Butter & Buttermilk_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata
-
Upload
praktikum-tpsusu -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of Butter & Buttermilk_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata
-
8/16/2019 Butter & Buttermilk_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata
1/13
Acara I
BUTTER & BUTTERMILK
LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU
Disusun oleh: Nama : Anastasia Putri Kristiana
NIM : 13.70.0151
Kelompok A1
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2016
-
8/16/2019 Butter & Buttermilk_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata
2/13
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Topik
Topik praktikum kali ini adalah pembuatan butter & buttermilk, yang dilakukan pada
hari Selasa tanggal 16 Mei 2016 di Laboratorium Rekayasa Pangan. Praktikum dimulai
pada pukul 15.00 dan dilakukan bersamaan dengan praktikum susu pasteurisasi. Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah liquid whipping cream dengan merk
“Roselle ” dan whipping cream bubuk dengan merk “Haan ”.
1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara membuat unsalted butter yang tidak
difermentasi dan memahami prinsip pembuatannya.
-
8/16/2019 Butter & Buttermilk_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata
3/13
2
2. HASIL PENGAMATAN
2.1. Hasil Pengamatan Butter & Buttermi lk
Hasil Pengamatan Butter & Buttermilk dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Butter & Buttermilk
Kel ProdukSensori Fisik
Warna Rasa Aroma Tekstur Penampakan Rendemen(%)
A1 Butter + ++ ++ +++Tidak punyabody , mudah
dioles, creamy 26,43
Butter setelah
disimpan dikulkas
++ ++ +++ ++++Punya body,tidak mudah
dioles, creamy
Buttermilk + +++ +++ Creamy 66,67
A2 Butter + ++ ++ +++Tidak punyabody , mudah
dioles, creamy 27,49
Butter setelah
disimpan dikulkas
++ ++ +++ ++++Punya body,tidak mudah
dioles, creamy
Buttermilk + +++ +++ Creamy 60A3 Butter - - - - - -
Butter setelah
disimpan dikulkas
- - - - - -
Buttermilk - - - - - -A4 Butter - - - - - -
Butter
setelahdisimpan di
kulkas
- - - - - -
Buttermilk - - - - - -A5 Butter - - - - - -
Butter setelah
disimpan dikulkas
- - - - - -
Buttermilk - - - - - -
-
8/16/2019 Butter & Buttermilk_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata
4/13
3
Keterangan:Warna Rasa Aroma+ = putih + = tidak enak + = tidak kuat ++ = agak kuning ++ = agak enak ++ = agak kuat+++ = kuning +++ = enak +++ = kuat
++++ = sangat kuning ++++ = sangat enak ++++ = sangat kuat+++++ = coklat
Tekstur Penampakan :+ = kasar/keras *punya body atau tidak++ = agak kasar/agak keras *mudah dioles atau tidak+++ = lembut * creamy atau tidak++++ = sangat lembut
Pada Tabel 1. di atas dapat dilihat bahwa karakteristik butter dan buttermilk yang dapat
diamati adalah pada kelompok A1 dan A2 dengan bahan whipping cream cair merk
“Roselle”, tidak diperoleh hasil pengamatan pada kelompok A3 hingga A5 yang
menggunakan bahan whipping cream bubuk merk “Haan” . Parameter yang diamati
adalah warna, rasa, aroma, tekstur, penampakan, dan rendemen. Hasil pengamatan
butter dan buttermilk pada kelompok A1 dan A2 menunjukkan karakteristik yang sama.
Karakteristik b utter yang diperoleh yaitu berwarna putih dengan rasa agak enak, aroma
agak kuat, bertekstur lembut, tidak punya body, mudah dioles, dan creamy . Setelah
disimpan dalam kulkas, karakteristik butter menjadi berwarna agak kuning dengan rasa
agak enak, aroma kuat, bertekstur sangat lembut, punya body , tidak mudah dioles, dan
creamy, sedangkan buttermilk berwarna putih dengan rasa enak, aroma kuat, dan
creamy . Rendemen butter yang paling tinggi adalah pada kelompok A2, sedangkan
rendemen buttermilk yang paling tinggi adalah pada kelompok A1.
Gambar 1. Pembuatan butter menggunakan whipping cream cair vs whipping cream
bubuk
-
8/16/2019 Butter & Buttermilk_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata
5/13
4
3. PEMBAHASAN
Menurut Juriaanse & Heertje (1988) dalam R Ønholt et al. (2014), butter merupakan
produk emulsi air dalam lemak yang tersusun atas globula lemak, kristal lemak, dan
droplet air yang terdispersi merata di dalam fase lemak. Menurut Codex Standard 279-
1971, butter atau mentega adalah produk lemak turunan susu dalam bentuk emulsi
water-in-oil (w/o). Butter dapat dibuat dari krim dengan proses pengocokan atau
churning (Usmiati & Abubakar, 2009) . Menurut Gunstone (2002), butter dapat dibuat
dengan metode churning dan kneading . Emulsi lemak dalam air akan terpecah selama
proses churning, sehingga menyebabkan fase inversi dari emulsi minyak dalam air
menjadi emulsi air dalam minyak. Proses kneading akan mengumpulkan dan
mengkristalkan globula lemak pada krim membentuk butter.
Butter mengandung 15% air dan lemak minimal 80% (Koswara, 2009). Mulder &
Walstra (1974) dalam Rønholt et al. (2014) menyatakan bahwa seiring dengan
meningkatnya kandungan air pada butter maka butter cenderung lebih cair, sehingga
mempengaruhi kekokohan tekstur butter. Griffin & Laye (1992) dalam Nurrulhidayah
et al. (2014) menyatakan bahwa kandugan lemak dalam butter dapat dianalisismenggunakan metode Differential Scanning Calorimetry (DSC) yang relatif cepat dan
mudah serta tidak membutuhkan banyak sampel.
Menurut Herschdoefer (1986), butter dapat diklasifikasikan berdasarkan flavor, yaitu
unsalted butter (tanpa penambahan garam) , salted butter (dengan penambahan garam) ,
dan ripened cream . Beberapa jenis butter menurut Mims (2008), yaitu sebagai berikut:
1.
Cultured butterterbuat dari krim hasil fermentasi dengan menambahkan bakteri asam laktat.
2. Salted butter, yaitu butter dengan penambahan garam.
3. Pungent-tasting preserved butter/fermented butter
yaitu butter yang mengalami proses aging selama dua minggu hingga dua tahun.
4. Raw-creambutter
yaitu butter dari susu sapi peternakan segar dimana krimnya tidak mengalami
proses pasteurisasi.
-
8/16/2019 Butter & Buttermilk_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata
6/13
5
5. Clarified butter
Butter murni yang telah mengalami proses pemanasan sehingga kandungan airnya
terevaporasi.
6. Uncultured butter / sweet-cream butter
Butter dengan karakteristik yang lembut dan flavor netral.
7. Whipped butter
Butter yang dapat dioleskan karena setelah proses churning di dalam butter jenis ini
terkandung nitrogen gas whipped sehingga meskipun disimpan pada suhu yang
rendah butter jenis ini masih bertekstur lembut dan dapat dioleskan.
Prinsip dalam pembuatan butter yaitu tahap churning yang bertujuan untuk memecah
membran globula lemak pada krim sehingga akan merusak emulsi air dalam lemak pada
krim. Komponen kasein pada krim akan memerangkap udara yang akan membentuk
buih pada saat pengocokan. Komponen kasein yang tidak mengandung lemak tersebut
akan menjadi menjadi buttermilk, sedangkan gumpalan lemak yang terpisah akibat
pengocokan akan terkumpul membentuk butter (Winarno & Fernandez, 2007). Pada
penelitian R Ønholt et al. (2014) dikatakan bahwa semakin singkat waktu churning pada
kondisi pendinginan lambat ( slow cooling rate ), kristal air akan semakin besar biladibandingkan dengan pendinginan cepat ( fast cooling rate ). Kristal air akan terpenetrasi
ke dalam globula lemak dan mendorong terjadinya fase inversi dari emulsi oil-in-water
menjadi water-in-oil (Boode et al. , 1993) .
Menurut Funahashi et al. (2008) dalam Vanderghem et al. (2010), proses pembuatan
butter terdiri dari 3 tahap, yaitu:
1.
RipeningTahap ini merupakan tahap krusial yang akan mempengaruhi destabilisasi globula
lemak dan kualitas sensori butter.
2. Churning
Adalah proses pemecahan globula lemak susu dengan cara pengocokan untuk
membentuk butter.
3. Working and Washing
-
8/16/2019 Butter & Buttermilk_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata
7/13
6
Butter yang diperoleh dari hasil churning kemudian dicuci dengan air bersih, dapat
ditambah garam atau aroma yang diinginkan sebelum akhirnya diberi perlakuan
mekanis ( working ) untuk memperoleh tekstur butter yang diinginkan.
Pada praktikum ini dilakukan proses pembuatan unsalted butter . Bahan yang digunakan
untuk pembuatan unsalted butter adalah 300 ml whipping cream. Whipping cream yang
digunakan pada kelompok A1 dan A2 adalah whipping cream cair merk “Roselle”,
sedangkan pada kelompok A3 hingga A5 menggunakan whipping cream bubuk merk
“Haan ”. Whipping cream memiliki kandungan lemak sekitar 35% (Walstra et al., 2006).
Whipping cream tersebut dikocok dengan mixer kecepatan tinggi sehingga terpisah
antara lemak dengan buttermilk. Menurut Walstra et al. (2006), whipping cream yang
dikocok akan membentuk buih dari gelembung udara yang diperangkap oleh protein
susu, yaitu ß- casein, pengocokan secara kontinyu akan menyebabkan gelembung udara
menyusut dan merusak globula lemak sehingga akhirnya terbentuk butter yang terpisah
dari buttermilk . Buttermilk adalah produk samping berupa cairan yang tertinggal setelah
proses pembuatan butter dari yoghurt atau krim yang dikocok (Jinjarak et al., 2006
dalam Lonkar et al., 2011). Buttermilk memiliki komponen larut air seperti protein,
laktosa, mineral, dan lesitin yang diperoleh dari membran globula lemak susu yangrusak selama proses churning (Sodini et al., 2006 dalam Lonkar et al., 2011). Lonkar et
al . (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa buttermilk saat ini sudah banyak
tersedia dalam bentuk bubuk yang komposisinya hampir sama seperti susu skim,
dengan kandungan lemak dan fosfolipid yang lebih banyak. Salah satu contoh aplikasi
buttermilk adalah pada pembuatan cream cheese dan keju, seperti keju cheddar,
mozzarella, feta, dan cottage (Govindasamy-Lucey et al. , 2006 dalam Bahrami et al.,
2015)
Butter dapat dipisahkan dari buttermilk dengan menggunakan kain saring. Butter yang
sudah dipisahkan dari buttermilk kemudian ditimbang beratnya dan diamati
karakteristiknya. Lalu, butter ditutup dengan cling wrap dan disimpan di dalam kulkas
selama 1 jam untuk kemudian diamati kembali karakteristiknya. Menurut Winarno &
Fernandez (2007), proses pendinginan di dalam kulkas bertujuan untuk memperbanyak
dan memperkecil ukuran kristal lemak, serta memadatkan lemak sehingga butter
-
8/16/2019 Butter & Buttermilk_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata
8/13
-
8/16/2019 Butter & Buttermilk_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata
9/13
8
menjadi sangat lembut. Hasil ini kurang sesuai karena seharusnya setelah disimpan
dalam suhu dingin, tekstur butter menjadi lebih kaku dan padat. Menurut Herschdoefer
(1986), tekstur butter setelah disimpan di dalam kulkas/ refrigerator akan berubah
menjadi lebih kaku dan keras karena butter mengalami perubahan struktur lemak
sehingga butter akan memiliki body. Ada beberapa faktor penyebab perubahan tekstur
dan penampakan butter dan buttermilk, yaitu:
1. Metode proses produksi, perbedaan suhu pemanasan dan penyimpanan.
2. Jenis, jumlah dan bentuk kristal lemak.
3. Kandungan air.
(Herschdoefer, 1986)
Spreadability (daya oles) butter dipengaruhi oleh jenis lemak, metode pendinginan
krim, dan pengocokan krim menjadi butter. Ketika disimpan pada suhu dingin, daya
oles butter akan menurun karena adanya perubahan tekstur menjadi lebih kaku
(Herschdoefer, 1986). Rendemen butter pada kelompok A1 dan A2 berturut-turut
adalah 26,43% dan 27,49%, sedangkan rendemen buttermilk adalah 66,67% dan 60%.
Dengan demikian, semakin tinggi kandungan lemak pada whipping cream akan
menghasilkan butter dengan warna, rasa, aroma, tekstur, penampakan, dan rendemenyang lebih baik.
Pada kelompok A3-A5 tidak diperoleh hasil pengamatan butter dan buttermilk . Hal ini
dikarenakan kelompok A3-A5 menggunakan bahan whipping cream bubuk “Haan” dan
air yang tidak bersuhu dingin dalam pengocokannya. Seharusnya, jika ingin membuat
butter dari whipping cream bubuk, pengocokannya harus dilakukan dengan
menambahkan air es karena lemak susu memiliki titik leleh tertentu yang perludikristalkan dengan bantuan air dingin untuk membentuk tekstur krim yang kokoh,
sehingga bila dilakukan pengocokan secara kontinyu dengan mixer kecepatan tinggi
butter akan lebih cepat terpisah dari buttermilk (Walstra et al., 2006). Selain itu,
komposisi lemak pada whipping cream juga mempengaruhi pembentukan butter.
Kandungan lemak pada whipping cream bubuk “Haan” (5 gram/100 gram bahan) lebih
rendah dibandingkan dengan whipping cream cair “Roselle” (28 gram/100 gram bahan),
sehingga pembentukan butter dengan bahan whipping cream bubuk menjadi lebih lama.
-
8/16/2019 Butter & Buttermilk_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata
10/13
9
4. KESIMPULAN
Butter adalah produk susu yang merupakan emulsi air dalam lemak ( water-in-oil ).
Prinsip pembuatan butter adalah dengan churning yaitu memecah globula lemak
susu dengan melakukan pengocokan secara kontinyu.
Prinsip churning akan mengubah fase emulsi lemak dalam air menjadi air dalam
lemak.
Setelah pengocokan, terbentuk fase padat berupa butter dan fase cair berupa
buttermilk.
Buttermilk adalah produk samping berupa cairan yang tertinggal setelah proses
pembuatan butter.
Buttermilk memiliki kandungan protein, laktosa, mineral, serta komponen membran
globula lemak seperti lesitin dan fosfolipid.
Aplikasi buttermilk dalam industri pangan antara lain adalah dalam pembuatan
cream cheese dan keju (mozzarella, feta, cheddar, cottage).
Semakin tinggi lemak pada butter maka warna, rasa, aroma, tekstur dan
penampakan butter akan menjadi lebih baik.
Penyimpanan pada kulkas tidak memberi banyak perubahan pada karakteristik
butter.
Perlu penambahan air es untuk membuat butter dengan bahan whipping cream
bubuk untuk mempercepat proses pembentukan butter .
Semakin tinggi kandungan lemak pada whipping cream maka pembentukan butter
semakin cepat.
Semarang, 22 Mei 2016 Asisten Dosen,Praktikan,
Anastasia Putri Kristiana Graytta Intannia13.70.0151
-
8/16/2019 Butter & Buttermilk_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata
11/13
10
5. AFTAR PUSTAKA
Bahrami, Masoud, Dariush Ahmadi, Faranak Beigmohammadi and Fakhrisadat
Hosseini. (2015). Mixing Sweet Cream Buttermilk with Whole Milk to ProduceCream Cheese. Irish Journal if Agricultural and Food Research 54(2): 73-78.
Boode, K., Walstra, P., & de Groot-Mostert, A. E. A. (1993). Partial coalescence in oilin-water emulsions. 2. Influence of the properties of the fat. Colloids and SurfacesA: Physicochemical and Engineering Aspects, 81, 139e151.
Codex Alimentarius. (2011). Codex standard for butter, codex standard 279-1971. InMilk and milk products (pp. 36e37). Rome:World Health Organization and Foodand Agriculture Organization of the United Nations.
Funahashi H. & Horiuchi J., (2008). Characteristics of the churning process incontinuous butter manufacture and modelling using an artificial neutral network.
Int. Dairy J ., 18, 323-328.
Govindasamy-Lucey, S., Lin, T., Jaeggi, J. J., Johnson, M. E. and Lucey, J. A. (2006).Influence of condensed sweet cream buttermilk on the manufacture, yield andfunctionality of pizza cheese . Journal of Dairy Science 89: 456-467.
Griffin, V.J. and Laye, P.G. (1992). Differential thermal analysis and differential
scanning calorimetry . In E. L. Charsley, and S. B. Warrington (Eds.), Thermalanalysis (pp. 17 – 30). Cambridge: Royal Society of Chemistry.
Gunstone, F. D. (2002). Food Application of Lipid, in Food Lipids: Chemistry, Nutrition & Biotechnology, Second Edition, Revised & Expanded. Ed. Akoh, C.C& D.B. Min. Marcel Dekker, Inc. New York.
Herschdoefer, S. M. (1986). Quality Control in the Food Industry Volume 2. AcademicPress. London.
Jinjarak, S., A. Olabi, R. Jimenez-Flores, I. SOdini and J.H. Walkar. (2006). SensoryEvaluation of the Whey and Sweet Buttermilk. J. Dairy Sci., 89: 2441-2450.
Juriaanse, A. C., & Heertje, I. (1988). Microstructure of shortenings, margarine and butter e a review. Food Microstructure, 7, 181e188.
Koswara, Sutrisno (2009). Teknologi Pengolahan Susu. eBookPangan.com
-
8/16/2019 Butter & Buttermilk_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata
12/13
-
8/16/2019 Butter & Buttermilk_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata
13/13
12
6. LAMPIRAN
6.1. Perhitungan
Rendemen butter :
× 100%
Rendemen buttermilk :
× 100%
Kelompok A1
Rendemen butter :83
3 4× 100% = 26,43%
Rendemen buttermilk :2
5× 100% = 66,67%
Kelompok A2
Rendemen butter :85,5
3× 100% = 27,49%
Rendemen buttermilk :8
3× 100% = 60%
6.2. Foto
Gambar 2. Perbandingan kandungan lemak whipping cream bubuk vs whipping cream
cair
6.3. Abstrak Jurnal
6.4. Laporan Sementara