Buku Putih LUSI - Draft 2

14
1 Penanganan Semburan Lumpur Panas di Sidoardjo Latar Belakang Bencana semburan lumpur panas di Porong-Sidoarjo ini merupakan bencana yang diakibatkan oleh kegiatan industri, dalam hal ini PT. Lapindo Brantas, yang sejak awal bencana ini telah berupaya menunjukkan tanggung jawabnya dalam menanggulangi dampak secara langsung. Mengingat besarnya dampak semburan lumpur panas tersebut terhadap kehidupan masyarakat, khususnya di Kabupaten Sidorajo dan di Jawa Timur pada umumnya, Pemerintah menaruh perhatian yang besar dalam penanganan dampak semburan lumpur panas ini. Dalam beberapa kesempatan, Presiden Susilo B. Yudhoyono memberi arahan agar penanggulangan dampak semburan lumpur panas di Sidoardjo ini diupayakan sepenuh tenaga dengan memberikan prioritas pada: Pencegahan jatuhnya korban jiwa dan perlindungan keselamatan penduduk di lokasi kejadian semburan lumpur panas tersebut, Upaya memberikan alternatif sumber penghidupan bagi masyarakat yang terkena dampak langsung dan melindungi kehidupan masyarakat yang tergantung pada kelestarian ekosistem Sungai dan Pesisir Laut di kabupaten Sidoardjo dan sekitarnya. Kementerian Lingkungan Hidup telah dan akan terus berupaya sekuat tenaga untuk membantu mencari dan mengembangkan solusi penanganan lumpur panas di Porong Sidoarjo. Melalui kesempatan ini kami mengajak para pihak di Jawa Timur untuk mengembangkan kreatifitas dalam upaya mencari solusi penanganan lumpur panas ini di dalam koridor ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Transcript of Buku Putih LUSI - Draft 2

Page 1: Buku Putih LUSI - Draft 2

1

Penanganan Semburan Lumpur Panas di Sidoardjo

Latar Belakang

Bencana semburan lumpur panas di Porong-Sidoarjo ini merupakan

bencana yang diakibatkan oleh kegiatan industri, dalam hal ini PT.

Lapindo Brantas, yang sejak awal bencana ini telah berupaya

menunjukkan tanggung jawabnya dalam menanggulangi dampak secara

langsung. Mengingat besarnya dampak semburan lumpur panas

tersebut terhadap kehidupan masyarakat, khususnya di Kabupaten

Sidorajo dan di Jawa Timur pada umumnya, Pemerintah menaruh

perhatian yang besar dalam penanganan dampak semburan lumpur

panas ini. Dalam beberapa kesempatan, Presiden Susilo B. Yudhoyono

memberi arahan agar penanggulangan dampak semburan lumpur panas

di Sidoardjo ini diupayakan sepenuh tenaga dengan memberikan

prioritas pada:

• Pencegahan jatuhnya korban jiwa dan perlindungan keselamatan

penduduk di lokasi kejadian semburan lumpur panas tersebut,

• Upaya memberikan alternatif sumber penghidupan bagi

masyarakat yang terkena dampak langsung dan melindungi

kehidupan masyarakat yang tergantung pada kelestarian

ekosistem Sungai dan Pesisir Laut di kabupaten Sidoardjo dan

sekitarnya.

Kementerian Lingkungan Hidup telah dan akan terus berupaya sekuat

tenaga untuk membantu mencari dan mengembangkan solusi

penanganan lumpur panas di Porong Sidoarjo. Melalui kesempatan ini

kami mengajak para pihak di Jawa Timur untuk mengembangkan

kreatifitas dalam upaya mencari solusi penanganan lumpur panas ini di

dalam koridor ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Page 2: Buku Putih LUSI - Draft 2

2

Upaya penegakan peraturan dan standar lingkungan yang telah kita

miliki merupakan tugas mulia dalam menjaga keselamatan masyarakat

setempat, baik yang sudah menjadi korban maupun yang berpotensi

menjadi korban pada bulan-bulan mendatang.

Pada kesempatan terdahulu, KLH menerima masukan dari berbagai

pakar tentang kemungkinan melakukan pembuangan air lumpur yang

telah diolah ke Selat Madura selepas muara sungai Porong. Sampai hari

ini, KLH masih mempelajari alternatif lokasi pelepasan air dari lumpur

panas tersebut yang paling kecil resiko kerusakan lingkungannya.

Perubahan Situasi

Ketika semburan lumpur terjadi pertama kali di sekitar Sumur Banjar

Panji 1 (BJP-1), volume lumpur yang dihasilkan masih pada tingkat

5,000 meter kubik per hari. Lubang semburan terjadi di beberapa

tempat, sebelum akhirnya menjadi satu lubang yang dari waktu ke

waktu menyemburkan lumpur panas dengan volume yang terus

membesar. Bahkan, salah seorang ahli Geologi independen menilai

bahwa semburan lumpur panas di Sidoardjo tidak lagi keluar dari

sebuah lubang akan tetapi melalui sebuah bidang semburan yang cukup

luas dan karenanya hampir tidak mungkin dihentikan semburannya.

Seiring dengan perjalanan

waktu, upaya-upaya untuk

menghentikan semburan

lumpur panas mengalami

kegagalan. Bila tadinya

semburan lumpur

diperkirakan dapat diatasi

dalam satu bulan, ternyata tenggat waktunya mundur menjadi bulan

Juli, dan lalu diundur lagi menjadi awal September. Ketika bulan

Page 3: Buku Putih LUSI - Draft 2

3

September tiba, tenggat waktunya ditunda lagi menjadi Desember, dan

saat laporan ini ditulis, Tim Nasional Penanggulangan Semburan

Lumpur di Sidoardjo memperoleh laporan bahwa upaya penghentian

semburan lumpur dengan membuat sumur-sumur pemadam semburan

(relief wells) sebanyak 3 buah mengalami hambatan. Baru satu sumur

pemadaman semburan yang berhasil didirikan dan karenanya

diperkirakan upaya pemadaman dengan relief wells itu baru dapat

menghentikan semburan lumpur paling cepat pada bulan Januari 2007.

Perubahan-perubahan tenggat waktu tersebut, menghasilkan skenario

penanganan akumulasi lumpur panas yang berbeda. Rencana

penanggulangan dampak negatif lumpur di dalam waduk/kolam yang

dibangun dengan tanggul-tanggul sementara, terus mengalami

perubahan. Dari dua kolam menjadi lima kolam dan dari ketinggian

tanggul 5 meter menjadi belasan meter.

Permasalahan penanganan lumpur panas ini menjadi jauh lebih berat

akibat membesarnya volume lumpur panas yang disemburkan, dari

antara 40,000 m3 sampai 50,000 m3 menjadi 126,000 m3 per hari,

sehingga yang akan dibuang tidak hanya air dari lumpur tersebut, akan

tetapi keseluruhan lumpur panas yang menyembur di sekitar sumur

Banjar Panji 1. Kebijakan Pemerintah pada akhir bulan September

2006 untuk mengalirkan lumpur panas tersebut ke Kali Porong adalah

kebijakan darurat bencana yang sering dikenal sebagai ‘force

majeur’. Begitu semburan lumpur panasnya berkurang dan turun

kembali menjadi dibawah 50,000 m3 per hari, maka penanganan lumpur

tersebut dikembalikan ke upaya pencegahan meluasnya kerusakan

lingkungan dengan mengolah lumpur di dalam tanggul yang telah

didirikan dan akan terus diperkuat. Air dari lumpur tersebut dapat

dibuang ke Selat Madura setelah melalui proses pengolahan, sehingga

tidak membawa dampak penurunan kualitas air di Selat Madura.

Page 4: Buku Putih LUSI - Draft 2

4

Kegagalan menghentikan semburan lumpur panas ini, seperti yang kita

ketahui bersama, menyebabkan banyak anggota masyarakat di

Sidoardjo menjadi korban. Potensi kerusakan lingkungan yang

ditimbulkan dari pelepasan lumpur ini ke kali Porong dapat meluas ke

kawasan yang melampaui batas wilayah Kabupaten Sidoardjo.

Berdasarkan analisa beberapa laboratorium di dalam dan di luar negeri,

ditemukan bahwa lumpur panas yang keluar dari perut bumi ini

bukanlah bahan yang beracun atau berbahaya. Permasalahan terbesar

dari lumpur panas ini adalah volume yang menyembur sekitar 120,000

sampai 130,000 m3 setiap harinya. Seandainya ke delapan desa di

sekitar sumur BJP-1 ditimbun petis udang sebanyak 12,000 truk setiap

hari, maka bahan makanan yang enak dibuat rujak dan sambal tersebut

akan menenggelamkan rumah, sawah, sekolah dan pabrik disekitarnya.

Apabila petis udang sebanyak satu buah truk tumpah di halaman rumah

kita, akan terjadi kerepotan yang cukup melelahkan untuk

membersihkannya, apalagi bila yang dibuang jumlahnya mencapai

12,000 truk setiap hari selama berbulan-bulan. Bayangkan apa yang

akan terjadi dengan kali Porong, kalau kita menyiram kali tersebut

dengan petis udang sebanyak 12,000 truk setiap hari selama tiga bulan.

Pada akhir bulan Desember 2007, kita akan punya pasokan yang cukup

untuk membuat rujak cingur dan rujak petis bagi semua penduduk Jawa

Timur selama beberapa generasi.

Lalu kenapa lumpur panas itu disetujui untuk dibuang, tanpa

pengolahan, di kali Porong?

Jawabannya sederhana, tidak ada tanggul yang dapat dibangun dalam

waktu singkat untuk menyimpan lumpur panas yang menyembur

dengan volume 126,000 m3 per hari. Kita sudah tiba pada batas

kemampuan teknologi untuk menyimpan lumpur tersebut dalam waduk-

waduk yang dibangun oleh Departemen PU dan satuan Zeni Angkatan

Darat selama 3 bulan terakhir.

Pilihan penyaluran lumpur

panas yang tersedia pada

pertengahan September

2006 hanya tinggal dua.

Pilihan pertama adalah

meneruskan upaya

penangangan lumpur di

lokasi semburan dengan membangun waduk tambahan di sebelah

tanggul-tanggul yang ada sekarang. Dengan sedikit upaya untuk

Page 5: Buku Putih LUSI - Draft 2

5

menggali lahan ditempat yang akan dijadikan waduk tambahan tersebut,

daya tampungnya menjadi lebih besar.

Masalahnya, untuk membebaskan lahan disekitar waduk diperlukan

waktu, begitu juga untuk menyiapkan tanggul yang baru, sementara

musuh terbesar kita adalah berlangsung semburan lumpur secara terus

menerus, dari hari ke hari dengan volume yang terus membesar.

Pilihan kedua adalah

membuang langsung

lumpur panas itu ke kali

Porong. Sebagai tempat

penyimpanan lumpur, Kali

Porong ibarat waduk yang

telah tersedia, tanpa perlu

digali, memiliki potensi volume penampungan lumpur panas yang

cukup besar. Dengan kedalaman 10 meter di bagian tengah kali tersebut,

bila separuhnya akan diisi lumpur panas Sidoardjo, maka potensi

penyimpanan lumpur di Kali Porong sekitar 300,000 m3 setiap

kilometernya. Dengan kata lain, kali Porong dapat membantu

menyimpan lumpur sekitar 5 juta m3, atau akan memberikan tambahan

waktu sampai lima bulan bila volume lumpur yang dipompakan ke Kali

Porong tidak melebihi 50,000 m3 per hari. Bila yang akan dialirkan ke Kali Porong adalah keseluruhan lumpur

yang menyembur sejak awal Oktober 2006, maka volume lumpur yang

akan pindah ke Kali Porong mencapai 10 juta m3 pada bulan Desember

2006. Volume lumpur yang begitu besar membutuhkan frekuensi dan

volume penggelontoran air dari Sungai Brantas yang tinggi, dan

kegiatan pengerukan dasar sungai yang terus menerus, agar Kali Porong

tidak berubah menjadi waduk lumpur. Sedangkan untuk mencegah

pengembaraan koloida lumpur Sidoardjo di perairan Selat Madura,

diperlukan upaya pengendapan dan stabilisasi lumpur tersebut di

kawasan pantai Sidoardjo.

Relokasi Penduduk Korban Lumpur

Keputusan untuk memberikan Ganti Untung penduduk yang rumah dan

sawahnya tenggelam oleh lumpur panas Sidoardjo sudah menjadi tekad

pemerintah sejak bulan Juli 2006. Sampai bulan September 2006,

tercatat 8 (delapan) desa, yaitu Siring, Kedungbendo, Jatirejo,

Renokenongo, Pejarakan, Mindi, Besuki dan Kedungcangkring,

Page 6: Buku Putih LUSI - Draft 2

6

dinyatakan berada diatas lahan yang tidak layak huni sehingga

penduduknya harus direlokasi.

Kepada penduduk dari delapan desa tersebut diberikan tiga alternatif

pilihan, mulai dari 1) pembayaran untuk penggantian rumah dan lahan

yang tenggelam, lalu penduduk akan pindah ke rumah baru yang

mereka pilih sendiri, 2) penggantian rumah dan lahan yang tenggelam

dengan rumah dan lahan yang lebih baik di kawasan pemukiman baru

dengan fasilitas setara real estate, 3) penggantian rumah saja tanpa

penggantian untuk lahan yang tenggelam.

Lokasi baru pemukiman penduduk korban lumpur Sidoardjo berada di

kawasan sebelah barat Kecamatan Porong. Proses negosiasi dengan

masyarakat korban dan proses pembebasan lahan pemukiman baru

sudah dimulai, dan diharapkan selesai dalam tiga bulan mendatang.

Antisipasi kegagalan mengehentikan semburan lumpur.

Salah satu usaha yang berjalan seiring dengan penerapan pilihan

pengaliran lumpur ke Kali Porong adalah persiapan lokasi

penampungan lumpur di tempat lain, misalnya di bekas lokasi galian

tambang pasir di Ngoro atau di Kali Mati, sehingga terhitung sejak

Januari 2007, sudah dapat diterapkan konsep pengelolaan lumpur yang

berjangka waktu beberapa tahun. Sebuah kemajuan dari pengelolaan

lumpur saat ini yang hanya

merencanakan sejauh dua

sampai tiga bulan ke depan.

Kerusakan lingkungan yang

ditimbulkan dari kebijakan

pengaliran jutaan m3 lumpur

yang menyerupai petis udang ini ke Selat Madura akan sangat luas, bila

yang dilakukan adalah sekedar mengalirkan lumpur tersebut ke Kali

Porong. Sekitar 16,000 hektar tambak di sepanjang dan di sekitar muara

Kali Porong akan mengalami

proses sedimentasi dalam skala

yang besar dan sangat cepat.

Kabupaten Sidoardjo akan

menjadi daerah yang rawan

banjir bila terjadi pendangkalan

di Kali Porong. Selain itu

perairan Selat Madura akan

Page 7: Buku Putih LUSI - Draft 2

7

menjadi keruh, karena sebagian besar lumpur tersebut tidak bisa

mengalir keluar dari Selat Madura.

Untuk mengurangi dampak negatif pendangkalan Kali Porong, akan

dilakukan pengerukan dasar Kali Porong secara berkala sehingga dapat

dicegah terjadinya pendangkalan sungai pada tingkat yang

menyebabkan timbulnya banjir. Penimbunan dasar Kali Porong dengan

lumpur panas Sidoardjo diperkirakan oleh para pakar dapat

memperlancar arus air

dan mengurangi proses

sedimentasi, sampai batas

tertentu. Bila batas

pendangkalan tersebut

terlampaui, akan terjadi

kerusakan lingkungan.

Pendangkalan tersebut akan meningkatkan intensitas banjir pada musim

hujan dan pencemaran tambak ikan dan udang di sepanjang dan di

muara Kali Porong.

Untuk mengurangi dampak negatif pemanfaatan Kali Porong sebagai

saluran pembuangan lumpur bagi masyarakat pemanfaat air Kali

Porong, diusulkan agar sebagian aliran air di Kali Porong disalurkan

lewat pipa atau saluran terbuka pada bagian hulu sebelum titik

pembuangan lumpur untuk menjamin pasokan air bagi keperluan irigasi

dan pertambakan masyarakat di bagian hilirnya.

Studi beberapa pakar dari perguran tinggi di Jawa Timur menemukan

bahwa air laut di Selat Madura hanya mengalir bolak-balik dari Barat ke

Timur dan dari Timur ke Barat sesuai dengan pasang naik dan pasang

surutnya perairan Selat Madura. Puluhan ribu masyarakat kabupaten

Sidoarjo, kabupaten Pasuruan, kotamadya Surabaya dan mungkin

kabupaten Probolinggo yang hidupnya bergantung pada tambak udang

dan ikan akan terancam sumber kehidupannya. Berkurangnya

pendapatan nelayan yang menangkap ikan lemuru, ikan layang dan ikan

tongkol sejak belasan kilometer di timur muara Kali Porong sampai ke

sebelah Timur Selat Madura, adalah dampak yang sangat mungkin

dirasakan sejak pertengahan tahun 2007, apabila lumpur Sidoardjo di

buang ke Selat Madura.

Seandainya pihak BP Migas dan Lapindo Brantas berhasil

menghentikan semburan lumpur tersebut sebelum tanggal 5 Oktober,

tidak akan ada dampak negatif yang tersisa di kali Porong dan

dikawasan sekitar lokasi semburan. Bila semburan lumpur tersebut

Page 8: Buku Putih LUSI - Draft 2

8

berhenti akhir pekan ini, maka upaya penanggulangan kerusakan

lingkungannya hanyalah terbatas pada kegiatan rehabilitasi kawasan

seluas 400an hektar yang sudah berubah menjadi bukit lumpur dengan

ketinggian belasan meter dari permukaan tanah sekitarnya.

Kegagalan menghentikan semburan lumpur sampai hari ini, tidak

mengurangi tekad Kementerian Lingkungan Hidup untuk mengurangi

dampak negatif lumpur tersebut, meskipun pilihan-pilihan upaya

penanggulangan dampaknya semakin terbatas karena volume semburan

lumpur setiap harinya terus bertambah besar.

Yang saat ini dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama

dengan Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoardjo

adalah melakukan pengkajian yang mendalam terhadap resiko

kerusakan lingkungan bila lumpur tersebut dipindahkan ke bekas lokasi

galian tambang di Ngoro, di Kali Mati, di Kali Porong dan di beberapa

titik di kawasan pantai di sekitar muara sungai Porong. Alternatif

pembentukan delta di muara Kali Porong atau lahan basah baru dengan

hutan bakau di kawasan pantai sebelah utara muara Kali Porong adalah

dua alternatif lokasi penempatan lumpur Sidoardjo, yang merupakan

bagian dari solusi jangka panjang pengelolaan lumpur tersebut.

Page 9: Buku Putih LUSI - Draft 2

9

Para pakar yang melakukan simposium di ITS pada minggu kedua

September, menyampaikan informasi bahwa kawasan pantai di

Kabupaten Sidoardjo mengalami proses reklamasi pantai secara alamiah

dalam beberapa dekade terakhir disebabkan oleh proses sedimentasi dan

dinamika perairan Selat Madura. Setiap tahunnya, pantai Sidoardjo

bertambah 40 meter. Sehingga upaya membentuk kawasan lahan basah

di pantai yang terbuat dari lumpur panas Sidoardjo, merupakan hal yang

selaras dengan proses alamiah reklamasi pantai yang sudah berjalan

beberapa dekade terakhir. Sebesar apa pantai rawa buatan di Sidoardjo

tersebut dapat dibentuk tergantung dari hasil kajian yang akan dilakukan

dalam waktu singkat, terutama untuk menentukan lokasi yang

memungkinkan tanaman mangrove atau hutan bakau tumbuh dengan

baik. Dengan mengumpulkan lumpur panas Sidoardjo ke tempat yang

kemudian menjadi lahan basah yang akan ditanami oleh mangrove,

lumpur tersebut dapat dicegah masuk ke Selat Madura sehingga tidak

mengancam kehidupan nelayan tambak di kawasan pantai Sidoardjo dan

nelayan penangkap ikan di Selat Madura. Pantai rawa baru yang akan

menjadi lahan reklamasi tersebut dikembangkan menjadi hutan bakau

yang lebat dan subur, yang bermanfaat bagi pemijahan ikan, daerah

penyangga untuk pertambakan udang dan sekalihgus. Pantai baru

dengan hutan bakau diatasnya dapat ditetapkan sebagai kawasan

lindung yang menjadi sumber inspirasi dan sarana pendidikan bagi

masyarakat terhadap pentingnya pelestarian kawasan pantai. Keputusan Rapat Kabinet pada pertengahan minggu ketiga September

2006 untuk membuang lumpur panas Sidoardjo langsung ke Kali

Porong, merupakan pilihan yang terbaik dari beberapa pilihan buruk

yang tersedia. Tidak saja keputusan itu dilakukan karena terjadinya

peningkatan volume semburan lumpur dari 50,000 meter kubik per hari

menjadi 126,000 meter kubik per hari, tetapi juga karena Keputusan

Page 10: Buku Putih LUSI - Draft 2

10

Rapat Kabinet tersebut dapat memberikan waktu untuk mengupayakan

penghentian semburan lumpur tersebut dan sekaligus mempersiapkan

alternatif penanganan yang lain, seperti pembentukan lahan basah

(rawa) baru di kawasan pantai Kabupaten Sidoardjo.

Langkah untuk melakukan adaptasi terhadap kenyataan membukitnya

jutaan meter kubik lumpur yang menyembur di sekitar sumur BJP-1

juga sudah mulai dilakukan. Persiapan revisi Tata Ruang Kabupaten

sedang berjalan, begitu pula kegiatan untuk memindahkan jalur jalan tol

dan jalur kereta api yang semakin hari semakin rawan dari timbunan

lumpur panas, akibat berlanjutnya semburan lumpur panas tersebut.

Pemanfaatan Lumpur Sidoardjo

Pemerintah juga melanjutkan upaya pemanfaatan lumpur yang terus

menggunung di Porong Sidoardjo tersebut. Salah satu lokasi industri

pemanfaatan lumpur yang sudah diusulkan adalah di Ngoro.

Pemanfaatan lumpur dalam skala industri, akan mengurangi kebutuhan

lahan untuk menyimpan lumpur dan membuka lapangan kerja baru,

yang berguna bagi penduduk yang rumah dan sawahnya sudah

tenggelam akibat semburan lumpur tersebut.

Lumpur panas Sidoardjo tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan

bangunan, bahan pembuatan jalan raya, sebagai campuran pupuk dan

berbagai pemanfaatan lain. Kemungkinan untuk mengubah “bencana

lumpur” menjadi “anugerah lumpur” terbuka luas. Peran aktif sektor

swasta, instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan

perguruan tinggi akan memudahkan pengelolaan dampak lingkungan

dan sosial yang kian hari kian bertambah seiring dengan berlanjutnya

kegiatan semburan lumpur panas tersebut.

Kerjasama yang baik antar stakeholders di Sidoarjo maupun di Jawa

Timur dan Jakarta, dapat mencegah meluasnya konflik dan mengurangi

Page 11: Buku Putih LUSI - Draft 2

11

kesimpang-siuran informasi, terutama yang menyangkut dampak dari

pilihan langkah penanganan semburan lumpur panas tersebut, yang

telah dan yang akan dilakukan.

Permasalahan yang perlu segera diatasi

Musim hujan sudah di ambang pintu. Antisipasi terhadap datangnya

hujan dengan mengalirkan lumpur ke pantai melalui Kali Porong akan

menghasilkan masalah-masalah baru. Persoalan pertama yang harus

diatasi adalah menemukan cara yang paling efektif untuk mengalirkan

lumpur yang kental, serupa petis udang tersebut, ke pantai. Meskipun

tersedia teknologi pemompaan lumpur melalui pipa sepanjang 18 km ke

tepi pantai, diperlukan sumber tenaga listrik yang sangat besar dan

pembiayaan yang mencapai ratusan juta dollar untuk menerapkan

pilihan transportasi lumpur ini.

Alternatif transportasi lain, disampaikan oleh Departemen Perhubungan,

menggunakan beberapa kapal keruk yang sambung menyambung dari

lokasi masuknya lumpur ke Kali Porong sampai ke tepi pantai

Sidoardjo. Usulan ini, meskipun diatas kertas terkesan sederhana, perlu

diuji kehandalannya dengan sesegera mungkin mendatangkan beberapa

kapal keruk ke Kali Porong.

Persoalan yang kedua adalah pemilihan teknologi pembuatan lahan

basah atau rawa buatan di tepi pantai Sidoardjo. Departemen Kelautan

dan Perikanan (DKP), yang menjadi promotor usulan ini merencanakan

untuk menerapkan teknologi reklamasi yang digunakan Singapura,

bahkan dengan mendatangkan kontraktor internasional yang sudah

bekerja bertahun-tahun melakukan reklamasi disana. Untuk keperluan

pembuatan lahan basah baru dengan bahan baku lumpur Sidoardjo ini,

Page 12: Buku Putih LUSI - Draft 2

12

pihak DKP bahkan sudah memiliki anggaran yang cukup besar untuk

bisa dengan segera memulai penerapan gagasan tersebut.

Berbagai aspek teknis pengelolaan lumpur tersebut dari BJP-1 sampai

pantai Sidoardjo masih harus dianalisa dan diperdebatkan sehingga

dapat dipilih teknologi pengelolaan

lumpur yang handal dan yang tidak

berdampak negatif terhadap

kelangsungan hidup masyarakat pantai

dan nelayan yang sebagian besar berada

di bawah garis kemiskinan.

Bukan matinya ikan, terumbu karang dan bentos yang menjadi fokus

kepedulian Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), akan tetapi nasib

puluhan ribu nelayan dan petambak di sepanjang pantai barat pulau

Jawa dan pantai selatan dan timur pulau Madura yang dipertaruhkan

dalam kebijakan mengalirkan

lumpur panas Sidoardjo ke

Selat Madura. Oleh karenanya,

KLH pada saat ini

mempersiapkan titik-titik

pemantauan di sepanjang Kali Porong,

pantai Sidoardjo dan di Selat Madura, yang

akan berfungsi sebagai mekanisme deteksi

dini seandainya teknologi yang dipilih oleh

Tim Nasional Penanggulangan Semburan

Lumpur di Sidoardjo kemudian ditemukan menyebabkan masalah baru

yang mengancam kehidupan

masyarakat Jawa Timur yang lain.

Early warning system yang akan

dibangun KLH dalam waktu singkat

ini diharapkan mampu mencegah

meluasnya kerusakan lingkungan

yang telah terjadi di sekitar BJP-1.

Adalah tugas Kementerian Lingkungan Hidup untuk menggalang

kemampuan berbagai pihak dalam mengendalikan dampak yang

mungkin timbul dari penerapan beberapa pilihan tersebut, sampai ke

ujung batas penguasaan ilmu pengetahuan kita.

---

Page 13: Buku Putih LUSI - Draft 2

13

DAFTAR PUSTAKA

Awad, A., 2006. Overview of Risk Factors Associated With Disposal of Sidoarjo Mud at Sea. Symposium Presentation Report, Prepared for UNDP & Ministry of Environment Jakarta, Indonesia. Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya 12 p.

Bachtiar, A., 2006. Banjarpanji ”Mud Volcano in the Making” Tinjauan Geologi Lumpur Porong. Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya. 43 hal.

Diposaptono, S., 2006. Dampak Pembuangan Air Lumpur Lapindo ke Laut Terhadap Lingkungan Pesisir dan Laut. Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya. 142 hal.

Djajadiningrat, A. 2006. Mengenal Lebih Dalam Semburan Lumpur Panas Kasus Porong Sidoarjo. Paper Pendukung, Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya. 6 hal.

Hadi, M.S., 2006. Telaah -- Sudahkah Alam Jadi Acuan Dalam Kasus Lumpur Sidoarjo. Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya. 4 hal.

Indonesia Petroleum Association (IPA) dan Environment and Safety Committee (ESC). 2006. Pembuangan Lumpur Porong – Sidoarjo ke Laut? Paper Pendukung, Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya. 7 hal.

Soesilo, Indrojono, Kepala BRKP Departemen Kelautan dan Perikanan, ”Rawa Buatan Dari Lumpur Sidoardjo”, Persentasi pada Rapat Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur Sidoardjo, 29/9/2006.

ITS Surabaya, 2006. Integrated G-G Study of Mud Extrusion And Its Controlling Factors in Banjarpanji Area. Paper Pendukung, Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya. 23 hal.

Lubis, S., 2006. Dimana Tempat Yang Pantas Bagi Lumpur Porong Diendapkan, Dasar Laut Selat Madura?: Tinjauan Aspek Geologi

Kelautan. Paper Pendukung, Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya. 9 hal.

McLachlan-Karr, J., 2006. Sidoarjo Mud Emergency Response, Consultant Report Ecological Engineering Approach. Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya. 26 p.

Prartono, T., 2006. Fate Material Lumpur Panas Banjar Panji I, Kabupaten Sidoarjo ke Lingkungan Laut. Paper Pendukung, Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya. 11 hal.

Prijatna, R., 2006. Apakah Laut Menjadi Pilihan Terakhir?. Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya. 31 hal.

Pudjiastuti, L., 2006. Karakteristik Semburan Lumpur Panas Porong Sidoarjo. Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya. 18 hal.

Putra, K. S., A. Awad, and J. McLachlan Karr, 2006. Disposal of Sidoarjo Mud to the Aquatic Environment: An Overview of Risk Factors. Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya. 22 hal.

Rumiati, A.T., 2006. Dampak Sosial Semburan Lumpur Porong dan Usulan Penanganannya. Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya. 11 hal.

Tim Pusarpedal Deputi VII KLH, 2006. Hasil Pemantauan Kualitas Lingkungan di Sekitar Semburan Lumpur Panas Wilayah PT Lapindo Brantas Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Paper Pendukung, Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya. 33 hal.

Usman, E., M. Salahuddin, DAS. Ranawijaya dan J. P. Hutagaol, 2006. Alternatif Tempat Penempatan Akhir Lumpur Sidoarjo Berdasarkan Aspek Geologi Kelautan. Paper Pendukung, Simposium Nasional: Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut? Surabaya. 13 hal.

Page 14: Buku Putih LUSI - Draft 2

14

Penanganan Semburan Lumpur Panas di Sidoardjo

KEMENTRIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

Oktober 2006

www.menlh.go.id