BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1...

40
PENANGGUNG JAWAB Dr. Muhammad Azrai, MP Kepala Balai Penelitian Tanaman Serealia DEWAN REDAKSI Ketua Dr. Amran Muis (Hama dan Penyakit Tanaman) Anggota Prof. Dr. Suarni (Pascapanen) Ir. M. Yasin HG., MS (Pemuliaan Tanaman) Ir. Bahtiar, MS (Sosial Ekonomi) Ir. Syafruddin. MS (Budidaya Tanaman) Dr. Ramlah Arief (Perbenihan) Dr. Muh. Aqil (Mekanisasi Pertanian) Redaksi Pelaksana Ir. A. Haris Talanca Umriana, SE Suriani, MP FREKUENSI TERBIT Dua nomor per tahun: Juni dan Desember ALAMAT Redaksi Buletin Serealia Balitsereal Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, 90514 Telp. 0411-371529 – 371016, Fax: 0411-371961 WA: 0853-9980-0153 Email: [email protected] ISSN: 2460-6138 DAFTAR ISI Keragaman Genetik dan Heritabilitas Plasma Nutfah Jagung Koleksi Balitsereal di Barambai Kalimantan Selatan R. Neni Iriany, Suwarti, dan A.Takdir Makkulawu ................................ 1 Kajian Adaptasi Varietas Unggul Baru (VUB) Jagung di Kabupaten Gorontalo Utara Serli Anas dan Ria Fauriah M. ............................................................ 9 Mutu Benih Jagung Beberapa Varietas Berdasarkan Ukuran Biji Rahmawati ....................................................................................... 16 Preferensi Petani terhadap Karakter Agronomis Gandum Mendukung Pengembangan Tanaman Gandum Syuryawati ....................................................................................... 22 Pengaruh Karakteristik Petani Terhadap Pendapatan Usaha Tani Jagung Margaretha Sadipun Lalu................................................................... 32 KATA PENGANTAR Buletin Serealia ini merupakan terbitan ketiga yang isinya membahas tentang hasil-hasil penelitian serealia selain padi. Pada terbitan ketiga ini terdapat lima (5) tulisan yang terdiri dari: (1). Keragaman Genetik dan Heritabilitas Plasma Nutfah Jagung Koleksi Balitsereal di Barambai Kalimantan Selatan, (2). Kajian Adaptasi Varietas Unggul Baru (VUB) Jagung di Kabupaten Gorontalo Utara, (3). Mutu Benih Jagung Beberapa Varietas Berdasarkan Ukuran Biji, (4). Preferensi Petani terhadap Karakter Agronomis Gandum Mendukung Pengembangan Tanaman Gandum, dan (5). Pengaruh Karakteristik Petani Terhadap Pendapatan Usaha Tani Jagung. Buletin ini hanya memuat tulisan primer terutama hasil-hasil penelitian serealia terkini. Redaksi Balai Penelitian Tanaman Serealia Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 2 Nomor 1, Juni 2018

Transcript of BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1...

Page 1: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

PENANGGUNG JAWABDr. Muhammad Azrai, MP Kepala Balai Penelitian Tanaman Serealia

DEWAN REDAKSIKetuaDr. Amran Muis(Hama dan Penyakit Tanaman)

AnggotaProf. Dr. Suarni(Pascapanen)Ir. M. Yasin HG., MS(Pemuliaan Tanaman)Ir. Bahtiar, MS(Sosial Ekonomi)Ir. Syafruddin. MS(Budidaya Tanaman)Dr. Ramlah Arief(Perbenihan)Dr. Muh. Aqil(Mekanisasi Pertanian)

Redaksi PelaksanaIr. A. Haris TalancaUmriana, SESuriani, MP

FREKUENSI TERBITDua nomor per tahun: Juni dan Desember

ALAMATRedaksi Buletin Serealia BalitserealJl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, 90514Telp. 0411-371529 – 371016,Fax: 0411-371961WA: 0853-9980-0153Email: [email protected]

ISSN: 2460-6138

DAFTAR ISI

Keragaman Genetik dan Heritabilitas Plasma Nutfah Jagung KoleksiBalitsereal di Barambai Kalimantan SelatanR. Neni Iriany, Suwarti, dan A.Takdir Makkulawu ................................ 1

Kajian Adaptasi Varietas Unggul Baru (VUB) Jagungdi Kabupaten Gorontalo UtaraSerli Anas dan Ria Fauriah M. ............................................................ 9

Mutu Benih Jagung Beberapa Varietas BerdasarkanUkuran BijiRahmawati ....................................................................................... 16

Preferensi Petani terhadap Karakter Agronomis GandumMendukung Pengembangan Tanaman GandumSyuryawati ....................................................................................... 22

Pengaruh Karakteristik Petani Terhadap PendapatanUsaha Tani JagungMargaretha Sadipun Lalu ................................................................... 32

KATA PENGANTAR

Buletin Serealia ini merupakan terbitan ketiga yang isinya membahas tentang hasil-hasil penelitian serealia selain padi.

Pada terbitan ketiga ini terdapat lima (5) tulisan yang terdiri dari: (1). Keragaman Genetik dan Heritabilitas Plasma Nutfah Jagung Koleksi Balitsereal di Barambai Kalimantan Selatan, (2). Kajian Adaptasi Varietas Unggul Baru (VUB) Jagung di Kabupaten Gorontalo Utara, (3). Mutu Benih Jagung Beberapa Varietas Berdasarkan Ukuran Biji, (4). Preferensi Petani terhadap Karakter Agronomis Gandum Mendukung Pengembangan Tanaman Gandum, dan (5). Pengaruh Karakteristik Petani Terhadap Pendapatan Usaha Tani Jagung.

Buletin ini hanya memuat tulisan primer terutama hasil-hasil penelitian serealia terkini.

Redaksi

Balai Penelitian Tanaman SerealiaPusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Volume 2 Nomor 1, Juni 2018

Page 2: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,
Page 3: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

1

Keragaman Genetik dan Heritabilitas Plasma Nutfah Jagung Koleksi Balitsereal di Barambai Kalimantan Selatan

R. Neni Iriany, Suwarti, dan A.Takdir MakkulawuBalai Penelitian Tanaman Serealia

Jl. Dr Ratulangi 274 Maros Sulawesi SelatanEmail: [email protected]

AbstrakKeragaman genetik sangat dibutuhkan dalam pemuliaan tanaman jagung. Penelitian ini bertujuan mengetahui keragaman genetik, dan heritabilitas plasma nutfah jagung koleksi Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal). Penelitian dilaksanakan di Desa Kolam Kiri Dalam, Barambai Kalimantan Selatan pada bulai Mei – Agustus 2014. Sebanyak 30 aksesi plasma nutfah jagung termasuk 2 varietas pembanding (Lamuru dan Sukmaraga) koleksi Balitsereal ditanam menggunakan jarak tanam 70 cm x 20 cm, 2 baris, panjang 5 meter, 2 biji per lubang. Percobaan ditata menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Keragaman genetik yang luas terdapat pada karakter panjang tongkol, jumlah baris per tongkol, dan hasil pipilan kering, sedangkan keragaman genetik yang sempit terdapat pada karakter tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, umur keluarnya bunga jantan, umur keluarnya bunga betina, dan berat 100 biji. Nilai heritabilitas yang sedang diperoleh pada karakter tinggi tanaman, tinggi letak tongkol,panjang tongkol,berat 100 biji, dan hasil pipilan kering, nilai heritabilitas rendah diperoleh pada karakter umur keluarnya bunga jantan, umur keluarnya bunga betina, dan jumlah baris per tongkol. Tidak ada karakter yang memiliki nilai heritabilitas tinggi.

Kata Kunci: plasma nutfah, keragaman, heritabilitas

AbstractGenetic diversity is needed in corn breeding. This study aimed to determine genetic diversity, and the heritability of corn germplasmof Indonesian Cereals Research Institute (ICERI) collection. The study was conducted in the Village of Kolam Kiri Dalam, Barambai, South Kalimantan, from May - August 2014. A total of 30 accessions of corn germplasm including 2 check varieties (Lamuru and Sukmaraga) of ICERI collection planted using 70 cm x 20 cm of planting space, 2 rows, 5 meters long, 2 seeds per hole. The experiment was arranged in a randomized block design with 3 replications. Extensive genetic diversity was found in the characteristics of ear length, number of rows per ear, and dry shell yield, while narrow genetic diversity was found in the character of plant height, height of ear cobs, age of tassel, age of silk, and weight of 100 seeds. Medium heritability values obtained in the character of plant height, height of earplugs, ear length, weight of 100 seeds, and dry shell yield, low heritability values obtained on the character of tassel age, age of silk, and number of rows per ear. There were no characters who have high heritability values.

Key Words: germplasm, diversity, heritability

perlu juga diketahui nilai heritabilitas karakter-karakter yang akan dijadikan target seleksi (Pinaria et al. 1995).

Heritabilitas adalah parameter genetik yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu genotipe dalam populasi tanaman dalam yang dimilikinya atau suatu pendugaan yang mengukur sejauh mana variabilitas penampilan suatu genotipe dalam populasi terutama yang disebabkan oleh peranan faktor genetik (Poehlman dan Sleeper 1995). Heritabilitas

PendahuluanKeragaman genetik suatu populasi perlu

diketahui sebelum menetapkan metode pemuliaan dan seleksi yang akan digunakan serta kapan seleksi dimulai dalam melakukan program pemuliaan. Keragaman genetik yang luas memiliki peranan yang besar dalam keberhasilan program pemuliaan. Menurut Poehlman dan Sleeper (1995), keragaman genetik sangat mempengaruhi keberhasilan suatu proses seleksi dalam program pemuliaan tanaman. Selain itu,

Page 4: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

R. Neni Iriany et al.: Keragaman Gene k dan ...

2

suatu karakter penting diketahui, terutama untuk menduga besarnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta pemilihan lingkungan yang sesuai untuk proses seleksi (Susanto dan Adie 2005).

Plasma nutfah berperan penting dalam penyediaan sumber gen sebagai bahan dasar perakitan varietas unggul. Balai Penelitian Tanaman Serealia memiliki plasma nutfah jagung sebanyak 892 aksesi, merupakan sumber materi genetik yang sangat berperan dalam proses pembentukan varietas unggul. Menurut Haryono (2014), koleksi sumber daya genetik tanaman lokal berperan sangat penting untuk mendukung keberhasilan pertanian masa depan.

Penelitian ini bertujuan mengetahui keragaman genetik, dan heritabilitas plasma nutfah jagung koleksi Balitsereal.

Bahan dan MetodePenelitian dilaksanakan di Desa Kolam Kiri

Dalam, Barambai Kalimantan Selatan pada bulai Mei – Agustus 2014. Lahan percobaan mempunyai tekstur tanah jenis liat geluhan, dengan pH 4,51 (sangat masam). Pada pH tanah di bawah 5,5 Al terionisasi atau kelarutan Al menjadi tinggi,

sehingga menyebabkan keracunan Al. Sebanyak 30 aksesi plasma nutfah jagung termasuk 2 pembanding (varietas Lamuru dan Sukmaraga) koleksi Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) Maros ditanam menggunakan jarak tanam 70 cm x 20 cm, 2 baris panjang 5 meter, 2 biji per lubang. Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok, 3 ulangan.

Pemupukan dilakukan dengan cara menugal disamping tanaman. Memasuki umur 10 hari setelah tanam, jumlah tanaman per baris diperjarang dengan menyisakan 25 tanaman. Pemeliharan dilakukan dengan melakukan penjarangan, pembumbunan, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit. Karakter yang diamati adalah umur berbunga jantan (hari), umur berbunga betina (hari), tinggi tanaman dan letak tongkol (cm), hasil pipilan kering (t/ha), panjang tongkol (cm), lingkar tongkol tongkol (mm), jumlah baris per tongkol (baris), dan berat 100 biji (g).

Ragam genetik dihitung dengan kuadrat tengah harapan menurut Singh dan Chaudary (1979) (Tabel 1).

Tabel 1. Kuadrat tengah harapan karakter agronomis 30 plasma nutfah jagung koleksi Balitsereal di Barambai Kalimantan Selatan. MK. 2014

Sumber keragaman Derajat bebas Kuadrat tengahKuadrat tengah

harapanUlangan r - 1Genotipe g - 1 M1 σ2

e + r σ2g

Galat (g-1)(r-1) M2 σ2e

Keterangan : r = ulangan, g = genotipe, σ2e = ragamlingkungan, σ2g = ragamgenotipe

Ragam fenotipik (σ2p) dan ragam genotipik

(σ2g) dihitung sebagai berikut:

σ2p = σ2

e + σ2g

σ2g = (M1-M2)/2

Koe isien keragaman genetik diduga berdasarkan ragam genotipik (σ2g ) dan kategori luas sempitnya keragaman genetiK

diklasi ikasikan menurut Anderson dan Bancroff dalam Wahdah et al. (1996) berdasarkan nilai standard deviasi genotipik (σσ2g ) sebagai berikut:

Page 5: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

3

i mana : M2 : kuadrat tengah galur M1 : kuadrat tengah galat r : ulangan db : derajat bebas

Keragaman genetik luas apabila koe isien keragaman genetik lebih besar atau sama dengan dua kali simpangan baku genotipiknya (KKg ≥ 2 σσ2g ), sedangkan keragaman genetik sempit apabila koe isien keragaman genetik lebih kecil dari pada dua kali standard deviasi genotipiknya (KKg < 2 σσ2g).

Koe isien keragaman Genetik (KKg)

=

Koe isien keragaman Fenotipe (KKp)

=

Heritabilitas dalam arti luas dihitung sebagai berikut:

Kategori tinggi rendahnya heritabilitas digolongkan menurut Stans ield (1991) sebagai berikut: <0,2: rendah; 0,2- 0,5 : sedang ; >0,5 : tinggi.

Hasil dan PembahasanHasil analisis ragam berbagai karakter yang

diamati menunjukkan pengaruh ulangan berbeda nyata pada semua karakter yang diamati, kecuali pada karakter panjang tongkol dan jumlah baris per tongkol. Pengaruh genotipe/aksesi menunjukkan perbedaan yang nyata untuk semua karakter yang diamati (Tabel 2). Dengan demikian plasma nutfah koleksi Balitsereal yang dievaluasi memiliki keragaman pada berbagai karakter yang diamati, yang diakibatkan oleh adanya faktor genetik dan lingkungan. Keragaman genetik yang diperoleh berdasarkan karakter spesi ik secara morfologi. Menurut Hartati dan Darsana (2015), keragaman morfologi dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan.

Tabel 2. Analisis ragam karakter agronomis 30 plasma nutfah jagung koleksi Balitsereal di Barambai Kalimantan Selatan. MK. 2014

Karakter RataanKuadrat Tengah

Ulangan Genotipe GalatTinggi Tanaman 130,99 2891,73** 1348,71** 536,10Tinggi Letak Tongkol 60,47 958,54* 715,55** 284,46Umur Berbunga Jantan 56,67 183,68** 53,62* 28,77Umur Berbunga Betina 59,79 159,60* 62,92* 37,14Panjang Tongkol 13,06 1,79ns 18,10** 4,36Jumlah baris/tongkol 10,62 0,91ns 2,75* 1,52Berat 100 Biji 42,88 20,54* 92,56** 21,25Hasil 1,32 0,30* 0,81** 0,21

Keterangan: ** nyata pada taraf 1%, * nyata pada taraf 5%, ns ....

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa karakter tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, umur berbunga jantan dan betina, dan berat 100 biji mempunyai keragaman genetik yang sempit, sedangkan karakter panjang tongkol, jumlah baris per tongkol, dan hasil pipilan kering

mempunyai keragaman genetik yang luas. Karakter-karakter yang mempunyai keragaman genetik yang sempit menunjukkan bahwa seleksi terhadap karakter tersebut pada populasi ini sudah tidak efektif. Rachmadi et al. (1996) menyatakan bahwa seleksi terhadap karakter

Page 6: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

R. Neni Iriany et al.: Keragaman Gene k dan ...

4

yang mempunyai keragaman genetik sempit sulit ditingkatkan potensi genetiknya.Untuk meningkatkan keragaman genetiknya perlu dilakukan persilangan dengan populasi lain yang mempunyai hubungan genetik berbeda dengan populasi yang dievaluasi, sehingga dapat

dimanfaatkan dalam program pemuliaan jagung. Sebaliknya, karakter-karakter yang mempunyai keragaman genetik luas menunjukkan bahwa seleksi berdasarkan karakter tersebut masih sangat efektif.

Tabel 3. Koe isien keragaman genetik, koe isien keragaman fenotipe, dan simpangan baku genetik karakter agronomis 30 plasma nutfah jagung koleksi Balitsereal di Barambai Kalimantan Selatan.

MK. 2014

Karakter KKg KKp σσ2g KriteriaTinggi Tanaman 12,56 21,69 118,78 SempitTinggi Letak Tongkol 19,82 34,22 63,01 SempitUmur Berbunga Jantan 5,08 10,74 4,87 SempitUmur Berbunga Betina 4,90 11,31 5,79 SempitPanjang Tongkol 16,89 23,26 1,63 LuasJumlah baris/tongkol 6,02 13,09 0,25 LuasBerat 100 Biji 11,37 15,65 7,94 SempitHasil 33,96 48,51 0,07 LuasKeterangan: KKg = Koefisien keragaman genetik, KKp = Koefisien keragaman fenotipik, σσ2g = simpanan baku

Keragaman genetik yang luas beberapa karakter pada populasi ini disebabkan latar belakang genetik populasi yang berbeda, dan arah

seleksi akan diarahkan pada panjang tongkol, jumlah baris per tongkol, dan hasil pipilan kering.

Tabel 4. Ragam genetik, ragam fenotipe, heritabilitas karakter agronomis 30 plasma nutfah jagung koleksi Balitsereal di Barambai Kalimantan Selatan. MK. 2014

Karakter σ2g σ2p h2 KriteriaTinggi Tanaman 270,6 807,6 0,3 SedangTinggi Letak Tongkol 143,7 428,2 0,3 SedangUmur Berbunga Jantan 8,3 37,1 0,2 RendahUmur Berbunga Betina 8,6 45,7 0,2 RendahPanjang Tongkol 4,9 9,2 0,5 SedangJumlah baris/tongkol 0,4 1,9 0,2 RendahBerat 100 Biji 23,8 45,0 0,5 SedangHasil 0,2 0,4 0,5 Sedang

Sejauh mana peran faktor genotipe ataupun lingkungan berperan terhadap pertumbuhan tanaman jagung dapat diketahui dengan melihat kriteria nilai heritabilitasnya Nilai heritabilitas yang tinggi untuk suatu karakter menggambarkan penampilan karakter tersebut lebih ditentukan oleh faktor genetik. Karakter yang demikian mudah diwariskan pada generasi berikutnya,

sehingga seleksinya dapat dilakukan pada generasi awal. Heritabilitas tinggi berarti faktor genetik lebih berperan dibanding faktor lingkungan dalam penampilan suatu fenotip dan semakin besar pula peluang sifat karakter tersebut untuk dapat diwariskan ke keturunannya. Wicaksana (2001) dan Rachmadi et al. (1990), menyatakan bahwa karakter yangmempunyai nilai heritabilitas tinggi

Page 7: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

5

menunjukkan faktor genetik lebih berperan terhadap karakter yang ditampilkan tanaman karena faktor genetiknya memberi sumbangan yang lebih besar daripada faktor lingkungan dan seleksi terhadap karakter tersebut dapat dimulai pada generasi awal.

Karakter tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, panjang tongkol, berat 100 biji dan hasil pipilan kering mempunyai nilai heritabilitas sedang (Tabel 4). Nilai heritabilitas yang sedang sampai rendah mengindikasikan karakter sangat dipengaruhi lingkungan. Menurut Fehr (1987) nilai heritabilitas rendah untuk suatu karakter menggambarkan penampilan karakter tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pewarisannya sulit sehingga seleksi hanya efektif dilakukan pada generasi lanjut.

Karakter umur keluarnya serbuk sari pada malai (bunga jantan) dan keluarnya rambut (betina) masing-masing 56,67 hari dan 59,79 hari. Terdapat beberapa aksesi yang memiliki umur keluar bunga betina lebih cepat dari bunga jantan. Rata-rata panjang tongkol berkisar antara 93,60 cm – 175,07 cm; rata-rata tinggi letak tongkol berkisar antara 30,40 cm – 98,93 cm. Aksesi MS.1 (S2) no.44 memiliki tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol terendah. Keluarnya bunga jantan maupun betina, panjang tongkol, tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol berbeda-beda setiap aksesi dan dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Menurut Masdar et al. (2006) sifat genetik yang akan diekspresikan pada berbagai sifat tanaman mencakup bentuk dan fungsi yang menghasilkan keragaman tanaman.

Tabel 5. Rata-rata umur berbunga jantan, umur berbunga betina, tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, dan hasil pipilan kering 30 aksesi plasma nutfah jagung koleksi Balitsereal, Barambai

Kalimantan Selatan 2014.

No Aksesi TTA (cm) TTKL (cm) UBJ (hari) UBB (hari)1 Bali-1 131,40 67,13 62,67 56,672 Bali-2 141,33 69,80 54,00 58,003 Bali-3 119,40 44,07 65,00 67,004 Bali-4 147,53 73,07 54,33 56,675 Bali-5 124,53 53,27 53,33 57,676 Bali-6 132,27 60,47 55,00 58,007 Bali-7 139,13 61,07 52,00 56,678 Bali-8 122,87 54,73 59,67 62,679 Bali-9 135,20 52,67 55,33 59,33

10 Bali-10 96,53 45,07 48,33 48,6711 Sampang 107,67 47,93 49,00 55,6712 Madura 2a 110,93 50,60 60,67 62,3313 Madura 2b 157,53 89,33 55,33 58,6714 Pemekasan M3 97,40 46,47 51,33 54,6715 Lombok utara 6 112,73 47,47 56,00 59,3316 Lombok utara 12 132,80 70,87 48,00 52,3317 Lombok timur 13 164,13 98,93 51,67 58,0018 Lombok timur 14a 129,53 61,40 60,67 64,0019 Lombok timur 15 148,40 72,27 56,33 59,6720 Lombok timur 16 140,53 63,27 61,00 60,3321 Ms,1 (S2) no,44 93,60 30,40 61,33 65,0022 MS1 (S2) no, 188 118,12 52,65 60,33 65,0023 KimaKalsel 147,00 70,60 56,00 59,6724 Puluta Salang /YS 95,42 39,89 63,33 67,00

Page 8: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

R. Neni Iriany et al.: Keragaman Gene k dan ...

6

No Aksesi TTA (cm) TTKL (cm) UBJ (hari) UBB (hari)25 Pen Nosed 150,20 65,60 62,33 66,0026 Pulu ZMA 0671 135,47 60,07 54,33 58,3327 Birellepute 149,27 63,47 56,00 60,0028 Jagungentopolea 117,90 40,10 58,67 62,0029 Lamuru 155,67 77,33 59,67 63,3330 Sukmaraga 175,07 84,13 58,33 61,00

Rerata 130,99 60,47 56,67 59,79CV 17,70 27,90 10,80 9,00SE 13,38 9,74 3,52 3,10LSD0,05 37,87 27,56 9,96 8,77

Keterangan: TTA= Tinggi Tanaman; TTKL= Tinggi LetakTongkol; UBJ = Umur keluarnya bunga jantan (malai); UBB = Umur keluarnya bunga betina (rambut).

Rata-rata hasil pipilan kering 30 aksesi plasma nutfah yang ditanam pada lahan masam berkisar antara 0,13 – 5,47 t/ha. Tidak ada aksesi plasma nutfah yang dievaluasi mempunyai hasil pipilan kering yang lebih tinggi dari varietas pembanding Lamuru dan Sukmaraga. Aksesi MS1 (S2) no 44 memiliki hasil pipilan kering paling rendah, aksesi ini juga memiliki rata-rata jumlah tongkol paling sedikit yaitu hanya 3 tongkol (Tabel

6). Hasil pipilan kering yang tinggi pada varietas Lamuru dan Sukmaraga didukung oleh panjang tongkol, jumlah baris tiap tongkol, dan berat 100 biji. Aksesi MS1 (S2) no 44 mempunyai daya tumbuh yang kurang baik pada lahan masam, sehingga hasilnya juga sedikit. Menurut Bahar et al. (1992), karakter agronomis dan komponen hasil memberikan kontribusi yang besar terhadap produktivitas suatu varietas tanaman jagung.

Tabel 6. Rata-rata panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris biji per tongkol dan berat 100 biji 30 aksesi plasma nutfah jagung koleksi Balitsereal, Barambai Kalimantan Selatan 2014.

No Aksesi Hasil (t/ha) PTKL (cm) JBRS (baris) B100BJ (g)1 Bali-1 1,33 10,80 10,90 40,002 Bali-2 1,58 15,49 10,27 47,003 Bali-3 1,17 17,60 11,87 39,674 Bali-4 1,60 12,60 9,33 44,675 Bali-5 1,00 12,93 9,73 51,336 Bali-6 0,45 11,57 10,27 42,677 Bali-7 1,09 14,09 9,90 53,338 Bali-8 0,53 11,53 9,47 42,339 Bali-9 1,65 13,54 11,02 47,33

10 Bali-10 0,84 8,70 10,40 34,3311 sampang 0,73 10,87 9,73 41,6712 Madura 2a 0,91 10,07 9,73 36,0013 Madura 2b 1,50 12,83 10,93 39,3314 Pemekasan M3 0,71 8,97 10,40 36,0015 Lombok utara 6 0,47 12,49 10,49 40,6716 Lombok utara 12 1,54 11,78 11,33 40,0017 Lombok timur 13 2,34 13,38 11,60 45,0018 Lombok timur 14a 1,01 11,43 10,67 40,0019 Lombok timur 15 1,90 13,23 10,93 48,67

Page 9: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

7

No Aksesi Hasil (t/ha) PTKL (cm) JBRS (baris) B100BJ (g)20 Lombok timur 16 0,81 14,15 12,40 38,0021 Ms,1 (S2) no,44 0,13 9,97 9,73 31,3322 MS1 (S2) no, 188 0,60 13,77 11,73 44,3323 KimaKalsel 2,40 13,90 10,53 55,0024 Puluta Salang /YS 0,95 12,66 9,38 45,6725 Pen Nosed 0,83 13,07 10,27 36,0026 Pulu ZMA 0671 0,76 13,90 10,00 45,0027 Birellepute 1,32 15,23 9,87 46,0028 Jagungentopolea 0,54 13,01 10,36 41,0029 Lamuru 3,38 19,25 12,53 46,3330 Sukmaraga 5,47 19,00 12,93 47,67

Rerata 1,32 13,06 10,62 42,88CV 24,40 16,00 11,60 10,70SE 0,53 1,21 0,71 2,66LSD0,05 1,49 3,41 2,02 7,53

Keterangan: Hasi l= Hasil pipilan kering; PTKl = Panjang Tongkol; JBRS = Jumlah baris biji; B100BJ = Bobot 100 biji

KesimpulanKeragaman genetik yang luas terdapat pada

karakter panjang tongkol, jumlah baris per tongkol, dan hasil pipilan kering, sedangkan keragaman genetik yang sempit terdapat pada karakter tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, umur keluarnya bunga jantan, umur keluarnya bunga betina, dan berat 100 biji. Nilai heritabilitas yang sedang diperoleh pada karakter tinggi tanaman, tinggi letak tongkol,panjang tongkol,berat 100 biji, dan hasil pipilan kering, nilai heritabilitas rendah diperoleh pada karakter umur keluarnya bunga jantan, umur keluarnya bunga betina, dan jumlah baris per tongkol. Tidak ada karakter yang memiliki nilai heritabilitas tinggi.

Daftar PustakaBahar, H., S. Zen dan Subandi. 1992. Kontribusi

komponen hasil dan karakter agronomis terhadap hasil jagung pada beberapa lingkungan. Laporan Penelitian AARP. 21 hal

Fehr, R.W. 1987. Principles of Cultivar Development Vol I. Macmilan Inc. New York

Hallauer A.R, MJ. Carena, FJB. Miranda. 2010 .Quantitative Genetics in Maize Breeding. Iowa (US) : Iowa State University Press.

Hartati, S., L. Darsana. 2015. Karakterisasi anggrek alam secara morfologi dalam rangka pelestarian plasma nutfah. J. Agron. Indonesia 43:133-139.

Haryono. 2014. Fungsi strategis sumber daya genetik dalam pembangunan pertanian. Dalam: Sumarno, Hasnam, I. Mustika, dan Bahagiawati, editor, Sumber daya genetik pertanian Indonesia, Tanaman pangan-perkebunan-horti-kultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. IAARD Press, Jakarta. hlm. 5–20

Lakitan, B. 2012. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta.

Mangoendidjo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta

Masdar, Kasim. M. Rusman. B. Hakaim dan Helmi. 2006. Tingkat hasil dankomponen hasil sistim intensi iksi padi (sri) tanpa pupuk organik didaerah curah hujan tinggi. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.127 hal.

Pinaria, A., A. Baihaki, R. Setiamihardja, dan A.A. Daradjat. 1995. Variabilitas genetik dan heritabilitas karakter-karakter biomassa 53 genotipe kedelai. Zuriat 6 (2): 88-92.

Poehlman, J.M. and D.A. Sleeper. 1995. Breeding Field Crops. Iowa State University Press. USA.

Page 10: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

R. Neni Iriany et al.: Keragaman Gene k dan ...

8

Rachmadi, M., N. Hermiati, A. Baihaki, dan R. Setamihardja. 1990. Variasi genetik dan heritabilitas komponen hasil dan hasil galur harapan kedelai. Zuriat 1 (1): 48–51.

Rachmadi, M.A., A. Baihaki, R. Setiamihardja, dan S. Djakasutama. 1996. Seleksi beberapa genotype kedelai untuk lingkungan tercekam tumpang sari dengan singkong. Zuriat: 7(2): 68-76.

Setiadi, B. 1990. Masalah Gambut Indonesia. Editor Himpunan gambut. 61 hal.

Singh RK, BD. Chaudary. 1979. Biometrical methods in quantitative genetic analysis. Kalyani Pub. New Delhi. 302 p.

Stan ield W. D. 1991. Genetik. Ed. Kedua, Erlangga. Jakarta

Surahman, M., E. Santosa, F.N. Misya. 2009. Karakterisasi dan analisis gerombol plasma nutfah jarak pagar Indonesia dan beberapa

negara lain menggunakan marka morfologi dan molekuler. J. Agron. Indonesia 37:256-264.

Susanto, G.W.A. dan M.M. Adie. 2005. Pendugaan heritabilitas hasil dan componen hasil galur-galur kedelai di tiga lingkungan. Prosiding Simposium PERIPI 5 – 7 Agustus 2004. hal : 119 – 125.

Wahdah, R., A. Baihaki, R. Setiamihardja, dan G. Suryatmana. 1996. Variabilitas dan heritabilitas laju akumulasi bahan kering pada biji kedelai. Zuriat. 7(2): 92-98.

Warsino. 1988. Budidaya Jagung Hibrida Kanisius Yogyakarta.81 hal

Wicaksana, N., 2001. Penampilan fenotipe dan beberapa parameter genetik 16 genotipe kentang pada lahansawah. Zuriat 12(1): 15 -20.

Page 11: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

9

Kajian Adaptasi Varietas Unggul Baru (VUB) Jagungdi Kabupaten Gorontalo Utara

Serli Anas1) dan Ria Fauriah M.2)

1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo2) Balai Penelitian Lingkungan Pertanian

Jl. Moh. Van Gobel No. 270 Desa Iloheluma, Kec. Tilong Kabila, Kab. Bone Bolango, Gorontalo [email protected],

AbstrakPenanaman varietas unggul baru (VUB) disuatu wilayah sering memperoleh hasil tidak sesuai dengan tingkat produktivitas yang tertera dalam diskripsi varietas tersebut, hal ini karena berbedanya lokasi pengujian pada saat verietas tersebut akan dilepas. Produktivitas suatu varietas tergantung dari lingkungan tumbuh, karena itu sebelum pengembangan di tingkat petani dalam skala luas diperlukan pengkajian adaptasinya. Tujuan pengkajian adalah mengetahui daya adaptasi dari beberapa varietas unggul baru (VUB) jagung hasil pemuliaan Badan Litbang Pertanian, Kementan, pada kondisi lokasi yang spesi ik di Gorontalo Utara. Pengkajian dilakukan pada bulan April sampai bulan Agustus 2016. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan lima varietas jagung (Bima 19 URI, Bima 20 URI, Bisma, Pulut URI, dan Bisi 2) yang diulang sebanyak 4 kali. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa varietas Bima19 sangat layak dikembangkan di Gorontalo Utara karena mempunyai produktivitas, keuntungan dan nilai B-C ratio yang lebih tinggi dibanding Bisi 2. Varietas Bisma dapat menjadi alternatif karena tingkat produktivitasnya sedikit lebih rendah, tetapi keuntungan dan nilai B-C rationya relatif lebih tinggi dibanding Bisi 2. Varietas Bisma adalah varietas bersari bebas yang masih memungkin untuk ditanam pertanaman musim berikutnya. Pulut URI kurang layak dikembang untuk mengantikan Bisi 2 karena hasil, keuntungan, dan nilai B-C ratio yang lebih rendah dibanding Bisi 2.

Kata Kunci: VUB, Jagung, Adaptasi

AbstractPlanting new high yielding varieties in an area often obtains productivity not in accordance with the level of productivity stated in the description of the variety, this is because the different test locations when the varieties will be released. The productivity of a variety depends on the growth environment, therefore before the farmers’ level development on a large scale an adaptation assessment is needed. The purpose of the study was to determine the adaptability of several new high yielding varieties of corn produced by the Indonesian Agency of Agricultural Research and Development, Ministry of Agriculture, at speci ic site conditions in North Gorontalo. Assessment was conducted in April to August 2016. The study used a randomized block design with ive varieties of corn (Bima 19 URI, Bima 20 URI, Bisma, Pulut URI, and Bisi 2) with 4 replications. The results of the study showed that the Bima-19 variety was very feasible to be developed in North Gorontalo because it has a higher productivity, pro it and B-C ratio than Bisi-2. Bisma variety can be an alternative because the level of productivity was slightly lower, but the pro it and B-C ratio was relatively higher than Bisi-2. Bisma variety was a free-cropping variety that still allows for planting the following season. The URI is less feasible to expand to replace Bisi-2 because of the lower yield, pro it, and B-C ratio compared to Bisi-2.

Key Words: high yielding variety, corn, adaptation.

PendahuluanJagung merupakan salah satu komoditas

utama yang masuk dalam program swasembada pangan oleh Kementerian Pertanian. Usaha yang dilakukan untuk memacu peningkatan

produksi jagung menuju swasembada adalah dengan ekstensi ikasi melalui perluasan areal baru dan peningkatan indeks pertanaman jagung dan melalui intensi ikasi dengan penggunaan varietas unggul baru (VUB) hibrida, pemupukan

Page 12: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Serli Anas dan Ria Fauriah M: Kajian Adaptasi Varietas Unggul Baru ...

10

yang optimal, pengaturan populasi tanam, serta pengendalian hama secara terpadu. Peningkatan produksi jagung dengan penggunaan VUB hibrida telah diupayakan melalui kebijakan Kementerian Pertanian dengan menargetkan penanaman jagung hibrida hingga mencapai 75% (Sutardjo et al. 2012).

Provinsi Gorontalo menjadikan tanaman jagung sebagai komoditas unggulan, sehingga pada awal program peningkatan produksi jagung tahun 2003 menggunakan varietas bersari bebas Lamuru yang merupakan VUB Badan Litbang Petanian, Kementan. Namun kondisi sekarang di tingkat petani sebagian besar menggunakan varietas unggul baru hibrida produk swasta, di lain pihak Badan Litbang Petanian, Kementan hingga tahun 2014 telah melepas variets unggul baru (VUB) bersari bebas dan hibrida sebanyak 42 varietas yang mempunyai keunggulan masing-masing (Aqil dan Arvan 2014).

Produktivitas masing-masing varietas ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan tumbuh. Varietas Bima 19 URI dan Bima 20 URI merupakan varietas unggul jagung hibrida dengan potensi hasil tinggi, toleran kekeringan, tahan rebah akar dan batang dan hasilnya stabil pada lingkungan yang luas, rata-rata hasil Bima 19 URI 10,6 ton/ha dengan potensi hasil mencapai 12,5 ton/ha, dan Bima 20 URI 11 ton/ha dengan potensi hasil 12,8 ton/ha pipilan kering, tergolong varietas stay green sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Umur tanaman sekitar 102 HST. Varietas ini termasuk tahan penyakit bulai (Peronosclerospora spp.), penyakit karat daun (Puccinia polysora) dan penyakit hawar daun (Bipolaris maydis) (Aqil dan Arvan 2014).

Varietas komposit Pulut URI merupakan varietas turunan pulut lokal Sulawesi Selatan yang telah melewati beberapa proses pemuliaan hingga diperoleh benih unggul, dengan rata-rata hasil 7,8 ton/ha dengan potensi hasil 9,4 ton/ha pipilan kering. Umur tanaman + 85 hari setelah tanam. Varietas ini memiliki kandungan karbohidrat, protein, lemak, amilosa, dan amilopektin. Varietas ini agak tahan terhadap penyakit bulai (Peronosclerospora spp.). Varietas Bisma mempunyai rata-rata hasil sekitar 5,7 ton/

ha pipilan kering dan potensi hasil 7,0 - 7,5 ton/ha pipilan kering. Varietas ini tahan penyakit karat dan bercak daun (Aqil dan Arvan 2014). Varietas Bisma merupakan varietas yang telah di ujikan sebelumnya pada lahan jagung di Provinsi Gorontalo dan dianggap sesuai untuk kondisi lingkungan di Gorontalo.

Umumnya VUB yang dilepas oleh Badan Litbang Pertanian, Kementan mempunyai produktivitas yang tinggi, berdasarkan diskripsi varietas hibrida mempunyai potensi hasil 12-13 t/ha, bersari bebas 7 – 8 t/ha (Aqil dan Arvan 2014), namun kenyataannya hasil yang dicapai tidak sesuai pada diskripsi, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi pengujian dengan lokasi pengembangan. Hasil suatu varietas adalah interaksi antara sifat genotip dengan lingkungan tumbuh (Azrai et al. 2006, Liu et al. 2011, Priyanto et al. 2016). Suatu hasil penelitian untuk dikembangkan di tingkat petani memerlukan kajian keragaan hasil, analisis ekonomi secara umum dan dampaknya terhadap pendapatan petani (Makarim et al. 2008).

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian mengenai kemampuan adaptasi dari beberapa varietas unggul jagung yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian pada lokasi pertanaman jagung di Gorontalo Utara.

Bahan dan MetodePengkajian dilaksanakan bulan Mei sampai

Agustus 2016, di Desa Bulontio Timur, Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan lima varietas yaitu Bima 19 URI, Bima 20 URI, Bisma, Pulut URI, dan Bisi 2 sebagai pembanding (varietas yang banyak dikembangkan petani), dan ulangan sebanyak empat kali dengan ukuran plot masing-masing varietas yaitu 16 m x 50 m.

Inovasi teknologi yang diterapkan yaitu: (1) penggunaan varietas unggul baru jagung hibrida (Bima 19 URI dan Bima 20 URI) serta jagung komposit Bisma dan Pulut URI, (2) penggunaan bahan organik (kompos) sebanyak 2 ton/ha, dan (3) pemberian pupuk anorganik berdasarkan hasil analisis tanah menggunakan Perangkat Uji

Page 13: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

11

Tanah Kering (PUTK). Berdasarkan hasil analisa dengan PUTK lokasi pengkajian mempunyai kandungan unsur hara P sedang, K sedang, pH masam (4 – 5), dan C organik rendah. Oleh karena itu, rekomendasi pemupukannya adalah Urea 250 kg/ha dan NPK Phonska 300 kg/ha.

Persiapan lahan dengan pengolahan tanah sempurna (OTS). Aplikasi kompos dilakukan setelah di lakukan pengolahan tanah (dua minggu sebelum tanam) dengan cara di sebar ke lahan. Penanaman dengan jarak tanam 80 cm x 20 cm dan 1 tanam/rumpun. Pada pinggiran pertanaman dibuatkan saluran drainase yang berfungsi sebagai pembuangan air hujan dikarenakan penanaman dilakukan pada musim hujan.

Pemberian pupuk anorganik dengan dosis Urea 250 kg/ha dan NPK Phonska 300 kg/ha, diaplikasikan dua kali, yaitu setengah dosis diberikan pada pemupukan umur 15 HST dengan cara tungal 10 cm dari tanaman dan sisanya diberikan pada umur 30 HST yang diletakkan di dekat tanaman.

Penyiangan dilakukan pada umur 2 MST dan 4 MST, kemudian dilakukan pembumbunan setiap baris tanaman.

Parameter pengamatan meliputi data pertumbuhan tanaman, yaitu tinggi tanaman, diameter batang, berat brangkasan, jumlah tongkol, diameter tongkol, panjang tongkol, jumlah baris/tongkol, jumlah biji/baris, dan bobot 1000 biji yang diambili dari 10 tanaman secara acak pada setiap perlakuan). Hasil biji dalam pipilan kering dilakukan pada petakan 5 m x 2 m dan dikonversi ke kg/ha. Data setiap parameter pengamatan dianalisis menggunakan aplikasi Minitab 16 Statistical Software.

Untuk mengetahui kelayakan eknonomi dari masing-masing perlakuan, dilakukan dengan menghitung biaya masukan (input), biaya tenaga kerja, penerimaan, pendapatan dan nisbah B/C sebagai berikut:

π = TR – TBTR = Yj x Hj

dimana :

π = PendapatanTR = Total penerimaanTB = Total Biaya (biaya masukan/input dan

biaya tenanga kerja)

Yj = Hasil biji jagung (t/ha) Hj = Harga jual jagung (Rp/kg)

Untuk mengetahui kelayakan ekonomi dari varietas yang akan digunakan dalam pengembangan jagung menggunakan persamaan

B/C = (TR – TB)/TB ............... (Kheoar dan Patra 2013, Razali et al. 2014)

dimana :

TR = Total PenerimaanTB = Total biaya

Apabila nisbah B/C >1 berarti pengembangan tanaman jagung menggunakan varietas tersebut layak diterapkan. sebaliknya jika nisbah B/C <1 berati tidak layak diterapkan.

Hasil dan Pembahasan

Pertumbuhan vegetatifPertumbuhan dan perkembangan tanaman

yang optimal pada fase vegetatif dapat mengoptimalkan perkembangan tanaman di fase generatif.

Tinggi tanaman, diameter batang dan bobot brangkasan mempunyai perbedaan nyata (Tabel 1). Varietas Bisma mempunyai tinggi tanaman 204,7 cm yang nyata lebih tinggi dibanding Bisi 2, sedangkan varietas hibrida Bima 19, Bima 20, dan bersari bebas Pulut URI mempunyai tinggi tanaman 166,3 – 201,1 cm tidak nyata perbedaannya dibanding dengan pembanding Bisi-2 dengan tinggi tanaman 183,8 cm. Tinggi tanaman masing-masing varietas sedikit berbeda dari deskripsi varietas yaitu tinggi varietas Bisma ±190 cm, Bima 20 URI ±210 cm, Bima 19 URI ±213 cm, dan Pulut URI ±177 cm (Aqil dan Arvan 2014). Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan pertumbuhan tanaman tanah dan klim).

Page 14: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Serli Anas dan Ria Fauriah M: Kajian Adaptasi Varietas Unggul Baru ...

12

Varietas Bima 19, Bima 20, dan Bisma mempunyai diameternya batang 16, 16,5 mm yang relatif sama dengan Bisi-2 berdiameter batang 17,9 mm, sedangkan Pulut URI nyat lebih kecil dibanding Bisi-2 dengan diameter batang 12,1 mm. Bobot brangkasan Bima 19 lebih berat dan Pulut URI lebih ringan dibanding Bisi 2. Bima 19 dan Pulut URI mempunyai bobot brangkasan

masing-masing 42,5 dan 27,1 kg/tanaman, sementara Bisi 2 bobot tanamannya 34 kg/tanaman. Sedangkan varietas Bima 20 dan Bisma mempunyai bobot brangkasan masing-masing 36,7 dan 2,6 kg/tanaman yang tidak nyata dengan Bisi 2.

Tabel 1. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung pada setiap varietas.

VarietasTinggi Tanaman

(cm)Diameter Batang

(mm)Bobot brangkasan (kg/

tanaman)Bima 19 201,1tn 16,5 tn 42,5*Bima 20 183,2 tn 17,0 tn 36,7 tn

Bisma 204,7* 16,2 tn 29,6 tn

Pulut URI 166,3 tn 12,1* 27,1*Bisi 2 183,8 17,9 34,0 KK (%) 9,80 13,55 17,63

*= berbeda nyata, tn = tidak nyata dengan pembanding Bisi 2 Metode Tukey pada taraf 5%.

Komponen hasil dan hasil biji Terdapat perbedaan nyata varietas te rhadap

jumlah biji/tongkol, panjang tongkol, bobot biji dan hasil biji, sedangkan diameter tongkol tidak ada perbedaan nyata (Tabel 2). Pulut URI mempunyai jumlah biji/tongkol (250 biji), panjang tongkol (12,3 cm), bobot 1000 biji (238,5 g), dan hasil biji (3800,0 kg/ha) yang nyata lebih rendah dibanding Bisi-2 dengan jumlah biji/tongkol 427,3; panjang tongkol 17,4 cm; bobot biji 3544, g; dan hasil biji 7516,7 kg/ha. Bima-19 yang memberi hasil (9112,0 kg/ha) nyata lebih tinggi dibanding Bisi 2 tampaknya didukung oleh jumlah biji/tongkol yang juga lebih tinggi dibanding Bisi-2, sedangkan komponen hasil lainnya tidak berbeda nyata dengan Bisi 2. Perbedaan karakter masing-masing varietas disebabkan oleh perbedaan genotipe dan responnya terhadap lingkungan sehingga berpengaruh terhadap kemampuan beradaptasi pada lingkungan tumbuh yang baru.

Karakter komponen hasil memberikan kontribusi yang besar terhadap kemampuan menghasilkan biji (2016). Bima-20 tampaknya menghasilkan lebih rendah dibanding Bisi-2 yaitu 5813,0 kg/ha, sedangkan Bisma mempunyai

hasil biji yang setara dengan Bisi 2. Hasil biji yang diperoleh pada pengkajian ini menunjukan bahwa varietas Bima 19, Bima 20, dan Pulut URI masih lebih rendah dibandingkan diskripsi varietas. Berdasarkan diskripsi varietas Bima 19, Bima 20, dan Pulut URI dapat mencapai masing-masing 12,5; 12,8, dan 9,4 t/ha (Aqil dan Arvan 2014). Sedangkan varietas Bisma sesuai dengan dikripsi varietas, yaitu 7,5 t/ha. Lebih rendahnya hasil yang diperoleh dibanding hasil yang mungkin dicapai oelh masing-masing varietas adalah karena masih rendahnya pemupukan yang digunakan, untuk menghasilkan biji jagung 12 t/ha pada tanah dengan kandungan C-organik rendah diperlukan pupuk N 235 kg/ha (Syafruddin 2015) dan jika kadar P tergolong sedang diperlukan pupuk P sebanyak 61 kg/ha (Syafruddin 2016), sementara takaran pupuk yang digunakan untuk N (kombnasi urea, phonska, dan pupuk organik) adalah 190 kg/ha. dan 30 kg P2O5. Kebutuhan pupuk Urea untuk mencapai hasil yang optimum pada tanaman jagung adalah 300 – 450 kg /ha (Singh et al. 2000; Syafruddin et al. 2006). Berdasarkan hasil biji yang diperoleh, maka untuk meningkatkan produktivitas jagung di Gorontalo

Page 15: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

13

sebaiknya mengganti varietas Bisi 2 yang banyak dipetani antara lain adalah dengan menggunakan varietas Bima 19.

Tabel 2. Komponen hasil jagung pada setiap perlakuan

VarietasJumlah biji/

tongkolPanjang

tongkol (cm)Diameter

tongkol (cm)Bobot 1000 biji

(g)Hasil

(kg/ha)

Bima 19 518,44* 16,11 tn 45,65 tn 307,03 tn 9112,0*Bima 20 393,17 tn 16,42 tn 42,26 tn 275,69 tn 5813,0*Bisma 392,22 tn 16,08 tn 43,98 tn 326,68 tn 7456,2 tn

Pulut URI 250,03* 12,32* 38,61 tn 238,53* 3800,0*Bisi 2 427,28 17,42 41,49 354,16 7516,7KK (%) 24,40 12,41 6,67 16,72 28,77

*= berbeda nyata, tn = tidak nyata dengan pembanding Bisi 2 Metode Tukey pada taraf 5%.

Analisis UsahataniBiaya sarana produksi (benih, pupuk organik

dan anorganik) menggunakan harga pasar pada saat penelitian, biaya tenaga kerja penanaman, pemupukan) berdasarkan upah harian, biaya tenaga kerja pengolahan tanah berdasarkan borogan menggunakan traktor, sedangkan biaya panen dan prosesing adalah 10% dari hasil masing-masing varietas. Harga hasil jagung untuk perhitungan penerimaan berdasarkan harga saat panen disekitar lokasi penelitian.

Biaya sarana produksi (saprodi) Bisi 2 lebih tinggi dibanding varietas lainnya. Biaya saprodi Bisi 2 adalah Rp. 2.935.000, sedangkan varietas yang dikaji Bima 19 dan Bima 20 adalah Rp. 2.785.000 dan Bisma dan Pulut URI Rp.2.395.000 hal ini karena harga benih hibrida Bisi 2 lebih tinggi dibanding yang lainnya, hibrida Bisi 2 mempunyai harga benih Rp.45.000/kg sedangkan hibrida Bima 19 dan Bima 20 Rp 35.000/kg, sedangkan Bisma dan Pulut URI Rp.9000 kelas benih sebar). Perbedaan harga ini disebabkan varietas Bisi 2 silang tunggal, Bima 1 dan Bima 20 hibrida silang tiga jalur, sedangkan Bisma dan Pulut URI varietas bersari bebas.

Biaya tenaga kerja setiap varietas mulai pengolahan tanah, penanaman, pemupukan dan pemeliharaaan adalah sama, namun biaya panen dan prosesing terjadi perbedaan karena dipengaruhi dari hasil yang diperoleh, dimana biaya panen dan prosesing ditetapkan adalah 10% dari hasil (biaya panen dan prosesing

dengan pembagian 9 bagian dari hasil yang diperoleh untuk pemilik dan 1 bagian untuk kelompok pemanen dan prosesing). Biaya tenaga kerja Bima 19, Bima 20, Bisma, dan Pulut URI masing-massing adalah Rp. 5.733.600, Rp.4.743.900, Rp. 5.236.800, dan Rp. 4.900.000, sedangkan varietas Bisi 2 Rp.5.254.800.

Meskipun biaya usahatani varietas Bima-19 lebih tinggi, namun karena memperoleh penerimaannya yang tinggi sehingga keuntungan lebih tinggi dibanding varietas Bisi 2. Biaya usahatani varietas Bima 19 menggunakan Rp. 8.518.600, dengan keuntungan Rp. 18.817.400, sedangkan varietas Bisi-2 mengeluarkan biaya Rp. 8.189.800, dengan keuntungan Rp. 14.358.200. Varietas Bima-19 sangat layak dikembangkan untuk mengantikan Bisi 2 yang saat ini banyak berkembang di Gorontalo, karena disamping produktivitas dan keuntungannya yang lebih tinggi (Tabel 2), juga mempunyai nilai B-C ratio yang lebih tinggi dibanding Bisi 2. Nilai B-C ratio Bima 19 adalah 2,21 sedangkan Bisi-2 nilainya 1,75. Pada daerah yang kesulitan dalam penyediaan benih hibrida, alternatif untuk menganti Bisi-2 adalah menggunakan varietas Bisma, tingkat produktivitasnya sedikit lebih rendah, tetapi keuntungan dan nilai B-C rationya relatif lebih tinggi dibanding Bisi 2, keuntungan yang diperoleh jika mengunakan Bisma adalah 14.736.200 dengan nilai B-C ratio 1,93. Varietas adalah varietas bersari bebas, sehingga masih memungkin untuk ditanam pertanaman musim

Page 16: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Serli Anas dan Ria Fauriah M: Kajian Adaptasi Varietas Unggul Baru ...

14

berikutnya, sedangkan Bima 19 dan Bisi 2 adalah hibrida yang apabila ditanam ulang (F2) pada musim berikutnya akan menyebabkan penurunan produktivitas. Varietas Pulut URI kurang layak dikembang untuk mengantikan Bisi 2 karena hasil, keuntungan, dan nilai B-C ratio yang lebih rendah dibanding Bisi 2. Pengembangan Pulut

URI dalam skala terbatas layak jika penjualan dalam bentuk tonkol segar (jagung muda). Jika diasumsikan 90% daya tumbuh dilapang, dengan harga jual jagung segar (muda) adalah Rp.500/tongkol maka pendapatan yang dapat diperoleh adalah Rp. 28.125.000.

Tabel 3. Analisis usahatani pengkajian varietas jagung. Gorontalo 2016

Keluaran dan Pemasukan Nilai (Rp/ha)Bima-19 Bima-20 Bisma Pulut URI Bisi-2

SaprodiBenih (15 kg/ha) 525.000 525.000 135.000 135.000 675.000Urea (250 kg/ha) 450.000 450.000 450.000 450.000 450.000Phonska (300 kg/ha) 810.000 810.000 810.000 810.000 810.000Pupuk organik (2 t/ha) 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000Biaya Saprodi 2.785.000 2.785.000 2.395.000 2.395.000 2.935.000

Tenaga KerjaPengolahan tanah (traktor) 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000Penanaman (10HOK) 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000Pemupukan (15HOK) 750.000 750.000 750.000 750.000 750.000Penyiangan dan Pembumbunan (15HOK)

750.000 750.000 750.000 750.000 750.000

Panen dan prosesing 2.733.600 1.743.900 2.236.800 1.900.000 2.254.800Biaya Tenaga kerja 5.733.600 4.743.900 5.236.800 4.900.000 5.254.800Total Biaya Usaha tani 8.518.600 7.528.900 7.631.800 7.295.000 8.189.800

.Hasil (kg/ha) 9.112 5.813 7.456 3.800 7.516Nilai Produksi 27.336.000 17.439.000 2.236.8000 19.000.000 22.548.000Keuntungan 18.817.400 9.910.100 14.736.200 11.705.000 14.358.200B-C ratio 2.21 1.32 1.93 1.60 1.75

Kesimpulan1. Varietas Bima 19 sangat layak dikembang-

kan di Gorontalo Utara karena mempunyai produktivitas, keuntungan dan nilai B-C ratio yang lebih tinggi dibanding Bisi 2.

2. Varietas Bisma dapat menjadi alternatif karena tingkat produktivitasnya sedikit lebih rendah, tetapi keuntungan dan nilai B-C ra-tionya relatif lebih tinggi dibanding Bisi 2. Varietas ini adalah varietas bersari bebas masih memungkinkan untuk ditanam pada pertanaman musim berikutnya,

3. Varietas Bima 20 danas Pulut URI kurang layak dikembang untuk menggantikan Bisi 2 karena hasil, keuntungan, dan nilai B-C ratio yang lebih rendah dibanding Bisi 2.

Daftar PustakaAqil, M. dan R.Y. Arvan. 2014. Deskripsi Varietas

Unggul Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.49 Hal.

Azrai, M., F. Kasim, dan J.R. Hidayat. 2006. Stabilitas hasil jagung hibrida. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 25(3): 163-169.

Page 17: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

15

Kheroar, S. and B. C. Patra. 2013. Advantages of maize-legume intercropping systems. Journal Of Agricultural Sci.and Tech. (3): 733-744.

Liu, Y.J., B.Wei, E.L. Hu, Y.Q. Wu, and Y.H. Huang. 2011. Yiled satbility of maize hybrids eevaluated in national maize cultivar regional trials in Southwestern China Using parametric methods. Agri. Sci. In China. 10(9): 133-1335.

Mai Chand, M., D.D Sharmae, and R. Gupta. 2011. Enhancing the adoption of farm technology – A conceptual model Journal of Farm Sciences 1(1) : 89-95

Makarim, A. K., A. Wijono, D. Pasaribu, Ikhwani, dan U. G. Kartasasmita. 2008. Tingkat kesesuaian dan adopsi PTT padi sawah, hambatan dan dukungan kebijakan yang diperlukan. Laporan penelitian analisis kebijakan tahun 2008. Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan, Bogor.

Priyanto, S.B., R. N. Iriani, dan A. Takdir M. 2016. Stabilitas hasil jagung varietas hibrida harapan umur genjah. Penelitian Pertanian Tan. Pangan 35 (2):125-132

Razali, Z. Nasution, and Rahmawaty. 2014. Optimization model on the use of agriculture

land in the catchment area of Lake Toba. Inter. J. of Sci. & Tech. Research 3(11): 1-6.

Singh, D.P., N.S. Rana dan R.P.Singh. 2000. Growth and yield of winter maize (Zea mays L) as in luenced by intercrops and nitrogen application. Indian J.Agron., 45:515-519

Sutardjo, Sulastri, dan W. Nawfetrias. 2012. Optimasi produksi empat varietas jagung hibrida di Kertosono Kabupaten Nganjuk. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 14 (1):74-80.

Syafruddin, S. Saenong, dan Subandi. 2006. Penggunaan bagan warna daun (BWD) untuk memantau hara N. Laporan hasil penelitian PHSL (belum dipublikasi).

Syafruddin. 2015. Managemen pemupukan nitrogen pada tanaman jagung. J. Litbang Pert. 34(3):105-116.

Syafruddin. 2016. Laporan akhir perakitan teknologi produksi jagung mendukung peningkatan produktivitas berkelanjutan. Laporan akhir RPTP 2016. 97 hal. (tidak dipublikasi)

Page 18: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Rahmawa : Mutu Benih Jagung ...

16

Mutu Benih Jagung Beberapa Varietas Berdasarkan Ukuran Biji

RahmawatiBalai Penelitian Tanaman Serealia

Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi SelatanEmail : [email protected]

AbstrakMutu benih sangat penting dalam pertumbuhan tanaman dan hasil produksi. Besaran biji dikaitkan dengan cadangan makanan pada biji tersebut, sehingga memberikan pengaruh terhadap mutu benih terutama pada benih yang disimpan dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengetahui pengaruh besaran biji terhadap mutu benih, maka dilakukan evaluasi mutu benih pada beberapa varietas jagung dengan ukuran biji besar dan kecil. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) pada bulan Oktober – September 2017. Pengujian mutu benih dilakukan di Laboratorium Pengujian Benih Balitsereal. Benih jagung yang digunakan adalah varietas Anoman, Bisma, Lamuru, Srikandi Kuning dan Pulut URI yang mempunyai lama penyimpanan 5 bulan. Pengujian mutu benih dilakukan dengan menggunakan metode Uji Kertas Digulung Plastik (UKDP). Pengujian mutu benih disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan 4 ulangan. Parameter pengamatan adalah kadar air benih, bobot 1000 butir, potensi tumbuh maksimum, persentase daya berkecambah, kecepatan tumbuh benih, jumlah akar sekunder, bobot kering kecambah, panjang akar dan pucuk. Berdasarkan data hasil pengamatan, perlakuan benih jagung dari biji besar dan kecil pada umumnya belum memberikan pengaruh terhadap mutu benih (panjang akar primer, pucuk serta jumlah akar sekunder). Adapun potensi tumbuh maksimum dan kecepatan tumbuh benih, ukuran biji hanya berpengaruh pada varietas Lamuru, sedangkan persentase daya berkecambah hanya berpengaruh pada varietas Anoman. Ukuran biji lebih banyak mempengaruhi bobot kering kecambah yaitu: pada varietas Anoman, Srikandi Kuning dan Pulut URI.

Kata Kunci: Mutu benih, jagung, biji besar, biji kecil.

AbstractSeed quality is very important in the growth of plants and yield. The size of the seed is associated with the food reserve in the seed, thus giving effect to the quality of the seed, especially on the seeds stored for a long time. To determine the effect of seed size on seed quality, evaluation of seed quality in several varieties of corn with large and small seed sizes was carried out. The study was conducted at the Indonesian Cereals Research Institute (ICERI) from October to September 2017. Seed quality testing was carried out at the ICERI Seed Testing Laboratory. Corn seeds used were Anoman, Bisma, Lamuru, Srikandi Kuning and Pulut URI varieties which have a storage period of 5 months. Seed quality testing was done using the Plastic Rolled Paper Test method. Seed quality testing was arranged in Completely Randomized Design with 4 replications. Parameters of observation were seed moisture content, 1000 grain weight, maximum growth potential, percentage of seed germination, seedling growth rate, number of secondary roots, seedling dry weight, root and shoot length. Based on observational data, the treatment of corn seeds from large and small seeds generally has not affected the quality of the seed (the length of the primary root, shoot and number of secondary roots). As for maximum growth potential and seed growth rate, seed size only affects the Lamuru variety, while the percentage of seed germination only affects the Anoman variety. Seed size more affects the dry weight of the seedling on Anoman, Srikandi Kuning and Pulut URI varieties.

Key Words: seed quality, corn, big size of seed, small size of seed.

PendahuluanMutu benih merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan tanaman di lapangan. Menurut Akbari et al. (2004), mutu benih sangat

penting dalam pertumbuhan tanaman dan hasil produksi yang optimal dan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : karakteristik genetik, viabilitas, persentase daya berkecambah, vigor, kadar air, kondisi penyimpanan, kemampuan

Page 19: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

17

dengan ketersediaan substrat dan energi (ATP), aktivitas enzim dan kemampuan mensintesa protein yang lebih besar. Pada benih dengan ukuran biji yang besar mempunyai energy yang lebih besar untuk mendukung pertumbuhan kecambah (Pepper 2002). Jorge dan Ray (2004), menunjukkan bahwa dengan meningkatnya bobot 100 butir pada Parthenium argentatum L., maka persentase daya berkecambah meningkat.

Pada benih yang berukuran kecil, laju penurunan mutu benih lebih cepat dibanding benih yang berukuran besar. Benih selama penyimpanan mengalami proses respirasi yang menyebabkan terjadinya perombakan cadangan makanan. Hal ini menyebabkan lambat laun cadangan makanan benih akan habis sehingga berdampak pada laju perkecambahan benih yang rendah bahkan benih dapat mati pada saat ditanam. Kondisi ini sangat rawan terjadi pada benih yang berukuran kecil, sedangkan benih besar pada umumnya lebih tahan terhadap deraan lingkungan pada tahap perkecambahan karena mempunyai cadangan makanan yang lebih besar (Leishman et al. 2000; Westoby et al. 2002). Hasil penelitian Akinyosoye et al. (2014), menunjukkan bahwa ukuran biji yang besar memiliki pengaruh yang signi ikan terhadap hampir semua sifat yang diteliti.

Untuk mengetahui pengaruh besaran biji terhadap mutu benih, maka dilakukan evaluasi mutu benih pada beberapa varietas jagung dengan ukuran biji besar dan kecil.

Bahan dan MetodePenelitian dilaksanakan di Balai Penelitian

Tanaman Serealia, Maros Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Oktober – September 2017. Pengujian mutu benih dilakukan di Laboratorium Pengujian Benih Balitsereal. Benih jagung yang digunakan adalah varietas Anoman, Bisma, Lamuru, Srikandi Kuning dan Pulut URI yang mempunyai lama penyimpanan 5 bulan. Benih jagung tersebut diseleksi dan dipisahkan antara biji yang berukuran besar dan kecil. Seleksi biji dilakukan secara manual dan dilakukan pengukuran dimensi biji (lebar, panjang dan tebal) dengan menggunakan alat

bertahan hidup dan kesehatan benih, namun yang paling penting adalah persentase daya berkecambah dan vigor benih. Selanjutnya Murungu et al. (2006), mengatakan mutu benih yang tinggi akan menghasilkan kecambah yang vigor pada kondisi lingkungan.

Kemunduran benih tidak dapat dicegah, hanya dapat diperlambat dengan memberikan kondisi penyimpanan yang aman. Penyimpanan benih jagung sebaiknya dilakukan dengan cara penggunaan kemasan yang kedap udara, kadar air benih yang aman (10-11%), dan disimpan pada tempat yang bersuhu dingin. Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan isiologis yang disebabkan oleh faktor dalam.

Benih yang disimpan di bawah kondisi optimal dalam jangka waktu yang lama akan terjadi penurunan viabilitas akibat proses deteriorasi. Surki et al. (2012), juga menyatakan bahwa kondisi penyimpanan yang tidak menguntungkan, terutama suhu dan kelembaban udara, mempercepat terjadinya kerusakan benih selama penyimpanan. Sastry et al. (2008), menyatakan bahwa benih yang disimpan di bawah kondisi optimal dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan penurunan viabilitas akibat proses deteriorasi, selain itu menyebabkan pula peningkatan kandungan radikal bebas, perubahan struktur protein, penipisan cadangan makanan, peningkatan asam lemak, perubahan aktivitas enzimatik, kerusakan membran, perubahan kromosom dan peningkatan respirasi.

Benih yang mempunyai ukuran biji seragam dengan pengelolaan yang baik, akan memberikan penampilan tanaman yang seragam di lapangan. Pada umumnya benih yang berukuran besar mempunyai penampilan tanaman di lapangan yang lebih baik dibanding benih yang berukuran kecil (Ambika et al. 2014). Besaran biji dikaitkan dengan cadangan makanan pada biji tersebut, sehingga memberikan pengaruh terhadap mutu benih terutama pada benih yang disimpan dalam jangka waktu yang lama. Ukuran biji yang lebih besar menunjukkan kemampuan sintesis protein yang lebih tinggi, hal ini kemungkinan dikaitkan

Page 20: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Rahmawa : Mutu Benih Jagung ...

18

digital caliper. Pengujian mutu benih dilakukan dengan menggunakan metode Uji Kertas Digulung Plastik (UKDP). Pengujian mutu benih dilakukan sebanyak 4 ulangan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Parameter pengamatan dilakukan terhadap kadar air benih, bobot 1000 butir, potensi tumbuh maksimum, persentase daya berkecambah, kecepatan tumbuh benih, jumlah akar sekunder, bobot kering kecambah, panjang akar dan pucuk.

Hasil dan PembahasanPengamatan terhadap dimensi biji dan bobot

1000 butir menunjukkan perbedaan ukuran antara benih besar dan kecil dengan kadar air berkisar 9 – 10%. Benih dengan ukuran biji besar dan kecil tidak memberikan pengaruh terhadap potensi tumbuh maksimum kecuali varietas Lamuru, Potensi tumbuh maksimum sangat dipengaruhi oleh kecepatan tumbuh benih, Varietas Lamuru mempunyai kecepatan tumbuh benih yang berbeda antara benih berukuran besar dan kecil sehingga berpengaruh terhadap potensi tumbuh maksimum benih. Kecepatan tumbuh benih pada varietas Lamuru dengan biji berukuran besar adalah 32,58%/etmal, sedangkan biji kecil sebesar 31,59%/etmal. Secara keseluruhan kecepatan tumbuh benih

masih tinggi sehingga memberikan hasil potensi tumbuh maksimum yang tinggi pula. Rata-rata nilai potensi tumbuh maksimum di atas 94% (Tabel 1 dan 2) sehingga belum menunjukkan adanya penurunan mutu benih. Hasil analisis juga menunjukkan pada benih berukuran besar, potensi tumbuh maksimum dan kecepatan tumbuh benih tidak berbeda nyata antara varietas, sedangkan pada benih berukuran kecil berbeda nyata pada varietas tertentu.

Benih dengan ukuran biji besar dan kecil juga tidak memberikan pengaruh terhadap panjang akar primer, pucuk dan jumlah akar sekunder, sedangkan pengamatan terhadap persentase daya berkecambah, ukuran biji hanya berpengaruh pada varietas Anoman. Varietas Anoman merupakan salah satu varietas yang mempunyai kandungan protein cukup tinggi, sehingga cepat mengalami penurunan daya berkecambah terutama pada benih yang berukuran kecil. Hasil penelitian Rahmawati (2015), melaporkan bahwa dari ketiga varietas yang diuji (Anoman, Bisma dan Lamuru) pada penyimpanan suhu kamar dengan kemasan terbuka, varietas Anoman mengalami penurunan persentase daya berkecambah yang drastis pada periode simpan 5 bulan dibanding Bisma dan Lamuru.

Tabel 1. Rata-rata kadar air, lebar, panjang, tebal, bobot 1000 butir dan potensi tumbuh maksimum biji jagung besar dan kecil dari beberapa varietas.

VarietasKadar Air

(%)Lebar(mm)

Panjang(mm)

Tebal(mm)

Bobot 1000 butir (g)

Potensi tumbuh Maksimum

(%)Biji berukuran besar

Anoman 9,46c 8,90b 10,49a 4,11ab 299,67a 98,75abBisma 9,54abc 9,62a 9,95ab 3,97ab 286,55b 98,50abLamuru 9,45c 8,80b 9,33abc 4,09ab 247,98c 97,75abSrikandi Kuning 9,68a 9,01b 8,38bc 4,82a 253,08c 99,75aPulut URI 9,25d 8,08c 9,16abc 3,62b 206,77d 99,00ab

Biji berukuran kecilAnoman 9,60ab 7,84cd 8,88bc 3,88ab 204,68d 96,50bcBisma 9,66a 7,73d 8,08c 3,56b 167,95f 96,25bcLamuru 9,51bc 7,79cd 8,04c 4,10ab 194,09e 95,00cSrikandi Kuning 9,56abc 7,54d 8,24c 4,20ab 196,74e 98,25abPulut URI 9,16d 7,68d 8,23c 3,55b 167,83f 99,00ab

Page 21: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

19

VarietasKadar Air

(%)Lebar(mm)

Panjang(mm)

Tebal(mm)

Bobot 1000 butir (g)

Potensi tumbuh Maksimum

(%)KK (%) 0,93 2,36 11,17 14,83 2,10 1,77

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%

pada benih yang besar, bobot kering kecambah berbeda pada varietas tertentu. Hasil penelitian Moshatati dan Gharineh (2012), melaporkan bahwa pada pengujian daya berkecambah, bobot 1000 butir tidak berpengaruh pada persentase daya berkecambah, kecepatan tumbuh benih dan rata-rata waktu berkecambah. Pada uji pertumbuhan kecambah, bobot 1000 butir berpengaruh pada panjang kecambah dan bobot kering kecambah. Penelitian Chaudhry dan Ullah (2001), menemukan bahwa tidak ada perbedaan hasil pada pertumbuhan tanaman dari benih besar dan kecil.

Hasil penelitian Akinyosoye et al. (2014), menunjukan bahwa ukuran biji tidak berpengaruh terhadap perkecambahan benih dan panjang akar pada beberapa varietas jagung, sedangkan panjang pucuk, bobot kecambah segar, bobot kering kecambah dan panjang kecambah adalah berbeda antara varietas satu dengan yang lain. Bobot kering kecambah pada varietas Anoman, Srikandi Kuning dan Pulut URI adalah berbeda nyata antara benih berukuran besar dan kecil, sedangkan Bisma dan Lamuru menunjukkan bobot kering kecambah yang sama. Benih dengan ukuran biji kecil, bobot kering kecambah tidak berbeda nyata antara varietas, sedangkan

Tabel 2. Rata-rata daya berkecambah, kecepatan tumbuh, panjang akar, panjang pucuk, jumlah akar sekunder dan bobot kering kecambah biji jagung besar dan kecil dari beberapa varietas.

VarietasDaya

Berkecambah (%)

Kecepatan Tumbuh (%/

etmal)

Panjang Akar

Primer(cm)

Panjang Pucuk (cm)

Jumlah Akar Sekunder

Bobot Kering Kecambah/

tanaman (g)

Biji berukuran besarAnoman 94,50abc 32,90abc 12.74abc 6,08cd 5,15a 0,051bBisma 96,75ab 32,84abc 13,80ab 7,80a 5,03ab 0,050bcLamuru 92,25cde 32,58abc 11,73c 5,91d 4,55abc 0,046cdSrikandi Kuning 95,75abc 33,25a 13,71ab 7,21ab 4,58abc 0,052bPulut URI 97,75a 32,97ab 14,13a 7,72ab 4,68abc 0,057a

Biji berukuran kecilAnoman 90,00de 32,14bcd 13,89ab 6,76bcd 4,83abc 0,045dBisma 93,25bcd 32,03cd 13,49ab 7,07abc 5,15a 0,047cdLamuru 89,00e 31,59d 12,18bc 6,68bcd 4,63abc 0,045dSrikandi Kuning 97,50ab 32,73abc 14,33a 7,26ab 4,25c 0,045dPulut URI 95,25abc 32,98ab 13,42ab 6,83bcd 4,43bc 0,045dKK (%) 2,79 1,68 7,95 9,86 8,17 5,31

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%.

Penelitian ini menggunakan benih yang berumur simpan 5 bulan sehingga perlakuan ukuran biji besar dan kecil pada beberapa varietas jagung tidak berpengaruh terhadap beberapa

parameter uji. Moshatati dan Gharineh (2012), menyatakan bahwa bobot 1000 butir merupakan salah satu skala penting dalam kualitas benih. Besaran biji dikaitkan dengan cadangan makanan

Page 22: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Rahmawa : Mutu Benih Jagung ...

20

yang tersimpan pada biji dan penyimpanan benih yang memberikan pengaruh terhadap perkecambahan dan pertumbuhannya. Selama perkecambahan, enzim hidrolitik diakti kan untuk berperan dalam metabolisme protein yang digunakan untuk pertumbuhan embrio (Teiz dan Zeiger 2002). Mandal et al. (2008), mengatakan bahwa biji yang besar memberikan perkecambahan yang baik pada kondisi lingkungan yang tidak mendukung, sedangkan Malcolm et al., (2003), mencatat bahwa dengan meningkatnya bobot benih dan ukuran biji pada tanaman persik memberikan peningkatan pada persentase daya berkecambah. Sugri et al. (2011), juga menyatakan bahwa beberapa varietas jewawut, benih besar mempunyai laju perkecambahan yang lebih tinggi dibanding ukuran benih yang lain. Demikian pula pada gandum, ukuran benih berkorelasi positif dengan vigor benih, benih yang berukuran besar cenderung menghasilkan kecambah yang lebih vigor (Cookson et al. 2001), persentase daya berkecambah, bobot kering kecambah, vigor kecambah dan panjang kecambah meningkat dengan meningkatnya ukuran benih pada gandum Durum (Chaffai dan Louchichi 2013).

KesimpulanBerdasarkan data hasil pengamatan,

perlakuan benih jagung dari biji besar dan kecil pada umumnya belum memberikan pengaruh terhadap mutu benih (panjang akar primer, pucuk serta jumlah akar sekunder). Adapun potensi tumbuh maksimum dan kecepatan tumbuh benih, ukuran biji hanya berpengaruh pada varietas Lamuru, sedangkan persentase daya berkecambah hanya berpengaruh pada varietas Anoman. Ukuran biji lebih banyak mempengaruhi bobot kering kecambah yaitu : pada varietas Anoman, Srikandi Kuning dan Pulut URI.

Daftar PustakaAkbari Gh.A., M. Ghasemi Pirbalouti, M. Najaf-

Abadi Farahani, and M. Shahverdi. 2004. Effect of Harvesting Time on Soybean Seed Germination and Vigor. J of Agr 6:9-18.

Akinyosoye, S.T, J.A. Adetumbi , O.D. Amusa , M.O. Olowolafe , and J.O. Olasoji. 2014. Effect

of Seed Size on In Vitro Seed Germination, Seedling Growth, Embryogenic Callus Induction and Plantlet Regeneration from Embryo of Maize (Zea mays L.) Seed. Nigerian Journal of Genetics 28 (1-7).

Ambika, S., V. Manonmani and G. Somasundaram. 2014. Review on Effect of Seed Size on Seedling Vigour and Seed Yield. Research Journal of Seed Science. 7(2) : 31 – 38. ISSN : 1819 – 3552 / DOI : 10.3923/rjss.2014.31.38.

Chaffai A., and B. Louchichi. 2013. Effect of seed size on germination and establishment of vigorous seedlings in durum wheat (Triticum durum Desf.). Advances in Environmental Biology, 7 (1): 77–81.

Chaudhry A, U. and I. M. Ullah. 2001. In luence of Seed on Yield, Yield Components and Quality of Three Maize Genotypes, Journal of Biological Sciences, 1 (3): 150 – 151.

Cookson, W.R., J.S. Rowarth and J.R. Sedcole. 2001. Seed Vigour in Perennial Ryegrass (Lolium perenne L) : Effect and Cause. Seed Sci. Technol., 29: 255 – 270.

Jorge MHA and DT. Ray. 2004. Germination characterization of Guayule (Parthenium argentatum) seed by morphology mass and X-ray and analysis. Ind Cro and Pro 23:59-63.

Leishman, M.R., I.J. Wright, A.T. Moles and M. Westoby. 2000. The Evolutionary Ecology of Seed Size. In Seeds- The Ecology of Regeneration in Plant Communities, Fenner, M (Eds). CAB International, Wallingford, pp: 31-57.

Malcolm PJ, P. Holford, WB. Mc-Glasson, and S. Newman. 2003. Temperature and Seed Weight Affect the Germination of Peach Rootstock Seeds and The Growth of Rootstock Seedlings. Sci Hor 98:247-256. DOI.

Mandal SM, D. Chakraborty, and K. Gupta. 2008. Seed Size Variation : In luence on Germination and Subsequent Seedling Performance in Hyptis Suaveolens (Lamiaceae). Research Journal of Seed Science 1: 26-33. ISSN 1819 – 3552.

Moshatati, A and M.H.Gharineh. 2012. Effect of Grain Weight on Germination and Seed Vigor

Page 23: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

21

of Wheat. International Journal of Agriculture and Crop Science. ISSN: 2227 – 670X.

Murungu, F.S., P. Nyanudeza, F.T. Mugabe, I. Matimati and S. Mapfumo. 2006. Effect of Seedling Age on Transplanting shock, Growth and Yield of Pearl Millet (Pennisetum glaucum L.) Varieties in Semi-Arid Zimbabwe. J Agron., 5: 205-211.

Pepper and E. Gary. 2002. Reduced Soybean Seed Size in 1996: Will it make a difference?. University of Illinois, <http://www.ag.uiuc.edu/~stratsoy/expert/soysize. html>

Rahmawati. 2015. Mutu Benih Beberapa Varietas Jagung Selama Penyimpanan pada Suhu Kamar. Buletin Penelitian Tanaman Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Volume 1.Nomor 1. ISSN : 2460-6138.

Sastry, D.V.S.S.R., H.D. Upadhyaya and C.L.L. Gowda. 2008. Seed Viability of Active Collections In Ex-Situ Genebanks: An Analysis of Sorghum

Germplasm Conserved at ICRISAT Genebank.J. SAT Agric. Res., 6: 1-8.

Sugri., I. S.K. Nutsugah and J. Yirzagla. 2011. Effect of Some Seed Physical Characteristics on Viability of Pearl Millet (Pennisetum glaucum (L) R. Brown). Research Journal of Seed Science, 4: 181-191.

Surki, AA., F. Sharifzadeh and R. Tavakkol Afshari. 2012. Effect of Drying Conditions and Harvest Time On Soybean Seed Viability and Deterioration Under Different Storage Temperature. African Journal of Agricultural Research Vol. 7(36), pp 5118-5127. ISSN 1991 – 637x.

Teiz, L and E. Zeiger. 2002. Plant Physiology Ed 3, Panima Publishing Co. New Delhi, pp : 375 – 402.

Westoby, M., D.S. Falster, A.T. Moles, P.A. Vesk and I.J. Wright. 2002. Plant Ecological Stratigies Some Leading Dimensions of Variation Between Species. Annl. Rev. Ecol. Syst., 33 : 125 – 129.

Page 24: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Syuryawa : Preferensi Petani terhadap Karakter Agronomis Gandum...

22

Preferensi Petani terhadap Karakter Agronomis Gandum Mendukung Pengembangan Tanaman Gandum

SyuryawatiBalai Penelitian Tanaman Serealia

Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi SelatanEmail: [email protected]

AbstrakBalitbangtan telah menghasilkan beberapa varietas unggul gandum yang mempunyai produktivitas dan sifat agronomik yang beragam agar cepat diadopsi jika sesuai dengan preferensi pengguna dan menguntungkan. Olehnya itu dilakukan penelitian dengan tujuan mengidenti ikasi preferensi petani terhadap karakter agronomis varietas gandum, produktivitas, dan harga jual hasilnya. Penelitian dilakukan di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Jawa Tengah, pada Agustus 2015, dengan jumlah responden 20 orang. Hasil penelitian menunjukkan preferensi petani terhadap varietas gandum berdasarkan karakter agronomis bahwa yang sangat diharapkan adalah varietas gandum yang cocok untuk dataran tinggi, tahan cekaman kekeringan, anakan produktif banyak, tinggi tanaman sedang (85-100 cm), malai yang panjang, jumlah biji/malai yang banyak, ukuran biji gandum yang besar, dan hasil biji yang dicapai tinggi (> 5 t/ha), serta harga jual gandum diatas Rp 7.500-10.000/kg. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan varietas baru gandum perlu memperhatikan preferensi karakter agronomis gandumyang diinginkan petani agar varietas gandum yang dihasilkan Balitbangtan dapat digunakan petani sehingga komoditas gandum di Indonesia dapat berkembang.Kata Kunci: karakter agronomis, gandum, preferensi

AbstractIAARD has produced several high yielding varieties of wheat which have diverse agronomic productivity and properties so that they can be quickly adopted if they are in accordance with user preferences and pro itable. Therefore, this research was conducted with the aim of identifying farmers’ preferences on the agronomic character of wheat varieties, productivity, and the selling price of the yield. The study was conducted in Getasan District, Semarang Regency, Central Java, in August 2015, with a total of 20 respondents. The results showed the preference of farmers towards wheat varieties based on agronomic characters that were highly expected were varieties of wheat suitable for upland, drought stress resistant, many productive tillers, medium plant height (85-100 cm), long panicles, number of seeds/many panicles, large grain size, and high yields (> 5 t/ha), as well as grain prices above Rp 7,500-10,000/kg. The implication of this study is that to produce new varieties of wheat it is necessary to pay attention to the agronomic characteristics of wheat desired by the farmers so that the wheat varieties produced by IAARD can be used by farmers so that the wheat commodity in Indonesia can develop.Key Words: agronomic character, wheat, preference

PendahuluanTepung gandum dibanding beras, jauh lebih

unggul terutama karena gandum lebih kaya akan serat. Dengan demikian gandum sangat baik bagi orang yang sedang melakukan diet terutama diet karbohidrat.Selain itu, gandum juga disarankan untuk penderita diabetes dan penyakit jantung (AnneAhira.com 2003). Konsumsi makanan yang terbuat dari gandum dan turunannya semakin

meningkat dan telah menggeser umbi-umbian dan jagung (Ariani 2010).

Gandum merupakan tanaman introduksi yang berasal dari daerah subtropis, sehingga untuk pengembangan pada iklim tropis memerlukan adaptasi dan teknik budidaya yang disesuaikan dengan iklim tropis Indonesia. Gandum dapat tumbuh dengan baik di Indonesia pada ketinggian >800 m dpl dengan suhu 10-28 oC, namun masih dapat dibudidayakan pada ketinggian + 400 m

Page 25: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

23

dpl meskipun produktivitas yang diperoleh lebih rendah (Nur et al. 2012).Hasil penelitian tanaman gandum pada ketinggian > 1000 m dpl dapat berproduksi hingga 5 t/ha dan pada ketinggian + 400 m dpl menghasilkan 2,27 t/ha (Komalasari dan Hamdani 2010). Nur et al. (2016) menyatakan gandum dataran tinggi menghasilkan lebih dari 3 t/ha.Menurut Siagian (2008) bahwa produktivitas gandum di Indonesia masih relatif rendah dengan rata-rata sekitar 3 t/ha sedangkan potensi hasil gandum dapat mencapai 9 t/ha.

Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) terus berupaya meneliti dan mengembangkan tanaman gandum di Indonesia melalui perbaikan sifat genetik gandum dengan sifat-sifat unggul antara lain produktivitas tinggi, umur genjah, toleran kekeringan, toleran suhu tinggi dan dapat ditanam di dataran rendah sampai sedang.Pada tahun 2003 telah dilepas dua varietas gandum Selayar dan Dewata yang sesuai untuk wilayah daratan tinggi (> 1000 m dpl) dengan produktivitas rata-rata 2,95 dan 2,96 t/ha (Talanca dan Andayani 2016). Tahun 2013 dilepas dua varietas unggul gandum Guri-1 dan Guri-2 beradaptasi baik pada daerah ketinggian > 1000 m dpl dengan produktivitas rata-rata 5,8 dan 5,6 t/ha. Tahun 2014 Balitbangtan melepas tiga varietas gandum untuk dataran menengah yaitu Guri-3 Agritan, Guri-4 Agritan, dan Guri-5 Agritan yang rata-rata produktivitas masing-masing 3,5; 3,8; dan 3,4 t/ha (Aqil dan Talanca 2014).

Gandum telah lama dibudidayakan dalam skala kecil dibeberapa daerah seperti di Pasuruan dan Probolinggo (Jawa Timur), Salatiga dan Semarang (Jawa Tengah), serta Berastagi (Sumatera Utara). Wilayah yang mempunyai prospek pengembangan dalam skala luas terdapat di Gowa dan Enrekang (Sulawesi Selatan), Soe (NTT),dan Merauke (Papua), serta Tumohon (Sulawesi Utara) (Budiarti 2005; Wirawan et al. 2013). Untuk pengembanganpertanaman gandum harus mempertimbangkan kesesuaian varietas dengan lahan, tidak berkompetisi dengan tanaman pangan lain (hortikultura) dan juga diperlukanteknik budidaya yang sesuai dengan lingkungan agar produkti itas di tingkat petani dapat optimal.Makarim (2011) menyatakan,

kondisi lingkungan pertanian yang beragam memerlukan paket teknologi spesi ik lokasi berdasarkan sistem pakar tanaman pangan.

Keberhasilan upaya pengembangan gandum untuk memanfaatkan potensi lahan yang tersedia harus berorientasi pada pengguna/petani agar teknologi yang dihasilkan lebih terjamin, tepat guna,dan spesi ik lokasi. Suatu inovasi teknologi akan cepat diadopsi jika sesuai dengan preferensi pengguna/petani danmenguntungkan.Menurut Stennkampa dan van Triip (1988 dalam Nurmalinda dan Yani 2009) dan Ameriana (1995 dalam Soetiarso 2010) bahwa preferensi konsumen (petani) merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan suatu produk, karena konsumen merupakan pihak yang memutuskan jenis dan kualitas produk yang akan dibeli sesuai keinginannya.

Berkaitan hal ini, dilakukan penelitian dengan tujuan mengidenti ikasi preferensi petani terhadap karakter agronomis varietas gandum, produktivitas, dan harga jualhasil usahatani gandum yang dibudidayakan petani, agar diketahui apa yang diinginkan atau diharapkan petani dari varietas gandum sehingga gandum dapat lebih berkembang.

Bahan dan Metode

Lokasi dan Jumlah SampelLokasi penelitian ditentukan secara sengaja

(purposive sampling) yaitu di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengahyang telah membudidayakan tanaman gandum.Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015. Jumlah sampel yang diwawancara sebanyak 20 orang yang merupakan satu kelompok tani yang tahun 2009 dan 2010 mendapat bimbingan dan bantuan sarana produksi gandum dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Semarang.

Pengumpulan DataData yang dikumpulkan meliputi (1)

karakteristik responden yaitu umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, luas dan status lahan, dan (2) preferensi petani terhadap karakter agronomis tanaman gandum yaitu kesesuaian/

Page 26: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Syuryawa : Preferensi Petani terhadap Karakter Agronomis Gandum...

24

kecocokan wilayah tempat tanamnya, jumlah anakan produktif, tinggi tanaman, tipe dan panjang malai, ukuran biji, umur panen, hasil yang dicapai, varietas yang tahan hama/penyakit, dan harga jual hasil panen yang diharapkan petanidariusahatani gandum.

Analisis DataData yang terkumpul ditabulasi kemudian

dianalisis secara deskriptifdan analisis Chi Square (X2) (Sudjana 1989) untuk mengetahui preferensi petani terhadap komoditas gandum.

Analisis Chi Square (X2):

(fo – ft) X2 = ∑ --------------- ft

dimana:

X2 = Chi square∑ = Jumlahfo = frekuensi yang diamatift = frekuensi yang diharapkan

Hasil dan Pembahasan

Identitas Petani RespondenPetani responden di Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang rata-rata berumur 45 tahun, jumlah anggota keluarga 4 orang dan anggota keluarga yang aktif dalam berusahatani rata-rata 2 orang. Tingkat pendidikan petani umumnya tamat SD sampai SLTP, bahkan ada yang sarjana. Untuk luas lahan pertanaman gandum rata-rata petani menggarap lahan di dataran tinggi 0,16 ha (kisaran 0,05-0,30 ha) dengan status lahan sebagai pemilik (Tabel 1).

Tabel 1. Identitas petani responden di Kecamatan Getasan,Kabupaten Semarang Jawa Tengah, 2015

Identitas petani Rata-rata KisaranUmur (thn) 45 30-70Pendidikan (thn) 11 6-17Jumlah anggota keluarga (org) 4 2-6Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam berusahatani (org)

2 1-4

Luas lahan (ha) 0, 16 0,05-0,30Status lahan (org)- Milik 19 95%- Sewa 1 5%

Umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengalaman berusahatani, dan modal merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku petani terhadap penerimaan dan adopsi teknologi.Ebojei et al. (2012) menyatakan variabel sosial yang mempengaruhi petani dalam mengadopsi teknologi, antara lain umur, status pendidikan dan pengalaman dalam berusahatani.Umur petani terlihat masih relatif muda (rata-rata 45 tahun) tergolong umur produktif dengan status lahan yang dikelolah sebagai pemilik. Umur mempengaruhi kemampuan isik dan cara berpikir petani. Umur yang muda dan sehat lebih dinamis

serta lebih cepat tanggap terhadap teknologi baru yang dianjurkan karena berani menanggung resiko. Poolsawas (2013) mengatakan petani yang lebih muda dengan tingkat pendidikan yang relatif lebih baik cenderung lebih cepat mengadopsi teknologi.

Preferensi Petani terhadap Tanaman Gandum

Petani di lokasi penelitian pada umumnya menanaman gandum varietas Dewata. Pertanaman gandum MT 2009 dan 2010 dilakukan dengan bantuan sarana produksi benih, pupuk dan

Page 27: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

25

herbisida dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Semarang. Varietas Dewata cukup disenangi oleh petani, namun untuk mendapatkan benih mengalami kesulitan karena tidak dijual dipasaran. Pemilihan varietas yang sesuai merupakan salah satu komponen utama yang menentukan keberhasilan budidaya gandum.

Berdasarkan pengalaman petani yang sudah menanam gandum, diperoleh beberapa alasan

mengapa mereka menyukai karakter agromis varietas yang ditanam. Preferensi petani ini memberikan informasi yang dapat dijadikan masukan atau dasar untuk menghasilkan atau merakit varietas baru gandumsupaya dapat berkembang. Hasil preferensi petani terhadap karakteristik varietas gandum disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Preferensi petani (n = 20) terhadap karakteristik agronomistanaman gandum. Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Jawa Tengah, 2015

Karakter agronomis tanaman gandum n

Prefrensi(%)

X2 hitung Alasan

Varietas gandum yang sesuai untuk- Dataran tinggi 19 95

16,20**--

- Lahan di dataran tinggi- Hasil panen yang diperoleh baik

- Dataran menengah 1 5 - Umur tanaman lebih pendek- Di dataran agak rendah suhunya panas sehingga

cepat berbuah & cepat panen - Dataran rendah 0 0 - Varietas gandum yang tahan ditanam pada- Musim kemarau (cekaman

kekeringan)17 85

9,80**-

- Musim hujan tanam sayuran- Penanganan pascapanen lebih mudah- Tidak ada air untuk penyiraman- Kurang hama di musim kemarau- Hasil panen kualitasnya bagus dan tahan

disimpan- Musim hujan (genangan

air) 3 15 - Saat belum panen turun hujan hasil biji tidak

rusak- Panen musim hujan hasil tetap bagus

Varietas gandum yang anakan produktifnya- Banyak 11 55

6,10*--

- Hasil bisa lebih banyak/lebih tinggi- Hemat penggunaan benih

- Sedang 7 35 - Buah bisa penuh, kualitas biji bagus- Besar batang dan bijinya- Tanaman tumbuh lebih bagus/ maksimal- Mudah dibersihkan dan tidak saling menaungi

- Sedikit 2 10 - Hasil biji besar-besar dan bobotnya tinggi- Cenderung buahnya lebih banyak

Tinggi tanaman gandum- > 100 cm 4 20

6,40tn--

- Banyak jerami untuk dibuat pupuk- Tanaman nampak subur, sehat- Mudah dalam pemeliharaan- Peluang hasil tinggi

- 85-100 cm 12 60 - Tanaman/batangnya kuat- Tahan angin atau tidak mudah rebah- Perawatan atau pemeliharaan tanaman mudah

dilakukan

Page 28: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Syuryawa : Preferensi Petani terhadap Karakter Agronomis Gandum...

26

Karakter agronomis tanaman gandum n

Prefrensi(%)

X2 hitung Alasan

- Malainya panjang, hasilnya tinggi- Mudah dilakukan panen hasil - Bijinya bisa bagus/besar- Umur tidak terlalu lama untuk berbuah

- < 85 cm 4 20 - Bisa tumpangsari dgn tanaman sayuran- Mudah penyemprotan- Proses panen mudah- Umur tanaman lebih pendek/genjah- Tahan rebah

Tipe malai tanaman - - Tegak 35

1,80tn-

- Terkulai 65 -

Panjang malai tanaman - Panjang 18 90

12,80**-

- Bulir/buah akan lebih banyak- Hasil bisa lebih tinggi

- Sedang 2 10 - Kalau panjang buahnya jarang, bagian ujung malai bijinya hampa dan akan terkulai, mudah burung memakannya

- Kalau sedang buah banyak dan agak besar, burung lebih sulit memakannya

- Pendek 0 0 - Jumlah biji/malai tanaman- Banyak 15 75

5,00*--

- Hasil akan lebih tinggi- Hemat benih tetapi hasil banyak

- Sedang 5 25 - Biji lebih besar- Kualitas bijinya bagus- Hasil lebih baik

- Sedikit 0 0 - Ukuran biji varietas gandum- Besar 19 95

16,20**--

- Jika sudah disosoh bijinya tidak kecil sekali, hasilnya tidak sangat berkurang

- Hasil panen bisa lebih tinggi/banyak- Lebih berat hasilnya/bobot biji tinggi- Lebih mudah dirontok di tresher

- Sedang 1 5 - Hasil panen maksimal- Kecil 0 0 - Umur panen gandum- > 90 hst 9 45

1,30tn--

- Tanaman sudah kering baik, tidak lama waktu penjemuran

- Tingkat kekeringan tanaman tercapai/ sudah maksimal

- Hasil bisa tinggi/bagus- 80-90 hst 5 25 - Waktu panen tidak terlalu lama

- Waktu tanam untuk tanaman lain tidak terganggu/mundur

- < 80 hst 6 30 - Waktu panen lebih cepat- Bisa tanam lagi tanaman yang lain- Hasil panen bisa maksimal- Dapat tanam lebih dari sekali dalam setahun

Page 29: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

27

Karakter agronomis tanaman gandum n

Prefrensi(%)

X2

hitung Alasan

Hasil biji yang dapat dicapai varietas gandum- > 5 t/ha 16 80

7,20**--

- Hasil banyak, pendapatan lebih besar- Hemat lahan tapi dapat hasil banyak

- 3-5 t/ha 4 20 - Hasil sudah cukup tinggi- Cukup menguntungkan dengan harga jual > Rp

7.500/kg- Hasil standar

- < 3 t/ha 0 0 -

Varietas yang dapat tahan simpan- Lama (> 6-12 bulan) 11 55

0,20tn--

- Agar tidak cepat rusak, bisa tanam lagi- Tersedia benih untuk tanam berikut- Bisa disimpan dan tidak rusak- Aman disimpan tanpa me- miliki tempat penyimpanan benih- Tidak secepat untuk dijual

- Sedang (4-6 bulan) 9 45 - Serangan hama bubuk sekitar 4 bulan penyimpanan

- Tersedia benih untuk tanam berikutnya- Tidak secepat untuk dijual

- Singkat (< 4 bulan) 0 0 - Harga jual gandum yang diharapkan- Tinggi (> Rp. 7.500-

10.000/kg)20 100

200,00**--

- Lahan sempit diatasi dengan harga jual yang tinggi

- Supaya bisa menguntungkan- Pendapatan bisa lebih banyak- Dapat mengimbangi hasil tanaman sayuran yang

2 kali panen- Perlu ada ketetapan harga standar gandum per kg

- Sedang (Rp 5.000-7.500/kg)

0 0 -

- Rendah (< Rp 5.000) 0 0 - Varietas gandum yang tahan hama/penyakit- Aphis 1 5

12,80tn-------

Kualitas biji tidak bagus, hitam, kempis- Ulat grayak 4 20 - Dapat menyebabkan penurunan hasil

- Memotong tangkai malai sehingga malai jadi layu- Daun yang terserang bisa habis sehingga

disemprot terus- Belalang 1 5 - Produksi yang dihasilkan jadi berkurang

- Memakan daun yang mempengaruhi hasil biji jadi berkurang

- Penggerek batang 1 5 - Menyebabkan kehilangan hasil- Hasil yang dicapai tidak maksimal

- Burung 3 15 - Kehilangan hasil menjelang panen- Produksi yang dihasilkan berkurang

- Tikus 1 5 - Kehilangan hasil menjelang panen- Hasil yang diperoleh berkurang

Page 30: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Syuryawa : Preferensi Petani terhadap Karakter Agronomis Gandum...

28

Karakter agronomis tanaman gandum n

Prefrensi(%)

X2 hitung Alasan

- Wereng 7 35 - Menyerang buah, hasil tidak maksimal- Menyerang batang dan buah tidak jadi- Produksi yang dihasilkan berkurang- Menyebabkan buah kecil-kecil- Malai warnanya jadi hitam sampai buah- Mengisap bijidan tidak berkembang lagi - Menghambat pertumbuhan tanaman

- Bercak daun 2 10 - Mengurangi/kehilangan hasil- Hasil tidak maksimal

Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa umumnya (95%) petani gandum di lokasi penelitian memilih atau menyukai varietas gandum yang cocok untuk dataran tinggi karena ditunjang oleh lokasi lahan di dataran tinggi dan hasil yang diperoleh cukup baik. Di daerah dataran tinggi mempunyai suhu <20oC, untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik, tanaman gandum memerlukan suhu udara optimal 4-250C, dengan panjang penyinaran (fotoperiode) 9-13 jam per hari. Kondisi yang mirip dengan iklim subtopika mendukung pertumbuhan tanaman gandum (Nur et al. 2012; Patola dan Ariyantoro 2015). Tanaman gandum memerlukan suhu yang sejuk dari stadia perkecambahan hingga stadia penyerbukan bunga dan pengisian biji (Sumarno dan Mejaya). Kondisi demikian dapat diperoleh pada daerah dengan ketinggian diatas 1000 m dpl. Hal ini sesuai dengan kondisi lokasi penelitian yaitu Kecamatan Getasan ketinggian tempatnya 1450 m dpl (BPS Kab. Semarang 2014). Untuk penanaman pada musim kemarau atau di musim hujan, nampaknya petani lebih memilih (85%) menanam di musim kemarau dengan varietas gandum yang tahan cekaman kekeringan disbanding menanam di musim hujan. Waktu tanaman yang tepat untuk gandum adalah pada awal musim kamarau atau akhir musim hujan, petani lebih memilih yang tahan pada cekaman kekeringan yang dapat ditanam pada musim kemarau karena dimusim hujan umumnya menanam tanaman sayuran. Selain itu, penanganan pascapanen lebih mudah utamanya terkait pengeringan biji, kurang serangan hama dan hasil panen biji kualitas bagus serta tahan disimpan.Penanaman gandum perlu memperhatikan suhu dan waktu tanam yang

tepat untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pemilihan kondisi iklim yang tepat menentukan kandungan gluten gandum yang merupakan salah satu penentu utama kualitas gandum (Hoet et al. 2015).

Untuk mendukung capaian hasil yang lebih tinggi salah satu faktor yang mempengaruhi adalah jumlah anakan produktif. Sebanyak 55% petani yang menyukai banyak anakan produktif dengan harapan hasil bisa lebih tinggi dan hemat penggunaan benih, sedangkan yang jumlah anakan produktif sedang 35% yang menyukai dengan alasan buah bisa penuh sehingga kualitas biji bagus, besar batang dan bijinya, tanaman dapat tumbuh maksimal dan tidak saling menaungi, sementara yang menyukai anakan produktif sedikit 10% dengan harapan agar hasil biji besar, bobotnya tinggi dan cenderung buah lebih banyak.Hasil penelitian Asri et al. (2013) dengan mengevaluasi tiga varietas gandum (Dewata, Nias dan Selayar) pada lokasi dengan ketinggian 1500 m dpl bahwa varietas Dewata memberikan hasil terbaik dengan jumlah anakan produktif rata-rata 6,07 buah, panjang malai 10,20 cm, dan panjang ruas 40,33 cm. Menurut Rawson (1987 dalam Azrai 2012) bahwa hasil tinggi pada gandum ditandai oleh jumlah malai persatuan luas yang diawali dengan anakan produktif yang terbentuk.

Pada parameter tinggi tanaman, petani lebih banyak (60%) menyukai yang tingginya maksimal 1 m (85-100 cm) dengan alasan antara lain tanaman kuat, tidak mudah rebah, hasil tinggi, dan pemeliharaan tanaman mudah dilakukan. Sedangkan yang memilih tinggi tanaman diatas 1 m dan yang pendek (< 85 cm) masing-masing 20% karenaapabila tanamannya tinggi banyak

Page 31: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

29

jeramiyang dapat digunakan untuk pupuk dan peluang hasilnya tinggi, untuk tanaman yang pendek bisa tumpangsari dengan tanaman sayuran, proses panen mudah dan tahan rebah.

Untuk tipe malai tanaman yang tegak atau terkulai, terdapat 65% yang menyukai tipe terkulai karena tanaman terlihat subur, bijinya berisi, besar dan berat sementara tipe tegak ada 35% yang menyukai dengan alasan bahwa biji hasil panen kualitas lebih bagus, burung sulit bertengger dan makan hasil, pengisian biji lebih sempurnah dan tanaman lebih kuat, kokoh.

Panjang malai mempengaruhi hasil biji, umumnya disukai (90%) malai yang panjang karena buah akan lebih banyak dan hasil bisa lebih tinggi. Hal yang sama pada jumlah biji per malai, yang lebih disukai adalah jumlah biji/malai yang banyak (75%) karena hasil akan lebih tinggi dan hemat benih tetapi hasil tetap banyak. Demikian pada ukuran biji, umumnya menyukai ukuran besar (95%) karena jika sudah disosoh hasil tidak sangat berkurang, hasil panen lebih berat dan tinggi serta lebih mudah dirontok dengan tresher. Ukuran biji varietas Dewata berdasarkan deskripsi varietas gandum ditunjukkan berukuran sedang (Balitsereal 2011). Preferensi responden menunjukkan perubahan terkait hasil yang diperoleh bisa lebih meningkat.

Umur lebih dari 90 hst dipilih 45% karena tingkat kekeringan tanaman sudah maksimal dan hasil bisa tinggi, sedang yang memilih umur 80-90 hst sebanyak 25% dengan alasan waktu panen tidak terlalu lama dan waktu tanam untuk tanaman lainnya tidak terganggu, sementara yang memilih umur dibawah 80 hst (30%) karena waktu panen bisa lebih cepat, bisa tanam tanaman lainnya atau dapat tanam lebih dari satu kali dalam setahun.

Ketahanan simpan hasil 6 bulan sampai 1 tahun lebih disukai petani (55%) disbanding lainnya, dengan alasan agar tersedia benih dan bisa ditanam lagi, aman disimpan lama tanpa alat penyimpanan benih. Petani yang memilih tahandisimpan 4-6 bulan (45%) karena serangan hama bubuk sekitar 4 bulan penyimpanan, tersedia benih untuk tanam berikutnya dan tidak segera untuk dijual. Biji gandum yang

akan disimpan dalam jangka waktu yang lama harus dengan penanganan pascapanen yang tepat agar menghasilkan biji gandum yang berkualitas, terutama yang akan dijadikan benih harus sesuai dengan persyatatan mutu. Harga jual hasil panen biji gandum yang diharapkan adalah semuanya menginginkan harga tinggi diatas Rp 7.500-10.000/kg dengan alasan agar bisa menguntungkan, dengan lahan sempit bisa diatasi dengan harga jual yang tinggi, dapat mengimbangi hasil tanaman sayuran yang 2 kali panen, serta diharapkan ke depan ada ketetapan harga standar gandum.

Ketahanan varietas gandum terhadap hama dan penyakit pilihan petani adalah terhadap hama aphis, ulat grayak, belalang, penggerek batang, wereng,hama burung, tikus, dan penyakit bercak daun. Dampak dari hama dan penyakit tersebutdapat menyebabkan kehilangan atau penurunan hasil karena menghambat pertumbuhan tanaman, menyerang buah dan batang, memotong tangkai daun, memakan daun, menyerang hasil sebelum panen menyebabkan hasil yang dicapai tidak maksimal.Prescott et al. (2012) melaporkan beberapa penyakit utama pada tanaman gandum diantaranya yaitu penyakit karat, penyakit karnal bunt, dan penyakit bercak daun Helminthosporium.Kehilangan hasil akibat penyakit ini bervariasi, bisa mencapai 20% di tingkat petani (Deveiller and Gilchrist 1994 dalam Muis dan Nonci 2016).

Hasil analisis Chi Square terlihat bahwa preferensi petani responden terhadap karakter agronomis tanaman gandum berdasarkan variabel yang diamati sebagian besar menunjukkan berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pilihan petani ada yang lebih dominan dibandingkan dengan pilihan lainnya.

Hasil biji yang diharapkan dapat dicapai, ternyata capaian hasil biji lebih 5 t/ha yang ideal dipilih petani gandum (80%). Hal ini berhubungan dengan pendapatan yang akan diperoleh lebih besar dan juga dapat mengatasi lahan yang dimiliki petani umumnya lahan sempit dapat diatasi dengan hasil yang tinggi. Berdasarkan data deskripsi varietas gandum bahwa varietas Dewata rata-rata hasil yang dicapai 2,96 t/ha (Balitsereal

Page 32: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Syuryawa : Preferensi Petani terhadap Karakter Agronomis Gandum...

30

2013). Hasil ini dinilai masih cukup rendah sehingga perlu ditingkatkan karena belum bisa bersaing dengan hasil tanaman hortikultura yang telah dibudidayakan secara intensif pada dataran tinggi. Selain itu, agar bisa menguntungkan dan dapat mengimbangi hasil tanaman sayuran yang 2 kali panen, harga jual gandum yang diharapkan oleh petani gandum adalah dengan harga tinggi yaitu diatas Rp 7.500-10.000/kg yang merupakan mayoritas pilihan yang dilsenangi oleh petani gandum. Disamping itu, perlu ketahanan hama dan penyakit pada tanaman gandum untuk mencegah kehilangan hasil. Beberapa hama/penyakit yang dipilih responden yang menyebabkan produksi yang diperoleh tidak optimal karena serangan hama/penyakit seperti hama wereng, ulat grayak, burung, aphis, belalang, prenggerek batang, tikus, dan penyakit bercak daun.

Berdasarkan karakter agronomis varietas gandum yang dievaluasi yang menunjukkan berbeda nyata atau yang signi ikan diharapkan dapat menjadi pertimbangan atau masukan informasi untuk menghasilkan suatu teknologi tepat guna termasuk merakit varietas baru gandum berkaitan dengan pengembangannya pada daerah lain utamanya yang sama dengan wilayah lokasi penelitian. Selain itu ke depan program perakitan gandum di Indonesia diarahkan pada perakitan varietas unggul tropis yang dapat beradaptasi di dataran tinggi sampai sedangsehingga budidaya gandum tidak lagi terbatas hanya pada dataran tinggi saja. Selain itu, perlu dilakukan sosialisasi budidaya gandum di masyarakat, karena petani belum mengetahui secara tepat dan benar teknologi budidaya gandum, penanganan pascapanen terutama prosesing hasil panen. Selanjutnya, pasar hasil gandum tersedia karena salah satu faktor penting dalam pengembangan hasil pertanian (termasuk gandum) adalah pemasaran. Pemasaran produk hasil pertanian selalu menjadi masalah yang mendasar bagi petani.

KesimpulanPreferensi petani terhadap varietas gandum

berdasarkan karakter agronomis bahwa yang ideal atau yang sangat diharapkan adalah varietas

gandum yang cocok untuk dataran tinggi, tahan cekaman kekeringan, anakan produktif banyak, tinggi tanaman sedang (85-100 cm), malai tanaman panjang, jumlah biji/malai tanaman yang banyak, ukuran biji gandum besar, dan hasil biji dicapai tinggi (> 5 t/ha). Selain itu, harga jual gandum tinggi diatas Rp 7.500-10.000/kg. Implikasi dari penelitian ini ialah bahwa untuk menghasilkan varietas baru gandum yang diinginkan oleh petani, perlu diperhatikan preferensi terhadap karakter agronomis gandum diinginkannya agar varietas gandum dihasilkan Balitbangtan dapat digunakan/tanam petani sehingga komoditas gandum di Indonesia dapat berkembang.

Ucapan Terima KasihTerima kasih disampaikan kepada Dr. Amin

Nur sebagai penaggungjawab RPTP atas segala fasiltas yang diberikan dan kepada Rahmawati, SP, MSi atas kerjasamanya sehingga penelitian terlaksana dengan baik.

Daftar PustakaAnneAhira.com. 2003.Aneka Jenis Tepung

Gandum. http//anneahira.com/tepung-gandum.htm

Aqil, M. dan H. Talanca. 2014. Highlight Hasil Penelitian Balai Penelitian Tanaman Serealia. Badan Litbang Pertanian. Puslitbangtan. 55 hlm.

Ariani, M. 2010. Diversi ikasi konsumsi pangan pokok mendukung swasembada beras. Prosiding Pekan Serealia Nasional.

Asri, B., E. Syam’un, dan M. Farid. 2013. Produksi tiga varietas gandum pada berbagai ketinggian tempat . Hasil Penelitian Prodi Sistem-sistem Pertanian. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin . 13 hlm.

Azrai, Muhammad. 2012. Laporan Hasil Penelitian: Perakitan Varietas Gandum Tropis Adaptif pada Ketinggian < 400 m dpl. Balitsereal.Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian.

Balitsereal. 2011. Deskripsi Varietas Unggul Jagung, Sorgum, dan Gandum. Edisi Kedua. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Badan

Page 33: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

31

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 34 hlm.

Balitsereal. 2013. Gandum. Varietas dan Teknik Budidaya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Serealia.

BPS Kabupaten Semarang. 2014. Data Strategis Kabupaten Semarang. Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Semarang. Kerjasama Bappeda Kabupaten Semarang. Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang.

Budiarti, S.G. 2005. Karakterisasi beberapa sifat kuantitatif plasma nutfah gandum (Triticum aestivum. L). Bul. Plasma Nutfah 11:49-54.

Ebojei, C.O., T.B. Ayinde, and G.O. Akogwu. 2012. Socio-economic factors in luencing the adoption of hybrid in Giwa Local Govemment Area of Kaduna State, Negeria. The Journal of Agricultural Sciences 7(1):23-32.

Hoel,B., A. Kjersti, J. Arne, S. Koga, B. Ulrike, J.A. Anderson, and . Moldestad. 2015. Variation in gluten quality parameters of spring wheat varieties of different origin grown in contrasting environments 62:110-116.

Komalasari, O. dan M. Hamdani. 2010. Uji adaptasi beberapa galur/varietas gandum di NTT. Prosiding Pekan Serealia Nasional.

Makarim, A.K. 2011. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perspektif dan sumbangannya terhadap produksi dan ketahanan panga. Disajikan pada KIPNAS X, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia.Jakarta, 10 November.

Muis, A. dan N. Nonci. 2016. Pengelolaan penyakit tanaman gandum. Gandum Peluang Pengembangan di Indonesia. Badan Litbang Pertanian. hlm. 241-261.

Nur, A., M. Azrai, M.J. Mejaya. 2016. Pembentukan varietas unggul gandum di Indonesia. Gandum Peluang Pengembangan di Indonesia. Badan Litbang Pertanian. hlm. 135-151.

Nur, A., N. Khumaida, dan S. Yahya. 2012. Evaluasi dan keragaman genetik 12 galur gandum introduksi di lingkungan tropika basah. Agrivigor 11:230-243.

Nurmalinda dan A. Yani. 2009. Preferensi konsumen hotel terhadap bunga potong Gerbera. J. Hort. 19(4):450-458.

Patola, E. dan H. Ariyantoro. 2015. Uji pemberian pupuk hayati biotamax dan macam pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman gandum (Triticum aestivum. L). JOGLO 29:10-18.

Poolsawas, S. 2013. Farmer innovativeness and hybrid maize diffusion in Thailand. Journal of International Agricultural and Extension Education 20(1):51-65.

Prescott, J.M., P.A. Burnett, E.E. Saari, J. Ranson, J. Bowman, W. De Milliano, R.P. Singh, and G. Bekele. 2012. Wheat Diseases and Pests: a guide for ield identi ication. International Maize and wheat Improvement Center. CIMMYT Mexico. http://wheat.pw.usda.grov/ggpages/wheatpests.html.

Siagian., V. 2008. Mengapa tidak menanam gandum. Suara Pembaruan. 15 April.

Soetiarso, T.A. 2010. Preferensi konsumen terhadap atribut kualitas empat jenis sayuran minor. J. Hort. 20(4):398-407.

Sramkovaa, Z., E.Gregovab, and E. Sturdika. 2009. Chemical composition and nutritional quality of wheat grain. Acta Chimica Slovaca 2(1):115-138.

Sudjana. 1989. Metode Statistik. Penerbit Tarsito. Bandung.

Sumarno dan M.J. Mejaya. 2016. Pertanaman dan produksi gandum di Dunia. Gandum Peluang Pengembangan di Indonesia. Badan Litbang Pertanian. hlm. 1-14.

Talanca, A.H. dan N.N. Andayani . 2016. Perkembangan perakitan varietas gandum Di Indonesia. Gandum Peluang Pengembangan di Indonesia. Badan Litbang Pertanian. hlm. 153-163.

Wirawan, D.,Rosmayani, dan L.A.P. Putri. 2013. Uji potensi produksi beberapa galur/varietas gandum (Triticum aestivum. L) di dataran tinggi Karo. J. Online Agroekoteknologi 1:1-15.

Page 34: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Margaretha Sadipun Lalu: Pengaruh Karakteris k Petani ...

32

Pengaruh Karakteristik Petani Terhadap Pendapatan Usaha Tani Jagung

Margaretha Sadipun LaluBalai Penelitian Tanaman Serealia

Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, 90514Email: [email protected]

AbstrakPetani yang berkualitas adalah petani yang memiliki kemampuan teknis dan menejerial dalam melaksanakan usahatani jagung untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan yang tinggi. Kemampuan teknis berguna dalam meningkatkan kualitas produksi usahatani, sedang kemampuan menejerial berguna dalam mengelola usahatani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik petani terhadap pendapatan usahatani jagung. Penelitian ini dilakukan di Desa Punagaya dan Desa Tuju, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan pada Juni 2013, dengan menggunakan metode survei. Data yang diperoleh dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari 47 petani responden yang diambil secara acak (Simple Random Sampling) dimana 25 responden dari desa Tuju dan 22 responden dari desa Punagaya dengan menggunakan metode acak sederhana. Data sekunder dikumpulkan melalui desk study dan informan kunci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel luas lahan garapan berkorelasi positif yang sangat nyata. Variabel jumlah anggota keluarga berkorelasi negatif. Pendidikan non formal sangat dibutuhkan agar informasi inovasi teknologi cepat diperoleh petani dan menerapkannya sehingga pendapatan usahatani jagung dapat lebih meningkat.

Kata Kunci: sumberdaya manusia tani, usahatani jagung, pendapatan.

AbstractQuality farmers are farmers who have the technical ability and managerial ability to carry out corn farming to obtain high income and pro its. Technical capabilities are useful in improving the quality of farming production, while managerial capabilities are useful in managing farming. This study aimed to determine the effect of farmer characteristics on corn farming income. This study was conducted in Punagaya Village and Tuju Village, Bangkala District, Jeneponto Regency, South Sulawesi Province in June 2013. This study uses a survey method. Data obtained from primary and secondary data. Primary data was obtained from 47 respondents who were taken randomly (Simple Random Sampling) in which 25 respondents were from Tuju village and 22 respondents from Punagaya village using a simple random method. Secondary data was collected through desk study and key informants. The results of the study showed that the area of cultivated land area has a very signi icant positive correlation. Variables in the number of family members were negatively correlated. Non-formal education is needed so that information on rapid technological innovation is obtained by farmers and applying it so that corn farming income can be increased.

Key Words: farm human resources, corn farming, income.

PendahuluanKebutuhan pangan akan terus meningkat

dalam jumlah, keragaman, dan mutunya, seiring dengan perkembangan populasi dan kualitas hidup masyarakat (Suryana, 2003). Kementerian Pertanian telah meluncurkan konsep penyediaan pangan 2010-2014 dengan empat target sukses yaitu 1) swasembada berkelanjutan dengan peningkatan produksi, 2) diversi ikasi pangan, 3) nilai tambah, 4) daya saing dan ekspor

serta peningkatan kesejahteraan petani. Untuk mencapai empat sukses tersebut diharapkan, khususnya swasembada berkelanjutan produksi tanaman pangan utama padi, jagung, dan kedelai yang diharapkan Badan Litbang Pertanian berkontribusi utama (Haryono 2013).

Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas palawija potensial karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, bahan baku pakan dan industri, terutama sebagai penghasil bioetanol

Page 35: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

33

dengan metode survei. Data yang diperoleh dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari 47 petani responden yang terbagi dalm dua desa yaitu desa Tuju, 25 responden Desa Punagaya, 22 responden. Dipilih dengan menggunakan metode acak sederhana, sedang data sekunder diperoleh dari desk study dan informan kunci.

Data primer yang dikumpulkan meliputi umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengalaman berusahatani, luas lahan dan pendapatan usahatani. Data dianalisis secara deskriptif dan selanjutnya dianalisis regresi berganda dengan pendekatan cob Douglas (Sukartawi, 2011) dengan rumus:

Ŷ = bo.X1b1.X2b2.X3b3.X4b4.X5b5,

yang kemudian ditransformasikan kedalam bentuk log, sehingga persamaannya menjadi seperti ini:

ln Ŷi = bo + b1 lnX1i + b2 ln X2i +b3 lnX3i + b4 lnX4i + b5 lnX5i + μi

dimana:

X1 = Umur (thn)X2 = Pendidikan (thn)X3 = Jumlah anggota keluarga (org)X4 = Pengalaman berusahatani jagung (thn)X5 = Luas lahan garapan (ha) Y = Pendapatan usahatani jagung (Rp/ha)bo adalah konstanta (intersept), dan bi = I; 1,2,3,4,5, adalah koe isien regresi pada

masing-masing variabel bebas.

Hasil dan Pembahsan

Keragaan Karakteristik Petani JagungDefenisi karakteristik menurut para ahli

adalah itur pembeda dari seseorang/sesuatu, kualitas atau sifat atau watak dimana dalam biologi termasuk sebagai ciri-ciri isik didalam manusia tersebut. Karakteristik petani di Kabupaten Jeneponto, dapat dilihat pada Tabel 1.

yang digunakan sebagai bahan bakar pengganti bensin. Selama 5 tahun terakhir (2013-2017), luas panen jagung di Indonesia berkembang dengan laju 3,29%/th, di Sulawesi Selatan berkembang dengan laju 6,38%/th (Pusdatin 2016; BPS dan Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2017) sedang di Kabupaten Jeneponto berkembang dengan laju 0,21%/th (BPS Kabupaten Jeneponto, 2017). Produktivitas hasil mencapai 4,24 t/ha sampai 5,30 t/ha, masih rendah dibanding potensi varietas yang dapat mencapai 8,3 t/ha – 12,1 t/ha (Azrai 2013; Aqil et al. 2016), sehingga peluang peningkatan produktivitas dan produksi jagung terbuka luas. Siagian (2011) mengemukakan bahwa tanpa manajemen sumberdaya yang handal dan pengelolaan yang baik, maka pemanfaatan sumber-sumber lainnya menjadi tidak maksimal. Hasil penelitian Abdullah dan Amri (2006) menjelaskan bahwa setiap petani memiliki karakter yang berbeda yang melibatkan dirinya. Interaksi setiap karakter itu dengan unsur-unsur lingkungan hidupnya, akan membentuk kepribadian petani yang mempengaruhi orientas perilaku petani.

Petani yang berkualitas adalah petani yang memiliki kemampuan teknis dan manajerial dalam melaksanakan usahatani jagung. Kemampuan teknis berguna dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi usahatani, sedang kemampuan manajerial berguna dalam menge isiensikan dan mengefekti kan pengelolaan usahatani. Menurut Dewi (2009), dukungan karakteristik/kemampuan petani yang berada pada usia produktif, tingkat pendidikan yang cukup tinggi dan pengalaman berusahatani akan dapat memotivasi petani meningkatkan usahanya secara intensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakterisasi petani terhadap pendapatan usahatani jagung.

Bahan dan MetodePenelitian ini dilakukan di Desa Punagaya

dan Desa Tuju, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto. Provinsi Sulawesi Selatan, Juni 2013,

Page 36: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Margaretha Sadipun Lalu: Pengaruh Karakteris k Petani ...

34

Tabel 1. Karakteristik petani jagung di Kabupaten Jeneponto, 2013.

Karakteristi Petani Jagung Rata-rata KisaranUmur (th) 38 18 – 80Pendidikan (th) 7 0 – 16Jumlah Anggota Keluarga (Org) 4 0 – 8

Pengalaman berusahatani jagung (th) 23 3 – 65Luas lahan garapan (ha) 0,65 0,1 – 1 5Pendapatan Usahatani Jagung (Rp/ha) 4.324.044 2.800.000 – 20.455.000

Sumber: Data primer 2013

lebih besar, lebih cepat menerima hal-hal baru yang dianjurkan, berjiwa dinamis dan berani menanggung resiko (Soekartawi 2002).

Korelasi Karakteritik Petani dengan Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal yaitu terdiri dari umur, tingkat pendidikan, dan luas lahan yang dimiliki oleh petani. Faktor eksternal yaitu ketersedian sarana produksi dan modal (Suratiyah 2009). Sejauhmana karakteristi petani jagung dapat mempengaruhi pendapatan usahatani jagung, dapat dilihat pada hasil uji statistik (Tabel 2).

Tabel 1 terlihat bahwa karakteristik petani jagung di Kabupaten Jeneponto berdasarkan umur dan pengalaman usahatani masih tergolong muda sehingga memungkinkan petani lebih dinamis dan lebih mudah menerima inovasi baru, apalagi ditunjang dengan lahan garapan yang cukup besar (0,65 ha) dan jumlah anggota keluarga yang cukup dengan kisaran 0 – 8 orang. Besar kecilnya tanggungan keluarga yang dimiliki mempengaruhi tenaga kerja dan alokasi biaya usahatani sehingga mempengaruhi pendapatan usahatani jagung. Semakin muda umur petani, maka akan semakin bersemangat untuk mengetahui hal-hal baru sehingga mereka lebih cepat menerima adopsi inovasi (Lubis 2000). Umumnya petani yang berumur relatif muda dan sehat mempunyai kemampuan isik

Tabel 2. Analisis sidik ragam karakteristik petani jagung terhadap pendapatan usahatani jagungdi Kabupaten Jeneponto, 2013.

Sidik Ragam Db JK KT F hitung F Tabel 0,95 F Tabel 0,99

Regresi 5 34,943 6,984 8,643** 2,42 3,44Sisa 41 23,151 0,809Total 46 68,095 -

Sumber: data primer, diolah. 2013.** Sangat berbeda nyata

Hasil uji F pada Tabel 2, menunjukkan bahwa karakteristik petani jagung berupa umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengalaman usahatani, luas lahan garapan, secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatan usahatani. Hal senada juga dikemukakan oleh Rangkuti et al. (2014) bahwa secara simultan pendapatan usahatani jagung dipengaruhi oleh modal, luas lahan,

tenaga kerja, pengalaman dan jumlah anggota keluarga, sedang Susanti dan Rauf (2013) bahwa variabel bebas luas lahan, harga benih, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja, umur petani, pendidikan petani, dan harga jagung secara bersama-sama/simultan mempengaruhi pendapatan petani jagung manis di Desa SinduE, Kecamatan Sigi (Tabel 3).

Page 37: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

35

2 menunjukkan bahwa pendidikan formal petani tidak nyata penaruhnya terhadap pendapatan usahatani jagung di Kabupaten Jeneponto. Hal yang sama pada penelitian yang dilakukan oleh Susanti dan Rustam (2013) bahwa variabel pendidikan tidak nyata pengaruhnya terhadap pendapatan usahatani jagung manis di Desa Sidera dan penelitian Maramba (2018) di Desa Kiritana, Sumba. NTT, dan Harwati et al (2015) di Desa Sidodadi, Kendal. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pendapatan petani dalam usahatani jagung, diperlukan pendidikan non formal melalui kursus-kursus dan kunjungan lapang.

Jumlah Anggota KeluargaJ u m l a h t a n g g u n g a n ke l u a r g a a k a n

berpengaruh terhadap pola produksi, konsumsi, dan pendapatan petani sehingga petani harus berhati-hati dalam mengelola usahataninya. Jumlah anggota berpengaruh nyata secara negatif terhadap pendapatan usahatani jagung. Setiap peningkatan anggota keluarga sebesar 1%, secara nyata akan menurunkan pendapatan usahatani sebesar 0,65%. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Rangkuti et al. (2014), Harahap et al. (2013) bahwa jumlah tanggungan keluarga tidak mempengaruhi pendapatan petani.

Pengalaman berusahataniPengalaman berusahatani merupakan proses

belajar yang dapat mempermudah adopsi dan

Estimasi koe isien regresi pada Tabel 3 dapat ditulis dengan menggunakan pendekatan statistika sebagai berikut:

^Y = 15,451 – 1,009X1 + 0,128X2 - 0,659X3 + 1,437X4 + 1,479X5

Umur PetaniUmur seseorang dapat memperngaruhi

kemampuan dan prestasi bekerjanya serta mempengaruhi tingkat kematangan seseorang, yang sangat menentukan kesiapannya dalam berusahatani. Tabel 3 menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, secara statistik umur tidak memberi pengaruh yang nyata, namun nilai koe isien bertanda negatif menunjukkan bahwa peningkatan umur petani, berpeluang menurunkan pendapatan usahatani. Variabel umur petani tidak nyata, namun nilai koe isien bertanda negatif menunjukkan umur petani dapat mengurangi in-e isiensi teknis dan meningkatkan e isiensi teknis usahatani jagung (Silitonga 2017). Variabel umur merupakan salah satu faktor yang tidak berpengaruh terhadap adopsi varietas unggul jagung putih di Kabupaten Grobongan, Jawa Tengah (Femi et al. 2013; Aye et al. 2010; Kadar et al. 2016).

Pendidikan PetaniPe n d i d i ka n s a n ga t m e m p e n ga r u h i

kemampuan dan keterampilan dalam menentukan dan mengelola kegiatan usahataninya. Pada Tabel

Tabel 3. Koe isien regresi berganda karaktristik petani jagung terhadap pendapatan usahatani jagung di Kabupaten Jeneponto, 2013.

Variabel Karakteristik Petani βit hitung t tabel

5% 1%Konstanta (bo) 15,456 2,729** 2,42 1,68Umur (b1) -1,009 -0,370ns

Pendidikan (b2) 0,128 0,543ns

Jumlah anggota keluarga (b3) -0,659 -1,740*Pengalaman berusahatani (b4) 1,437 0,965ns

Luas lahan (b5) 1,479 4,724**

Sumber: data primer, diolah. 2013*: Nyata taraf 95%**: Sangat nyata taraf 99%

Page 38: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Margaretha Sadipun Lalu: Pengaruh Karakteris k Petani ...

36

penerapan teknologi yang dikembangkan secara dinamis, namun pengalaman usahatani yang lama tidak mencerminkan petani menerapkan teknologi anjuran Rukka et al. (2006) menjelaskan bahwa pengalaman petani dalam berusahatani jagung berpengaruh terhadap cara merespon suatu inovasi. Rata-rata pengalaman berusahatani di Kabupaten Jeneponto 3-65 tahun. Secara statisttik tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap pendapatan usahatani. Penelitian Harahap et al. (2013), Rangkuti (2014) dan Kadar et al. (2016) juga menunjukkan bahwa pengalaman berusahatani tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jagung.

Luas lahanLahan merupakan salah satu faktor penentu

tinggi rendahnya produksi yang dihasilkan. Semakin luas lahan yang digunakan, tentunya semakin besar pula peluang untuk menghasilkan produksi dan pendapatan yang lebih besar. Hasil uji t padaTtabel 3, menunjukkan terdapat pengaruh yang sangat nyata antara luas lahan terhadap pendapatan petani jagung. Setiap penambahan 1% lahan garapan , akan meningkatkan pendapatan usahatani jagung sebesar 1,48 %. Hal ini senada dengan Rangkuti et al (2014), menyatakan luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jagung. Susanti et al (2013) menyatakan bahwa luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jagung manis dan Damaryanti (2012) menyatakan bahwa luas lahan mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan.

Kesimpulan1. Karakteristik umur, pendidikan, jumlah ang-

gota keluarga, pengalaman usahatani dan luas garapan petani secara bersama-sama mem-beri pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan usahatani jagung.

2. Secara sendiri-sendiri/terpisah hanya luas lahan yang memberi pengaruh positif se-dang jumlah anggota keluarga yang mem-beri pengaruh negatif terhadap pendapatan usahatani jagung. Variabel umur, pendidikan

dan pengalaman berusahatani tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap pendapatan usahatani jagung.

Ucapan Terima KasihPenulis mengucapkan terima kasih kepada

Ir. Syuryawati MS dan Arsyad Biba, SSos. MS atas kerjasamanya dalam pelaksanaa penelitian ini.

Daftar PustakaAbdullah S. dan A. Jahi. 2006. Hubungan

karakteristik petani sayuran dengan pengetahuan mereka tentang pengelolaan usahatani sayuran di Kabupaten Kendari. Sultra. Jurnal Penyuluhan. Desember 2006, 2(4):1-8

Aqil M. dan R. Y. Arvan. 2016. Deskripsi varietas jagung. balai penelitian tanaman serealia. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan tanaman Pangan.

Aye G.C and E. D. Mungatana. 2010. Technical e isiency of traditional and hybrid maize farmers in Nigeria: Coumparison of altenative approaches Africa Journal of Agriculture Research 5(21):2907-2917

Azrai M. 2013. Jagung hibrida genjah. Prospek pengembangan menghadapi perubahan iklim. Iptek Tanaman Pangan 8(2):90-96

BPS Kabupaten Jeneponto. 2017. Kabupaten Jeneponto Dalam Angka. 2017. BPS Kabupaten Jeneponto.

BPS dan Ditjen Tanaman Pangan. 2017. Sub Sektor Tanaman Pangan. BPS dan Direktorat Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian.

Damaryanti, L. 2012. Pengaruh irigasi terhadap kesempatan kerja, kemiskinan dan ketahanan pangan rumah tangga tani di daerah irigasi Parigi Mautong. Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Dewi N. A. 2009. Analisis karakteristik dan tingkat pendapatan usahatani bawang merah di Sulawesi Tengah. Jurnal Agroland 16(1):53-59, Maret 2009.

Page 39: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

Bule n Peneli an Tanaman Serealia Vol. 2, No. 1, Juni 2018

37

Harahap AB, R. Ginting dan H. Hasyim. 2013. Pengaruh sumberdaya manusia (SDM) Petani terhadap pendapatan petani padi sawah. Jurnal on Social Economic of Agriculture and Agribusiness . 2(1)2013

Haryono. 2013. Dukungan Badan Litbang menuju pertanian bioindustri. Prosiding Seminar Nasional Serealia. Meningkatkan Peran Penelitian Serealia Menuju Pertanian Bioindustri. Balitbangtan. Puslitbangtan. Balitsereal.

Harwati M.I, S. Supardi dan D. Hastuti. 2015. Fa k t o r - fa k t o r ya n g m e m p e n g a r u h i Pendapatan Petani Jagung (Zea Maize) (Studi kasus: Di Desa Sidodadi, Kecamatan Pabean. Kabupaten Kendal. Mediagro 11(2):77-86

Kadar L, H. Siregar dan E. I. K. Putri. 2016. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adopsi varietas jagung putih di Kabupaten Grobongan. Jawa Tengah. Informatika Pertanian. Desember 25(2):215-220

Lubis S.N. 2000. Adopsi teknologi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. USU. Press Medan

Maramba U. 2018. Pengaruh karakteristik terhadap pendapatan petani jagung. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis 2(2):94-101

Olufemi, O., A. Aduba, J. Joseph and O. David. 2013. Technical E isiency of Smallholder aize Farmers in Nigeria. The Stochastic Frontier Aproaches Global Journal Of Current Research 1(4)132-140

Pusdatin. 2016. Jagung. Outlook. Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Pusat Data dan

Sistem Informasi Pertanian. Kementerian Pertanian.

Rangkuti , K., S. Siregar, M. Thamrin, dan D. Andriano. 2014. Pengaruh Faktor-faktor Social Ekonomi terhadap Pendapatan Petani Jagung. Agrium 19(1):52-58

Rukka, H., Buhaera, dan Sunaryo. 2006. Hubungan karakteritik petani dengan respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah (Oryza sativa L.). Jurnal Agrisistem, 2(1)12-18. Juni 2006.

Siagian, Sondang P. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.

Silitonga Y.P. 2017. Analisis e isiensi usahatani jagung pada lahan kering melalui penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) di Provinsi Jawa Barat. Informatika Pertanian, 25(2):199-214

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.

Soekartawi. 2011. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Pers Jakarta

Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suryana, A. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. BPFE, Yogyakarta.

Susanti dan R. A. Rauf. 2013. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung manis. Kasus: Di Desa Sidera, Kecamatan Sigi-Biromaru, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulteng. e-j Agrotekbis I(5): 500-508. Desember 2013.

Page 40: BULETIN PENELITIAN Tanaman Serealia Vol. 2 No. 1 2018balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/11/vol... · Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok,

PEDOMAN BAGI PENULIS

RUANG LINGKUP. Buletin Serealia memuat tulisan primer hasil penelitian tanaman serealia dari berbagai disiplin ilmu mencakup plasmanutfah dan pemuliaan, fisiologi/budidaya, perlindungan tanaman, pascapanen, dan sosial ekonomi termasuk kebijakan pengembangan tanaman serealia. Naskah yang dikirim untuk diterbitkan hendaknya belum pernah diterbitkan atau sedang dikirimkan untuk diterbitkan di penerbitan lainnya.

BAHASA. Buletin Serealia memuat karangan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Setiap naskah dilengkapi dengan abstrak Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Bahasa Indonesia yang digunakan mengikuti aturan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa).

NASKAH. Naskah yang dikirim adalah naskah primer; disusun dengan urutan;Judul tulisan (dwi bahasa). Nama penulis (disertai nama lembaga asal penulis dan alamatnya, termasuk email penulis); Abstrak Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (lengkap dengan judul dan kata kunci untuk masing-masing abstrak); Pendahuluan, diikuti Sub-Judul (sesuai dengan materi tulisan); Kesimpulan, Ucapan Terima Kasih (bila perlu), diakhiri dengan Daftar Pustaka. Panjang Abstrak maksimal 250 kata.

Naskah. Diketik dengam program MS Word, Times New Roman 12 point, dua spasi, jarak kanan dan kiri 2 cm dari pinggir kertas. Panjang naskah maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. Naskah tercetak diserahkan ke Redaksi rangkap 2 (dua), disertai file. File gambar asli harus disertakan.

Pustaka (literatur). Komposisi pustaka acuan adalah 80% terbitan lima tahun terakhir dan 80% dari terbitan sumber acuan primer. Pengacuan pustaka (literatur) di dalam teks menggunakan nama penulis, diikuti tahun terbit tulusan. Setiap pustakan yang disitir harus tercantum dalam daftar pustaka, dan disusun menurut abjad sesuai nama penulis. Pustaka harus mencerminkan secara benar tetang judul tulisan, penulis (-penulis), halaman, penyunting (jika bagian dari suatu buku, prosiding, bunga rampai), penerbit, dan kota terbit. Penyingkatan judul terbitan dan penerbit harus mengikuti aturan standar.

Tabel. Jumlah kolom, panjang baris, dan penggunaan digit dalam tabel hendaknya tidak berlebihan. Setiap tabel harus diberi judul secara singkat tetapi jelas dengan keterangan secukupnya, sehingga dapat disajikan secara mandiri. Tiap tabel harus disitir dalam teks.

Ilustrasi. Ilustrasi berupa gambar (termasuk foto, grafik, bagan, dan yang lainnya), harus tajam dan jelas sehingga memungkinkan pengecilan dalam proses pencetakan. Ilustrasi yang dibuat dengan program komputer atau foto digital hendaknya disertakan file aslinya. Setiap gambar harus diberi nomor urut dan disitir dalam teks. Keterangan yang dimuat pada ilustrasi harus cukup jelas agar disajikan secara mandiri.

Satuan Ukuran. Di dalam teks, tabel, dan ilustrasi menggunakan sistem metrik atau Satun Internasional (SI) misalnya dalam satuan micron, mm, cm, kg, untuk panjang: cm3, liter untuk volume; dan g, kg, ton untuk bobot. Hindari pemakaian satuan yang berlaku terbatas, misalnya kuintal, pikul, dan lain sebagainya.

PROSES PENYUNTINGAN. Redaksi berhak melakukan koreksi dan perbaikan serta mengubah format sesuai dengan kebijakan Redaksi tanpa mengubah maknanya. Redaksi berhak menolak naskah yang tidak sesuai atau tidak mengikuti pedoman penulisan. Redaksi akan mengembalikan naskah kepada penulis untuk diperbaiki seuai dengan koreksi Redaksi atau Mitra Bestari. Penulis diharapkan segera mengembalikan perbaikan naskah agar dapat diterbitkan pada waktunya. Kepada penulis pertama diberikan dua eksemplar Buletin Serealia ditambah 5 eksemplar cetak lepas (reprint).