Buku Acuan Fr Angulus

download Buku Acuan Fr Angulus

of 6

Transcript of Buku Acuan Fr Angulus

  • 7/25/2019 Buku Acuan Fr Angulus

    1/6

    BUKU ACUAN FR ANGULUS

    I. GAMBARAN UMUM

    Syllabus :

    1.1.

    Etiologi dan patofisiologi fraktur angulus mandibula

    1.2.

    Cara pemeriksaan klinis dan radiologis pada fraktur angulus mandibula

    1.3.

    Komunikasi yang bersifat empatik (diberikan dalam kuliah bedah dan praktek bedah pada

    umumnya)

    1.4.

    Metode penanganan non-operatif pada fraktur angulus mandibula

    1.5.

    Metode penanganan operatif pada fraktur angulus mandibula

    1.6.

    Perawatan pasca operasi fraktur angulus mandibula

    1.7.

    Komplikasi pasca penanganan fraktur angulus mandibula

    II.

    MATERI BAKU : FRAKTUR ANGULUS MANDIBULA

    1.1.

    Introduksi

    a. Definisi

    Fraktur angulus mandibula adalah fraktur yang terletak di belakang molar kedua dan

    membentuk segitiga di antara ramus horizontal dan ramus asenden mandibula. Garis

    fraktur sering berjalan melewati area gigi molar ketiga yang impaksi. Tipe fraktur,

    derajat dislokasi, dan pengalaman sang ahli bedah menentukan approach pembedahan.

    Jika molar ketiga terimpaksi sebagian, fraktur harus digolongkan sebagai fraktur

    terbuka.

    b. Klasifikasi

    Tipe fraktur dapat diklasifikasikan menjadi : simple, greenstick, compound, kominutif

    atau patologik. Juga dibedakan apakah disertai dislokasi atau tidak.

    c. Klinis

    Asimetri wajah

    Krepitasi

    Pergerakan mandibula yang terbatas

    Nyeri pada waktu membuka mulut

    Trismus

    Selain gejala di atas, dapat pula ditemukan maloklusi, gigi yang goyah serta paresthesia

    bibir bawah dan dagu (bila melibatkan nervus alveolaris inferior)

  • 7/25/2019 Buku Acuan Fr Angulus

    2/6

    d. Radiologis

    Foto polos proyeksi AP dan oblik

    Foto panoramik

    CT scan

    Berbeda dengan fraktur di lokasi lain, CT scan kurang signifikan manfaatnya untuk

    diagnosis dan rencana terapi. Hal ini disebabkan fraktur pada angulus sangat

    ditentukan oleh keberadaan dan posisi gigi molar ketiga untuk tatalaksananya,

    sedangkan CT scan kurang baik menggambarkan anatomi gigi terutama molar

    ketiga.

    1.2.Penanganan Fraktur Angulus Mandibula

    Seperti telah disebut diatas, tatalaksana dipengaruhi oleh ada tidaknya gigi molar ketiga dan

    posisinya. Jika terdapat molar ketiga, penting untuk dipastikan apakah posisinya impaksi

    atau erupsi. Gigi yang telah erupsi dapat membantu reduksi fraktur. Prinsip tatalaksana

    adalah reduksi terbuka dan fiksasi internal. Hanya fraktur angulus yang sederhana dan tidak

    mengalami dislokasi saja yang cocok diterapi secara konservatif menggunakan MMF.

    Kondisi khusus yang mempengaruhi fiksasi internal yang adekuat

    Manipulasi sisi inferior fraktur agak terbatas bila menggunakan approach intraoral.

    Perlunya menggunakan MMF intraoperatif juga dapat menjadi halangan untuk

    mereduksi fragmen.

    Prosedur

    Approach intraoral dapat digunakan pada kasus-kasus tanpa dislokasi atau disertai

    dislokasi ringan. Sementara sebagian screwuntuk fiksasi platepada tension-band area

    dapat dipasang melalui approach ini, tak jarang perlu juga menambahkan insisi stab

    untuk mengoreksi pemasangan screwtransbukal di dasar mandibula.

    Fraktur dengan dislokasi berat atau kominutif memerlukan approach extraoral untuk

    reduksi yang lebih akurat dan visualisasi pemasanganplate. Jika menggunakan approach

    extraoral, perhatian khusus harus diberikan pada cabang mandibular dari nervus fasialis.

    Pada beberapa kasus, anestesi lokal sudah mencukupi untuk penanganan fraktur yang

    simple dan tidak terdislokasi, jika menggunakan fiksasi one-platedi area linea obliqua.Kasus-kasus selain dari itu biasanya dilaksanakan di bawah anestesi umum.

    Pengangkatan molar ketiga yang terletak di garis fraktur tidak wajib dilakukan karena

    prosedur ini dapat menghambat reduksi dan mengurangi stabilitas fiksasi. Hal ini berarti

    melemahkan tension zone. Pada kasus di mana pengangkatan molar ketiga benar-benar

    diperlukan, sebaiknya dilakukan setelah memfiksasi fraktur denganplates.

  • 7/25/2019 Buku Acuan Fr Angulus

    3/6

    a. Garis fraktur transversal tanpa dislokasi

    Fiksasi one-plate dimungkinkan menggunakan miniplate 2.0 (four atau six-holes;

    dengan dua atua tiga screws di setiap sisinya) dengan screw yang dikencangkan

    secara monokortikal, jika perlu pada area akar gigi atau linea obliqua, namun fiksasi

    seperti ini tidak dapat menetralkan semua gaya yang dapat terbentuk saat

    melakukan fungsi.

    Fraktur ini, terutama pada laki-laki, lebih baik ditangani dengan menggunakan dua

    miniplate2.0, satu di area linea obliqua, dan yang kedua di batas inferior. Lagi-lagi,

    plate seharusnya difiksasi dengan screw yang dikencangkan secara bikortikal

    bilamana mungkin. Pada pasien laki-laki yang lebih kuat secara fisik, mungkin perlu

    untuk menggunakan plate LC-DC 2.4 dengan fiksasi screw bikortikal pada batas

    inferior dikombinasikan dengan miniplate2.0 pada tension-band area.

    Fraktur dapat juga difiksasi menggunakan lag screw tunggal dengan arah

    anteroposterior oblik jika tulang termasuk kuat dan tidak osteoporotik. Namun

    teknik ini memerlukan pengalaman yang cukup dari sang ahli bedah karena adanya

    resiko mencederai nervus alveolaris inferior selama drillingdan tapping.

    b. Garis fraktur transversal dengan dislokasi

    Fraktur tipe ini mencakup kerusakan periosteum dan pterygoid/masseter

    bandage. Interposisi serat-serat otot membuat reduksi lebih sulit. Pada kasus

    seperti ini fiksasi one-platemenggunakan miniplate2.0 mungkin tidak cukup. Plate

    2.0 atau 2.4 tambahan dipasang di batas inferior angulus mandibula. Pasien-pasien

    yang fisiknya lebih kuat memerlukanplateUniversal Fracture 2.4.

    c.

    Fraktur angulus dengan dasar berbentuk segitiga

    Digunakan plate Universal Fracture 2.4 yang bersudut atau plate rekonstruksi 2.4

    dengan 6 sampai 8 lubang yang dipasangkan pada dasar mandibula. Segitiga dapat

    difiksasi ke fragmen utama fraktur dengan plateatau dengan lagscrews (2.0 atau

    2.4). Pada tensile area biasanya digunakan miniplate 2.0. Seperti biasanya, harus

    berhati-hati agar tidak meletakkan screw terlalu dekat dengan garis fraktur. Jika

    timbul keraguan, lebih aman untuk menggunakan plat yang lebih panjang dan

    membiarkan lubang yang dekat dengan garis fraktur tersebut kosong.

    d.

    Fraktur angulus kominutif

    Fraktur kominutif di area angulus sering ditemukan beserta fraktur mandibula dilokasi lain dan juga fraktur maksila. Setelah penggunaan MMF sementara, semua

    fraktur mandibula harus diekspos sebelum dilakukan reduksi dan fiksasi fragmen.

    Hal ini dapat dilakukan dengan lag screws atau dengan miniplate 1.5 atau 2.0.

    Fraktur yang lebih sederhana harus difiksasi terlebih dahulu. Pada area kominutif,

    awalnya penyesuaian dilakukan dengan miniplate, baru kemudian area yang fraktur

    disambung dengan plate rekonstruksi 2.4. Distorsi sekunder area yang fraktur

  • 7/25/2019 Buku Acuan Fr Angulus

    4/6

    dihambat dengan menggunakanplate holesdengan cara yang nonkompresif. Fiksasi

    fraktur subcondyler pada kasus-kasus ini sangat penting dilakukan.

    e. Fraktur ramus asendens mandibula kominutif

    Tipe fraktur ini mungkin memerlukan kombinasi approach submandibular dan

    preaurikular. Fraktur dibuat menjadi sederhana dengan menggunakan miniplates2.0 dan menyambung patahan fraktur. Seluruh fraktur distabilisasi dengan plate

    Universal Fracture 2.4 atauplaterekonstruksi 2.4.

    1.3.

    Komplikasi

    Pasca operasi dapat ditemukan beberapa komplikasi seperti :

    o

    Perdarahan

    o Obstruksi jalan napas

    Pasca operasi, hal ini dapat disebabkan pemasangan maxillomandibular fixation (MMF)

    jika isi lambung teraspirasi. Hal ini dapat dicegah dengan suction nasogastrik yang

    adekuat saat operasi.

    o Infeksi

    Fiksasi yang inadekuat sering berkontribusi terhadap terjadinya infeksi, karena proses

    penyembuhan yang terganggu.

    o Nekrosis avaskular dan osteitis

    Bila aliran darah ke fragmen tulang terganggu, seperti dapat disebabkan denudasi tulang

    dari perlekatan otot dan periostealnya, tulang yang fraktur dapat mengalami nekrosisavaskular. Soft tissue strippingyang sering dilakukan untuk memudahkan reduksi fraktur

    juga membuat tulang terpisah dari aliran darah sekundernya (yaitu melal ui cabang

    arteri fasialis yang memasuki perlekatan tulang ke soft tissue.

    o Osteomyelitis

    Akhir-akhir ini komplikasi ini jarang ditemukan dengan penggunaan antibiotika yang

    adekuat. Bila memang ada osteomielitis, dapat terlihat dengan jelas pada foto polos.

    1.4.Perawatan pasca operasi

    Seperti fraktur di lokasi lain, oral hygiene yang ketat harus diperhatikan, terutama bila

    pasien menggunakan MMF pasca operasi.

  • 7/25/2019 Buku Acuan Fr Angulus

    5/6

    1.5.Follow Up

    Pasien harus datang setiap minggu, terutama yang masih menggunakan MMF. Pemantauan

    dapat dilakukan secara klinis ataupun radiologis. Pada tiap kunjungan follow-up, maximal

    mouth openingharus diukur. Distansia inter-incisal yang normal adalah 40 mm.

    III. ALGORITMA

    Evaluasi trauma dan ATLS

    Tidak stabil Stabil

    - fraktur

    Stabilisasi, jika perlu

    pasang IDW-IMWAda indikasi open reduction

    Tidak ada indikasi open

    reduction

    Pemasangan MMF

    Oklusi dengan wire atau

    arch bars

    Reduksi anatomis segmen

    fraktur

    Fiksasiwire atauplate

    dan screw

  • 7/25/2019 Buku Acuan Fr Angulus

    6/6

    IV. RANGKUMAN

    Fraktur angulus mandibula adalah fraktur yang terletak di belakang molar kedua dan

    membentuk segitiga di antara ramus horizontal dan ramus asenden mandibula.

    Berbeda dengan fraktur di lokasi lain, CT scan kurang signifikan manfaatnya untuk diagnosis

    dan rencana terapi. Hal ini disebabkan fraktur pada angulus sangat ditentukan oleh

    keberadaan dan posisi gigi molar ketiga untuk tatalaksananya, sedangkan CT scan kurang

    baik menggambarkan anatomi gigi terutama molar ketiga.

    Tatalaksana dipengaruhi oleh ada tidaknya gigi molar ketiga dan posisinya. Jika terdapat

    molar ketiga, penting untuk dipastikan apakah posisinya impaksi atau erupsi. Gigi yang telah

    erupsi dapat membantu reduksi fraktur.

    Prinsip tatalaksana adalah reduksi terbuka dan fiksasi internal. Hanya fraktur angulus yang

    sederhana dan tidak mengalami dislokasi saja yang cocok diterapi secara konservatif

    menggunakan MMF.