), ukuran globula lemak berpengaruh terhadap kecepatan

    dan efisiensi dari proses churning, di mana susu yang telah dihomogenisasi tidak dapat

    di-churning. Proporsi dari lemak padat juga bersifat krusial. Jika lemak dari dalam

    globula lemak seluruhnya berbentuk cair, yang terjadi bukan churning, tetapi justru

    homogenisasi.

    Kemudian apabila dilihat dari komposisinya, ternyata whipping cream bubuk merek

    Haan ini hanya terdiri atas gula, emulsifier, bubuk whey, dan pati kentang yang

    dimodifikasi. Dari komposisi tersebut, kandungan lemak kemungkinan hanya berasal

    dari bubuk whey dan emulsifier, tidak seperti whipping cream merek Roselle

    Supreme yang pada komposisinya ditambahkan lemak nabati . Emulsifieryang umum

    digunakan pada whipping creamadalah monogliserida atau digliserida (Smiddy et al.,

    2009), sementara komposisi lemak susu di dalam bubuk whey diketahui hanya sebesar

    1% hingga 1,5% (Shankar & Bansal, 2013). Hal ini juga dapat dibuktikan melalui

    tampilan informasi nilai gizi dari kedua jenis whipping cream, di mana whipping cream

    Roselle Supreme mengandung lemak sebanyak 28 gram, sedangkan whipping cream

    Haan hanya mengandung lemak sebanyak1 gram. Menurut Walstra et al. (2006), jikakandungan lemak padat sangat sedikit, maka krim tidak akan terpisahkan; gumpalan-

    gumpalan yang terbentuk akan segera kembali menjadi bagian-bagian seperti

    sebelumnya.

    Untuk buttermilk, dilakukan pengukuran volume dan juga pengamatan terhadap

    karakteristik fisik dan sensorinya. Buttermilkmerupakan fase larutan yang dilepaskan

    selama churning krim pada pembuatan butter. Buttermilk mengandung semua

  • 7/26/2019 Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

    9/15

    8

    komponen krim yang larut air seperti protein susu, laktosa, dan mineral. Buttermilkjuga

    memerangkap material yang didapatkan dari membran globula lemak susu atau yang

    biasa disebut milk fat globule membrane (MFGM) yang rusak selama churning dan

    sebagian besar berpindah ke fraksi buttermilk. Selain itu buttermilk juga mengandung

    lebih banyak fosfolipid dibandingkan susu dikarenakan oleh kandungan material

    MFGM-nya yang tinggi (Sodini et al., 2006). Protein pada buttermilk kurang lebih

    mengandung proporsi kasein sebanyak 59%, protein serum sebanyak 23%, -

    laktalbumin, dan -laktoglobulin (Britten et al., 2008). Kandungan lemak buttermilk

    adalah sekitar 0,5%, dan buttermilk mengandung sejumlah besar material membran

    termasuk lesitin.

    Berdasarkan hasil pengamatan, buttermilkyang dihasilkan berwarna putih, berasa enak,

    beraroma kuat, dan creamy, dengan rendemen sebanyak 66,67%. Rasa buttermilkyang

    enak, creamy, dan aromanya yang kuat seperti pada hasil pengamatan membuat

    buttermilk dijadikan sebagai bahan olahan susu yang dimanfaatkan secara luas di

    industri-industri pangan oleh karena kapasitas emulsinya dan dampak positifnya pada

    flavortersebut (Lonkar et al., 2011). Salah satu contohnya adalah pada proses produksi

    keju. Menurut Bahrami et al. (2015), buttermilk telah sejak lama digunakan sebagai

    bahan pembuatan keju, seperti pada keju cheddar, feta, cottage, mozzarella,pizza, dan

    susu fermentasi. Selain itu, buttermilkjuga sangat mudah untuk dicerna, sehingga baik

    bagi penderita masalah pencernaan (Nirgude, 2013). Namun demikian, umur simpan

    buttermilk relatif pendek, di mana rasa dari buttermilk berubah dengan cukup cepat

    dikarenakan oleh kemungkinan terjadinya oksidasi dari kandungan material membran

    (Bylund, 1995).

    Selanjutnya, butterdisimpan di dalam kulkas dengan ditutup plastik clingselama 1 jam,

    kemudian diamati kembali karakteristik fisik dan sensorinya. Berdasarkan hasil

    pengamatan, butter menjadi berwarna agak kuning, berasa tetap, beraroma kuat,

    bertekstur sangat lembut, punya body, tidak mudah dioles, dan tetap creamy. Dari hasil

    pengamatan tersebut, terjadi perubahan terhadap kemampuan butter untuk dioles

    dibandingkan dengan butter sebelum disimpan di dalam kulkas. Menurut Bylund

    (2005), jumlah asam lemak dengan titik leleh tinggi menentukan apakah lemak akan

  • 7/26/2019 Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

    10/15

    9

    menjadi keras atau lunak. Lemak yang lunak mengandung sejumlah besar asam lemak

    dengan titik leleh rendah, dan pada suhu ruang lemak ini memiliki fase lemak cair yang

    berkelanjutan. Di sisi lain, dalam lemak yang keras rasio antara lemak cair dan lemak

    padatnya lebih rendah. Jika pendinginan dilakukan secara bertahap, lemak yang berbeda

    akan mengkristal pada suhu yang berbeda, tergantung pada titik lelehnya. Berdasarkan

    pustaka Walstra et al. (2006), perbedaan karakteristik butter sebelum dan setelah

    disimpan di kulkas dapat digambarkan sebagai berikut.

    Gambar 3. Hubungan antarafirmnessdan suhu butter, di mana butterdibuat dari krim

    yang sama, tetapi dengan perlakuan suhu yang berbeda.

    Suhu memberikan pengaruh yang sangat kuat, seperti yang dapat dilihat pada Gambar

    3, di mana suhu berpengaruh terhadap kandungan lemak padat. Meskipun pada satu

    temperatur nilainya dapat bervariasi, semua kurva menunjukkan penurunan firmness

    ketika suhunya berubah dari 10 menjadi 20C. Dengan demikian, pada suhu

    refrigerator, butter kemungkinan menjadi hampir tidak dapat dioles, dan pada suhu

    ruang, butterkemungkinan akan mencair (Walstra et al., 2006).

  • 7/26/2019 Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

    11/15

    10

    4. KESIMPULAN

    Prinsip pembuatan butter dengan cara pengocokan krim (churning) secara

    konvensional adalah terjadinya inversi fase di mana emulsi minyak di dalam air

    berubah menjadi emulsi air di dalam minyak, menghasilkan separasi fase larutan

    yang disebut buttermilk.

    Setelah tahap pengocokan (churning), dilakukan tahap working, di mana moisture

    yang berlebih diperas keluar dan butiran-butiran moisture yang tersisa terpecah

    menjadi kecil-kecil.

    Butter yang dihasilkan memliki karakteristik warna putih, rasa agak enak, aroma

    agak kuat, tekstur lembut, tidak punya body, mudah dioles, dan creamy.

    Apabila kandungan lemak padat di dalam whipping creamterlalu sedikit, maka krim

    tidak akan dapat terpisahkan, karena gumpalan-gumpalan yang terbentuk akan

    segera kembali menjadi bagian-bagian seperti sebelumnya.

    Komposisi buttermilk terdiri atas protein susu, laktosa, mineral, membran globula

    lemak susu atau milk fat globule membrane(MFGM).

    Buttermilk yang dihasilkan memiliki karakteristik warna putih, rasa enak, aroma

    kuat, dan creamy.

    Setelah disimpan di dalam kulkas, buttermengalami perubahan karakteristik, yaitu

    menjadi sulit untuk dioles oleh karena terjadinya kristalisasi sebagian besar lemak.

    Semarang, 23 Mei 2016 Asisten Dosen:- Graytta Intannia

    (Nita Silviani Arifin)

    13.70.0069

    Kelompok A4

  • 7/26/2019 Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

    12/15

    11

    5. DAFTAR PUSTAKA

    Bahrami, M.; D. Ahmadi; F. Beigmohammadi; and F. Hossein. 2015. Mixing sweet

    cream buttermilk with whole milk to produce cream cheese. Irish Journal ofAgricultural and Food ResearchVol. 54 (2): 73-78.

    Britten, M.; S. Lamothe; and G. Robitaille. 2008. Effect of Cream Treatment on

    Phospholipids and Protein Recovery in Butter-Making Process. International

    Journal of Food Science and TechnologyVol. 43: 651-657.

    Bylund, Gosta. 1995. Dairy Processing Handbook. Tetra Pak Processing Systems.

    Lund, Sweden.

    Campbell, John R. and Robert T. Marshall. 2016. Dairy Production and Processing:

    The Science of Milk and Milk Products. Waveland Press. Illinois, United States of

    America.

    Herschdoefer, S. M. 1986. Quality Control in the Food Industry,Volume 2. Academic

    Press. London.

    Lonkar, S. P.; A. P. Mahajan; R. C. Ranveer; and A. K. Sahoo. 2011. Development of

    Instant Mattha Mix. World Journal of Dairy & Food SciencesVol. 6 (2): 125-

    129.

    Nirgude, R.; Sandeep V. B.; Gajanan R. P.; Milind C. K.; Deepak P. S. 2013.

    Therapeutic and Nutritional Values of Takra (Buttermilk). International Research

    Journal of PharmacyVol. 4 (2): 29-31.

    Shankar, J. R. and G. K. Bansal. 2013. A Study on Health Benefits of Whey Proteins.

    International Journal of Advanced Biotechnology and ResearchVol. 4 (1): 15-19.

    Smiddy, M. A.; A. L. Kelly; and T. Hupperts. 2009. Cream and Related Products. In:

    Dairy Fats and Related Products, A. Y. Tamime (Ed.). Blackwell Publishing.

    West Sussex, United Kingdom.

    Sodini, I.; P. Morin; A. Olabi; and R. Jimenez-Flores. 2006. Compositional and

    Functional Properties of Buttermilk: A Comparison Between Sweet, Sour, and

    Whey Buttermilk.Journal of Dairy ScienceVol. 89 (2): 525-536.

    Vanderghem, C.; P. Bosdon; S. Danthine; M. Paquot; C. Deroanne; C. Blecker. 2010.

    Milk fat globule membrane and buttermilks: from composition to valorization.

    Journal of Biotechnology Agronomy Social EnvironmentVol. 14 (3): 485-500.

    Walstra, Pieter; Jan T. M. Wouters; and Tom J. Geurts. 2006. Dairy Science and

    Technology, Second Edition. Taylor & Francis Group. Boca Raton, United States

    of America.

    Wilbey, R. A. 2009. Butter. In:Dairy Fats and Related Products, A. Y. Tamime (Ed.).

    Blackwell Publishing. West Sussex, United Kingdom.

  • 7/26/2019 Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

    13/15

    12

    6. LAMPIRAN

    7.1. Foto

    Foto Komposisi Whipping CreamRosselle Supreme (atas) dan Haan (bawah):

  • 7/26/2019 Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

    14/15

    13

    Foto Informasi Nilai Gizi Whipping Cream Rosselle Supreme (atas) dan Haan

    (bawah):

  • 7/26/2019 Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata

    15/15

    14

    7.2. Perhitungan

    Rumus:

    Kelompok 1

    Kelompok 2

    Kelompok 3

    Kelompok 4

    Kelompok 5

    7.3. Abstrak Jurnal

    7.4. Laporan Sementara