bronkiektasis

15
BAB I PENDAHULUAN Bronkiektasis digambarkan sebagai suatu dilatasi jalan nafas yang ireversibel, yang berhubungan dengan seringnya terkena infeksi bakteri dan radang yang merusak bronkial dan jaringan peribronkial. Dilatasi bisa terjadi di semua bagian maupun hanya pada satu segmen atau lobus paru-paru, dan juga dapat berupa tubulus, fusiform (spindle shaped) ataupun sakulus (kistik). 1,2 Di negara barat angka kematian dan kesakitan terus meningkat, kondisi ini tetap menjadi salah satu alasan untuk menjadi perhatian mengenai angka kesakitan di negara berkembang. Berbagai macam faktor telah diidentifikasi sebagai predisposisi terjadinya bronkiektasis fibrosis non kistik (non- CF). Infeksi berulang, defisiensi imun, kemasukan benda asing, asma, tuberculosis dan diskinesia primer bulu getar adalah beberapa hal yang menjadi faktor resiko. Bronkiektasis post infeksi pada penderita normal akan sering menyertai dan di negara berkembang beberapa pasien dengan kelainan tersebut memiliki penyakit sistemik yang mendasari. 1,2,3 Kasus yang mendasari tersebut telah diidentifikasikan pada 40-60% pasien dengan studi berbeda. Kebanyakan studi melaporkan insidensi 1

Transcript of bronkiektasis

Page 1: bronkiektasis

BAB I

PENDAHULUAN

Bronkiektasis digambarkan sebagai suatu dilatasi jalan nafas yang

ireversibel, yang berhubungan dengan seringnya terkena infeksi bakteri dan

radang yang merusak bronkial dan jaringan peribronkial. Dilatasi bisa terjadi

di semua bagian maupun hanya pada satu segmen atau lobus paru-paru, dan

juga dapat berupa tubulus, fusiform (spindle shaped) ataupun sakulus

(kistik).1,2

Di negara barat angka kematian dan kesakitan terus meningkat, kondisi

ini tetap menjadi salah satu alasan untuk menjadi perhatian mengenai angka

kesakitan di negara berkembang. Berbagai macam faktor telah diidentifikasi

sebagai predisposisi terjadinya bronkiektasis fibrosis non kistik (non-CF).

Infeksi berulang, defisiensi imun, kemasukan benda asing, asma, tuberculosis

dan diskinesia primer bulu getar adalah beberapa hal yang menjadi faktor

resiko. Bronkiektasis post infeksi pada penderita normal akan sering

menyertai dan di negara berkembang beberapa pasien dengan kelainan

tersebut memiliki penyakit sistemik yang mendasari.1,2,3

Kasus yang mendasari tersebut telah diidentifikasikan pada 40-60%

pasien dengan studi berbeda. Kebanyakan studi melaporkan insidensi tertinggi

dari non CF bronkiektasis ada pada grup minoritas yang berkaitan dengan

status sosial ekonomi yang rendah.1

1

Page 2: bronkiektasis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bronkiektasis

2.1.1 Definisi

Bronkiektasis adalah pelebaran (dilatasi) yang ireversibel dari

bagian saluran jalan nafas (bronkus) akibat kerusakan dari dinding jalan

nafas. Penyebab tersering adalah infeksi saluran nafas berulang yang berat.

Beberapa orang akan menunjukkan batuk kronik, dan beberapa biasanya

muncul batuk berdarah dan memiliki nyeri dada, dan berulangnya episode

pneumonia. Foto thorax biasanya akan selalu dilakukan untuk mencari

kelainan yang ada dan beratnya kelainan. Biasanya banyak orang akan

menggunakan antibiotik dan obat-obatan lain untuk menekan mukus.3,4

Bronkiektasis akan terjadi apabila kondisi kerusakan baik secara

langsung maupun tidak langsung dari dinding bronkus tidak dapat

dipertahankan secara normal. Pertahanan normal antara lain adalah cilia

sepanjang dinding saluran nafas. Cilia ini akan bergerak dan menghalau

balik kemudian menggerakkan cairan mukus yang dihasilkan secara

normal dari saluran nafas. Mukus ini akan membawa partikel berbahaya

dan bakteri yang terperangkap di dalam mukus dari dalam menuju keluar

tenggorokkan dan akan dibatukkan ataupun dibersinkan. 2,3

Baik kerusakan jalan nafas langsung maupun tidak langsung, area bronkus

telah terjadi kerusakan dan mengalami inflamasi kronik. Inflamasi ini akan

menyebabkan bronkus menjadi tidak elastik, yang menyebabkan jalan

nafas menjadi lebar dan menghasilkan kantong kecil seperti balon kecil.

Peradangan juga menghasilkan sekresi mukus yang banyak. Karena sel-sel

yang mengandung silia tersebut mengalami kerusakan atau hancur, sekresi

mucus ini akan terakumulasi pada jalan nafas yang melebar dan menjadi

tempat berkembangnya kuman-kuman bakteri.2,3

2

Page 3: bronkiektasis

Bakteri juga mengakibatkan kerusakan dinding bronkus yang lebih

parah dan menyebabkan suatu lingkaran setan berupa infeksi berulang dan

berlanjutnya kerusakan jalan nafas.2

Gambar 1. Gambaran bronkus normal dan bronkiektasis1

2.1.2 Etiologi

Bronkiektasis sering mulai terjadi pada anak-anak namun dapat

juga terjadi pada dewasa muda. Yang paling sering menyebabkan

kerusakan cabang-cabang bronkhial adalah kejadian pasca infeksi seperti

tuberkulosis, pneumonia bakteri ataupun virus, komplikasi pertusis.2,3,5

Bronkiektasis juga berhubungan dengan beberapa kelainan

congenital-for instance, sindrom Kartagener (kondisi dextrokardia dan

sinusitis) Sindrom Williams-Camnbell dan kelainan segmen paru.

Obstruksi berupa karsinoma, stenosis tuberculus, inhalasi benda asing

akan menyebabkan paru-paru menjadi kolaps dan infeksi sekunder

menyebabkan terjadi bronkiektasis. Infeksi sinus berulang juga bisa

menyebabkan hal tersebut.1,2,3

3

Page 4: bronkiektasis

Bronkiektasis dapat menyebabkan komplikasi yang lebih parah

berupa fibrosis kistik atau defisiensi imun yang berat seperti hipo-

gammaglobulinemia. Bronkiektasis yang terjadi pada bronkus proximal

biasanya diakibatkan oleh penyakit alergi pada bronkopulmonari

aspergilosis.2

2.1.3 Gejala dan Tanda

Gejala bronkiektasis adalah batuk disertai produksi dahak. Kadang

berupa hemoptisis dan gejala umum seperti bronchitis berupa wheezing

dan dyspnoe. Kondisi umum pasien lemah dan memiliki jari tabuh.

Biasanya terdengar krepitasi di atas area sekresi.3

Pada gambaran foto thorak akan tampak pada posisi anterior-

posterior dan lateral berupa bayangan tubulus atau cincin, atau corakan

bronkovaskular yang abnormal. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan

bronkography, namun hal tersebut tidak nyaman dilakukan, sehingga

hanya dilakukan pada pasien yang akan diterapi bedah saja.1,2,3,5

      CT-Scan dengan resolusi tinggi menjadi pemeriksaan penunjang

terbaik untuk mendiagnosis bronkiektasis, mengklarifikasi temuan dari

foto thorax dan melihat letak kelainan jalan nafas yang tidak dapat terlihat

pada foto polos thorax. CT-Scan resolusi tinggi mempunyai sensitivitas

sebesar 97% dan spesifisitas sebesar 93%.2,8,14

      CT-Scan resolusi tinggi akan memperlihatkan dilatasi bronkus dan

penebalan dinding bronkus. Modalitas ini juga mampu mengetahui lobus

mana yang terkena, terutama penting untuk menentukan apakah diperlukan

pembedahan.

4

Page 5: bronkiektasis

Gambar 2. Gambar CT-Scan dengan resolusi tinggi5

2.1.4 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dapat dengan pengobatan maupun pembedahan. Bila

pasien memiliki gejala sedang atau berat, dimana kondisi tubuh bagus,masih

memiliki fungsi paru yang bagus dan hasil bronkografi jelas menyebutkan

lokasi kelainannya maka pasien dapat dilakukan pembedahan untuk mereseksi

lobus paru yang terkena. Jika fungsi paru pasien tersebut masih

memungkinkan maka hanya disisakan satu lobus, lobus paru kiri dan lingula

atau lobus kanan bawah dan lobus tengah.

Pada kasus yang dipilih dengan hati-hati akan memberikan hasil yang

baik, dan pengobatan secara medis seumur hidup dapat dihindarkan. Semua

pasien ini harus mendapatkan pengobatan intensif sebelum dilakukan operasi.1

Beberapa kasus bronkiektasis tidak dapat dilakukan terapi pembedahan

karena fungsi parunya sangat buruk atau bisa juga karena infeksi yang telah

menyebar luas. Aspek penting dari pengobatan medis adalah drainase postural

secara rutin pada segmen atau lobus paru yang terkena. Untuk mendrainase

bronkus basal pasien harus meninggikan kaki di tempat tidur, tempat tidur

khusus sangat membantu pada terapi ini. Di rumah pasien disarankan untuk

menggunakan bantal yang tipis.1

Lobus tengah dan lingula didrainase dengan cara berbeda, yaitu pasien

tiduran terlentang, kaki ditinggikan dan bantal diletakkan di bawah lapang 5

Page 6: bronkiektasis

paru yang terkena. Pasien harus mempertahankan posisi tersebut selama 10-15

menit malam dan pagi dan selama waktu itu pasien harus mengambil nafas

dalam dan batuk untuk mengeluarkan dahak.

Jika memungkinkan, meminta bantuan orang lain untuk menepuk-

nepuk dada supaya membantu melegakan dada. Drainase postural

membutuhkan waktu lebih dan kesabaran pasien, kadang dia perlu ketekunan

dengan rutinitas tersebut. Selama fisioterapi bila mendapatkan kondisi

eksaserbasi akut maka terapi perlu ditingkatkan menjadi empat kali sehari.1

Tabel 1. Bagan Pemberian Antibiotik Berdasarkan Organisme Penyebab 3

Bakteri Penyebab Obat Pilihan Obat Alternatif

Haemophilus

influenzae (banyak

yang resisten terhadap

Kotrimoksazole)

Amoxycillin 500 mg 4

kali sehari selama 10 hari

Tetracyclin 500 mg 4 kali

sehari

Staphilococcus aureus Cloxacillin 500 mg 4 kali

sehari

Bakteri anaerob

patogen

Metronidazole 800 mg 3

kali sehari

Flora normal traktus

respiratori dan

Pseudomonas

aeroginosa

Antibiotik general secara

intermiten

Pasien di rumah

dengan bronchiectasis

Amoxycillin selama 10

hari

Kebanyakan kuman patogen di dalam sputum pasien dengan

bronkiektasis adalah Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus dan

6

Page 7: bronkiektasis

Streptococcus pneumonia. Organisme anaerobik juga perlu diperhatikan.

Semua pasien dengan bronkiektasis sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan

kultur sputum baik bakteri aerob maupun anaerob. Jika bakteri patogen

ditemukan dalam kultur sputum maka antibiotik yang sesuai harus

diberikan.1,2,3

Pasien dengan volume sputum yang besar dimana terapi sederhana di

rumah gagal, maka perlu dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan

pengobatan intensif. Mereka akan mendapatkan terpai yang intensif berupa

fisioterapi dan antibiotic lain selama 4 hinga 6 kali perhari. Antibiotik yang

diberikan adalah Benzylpenicillin 600 mg 4 kali per hari dan Streptomycin 0-5

gram dua kali per hari secara intra muscular untuk 10 hingga 14 hari, atau

kloramfenikol 500 mg 4 kali per hari selama 10 hari. 2,3

Beberapa pasien yang terinfeksi Pseudomonas aeroginosa akan sangat

membantu bila diberi Gentamicin 2 mg/kgBB 3 kali sehari dalam waktu

sepuluh hari dan Carbenicillin 5 gram 4 kali sehari. Sputum akan banyak

berkurang dan keadaan umum pasien akan meningkat, namun demikian

organism di dalam sputum tidak semuanya tereliminasi.4

Beberapa pasien dengan keadaan yang berat akan lebih menunjukkan

perkembangan yang lebih baik dengan penggunaan kemoterapi jangka

panjang. Tetracycline di sisi lain, yaitu 250 mg atau 500 mg 4 kali per hari

untuk dua hari dapat juga diberikan. Pengobatan ini boleh diteruskan bila

keadaan pasien benar-benar membaik. Pasien dengan penyakit alergi

bronkopulmonari aspergilosis perlu diberikan steroid untuk mencegah

kerusakan dinding bronchial di masa yang akan datang. Dan pada pasien

dengan hipogamaglobulinemia bisa diberikan gamaglobulin. 3

Semua pasien bronkiektasi harus disarankan untuk tidak merokok.

Sepsis pada paranasal sinus dan gigi harus segera dieliminasi. Semua pasien

juga harus diperiksa volume FEV1 (forced expiratory volume in one second)

dan FVC (forced vital capacity) sebelum dan sesudah mendapat Salbutamol

untuk melihat apakah mereka memiliki obstruksi jalan nafas yang reversible.3

Jika mereka menunjukkan peningkatan maka mereka harus

mendapatkan terapi inhalasi salbutamol sebelum melakukan darinase postural.

7

Page 8: bronkiektasis

Mereka juga harus mendapatkan imunisasi Influenza pada musim gugur, dan

mereka harus memiliki standar umum nutrisi dan perawatan di rumah yang

adekuat.

2.1.5 Komplikasi

Komplikasi dari bronkiektasis meliputi gejala eksaserbasi akut dan

pneumonia. Sinusitis kadang sering menyertai dan hal itu harus segera diobati.

Hemoptisis juga biasanya terjadi dan dapat mengancam. Biasanya keadaan

tersebut sangatlah berat dan biasanya dapat hilang hanya dengan pemberian

antibiotik bagi penyakit infeksi yang mendasari, jika tidak dapat diatasi maka

perlu dilakukan pembedahan.1,2,3

Komplikasi yang jarang terjadi adalah empiema, abses otak, dan

amiloidosis. Banyak pasien yang mengalami cor-pulmonale setelah beberapa

tahun menderita sepsis dan hipoksemia arterial.

2.1.6 Pencegahan

Semua episode dari infeksi paru dan kolapsnya penyakit paru harus

segera diobati secara adekuat, terutama pada anak-anak. Anak-anak harus

diberi imunisasi seperti pertusis. Seseorang yang dicurigai menghisap benda

asing harus dilakukan bronkoskopi. Pasien dengan penyakit alergi

bronkopulmonari aspergilosis harus dikoreksi secara rutin dan diobati

secepatnya.2,3

8

Page 9: bronkiektasis

BAB III

KESIMPULAN

Bronkiektasis adalah dilatasi irreversible dari bronkus karena kerusakan

dinding nafas yang disebabkan oleh infeksi saluran nafas berulang. Tatalaksana

dari bronkhiektasis adalah drainase postural, pemberian antibiotik dan

pembedahan. Pemberian antibiotik berdasarkan bakteri penyebab berdasarkan

hasil kultur sputum. Pencegahan dari bronkhiektasis adalah pemberian imunisasi

dan pengobatan segera pada infeksi saluran nafas dan mencegah terjadinya infeksi

saluran nafas berat yang berulang.

9

Page 10: bronkiektasis

DAFTAR PUSTAKA

1. Karadag, B., Karakoc aF., Ersu aR., Kut aA., Bakac bS., & Dagli, aE. 2004.

Non-Cystic-Fibrosis Bronchiektasis in Children : A Persisting Problem in

Developing Countries. Respiration Edisi 72, dipublikasikan 22 April 2004.

Istanbul : Divisi of Pediatric, Mamara University and Division of Pediatric

Pulmonology; 233-8.

2. Hodson, M.E. 1978. Bronchiectasis and Cystic Fibrosis. Disease of the

Respiratory System. London : British Medical Journal 1; 971-8.

3. Hay, W.W., Myron J., Lewis J.M. & Sondheimer R.R.D. 2003. Bronchiectasis.

Curent Diagnosis & Treatment in Pedriatics 8th Edition. New York : Lange;

509-10.

4. Bradley, J.S & Nelson, J.D. 2005. Nelson’s Packet Book of Pedriatic

Antimikrobial Therapy. New York : Lippincot Williams & Wilkins.

5. Bye, M.R. 2009. Bronchiectasis. New York : Columbia Medical Center; Update

8 September 2009 at http://www.medscape.com.

10