Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

46
No. 3 |Januari 2013 M/Shafar 1434 H Rp. 5000,- Catatan Redaksi Listrik Padam, Kreatifitas “Terbenam” Sepanjang Desember 2012, di kantor Seruan Sanubari terjadi pemadaman listrik sekitar 20 kali. Terakhir kali, kami mencatat pemadaman terjadi tanggal, 23/12/2012 malam hari. Terbitan SS nomor 3 sempat tertunda. Listrik mati membuat “buyar” seluruh ide. Jika tidak karena tanggung jawab dan amanah dari masyarakat Sumatera Utara. Ingin rasanya kami menunda pekerjaan. Di sela-sela menyelia gambar-gambar yang akan dipakai untuk ilustrasi buletin. Maula Mazin menyeletuk, “Kenapa di Medan sering mati lampu pak?” Kata-kata itu seakan menyambar dan mengubah sorotan kami untuk edisi nomor 3. Tadinya, edisi nomor 3, kami ingin mengangkat tema kerukunan antar umat beragama di Kota Medan karena bertepatan Natal dan tahun baru 2013. Akhirnya kami ubah dengan fokus sorotan: “listrik di Kota Medan dan Sumatera Utara.” Tahun 2012 listrik sering mati. Konsumen sebaiknya mencatat dengan pasti. Kapan terjadi pemadaman listrik dan berapa lama waktunya. Dapatkah kita melihat datanya di PLN atau melalui situs www.pln.co.id? Benarkah ada yang mengajukan protes keberatan akibat kerugian yang ditimbulkan PLN? Sudahkah ada tanggapan serius? Harapan kita bersama, listrik di Sumatera Utara dapat mandiri tanpa harus masyarakat yang terbebani dengan kenaikan TDL. Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan, “kenaikan listrik pertiga 1

Transcript of Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Page 1: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

No. 3 |Januari 2013 M/Shafar 1434 H Rp. 5000,-

Catatan Redaksi

Listrik Padam, Kreatifitas “Terbenam”

Sepanjang Desember 2012, di kantor Seruan Sanubari terjadi pemadaman listrik sekitar 20 kali. Terakhir kali, kami mencatat pemadaman terjadi tanggal, 23/12/2012 malam hari. Terbitan SS nomor 3 sempat tertunda. Listrik mati membuat “buyar” seluruh ide. Jika tidak karena tanggung jawab dan amanah dari masyarakat Sumatera

Utara. Ingin rasanya kami menunda pekerjaan.

Di sela-sela menyelia gambar-gambar yang akan dipakai untuk ilustrasi buletin. Maula Mazin menyeletuk, “Kenapa di Medan sering mati lampu pak?” Kata-kata itu seakan menyambar dan mengubah sorotan kami untuk edisi nomor 3. Tadinya, edisi nomor 3, kami ingin mengangkat tema kerukunan antar umat beragama di Kota Medan karena bertepatan Natal dan tahun baru 2013. Akhirnya kami ubah dengan fokus sorotan: “listrik di Kota Medan dan Sumatera Utara.”

Tahun 2012 listrik sering mati. Konsumen sebaiknya mencatat dengan pasti. Kapan terjadi pemadaman listrik dan berapa lama waktunya. Dapatkah kita melihat datanya di PLN atau melalui situs www.pln.co.id? Benarkah ada yang mengajukan protes keberatan akibat kerugian yang ditimbulkan PLN? Sudahkah ada tanggapan serius?

Harapan kita bersama, listrik di Sumatera Utara dapat mandiri tanpa harus masyarakat yang terbebani dengan kenaikan TDL. Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan, “kenaikan listrik pertiga bulan sudah didiskusikan dengan Apindo.” (Tribun, 26 Desember 2012). Bisakah kita mencerna kata-kata “pertiga bulan terjadi kenaikan” sebandingkah dengan yang PLN berikan untuk masyarakat?

Dampak pemadaman listrik bermacam-macam. Satu di antaranya terganggunya kinerja dan aktifitas sehari-hari seperti di rumah sakit, lift, mall, jalan, konveksi pakaian, baju, sepatu, jaket, dan seterusnya. Sebelum listrik padam. Kita perlu menyiapkan lilin, lampu listrik isi ulang, korek api, senter, penerangan lainnya.

1

Page 2: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Jika PLN beralasan kekurangan pasokan listrik yang ujung-ujungnya tarif listrik harus naik lagi. Sungguh tidak rasional. Mengapa tidak ada masterplan untuk membangun pembangkit listrik terbarukan yang tidak lagi menggunakan bahan bakar fosil: BBM, gas, dan batu bara. Melalui tajuk ini, redaksi mengucapkan Happy New (s) Year 2013.

RedaksiProfil

Embrio untuk “menetaskan” sebuah media yang berfondasikan lokalitas dan berhaluan budaya kemanusiaan sudah dikandung sejak Setiadi R. Saleh berada di Kota Bandung. Ketika kembali ke Kota Medan yang telah ditinggalkan selama 17 tahun [1994-2011]. Bersama “tim kecil” keinginan tersebut akhirnya dapat terwujud. Memilih media buletin karena murah, mudah, dan terjangkau.

Buletin Seruan Sanubari Seruan Sanubari berdiri sejak September 2012. Edisi perdana terbit November 2012 dengan ukuran kertas A5, 20 hlm. Kami hadir dan lahir untuk merengkuh panggilan suara dari bidang pertanian, nelayan, transportasi, perkebunan, pendidikan, urban, kisah, anak, tokoh, spiritual, motivasi, serta sketsa kehidupan kaum marginal yang ada di Kota Medan dan Perfektur Sumatera-pada umumnya.

Bagi yang ingin bergabung menjadi kontributor silakan menghubungi redaksi. Khusus pemula, kami akan memberikan pelatihan jurnalistik gratis terdiri dari teknik penulisan feature, reportase, wawancara, observasi pemetaan subjek peristiwa, rekrut informan dan menjangkau narasumber.

Seruan Sanubari Seruan Sanubari terbit setiap bulan dan dapat didownload. Salurkan donasi sukarela Anda ke nomor rekening sementara: BCA KCU DAGO BDG, 7771021283 a.n. Setiadi R. Saleh, BNI ITB BDG, 0028165337 a.n. Setiadi R. Saleh. Sumbangan akan digunakan untuk membantu pendirian PAUD berbasis budi pekerti, teknologi, dan cinta bumi yang lokasinya berada di Kampong Kolam, Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Sumatera Utara.

{Susunan Redaksi}

PENASIHAT AHLI: H. Mulyadi, SE, MM.PEMIMPIN REDAKSI: Setiadi R. Saleh, S.Sos. KONTRIBUTOR: Ikhsan

Ramazani, Pupun Pujiati, Santosa Mulia, Sigi Jagad Pramudita, Teddy Teduh, Koko Hendrie Lubis, Andi Anas [Bandung], Rahayu Rachman [Aceh].

PENYELIA GAMBAR: Maula Mazin. ALAMAT REDAKSI: Jalan Bakti Luhur Lt 2, No. 199 A Medan-20123. Telp. 061-8465572, HP. 0818 0227

4640, 081265748769

Redaksi menerima tulisan, saran-kritik, karya gambar anak. Silakan kirim ke alamat redaksi atau email ke: [email protected]. Panjang

tulisan 1000-1500 karakter dilengkapi foto yang diberi keterangan (caption). Tulisan harus asli, bukan plagiasi atau duplikasi. Tulisan yang

dimuat akan mendapatkan honor.

2

Page 3: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Blog: www.seruansanubari.blogspot.com Twitter: @seruansanubari

Skakmat!

Pak Pong, “Polan, apanya penyebab listrik sering mati.”

Si Polan, “Penyebabnya banyaklah.”

Pak Pong, “???”

Renungan

Di Manakah Allah (Tuhan)? Kata Jalaluddin Rumi, “Jangan mencari Tuhan di kuil, masjid, kelenteng, vihara, sinagog, pura. Temukan Tuhan di hatimu.” Rumi seorang pemrakarsa yang menganjurkan agar manusia lebih banyak mengasah rasa daripada logika, terutama untuk mengenal siapa dirinya dan siapa Tuhan-Nya.

Jika Anda bertanya, “Di manakah Allah?” Ketahuilah, tempat hanya untuk ciptaan-Nya. Jika ada yang bertanya, “Kapan adanya Allah?” Waktu adalah ciptaan-Nya. Jika ada yang bertanya lagi, “Bagaimana keadaan Allah?” Ketahuilah, menyerupakan itu hasil pekerjaan-Nya. Jika ada yang bertanya lagi, “Sejak kapan Allah ada?” Ketahuilah, sejak kapan Allah tidak ada. Ukuran dan hitungan hanya tepat untuk sesuatu yang dijadikan-Nya. Ruang dan waktu ada dalam genggaman-Nya.

Jika ada yang bertanya, “Di manakah Allah.” Jawablah, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran (QS Al-Baqarah [2]:186). H. Mulyadi, SE., MM

Anak

Gaya Anak Saat di Depan KameraOh Iya Bagus, Paten!

Memotret anak memerlukan keterampilan tersendiri. Bagaimana membuat anak nyaman saat di foto seakan-seakan sedang tidak difoto itu adalah hal susah-susah mudah. Terlebih lagi, ketika anak sedang “bad mood.” Setiap

3

Page 4: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

gerak, aksi, tawa, tangis anak akan tampak natural dalam gambar jika kita mahir menangkap momen. Anak-anak cenderung mudah berubah. Jika ia sedang marah, ia tidak benar-benar marah. Jika ia sedang menangis, ia tidak benar-benar menangis. Anak-anak hanya membutuhkan “keasyikan saat dipotret.

Ada anak yang senang difoto dan ada yang tidak suka difoto. Kita jangan terjebak bahwa foto bayi atau foto anak yang bagus hanya saat sedang ia tersenyum. Foto anak sedang menangis, menjerit, menari, menulis, menggambar, belajar naik sepeda, mengantuk, mencicipi makanan, sedang mandi, berenang, bermain bersama teman-temannya atau apa pun itu sangat menarik untuk direkam dalam kamera. Pertanyaannya, manakah lebih penting memiliki kamera bagus atau mendapatkan pose anak yang bagus. Keduanya berhubungan erat. Punya kamera canggih pun jika tidak paham mengoperasikannya hasilnya akan buruk juga.

Saat ini siapa pun bisa menjadi “tukang foto” karena rata-rata memiliki ponsel yang dilengkapi dengan kamera. Sekurang-kurangnya kamera ponsel memiliki daya bidik sebesar 2 MP. Kamera ponsel merk Nexxian, Mito, Blueberry, Cross dan lain sebagainya akan menghasilkan gambar yang berbeda dengan kamera Nokia, Blackberry, Samsung, HTC, walaupun sama-sama 2 MP. Di sini kita tidak akan membahas tentang kamera dan teknik fotografi karena penulis pun bukan ahlinya.

Pada prinsipnya memotret anak lebih menantang dalam arti kata anak punya gaya khas. Jika tidak di depan kamera, ia bisa bergaya lepas dan jika berhadapan di depan kamera ia menjadi kaku. Karena itu, jika kita benar-benar berniat memotret ekspresi dan menangkap momen, selalu siapkan kamera di samping kita untuk jaga-jaga. Dalam hal ini terserah kameranya apa, setiap orang akan berbeda tergantung kesanggupan masing-masing. Kita bisa merekam sorot matanya atau gerak tangan dan kakinya atau caranya berjalan, tertawa, dan seterusnya.

Tampak dalam foto adalah pose ekspresi Kidung dan Mazin. Foto tersebut menggunakan kamera ponsel jenis Nokia Classic 2730, 2 MP. Kita tentu dapat menghasilkan gambar-gambar yang lebih baik lagi jika dilengkapi dengan tools yang memadai. Setiap selesai difoto, Kidung Asmaraloka mengucapkan berlari-lari kecil menghampir dan ingin melihat hasil gambar sambil mengucapkan, “Oh iya bagus, Paten!” Dan mamanya pun tersenyum bahagia. Pupun Pujiati

Bisnis

“Kupas Ringkas” Prospek Bisnis di Tahun 2013Agro Industri, Pabrik, dan Usaha Rumahan

4

Mazin-Kidung

Page 5: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Di awal tahun 2013, pada umumnya orang mengucapkan harapan dan janji baru. Pula begitu halnya dengan para pebisnis (pewirausahawan). Pebisnis lama berpikir bagaimana meningkatkan produksi, omset, relasi, dan pelanggan untuk terus setia membeli. Sementara pebisnis baru berpikir bagaimana produk mereka lebih dikenal dan dapat diterima publik.

Singkatnya, kita bagi saja ke dalam tiga golongan orang yang hendak berbisnis dan semuanya masih pemula. A berniat berinvestasi di bidang agro industri, sedangkan B berniat membuka pabrik, lalu C berpikir ingin membuka usaha rumahan. Kira-kira manakah peluang yang paling besar untuk berhasil atau gagal? Kita belum (tidak) dapat mengetahuinya sebelum A, B, C menjalani bisnis yang telah ia tentukan.

Mari kita bicara peluang saja. Di Sumatera Utara khususnya Medan dan kota terdekatnya seperti Langkat dan Deli Serdang, apakah Agro Industri bisa jalan? Bisa! Misalkan dengan membuka perkerbunan taman wisata stroberi, panen durian sendiri, sayur mayur, outdoor pelatihan untuk mengenal lingkungan hidup. Banyak peluang Agro Industri, sambil berwisata bisa sambil belajar mengenal aneka macam tanaman dan tumbuhan. Kemudian di Sumatera terdapat banyak sekali tempat wisata indah seperti danau dan sungai. Hal ini dapat dikombinasikan dengan agro bisnis.

Lalu jika berminat membuka pabrik yang melibatkan orang banyak seperti garmen, roti, gula, tembakau, sawit, latex, dan seterusnya. Jangan abaikan satu hal, di Medan pabrik tempe dan tahunya juga termasuk yang diunggulkan. Sedangkan untuk pabrik garmen atau sepatu umumnya

pengusaha Medan mengambil barang dari Cina. Kemudian industri rumahan di Medan cukup banyak mulai dari kuliner (bakso bakar, goreng, rebus, mie keliling, sate kerang, sate jengkol, sate telur puyuh, mie pecel, kedai nasi) atau usaha kedai (kede-warung) seperti sayuran dan grosir. Khusus kedai nasi, di Medan jarang orang pergi makan ke kedai nasi Padang. Karena, kedai-kedai nasi Medan memiliki

citarasa khas masakan yang berbeda dengan masakan Padang. Ingat, masakan Melayu, Mandailing, Karo, Aceh, Tionghoa dan Toba memiliki citarasa berbeda-beda dan kesemuanya mendapat tempat di hati pelanggan.

Kelebihan agro industri adalah bisa menjual kesejukan alam. Sedangkan pabrik tidak dapat menawarkan hal itu. Sasaran agro industri tentu memiliki banyak cakupan. Di Kota Medan usaha-usaha seperti rotan masih dijalankan secara rumahan. Sulit untuk menemukan ukuran yang tepat manakah yang akan mendatangkan keuntungan paling cepat antara: Agro Industri, Pabrik, dan Usaha rumahan. Jangan keliru juga usaha rumahan bisa berpenghasilan lebih dari ratusan juta perbulannya seperti usaha

5

Page 6: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

rumahan tempe, bakso, keripik. Usaha rumahan lainnya selain kuliner tentu banyak sekali seperti misalnya agensi naskah yakni komunitas yang berisikan penulis-penulis profesional yang dibayar untuk menulis/mengisi konten-konten tertentu di situs website. Selain itu bisnis yang menjanjikan di tahun 2013 adalah rumah sewa, mainan anak-anak, odong-odong. Odong-odong di Pulau Jawa (Jakarta dan Bandung) umumnya ditarik menggunakan tenaga manusia dengan becak dayung (kayuh) sedangkan jenis odong-odong di Medan menggunakan mobil atau kereta (sepeda motor) yang disambung (digandeng) dengan tiga gandengan ke belakang, sekali naik Rp. 3000, sehari bisa dapat Rp. 200.000. Anda bisa mencoba bisnis sesuai gairah (passion) dan berangkat dari hobi yang Anda miliki. Ikhsan Ramazani

Media

LenteraTimur.com “Membakar” Indonesia

Membaca lenteratimur.com setahun belakangan sungguh mencengangkan: salut, takjub dan kagum adalah tiga kata yang mengawali tulisan ini. Salut karena usia lenteratimur.com, selanjutnya disingkat LT belum genap dua tahun. Pada usia yang masih dini LT sudah melakukan daya tembus ke sendi-sendi fondasi identitas kebangsaan.

Kemudian yang kedua adalah takjub, karena saat membaca dan menelaah 12 rubrik yang termaktub dalam LT, saya (pembaca) seolah-olah batin patah, pikiran roboh. Bagaimana tidak, pembaca “disirep-(sihir)” menyebrangi samudera waktu menjelajah identitas Indonesia yang meliputi aspek sejarah, tradisi, kebudayaan dan sosial-masyarakat. Mengapa perlu digali dan dijelajah, karena identitas Indonesia belum (tidak) selesai. Jika ada yang berani mengatakan identitas Indonesia sudah final mari kita buka forum dan sidang terbuka.

Lewat LT, pandangan mereka yang keliru menjurus dan terjerumus kepada salah kaprah diluruskan. Di sinilah LT hadir dan berfungsi, bukan lagi

sebagai penyadar, pencerah, penyigi sebagaimana taglines-nya Menyigi Identitas Indonesia melainkan sudah “membakar” otak-ingatan-pengetahuan manusia-manusia Indonesia

dari Sabang-Merauke, Mianggas-Pulo Rote sehingga pemahaman yang usang akan terhempang, yang dungu akan tersipu-sipu malu. Contoh: LT berulang kali mengkritisi pengggunaan istilah Indonesia (Indian Archipelago), Nusantara (nusa antara-antar pulau), Bumi Pertiwi, Tanah Air, Zamrud Khatulistiwa, Republik, Negeri, Negara yang kesemuanya itu kerap kali dipakai untuk generalisasi satu makna yakni: Indonesia. Kemudian menyoroti istilah pusat nasional-daerah-lokal, luar Jawa, dan seterusnya. Penggunaan istilah-istilah tersebut bukan hanya digunakan oleh pemerintah, birokrat, penulis,

6

Page 7: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

akademisi, profesional, sejarawan. Galibnya lagi, media yang menjadi ujung tombak penyampai kebenaran malah menyesatkan masyarakat dengan pelbagai penyeragaman istilah seperti yang dilakukan media lokal Jakarta menganggap dirinya nasional (padahal hanya memiliki dominasi frekuensi-siaran dan jaringan distribusi-koran) bukan menasional secara hakiki, maknawi dan hayati. Tak apalah itu sebagian media-media lokal di Jakarta, LT jangan ikut-ikutan supaya dapat meretas batas kebhinnekaan bermedia.

Terakhir adalah kagum, karena LT memiliki semangat luar biasa untuk segera melakukan transformasi pengetahuan ke penjuru-penjuru Indonesia dengan melakukan workshop jurnalistik “Menulis untuk Kesederajatan” yang sampai saat ini sudah terselenggara sampai jilid 5 (lima kota). Pelatihan jurnalistik yang pertama kali diadakan LT berlangsung di Kota Medan. Kala itu, rombongan LT menempuh jalan darat lintas Sumatera, 2 hari 3 malam. Alasan memilih jalan darat, satu di antara awak-LT tidak berani naik pesawat terbang sehingga atas nama kesetiaan dan cita-cita bersama, Tengku Muhammad Dhani Iqbal, Ken Miryam Vivekananda Fadlil menyewa Kijang Innova (baca: Journey to Deli). Pemimpin tertinggi TM. Dhani Iqbal harus rela menyetir mobil dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera. Berpeluh tak ia hiraukan lagi. Penat tak ia rehatkan lagi. Sumatera kami datang!

Ketika ongkos pesawat belum semurah sekarang. Bis ALS (antar lintas Sumatera) termasuk raja di sepanjang lintas Sumatera, armadanya banyak sekali. Perjalanan lintas Sumtera sungguh melelahkan sekaligus mengasyikkan. Naik bis saja yang menjadi penumpang terasa litak, teruk (pegal-penat-bahasa Medan). Tidak terbayang bagaimana seorang pemimpin redaksi LT menyetir mobil dengan segala daya upaya menerjang gelap, melawan kantuk agar sampai di tempat tujuan, begitu pula ketika kembali pulang ke Jakarta. Kisah perjalanan menarik seputar pelatihan jurnalistik “Menulis untuk Kesederajatan” yang lainnya silakan baca lebih lengkap di www.lenteratimur.com.

Suatu kali dalam sebuah kesempatan, pernah saya ditanya, “Lenteratimur.com itu apa bang?” Kepada kawan baru di Medan saya katakan singkat, “Lenteratimur.com adalah media online yang berkomitmen membuka tabir identitas Indonesia. Di lenteratimur.com juga menerima karya-karya anak. Itu berarti ia peduli kepada generasi penerus. Selain itu ada radio online streaming, kedai buku, kedai lentera, menerima pesanan rendang pula. Ada sekitar 12 rubrik di dalamnya seperti Jejak, Kasatmata, Jelajah, Eksklusif, Nukilan, Boga Agenda, Lentera Anak, TV Lentera, Bernala, belakangan ditambah dengan rubrik Sastra, paham?” Kawan saya menjawab, “Tak paham aku bang.”Saya membalas, “Jangankan kau, aku pun kadang tak paham lenteratimur. Artikel-artikelnya sering kubaca lebih dari sekali-dua kali, baru bisa dicerna apa maksudnya.” Kata saya dengan gaya ngomong orang Medan sambil tersenyum dan bercanda. Saya juga pernah mengutarakan tentang LT kepada Harian Waspada Medan (baca: Silaturahim, Saya, Lentera Timur, dan Harian Waspada).

7

Page 8: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Dalam sebuah chatting singkat via FB, saya sempat menanyakan kepada pemimpin redaksi LT, “Seminggu ada berapa naskah tulisan yang masuk.” “Redaksi menerima 300 tulisan.” Jawab Pemred LT singkat.

Kalau dipikir-pikir sebenarnya lenteratimur.com ini mendorong apa, mengupayakan suatu apa, menyelesaikan tugas apa, “menyepak” apa dan siapa? Apakah mendorong saja agar ada terobosan, menjangkar ide-ide yang berhaluan lokalitas. Mendukung negara kesatuan atau federasi (jika istilah ini dipandang tepat), lalu apa yang LT cari? Bahasa pasarannya, ngapain lah LT sibuk Menyigi Indentitas Indonesia sementara pemerintah dan Indonesia (negara) saja tidak sebegitu-nya mengurusi hal-hal yang rinci dan termarginalkan.

Jika ada yang bertanya demikian? Mari kita kembali sejenak ke filosofi logo LT bergambar api obor (sigi) yang berarti penerang bukan hanya di alam kehidupan melainkan juga menjangkau “alam baka.” Apa maksudnya, alam baka adalah gambaran sesuatu yang terluputkan, teralpakan, terlupakan, terlalaikan dibangkitkan kembali. LT bukan sebuah forum yang hobi ngoceh di mimbar facebook, twitter atau jejaring lainnya melainkan berbagi informasi, berkontribusi dan berkomunikasi.

Dalam hal ini bukan berarti LT paling benar, paling tau segala hal melainkan mengajak berdikusi terbuka, narasi lawan narasi, negasi berhadapan dengan negasi, hujjah dengan hujjah (argumentasi), data dengan data, logika dengan logika. Sejauh ini LT benar-benar sudah “membakar” Indonesia terbukti dengan melejitnya rating LT di alexa, Cpanel (internal) dan bertambahnya jumlah group di FB dan Twitter. Ini artinya LT semakin dibaca dan diminati, kita tunggu kiprah selanjutnya. Dan sudah pasti, membaca LT seperti menemukan “angsa hitam atau kecoa putih.” Kita tidak akan menyangka bahwa di Indonesia ada hal-hal yang tidak tertuliskan dan kita dapat menemukannya di LT.

Happy new(s) year 2013 LenteraTimur.com. Setiadi R. Saleh

Pendidikan

UKG dan Verifikasi Data OnlinePara Guru Belajar Bikin Email

Kehadiran internet seyogianya membantu mutu pendidikan. Faktanya, tidak semua guru-guru di Indonesia khususnya di Kota Medan akrab dengan internet. Hal ini tampak sekali ketika akan dilaksanakan

UKG (ujian kompetensi guru) secara online. UKG diselenggarakan bulan Juli dan Agustus 2012 lalu. UKG bukan ujian untuk “guru online” melainkan ujian yang dilakukan secara online untuk guru-guru TK, SD, SMP, SMA, SMK negeri dan swasta, termasuk kepala sekolah. Proses UKG terdiri dari: ujian online, paper pencil [ujian tertulis di kertas], dan ujian wawancara. Di Kota Medan, UKG

8

Page 9: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

dilaksanakan tiga gelombang di sejumlah sekolah. Khusus di Medan untuk mengetahui nama peserta, NUPTK dan lokasi ujian bisa dilihat melalui website resmi http://disdik.pemkomedan.go.id.

Karena UKG dilaksanakan online. Guru-guru yang tidak akrab dengan komputer/laptop/smartphone mulai belajar internet. Jangan bayangkan guru belajar internet “kelas berat.” Sebagian guru-guru menekan tombol keyboard dan menggerakkan mouse saja masih tidak bisa. Guru-guru berlatih simulasi menjawab soal secara online dan kemudian membuat email. Berdasarkan pantauan Seruan Sanubari, guru-guru lama (kelahiran 1950-an, 1960-an) kesulitan belajar internet. Sedangkan yang kelahiran 1970 sedikit bisa. Guru-guru lama ini kaya pengalaman jam terbang mengajar. Oleh karenanya, para guru yang tidak bisa internet lebih mengkhawatirkan teknis operasional dalam menjawab soal secara online, bukan khawatir pada pertanyaan soal. Situs resmi milik kemdikbud berdomain .go.id, bukan .com, .co.id, .net, dan .org. Maksud dan tujuan UKG online 2012 dapat dilihat melalui website resmi http://bpsdmpk.kemdikbud.go.id. Di website ini peserta bisa mengunduh pedoman UKG 2012 dan kisi-kisi penyelenggaraan UKG.

UKG online tidak didukung semua pihak. FSGI menilai, infrastruktur daerah belum memadai untuk melaksanakan UKG secara online. Kemendikbud tidak menyediakan sarana dan prasarana. Di samping, setelah UKG online 2012 ada ujian tertulis [paper pencil]. Federasi Serikat Guru Indonesia [FSGI], Federasi Guru Independen Indonesia [FGII], Persatuan Guru Republik Indonesia [PGRI] mempertanyakan hal ini, untuk apa lagi ujian tertulis? Mengapa tidak ujian tertulis saja sejak dari awal atau sebaliknya.

Verifikasi Info Pendataan OnlineEmpat bulan setelah UKG online 2012 berlangsung. Kini guru-guru disibukkan lagi dengan verifikasi data secara online. Hal ini berdasarkan surat edaran nomor: 3269/C.C3/TU/2012 perihal percepatan Pendataan Data Pendidikan Tahun Ajaran 2012/2013. Kendati surat ini dikeluarkan bulan Agustus 2012, sebagian guru-guru baru bergegas memperbaikinya bulan Desember 2012. Jadi, waktunya terburu-buru sekali. Seruan Sanubari dalam satu kesempatan sempat memberikan kursus singkat kepada sebagian guru-guru di SD Dwikora Medan.

Verifikasi online untuk melengkapi data guru: nama, nuptk, masa pensiun, gaji pokok, lama mengajar, email, agama, alamat, nama istri, nama ibu kandung. Menurut staf tata usaha di sebuah sekolah swasta di Medan. Data ini sebelumnya sudah diserahkan ke dinas setempat pada Oktober 2012 dan sudah dilengkapi semuanya termasuk data prasarana sekolah, dan lain-lain.

Tujuan pendataan tingkat sekolah untuk memperoleh data langsung, cepat, akurat, valid, lengkap, dapat dipertanggungjawabkan dan termutakhir. Data ini akan digunakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk perencanaan dan evaluasi program pendidikan seperti BOS dari sumber APBN, BOSDA/BOSP, DAK, subsidi bagi siswa kurang mampu secara ekonomi. Petunjuk untuk verifikasi online bisa dilihat melalui website

9

Page 10: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

www.infopendataan.dikdas.kemdiknas.go.id. Apabila ada masalah silakan menghubungi tim pendataan kemdikbud: Fax 021-5725613, Email: [email protected].

Teknis perbaikan data guru dan sekolah serta jumlah murid dan lain sebagainya dikerjakan di program Office Excel lalu diekspor ke program yang sudah didownload (manajemen pendataan), kemudian diupload (dikirim) ke server. Artinya, pengerjaan di Office Excel tidak perlu online, setelah beres selesai semua datanya baru kemudian dikirim ke server induk (lihat petunjuk).

Kesimpulannya, internet sangat perlu bagi pendidikan. Selain untuk mendukung program pengajaran dan pendidikan. Internet dapat digunakan untuk percepatan pengiriman data sekolah. Kalau data sekolah di seluruh Indonesia bisa diketahui maka APBN pun bisa disalurkan dengan tepat. Selama ini baik menteri, maupun pejabat dinas pendidikan terkait apabila ditanya, berapa jumlah sekolah di Indonesia. Tidak ada yang dapat menjawab dengan pasti. Padahal hal ini perlu sekali karena berhubungan langsung dengan pemberian bantuan dana sekolah.

UKG 2012 telah menghabiskan 400 milyar (laporan berbagai sumber media massa). Kita tidak dapat berharap banyak dari pemerintah pusat tentang hasil dari UKG dan verifikasi online. Terpenting, jangan sampai guru-guru “panik” karena datanya belum lengkap terisi hanya karena kesalahan server pusat mengalami gangguan. Begitu pula gangguan server jangan sampai menghalangi niat baik Kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk menyejahterahkan guru dan memajukan bangsa Indonesia melalui pendidikan. Dan sampai tulisan ini dimuat redaksi Seruan Sanubari mengonfirmasi sebuah sekolah dan kami mendapatkan keterangan seluruh data verifikasi guru secara online sudah dapat dilakukan. Syukurlah!

Santosa Mulia

Buku

Penerbit Buku: Alami Konstraksi dan “Hiportemia”

Industri penerbitan buku cepat atau lambat sebagian besar terancam bangkrut. Sebab, ada perubahan mendasar yang terjadi pada masyarakat buku. Mereka yang tadinya gemar membaca buku konvensional (edisi cetak) beralih ke buku-buku elektronik (artikel online).

Penulis saja yang dahulunya sebelum ada teknologi internet dalam sebulan dapat membaca sekurang-kurangnya 3 buku. Sekarang rasa-rasanya dalam

sebulan satu buku saja susah menamatkannya. Hal ini karena godaan membaca melalui internet lebih dominan. Selain dari

kurangnya minat pembaca, penerbit pun mengalami “konstraksi dan

10

mobil box buku, penerbit pustaka hidayah

Page 11: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

hiportemia” yakni konstraksi kaget karena pembaca sudah cepat sekali berubah minat, sedangkan hiportemia adalah penerbit mengalami “kebekuan” naskah-naskah bermutu. Pada umumnya naskah yang masuk ke penerbit bertema serupa dengan gaya pembahasaan yang sama. Kemudian, di satu sisi hadirnya media-media agensi penghubung antara penulis dan penerbit, ternyata tidak banyak membantu dalam mendapatkan naskah berkualitas. Ingat, dalam dunia penerbitan naskah-buku mutu pun belum tentu bisa sukses penjualannya. Mutu dari segi apa? Laku karena apa? Jadi banyak faktor X yang membuat sebuah buku menjadi diminati dan laris-manis.

Lantaran merosotnya ajuan tawaran naskah. Sebagian penerbit “mengemas” ulang buku lama menjadi buku baru dengan tampilan apik. Apakah laku? Belum tentu. Lantas, jika sebuah penerbit tidak mengeluarkan buku apakah akan tutup alias bangkrut? Ya! Sekurang-kurangnya ada 9 alasan:

pertama, buku baru memiliki arti penting bagi keberlangsungan bisnis perusahaan;

kedua, buku yang tadinya bestseller belum tentu akan bestseller seterusnya, karena jika permintaan pembaca tinggi, buku habis di toko dan penerbit tidak bisa menyediakan stok dalam waktu cepat, momen lewat;

ketiga, seiring percepatan informasi di internet dan semakin tinggi netizen (masyarakat pengguna internet), pembaca buku konvensional semakin jarang. Walaupun, buku konvensional (media kertas) adalah format terbaik untuk meresapkan bahan bacaan ketimbang digital book (e-book);

keempat bila stok naskah habis berarti bagian editor, layouter, desainer cover, proof reader, penerjemah, dan outsourching tidak memiliki pekerjaan, begitu pula dengan bagian produksi, pemasaran, gudang, bahkan percetakan, distributor, termasuk jasa kurir pengiriman barang dan semua link yang terhubung kepada penerbit akan goyang. Efek dominonya jelas sangat terasa sekali;

kelima, tentulah dengan keadaan seperti ini Chief Editor sebuah penerbitan harus tangkas dan tanggap. Tangkas dalam mencari atau memburu naskah-naskah terbitan luar untuk diterjemahkan atau juga tanggap dalam menemukan naskah-naskah lokal yang menjual. Bila naskah hasil hunting sudah diseleksi, hendaknya didukung oleh infrastruktur di sebuah penerbitan misalnya ditindaklanjuti bagian penegosiasian royalti untuk pembelian hak cipta dan lain sebagainya;

keenam CEO di penerbitan jeli mengaransmen ulang arah kebijakan penerbitan dan pencetakan buku. Apabila memang kondisinya sangat krodit. Manajemen sebaiknya melalukan efisiensi divisi tiap unit kerja atau mengoptimalka kinerja setiap karyawan dan atasan;

ketujuh, bila penerbit kehabisan naskah dan bisa diprediksikan dalam 1 bulan tidak ada, sebaiknya pimpinan segera mengambil langkah strategis, terencana, dan terukur

kedelapan, marketing dan sales bergiat melalukan manuver dengan penyebaran brosur cetak dan penginformasian buku-buku bestseller

11

Page 12: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

dan buku yang baru terbit melalui media online dan offline. Termasuk memikirkan ulang keikutsertaan dalam pameran dan lain sebagainya;

kesembilan, terakhir tetap berpikir positif dan temukan peluang dalam setiap persoalan.

Pragrat penerbitan buku harus tetap eksis. Sebab, masyarakat Indonesia masih sangat membutuhkan buku dengan tema yang beragam. Kalaupun, setiap penerbit mencetak dan menerbitkan buku. Penyebarannya tentulah tidak dapat tercerap ke antero pulau-pulau yang terjauh. Katakanlah, kalau sebuah penerbit yang ada di Jakarta atau Bandung menerbitkan 1 judul buku dengan oplah 3000 eksemplar. Penyebaran barangkali bisa 75% tapi apakah daya serapnya bisa sampai setinggi itu?

Menurut situs www.pnri.go.id. (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia) jumlah penerbitan di seluruh Indonesia mencapai 1000 penerbit. Di Bandung sendiri, mencapai 100 penerbit. Sayangnya, data ini kurang diperbaharui oleh situs www.pnri.go.id dan IKAPI yang notabene sebagai wadah untuk menginformasi perkembangan buku-buku di Indonesia. Di tahun-tahun mendatang 2013, banyak penerbit yang akan mengalami konstraksi akibat perubahan perilaku pembaca dan penulis yang beralih menjadi penulis di media-media online.

Kendati demikian secara prinsip, penerbit buku konvensional memang mengalami semacam “konstraksi” kejutan. Di sisi lain justru inilah peluang untuk membuat penerbitan online. Di negara-negara maju hal ini sudah banyak dilakukan. Penerbit, penulis, penjual buku semuanya mendapatkan keuntungan. Berikut ini tips untuk mendapatkan pekerjaan di penerbitan buku:

Tips dan peluang kerja di penerbitan buku: Berdasarkan data www.pnri.go.id (Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia) terdapat 1000 lebih penerbit di seluruh Indonesia. Berarti ada banyak peluang dan kesempatan untuk berkarier di dunia penerbitan.

Penerbit buku jarang sekali memasang iklan lowongan kerja di media cetak, elektronik, dan internet. Informasi menyebar dari mulut ke mulut, milis ke milis, jejaring sosial ke media sosial. Penerbit biasanya membutuhkan editor freelance, sales untuk direct selling (penjualan langsung), pracetak seperti pemasangan cover buku untuk binding (penjilidan), tenaga outsourching untuk tata letak buku, desain cover, ilustrator, web desain, checker buku, gudang bahkan officeboy. Sistem perekrutan kerja di penerbitan buku, lebih banyak mengandal koneksi dan persaudaraan ketimbang alasan logis IPK, pengalaman kerja dan biodata lengkap.

Dalam dunia penerbit lowongan pada bagian redaksi adalah bahasa. Apa pun ceritanya, kemahiran Anda berbahasa asing tetap menjadi kredit poin utama. Mulai sekarang persiapkan diri Anda belajar menulis, mencintai buku, banyak membaca. Lalu pada bagian layouter (tata-letak buku) dibutuhkan orang yang dapat menata isi buku

12

Page 13: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

menjadi bagus, baik, keterbacaannya juga enak. Buku bagus dan bermutu sekalipun, kalau layout-nya buruk dan di bawah rata-rata. Orang akan memalas membacanya. Lowongan kerja grafis adalah orang yang handal dan telaten mengolah gambar-gambar untuk keperluan cover buku, promosi, iklan, dan lain sebagainya. Sedangkan peluang kerja bagian marketing di sebuah penerbitan, jelaslah bukan sekadar pintar omong tetapi juga smart dan piawai menawarkan buku. Peluang kerja di bagian produksi adalah orang yang paham pracetak, tahu menghitung penggunaan kertas untuk ukuran buku tertentu, dan mengerti ongkos produksi.

Alur mata rantai di dunia penerbitan buku yakni dari redaksi—produksi—distibusi. Jantungnya adalah redaksi. Kalau redaksi mandul dan melempem, maka tidak ada yang diproduksi dan jika tidak ada yang diproduksi marketing tidak bisa mendistribusikan buku. Bisa dipastikan apabila tidak ada buku yang didistribusikan dan dijual penerbit akan mengalami kekurangan “dehidrasi & nutrisi,” bisa-bisa malah sebuah penerbit akan kolaps.

Peluang kerja di penerbit lainnya adalah mencari naskah, rajin hunting, tekun browsing di Internet dan toko buku konvensional. Banyak buku-buku bagus berbahasa Arab, Parsi, Inggris, dan bahasa lain yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Jika Anda tertarik berkarier di dunia penerbit. Rajin ikut pameran buku, cari dan berkenalanlah dengan orang-orang yang dapat mengarahkan Anda masuk ke portal penerbitan. Anda juga bisa belajar mengapa sebuah penerbit menjadi besar, sementara penerbit yang lain mungkin “jalan di tempat.”

Kerja di penerbit harus siap tekanan stess. Sebab, perhitungan bisnis dan keuntungan di sebuah penerbitan bergantung dengan jadwal terbit sebuah naskah, jadwal produksi, dan jadwal penjualan yang tepat waktu.

Tampak dalam gambar adalah Penerbit Pustaka Hidayah Bandung yang sudah berdiri selama 27 tahun. Penerbit Pustaka Hidayah sudah menerbitkan ratusan judul buku yang sebagian besar bertemakan sufistik, tasawuf, kajian pemikiran, wirid, shalawat dan misteri.

Fokuskan ke penerbit mana yang ingin Anda lamar. Boleh sebuah penerbit yang Anda anggap besar dan bermutu atau penerbit kecil yang Anda sukai dengan posisi yang bisa membuat Anda bisa bekerja sambil berkarya. Setiadi R. Saleh

------------------------------------------------------ *** ----------------------------------------------------

Anatomi Isi Buku

Dwars door Sumatra: Tocht van Padang Naar Siak

13

Page 14: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Buku yang ditulis Dr. Jan Willem Ijzerman seperti laporan kunjungan kerja di lintas kawasan Sumatera dari Padang sampai Siak. Kalau disebut Padang, orang Indonesia langsung tahu. Bagaimana dengan Siak? Mungkin belum familiar. Siak itu di Indonesia, tepatnya di provinsi Sumatera, bukan di Kamboja, Vietnam, Filipina, Laos, atau Madagaskar.

Buku Dwars door Sumatra: Tocht van Padang Naar Siak, Onder Leiding van den Hoofd-Ingenieur der Staats-Spoorwegen menjadi menarik, antik, bermakna historik karena dilengkapi 68 ilustrasi gambar dan fotografi klasik seperti: Makam Chief Engineer dari Greve, untuk Durian Gadang; Cap [stempel] dari Yang di pertoean untuk Basarah; Salim bin Mohamad; Padoeka Madjo Bongsoe; Radja Doebalang; Batu Kapur dari Moko-Moko Oembilin; Sungai deras di Limpatan di Kwantan, di latar belakang pegunungan Ngalau Sariboe; Moeara Noenoek; IJzerman di antara teman-temannya di perkemahan inlandshe Padang Tarab; Bagindo Chatib; Nan Batoea; Si Madjolelo; Hulu dari Sampoerago Kwantan; IJzerman pada perjalanan pertamanya ke Loeboek Ambatjang (dari Delprat fotografi); Kali raja Angkoe; Kepala Kwantan kabupaten independen; Toeankoe laras dari Sungei Poear dengan keluarganya; Mempelai dataran tinggi Padang; Groom dari Padangshe dataran tinggi; Arus dari Toeanka dari Sungei Poear, jenis rumah dari Dataran tinggi Padang; Roda air untuk irigasi sawah di dataran tinggi Padang; Lappauhouder yang Boeah jembatan; Tandjung Ampaloe; Toeankoe laras dari Rau-Rau; Jembatan di atas Oembilin di Muara Palangkei; Datoek Toemanggoeng, Toeankoe-laras dari Sungei Poear; Chatib Maharadjalelo, Wakil Jaksa dari Sidjoendjoeng; Pasar untuk Sidjoendjoeng; Pa Rangei; Pa Sakei; Perkemahan di Sungei Batoeng.

Kemudian kita juga dapat melihat betapa hebatnya perfektur Sumatera di masa dahulu. Baik dari alam, pikiran, tokoh, dan budaya humanis yang tidak bisa diukur dengan materi kekinian. Di buku ini kita dapat melihat tentang Padang Tarab (tepi kiri Kwantan) dari Kaling Tanjoeng (tepi kanan); Bidoek dengan Bakhuis, Paduan Suara dan bijaksana manajer (saat ini photographie); Tow dari kano di Paloekahan jeram; Tentang Trails dari kano bawah Paloekahan; Peluncuran kano bawah Paloekahan; Sungai deras di Tapoes; Sungai deras Limpatan; Arus sungai yang deras di Limpatan; Camp di Pulau Paoeh; Perkemahan di Padang Tarab (Tandjong Kaling); Perempuan Tandjong Kaling (photograpie); Beras berdebar Padang Tarab (Tandjong Kaling); Gadis muda di Padang Tarab; Inscheepplaats di tepi kanan Kwantan di Tandjong Kaling; Kwantan Moeara Binoeang; Para Kwantan bawah Padang Tarab; Para Kwantan bawah Padang Tarab; Para Kwantan untuk Loeboek Ambatjang, diambil dari Tampoeroeng pulau; Perkemahan dari Delprat Kwantan, bijaksana, kembali dari Whitton Loeboek Ambatjang; Kerikil Dataran Sungei Gelawan

14

Page 15: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Logei untuk Transportasi dari Jawa; Nocturnal musyawarah; Bagian dari Djakei; Radja labih Datoek; Batang pohon antara bank Tesso; Passage Tesso; Perkemahan di Sigati; Tebu Mill; Dakversiering; Jendela di rumah Langgam; KAMPARS di Muara Mahi (Mahati); Serangan kerbau liar; Makam muatan di Talangstreken; Makam seorang wanita di Talang Tjoebadak; Kuburan Mempoera; Sultan Siak

Lalu siapakah Dr. Jan Willem Ijzerman, sampai-sampai ia tahu betul mengenai Sumatera? Dr. Jan Willem Ijzerman lahir di Leerdam, 9 April 1851-Den Haag, 10 Oktober 1932. Ia seorang insinyur minyak di Hindia Belanda. Pada zaman itu, memegang peranan strategis sebagai Ketua Masyarakat Belanda Royal Geografis, termasuk dalam menjaga Borobudur dan candi lainnya di Jawa.

Ijzerman pada tahun 1885 menjadi ketua dari Masyarakat Arkeologi Yogyakarta. Ia yang meminta fotografer Kassian Cephas memotret sekitar 160 relief-relief Borobudur. Kemudian relief tersebut tertutup lagi. Foto-foto Cephas sampai saat ini menjadi satu dari sekian sumber untuk dijadikan studi relief.

Setelah persionering sebagai seorang prajurit pada tahun 1896, Ijzerman pendiri/direktur Petroleum SA Masyarakat "Muara Enim," di Amsterdam 1897-1904. Kemudian perusahaan ini diakuisisi oleh Perusahaan Minyak Kerajaan Batavia.

Ijzerman adalah inisiator utama dari penciptaan Teknik Universitas di Bandung [kini ITB], didirikan pada tahun 1920. Di pintu masuk utama ke arah taman di depan kampus ITB tertera namanya (sejak tahun 1950 disebut Taman Ganesa. Dahulu jalan Ganesha disebut jalan Ijzerman. Setiadi R. Saleh

Pertanian

7 Persoalan Pokok Pertanian di Sumatera Utara

Berdasarkan observasi Seruan Sanubari, kami menemukan sekurang-kurangnya ada 7 persoalan pertanian di Sumatera Utara yakni:

Konversi lahan pertanian menjadi pemukiman-industri-pabrik-mall. Tidak tersedianya sarana infrastruktur yang memadai seperti akses

jalan dan angkutan umum. Belum ada transformasi pengetahuan seputar sistem teknologi

pertanian kepada masyarakat petanian yang terdapat di Deli Serdang khususnya Kampong Kolam dan Sei Mencirim yang umumnya menanam padi, jagung, dan sayur-mayur.

Permodalan yang kurang aktif dilakukan pemerintah daerah.

15

Page 16: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Peliknya persoalan antara produksi-distribusi hasil pertanian sehingga petani kurang bisa mendapatkan harga yang pantas. Di satu sisi petani pun terkadang harus nombok (menutupi kekurangan) bea produksi dikarenakan gagal panen, dan lain sebagainya.

Pemberitaan media (jurnalis) yang kurang aktif seputar pertumbuhan agro bisnis sehingga masyarakat mulai abai dengan sektor pertanian dan lebih tertarik kepada pengembangan properti.

Munculnya fenomena bahwa petani dan penduduk tidak lagi memiliki rumah dan lahan. Padahal dahulunya tanah dan rumah adalah milik mereka. Jadi, sekarang sudah berpindah tangan menjadi milik orang lain. Selain itu, terdapat kecenderungan lahan dibiarkan kosong tanpa dikelola.

Sebenarnya 7 persoalan pokok pertanian ini bukan saja terjadi di Sumatera Utara melainkan hampir di seluruh perfektur Indonesia dan di dunia. Parahnya, Indonesia sebagian satu di antara sekian banyak negara yang katanya berbasis agraris (pertanian) malah kalah oleh Thailand, Taiwan, Cina dan India. Jika Sumatera Utara ingin maju sudah selaiknya pemerintah provinsi bekerja sama dengan pemerintah kabupaten dan kota. [Sigi Jagad Pramudita]

------------------------------------------------------ ------------------------------------------------

Sayuran Berastagi Idaman Banyak Kalangan

Jalan-jalan ke Medan tak lengkap rasanya jika tidak mampir ke Berastagi. Kota Berastagi sekitar 70 km dari Medan. Bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat maupun roda dua. Angkutan umum juga tersedia. Berastagi terletak pada ketinggian 1300 m, iklim sejuk khas pegunungan. Di Berastagi kita dapat menikmati pemandangan indah hamparan pegunungan dan danau laut Kawar yang diapit dua gunung api aktif, Gunung Sibayak dan Sinabung.

Selain itu, ada satu tempat yang sangat diminati yakni Pasar Berastagi dulunya disebut Pasar Tarum Ijuk (atap ijuk-nipah). Di pasar ini terdapat pelbagai hasil pertanian sayuran dan buah-buahan segar kualitas nomor wahid seperti: kol gepeng, kubis, kentang, tomat, wortel, buncis, sayur putih, sayur pahit, labu jipang, kol bunga, bawang prei, bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe hijau, cabe rawit, jagung, kacang kedele, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi rambat, beras ramos, beras kuku balam, beras IR 64, jeruk manis, markisa, terong belanda, sayuran pakchoy, buncis, selada sawi, markisa ungu, jeruk manis karo, kentang, nenas simalungun, pisang barangan, alpukat, strawberry, buah pepino, dan lain-lain.

16

Page 17: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Melalui Pasar Berastagi, pasokan sayuran dan buah-buahan dikirim ke Medan, Aceh, Padang, Pekanbaru dan kota-kota di Sumatera Utara, bahkan sampai ke Pasar Induk Kramatjati, Jakarta dan adapula yang diekspor. Karenanya, tak mengherankan bila Pasar Berastagi menjadi rujukan ketika terjadi lonjakan harga nasional. Aktifitas perdagangan sayuran dapat disaksikan di pajak (pasar) sayuran dan buah Berastagi dan di Pajak Tiga Rengit.

Pesatnya impor sayuran dan buah-buahan dari luar negeri yang masuk melalui terminal peti kemas Belawan International Container Terminal (BICT) membuat ekspor sayuran Berastagi semakin meningkatkan mutu dan kemasan berstandar internasional. Ekspor sayuran Berastagi umumnya tujuan Malaysia dan Singapura yang diangkut melalui kapal KM Brastagi, Brastagi I, KM Kalimantan dan kapal kayu KM Burung Laut dan KM Tapian Nauli. Ekspor tersebut belum memadai masih kalah bersaing dengan impor dari Cina, Taiwan serta Thailand.

Berastagi dengan ibukotanya Kabanjahe terdiri dari 17 kecamatan. Sejumlah wilayah menjadi pusat sayuran seperti Berastagi, Simpang Empat, Tigapanah, Merek, Barusjahe, Kabanjahe, Payung, dan Tigabinanga. Sayuran Berastagi diminati banyak kalangan. Sudah saatnya Pemda Karo menjadi anak beru sienterem (pelayan) yang menjembatani kebutuhan masyarakat petani dengan investor agar komoditas pertanian dapat menjadi keunggulan Sumatera Utara. Apalagi sejarah panjang tradisi budaya Karo sebagian besar berbasis pertanian. Sigi Jagad Pramudita

Sorotan

SUMUT Memerlukan Teknologi Listrik Terbarukan

Seringnya terjadi pemadaman listrik di Kota Medan menimbulkan dampak serius bagi masyarakat seperti terganggunya produksi dan kegiatan ekonomi. Rincian dampak ini seperti apa dan bagaimana, tidak perlu kita bahas di dalam buletin ini. Terpenting, saat ini Sumatera Utara memerlukan suatu teknologi terbarukan agar dapat memenuhi kebutuhan listrik khususnya di Kota Medan, Langkat, Deli Serdang dan wilayah Sumatera Utara pada umumnya. Teknologi terbarukan ini dapat memanfaatkan sumberdaya air terjun, gas, gelombang, kincir angin, biomas (bahan bakar sawit), tenaga matahari, biogas sampah. Sedangkan teknologi lama menggunakan BBM dan batu bara sebaiknya dikurangi. Pasokan listrik yang berasal dari PLN tenaga air (PLTA) di Kabupaten Asahan dan Toba Samosir belum memadai.

Kini sedang dibangun proyek PLTA di Asahan Tiga. Menurut staf Hubungan Masyarakat (Humas) PT. Prima Layanan Nasional yang menangani pembangunan PLTA Asahan tiga, Drs. Sangkan Tampubolon dikutip dari

17

Page 18: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

sumber online, proses pembangunan infrastruktur untuk akses ke PLTA Asahan tiga telah dimulai dan sedang mengerjakan pelebaran jalan. Dari lebar 5 meter menjadi 9 meter. Pembangunan drainase dengan menggunakan besi beton juga sedang dilakukan.

Sementara itu sebagaimana dilansir dari Tribun Medan (28/10/2012), Humas PLN Budi menyebutkan, “pemerintah mengakui pertambahan pasokan listrik perlu ditingkatkan untuk dapat menopang laju pertumbuhan ekonomi di sektor industri. Untuk mengatasi kekurangan pasokan ini, rencananya PLN Sumut akan menambah pasokan dari dua propinsi tetangga, yaitu NAD dan Riau. Untuk wilayah NAD, yaitu Nagan Raya, rencananya akan mampu menambah pasokan listrik sebesar 2 x 100 MW. Sementara pasokan dari Propinsi Riau sebesar 100 MW. Kita memakai sistem interkoneksi yang bisa bisa minta tambahan pasokan ke wilayah termasuk Sumatera Bagian Utara (Sumbagut). Selain itu, penambahan pasokan dari NAD pada bulan Juli 2012 dan Riau pada bulan Desember 2012, PLN Sumut merencanakan penambahan pasokan listrik di daerah Paya Pasir sebesar 40 MW pada Desember 2011, di daerah Belawan sebesar 100 MW pada Desember 2012 dan di Pangkalan Susu sebesar 450 MW pada Januari 2013. Industri di Sumut yang paling besar memakai daya listrik adalah PT Growth Sumatra dan PT Gunung Gapahi yang bergerak dalam industri baja.”

Banyak yang dapat dilakukan untuk mengatasi pasokan listrik di antaranya seperti menindak tegas “maling listrik.” Maling listrik ini sebenarnya bukan hal baru, sudah lama berlangsung dan masih saja terjadi. Pertanyaannya, sebegitu susahkah mengawasi pencurian listrik? Tidak susah. PLN memiliki alat bantu untuk memantau listrik-listrik yang dicuri. Motif serta modus pencurian listrik ini bermacam-macam, misalkan mencuri listrik dengan mengganti MCB, meteran berhenti, listrik tetap mengalir ke rumah. Pemborosan listrik yang sering terjadi seperti acara-acara perhelatan panggung semisal tahun baru, pekan raya, dan iklan-iklan billboard. Santosa Mulia

----------------------------------------------------------- ----------------------------------------------

Energi Alternatif:Tinggalkan Listrik Berbahan Bakar “Fosil” Sumber Energi Alternatif (SEA) yang terbarukan mulai dilirik oleh Indonesia. Sebab, secara geografis, teknologi, dan sumber daya alam, Indonesia memungkinkan melakukan hal serupa seperti di negara maju yang mulai meninggalkan bahan bakar “fosil” seperti minyak, gas, dan batu bara untuk membangkitkan tenaga listrik. Bahan bakar fosil selain terbatas, mahal, dan juga menimbulkan efek polusi.

18

Page 19: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Bukan hanya di Indonesia, di dunia secara keseluruhan terjadi percepatan kebutuhan akan sumber energi alternatif (SEA) terbarukan. Hal ini didorong oleh: (a) naiknya kebutuhan energi listrik; (b) naiknya keinginan menggunakan teknologi yang bersih dan ramah lingkungan; (c) melambungnya harga bahan bakar fosil; (d) naiknya biaya pembangunan saluran transmisi; dan (e) naiknya jaminan pasokan energi.

Bagaimana dengan Sumatera Utara yang setahun belakangan ini pasokan listriknya mengalami defisit sehingga TDL mengalami penyesuaian? Ditambah lagi pemadaman listrik tanpa pemberitahuan. Dengan pemberitahuan pun tak ada gunanya lagi. Rakyat tetap menanggung semuanya. Karenanya, jika listrik SUMUT serius ingin mengatasi keterbatasan sumber daya alam untuk listrik. Saatnya pemerintah SUMUT bekerja-sama dengan para ahli merancang teknologi terbarukan guna mendapatkan sumber energi alternatif non fosil seperti tenaga aliran arus air, tekanan uap udara, biogas, angin, cahaya matahari, sampah, mikroba, tenaga angin, dan seterusnya.

SEA bisa diwujudkan jika ada komitmen bersama antara pemerintah daerah untuk melakukan penelitian, pengkajian dan pembiayaan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) misalnya sudah melakukan Plant Smart Micro Grid, pemanfaatan berbagai pembangkit listrik energi terbarukan baik dari energi surya, angin, air, biomassa termasuk diesel. Smart grid berupa sistem tenaga listrik yang memanfaatkan teknologi komunikasi, komputer, cyber dalam menyalurkan energi listrik. Di Indonesia Smart Grid diuji coba di daerah terpencil seperti Sumba berada di Desa Billa Cenge, Sumba Barat Daya yang mengintegrasikan pembangkit surya berkapasitas 500 kWp ke dalam sistem jaringan 20kV milik PLN.

Selain itu, kita dapat menggunakan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) atau kincir angin. Di belahan Eropa, Jerman, Denmark, Inggris telah menggunakan tenaga angin untuk membangkitkan kebutuhan energi listrik. Kemudian ada pula sumber energi listrik Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang menggunakan solar- thermal dan sel fotovoltaik.

Pada tahun 2010, ITB memamerkan teknologi "Microbial Fuel Cell” yakni sumber energi listrik alternatif bertenagakan mikroba. Microbial Fuel Cell lebih dikenal dengan singkatan MFC adalah sistem pembangkit energi listrik dengan

19

Page 20: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

memanfaatkan interaksi bakteri yang terdapat di alam. Bakteri yang terdapat dalam medium organik mengubah bahan organik menjadi energi listrik.

Kemudian ada pula energi listrik alternatif sistem Hibrida. Mendengar Hibrida, biasanya teringat pada sistem pertanian padi. Sebab, sistem ini berkembang lebih dahulu di bidang pertanian. Di Wanassalam, tengah dikembangkan energi listrik alternatif yang menggunakan sistem hibrida. Sistem Hibrida ini merupakan teknologi pengembangan energi listrik yang memadukan tiga sumber kekuatan energi alam, yakni tata surya (matahari), hidrogen (air), dan angin (tenaga udara).

Lalu ada pula pembangkit listrik tenaga gelombang laut yang terus dikembangkan menggunakan perangkat teknologi Oscillating. Penggunaan teknologi gelombang laut dirintis peneliti Jepang Yoshio Masuda pada 1940-an. Menurut sejarah gelombang laut pertama kali ditemukan di Prancis. Di Jerman perusahaan Energie Baden-Wuttemberg Ag (EnBW) bekerja sama dengan Vorth Siemen Hydro Power Generation GmbH & Co merancang pilot project pembangkit listrik tenaga gelombang.

Kembali ke SUMUT, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bekerjasama dengan Indonesia Clean Energy Developmeant (ICED) menggelar sebuah workshop bertajuk Bisnis Pembangkit Listrik Biogas di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Indonesia bertempat di JW Marriot Hotel Medan, para tamu undangan umumnya bergerak di industri kelapa sawit dan perwakilan United States Agency Internasional Develompmeant (USAID) serius membahas pemasalahan prospek sumber penghasilan tambahan dari konversi limbah produksi minyak kelapa sawit melalui pembangkit biomassa berbahan bakar fiber dan cangkang. Kemudian ada investor yang tertarik mengembangkan pembangkit listrik di Medan dengan memakai sampah kota Medan sebagai bahan bakar. Selama ini Medan menghasilkan sampah sekitar 1.600 ton/hari. Menjelang PILGUBSU 2013 ini, mari kita lihat apakah calon-calon gubernur tersebut siap dan serius menangani sampah kota Medan dan listrik yang sering padam. Kita tunggu gebrakannya, jangan asal gertak dan banyak cakap dengan janji-janji perubahan. Berbuat, bertindak, jalankan tekad untuk membuat masyarakat lebih hebat. Itu baru pemimpin! Tim Redaksi

Transportasi

Sejarah Singkat Sudako-Angkot Legendaris Kota Medan:Sumatera Daihatsu Company (Sudaco dibaca Sudako)

Di Kota Medan, terdapat 100 lebih jalur (trayek) angkot yang menginduk pada 3 terminal besar yakni: Pinang Baris, Amplas, Sambu. Dari tiga terminal inilah penumpang diantarkan ke pelbagai tujuan di Kota Medan, Langkat, Deli Serdang, Lubuk Pakam dan ke seluruh provinsi-provinsi di Sumatera termasuk ke Pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, Yogya, Solo,

20

Page 21: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

dan Surabaya. Bis ALS bahkan dahulu sekitar tahun 1990-an “tembus” sampai Lombok-Kota Mataram.

Sedangkan angkutan umum khusus dalam Kota Medan terdiri dari KPUM, Rahayu, Gajah Mada, Desa Maju, Morina, Medan Bus, Nasional, Povri. Misalkan nomor angkotnya sama, kita bisa lihat itu dari KPUM, Medan Bus atau lainnya. Dengan demikian penumpang dapat mengenali tujuan rute-rute yang ada (lihat 100 jalur angkot di Kota Medan-Seruan Sanubari edisi no 2-red).

Kendati Kota Medan tumbuh pesat. Hotel dan mall, berdiri di mana-mana, sekolah internasional, perumahan dan residence, pasar modern, portal media cetak dan online menjamur, dan pendatang pun makin banyak. Apalagi kalau tak aral melintang Bandara Baru Medan yang terletak di Kuala Namu dan berkelas internasional melebihi Bandara Soekarno-Hatta akan segera diresmikan tahun ini-2013. Bisa diprediksi akan semakin banyak pendatang yang akan ke Medan. Masyarakat Medan kini adalah majemuk yang terdiri dari Melayu, Minang, Batak, Mandailing, Jawa, Tionghoa, India, dan Aceh.

Penduduk Medan semakin bertambah dan angkotpun semakin banyak. Tak ketinggalan pengendara roda dua yang setiap hari bertambah terus. Pertambahan motor (kereta-red) kian hari kian berselemak (ada di mana-mana-red) dikarenakan mudahnya mengambil kredit sepeda motor dengan DP ringan dan angsuran cicilan 3 tahun. Lalu masih ada lagi yang memadati jalan seperti sarana transportasi umum berlomba dengan becak motor, becak barang, taksi, bis kota, sepeda, mobil pribadi, mobil dinas, truk, bus Pariwisata, mobil travel, KPUJ, pejalan kaki. Jalan raya kota semakin mengecil dengan banyaknya volume kendaraan. Kalau tak hati-hati “gesekan” antar pengendara dan pengguna jalan bisa dengan mudah terjadi.

Ada satu hal yang tidak berubah sejak dahulu di Kota Medan yakni Sudako. Sudako adalah angkutan umum Kota Medan yang masih eksis sampai sekarang. Tampak pada gambar Sudako tipe Hijet 55 melintas di depan Istana Maimun Medan. Tipe Sudako lainnya adalah Daihatsu S38, Daihatsu Hijet 55 Wide, dan Daihatsu Hijet 1.000. Jenis Sudako di Kota Medan satu diantaranya tipe Daihatsu S38, mesin 2 tak, kapasitas 500 cc atau biasa disebut ‘Daihatsu Truntung’ dengan suaranya yang khas trungggggg…tung…tung…tung…tung. Sebagian orang Medan menyebut angkot dengan sudako atau menyebut angkot dengan motor. Terkadang pula, orang Medan menyebut mobil hanya untuk kendaraan pribadi.

Penumpang sudako naik dari belakang, duduk berhadap-hadapan di kursi panjang. Muat sekitar 10-12 orang. Karena sudako kecil dan sempit, lutut sesama penumpang kadang tak sengaja bersenggolan. Orang Medan punya

21

dok. seruan sanubari

Page 22: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

kebiasaan cepat akrab dan bisa langsung ngobrol dengan orang yang baru dikenal. Pertukaran informasi bisa terjadi di dalam sudako. Selain itu, penumpang sudako yang hendak turun ia harus berteriak ke arah supir, “Pinggir bang!” Itu jika kaca pembatas antara supir dan penumpang tidak ada. Kadang di dalam sudako ada bel yang terhubung ke supir. Isyarat bel menandakan penumpang akan turun.

Sejarah Sudako di Kota MedanMenurut berbagai sumber yang Seruan Sanubari dapatkan. Trayek pertama sudako adalah Lin 01 (trayek) jurusan Pasar Merah (Jalan HM Joni), Jalan Amaliun (Jalan Ismailiyah) dan terminal Sambu Pusat Pasar-dahulu ada Olympia Plaza sangat terkenal. Tidak ada keterangan pasti, apakah sudako ini didatangkan langsung dari Jepang sebagai produsen Daihatsu atau dimodifikasi di Indonesia terlebih dahulu sehingga berbentuk sudako. Selain itu, di Medan dahulu ada angkutan yang disebut “Toyoko.”

Tahun 1970-an KPUM merintis transportasi di Kota Medan. Pendiri Koperasi Pengangkutan Umum Medan (KPUM) adalah Baharudin Nur, Saidi Pangaribuan, Abdul Aziz Tanjung, Radi Suharto, Abdul Jalil. Terbentuk pada 17 April 1963 atas prakarsa Pemerintah Daerah (dulu Pemda Tingkat II Kotamadya Medan) dengan Direktorat koperasi Tingkat II Kotamadya Medan. Koperasi ini berlokasi di Jalan Rupat No. 30-32 di dekat pasar Sambu. KPUM memperoleh status badan hukum pada 14 Mei 1974 dengan No. 2381.B/BH/III (UU12/67).

KPUM mula-mula hanya punya angkutan umum bemo. Kemudian becak bermesin secara kredit dengan sistem sewa-beli. Artinya, sekalipun kita sudah melunasi becak yang kita beli melalui koperasi KPUM. Becak kita bukan atas nama pribadi melainkan atas nama KPUM dan setiap bulan, setiap tahun, setiap hari ada iurannya, narik atau tidak narik kena tarif. Kalau Anda memperhatikan plat becak mesin di kota Medan ada satu nomor plat kecil yang tertera. Nomor tersebut harus diperpanjang terus sebagaimana plat yang reguler. Setelah KPUM merintis bemo, berkembang ke moda transportasi sudako. Saat ini, KPUM memiliki belasan unit usaha mulai dari bengkel, Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), SPBU.

Rata-rata orang tua-tua dahulu tau kalau sudako di Medan bermerk Suzuki, Daihatsu dan Colt buatan Jepang. Pada era 1970-an ketiga merk inilah yang merajai jalan-jalan di Kota Medan. Sudako juga kependekan dari sarana umum dalam kota. Jadi, manakah yang paling benar, tidak dapat dipastikan. Tidak ada narasumber sahih yang dapat ditanyakan tentang sudako. Kalau pembaca menemukan sumber lengkap tentang sudako, bolehlah berbagi dengan redaksi agar dapat disampaikan kembali kepada pembaca.

Sudako masih eksis, bemo (helicak) sejenis bajaj tetapi bukan sudah hilang. Sudako sejak sebelum angkot-angkot Medan ada sama seperti dahulu baik dari segi warna (kuning), bentuk, mesin, jurusan. Mungkin supirnya saja yang berganti. Trayeknya pun masih berpusat di Sambu-Pusat Pasar. Inilah yang menjadi ikon unik Kota Medan, Sudako. Pembaca boleh menafsirkan istilah yang tepat untuk sudako, apakah Sarana Umum Dalam Kota

22

Page 23: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

(sudako), Suzuki, Daihatsu dan Colt (sudako) ataukah Sumatera Daihatsu Company (sudako). Setiadi R. Saleh

Ruang

Akibat Keserakahan ManusiaHutan Terampas, Monyet “Mengganas” Kelaparan

9 tahun lalu, saya dan suami membangun rumah sederhana, jauh dari pusat kota Langsa, Aceh Timur. Rumah kami terletak di pinggir jalan aspal yang sudah rusak. Dahulu, hanya ada satu atau dua rumah saja. 500 meter dari rumah kami terdapat 2 perumahan sehingga jalan di depan rumah tidak pernah sepi walaupun rumah kami berjauhan dari tetangga.

Lingkungan di sekitar rumah kami masih asli dan asri. Di kiri-kanan dan di seberang rumah terhampar luas tanah kosong puluhan hektar. Hingga angin akan berhembus sepoi-sepoi sejuk di siang hari membuat serasa ingin segera memejamkan mata. Terlebih bila malam tiba butuh selimut tebal agar dapat tidur nyenyak.

Satu hal lagi yang menambah sempurna keasrian, 100 meter sebelum rumah saya terdapat hutan karet. Hutan karet tidak terawat, tidak ada lagi orang yang menderes getahnya. Susunan tanamannya tidak beraturan, berbeda dengan tanaman perkebunan yang dapat dilihat lurus dari tiga sudut. Banyak orang mengatakan hutan karet sudah ada sejak lama. Tanaman karet mampu menyerap air seperti “spons raksasa.”

Di hutan karet tinggal puluhan monyet. Sayapun tidak tahu pasti tentang jumlahnya. Yang pasti setiap pagi bila saya berangkat kerja puluhan monyet akan berdiri di tepi dan di tengah jalan. Kendaraan tak dapat berlari kencang. Siapapun yang melalui jalan itu harus berjalan pelan-pelan karena sekawanan monyet dapat tertabrak kendaraan bila tidak hati-hati.

Monyet-monyet itu suka menampakkan diri di waktu pagi. Siang hari mereka hanya terlihat bergelantungan di pohon pohon karet. Terkadang saling berteriak satu sama lain. Benar- benar seperti sebuah taman suaka. Dan begitulah hal itu berlangsung sampai tahun ke delapan kami tinggal di jalan itu.

Tiba-tiba semua berubah...

23

Dok foto: internet

Page 24: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Kabar mengejutkan terdengar! Sebuah perumahan akan dibangun. Sejak saat itu pohon-pohon karet ditebang, semak belukar dibersihkan. Suasana mulai berubah. Tidak ada lagi hamparan pohon karet yang saya lewati saat pergi dan pulang kerja. Tidak ada lagi monyet-monyet menghadang jalan ketika warga akan lewat. Tertinggal hanyalah hamparan tanah kosong, gersang, bahkan sebatang rumputpun tidak diizinkan hidup di situ.

Satu tahun berlalu. Perumahan tidak juga dilakukan. Hamparan tanah gersang dibiarkan begitu saja. Lalu kemana monyet- monyet itu? Hutan karet rumah tempat monyet bermukim telah dimusnahkan.

Suatu hari, ketika saya menjemur pakaian tiba-tiba terdengar suara puluhan ekor monyet bertebaran di belakang rumah kami. Ada yang melompat dan menggendong bayi. Monyet-monyet itu sepertinya sedang mengintai pohon mangga dan jambu di sekitar rumah saya. Salah satu dari monyet itu menyeringai seperti akan menggigit. Saya berlari ketakutan.

Tak cukup sampai di situ. Keesokan harinya seekor monyet memberanikan diri memasuki dapur rumah saya yang kebetulan terbuka. Saya usir dengan sapu, monyet itu malah masuk ke ruangan tengah rumah. Saya makin panik. Saya ketakutan setengah mati. Di rumah ada anak saya yang masih tertidur. Sementara suami saya sedang tidak di rumah. Akhirnya saya menelepon tetangga.

Tetangga saya datang dengan membawa senapan angin. Tergopoh gopoh ia mengejar monyet dan bersiap membidikkan senapannya. “Jangan ! teriak saya refleks. Tetangga itupun terkejut.“Biar saja Bu! Monyet ini sekarang sudah menjadi hama dan musuh kita. Harus dimusnahkan.” Katanya sambil mulai mengarahkan senapan ke bagian kepala monyet itu yang masih berada di dalam rumah.

“Tolong Pak jangan, kasian dia.” Kata saya“Kasian?” Tanya tetangga saya. “Kasian anak-anak Ibu maksudnya?”“Bukan cuma itu, kasian monyet itu.” Kata saya.

Tetangga saya segera menurunkan senapannya dan mencoba menakuti monyet itu dengan sapu. Monyet itupun pergi. Sebelum meninggalkan rumah saya dapat melihat pandangan heran bapak tetangga saya itu. Mungkin ia merasa aneh mendengar saya mengatakan kasihan untuk seekor monyet.

Ini adalah dilema bagi saya. Di satu sisi saya ingin melindungi diri dan keluarga dari ancaman monyet-monyet kelaparan yang dapat berbuat apa saja. Bisa saja mereka menyerang beramai-ramai. Di lain pihak saya merasa iba. Mereka adalah korban keserakahan manusia. Tempat mereka tinggal dan mencari makan direbut. Kini mereka tidak punya tempat tinggal dan

24

Page 25: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

mencari makan. Wajar bila sejak saat itu saya dan tetangga tak pernah lagi memetik hasil tanaman buah-buahan kami. Karena monyet-monyet itu telah terlebih dahulu menikmatinya. Sesekali saya masih melihat beberapa ekor monyet mengorek-ngorek tempat sampah kami untuk mencari sisa makanan. Terkadang itu dilakukan sambil menggendong bayinya. Saya teringat bayi saya sendiri. Sungguh kasihan nasib mereka.

Saya masih diliputi rasa cemas dan takut monyet-monyet akan datang menyerang. Saya berdoa agar Tuhan melindungi keluarga kami dan memberikan rezeki makanan dan perlindungan buat monyet-monyet itu. Apakah aneh kedengarannya bila ada orang menyempatkan diri mendoakan monyet. Tidak mengapa saya dipandang aneh, bila mereka tidak kelaparan lagi. Saya dan keluarga tidak perlu merasa takut. Semuanya akan hidup tenteram dan nyaman. Rahayu Rachman

Kisah

Pak Wagiran, “Sangkuriang Sakti” dari MedanMembangun Rumah dengan Tangannya Sendiri

Pria 56 tahun ini adalah keturunan Aceh dan Jawa. Ia berasal dari Sawit Sebrang, Langkat. Datang ke Medan tahun 1970-an. Bernama asli Wagiran, tetangga memanggilnya Wak Giran. Pak Wagiran memiliki 6 orang anak, 4 laki-laki, 2 perempuan, dan 8 cucu. Meski usianya sudah lewat setengah abad, ia masih suka bercanda seperti anak muda.

Di pagi buta, selepas Subuh. Saat tetangga masih terlelap tidur. Pak Wagiran sudah bergegas mengangkut pasir, batu kerikil mengaduk semen dan mulai menyiapkan peralatan. Kalau soal peralatan tak usah dipertanyakan lagi, lengkap semua ada. Mulai dari obeng, meteran, selang, kereta sorong, linggis, martil, sendok semen, ember, ketam, pisau, kelewang, pisau, bor, gerinda, kunci Inggris, kunci L, tangga 4 empat kaki, sekop, pompa, tempat tambal ban masak, mesin jahit, ketapel, kabel listrik, alat pancing, perangkap tikus sampai kawat penyodok selokan (parit) tersumbat ia pun punya.

Pak Wagiran tak segan-segan bekerja apa saja. Beragam pekerjaan pernah ia lakoni. Apa yang ia tidak bisa, semua bisa! Dunia hitam, dunia putih, dunia merah, sudah rata baginya. Semasa muda berkelahi adalah santapan sehari-hari. Pernah tergiur memasang nomor (sejenis togel, porkas) yang kemudian ditinggalkannya. Tempat-tempat di Medan dan Aceh yang kata orang angker-seram-berhantu sudah pernah dimasukinya. Pernah juga ia

25

Page 26: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

berjualan jagung rebus, kuli di perkebunan tebu, karyawan pabrik roti Singapore Biskuit. Semasa bekerja di pabrik roti, ia menjadi kesayangan majikan. Majikannya tak pernah bisa menyebut nama Wagiran melainkan Wagilan (logat Tionghoa).

Kini usianya tidak muda lagi. Kendati demikian, semangat masih membara. Wagiran tipe prajurit sejati dan pemberani. Seandainya ia terdampar di pulau tak berpenghuni. Ia masih bisa bertahan hidup sendirian. Dahulu sempat ingin menjadi tentara, tetapi tak kesampaian. Lahir dari keluarga sederhana membuatnya mandiri, tekun, telaten, dan terlatih.

Sebelum mulai bekerja. Sesekali matanya meneropong tajam ke arah bangunan rumah yang sedikit demi sedikit mulai berbentuk. Tadinya hanya sebata, lalu belasan ribu bata tersusun rapi. Teknik ia membangun rumah agak unik. Jika orang lain dari depan dahulu baru ke belakang. Pak Wagiran dari belakang dahulu baru kemudian ke depan. Kopi dan rokok adalah kawan setia saat bekerja. Tak ketinggalan topi, baju dinas warna hijau, sepatu sport, dan celana pendek adalah perlengkapan standar yang harus ia kenakan. Lucunya, dalam keseharian ia tidak suka pakai baju. Seluruh anak laki-lakinya mempunyai kebiasaan yang sama dengan dirinya.

Pada hari-hari biasa ia bekerja sendirian. Tak ubahnya seperti Sangkuriang dari Parahyangan yang membuat perahu seorang diri. Pak Wagiran pun demikian. Membangun rumah dengan tangannya sendiri. Kecuali, di hari-hari libur, anak, menantu ikut membantu. Sempat Pak Wagiran memperkerjakan kernek-tukang bangunan yang kemudian hari ia berhentikan lantaran tidak menemukan kecocokan dalam pola kerja. Pak Wagiran bukan ahli atau arsitek bangunan melainkan orang yang selalu belajar dan mencoba. Dahulunya pun ia tidak bisa mengaduk semen dan memasang batu bata. “Semua orang harus belajar supaya bisa!” Demikian yang selalu ia katakan.

Jika kebetulan ada tetangga dan sanak-kerabat yang berkunjung ke rumahnya, kadang dibuat terheran-heran. Kemarin belum apa-apa, tau-tau esoknya sudah berubah. Bangun rumah seperti disulap. Penonton (para tetangga) dibuat tercengang terutama saat kusen dan pintu belum terpasang. Esoknya langsung kusen sudah terpasang.

Pak Wagiran memiliki hewan piaraan: ayam, bebek, burung, dan monyet. Monyet inilah yang menjadi penghibur. Kadang-kadang mencarikan kutu. Belakangan ia kasihan melihat monyet, tidak tau mau dikemanakan lagi. Ia berharap ada orang yang telaten mengurus monyet. Pernah suatu kali ada yang bertanya, “Wak senang melihara monyet ya.” “Ini untuk jaga-jaga, kalau kita punya hewan piaraan gak gampang sakit. Apalagi ada makhluk halus. Monyet langsung tau.” Menurut pengakuannya, Pak Wagiran tidak memiliki ilmu apa-apa. Ia hanya dapat merasakan sesuatu saja. Waktu itu, November tahun lalu bertepatan dengan bulan Muharram, Pak Wagiran merasakan aura dan energi supranatural yang tidak biasa. Menurutnya, “bulan Muharram atau bulan Suro banyak orang yang mencuci pegangan, benda keramat.”

26

Page 27: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Menjelang minggu terakhir di akhir Desember 2012. Pembangunan rumah sempat terhenti karena menunggu batu bata sekitar 20.000 lagi. Kemudian seminggu kemudian datang batu bata yang diantar memakai mobil Chevrolet bak terbuka. Pembangunan rumah dilanjutkan. Saat anaknya pada bekerja di luar. Pagi hari ia mulai mengaduk pasir semen sendirian dan memasang batu bata. Kemudian sebelum tengah hari berhenti. Kemudian bersama Wak Ida istrinya, ia ke pabrik roti, membeli roti untuk dijual lagi pada sore harinya. Setelah istirahat makan siang, ia lanjutkan lagi. Setahap demi setahap lama-lama makin mantap!

Saat ini Pak Wagiran kalau ditotal memiliki rumah 5 pintu dengan total kamar keseluruhan 10 kamar tidur, 5 dapur, 5 kamar mandi, 5 ruang tamu, 5 kamar mandi. Tadinya ia berkeinginan membangun rumah yang cantik (bagus-red). Ia kemudian berpikir lagi bahwa ia memiliki anak banyak, belum lagi menantu dan cucu. Menabung sedikit demi sedikit. Membeli pintu, kusen, besi, dan lain-lain. Seruan Sanubari sempat bertanya, apa resep sukses Pak Wagiran bisa seperti sekarang ini, “Sabar dan tahan

menderita.” Kata Pak Wagiran tertawa. Teddy Teduh

Inspirasi

Ustad Maulana Syarifuddin: “Melepas Belitan Wahabi”

Pengajian yang diadakan setiap Minggu malam di Masjid Immanurrahman Medan mula-mula dihadiri sedikit orang. Kemudian, dari hari ke hari semakin bertambah. Baik dari jamaah perempuan maupun laki-laki. Pengajian dilakukan seminggu sekali, sebulan empat kali.

Pengajian berlangsung selama 60 menit. Dimulai selepas Maghrib dan berakhir sebelum Isya. Pengajiannya ini tidaklah seperti pengajian agama

pada umumnya yang hanya berisi ceramah nasihat (taushiyah). Ustad Syarifuddin mengajak untuk berpikir, bernalar, baru

kemudian iman dapat terbangkitkan.

Dalam suatu kesempatan beliau berkata, “Setiap hari ke masjid, mendirikan shalat lima waktu, hidayah belum tentu datang kepada kita. Sebagian orang sunyi dari hidayah. Mereka yang shalat belum bisa dikatakan orang baik. Kriteria orang baik, lihat Al-Baqarah:177 tentang pokok-pokok kebajikan. Dakwah yang mengatakan, orang mau beriman silakan, mau kafir silakan, bukanlah dakwah sesungguhnya. Walau demikian, tetap mendapatkan pahala karena sudah menganjurkan orang untuk mau beribadah. Apa yang kau sembunyikan dihitung oleh Allah. Lakukan terus sampai terbiasa. Basahilah lisanmu dengan zikir, tekuni dan rutinilah. Agar shalat tidak binasa, iman tidak luntur hati-hati jebakan iblis. Pernahkah kita mengalami

27

dok. seruan sanubari , ustad Ahmad Syarifuddin

Page 28: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

setelah membaca Qur’an bawaannya mau marah saja. Mungkin pernah, itu jebakan iblis agar pahala kebaikan membaca Qur’an yang baru kita lakukan hilang seketika. Terus perbaiki diri, perbaiki diri, perbaiki diri.” Tiga kali kalimat ini diulangi beliau, menandakan ibadah memerlukan latihan, disiplin, dan ketekunan.

Belitan WahabiTema ceramah ustad Syarifuddin ihwal sehari-hari yang sering kita temui, dikupas mendalam dan disajikan terus-terang. Sesekali peserta (jamaah) masjid Imanurrahman tersenyum melihat gaya khas ustad seperti misalnya saat ceramah tentang Haji, “Wukuf itu di Padang Arafah, bukan di Padang Bulan (nama suatu tempat di Kota Medan-red).” Pada kesempatan lain ustad mengatakan, “Ada orang yang selesai salam, telapak tangannya dibuka. Waktu kecil saya nanya sama Atuk. Macam mana itu Tuk! Jawab Atuk saya, untuk membuka pintu surga. Setelah saya besar, saya pikir lagi untuk apa seperti itu, bukannya sudah ada malaikat penjaga pintu neraka dan pintu surga.”

Ustad Syarifuddin baru saja menerbitkan buku “Melepas Belitan Wahabi.” Sepanjang bulan Januari 2013, ceramahnya mengenai Wahabi. “Jika ada yang melarang/tidak membolehkan/mengharamkan zikir, wirid, melayat orang meninggal/berdoa setelah shalat dan mengatakan apa yang tidak dicontohkan Rasul tidak boleh diikuti umumnya adalah Wahabi. Perkataan ‘apa yang tidak dicontohkan Rasul tidak boleh diikuti’ tidak ditemukan dalam Alquran dan hadis sahih. Mengapa wirid boleh karena di dalamnya membaca Alquran. 1 huruf 10 pahalanya. Sebaik-baiknya perkataan adalah Al-Qur’an. Kalau ada orang yang membaca Al-Qur’an dengar dan diam, bukan merepet (berkata tidak tentu-red). Hiburan orang beriman adalah Qur’an. Tetapi, wirid kan tidak dicontohkan Rasulullah. Jadi, wahabi ini selalu berputar-putar di situ saja. Sekarang kita lihat, apakah Rasululullah pernah azan? Apakah nabi pernah mencontohkannya, tidak. Lalu wahabi mengatakan zikir itu bid’ah. Bid’ah darimana sementara kombur, markusip, ngobrol-ngobrol tak disebut bid’ah, coba pikir, ini kan aneh. Sebaiknya dalam beriman dengan pedoman. Jangan mengada-ada yang tidak ada. Datangkan dalilnya jika kalian benar.”

Setiap usai ceramah, ustad Syarifuddin senantiasa mengingatkan agar sesuatu dikembalikan kepada kebesaran Allah bukan karena kemahirannya dalam berceramah. Setiadi R. Saleh

Bahasa

Pada rubrik ini kami menyajikan bahasa tutur, bahasa Medan. Di Kota Medan masyarakatnya sangat majemuk-plural mulai dari masyarakat Melayu, Jawa, Mandailing, Batak, Karo, Tionghoa, Aceh. Jadi, kosakata (entri) bahasa Medan merupakan inti serapan dari semua bahasa-bahasa daerah dan tentu saja memiliki bahasa atau istilah tersendiri yang kadang-kadang berbeda dari generasi ke generasi.

28

Page 29: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Untuk memudahkan pembaca, kami menyajikan sedikit demi sedikit terlebih dahulu. Kosakata akan dimuat sesuai abjad pada setiap edisi terbitan Seruan Sanubari. Mungkin saja ada yang terlewat, pembaca boleh mengirimkan saran email melalui [email protected] atau sms redaksi 081802274640, 081265748769. Berikut ini sebagian kosakata bahasa Medan yang dapat kami himpun dilengkapi artinya:

G-N Gosok = Menyetrika. Gedap = Mengambil diam-diam. Hembus = Tiup. Jengat = Naik ke atas. Jiper = Kalah gertak. Kaset = CD lagu. Kembut = Agak takut. Kereta = Motor/sepeda motor. Kedan = Teman, kawan. Kerabu = Anting-anting Kombur = Bicara bohong untuk hiburan saja. Kekeh = Tertawa geli. Ketara = Kentara. Kuyak = Koyak, sobek. Lampu tangan = Rokok. Limpul = Lima puluh. Litak = Capek, lelah-letih. Ligat = Cepat. Letoi = Lemah. Logor = Longgar. Leles = Sisa. Lantam = “Pedas kali” mulutnya, bicara sengit. Membal = Balik lagi, kembali kepada si pelaku. Mencelat = Terpental, terpelanting. Melalak = Keluyuran. Mereng = Miring. Mentiko = Berlagak. Mentel = Genit. Montor/motor = Mobil angkutan umum. Moncong = Mulut. Nelap = Mencuri barang secara diam-diam. Ngeten = Mengintip. Nungkik = Menukik tajam.

Galeri

29

Page 30: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Tema gambar: Serangga. © Karya: Maula Mazinwww.maulamazin.blogspot.com, fans page FB: Maula Mazin

Percik

“Terima hidup dan kehidupan. Jangan banyak pertanyaan, banyak pertanyaan banyak gugatan.”

(Kutipan buku “92 Kata Perenungan”)Wisata

Istana Maimun dan “Michael Jackson”

Dok. Seruan Sanubari

30

Page 31: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Di suatu ruas jalan, bus-bus besar Pariwisata berseliweran di antara angkot, sudako [angkot khas Medan], becak motor, kereta [sepeda motor], mobil, sepeda, dan pejalan kaki. Saat melihat bus-bus tersebut, barulah saya tercenung dan tersadar bahwa di Jalan Bridjen Katamso terdapat istana yang melegenda yakni Istana Maimun. Cepat-cepat saya langkahkan kaki, rasanya seperti ingin berjumpa dengan seseorang yang dirindukan.

Mujurnya saya, Kota Medan siang itu tidak panas. Mendung mengapung. Matahari-mata hari ini seakan enggan menyengat, dan angin yang bertaut pelan menyapu debu dengan tersipu-sipu. Saya mempercepat langkah.Dering ponsel bergetar di saku celana...Saya abaikan...

Gerbang Istana Maimun dari samping sudah terlihat...

Saya memasuki gerbang. Seorang penjaga yang berjaket coklat sedang asyik menelepon. Ia tidak mempedulikan kehadiran orang. Dalam hati, apakah masuk ke Istana Maimun gratis?

17 tahun [1994-2011] meninggalkan Medan. Ketika bisa melihat kembali Istana Maimun yang didirikan 26 Agustus 1888. Hati saya tidak tentu, tidak pasti laksana spektrum roda-roda api atau seperti mesin las yang mengapungkan biji-biji besi. Terima kasih Semesta, setelah 17 tahun, saya bisa mengunduh keagungan dan kemasyhuran Kerajaan Melayu.

Saya tau kamera ponsel 2 MP kurang memadai untuk memotret hal-hal yang detail. Tidak apa pikir saya, yang penting ada kenangan. Begitu mendekati istana, saya sudah yakin. Pasti tidak akan menemukan apa yang saya cari. Benar saja! Tidak ada pasukan khas raja-raja Melayu atau sekurang-kurangnya orang yang berpakaian khas Teluk Belanga atau orang yang menari serampang 12 atau apa sajalah yang menunjukkan dan menyambut “saya sedang” berada di istana, bukan di sebuah bangunan yang mirip istana.

Dari tangga bawah, saya liat dua anak sekolah sedang memakai sepatu. Masuk Istana Maimun harus buka sepatu/sendal/selop, siapa pun itu termasuk pejabat negara. Sebelum naik ke tangga atas. Saya sempatkan menikmati keindahan Istana Maimun, dekorasi, arsitektur, kipas angin gantung, ornamen, serta kepingan haluan sejarah yang terpental. Hari itu saya sedang tidak ingin berpikir keras mengingat-ingat sejarah Istana Maimun, Putri Hijau, Sungai Deli, Mariam Buntung [The Split Cannon] dan Masjid Raya. Terhadap Istana Maimun, saya hanya ingin takjub saja.

Sampai di tangga atas. Saya tanya, “Dik masuk bayar?”Mereka menjawab, “Bayar bang, Rp. 3000.-”

Saya membuka sepatu dan mencari penjaga ingin membeli tiket. Tidak ada orang. Di meja penjualan tiket di dalam istana terdengarlah mengalun pelan lagu Michael Jackson, “Will You Be There.” Lagu itu saya suka dan MJ pun

31

Page 32: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

idola saya. Pikiran saya langsung buyar soal-soal kelampauan dan tempo doeloe. Akhirnya saya masuk tanpa membeli tiket dan bebas berkeliling di dalam istana. Mengagumi, melihat, dan memotret apa saja. Kebetulan Istana Maimun lagi sepi. Jangan kaget, di dalam istana terdapat dua toko asesoris laiknya toko-toko pada umumnya. Menjual kaca-mata, kaos, mainan anak. Dan di halaman dalam istana pun PKL dengan jumlah terbatas bebas berjualan. Kemudian pada sisi-sisi istana, tampak dari atas, di halaman bawah terdapat jemuran [tidak perlu saya sebutkan apa saja yang dijemur]. Aneh binti ajaib. Istana kehilangan fungsi. Itu jika saya berpikir dari sisi nilai sejarah. Jika saya berpikir dari sisi realitas dan fakta. Mungkin tidak semua turunan kerajaan hidup laik. Langit-langit Istana tinggi. Ruangan terasa sejuk. Di dalam istana dipajang foto-foto keluarga kerajaan. Dari deretan foto-foto tersebut hanya satu yang menarik perhatian saya, foto anak kecil dan sudah pasti dibuat pada masa kini. Siapakah dia? Dalam tradisi Kerajaan Melayu ada istilah raja mangkat, raja diangkat. Sudah pasti itu keturunan raja, dan pengganti Sultan Deli terakhir. Saya mengitari seluruh bagian istana.Dan hati saya melengung, suatu rasa yang lebih sepi dari sunyi, suatu rasa yang lebih senyap dari gelap...Tidak ada guide, tidak ada pemandu yang memberitahukan apa saja isi dan benda-benda bersejarah istana. Saya masih tertegun melihat keindahan ornamen dinding yang dipadu sentuhan warna kuning dan hijau. Tiga orang anak sekolah SMA memasuki istana. Penjaga tiket pun datang. Anehnya saya masih belum ditagih. Saya teruskan langkah dan mengulanginya sekali lagi memasuki istana. Sengaja saya menguping pembicaraan anak-anak sekolah yang sedari tadi asyik mengobrol. Kata mereka soal Istana Maimun, membuat saya miris, “Istana Maimun cuma kek gitu aja, gak ada apa-apa.” Zuhur sudah lewat. Saya belum shalat dan berencana shalat di Masjid Raya yang letaknya kurang lebih 50 meter. Jika Anda kebetulan berada tepat di tapuk pusat tengah-tengah istana Maimun. Anda akan melihat air mancur yang sudah tidak berfungsi.

Anak sekolah yang lain mulai berdatangan, disusul rombongan perempuan-perempuan paro baya berwajah Tionghoa atau Thailand. Saya tidak begitu yakini ini dari luar negeri. Sebab, di Medan melihat orang berwajah etnis itu tidak aneh. Istana mulai penuh orang.

Bosan saya di dalam istana. Saya berdiri di tepi-tepi dinding. Menyaksikan pemandangan. Jika kita lihat dari depan. Bangunan istana memiliki panjang lebar yang persis serupa sama sisi-sisinya [kembar]. Kalau kebetulan Anda berdiri di sisi kiri, yang sisi kanan seolah-olah lebih panjang. Begitu pun sebaliknya. Sudut pandangnya pun mirip dengan lambung kapal.

Lagu Michael Jackson masih mengalun. Kali ini lagunya I Be There. Kedua lagu MJ tadi seakan tau saya mau datang ke Maimun. Saya ingin pulang. Uang tiket belum saya bayar dan saya datangi saja penjaganya. Saya bayar

32

Page 33: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

dengan pecahan Rp. 50.000,- dikembalikan Rp. 45.000,- Harga anak sekolah dengan umum memang dibedakan. Saya bertanya kepada penjaga yang kebetulan perempuan dan rupanya ia sangat menggemari Taguan Hardjo. Ia sendiri yang tiba-tiba mengatakan demikian.

Taguan adalah komikus legendaris asal Medan dan sangat terkenal di Pulau Jawa, khususnya Jakarta dan Bandung. Di Indonesia yang memiliki koleksi komik dan tau persis sejarah Taguan Hardjo adalah Koko Hendri Lubis, Direktur Dewata Antiquariat North Soematra.

Kepada penjaga tiket, saya bertanya, “Sehari pengunjung istana ada berapa?”Ia menjawab, “100 kadang ada. Kebanyakan anak sekolah.” Dari satu pertanyaan itu, akhirnya timbul pertanyaan susulan.“Adik pasti seniman, kalau tidak penulis, dan pasti bukan dari Medan.”Dalam hati saya, waduh, ini orang seolah mau membaca saya. Saya tersenyum dan tidak menjawab. Ia bercerita, kalau ada yang bawa anak kecil menangis saja, sebaiknya keluar saja. Karena, mungkin saja ia diperlihatkan [baca: makhluk halus]. Saya tidak banyak bertanya. Ia terus saja bicara, entah apa saja. Saya kemudian berkata, “warna-warna di dalam istana mirip dengan masjid-masjid yang ada di Iran.” Ia langsung menyusul dengan pernyataan, bahwa Sultan Deli pun tersambung kepada Imam Ali dan baginda Nabi Muhammad saw.

Kepala saya langsung cenat-cenut. Tadinya tidak mau berpikir soal sejarah, akhirnya malah berpikir mencari rangkaian logis sejarah Melayu. Kenapa sukar mencari muara akar Melayu karena memang bangsa Melayu dulu-dulunya adalah kumpulan dari berbagai bangsa yang kemudian terhimpun dan terbaharukan ke dalam rumpun satu bangsa Melayu.

Dan pembicaraan saya terhenti...Tamu-tamu pengunjung Maimun semakin ramai. Penjaga kewalahan dan saya pamitan. Ia menyalami saya dan saya pun menyalaminya.Saya belum shalat, belum makan siang. Jam sudah menunjukkan pukul 14.36. Cacing memanggil karena lapar. Jiwa menggelepar karena belum menghadap Semesta. Saat menuruni tangga Istana Maimun. Seutas kenangan membalut air mata saya.Dan lamat-lamat setelah meninggalkan Istana Maimun, sekali lagi saya tolehkan wajah.mendung sudah tergambar di cakrawala.

Maimun esok saya kembali lagi! Will you be there... Setiadi R. Saleh Iklan

Pasang iklan, 6 Bulan Rp. 100.000,-

33

Jual Tanah & Kebon SawitLokasi Istimewa

Rantau Panjang Peureulak, Aceh Timur

Hubungi: H. Mulyadi SE, MM (081269449377), Teddy (081265748769)

Seruan Sanubari AgensiPusat Jasa Penulis Konten Website, Artikel Online, Buku Pelajaran, Feature, Reportase, Penerjemah B. Inggris, Arab, Training Menulis

dan Konsultan Manajemen Media Cetak/Online

Page 34: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Ucapan

Buletin Bulanan “SERUAN SANUBARI” mengucapkan terima kasih kepada:

Ustad Abi Maulana Syarifuddin, Medan. Dr. Asep Saefuddin, Dosen Universitas Islam Bandung Bpk. Juli Hendri, Ketua Asosiasi Masinis Indonesia (AMI) wilayah

Sumatera. Koko Hendrie Lubis, Kolektor dan Founder Dewata Book Antiquariat. Bpk. Muriady, Mahasiswa S2 Syiah Kuala, Banda Aceh. Isa Jatinegara, Pimpinan Re! Media Service Bandung Andi Anas, Penulis “The World of Hikmah.” Bang Ahmad Taufik, Wartawan Koran Tempo. Efri Elka Riza, Konsultan Analisis Perminyakan. Tengku Mohammad Dhani Iqbal, Pemimpin Redaksi

LenteraTimur.com Dini Fatimah, Networking Amway Bandung. M.S. Nasrulloh, senior editor dan penerjemah ahli Bahasa Arab dan

Inggris. Irma Nirmalasari, Staf Manajemen Bandung Indah Plaza. Christian Hotma Sibarani, Master Chef Scarlet Hotel Bandung. Bpk. Trubus, Sekretaris Paguyuban Wirid Link. VII Dwikora Medan Bpk. Yudi, Kepala Lingkungan VII Kel.Dwikora, Kec. Medan Helvetia

34

Jual Tanah & Kebon SawitLokasi Istimewa

Rantau Panjang Peureulak, Aceh Timur

Hubungi: H. Mulyadi SE, MM (081269449377), Teddy (081265748769)

Seruan Sanubari AgensiPusat Jasa Penulis Konten Website, Artikel Online, Buku Pelajaran, Feature, Reportase, Penerjemah B. Inggris, Arab, Training Menulis

dan Konsultan Manajemen Media Cetak/Online

UD. OPHIR KENCANA

Supplier: Ice Cream, Limun dan Soda. Melayani pesanan untuk pesta, pernikahan, ulang tahun, arisan, dll.

(minimal pesan 1 tong = 8 liter Rp. 350.000,- gratis cup kecil dan sendok 200 pcs. Limun Badak 1 krat @Rp. 120.000)

Hubungi: 085275112177 (Koko Hendrie Lubis) Taman Riviera Village Permai NCL 124

Jl. S.M. Raja km 11 Medan-20229

Page 35: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

Bpk. Bambang Dwikora, Guru Senior Matematika, SD Dwikora Medan

Isi Buletin SERUAN SANUBARI No. 3 |Januari 2013 M/Shafar 1434 H

Catatan Redaksi: Listrik Padam, Kreatifitas “Terbenam” ... 1 Profil Seruan Sanubari ... 2 Skakmat! Pak Pong dan Si Polan ... 2 Renungan: Di Manakah Allah? ... 3 Gaya Anak Saat di Depan Kamera 3 Bisnis: “Kupas Ringkas” Prospek Bisnis di Tahun 2013 ... 4 Media: LenteraTimur.com “Membakar” Indonesia ... 5 Pendidikan: UKG dan Verifikasi Data Online ... 7 Penerbit Buku: Alami Konstraksi dan “Hiportemia” ... 9 Dwars door Sumatra: Tocht van Padang Naar Siak 12 Pertanian: 7 Persoalan Pokok Pertanian di Sumatera Utara

... 14 Energi Alternatif: Tinggalkan Listrik Berbahan Bakar “Fosil” ... 16 Sumatera Daihatsu Company (Sudaco dibaca Sudako) ... 18 Hutan Terampas, Monyet “Mengganas” Kelaparan ... 20 Pak Wagiran, “Sangkuriang” dari Medan ... 22 Ustad Syarifuddin: “Melepas Belitan Wahabi”

... 24 Bahasa ... 25 Galeri ... 26 Percik ... 26 Istana Maimun dan “Michael Jackson” … 28 Iklan ... 30

No. 3 |Januari 2013 M/Shafar 1434 H Rp. 5000,-

35

Page 36: Buletin Seruan Sanubari No 3-Print

36