BP-PAUDNI REGIONAL II -...

120
JPNF JURNAL PENDIDIKAN NON FORMAL BP-PAUDNI REGIONAL II KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II 2014 DIREKTORAT JENDERAL PAUDNI Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF Pendidikan Untuk Perdamaian Sebagai Bagian Dari Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan Pelatihan Pendidik PAUD dalam Rintisan PAUD Holistik Integratif di Kelurahan Made, Kecamatan Sambi Kerep Surabaya. Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar Menu Utama Pembelajaran Anak Usia Dini Model Integrasi PAUD Prima (The New Prime ECC Model) Untuk Mencapai Generasi Emas Indonesia Implementasi Education For All : Pendidikan Berbasis Soft Skill dan Hard Skill Untuk PRT Paruh Waktu di Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik

Transcript of BP-PAUDNI REGIONAL II -...

Page 1: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

JPNFJURNAL PENDIDIKAN NON FORMAL

BP-PAUDNI REGIONAL II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN

BP-PAUDNI REGIONAL II2014

DIREKTORAT JENDERAL PAUDNI

Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

Pendidikan Untuk Perdamaian Sebagai Bagian Dari Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan

Pelatihan Pendidik PAUD dalam Rintisan PAUD Holistik Integratif di Kelurahan Made, Kecamatan Sambi Kerep Surabaya.

Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar Menu Utama Pembelajaran Anak Usia Dini

Model Integrasi PAUD Prima (The New Prime ECC Model) Untuk Mencapai Generasi Emas Indonesia

Implementasi Education For All : Pendidikan Berbasis Soft Skill dan Hard Skill Untuk PRT Paruh Waktu di Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik

Page 2: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

iJPNF Edisi 11 2014

Page 3: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

ii JPNF Edisi 11 2014

PelindungKepala BP PUDNI Regional II

PenasehatKepala Seksi Informasi dan Kemitraan

Pemimpin RedaksiWidya Ayu Puspita

Anggota RedaksiPutu Ashintya Widhiartha

MusnediM. Subchan Sholeh

Administrasi, Keuangan dan SirkulasiGuritno

Alief Habibiy

Alamat RedaksiGedung Pusat BPPAUDNI Regional II

Jl. Gebang Putih No. 10 Sukolilo Surabaya 60117Telp. 031 5945101 – 5925972

Fax. 031 5953787

Page 4: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

iiiJPNF Edisi 11 2014

Jurnal PNFEdisi 11 2014

Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF[Edy Hardiyanto]

Pendidikan Untuk Perdamaian Sebagai Bagian Dari Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan [Putu Ashintya Widhiartha]

Pelatihan Pendidik PAUD dalam Rintisan PAUD Holistik Integratif di Kelurahan Made, Kecamatan Sambi Kerep Surabaya.[Ali Yusuf]

Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar Menu Utama Pembelajaran Anak Usia Dini[Widya Ayu Puspita]

Model Integrasi PAUD Prima (The New Prime ECC Model) Untuk Mencapai Generasi Emas Indonesia[Agus Sadid]

Implementasi Education For All : Pendidikan Berbasis Soft Skill dan Hard Skill Untuk PRT Paruh Waktu di Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik[Wiwin Yulianingsih]

Page 5: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

iv JPNF Edisi 11 2014

Page 6: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

vJPNF Edisi 11 2014

KATA PENGANTAR

Pembangunan pendidikan nasional di masa depan didasarkan pada paradigma membangun manusia Indonesia seutuhnya. Maknanya adalah menjadikan manusia sebagai subyek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal. Semuanya bermuara pada peningkatan mutu dan daya saing SDM Indonesia pada era perekonomian berbasis pengetahuan (knowledge based economy) dan pembangunan ekonomi kreatif.

Sebagai bagian dari pendidikan nasional, pendidikan nonformal dan informal berusaha mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan dari ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik yang berlaku sepanjang hayat. Ini merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara menyeluruh sehingga menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu. Agar cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai.

Dalam rangka mendorong perwujudan upaya tersebut, Jurnal PNF edisi tahun 2014 menampilkan tema beragam sebagai sarana diskursus dalam pengembangan program pendidikan nonformal dan informal. Tema tentang PAUD masih mengemuka dengan sejumlah topik menarik. Di antaranya integrasi PAUD dengan layanan kesehatan dan pembinaan keluarga, dan stimulasi motorik kasar sebagai menu utama pembelajaran PAUD.

Tema-tema menarik lainnya hadir pula pada edisi kali ini. Seperti pengaruh parameter pendidikan dalam indeks pembangunan manusia terhadap program pendidikan nonformal dan informal serta pentingnya pendidikan perdamaian dalam pembangunan berkelanjutan.

Ulasan hasil riset maupun kajian para penggiat PAUDNI dari berbagai lembaga dalam edisi ini diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk melahirkan ide-ide segar dalam peningkatan mutu dan kualitas program PAUDNI. Agar PAUDNI sebagai pendidikan alternatif dapat memberi manfaat nyata bagi masyarakat yang terbelakang, tertinggal dan tak terjangkau.

Kepala Balai

Pria Gunawan SH, MSiNIP.19620320 199203 1 001

Page 7: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

vi JPNF Edisi 11 2014

Page 8: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

1JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

ImplIkasI parameter Ipm bIdang pendIdIkan terHadap program pnFOleh: Edy Hardiyanto

AbstractPost 2010, United Nation Development Program (UNDP) annual report put off literacy rate into education parameters. Hence, literacy rate is not calculated as a coefficient of Human Development Indexes (HDI). Nevertheless, non formal education (NFE) contributions during out of school activities are still obviously existing either relate to HDI attainment.Keyword(s): HDI, NFE

Indeks pembangunan manusIa (Ipm)Paradigma pembangunan meletakkan pemahaman dasar much more

than the rise or fall of national income (UNDP,2010) sebagai acuan pem-bangunan manusia global. Pembangunan manusia dimaknai sebagai menciptakan lingkungan tempat masyarakat untuk mengembang-kan potensi diri agar produktif, kreatif sejalan kebutuhan dan minat masing-masing. Pembangunan karena itu memperluas pilihan agar masyarakat menjalankan hidup berdasarkan nilai dimiliki.

Memperluas secara mendasar pilihan masyarakat adalah upaya mengembangkan kapabilitas yang diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dilakukan dan diinginkan selama hidup. Kapabilitas utama dalam pembangunan manusia adalah hidup sehat kesehatan dan pan-jang umur, memiliki pengetahuan, memiliki akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk hidup layak dan berpartisipasi dalam ke-hidupan sehari-hari. Tanpa semua kapasitas utama ini, banyak pilihan menjadi langka dan banyak kesempatan tidak dapat digunakan.

Perhatian pembangunan yang menekankan aspek manusia berkem-bang awal 1980-an sebagai bagian kritik pembangunan ekonomi yang tidak berhubungan dengan pilihan individu seperti keuntungan ekono-mi ‘trickle down effect’ yang hanya dirasakan pihak tertentu serta pen-ingkatan masalah sosial seperti kejahatan, ikatan sosial melemah, HIV/AIDS, polusi dll sejalan pertumbuhan ekonomi.

CURRICULLUM VITAE

I. Data Pribadi: Nama : Edy Hardiyanto Jenis Kelamin : Pria Tempat/Tanggal lahir : Yogyakarta, 21 Januari 1970 Kontak Surat : PO BOX 8416 Lembang, Bandung 40391 Kontak Email : [email protected] Kontak Tilpon : +62.8562127048

II. Pendidikan Terakhir:

1 Program Magister Studi Pembangunan - Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) – Institut Teknologi Bandung.

(IPK=3.11 A=4) (EPT-ITB=83, EPT 77=TOEFL 475) (TPA OTO BAPPENAS = 552,87). Judul Thesis: Evaluasi Model Penyelenggaraan Desa Pendidikan Nonformal (Studi kasus di

Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar – Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat).

Selama kuliah, saya aktif menjadi Ketua Angkatan dan Ketua Pelaksana ‘Energy Visit Day’ mengunjungi 5 pembangkit listrik terbesar antara lain: Indonesia Power Plant, dan Batu Tegi. Selain itu, saya adalah anggota tim persiapan pembentukan Program Sarjana Ekonomi Pembangunan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) – Institut Teknologi Bandung. Pada saat yang sama, saya pun menjadi coordinator penyelenggara study banding mahasiswa University of Toronto – Kanada di ITB sebanyak 20 orang.

2 Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, FIP - IKIP Bandung 1995 (IPK=3,20 A=4) Judul skripsi: Cara Penyertaan (Involment) Remaja dalam Kegiatan di Masjid serta

Kaitannya dengan Minat dan Partisipasi Berorganisasi.

III. Pengalaman Bekerja a. Bidang Pendidikan

1 Verifikator Kinerja Lembaga Kursus dan Pelatihan, Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal (2010 – 2014)

2 Komite Advokasi Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non formal dan Informal, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013)

3 Tim Penilai Ujian Lokal Kursus dan Pelatihan Tata Rias Pengantin Kreasi, LKP Yuyu (2012-2013);

4 Fasilitator Workshop Peningkatan Kompetensi Pamong Belajar, Jurusan PLS-FIP, IKIP Bandung (2013);

5 Tim Monitoring Layanan Kemitraan Pemberdayaan Masyarakat untuk program Pendidikan Orang Tua, Peningkatan Mutu PKBM dan FK-PKBM, Perluasan Akses dan Sentra TKI, Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang, NAPZA, HIV-AIDS, serta Tanggap Darurat Bencana, Propinsi Jawa Timur (2012);

6 Tim Monitoring program Pendidikan Masyarakat, Propinsi Sulawesi Utara (2012); 7 Validator NILEM PKBM Propinsi Papua Barat (2012);

Page 9: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

2 JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

Tabel 1. Kategori IPM

Tinggi IPM > 80,0

Menengah Atas 66,0 – 79,9

Menengah Bawah 50,0 – 65,9

Rendah 50,0 < IPMSejak 1990, konsep pembangunan manusia diterapkan global dan

Human Development Report (laporan pembangunan manusia) diterbitkan United Nations Development Program (UNDP, Badan Pembangunan PBB) yang menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 – 100,0 (lihat tabel 1.)pengertian dan batasan

Laporan UNDP mengukur angka harapan hidup, tingkat pendidi-kan dicapai dan pendapatan masyarakat sebagai parameter Human De-velopment Index (Indeks Pembangunan Manusia=IPM) (Gambar 1).

parameter IpmLaporan tahun 2010, komposit IPM mengandalkan tiga pengu-

kuran yaitu kesehatan, pengetahuan dan pendapatan. Indeks kesehatan tidak berubah seperti laporan sebelumnya. Sedangkan indeks penge-tahuan atau pendidikan dan indeks ekonomi mengalami perubahan.

Gambar 1. Komponen Human Development Index Sumber: UNDP

Page 10: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

3JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

Seperti pendidikan yang mengabaikan nilai melek huruf. Komposit ini tetap akan digunakan hingga dilakukan kajian ulang atas indeks yang berlaku.Parameter Kesehatan

Kesehatan diukur dari angka harapan hidup menggunakan metode tidak langsung dengan menghitung dua data dasar, yaitu: rata-rata anak dilahirkan hidup dan rata-rata anak masih hidup. Prosedur perhitun-gan oleh BPS memanfaatkan sumber data seperti Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Angka harapan hidup yang diperoleh indeksnya, dibandingkan dengan parameter UNDP yang menetapkan nilai minimum 25 tahun dan maksimum 85 tahun.Parameter Pendidikan

Rumusan pendidikan atau pengetahuan sebelumnya menghitung rata-rata angka melek huruf dewasa dan angka partisipasi sekolah (se-jak SD hingga perguruan tinggi). Laporan tahun 2010, parameter han-ya menghitung rata-rata lama sekolah dengan harapan capaian pendidi-kan masyarakat. Sehingga, laporan setelah 2010, tidak lagi menghitung rata-rata angka melek huruf dewasa. (Lihat Gambar 2.)

Country HDI Value Life Expectancy

Mean years of schooling

Expected years of school

1 Norway 0.955 81.3 12.6 17.5 18 Singapore 0.895 81.2 10.1 14.4 30 Brunei 0.855 78.1 8.6 15.0 64 Malaysia 0.769 74.5 9.5 12.6

103 Thailand 0.690 74.3 6.6 12.3 114 Philippines 0.654 69.0 8.9 11.7 121 Indonesia 0.629 69.8 5.8 12.9 138 Cambodia 0.543 63.6 5.8 10.5 149 Myanmar 0.498 65.7 3.9 9.4 186 Niger 0.304 55.1 1.4 4.9

Parameter PendapatanRumusan pendapatan atau standard hidup sebelum tahun 2009

diukur melalui GDP per kapita yang disesuaikan berdasarkan Paritas Daya Beli (dalam Dolar Amerika).

Tetapi laporan tahun 2010, pendapatan diukur dari daya beli yang

Gambar 2 Nilai IPM (HDI) 2013 (contoh beberapa negara)

Sumber: Aritonang, 2013

Page 11: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

4 JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

disesuaikan terhadap Gross National Income (INB, Income Nasional Bruto) tidak lagi Gross National Product (PNB, Produk Nasional Bru-to). INB mencakup remittance dan pendapatan dari luar negeri yang memberikan gambaran ekonomi lebih akurat bagi negera berkem-bang.

INB menghitung nilai Produk Domestik Bruto (PDB) dengan pendapatan dari negara lain seperti bunga dan keuntungan saham di-kurangi pembayaran kepada negara lain. INB meliputi belanja konsum-si perorangan, investasi kotor perorangan, belanja konsumsi pemerin-tah, pendapatan bersih dari asset di luar negeri (penerimaan income bersih) dan nilai kotor ekspor barang dan jasa setelah dikurangi dua komponen: nilai impor kotor barang maupun jasa serta pajak usaha tidak langsung.

Nilai INB hampir sama dengan PNB jika tidak dkurangi dengan pajak usaha tidak langsung. Sebagai contoh, keuntungan perusahaan milik Amerika yang beroperasi di Inggris akan dihitung sebagai INB Amerika dan PDB Inggris. Namun tidak dihitung sebagai IND Inggris dan PDB Amerika. Begitupun, jika satu negara menambah pinjaman dan membelanjakan pendapatan untuk membayar pinjaman akan lang-sung mengurangi INB tetapi tidak mengurangi PNB. Konsep PNB sendiri berhubungan dengan PDB, INB dan INN

Untuk mengukur tingkat perkembangan suatu negara, IPM tidak cukup dijadikan pijakan. Konsep pembangunan itu sendiri lebih luas dari cakupan IPM termasuk komposit Inequality-adjusted HDI, Gender Inequality Index dan Multidimensional Poverty Index.

Sebagai contoh, IPM belum mereflesikan partisipasi politik atau ketidakadilan gender dan indeks kompositnya hanya menggambarkan secara umum beberapa isu utama pembangunan manusia, disparitas gender dan kemiskinan. Gambaran lengkap tingkat pembangunan ma-nusia memerlukan analisa informasi dan indikator lain yang dimuat dalam laporan statistik yang digunakan.

pendIdIkan nonFormalLingkup sistem pendidikan nasional, PNF sudah bagian UU No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN). Ber-sama Pendidikan Formal, diperoleh kepercayaan bahwa PNF meru-pakan jalur pemerintah untuk setiap warga negara dalam rangka men-

Page 12: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

5JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

capai tujuan pendidikan nasional.Dalam turunan peraturan lebih lanjut seperti Peraturan Pemer-

intah (PP) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (PPSNP), PP No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pen-didikan hingga Peraturan Presiden (Perpres) No. 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Tantangan dan per-an maupun kontribusi PNFI menjadi lebih nyata, apalagi jika hendak dihadapkan terhadap upaya pembangunan manusia. Letak tantangan dan peran maupun kontribusi PNFI ini dapat dilihat dari kriteria PNF berdasarkan UUSPN.kriteria pendidikan nonformal

UUSPN belum cukup menggambarkan praktek dan penyeleng-garaan pendidikan nonformal, Peraturan Pemerintah yang mengatur PNF secara khusus belum ada. PP No. 73 Tahun 1991 tentang Pen-didikan Luar Sekolah sudah tidak relevan karena merujuk UUSPN No. 2 Tahun 1989. Untuk itu, UUSPN No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, PP No. 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan nasional, PP No. 17 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, dan Permendiknas No. 49 Tahun 2007 tentang standar pengelolaan satuan PNF menjadi referensi utama kriteria umum, serta referensi lain melengkapi, apalagi ternyata pen-didikan nonformal memiliki sejumlah ragam nama.

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan 1. formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (UUSPN Pasal 1 Butir 12). Pendidikan formal adalah jalur pendidi-kan yang terstruktur dan berjenjang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (Pasal 1 Butir 11), se-dangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (Pasal 1 Butir 13). Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang 2. memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat (UUSPN Pasal 26 Ayat 1). Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ket-

Page 13: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

6 JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

erampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional (UUSPN Pasal 26 Ayat 2). Seiring dengan pendidikan sepanjang hayat, pendidikan nonformal tidak hanya diperuntukkan bagi anak school population (Siagian, 1981:61)

Equivalency (Non formal basic education)

Population (%)

75-

50-

25-

0

Age

100

Continuing Education (Non formal & informal)

School (formal education)

Gambar 3. EFA & Lifelong Education Sumber:Kiichi Oyasu, 2007:2

Gambar 3. EFA & Lifelong Education

Sumber:Kiichi Oyasu, 2007:2Mapping pendidikan seumur hidup (Lihat Gambar 3.), pendidikan di luar sekolah meliputi equivalency education yakni jalur PNF yang menyediakan pendidikan dasar bagi masyarakat disebabkan berba-gai alasan tidak dapat mengenyam pendidikan formal, putus seko-lah (DO = Drop out), putus jenjang. Sementara mereka yang telah meninggalkan pendidikan dasar baik formal maupun non formal mendapat continuing education, termasuk the opportunity of enhance their education through informatics (Tinsley dalam Sandov dan Stanchev, 1988: 81).Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, 3. pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pen-didikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik (UUSPN Pasal 26 Ayat 3). Kursus dan pelatihan (UUSPN Pasal 26 Ayat 5, serta penjelasan) diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengem-

Page 14: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

7JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

bangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Kursus dan pelatihan sebagai bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemam-puan pesera didik dengan penekanan pada penguasaan keterampi-lan, standar kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan serta pengembangan kepribadian profesional. Kursus dan pelatihan dikembangkan melalui sertifikasi dan akreditasi yang bertaraf na-sional dan internasional.Satuan pendidikan nonformal (UUSPN Pasal 26 Ayat 4) terdiri 4. dari lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pen-didikan yang sejenisnya. Dalam praktek, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah wahana luar sekolah yang dicirikan dan dikelola suatu komunitas tertentu/masyarakat setempat yang khusus berkonsentrasi dalam usaha pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan dinamika kebutuhan masyarakat tersebut1. Di Thailand SoonKarn-LearnRoo ChumChon atau Community Learning Centre sebagai padanan PKBM (ONFEC, 2007: 32) served as a learning centre, a community forum, a community training centre, a community reading centre, as well as a coordination centre for community development. It was operated through the management of the community committee to create a sense of ownership, fa-cilitated and supported by both District and Provincial Non-Formal Educa-tion Centres through operations of CLC Facilitators. Sementara di Jepang Kominkan bertujuan shall provide the people living in specific areas such as a city, town, or village with education adapted to meet the demands of actual life and implement academic and cultural activities, shall contribute to the cultiva-tion of residents, improve health, develop character, enliven daily culture, and enhance social welfare (SED dan ACCU, 2008:16).Di Cina terdapat wadah pendidikan masyarakat sebagaimana CLC yang dinamakan 亚运村文体中心 (Ya Yun Cun Wen Ti Zhong Xin = Pusat Olah Raga dan Keaksaraan Masyarakat) (Hardiyanto, 2005:9). PKBM bukan satuan pendidikan seperti sekolah formal

1 Simanjuntak, Buhai. (2003). Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM): Peluang dan Tantangan dalam Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat. Maka-lah Widya Karya Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, Depar-temen Pendidikan Nasional. Tidak Diterbitkan.

Page 15: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

8 JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

di tanah air melainkan merupakan wadah pendidikan kemasyaraka-tan (Zubaedi, 2005:182) berbagai aktifitas atau program pendidi-kan yang dirancang untuk melayani masyarakat sebagai sekolah masyarakat yang diabdikan untuk membuat pusat-pusat sekolah masyarakat untuk pendidikan, kebudayaan, aktifitas rekreasi untuk warga di segala usia.PKBM sebagai pangkalan kegiatan pendidikan di masyarakat da-pat lebih optimal mengembangkan dinamika sosial masyarakat dalam pendidikan luar sekolah dibandingkan dengan menempat-kan PKBM sebagai satuan PNF sebagaimana sekolah pada satuan pendidikan formal. Sehingga mampu menjamin maksud standar pengelolaan PNF sebagaimana dikehendaki oleh Permendiknas 49 Tahun 2007.Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil 5. program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian peny-etaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemer-intah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan (UUSPN Pasal 26 Ayat 6). Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala (UUSPN Pasal 35 Ayat 1). Standar nasional pendidikan menurut PPSNP meliputi: standar isi, standar proses, kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan (Pasal 2 Ayat 1).

PNF tidak cukup dipahami legal formal berdasarkan definisi kon-septual (Silalahi, 2009:118) atau definisi nominal (Black dan Cham-pion, 2009:160-161) tetapi perlu mendapat perhatian di tengah masyarakat sebagai definisi operasional (Silalahi, 2009:119), terutama pijakan life long education, atau education permanente yang memiliki gagasan dasar to create a society where everybody is learning all the time (Finger dan Asun, 2001: 23). Untuk memahami karakteristik khas PNF di tengah banyak ragam definisi operasional, maka dilihat dari sisi praktis is-tilah PNF merujuk adult education (AE), kedua istilah ini sering disi-lang-artikan. PNF sebagai AE karena melihat karakteristik program

Page 16: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

9JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

lebih berorientasi orang dewasa (andragogy), berbeda dari paedagogy. Sedangkan AE sebagai PNF karena AE lebih dominan menampilkan kegiatan pendidikan nonformal. It is an alternative to the very process of institutionalization, commodification and expertocracy. Adult education is thus synonymous with learning, as opposed to formal education (Finger dan Asun, 2001:13). Uraian selanjutnya AE diterjemahkan menjadi Pendidikan Orang Dewasa (POD) sebagai definisi operasional, meski tidak dike-nal luas karena kurang umum atau konstruk yang tidak secara secara langsung menjadi bagian dari kenyataan empiris (Black dan Champion, 2009:159).

POD telah berlangsung lama di Amerika Serikat, the process goes on through the media of radio, motion pictures, press and classroom; for farmers, parents, businessmen, workers, and housewives; in schools, libraries, museums, settlement houses, and public auditoriums; with programs ranging from social danc-ing to Sanskrit and services ranging from child-care training to old-age counseling (Sheats, Jayne dan Spence, 1954: 2). POD (Hely, 1962: 16-17) sampai abad sembilan belas dipengaruhi philantrophic and religious motives, ke-mudian menjadi a dynamic of social change saat pendidikan bagi pekerja pabrik dan tambang di Inggris dan Denmark dipandang sebagai sarana meningkatkan partisipasi sosial dan politik menjelang abad kedua pu-luh. Saat ini, POD dapat didekati dari tiga skenario: the business school, risk group dan leisure society scenario (Finger dan Asun, 2001:134-135). Skenario pertama, POD bagian penting business training and development efforts yang mengarahkan entitas usaha pada learning organization. Ske-nario kedua menekankan POD terhadap akselerasi kemajuan industri yang berdampak pengangguran dan pendatang baru. Skenario ketiga, POD berkenaan dengan krisis ekonomi yang memunculkan learning in terms of leisure seperti belajar dekorasi interior, memasak, membatik.

POD di Amerika Serikat menurut Robert Blakely (Hely, 1962:101-102) is carried on by established educational institutions, from elementary schools through universities; informal educational institutions such as libraries, museums, theatres, orchestras etc; social organizations – corporations, unions, government agencies, etc; voluntary organizations: churches, neighbouhood groups, community committees, clubs and councils, state/national/international associations, societ-ies, federations, leagues. Penyelenggaraan POD ini berdasarkan respon-den National Center for Education Statistics tahun 1980 consist of courses and other educational activities, organized by a teacher or sponsoring agency, and

Page 17: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

10 JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

taken by persons beyond compulsory school age. Excluded is full-time attendance in a program leading toward a high school diploma or an academic degree (Cross, 1981:51)

Bentuk dan metode POD didasarkan the stage of society existing dan the adult institutions or organizations which have been established on the basis of a clear understanding of social purposes and existing social norms. The methods used in adult education are extremely varied; they are designed to meet the needs and aspirations of widely differing societies. It does not matter whether this method is apparently formal classroom instruction, or informal study group processes. Audio-visual aids may provide the basic techniques, or there may be a situation in wich, as in community development programmes, learning is through action; in all cases the need for student participations is recognized (Hely, 1962:119-120).Enam prinsip POD menurut Brookfield (Galbraith, 1991:6), yakni:

Participation1. is voluntary, WB mengikuti pembelajaran atas pilihan sendiri;A respect2. di antara WB untuk satu sama lain mengembangkan diri;Fasilitasi merupakan proses 3. collaborative;WB dan fasilitator melibatkan diri dalam proses 4. reflection upon activ-ity, collaborative analysis of activity, new activity, further reflection, and col-laborative analysisi and so on;Fasilitasi mengembangkan WB dalam 5. a spirit of critical reflection;Fasilitasi menekankan6. self-directed, empowered adults.The Art and Science of Teaching yang membedakan paradigma an-

dragogy (andr= dewasa, agogy=memimpin, Latin) terhadap paedagogy (paid= anak, agogy=memimpin, Latin), Abdulhak (2000,1) menyebut empat konsep POD, yaitu: konsep diri, pengalaman hidup, kesiapan untuk belajar dan orientasi belajar yang selalu disesuaikan dengan mi-nat dan kebutuhan. Sedangkan Knowles (Finger dan Asun, 2001:70) POD dapat dilihat dari kategori berikut:

The learner1. (warga belajar, WB) memiliki status kemandirian;The need to know2. oleh fasilitator diartikulasikan dan WB berusaha memenuhi kebutuhannya;The role of experience3. menjadi sumber dan pijakan dasar untuk belajar;Learning4. , diawali dari kebutuhan intrinsic seseorang untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri.Learning content,5. berawal dari masalah hidup berkaitan dengan WB.

Page 18: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

11JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

Motivation,6. merupakan citra intrinsic.Sasaran jalur PNF lebih lebar dan luas dibandingkan jalur pen-

didikan formal. Dilihat dari peserta didik PNF, berasal dari usia pra sekolah dan paska sekolah. Apabila didekati komponen pembangunan manusia, maka program PNF dapat menyasar pada bidang materi kes-ehatan, dan pendapatan terutama peningkatan pendapatan, begitu pula pencapaian lama waktu sekolah setelah komponen melek huruf tidak lagi menjadi komponen IPM.kaitan pendidikan nonformal dan pencapaian Ipm

Dengan pengecualian indeks tuna aksara pada Laporan IPM 2010, dan hanya meletakkan pada kriteria pendidikan sekolah formal. PNF memerlukan paradigma berpikir baru dalam memberikan sumbangan positif terhadap peningkatan IPM. Kontribusi PNF terhadap penca-paian IPM akan signifikan apabila menyandingkan program sesuai dengan indikator yang menyediakan ruang gerak untuk menyumbang-kan peran positif terutama dengan mendekatkan pada tema kesehatan, mewujudkan kehidupan yang layak, pemenuhan pasar kerja, pember-dayaan perempuan dan pengentasan kemiskinan.

Tema kesehatan, PNF dapat menyumbangkan program dan materi pendidikan bagi masyarakat di luar sekolah mengenai perilaku hidup se-hat, reproduksi, hingga mengusung nutrisi. Selain meningkatkan kesa-daran dan pemahaman masyarakat di luar sekolah atas persoalan HIV/AIDS, sanitasi lingkungan, pemilihan dan penggunaan kontrasepsi dengan sehat dan bertanggung jawab, perawatan bayi dan keluarga, dan lain sebagainya. Tema mewujudkan kehidupan layak, sumban-gan PNF memberikan kesempatan untuk berkiprah dalam konservasi alam, peningkatan daya dukung lingkungan, pengelolaan daur ulang sampah, pemanfaatan lahan kosong atau pekarangan, konversi bahan bakar minyak menjadi gas, pemanfaatan energi listrik alternatif, peng-gunaan ruang terbuka hijau hingga pemeliharaan daerah aliran sungai. Tema pemenuhan pasar kerja, PNF dapat menyediakan pilihan pro-gram pendidikan dan pelatihan serta kursus keterampilan, termasuk pendidikan kewirausahaan. Program ini akan memberikan imbas lang-sung pada peningkatan hasil dan pendapatan per kapita yang menjadi indikator utama IPM. Tema pemberdayaan perempuan, program PNF dapat menhantarkan program yang membuka peluang kebebasan bagi perempuan memilih dan memanfaatkan waktu senggang di luar mera-

Page 19: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

12 JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

wat dan mengasuh anggota keluarga. Pilihan yang dapat disedikan dap-at beragam mulai dari pelatihan keterampilan, kursus singkat termasuk pengajian rutin yang mengedapanlan muatan bahasan aktual masalah yang dihadapi. Sedangkan pengentasan kemiskinan dapat memberikan PNF keleluasaan dalam mengembangkan program bagi anak jalanan, pekerja anak, tuna wisma dan pekerja kurang terampil melalui bentuk kegiatan pelatihan dan kursus disesuaikan dengan kebutuhan sasaran peserta didik.Implikasi pendidikan nonformal terhadap pencapaian Ipm

Berdasarkan besaran program primadona PNF dan secara mas-sif merupakan andalan pemerintah, dalam konteks peningkatan IPM dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pendidikan Keaksaraan1. keberhasilan penuntasan penduduk buta aksara nasional masih

menyisakan sembilan provinsi berpenduduk buta aksara di atas 200 ribu orang (lihat tabel 2.)

Tabel 2. Sembilan Provinsi dengan Penduduk Buta Aksara di atas 200 ribu jiwa 1)

No. Propinsi Penduduk Buta Aksara1 Sumatera Utara 210.127 orang2 Lampung 236.797 orang3 Papua 243.768 orang4 Bali 257.206 orang5 Nusa Tenggara Barat 350.849 orang6 Sulawesi Selatan 520.247 orang7 Jawa Barat 870.115 orang8 Jawa Tengah 1.568.111 orang9 Jawa Timur 2.531.237 orang

Terutama sembilan provinsi pada tabel di atas, penuntasan penduduk buta aksara mendatangkan beban penyelenggaraan pro-gram keaksaraan dasar dan beban psikologis menyandang daerah berpenduduk buta aksara. Kesempatan menjadi terbatas bagi pen-duduk buta aksara dalam berperan aktif dalam pembangunan, sep-

Page 20: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

13JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

erti pemilih aktif hingga memanfaatkan fasilitas pembangunan yang mensyaratkan kemampuan aksara. Sehingga bagi sembilan provinsi ini, keaksaraan dasar dapat menjadi prioritas program PNF, seh-ingga hasil program yang dicapai secara statistik adalah penerbitan Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA) sebanyak jumlah pen-duduk buta aksara dan telah menyelesaikan jangka waktu 144 jam pembelajaran.

Bagi provinsi lain, program keaksaraan dapat menetapkan layanan paska keaksaraan dasar seperti Keaksaraan Usaha Mandiri dan Multi Keaksaraan mencakup keaksaraan kewirausahaan, keak-saraan kritis, keaksaraan lingkungan, keaksaraan media, keaksaraan bencana, dan keaksaraan perdamaian2. Muatan multi keaksaraan beorientasi parameter IPM seperti kesehatan dan pendapatan masyarakat menghendaki praktek didaktik, metodologi serta satu-an pendidikan pada jalur PNF dapat menopang keberhasilan pen-ingkatan derajat kesehatan dan pendapatan masyarakat. Sehingga, cukup besar peluang pendidikan keaksaraan untuk diproyeksikan menjawab analisa Kementrian Pedesaan dan Daerah Tertinggal terhadap penyebab ketertinggalan sejumlah daerah dikarenakan SDM (17.41%) dan perekonomian lokal (18.35%)3. Pendidikan Kesetaraan2.

Saat ini, pengelolaan pendidikan kesetaraan berada di bawah jalur pendidikan formal dan ditengarai belum berjalan seperti di-harapkan. Hal ini lebih disebabkan teknis di lapangan yang meng-abaikan karakteristik out-of-school community (Call Institute, 2013), sedangkan sekolah kental dengan karakteristik penduduk sekolah dengan perlakuan belajar yang kurang memperhatikan struktur pengalaman peserta didik. Di lain pihak, integrasi pengelolaan kesetaraan melalui jalur formal, diharapkan dapat meningkatkan prevalensi koefisien lama sekolah. Karena selama ini, lulusan pe-nyelenggaraan equivalency non formal basic education belum dikalkulasi menjadi suplemen pada koefisien pencapaian lama sekolah.

2 Yulaelawati, Ella. (2011). Paparan Kebijakan Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Tahun 2012. Tidak Diterbitkan3 Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal. (2013). Paparan Peningkatan Kapasitas Program Pendidikan Masyarakat di Wilayah 3 T. Tidak Diterbitkan.

Page 21: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

14 JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH, Life Skills Education)3. Banyak generasi muda kelompok usia produktif tidak memi-

liki kesempatan, karena peluang kerja terbatas. Kapasitas fisik dan intelektual, banyak sia-sia tidak diperhatikan, sehingga perlu upaya agar tidak menjadikan masalah sosial, melalui PKH.

Kecakapan hidup menurut model Targeting Life Skills (TLS) yang dikembangkan Hendricks adalah skills that help an individual be successful in living a productive and satisfying life. Berdasarkan batasan ini Badan Kesehatan PBB mengartikan kecakapan hidup sebagai the abilities for adaptive and positive behavior that enable individual to deal effectively with demands and challenges every day life (Francis, 2012).

PKH menekankan pada kecakapan berpikir, kecakapan sosial dan kecakapan negosiasi untuk membantu pemuda berkembang menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. PKH merupakan program yang memberi nilai tambah pemuda untuk memahami dan mengukur kecakapan, kemampuan dan kebutuhan perkem-bangan diri mereka sehingga memberi kontribusi produktif.

Varian program PKH tidak memiliki interaksi langsung ter-hadap koefisien parameter capaian IPM. Tetapi, akibat negatif program PKH yang diterlantarkan dapat memberikan imbas tidak diharapkan terhadap parameter kesehatan bahkan pendapatan per kapita.Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 4.

Penelitian Elizabeth Pungello (Siscawaty, 2012) menunjukkan hasil positif kelompok responden yang mengikuti PAUD setelah tiga puluh tahun. Responden secara akademis rata-rata berpendidi-kan tinggi, dan memperlihatkan kemampuan kerja konsisten. Ke-berhasilan responden setelah tiga puluh tahun, dilihat sebagai aso-siasi terhadap pengalaman pendidikan anak usia dini. PAUD tidak memiliki korelasi langsung terhadap pencapaian dan peningkatan IPM, namun secara potensial memberikan dukungan jangka pan-jang atas pencapaian derajat IPM.Pendidikan Kepemudaan5.

Banyak program dan lembaga pendidikan bagi pemuda dan tidak identik di bawah kementrian pendidikan dan kebudayaan. Tentu norma dan acuan pendidikan harus mendapat perhatian

Page 22: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

15JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

antara lain pemenuhan delapan standar nasional pendidikan. Sep-erti penyelenggaraan PAUD, pendidikan kepemudaan pun hanya mampu menunjukkan potensi jangka panjang atas pencapaian IPM. Kecuali bila pendidikan kepemudaan memiliki muatan langsung berkaitan dengan koefisien parameter IPM, seperti kesehatan, dan peningkatan pendapatan.Pendidikan Pemberdayaan Perempuan 6.

Sasaran utama adalah perempuan telah berkeluarga dan memi-liki anak serta tinggal di daerah pedesaan, terpencil atau tertinggal. Pendidikan ini banyak menawarkan materi kesehatan dan peningka-tan pendapatan keluarga, sehingga dikalkulasi memiliki kontribusi terhadap pencapaian dan peningkatan IPM. Namun, pendidikan ini kerap berada di luar kementrian pendidikan dan kebudayaan. Seh-ingga, hasil pendidikan pemberdayaan perempuan terhadap IPM tidak mudah diklaim sebagai kontribusi PNF.Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja7. ,

Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja berpengaruh langsung terhadap peningkatan pendapatan seseorang. Akan tetapi, proses pendidikan yang bersifat individu tidak selaras dengan per-hitungan ekonomis pendapatan yang dilakukan makro. Sehingga kalkulasi perorangan terhadap koefisien pendapatan cukup rumit dihitung dibandingkan mengkalkulasi pendapatan makro yang diperoleh dibagi jumlah penduduk. Pendidikan Lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemam-8. puan peserta didik.

Pendidikan lain ini pun hanya menunjukkan potensi terhadap pencapaian dan peningkatan IPM baik di tingkat daerah maupun di tingkat nasional.

Page 23: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

16 JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

Gambar 4. Korelasi PNF terhadap IPM

Korelasi program PNF terhadap pencapaian dan peningkatan IPM di daerah maupun nasional tidak dapat dilihat langsung karena bersifat potensial. Kesetaraan sebagai basic nonformal education, selama ini secara politis belum diperhitungkan dalam kalkulasi indeks rata-rata penduduk yang menyelesaikan pendidikan sekolah sekalipun sudah dikelola jalur formal dalam tiga tahun terakhir. Tetapi secara riil mau-pun potensial korelsi PNF terhadap pencapaian dan peningkatan in-deks IPM dapat digambarkan (lihat Gambar 4.)

Gambar 4. Korelasi PNF terhadap IPM

Page 24: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

17JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

kesImpulanTiga kesimpulan yang dapat diperoleh adalah:

Korelasi PNF memiliki kaitan tidak langsung terhadap pencapaian 1. IPMPotensi PNF memberikan dampak terhadap pencapaian IPM, 2. danKedekatan PNF terhadap pencapaian IPM kurang nampak setelah 3. melek aksara tidak menjadi dasar perhitungan parameterSehingga sebagai rekomendasi untuk menjawab sumbangan PNF

terhadap pencapaian IPM diperlukan perangkat, pengumpulan, anal-isa data lebih cermat bukan semata mengandalkan kalkulasi statis-tik yang menunjukkan korelasi linear sederhana. Praktisi PNF tidak perlu merendahkan diri jika menghadapi pertanyaan kontribusi PNF bagi pencapaian IPM. Sikap kooperatif menunjukkan kontribusi PNF terhadap IPM membutuhkan kerangka pikir, paradigm atas kenyataan pendidikan terhadap pembangunan secara umum dibandingkan terh-adap kalkulasi ekonomi pembangunan secara khusus.

daFtar pustakaAbdulhak, Ishak. (2000) Strategi Membangun Motivasi dalam

Pembelajaran Orang Dewasa, Bandung: Andira.Black, James A. dan Dean J. Champion. (2009). Methods and Issues

in Social Research, Diterjemahkan oleh: E. Koswara, Dira Salam, dan Alfin Ruzhendi, Cetakan Keempat, Bandung: Refika Aditama.

Call Institute. (2013). Lifelong Learning: Engaging for future betterment. ON LINE. Tersedia pada: http://call-hardy.blogspot.com/2013/03/lifelong-learning-engaging-for-future.html?m=1 Diunduh pada hari Rabu, 5 Juni 2013 jam 22.45.

Cross, Patricia K. (1981). Adults as Learners: Increasing Participation and Facilitating Learning, San Fransisco: Jossey-Bass Publishers.

Finger, Matthias dan Jose Manuel Asun. (2001). Adult Education at The Crossroads: Learning Our Way Out, London dan New York: Zed Books.

Page 25: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

18 JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

Francis, Margaret. (2012) Life Skills Education. ON LINE. Tersedia pada:http://changingminds.org/articles/articles/life_skills_education.htm Diunduh pada hari Rabu, 29 Pebruari 2012 jam 03.05.

Galbraith, Michael W. (1991). Adult Learning Methods: A guide for Effective Instruction. Second Printing, Florida: Krieger Publishing Company.

Hardiyanto, Edy (2005) Menurut Siapa? PKBM tidak ada di Cina?. Gita Setra: Himbauan Dari dan Untuk Lapangan. Edisi Juni 2005. Th XXIII Nomor 64.

Hely, A.S.M. (1962). New Trends in Adult Education: From Elsinore to Montreal, Paris: UNESCO.

Aritonang, Margareth S. (2013) RI makes progress in HDI, but still below regional

average. ON LINE. Tersedia pada: http://www.thejakartapost.com/news/2013/03/16/ri-makes-progress-hdi-still-below-regional-average.html Diunduh pada hari Rabu, 21 Agustus 2013 jam 10.20.

ONFEC. (2007). Development of Literacy and Nonformal Education in Thailand, Bangkok: Office of the Non-Formal Education Commission, Office of the Permanent Secretary, Ministry of Education, Kingdom of Thailand.

Oyasu, Kiichi (2007) Expanding Learning and Time Space, Systematic Resource Development and Capacity Building Presentation, Hanoi – Vietnam September 2 – 5.

Sandov, Blagovest and Ivan Stanchev (Ed.) (1988) Children hildren in the Information Age: Opportunities for Creativity, Innovation and New Activities. Selected Papers from the Second International Conference, Sofia, Bulgaria, 19-23 May 1987, Oxford et.al.: Pergamon Press.

SED dan ACCU. (2008). Kominkan: Community Learning Centers (CLC) of Japan, Tokyo: Social Education Division and Asia/Pacific Cultural Centre for UNESCO.

Sheats, Paul H., Clarence D. Jayne dan Ralph B. Spence. (1954). Adult Education: The Community Approach, New York: Dryden Press.

Siagian, S.P. (1981). Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan.

Page 26: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

19JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

Cetakan VI, Jakarta: Gunung Agung.Siscawaty, Evy. (2012). Manfaat Pengasuhan Anak Bermutu Tinggi

tetap terasa Ketika Individu telah berusia 30 Tahun. ON LINE. Tersedia pada: http://www.faktailmiah.com/2012/05/14/manfaat-pengasuhan-anak-bermutu-tinggi-tetap-terasa-ketika-individu-telah-berusia-30-tahun.html Diunduh pada hari Minggu, 21 September 2012 jam 13.30.

Silalahi, Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial, Bandung: Refika Aditama.

Tunggara, Ki dan Jatmiko (2006) Makali Heri Santoto dan PKBM Al-Hikmah: Gigih Berjuang Melawan Tri Buta. MISI: Majalah Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal. Figur. Vol 1. Edisi 1. Desember 2006.

UNDP (2010) Human Development Report 2010. ON LINE. Tersedia pada: http://hdr.undp.org/en/media/HDR_20072008_EN_Complete.pdf Diunduh pada hari Rabu, 15 Juni 2011 jam 03.30.

Zubaedi. (2005). Pendidikan Berbasis Masyarakat: Upaya Menawarkan Solusi terhadap Berbagai Problem Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 27: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

20 JPNF Edisi 11 2014

Hardiyanto, Implikasi Parameter IPM Bidang Pendidikan Terhadap Program PNF

Page 28: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

21JPNF Edisi 11 2014

Widhiartha, Pendidikan Untuk Perdamaian

pendIdIkan untuk perdamaIan sebagaI bagIan darI pendIdIkan untuk pembangunan berkelanJutan

Putu A. Widhiartha

AbstrakThere were conflicts and wars throughout human history and continues to this day. Seizure of power, coercion of religion or ideology, sense of superiority to others, and plenty of other causes have led to many innocent human beings become victims of various conflicts and war. Yet peace is a condition that is desired by most people who have a belief in humanity. Education is one of the best ways to bring peace to the community. Through education, various values that favor peace can be embedded in the hearts and minds of the community members.Konflik dan perang telah ada sepanjang sejarah manusia dan berlanjut hingga hari ini. Perebutan kekuasaan, pemaksaan agama atau ideologi, rasa superioritas kepada orang lain, dan banyak penyebab lain telah menyebabkan banyak manusia tak berdosa menjadi korban dari berbagai konflik dan perang tersebut. Walaupun demikian perdamaian adalah suatu kondisi yang diinginkan oleh kebanyakan orang yang masih memiliki keyakinan akan nilai kemanusiaan. Pendidikan adalah salah satu cara terbaik untuk menanamkan budaya perdamaian ke masyarakat. Melalui pendidikan, berbagai nilai yang mendukung perdamaian dapat tertanam dalam hati dan pikiran dari anggota masyarakat tersebut.

Keywords: culture of peace, education for peace, education for sustainable development

pendaHuluanHidup dalam kondisi damai merupakan hak dan kebutuhan men-

dasar bagi manusia yang bermartabat. Secara etimologi kata “damai”,

Page 29: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

22 JPNF Edisi 11 2014

Widhiartha, Pendidikan Untuk Perdamaian

atau “peace” dalam bahasa Inggris, berarti suatu kondisi di mana tidak ada perang, sedangkan pengertian secara lebih luas oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) adalah suatu kondisi ketika masyarakat dapat menyelesaikan permasalahan antar anggota mereka tanpa rasa takut dan ancaman kekerasan. Dalam kondisi damai dan aman manusia da-pat menjalani kehidupannya secara berkualitas dan mendapatkan kes-empatan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pendidikan menjadi sangat penting dalam rangka mencapai ke-mampuan berpikir dan bertindak bagi seseorang untuk dapat hidup bersama secara damai dengan sesama. Pendidikan dapat membantu mencegah rasa tidak aman dan potensi konflik yang dapat menggagal-kan kemajuan menuju pembangunan berkelanjutan. Pendidikan juga digunakan untuk membangun kembali kedamaian di masyarakat sete-lah selesainya konflik kekerasan. Dengan belajar untuk hidup bersama, peserta didik memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan dan sikap untuk dialog, kerjasama dan perdamaian.

UNESCO sebagai bagian dari badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang bertanggung jawab terhadap masalah pendidikan menyadari tentang pentingnya pendidikan dalam membangun perdamaian ini. Konsep per-damaian telah dimasukkan dalam 27 prinsip pendidikan untuk pembangu-nan berkelanjutan (EFSD) pada prinsip ke-25 yang berbunyi “Perdamaian, pembangunan dan perlindungan lingkungan saling bergantung dan tak ter-pisahkan.” Dengan memasukkannya sebagai bagian dari EFSD diharapkan melalui berbagai program EFSD dapat dikembangkan kapasitas untuk meng-hargai perbedaan dan keragaman serta membangun toleransi sosial. Rumu-san UNESCO ini diharapkan digunakan oleh negara-negara yang menjadi anggotanya dalam membangun pendidikan yang mewujudkan perdamaian di wilayahnya masing-masing.

memaHamI budaya perdamaIan Budaya perdamaian atau culture of peace dirumuskan UNESCO

melalui Resolusi PBB A/RES/52/13 tentang Culture of Peace dan A/RES/53/243 tentang Declaration and Programme of Action on a Culture of Peace. Dalam resolusi tersebut budaya perdamaian dirumuskan se-bagai sebuah kumpulan nilai, watak, tingkah laku, dan cara hidup yang menolak kekerasan dan mencegah konflik dengan menangani akar permasalahan untuk menyelesaikan masalah melalui dialog dan nego-

Page 30: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

23JPNF Edisi 11 2014

Widhiartha, Pendidikan Untuk Perdamaian

isasi antar individu, kelompok, ataupun negara. Untuk mewujudkan hal tersebut hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

Menumbuhkan budaya damai melalui pendidikan1. Hal ini dapat dicapai dengan merevisi kurikulum pendidikan

untuk mempromosikan nilai-nilai, sikap dan perilaku dari budaya perdamaian, termasuk resolusi konflik, dialog, membangun kon-sensus damai dan aktif dalam kampanye anti kekerasan. Mempromosikan pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelan-2. jutan

Contoh sektor yang perlu mendapat perhatian dalam pemban-gunan berkelanjutan adalah mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial, mengentaskan kemiskinan dan menjamin keberkelanjutan ketahanan pangan, juga dengan mewujudkan keadilan sosial, solusi berkelanjutan untuk masalah utang, pemberdayaan perempuan, merumuskan langkah-langkah khusus untuk kelompok dengan ke-butuhan khusus, serta menjaga kelestarian lingkungan.Mempromosikan penghormatan terhadap hak asasi manusia. 3.

Hak asasi manusia dan budaya damai saling melengkapi. Saat perang dan kekerasan mendominasi tidak ada kemungkinan untuk menghargai hak asasi manusia. Secara eksplisit dapat dinyatakan tanpa penghargaan pada hak asasi manusia di semua dimensi ke-hidupan tidak akan ada budaya perdamaian.Memastikan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki 4.

Kesetaraan ini dapat dicapai melalui partisipasi penuh perem-puan dalam ekonomi, sosial dan politik pengambilan keputusan. Diperlukan adanya kesadaran untuk mengeliminasi dari segala ben-tuk diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan, dan menye-diakan dukungan dan bantuan untuk perempuan yang membutuh-kan.Menumbuhkan partisipasi demokratis 5.

Dasar yang sangat diperlukan untuk pencapaian dan pemeli-haraan perdamaian dan keamanan adalah pelaksanaan demokrasi. Praktek demokrasi dan partisipasi dalam semua sektor masyarakat, transparan dan pemerintahan dan administrasi yang akuntabel, per-an serta masyarakat dalam pertempuran melawan terorisme, keja-hatan terorganisir, korupsi, narkoba dan pencucian uang. Meningkatkan saling pemahaman, toleransi, dan solidaritas 6.

Page 31: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

24 JPNF Edisi 11 2014

Widhiartha, Pendidikan Untuk Perdamaian

Untuk menghapuskan perang dan konflik kekerasan yang kita butuhkan adalah dengan menghilangkan saling curiga dan sikap bermusuhan dengan mencoba saling pengertian, toleransi dan soli-daritas di antara semua bangsa dan budaya. Saling mempelajari per-bedaan budaya dan nilai-nilai dalam sebuah kelompok masyarakat atau antar negara juga sangat penting untuk dilakukan.Mendukung komunikasi partisipatif dukungan dan kebebasan in-7. formasi dan pengetahuan

Kemerdekaan untuk mendapatkan informasi dan komunikasi dan membagi informasi dan pengetahuan tersebut sangat diperlu-kan untuk mewujudkan budaya damai. Walaupun demikian perlu diambil langkah-langkah mengatasi masalah kekerasan di media, termasuk di media teknologi informasi dan komunikasi yang saat ini tengah berkembang.Mewujudkan perdamaian dan keamanan internasional 8.

Berbagai keberhasilan dalam beberapa tahun terakhir semacam pelucutan senjata, termasuk senjata nuklir, perjanjian yang melarang penggunaan ranjau darat, dan sebagainya harus menjadi pendorong kita untuk meningkatkan upaya damai dalam negosiasi mewujud-kan permukiman damai, penghapusan produksi dan lalu lintas sen-jata, solusi kemanusiaan dalam situasi konflik, dan inisiatif pasca-konflik. PBB telah menyatakan periode 2001-2010 sebagai Dekade Internasional untuk Budaya Perdamaian dan Non-Kekerasan bagi Anak-anak Dunia.

unsur pentIng dalam pendIdIkan untuk perdamaIan

Banyak faktor berkontribusi pada efektifitas pendidikan yang ber-orientasi pada perdamaian tetapi ada beberapa faktor yang dapat di-anggap menjadi kunci utama yaitu:

Page 32: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

25JPNF Edisi 11 2014

Widhiartha, Pendidikan Untuk Perdamaian

Kebijakan Pendidikan1. Sebagai kerangka dasar dari pendidikan di suatu negara, kebi-

jakan pendidikan haruslah secara eksplisit memperkenalkan dan mendukung perdamaian dunia. Termasuk di dalam kebijakan ini adalah anggaran, program, rencana aksi, kurikulum, peningkatan kualitas pendidik, dan sebagainya. Kebijakan yang dikembangkan secara partisipatif dan bekerja sama dengansegenap pemangku kepentingan termasuk dunia internasional diarahkan untuk saling memahami perbedaan dan meningkatkan toleransi dan dialog seh-ingga terwujud perdamaian yang diinginkan bersama.Implementasi Kebijakan2.

Tidak kalah penting dari kebijakan itu sendiri adalah imple-mentasi kebijakan pendidikan yang menumbuhkan budaya damai. Untuk mencapai efektifitas kebijakan membutuhkan implementasi yang konsisten berupa strategi, di mana tersusun termasuk lang-kah-langkah seperti alokasi sumberdaya yang memadai, adanya mekanisme koordinasi yang menjamin koherensi, pemantauan dan

Kebijakan Pendidikan

Implementasi Kebijakan

Lingkungan

Proses Belajar Mengajar

Pendidik

Gambar 1. Aspek Utama Pendidikan dalam Perdamaian

Page 33: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

26 JPNF Edisi 11 2014

Widhiartha, Pendidikan Untuk Perdamaian

akuntabilitas. Strategi tersebut harus dipahami secara menyeluruh oleh pemangku kepentingan di tingkat nasional (kementerian) , tingkat lokal (pemerintah daerah), maupun tingkat satuan pendidi-kan (pendidik, peserta didik, pengelola) untuk menjamin tercapa-inya tujuan yang diinginkan.Lingkungan Belajar3.

Situasi belajar yang kondusif diwujudkan dengan terlebih da-hulu menyediakan lingkungan belajar yang damai pula. Walaupun terlihat sederhana tetapi di daerah konflik akan sangat sulit untuk mendapatkan situasi belajar yang kondusif ini. Peserta didik tidak hanya mendapatkan materi tentang bagaimana mewujudkan perda-maian tetapi juga mendapatkan contoh dan teladan dari kehidupan sehari-hari di lingkungannya.Proses Belajar Mengajar4.

Proses belajar mengajar dengan pendekatan holistik yang mere-fleksikan nilai-nilai penghargaan terhadap hak asasi manusia dan toleransi diperlukan dalam menanamkan benih perdamaian pada cara berpikir para peserta didik. Proses belajar mengajar juga mem-butuhkan perangkat yang memuat berbagai aspek untuk mewujud-kan perdamaian dalam bentuk kurikulum, silabus, rpp dan bahan belajar.Pendidik5.

Pendidik adalah unsur utama sumberdaya manusia dalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi perdamaian. Pengembangan profesional bagi pendidik dengan berorientasi pada nilai-nilai tol-eransi dan penghargaan bagi hak asasi manusia menumbuhkan kesadaran bagi mereka akan pentingnya perdamaian dalam kaitan perannya sebagai pendidik.

nIlaI dasar perdamaIanSituasi damai dan bebas dari rasa takut membutuhkan penerapan

nilai-nilai dasar kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia pendidikan nilai dasar perdamaian ini dapat diwujudkan men-jadi kerangka dasar dalam menyusun kurikulum ataupun materi-materi pembelajaran pendidikan untuk perdamaian. Nilai-nilai dasar itu antara lain digambarkan berikut ini. Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

Page 34: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

27JPNF Edisi 11 2014

Widhiartha, Pendidikan Untuk Perdamaian

Hak Asasi1. Hak asasi manusia adalah hak paling hakiki dari seseorang. Hak

asasi didapatkan sejak manusia itu lahir dan masyarakat serta negara

Perdamaian

Hak Asasi

Toleransi

SolidaritasAnti Kekerasan

Dialog

wajib untuk mewujudkan situasi di mana setiap orang dijamin un-tuk mendapatkan hak dasar ini. Saling menghargai hak asasi sesama manusia adalah kunci untuk perdamaian karena situasi konflik ser-ingkali berakar dari pelanggaran terhadap hak asasi manusia ini.Toleransi2.

Tidak ada perdamaian tanpa adanya toleransi. Toleransi yang sempat menjadi ciri khas masyarakat Indonesia saat ini sudah jauh memudar. Meruncingnya perbedaan agama, suku, dan tingkat kes-ejahteraan menjadikan masyarakat lebih mudah tersulut untuk me-mulai konflik. Hal ini diperburuk dengan minimnya keteladanan dari para tokoh agama dan tokoh masyarakat sehingga generasi yang lebih muda ikut larut dalam sikap intoleransi. Menumbuhkan kembali sikap toleransi ini menjadi tugas segenap pemangku ke-pentingan dalam mewujudkan masyarakat yang damai dan bebas dari rasa takut.

Gambar 2. Nilai-nilai Dasar Perdamaian

Page 35: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

28 JPNF Edisi 11 2014

Widhiartha, Pendidikan Untuk Perdamaian

Dialog3. Dalam menyelesaikan masalah perlu dikedepankan adanya

dialog dan menjauhi kekerasan. Dialog dengan saling menghargai pihak-pihak yang bermasalah dan memberikan mereka kesempatan menjelaskan permasalahan dari perspektif masing-masing dapat berujung pada munculnya solusi bersama dan saling menguntung-kan.Anti Kekerasan4.

Pada masyarakat yang berpendidikan dan beradab kekerasan dalam menyelesaikan masalah adalah sesuatu yang tidak dapat di-terima. Kepercayaan kepada hukum dan para penegaknya menjadi-kan masyarakat segan untuk menggunakan kekerasan dalam me-nyelesaikan berbagai permasalahan. Dengan demikian perlu adanya kepastian hukum yang wajib diwujudkan oleh segenap pihak yang berwenang. Kepastian hukum dapat menekan potensi terjadinya konflik di masyarakat.Solidaritas dan kepedulian5.

Di tengah masyarakat yang semakin sibuk mengejar kebutuhan hidupnya masing-masing sifat egois pun muncul. Ketidakpedulian dan ketidakpercayaan kepada sesama anggota masyakat pada akh-irnya menyebabkan saling curiga. Rasa saling curiga inilah yang bisa menjadi bibit awal dari konflik antar anggota masyarakat. Dengan mengajarkan kepedulian dan solidaritas pada sesama manusia, teru-tama pada anggota masyarakat yang kurang beruntung atau mem-butuhkan bantuan dapat menjadi landasan terciptanya rasa saling menghargai dan perdamaian. Dengan demikian solidaritas dan kepedulian perlu dijadikan salah satu bahan yang harus diajarkan kepada peserta didik.

e. kesImpulanDalam sejarah umat manusia di dunia konflik baik antar anggota

masyarakat maupun antar negara di seluruh dunia adalah sebuah ke-niscayaan. Walaupun demikian konflik bisa diselesaikan tanpa mela-lui perang atau kekerasan dengan mengedepankan dialog dan saling menghargai. PBB melalui UNESCO berusaha menanamkan para-digma damai dan saling menghargai ini melalui program Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, di mana salah satu bentuknya

Page 36: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

29JPNF Edisi 11 2014

Widhiartha, Pendidikan Untuk Perdamaian

adalah pendidikan untuk mewujudkan perdamaian. Dengan menggu-nakan pendidikan, seluruh lapisan masyarakat yang menjadi sasaran untuk menanamkan nilai-nilai perdamaian ini dapat terjangkau. Den-gan pendidikan pula segala pendekatan dapat dilakukan secara lebih rapi, terstruktur, dan bebas muatan politik ataupun ideologi sehingga masyarakat dunia yang damai dan saling menghargai dapat terwujud.

daFtar pustaka----.2002. Best Practices of Non-violent Conflict Resolution in and out of school,

some examples. UNESCO. Paris ---.2005. UN Decade of Education for Sustainable Development. UNESCO.

Paris----.2007. A Human Rights-Based Approach to Education for All. UNICEF.

New York ----.2007 Plan of Action World Programme for Human Rights Education, First

Phase. UNESCO OHCHR. New York- GenevaWebel,Charles and Galtung, Johan.2007. Handbook of Peace and Conflict

Studies, Routledge. London-New York

Page 37: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

30 JPNF Edisi 11 2014

Widhiartha, Pendidikan Untuk Perdamaian

Page 38: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

31JPNF Edisi 11 2014

yusuf, Pelatihan Pendidik Paud Dalam Rintisan Paud Holistik Integratif

pelatIHan pendIdIk paud dalam rIntIsan paud HolIstIk IntegratIF dI keluraHan made keCamatan sambIkerep surabayaAli Yusuf

AbstractThe purpose of community service through Holistical Intregative Early Childhood Education Training in Village Made District Sambikerep Surabaya are to: 1) give training to the tutors of Early Childhood Education, BKB cadre and ECE cadre; 2) be the provision of training on the basic concepts of early childhood education, playing, planning and learning evaluation of Early Childhood Education, and educational toys for comprehensive service (holistic). The methods that are used in implementation PKM are: 1) Variative lecture Method, this method is used to give information and explaining about purposes and intents of the training. The most important thing is their motivation about how they can be ready and be glad to join with this training program with discussion and debriefing; 2) Demonstration Method, this method is used to train the participants, so they can apply this method, because the knowledge they learn are about theory and practice; 3) Recitation or giving assignment is give the tutor/ facilitator assignment directly through role playing. Based on training that implemented described that enthusiasm of participant’s attendance is high enough, it is proved by the attendance of them. It’s about >100%. 100% of the participants state that the clarity of the material presented clearly, implementation of the theory and practice is easy to be followed. They state that the benefit of this training is 100% useful, and the sustainability of this program after training is expected also 100%. Keywords: Training, Early Childhood Education, Holistic, Integrative, Tutors of Early Childhood Education, BKB cadre and ECE cadre.

Page 39: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

32 JPNF Edisi 11 2014

yusuf, Pelatihan Pendidik Paud Dalam Rintisan Paud Holistik Integratif

pendaHuluanLayanan yang menyeluruh (holistik) yang meliputi stimulasi pen-

didikan, pengasuhan, perawatan kesehatan, asupan gizi seimbang, per-lindungan hak-hak anak, dan parenting education menjadi sangat pent-ing guna mengoptimalkan potensi anak.Untuk mewujudkan layanan yang menyeluruh (holistik), pendidik dan tenaga kependidikan PAUD dituntut menguasai berbagai disiplin ilmu, sehingga layanan yang me-nyeluruh dapat diberikan dalam satu atap di lembaga PAUD. Akan tetapi, keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh pendidik dan tenaga kependidikan PAUD, membuat layanan yang me-nyeluruh masih sulit diberikan dalam satu atap. Oleh karena itu menja-lin kerjasama dengan lembaga lain yang mempunyai kewenangan dan kemampuan dalam memberikan layanan kepada anak usia dini men-jadi sangat penting. Misalnya, untuk memberikan layanan tentang pera-watan kesehatan anak, baik kesehatan badan maupun kesehatan gigi, lembaga PAUD dapat bekerjasama dengan Dinas Kesehatan (puskes-mas terdekat). Sementara itu, agar masyarakat khususnya orang tua atau pendidik dapat menjaga dan menghargai hak-hak anak, lembaga PAUD dapat bekerjasama dengan lembaga perlindungan anak. Masalah pendidikan orang tua (parenting) dapat melibatkan lembaga yang peduli terhadap kegiatan parenting, baik lembaga pemerintah maupun swasta. Dengan demikian layanan menyeluruh (holistik) dapat diberikan ke-pada anak usia dini seoptimal mungkin.

Pendidikan sejak dini merupakan salah satu kunci untuk menga-tasi keterpurukan bangsa, khususnya dalam menyiapkan sumber daya manusia yang handal nantinya. Berbagai penelitian bidang neurologi menunjukan, bila anak distimulasi sejak dini, maka akan ditemukan genius (potensi paling baik/unggul) dalam dirinya. Setiap anak memi-liki kemampuan tak terbatas dalam belajar (limittes capacity to learn) yang inheren (telah ada) dalam dirinya untuk dapat berpikir kreatif dan produktif. Oleh karena itu, anak memerlukan program pendidikan yang mampu membuka kapasitas tersembunyi tersebut (unlocking the capacity) melalui pembelajaran bermakna seawal mungkin. Bila potensi diri pada anak tidak pernah terealiasikan, maka itu berarti anak telah kehilangan peluang dan momentum dalam hidupnya dan pada giliran-ya negara akan kehilangan sumber daya manusia terbaiknya.

Kebutuhan masyarakat terhadap layanan pendidikan anak usia dini

Page 40: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

33JPNF Edisi 11 2014

yusuf, Pelatihan Pendidik Paud Dalam Rintisan Paud Holistik Integratif

cukup besar. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengikusertakan anak-anaknya pada program PAUD. Sementara itu jumlah lembaga PAUD belum memadai, seperti yang terjadi di Ke-lurahan Made Kecamatan Sambi Kerep, Surabaya, dalam artian sarana prasana dan khususnya kemampuan pendidik PAUD yang sesuai den-gan bidangnya.

Dengan kondisi tersebut, maka dengan memberikan pelatihan ke- ke-pada pendidik PAUD, Kader BKB dan kader PAUD agar mempunyai bekal tentang konsep dasar PAUD, bermain, perencanaan dan evalu-asi pembelajaran PAUD, serta alat permainan educative (APE) untuk layanan yang menyeluruh (holistik) yang meliputi stimulasi pendidikan, pengasuhan, perawatan kesehatan, asupan gizi seimbang, perlindun-gan hak-hak anak, dan parenting education menjadi sangat penting guna mengoptimalkan potensi anak.

landasan teorIlandasan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini

Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini haruslah didasarkan pada berbagai landasan, antara lain:

Landasan Yuridis 1. Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan a. bahwa ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Pada pasal 28C ayat 2 dinyatakan, “Setiap anak berhak atas b. mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidup-nya dan demi kesejahteraan umat manusia.”Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlind-c. ungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak memper-oleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”.Dalam UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan d. Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidi-kan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditu-jukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang

Page 41: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

34 JPNF Edisi 11 2014

yusuf, Pelatihan Pendidik Paud Dalam Rintisan Paud Holistik Integratif

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ro-hani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.Pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan e. bahwa:

Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum jen-1) jang pendidikan dasar,Pendidkan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui 2) jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau informal,Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, 3) atau bentuk lain yang sederajat,Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, 4) TPA, atau bentuk lain yang sederajat,Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan 5) keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh ling-kungan,Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaima-6) na dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

2. Landasan Filosofis Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan ma-

nusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manu-sia-manusia yang baik. Standar manusia yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena perbedaan pandangan fil-safah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan.

Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeya-kinan bahwa pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia indonesia seutuhnya.Bangsa Indonesia juga sangat menghargai perbedaan dan mencin-tai demokrasi yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang maknanya “berbeda tetapi satu.” Dari semboyan tersebut bangsa Indonesia juga sangat menjunjung tinggi hak-hak individu sebagai mahluk Tuhan yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai mahluk individu yang sangat berhak untuk mendapatkan

Page 42: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

35JPNF Edisi 11 2014

yusuf, Pelatihan Pendidik Paud Dalam Rintisan Paud Holistik Integratif

pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga kelak dapat men-jadi anak bangsa yang diharapkan. Melalui pendidikan yang diban-gun atas dasar falsafah pancasila yang didasarkan pada semangat Bhinneka Tunggal Ika diharapkan bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang tahu akan hak dan kewajibannya untuk bisa hidup ber-dampingan, tolong menolong dan saling menghargai dalam sebuah harmoni sebagai bangsa yang bermartabat.

Sehubungan dengan pandangan filosofis tersebut maka kuriku-lum sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, pengemban-gannya harus memperhatikan pandangan filosofis bangsa dalam proses pendidikan yang berlangsung.

3. Landasan Keilmuan Landasan keilmuan yang mendasari pentingnya pendidikan

anak usia dini didasarkan kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkemban-gan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Menurut Wittrock (Clark, 1983), ada tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan sinapsis, dan pembagian sel saraf. Peran ketiga wilayah otak tersebut sangat penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Sejalan dengan itu Tey-ler mengemukakan bahwa pada saat lahir otak manusia berisi sekitar 100 milyar hingga 200 milyar sel saraf. Tiap sel saraf siap berkem-bang sampai taraf tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dari lingkungan.

Jean Piaget (1972) mengemukakan tentang bagaimana anak be-lajar: “Anak belajar melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Guru bisa menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-ba-han yang tepat, tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, dan ia harus menemukannya sendiri.” Sementara Lev Vigostsky meyakini bah-wa pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.

Page 43: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

36 JPNF Edisi 11 2014

yusuf, Pelatihan Pendidik Paud Dalam Rintisan Paud Holistik Integratif

Pembelajaran akan menjadi pengalaman yang bermakna bagi anak jika ia dapat melakukan sesuatu atas lingkungannya. Howard Gard-ner menyatakan tentang kecerdasan jamak dalam perkembangan manusia terbagi menjadi kecerdasan bodily kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalistik, kecerdasan logiko-matematik, kecerdasan visual-spasial, kecer-dasan musik.

Dengan demikian perkembangan kemampuan ber-pikir manusia sangat berkaitan dengan struktur otak, sedan-gkan struktur otak itu sendiri dipengaruhi oleh stimulasi, kesehatan dan gizi yang diberikan oleh lingkungan sehingga peran pendidikan yang sesuai bagi anak usia dini sangat diper-lukan.

Holistik dan Integratifa. Studi kebijakan pengembangan anak usia dini holistik dan integratif yang dilakukan oleh Kementerian Negara Perenca-naan Pembangunan (2006:3) menyatakan bahwa pengembangan anak usia dini secara menyeluruh (holistik) mencakup kesehatan dasar, gizi dan pengembangan emosi serta intelektual anak perlu dilakukan secara baik karena amat menentukan perjalanan hidup-nya di kemudian hari. Masa usia dini merupakan masa kritis tumbuh kem-bang anak yang akan menentukan perkembangan anak pada tahapan selanjutnya. Seluruh dimensi pengembangan akan tum-buh dan berkembang, salling mempengaruhi dipengaruhi satu dengan yang lainnya. Untuk itu anak memmbutuhkan stimulasi holistik (menyeluruh) yang meliputi stimulasi pendidikan, kes-ehatan dan gizi, dan psikososial. Dalam laporan hasil studi Bappenas (2006) disebut-kan beberapa ciridari pendidian anak usia dini yang holistik meliputi memberikan pelayanan yang komprehensif meliputi stimulasi bayi, pendidikan orang tua dan pendidikan secara dini yang dilakukan dirumah dan pusat-pusat pelayanan pendidikan kesehatan dan gizi, penyediaan sanitasi yang baik dan sehat, perlindungan hukum terhadap perlakuan salah terhadap anak termasuk eksploitasi dan kekerasan.

Page 44: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

37JPNF Edisi 11 2014

yusuf, Pelatihan Pendidik Paud Dalam Rintisan Paud Holistik Integratif

Pengembangan anak usia dini yang holistik juga ber-cirikan adanya pelayanan yang berkesinambungan, dalm hal ini sistem pelayanan harus terkoordinasi dan terintegrasi secara baik dan memberkan pelayanan yang berkelanjutan dari sebelum anak lahir hingga usia 8 tahun.

Ciri lain dari pelayanan PAUD holistik adalah adanya pendidi-kan bagi orang tua dan pengasuh, serta keterlibatan masyarakat. Selanjutnya adanya kesempatan untuk mengakses program secara budaya tepat, serta memberikan pelayanan untuk anak berkebutu-han khusus.

Hasil studi oleh Kementerian Negara Perencanaan Pembangu-nan/BAPPENAS (2006:52) menyatakan bahwa pendekatan yang holistik dan integratif pada dasarnya dapat membangun koordinasi lintas seektoral, mempromosikan program-program yang bersifat inovatif, mengurangi kekurangan pengetahuan, sumber daya dan pelayanan, dan membangun program yang lebih efesien dan efektif yan juga tepat secara budaya.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa PAUD holistik dan integratif memberikan manfaat ekonomi sosial bagi masyarakat. Hasil studi BAPPENAS (2006:155) (dalam Suhardjo dkk, 2010: &) menyebutkan beberapa manfaat PAUD holistik antara lain untuk membangun SDM yang berkemampuan intelegensia tinggi, ke-pribadian dan berperilaku sosial yang baik serta mempunyai ke-tahanan mental dan psikososial yang kokoh. PAUD holistik juga dapat menghasilkan enonomic return yang lebih dan menurunkan so-cial costs di masa yang akan datang dengan meningkatkan efektifitas pendidikan dan menekan pengeluaran biaya untuk kesejahteraan masyarakat. Manfaat lainnya adalah untuk mencapai pemerataan sosial ekonomi masyarakat, termasuk mengatasi kesenjangan gen-der.

Jadi pada dasarnya penyelenggaaan PAUD holistik dan inte-gratif merupakan penyempurnaan dari pennyelenggaraan PAUD yang selama ini sudah berjalan. Dalam penyelenggaraan PAUD holistik dan integratif layanan yang diberikan kepada anak yang lebih menyeluruh (hollistik) dan melibatkan berbagai pihak atau lembaga yang berkompeten dan berwenang (integratif). Jika selama ini penyeengaraan PAUD pada umumnya hanya memberi layanan

Page 45: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

38 JPNF Edisi 11 2014

yusuf, Pelatihan Pendidik Paud Dalam Rintisan Paud Holistik Integratif

pendidikan saja, maka dalam penyelenggaraan PAUD holistik dan integratif layanan yang diberikan lebih menyeluruh (holistik) dan melibatkan berbagai pihak yang berkompeten.

metode pelaksanaan kerangka pemecahan masalah

Pembangunan kesadaran: belum adanya kesadaran masyarakat arti 7. pentingnya program PAUD yang holistik integratif yaitu dengan memberikan layanan pendidikan yang murah dan bermutu bagi anak usia 0 -6 tahun.Pendidikan : Memberikan pelatihan kepada 8. Pendidik PAUD, Kad-er BKB dan kader PAUD untuk mengkuti pelatihan tentang kon-sep dasar PAUD, bermain, perencanaan dan evaluasi pembelajaran PAUD, serta alat permainan educatif (APE).

realisasi pemecahan masalahRealisasi pemecahan masalah dalam kegiatan pengabdian kepa-

da masyarakat antara lain melalui pelatihan materi pelatihan tentang konsep dasar PAUD, bermain, perencanaan dan evaluasi pembelaja-ran PAUD, serta alat permainan educatif (APE) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidik PAUD, Kader BKB dan kader PAUD di Kelurahan Made Kecamatan Sambikerep, Surabaya berjalan sesuai dengan rencana dalam proposal melalui dana PNBP tahun anggaran 2012. Pendidik PAUD, Kader BKB dan kader PAUD sebagai peser-ta pelatihan yang berjumlah 20 orang dan sangat antusias mengikuti pelatihan.

Sasaran dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah pen-didik PAUD, Kader BKB dan kader PAUD di Kelurahan Made Ke-camatan Sambikerep, Surabaya. Mereka akan diberikan materi-materi yang sesuai dengan pembelajaran PAUD, karena pendidik PAUD, Kad-er BKB dan kader PAUD merasa membutuhkan materi-materi yang diberikan oleh tim PKM, hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan Penilik PLS UPTD Dinas Pendidikan dan Pendidik PAUD, Kader BKB dan kader PAUD di Kelurahan Made Kecamatan Sambik-erep, Surabaya sebelum kegiatan pelatihan ini dirumuskan.

Hasil dari pelatihan PAUD holistik ini nantinya Pendidik PAUD,

Page 46: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

39JPNF Edisi 11 2014

yusuf, Pelatihan Pendidik Paud Dalam Rintisan Paud Holistik Integratif

Kader BKB dan kader PAUD akan dapat meningkatkan kualitas kin-erja di lembaganya masing-masing.keterkaitan

Kegiatan pengabdian melibatkan lembaga dan masyarakat itu send-iri. Kegiatan ini diupayakan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi keterkaitan dalam pengabdian, yaitu sebagai berikut :

Pendidik PAUD, Kader BKB dan kader PAUD sebagai sasaran 1. yang berjumlah 20 orang. Mereka mendapatkan materi tentang konsep dasar PAUD, bermain, perencanaan dan evaluasi pembe-lajaran PAUD, serta alat permainan edukatif (APE) yang dapat meningkatkan kualitas kinerja di lembaganya masing-masing.Pemerintah UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Sambikerep, ter-2. utama penilik PLS, mendapatkan solusi konkrit sebagai alternatif pemecahan masalah yaitu layanan PAUD holisitik.Lembaga pemerintah Kelurahan Made Kecamatan Sambikerep 3. mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan pelatihan ini.Bagi dosen Jurusan PLS Unesa yang terlibat kegiatan dapat mem-4. berikan bantuan berupa pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelatihan PAUD holistik sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat yang langsung dapat diimplementasikan man-faat oleh khalayak sasaran. Sebagai tugas dosen dalam tri dharma perguruan tinggi.

metodePelatihan ini menggunakan berbagai metode agar sesuai dengan

materi. Metode yang digunakan antara lain :Metode ceramah bervariasi : Metode ini digunakan untuk mem-1. berikan informasi dan penjelasan dalam memberikan maksud dan tujuan pelatihan. Serta yang paling penting adalah motivasi ba-gaimana mereka bersedia dan senang mengikuti program pelatihan ini dengan diskusi dan tanya jawab.Metode demonstrasi : Untuk melatih peserta dalam pelatihan 2. agar banyak menggunakan metode demonstrasi karena ilmu yang dipelajari bersifat teori dan praktek. Resitasi atau pemberian tugas yaitu tutor/fasilitator secara lang-3. sung pemberian tugas kepada peserta dan ada role playing.

Page 47: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

40 JPNF Edisi 11 2014

yusuf, Pelatihan Pendidik Paud Dalam Rintisan Paud Holistik Integratif

evaluasiHasil kegiatan PKM adalah peningkatan kualitas kinerja Pendidik

PAUD, Kader BKB dan kader PAUD adalah :Penetepan kriteria keberhasilan yaitu pelatihan dinyatakan dapat 1. berhasil jika tujuan yang dirumuskan tercapai : sekurang-kurangnya (1) 80% dari peserta dapat menguasai 75% dari materi yang diberi-kan, (2) 80% kehadiran peserta dengan tertib mengikuti pelatihan (3) 80% dari peserta mampu menerapkan hasil pengetahuan dan keterampilan yang dilatihkan.Aspek yang dinilai proses dan hasil :2.

Proses pelatihan : kehadiran, motivasi, kerjasama dan kesesua-a. ian metode serta materi pelatihan.

Hasil pelatihan : Aspek kognitif, aspek afektif dan aspek 1) psikomotorik.

Kognitif : yaitu dapat dilihat perubahan pengetahuan a) dari sebelumnya yang tidak mengerti tentang materi tentang konsep dasar PAUD, bermain, perencanaan dan evaluasi pembelajaran PAUD, serta alat permainan edukatif (APE) Afektif : yaitu perubahan sikap Pendidik PAUD, Kader b) BKB dan kader PAUD terkait dengan komunikasi dan sikap yang lebih baik terhadap majikan.Psikomotorik yaitu perubahan c) skill yang diperoleh se-lama pelatihan dan pasca pelatihan.

Angket kepada para Pendidik PAUD, Kader BKB dan 2) kader PAUD:

Kepuasan kerjaa) Kualitas kinerjab)

HasIl dan pembaHasanHasil

Berdasarkan hasil angket dan pelatihan PAUD Holistik untuk Pen-didik PAUD, Kader BKB dan kader PAUD di Balai RW VI Watulawang Kelurahan Made Kecamtan Sambikerep, Surabaya yang telah dilaksanakan da-pat diperoleh hasil sebagai berikut.

Page 48: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

41JPNF Edisi 11 2014

yusuf, Pelatihan Pendidik Paud Dalam Rintisan Paud Holistik Integratif

Kehadiran peserta1. Jumlah kehadiran peserta pelatihan dapat dievaluasi sebagai beri-kut, yaitu kehadiran peserta menunjukkan antusiasme yang cukup tinggi dibuktikan dengan jumlah kehadiran sebesar >100%. Materi pelatihan2. Kejelasan materi penyampaian instruktur kepada peserta didik, pe-serta memilih jawaban jelas 100%. Hal ini berarti materi yang dis-ampaikan pada saat pelatihan sangat jelas.Pelaksanaan praktek3. Pelaksanaan praktek dinyatakan oleh peserta didik sebanyak 100% memilih mudah diikuti.Manfaat pelatihan 4. Manfaat pelatihan bagi peserta didik 100% sangat bermanfaat kar-ena dinyatakan ya oleh peserta didikAlat dan bahan5. Kemudahan untuk mendapatkan alat dan bahan setelah pelatihan selesai dinyatakan 100% mudah didapat.Harga bahan dan alat6. Harga bahan dan alat dinyatakan terjangkau dengan perolehan nilai jawaban sebesar 95% terjangkauKeberlanjutan setelah pelatihan7. Keberlanjutan program setelah pelatihan diharapkan oleh 100% peserta didik supaya perlu adanya program lanjutan.

pembaHasanKehadiran peserta1. 100% peserta hadir menunjukkan motivasi dan antusias peserta terhadap kegiatan pelatihan sangat tinggi. Di samping itu peserta memang memiliki kemauan dan keinginan untuk menambah ilmu dan keterampilan bagi diri sendiri.Materi2.

Pentingnya materi bahasana. Peserta menganggap materi bahasan sangat penting karena dapat memberikan bekal ilmu dan keterampilan pada mereka untuk memanfaatkan potensi lokal wilayah merekaKejelasan penyampaian materib. Materi yang dijelaskan sangat jelas hal ini terbukti pada hasil

Page 49: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

42 JPNF Edisi 11 2014

yusuf, Pelatihan Pendidik Paud Dalam Rintisan Paud Holistik Integratif

pelatihan pembuatan alat permainan edukatif (APE). Peserta dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan sangat baik.

Manfaat pelatihan 3. Dari kegiatan pelatihan ini, manfaat yang diperoleh bagi Juru-

san Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya adalah sebagai berikut :

Memperoleh informasi mengenai kegiatan pelatihan yang dibu-a. tuhkan oleh Pendidik PAUD, Kader BKB dan kader PAUD Kelurahan Made Kecamtan Sambikerep, SurabayaMemperoleh umpan balik mengenai materi-materi pelatihan b. yang dibutuhkan oleh Pendidik PAUD, Kader BKB dan kader PAUD Kelurahan Made Kecamtan Sambikerep, Surabaya, sehingga da-pat dikembangkan dalam pelatihan-pelatihan selanjutnya.

Hambatan 4. Hambatan kegiatan ini adalah menyesuaikan waktu dengan

kegiatan pembelajaran di lembaga masing masing oleh Pendidik PAUD, Kader BKB dan kader PAUD Kelurahan Made Kecamtan Sambikerep, Surabaya.Rekomendasi dan Tindak Lanjut5.

Dari hasil pelaksanaan pelatihan PAUD Holistik mendapat du-kungan yang positif dari instansi yang terkait dalam hal ini lem-baga-lembaga PAUD kelurahan Made tersebut yang terlihat dari respons kehadiran yang sangat tinggi serta antusiasme peserta didik dalam mengikuti pelatihan. Dukungan yang baik ini ditunjang pula dengan ketersediaan tempat kegiatan, alat-alat dan sarana praktek.

sImpulan dan sarankesimpulan

Dari hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada Pendidik PAUD, Kader BKB dan kader PAUD Kelurahan Made Kecamtan Sambik-erep, Surabaya dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pelaksanaan pelatihan berjalan lancar sesuai rencana. Hasil yang 1. diperoleh sangat memuaskan, meliputi kehadiran peserta pelatihan, motivasi, respons dan keaktifan peserta, materi yang disampaikan mudah diserap dan mudah diterapkan sehingga berguna sebagai bekal untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan keterampi-lan untuk meningkatkan kualitas kinerja.

Page 50: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

43JPNF Edisi 11 2014

yusuf, Pelatihan Pendidik Paud Dalam Rintisan Paud Holistik Integratif

Diperlukan evaluasi lebih lanjut untuk mengetahui tindak lanjut 2. dari pelatihan ini, sehingga ada manfaat lebih yang diperoleh pen-didik PAUD, Kader BKB dan kader PAUD Kelurahan Made Ke-camtan Sambikerep, SurabayaDiperlukan pelatihan lanjutan terutama untuk pengembangan ket-3. erampilan yang telah didapatkan.

saranKegiatan pelatihan PAUD Holistik sangat diperlukan bagi pendidik

PAUD, Kader BKB dan kader PAUD agar mempunyai bekal tentang konsep dasar PAUD, bermain, perencanaan dan evaluasi pembelaja-ran PAUD, serta alat permainan edukatif (APE), karena kegiatan ini menambah pengetahuan, pengalaman dan keterampilan untuk menin-gkatkan kualitas kinerja. Pelatihan–pelatihan semacam ini sangat perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan yang serupa, seperti pelatihan pem-buatan Alat Permainan Edukatif (APE).

daFtar pustakaHasan, Maimunah. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Diva Press.

JogjakartaKementrian Negara PPN/BAPPENAS. 2005. Studi Kebijakan

Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif. Jakarta Patmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta :

Rineka Cipta dan Depdikbud.Prihaningsih dkk. 2007. Model Pendampingan Afektif dengan Pendekatan

Sistem pada Pengelola dan Pengasuh TPA di Pasar. BPPNFI Regional IV. Surabaya

Suhardjo, dkk. 2010. Model Pendampingan Penyelenggaraan Kelompok Bermain Holistik Integratif. BPPNFI Reional IV. Surabaya

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Indeks.

Suyanto, Slamet.2008. Strategi pendidikan anak. Yogyakarta : PT. Hikayat Publishing.

Page 51: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

44 JPNF Edisi 11 2014

yusuf, Pelatihan Pendidik Paud Dalam Rintisan Paud Holistik Integratif

Page 52: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

45JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

stImulasI perkembangan motorIk kasar,menu utama pembelaJaran anak usIa dInI

Widya Ayu Puspita

AbstractLesson plan of early childhood education is designed to improve all develompmental aspect as described in Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58/2009 about Standard of Early Childhood Education in Indonesia. Those aspects are religion and moral values, language, social-emotional, cognitive and phisic-motoric. One of the important of phisic-motoric aspect is gross motor development. The right stimulation process is important, mainly if conducted at 0 - <3 year old, because, in this period, windows of opportuny is widely open, so child developmental can be optimized and it can reduce developmental handicap in the next phase.One of stimulation type is widely variance of motor stimulation suitable to children age and the nature of motor developmental. Motor stimulasi is designed to help children to reach their growth and development in right phase, and helping teachers, parents and another adult who interact with children to create more motoric activities. Motoric activities is based on indicator of motor development.Children development in gross motor skill is assessed by using many assessment tecnique, like observasion, portfolio, performance based and so on. Assessment result can informed about child development and provide child condition, so, if there is any problems can be handle by the teachers, parents and professional.

pendaHuluanUsia dini merupakan usia yang sangat penting dalam fase kehidu-

pan manusia, karena pada usia ini terjadi perkembangan otak yang sangat pesat dan menentukan pertumbuhan serta perkembangan anak

Page 53: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

46 JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

selanjutnya. Oleh karena itu, para ahli menyebut bahwa usia ini adalah usia keemasan (golden period), atau bahkan ada pula yang menyebutkan sebagai usia kritis, karena terdapat jendela kesempatan (windows of op-potunities) yang sedang terbuka lebar sehingga diperlukan stimulasi yang tepat.

Jendela kesempatan merupakan suatu periode penting, karena pada saat-saat tersebut otak anak berkembang sangat pesat beserta seluruh potensinya. Pada saat jendela kesempatan terbuka lebar, potensi anak dapat dioptimalkan, sehingga mencapai pertumbuhan dan perkem-bangan sesuai dengan usia dan tidak terjadi keterlambatan atau peny-impangan yang justru akan merugikan anak kelak di kemudian hari. Hal penting yang terjadi pada periode tersebut adalah kemampuan yang luar biasa dari otak untuk merespons berbagai masukan (input) tertentu dari lingkungan untuk menciptakan atau mengkonsolidasikan jaringan-jaringan neural.

Jendela kesempatan tersebut merupakan periode kritis, karena terkait dengan perkembangan anak selanjutnya, sebagai contoh, jika otak yang sempurna sekalipun tidak menerima stimulus (rangsang) vi-sual sampai umur dua tahun, seorang anak akan selamanya menjadi buta, dan jika seorang anak tidak pernah mendengar kata-kata sampai usia dua belas tahun, maka kemungkinan anak tersebut tidak akan per-nah dapat mempelajari bahasa. Saat jendela-jendela kritikal menyem-pit, sel-sel otak yang bertugas menangani hal-hal tersebut akan hilang atau dialihkan untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya (Diamond & Hopson, 1998). Jendela yang berkaitan dengan kognitif dan perkem-bangan keterampilan jauh lebih plastis (fleksibel), namun tetap signifi-kan dengan perkembangan usia anak. Oleh karena itu, sangat penting sekali bagi pendidik, orangtua maupun orang dewasa lainnya untuk mengetahui saat-saat penting ketika jendela kesempatan terbuka lebar dan merancang berbagai bentuk stimulasi yang sesuai.

Dari sisi usia, menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan anak usia dini adalah anak yang berusia di bawah 6 tahun. Sementara itu, The National Association for the Education of Young Children (NAEYC) me-nyebutkan bahwa anak-anak dari lahir hingga usia delapan tahun di-pandang sebagai anak usia dini (Charlesworth, 2011). Oleh karena itu-lah, maka pendidikan anak usia dini dipandang sangat strategis dalam

Page 54: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

47JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

upaya menyiapkan generasi yang handal. Usia dini dianggap sebagai pondasi yang sangat penting dalam meletakkan dasar-dasar perilaku yang berguna bagi fase kehidupan anak selanjutnya. Dengan demikian, pendidikan anak usia dini menjadi salah satu tumpuan ketika meng-harapkan tumbuh dan berkembangnya generasi yang berakhlak mu-lia, cerdas kompetitif dan komprehensif, yang mampu bersaing dan membangun sinergi positif di segala bidang kehidupan, baik di tingkat nasional, regional maupun internasional.

Pendidikan anak usia dini mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak. Berbagai aspek tersebut antara lain nilai-nilai moral dan agama, kognitif, bahasa, sosial emosional, fisik-motorik dan kemampuan anak untuk berkreasi, yang salah satunya terkait dengan pengembangan aspek seni. Keseluruhan aspek tersebut sesungguhnya tidak terpisah-pisah, tetapi saling menunjang dan menyempurnakan perkembangan pada aspek yang lainnya, sehingga menjadi hal sangat penting bagi perkembangan anak selanjutnya. Seluruh aspek perkem-bangan tersebut hendaknya mendapatkan stimulasi yang memadai se-suai dengan usia, karakteristik dan kebutuhan anak yang unik. Akan tetapi, pada tulisan ini fokus pembahasan adalah aspek motorik kasar.

Aspek motorik kasar penting karena sesungguhnya mendasari perkembangan aspek yang lain, dan para ahli menyebut bahwa gerak sangat penting, karena merupakan tanda-tanda kehidupan. Ketika anak baru lahir, kemampuannya untuk bertahan hidup dinilai dengan meng-gunakan apgar score, yang salah satu indikatornya adalah denyut (gerak) jantung, sehingga gerak menjadi bagian penting dari pertumbuhan dan perkembangan anak.

pertumbuHan dan perkembangan anak usIa dInI

Proses perubahan yang terjadi pada anak terlihat dari adanya pe-rubahan bentuk, ukuran, jumlah atau massa sel tubuh, serta kemam-puan-kemampuan (skills) yang dimiliki oleh anak. Proses perubahan tersebut berhubungan dengan konsep pertumbuhan dan perkem-bangan serta terdapat perbedaan mendasar antara pertumbuhan dan perkembangan, meskipun keduanya tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi.

Allen dan Marotz (2010) mendefinisikan pertumbuhan sebagai

Page 55: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

48 JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

perubahan dan peningkatan dalam ukuran, seperti peningkatan ting-gi dan berat badan, panjang lengan dan tungkai, serta ukuran sepatu. Sementara, perkembangan didefinisikan dengan adanya peningkatan kompleksitas, yaitu perubahan dari sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu yang lebih kompleks dan detail, seperti perubahan dalam ke-mampuan berpikir dari yang kongkrit menjadi abstrak. Proses pertum-buhan dan perkembangan bersifat saling mendukung, kecuali terjadai penyimpangan yang mengakibatkan salah satu atau keduanya menga-lami hambatan atau bahkan penyimpangan.

Di setiap rentang kehidupan, anak umumnya akan mencapai ting-kat pertumbuhan dan perkembangan tertentu. Tanda-tanda utama dari pencapaian tumbuh-kembang anak mengacu pada konsep tonggak-tonggak perkembangan (developmental milestones) yang menggambarkan kemunculan sejumlah keterampilan tertentu yang bersifat progresif (Allen & Marotz, 2010), seperti keterampilan motorik, sosial, emosi, kognitif, bahasa, dan moral. Perkembangan keterampilan tersebut ber-jalan secara bertahap, umumnya dalam urutan tertentu, sesuai dengan pertambahan usia anak. Khusus pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Walaupun terdapat urutan yang bersifat universal da-lam perkembangan anak, tetap ditemukan adanya perbedaan indi-vidual dari satu anak ke anak yang lain. Ada anak yang berkembang sesuai dengan developmental milestones yang harus dicapainya, namun ada pula yang berkembang lebih cepat atau bahkan lebih lambat. Hal itu menunjukkan bahwa ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setiap anak, yang menyebabkan adanya perbedaan.

pertumbuHan dan perkembangan FIsIk-motorIk kasar anak usIa dInI

Jendela perkembangan motorik anak terbuka selama masa perkem-bangan janin, yaitu ketika berada di dalam kandungan. Hal ini tampak dari perkembangan gerakan janin selama trimester ketiga, pada saat sistem dan koneksi motorik berkonsolidasi. Kemampuan anak untuk mempelajari berbagai gerakan tampak terlihat menonjol pada delapan tahun pertama. Tugas-tugas yang sederhana, seperti merangkak dan berjalan sesungguhnya memerlukan kerjasama yang kompleks dari

Page 56: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

49JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

jaringan-jaringan neural termasuk mengintegrasikan informasi dari sensor-sensor keseimbangan, yang terletak di telinga dalam serta siny-al-sinyal output yang dikirimkan pada otot-otot tangan dan kaki.

Oleh karena itu, masa kecil merupakan masa yang paling ideal un-tuk mengajarkan keterampilan motorik. Menurut Hurlock (1978: 156) ada beberapa alasan yang mendasari alasan bahwa usia anak merupa-kan usia yang ideal dalam pengajaran keterampilan motorik, yaitu :

Tubuh anak lebih lentur ketimbang tubuh remaja atau orang de-1. wasa, sehingga anak lebih mudah menerima berbagai bentuk ak-tivitas gerakAnak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan 2. dengan keterampilan yang baru dipelajarinyaAnak lebih berani pada masa kecil ketimbang masa dewasa. Oleh 3. karena itu, mereka lebih berani mencoba sesuatu yang baru dan hal yang demikian menimbulkan motivasi yang diperlukan untuk belajarAnak senang melakukan pengulangan. Oleh karena itu, anak ber-4. sedia mengulangi sesuatu tindakan hingga pola otot terlatih untuk melakukan secara efektifAnak masih memiliki tanggung jawab yang kecil sehingga mereka 5. memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengusai keterampilan.Bila diamati lebih lanjut, akan ditemukan adanya karakteristik ket-

erampilan motorik yang dimiliki anak dalam periode tertentu. Keter-ampilan motorik anak usia 0-1 tahun akan berbeda dengan keterampi-lan motorik anak usia 1-2 tahun, keterampilan motorik anak usia 2-3 tahun dengan anak yang berusia 3-4 tahun, keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun. Demikian pula akan berbeda dengan keterampilan mo-torik anak usia 5-6 tahun.

Keterampilan motorik sangat terkait dengan sistem kerja otak. Ger-akan-gerakan sederhana sangat berpengaruh terhadap pembelajaran. Salah satu gerakan yang paling sederhana, tetapi mungkin paling pent-ing bagi pembelajaran yang paling optimal adalah sesuatu yang terasa mulai menghilang dari kehidupan anak-anak sekarang ini – permainan dan gerakan yang menstimulasi sistem vestibuler (telinga bagian da-lam). Semua bayi, anak-anak dan remaja dapat menerima manfaat dari permainan yang menggerakkan anggota tubuh yang menuntun mereka untuk berputar dan berbalik. Pada kelas-kelas awal, permainan-per-

Page 57: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

50 JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

mainan sederhana, seperti kejar-kejaran dapat mendorong terjadinya gerakan-gerakan yang bermanfaat (Jensen, 2008).

Yang menakjubkan, bagian otak yang memproses gerakan adalah bagian otak yang sama dengan yang memproses pembelajaran (Strick, 1955). Gerakan motorik dasar memiliki hubungan dengan serangkaian keterampilan akademik yang dituntun. Ketika terjadi gerakan maka sel-sel saraf teraktifkan. Pengaktifan sel-sel otak merangsang terbentuknya sinaps-sinaps baru, sehingga meningkatkan fungsi kognitif anak, yang dalam hal ini berarti meningkatkan kecerdasan anak.

Gerakan-gerakan sederhana seperti mengunyah permen karet dik-endalikan oleh sirkuit-sirkuit otak dasar yang terdekat dengan pilihan dawai, gerakan yang lebih kompleks membutuhkan area otak yang lebih luas, yang meliputi korteks prafrontal dan 2/3 bagian belakang lobus frontal, khususnya bagian dorsolateral dari lobus frontal yang sering digunakan untuk menyelesaikan masalah, merencanakan dan mengurutkan (Jensen, 2008).

Area yang dikenal dengan nama anterior cingulata akan aktif, khususnya apabila gerakan-gerakan baru atau kombinasi gerakan baru dilakukan untuk pertama kalinya. Area khusus ini tampaknya mengikat beberapa gerakan untuk pembelajaran. Sejumlah studi awal meng-indikasikan bahwa jika gerakan kita terganggu, cerebellum dan konek-sinya dengan area otak lainnya dikompromikan. Penemuan-penemuan ini mengimplikasikan dengan kuat nilai dari pendidikan, gerakan dan permainan fisik dalam meningkatkan kognisi (Jensen, 2008).

Banyak peneliti percaya bahwa integrasi sensori motorik adalah fundamental bagi kesiapan sekolah. Dalam sebuah studi di Seattle, Washington para siswa kelas tiga mempelajari konsep-konsep seni dan bahasa melalui kegiatan-kegiatan menari yang melibatkan gerakan berputar, merangkak, berguling, bergoyang, jumpalitan, berputar, dan menyesuaikan. Meskipun nilai membaca di seluruh wilayah tersebut menunjukkan rata-rata penurunan setiap tahunnya sebesar 2%, para siswa yang terlibat dalam kegiatan menari tersebut memperlihatkan peningkatan nilai membaca sebesar 13% dalam enam bulan. Dalam eksperimen yang dilakukan oleh William Greeough di University of Illinois (1991, 1992), tikus-tikus yang melakukan gerak badan dalam lingkungan yang diperkaya memiliki jumlah koneksi antarneuron yang jauh lebih besar daripada tikus-tikus yang tidak melakukannya. Tikus-

Page 58: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

51JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

tikus itu juga memiliki lebih banyak kapiler di sekitar neuron otak apa-bila dibandingkan dengan tikus-tikus yang diam. Dengan cara yang sama, olahraga dapat membentuk otot-otot, jantung, paru-paru dan tulang, seperti itu pulalah olahraga juga dapat memperkuat basal gan-glia, cerebellum, dan corpus collosum – area-area penting otak. Olah-raga mengisi otak dengan oksigen, tetapi juga dapat memicu pelepasan neurotrofin, yang dapat meningkatkan pertumbuhan, memengar-uhi suasana hati, menyimpan memori, dan meningkatkan koneksi antarneuron. Fred Cage (California, 1999) mengatakan bahwa olah-raga yang teratur dapat menstimulasi pertumbuhan sel-sel otak baru dan memperpanjang ketahanan sel-sel yang masih ada. Selanjutnya, integrasi sensorimotor diyakini oleh banyak periset bahwa hal tersebut sangat fundamental bagi kesiapan sekolah, bahkan ada yang meyakini bahwa rangsangan sensori begitu penting sehingga jika tercerabut dari hal tersebut, bayi mungkin tidak mengembangkan link senang bergerak dalam otak. Latihan fisik secara teratur mengatur norepinephrine dan detak jantung yang penting dalam rangka meningkatkan aliran darah ke otak, dan juga merupakan memori fiksasi yang membantu dalam kemampuan untuk mengingat konten (Gillberg, Anderszen, Akerstedt & Sigurdson, 1986 dalam Jenssen, 2012).

Dengan demikian, salah satu perkembangan motorik yang pent-ing bagi anak usia dini adalah motorik kasar. Motorik kasar anak akan berkembang sesuai dengan usianya (age appropriateness). Orang dewasa tidak perlu melakukan bantuan terhadap kekuatan otot besar anak. Jika anak telah matang, maka dengan sendirinya anak akan melakukan ge-rakan yang sudah waktunya untuk dilakukan. Misalnya, seorang anak usia 6 bulan belum siap duduk sendiri, maka orang dewasa tidak perlu memaksakan dia duduk di sebuah kursi, karena dia akan berusaha sen-diri untuk melakukan hal tersebut.

Sistem dalam tubuh individu berbeda sesuai dengan keunikannya, secara perlahan akan membuat suatu sistem dalam pertumbuhannya. Pertumbuhan fisik sangat dipengaruhi oleh penyerapan gizi yang baik, sedangkan penyerapan gizi di dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh sistem kelenjar getah bening yang diproduksi oleh tubuh. Seperti kita ketahui bahwa kelenjar getah bening ini tumbuh dengan sangat pesat pada masa bayi dan masa usia dini, kemudian jumlah pertumbuhannya berkurang pada usia remaja. Sistem kelenjar getah bening ini juga

Page 59: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

52 JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

membantu melawan infeksi, dengan demikian juga akan membantu menjaga daya tahan tubuh.

Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan berlangsung sangat pesat dari bulan ke bulan. Banyak gerakan yang dibuat pada bulan-bulan pertama kehidupan adalah gerakan refleksif. Refleks mer-upakan respons stereotip terhadap rangsangan tertentu dan dilakukan tanpa keterlibatan otak yang mengendalikan kesadaran. Refleks per-tama, yang dikenal sebagai ’primitive’ reflex (reflek janin), seperti me-megang benda-benda yang tersentuh oleh bayi dan refleks mengisap, secara bertahap diambil alih oleh otak, berkembang dalam enam bulan pertama kehidupan akan terintegrasi menjadi ’postural’ reflex. Refleks integrasi memberikan dasar untuk kontrol sadar postur, keseimbangan dan koordinasi dalam lingkungan berbasis gravitasi.

Jika transisi dari refleks janin ke refleks integrasi tidak selesai dalam tiga setengah tahun pertama kehidupan, anak akan mengalami masalah dengan keseimbangan dan koordinasi. Keseimbangan dan refleks menghisap, misalnya, dapat mengganggu perkembangan bicara yang jelas sebagai kontrol dari otot-otot di bagian depan mulut yang ter-pengaruh dan posisi lidah. Refleks menggenggam dapat mempengar-uhi genggaman pensil ketika mencoba untuk menulis karena jempol terkait di bawah jari-jari ketika pena atau pensil ditempatkan di antara jempol dan telunjuk.

Refleks lain yang terhubung ke fungsi mekanisme keseimbangan mempengaruhi aspek-aspek tertentu dari pembelajaran. Mekanisme keseimbangan yang terletak di telinga bagian dalam terhubung ke pusat-pusat di otak yang terlibat dalam pengendalian tubuh, gerakan mata dan regulasi serta modulasi output gerak.

Agar mekanisme tubuh berfungsi dengan baik keseimbangan juga diperlukan guna memahami sensasi arah refleks tonik leher asimetris yang dapat mempengaruhi tulisan tangan, gerakan mata horizontal dan pengembangan lateralitas (penggunaan dari sisi yang sama untuk mata kaki tangan, dan telinga). Refleks tonik leher simetris mempengaruhi koordinasi antara bagian atas dan bawah tubuh, berhubungan dengan sebagian otot dan sering dapat dilihat pada anak yang memiliki postur duduk yang buruk dan yang cenderung merosot di meja saat menulis.

Jika pernah melihat bayi di tempat tidur, maka mungkin telah me-lihat mereka melakukan sedikit goyangan yang merupakan gerakan rit-

Page 60: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

53JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

mis. Gerakan-gerakan yang terprogram dalam otak bayi (refleks prim-itif) dan sangat penting untuk perkembangan otak yang sehat. Semua bayi lahir dengan refleks primitif. Refleks primitif adalah segala faktor yang membuat bayi mulai mengangkat kepalanya, berguling, meletak-kan segala sesuatu di mulutnya, batu di tangan dan lutut, merangkak, dan akhirnya berjalan. Kadang-kadang bayi melewatkan salah satu ta-hap perkembangan, yang dapat menyebabkan masalah di kemudian hari.

Refleks primitif yang tertahan (tidak menghilang) pada tahapan perkembangan dapat menimbulkan masalah seperti :

Saat seorang anak memutar kepalanya untuk melihat halaman 1. buku, lengannya seolah-olah ingin memperpanjang dan jari-jari akan ingin membuka. Memegang dan bekerja dengan pena atau pensil untuk waktu yang lama akan membutuhkan upaya besar. Hal ini menyebabkan genggaman pensil sangat berat dan ketegangan dalam tubuh. Dengan demikian, diperlukan energi yang besar un-tuk membangun koordinasi dan ketika terjadi ketidakseimbangan dalam perkembangan motorik, maka akan mengalihkan perhatian anak dari isi tulisan, sehingga anak tidak dapat memahami isi tu-lisan. Beberapa anak-anak belajar untuk mengkompensasi dengan menulis pada kemiringan yang mungkin dalam arah yang berbeda dari satu sisi halaman yang lain sehingga anak dapat memutar hala-man sebanyak 90 derajat ketika menulis dalam upaya untuk ”men-gakomodasi” efek refleks.Kesulitan penelusuran - ketika membaca, mata tidak bergerak 2. dengan lancar dari satu sisi halaman yang lain, mata mereka ser-ing melompat membaca bagian lain. Hal ini dapat mengakibatkan kehilangan momen membaca, kehilangan akurasi dan kehilangan pemahaman.

Page 61: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

54 JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

Terdapat beberapa jenis refleks janin yang mempengaruhi kesiapan belajar pada anak, yang diuraikan pada tabel berikut ini.

Tabel 1.Beberapa Jenis Refleks Janin yang Mempengaruhi Kesiapan Belajar Anak

no. Jenis Refleks uraian

1. Moro Refleks moro distimulasi karena gerakan atau suara men-dadak. Hal ini tampak pada gerakan lengan bayi yang membuka, kemudian teregang dan jemari menggeng-gam. Hal ini memampukan tarikan nafas pertama bayi lahir dan respons terhadap bahaya secara spontan. Efek retensi refleks ini menjadikan timbulnya sensitivitas pada suara dan cahaya yang berlebihan, kurang konsen-trasi, cemas, emosi berubah, hiperaktif, stamina lemah, kemampuan gerak jelek, imunitas tubuh jelek, sehingga refleks ini hendaknya menghilang perlahan-lahan sesuai dengan bertambahnya usia bagi agar tidak menimbulkan gangguan tersebut.

2. Tonic labyrinthe

Tonic labytinthe pada awalnya adalah refleks vestibular (keseimbangan) yang dipicu dari gerak kepala ke depan dan ke belakang pada arah tulang punggung. Manifestasi awal refleks ini dalam rahim adalah pada saat janin beru-paya masuk ke dalam jalan lahir, kemudian gerak kepala di bawah tulang punggung yang menyebabkan peregan-gan lengan dan kaki. Retensi akan menyebabkan postur yang buruk dan juga keseimbangan dan koordinasi, kesu-litan penataan tubuh, mudah mual, tidak menyukai gerak dan persepsi visual menjadi kesulitan.

3. Asymetric Tonic Neck Reflex (ATNR)

Asymetric Tonic Neck Reflex (ATNR) distimulasi saat kepala bayi berputar dan membuat lengan menekuk se-hingga lengan sisi berlawanan akan meregang. Refleks ini membantu mendorong bayi turun di jalan lahir dan semakin kuat selama proses kelahiran. Setelah lahir, re-fleks ini meyakinkan jalan nafas terbuka dan koordinasi antara mata dan lengan berkembang. Retensi akan meng-hambat

Page 62: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

55JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

no Jenis Refleks uraian

perkembangan merangkak dan kemudian keseimbangan, kemampuan menulis, gerak independen lengan dan kaki, serta kesulitan gerak lateralitas atau gerak yang searah

4. Symetric Tonic Neck Reflex (STNR)

Symetric Tonic Neck Reflex (STNR) membantu bayi mencapai posisi tengkurap dan merangkak. Retensi membuat bayi merangkak dengan perut, atau merang-kak dengan gerakan 2 lengan bersama, atau cenderung menarik tubuh untuk berdiri dan berjalan. Tanda retensi juga nampak saat duduk melantai akan meletakkan kaki membentuk “W”, kelemahan koordinasi mata-tangan, lambat saat menyalin tulisan di papan tulis ke buku serta kesulitan pada saat belajar berenang.

5. Spinal Galant

Spinal galant reflex merupakan refleks penting saat pros-es kelahiran. Titik penting refleks ini berada di tulang be-lakang antara panggul ke area punggung. Saat stimulasi sendi panggul akan berputar, lutut dan tangan menekuk, kepala terangkat, bayi berputar sepanjang jalan lahir. Re-fleks ini juga berperan dalam perkembangan gerak mer-angkak. Retensi berhubungan dengan kegelisahan saat duduk, mengompol, melangkah yang tak seimbang, tidak menyukai pakaian ketat sekitar pinggang, konsentrasi bu-ruk disertai gangguan memori jangka pendek.

6. Palmar dan Plan-tar

Refleks yang diaktifkan untuk menggenggam. Efek re-tensi sangat mengganggu kemampuan jemari, menulis, artikulasi, gerak bibir saat menulis, untuk refleks plantar mengganggu kemampuan berjalan.

Sumber : Gracia, 2012

Saat lahir baru sebagian kecil dari susunan saraf terutama di bawah bawah susunan saraf pusat dan batang otak yang berfungsi, area yang lebih tinggi atau lebih atas pada area limbik dan kortikal masih belum berkembang fungsinya atau disebut masih primitif. Bagian bawah per-sarafan mengendalikan perilaku gerak bayi yang disebut refleks prim-

Page 63: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

56 JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

itif. Otak manusia membutuhkan waktu untuk berkembang, alam akan memastikan bahwa jalinan atau sirkuit saraf bertanggung jawab untuk awal tubuh tubuh bekerja. Selanjutnya fungsi korteks akan berkem-bang untuk mengendalikan dan mengelola aktifitas dengan sadar, dim-ulai dari gerak, berbahasa dan fungsi asosiatif selanjutnya. Perkemban-gan proses penyelubungan (mielinisasi) saraf dimulai dari area otak penerima stimulus dan kendali gerak. Masih kurangnya selubung dan koneksi antar ujung saraf membuat aktifitas dan respon bayi serta anak lebih lambat daripada dewasa.

Pada aspek fisik-motorik, bayi antara lain mulai dapat menegak-kan kepala, membuka-tutup jari-jari tangannya (tidak selalu dikepal), menghisap ASI (Rosen, 1986), dan melihat ke sekeliling (Gober, 2002) pada usia 1 – 3 bulan. Selanjutnya, pada usia 4 – 6 bulan, bayi antara lain sudah dapat menegakkan kepala dengan baik, berguling, mulai memasukkan objek ke dalam mulut (Gober, 2002), dan memegang mainan dan botol susu (Rosen, 1986). Pada usia 7 – 9 bulan, bayi antara lain sudah dapat duduk tanpa bantuan, merangkak, secara aktif menggapai mainan, dan memegang benda kecil dengan cara menjum-put (Gober, 2002; Rosen, 1986). Akhirnya, pada usia 10 – 12 bulan, beberapa keterampilan motorik yang sudah dikuasai baik adalah dapat mengambil mainan yang dijatuhkan, berjalan dengan bantuan (Gober, 2002), mengambil dan memperhatikan objek, bermain dengan mainan yang didorong, serta melakukan gerakan mengaduk-aduk dengan sen-dok (Rosen, 1986).

Pada masa toddler (1 – 3 tahun) kecepatan pertumbuhan anak su-dah mulai menurun. Akan tetapi, kemampuan berbahasa, kognitif, dan sosial berkembang lebih baik. Pada aspek fisik-motorik, anak usia tod-dler antara lain menunjukkan kemampuan yang lebih baik lagi dalam kemampuan merangkak, seperti merangkak mundur menuruni tangga, berjalan, dan berjingkrak-jingkrak pada usia 12 – 24 bulan. Mereka juga sudah mampu untuk menumpuk balok, membolak-balik halaman buku, membuat berbagai coretan, dan mulai dapat mengontrol buang air kecil pada siang hari pada rentang usia tersebut. Selanjutnya, pada rentang usia 24 – 36 bulan, anak telah mampu menguasai keterampi-lan seperti mengendarai sepeda roda tiga, menendang bola, melompat di tempat dan memanjat, mulai menggunakan gunting, memakai baju, serta menggunakan sendok tanpa tumpah (Gober, 2002).

Page 64: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

57JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

Pada usia 3 tahun, anak sudah mampu meniru bentuk lingkaran, membuat bentuk dari tanah liat, menggunting, membangun, berdiri seimbang dengan satu kaki, dan melempar bola dengan tujuan sebagai beberapa bentuk pencapaian dalam perkembangan aspek motorik. Pe-Pe-rubahan ukuran, bentuk dan kekuatan otot mendukung perubahan be-sar pada kemampuan motorik kasarnya. Ketika tubuh bergerak maka akan tertumpu pada tubuh bagian bawah. Sebagai hasilnya, keseimban-gan meningkat secara drastis yang membuka jalan untuk perkemban-gan otot.

Pada usia 2 tahun, cara berjalan anak menjadi lancar dan sudah memiliki irama langkah. Keadaan tersebut membuat anak lebih aman untuk bermain di luar. Pada usia tersebut anak sudah dapat mulai ber-lari dan melompat. Pada usia antara 3 – 6 tahun, anak sudah mulai mel-oncat dan berlari kencang serta melompat-lompat dengan berirama. Pada akhirnya anak akan dapat mengkombinasikan kemampuan gera-kan di atas dan bawah dengan lebih efektif. Sebagai contoh anak usia 3 tahun sudah dapat melempar sebuah bola dengan tegas. Pada usia 4-5 tahun, anak dalam bermain sudah melibatkan bahu, hanya meng-gunakan badan saja tanpa ikut menggerakkan tangan dan kaki dengan lancar dan fleksibel.

Selama usia sekolah, peningkatan keseimbangan, kekuatan dan kelincahan dalam hal berlari, meloncat, melompat dan kemapuan me-mainkan bola akan lebih meningkat dan matang.

stImulasI perkembangan motorIk kasar anak usIa dInI

Pada segitiga belajar, kematangan diawali dari kemampuan sensori atau penerima rangsang, yaitu indera, keseimbangan dan rangkaian gerak sendi (Kranowitz, The out of Sync Child, 41-42). Segitiga belajar tersebut digambarkan sebagai berikut.

Page 65: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

58 JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

Dari segitiga belajar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Pi-ramida belajar dimulai dari sistem saraf pusat. Pada masing-masing tingkatan (level) harus terintegrasi dengan level sebelumnya atau level tersebut berurutan. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai tingkat kognitif sebagai fungsi tertinggi untuk melaksanakan tugas sehari-hari (daily activities) dan belajar.

Dengan demikian, stimulasi yang penting bagi anak usia dini adalah melalui latihan yang tepat, sehingga anak dapat melakukan gerakan dengan benar dan bukan kembali pada gerakan refleks lagi. Pada masa kanak-kanak, yang perlu diperhatikan adalah pengembangan keter-ampilan gerak dasar. Harrow (1972:52) dalam Hidayatullah (2013:13-14) mengemukakan bahwa gerak dasar merupakan pola gerak yang inheren, yang membentuk dasar-dasar untuk keterampilan gerak yang kompleks, yang meliputi gerakan non lokomotor (tidak berpindah tempat), gerakan lokomotor (berpindah tempat), berkembang men-

Sensory processing

Gambar 1.Segitiga William dan Shellenberger : Pyramid of Learning

Page 66: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

59JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

jadi gerakan manipulatif (mengubah sesuatu menjadi hal yang lain). Tahapan perkembangan gerak tersebut disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.Tahap Perkembangan Gerak dan Rangkaian Tahap Perkembangan

(Harrow, 1972:52)

Usia Fase Perkembangan Gerak Tahap Perkembangan

-5 bulan – 1 tahun

Perilaku refleks Dalam kandungan

0 – 2 tahun Kemampuan gerak elementer atau belum sempurna

Bayi

2 – 7 tahun Kemampuan gerak dasar Kanak-kanak awal7 – 10 tahun Kemampuan gerak umum Kanak-kanak menengah11 – 13 tahun Kemampuan gerak khusus Kanak-kanak akhir14+ tahun Kemampuan gerak spesialisasi Adolesensi dan dewasa

Lersten (1969:5) dalam Hidayatullah (2013:14) mengemukakan bahwa pengembangan keterampilan gerak melalui beberapa tahap yaitu tahap pra-keterampilan (pre-skill stage), tahap belajar keterampilan (skill learning stage), tahap penghalusan (refinement stage) dan tahap peme-liharaan (maintenance stage). Gallahue (1989:349) mengemukakan tahap-tahap perkembangan gerak, yaitu tahap gerakan refleksif (reflexive move-ment), tahap gerakan elementer (rudimentary movement phase), tahap gerak dasar (fundamental movement phase) dan tahap gerakan yang berkaitan dengan olahraga (sport related movement). Gallahue juga mengemukakan tentang tahap perkembangan bermain, yaitu tahap eksplorasi (explor-atory stage), tahap penguasaan (mastery stage) dan tahap pencapaian (mas-tery stage). Kedua tahap tersebut dihubungkan sebagai berikut.

Page 67: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

60 JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa melatih gerakan anak dengan benar tidak bertujuan untuk menyiapkan anak menjadi atlit. Menurut Gallahue, gerakan yang terkait dengan keolahragaan (sport re-lated movement) baru berkembang pada usia 11 tahun ke atas. Program stimulasi yang tepat menuntut pengetahuan dan keterampilan yang komprehensif pada orang dewasa yang terkait dengan anak, sehingga perlu adanya pengembangan program disertai dengan panduan yang dapat digunakan secara praktis di lapangan. Pada akhirnya, pertumbu-han dan perkembangan fisik motorik anak dapat optimal sesuai den-gan usia dan tahap perkembangan anak.

Stimulasi perkembangan motorik kasar anak usia dini dimulai pada usia 0 - <3 tahun, karena apabila stimulasi pada usia ini tepat dan anak mampu mencapai indikator perkembangan pada usia tersebut, maka dapat diharapkan bahwa perkembangan motorik kasar pada usia se-lanjutnya tidak akan menemui hambatan yang berarti. Oleh karena itu, panduan yang dapat digunakan adalah indikator perkembangan mo-torik kasar anak usia 0 - <3 tahun. Indikator perkembangan tersebut disajikan berikut ini.

Tahap Gerak

Olahraga

Tahap Gerak Dasar

Tahap Gerak Elementer

Tahap Gerak Reflektif

TahapPencapaian

Tahap Penguasaan

Tahap Eksploratif

Tahap Perkembangan Gerak Tahap Perkembangan Bermain

Gambar 2.Hubungan Antara Tahap perkembangan Gerak dan Tahap Perkembangan

Bermain pada Anak

Page 68: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

61JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

Tabel 3. Indikator Perkembangan Motorik Kasar

No. Usia Indikator Perkembangan Motorik Kasar

1. 0 – 12 Bulan0 - <3 Bulan Melakukan gerakan menoleh ke kanan/kiri atau se-

baliknya Mengangkat kepala setinggi 45 derajat pada posisi tengkurapMenggerakkan kepala dari kiri ke tengah, dari ten-gah ke kanan atau sebaliknya pada posisi tengkurap, telentang atau digendong

3 - <6 Bulan Mampu merayapMampu merangkakDapat menjaga keseimbangan pada 3 titik tumpu, yang merupakan tantangan keseimbangan kesiapan duduk (1 lengan 2 tungkai atau 2 lengan 1 tung-kai)

6 - <9 Bulan Mampu dudukMampu merangkak meraih mainan atau mendekati seseorangMampu mengangkat diri, bertumpu pada dua kaki (bipedal), berjalan merambat pada benda (meja, kursi, atau benda lain yang aman)Mampu memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnyaMampu berjalan 2 – 3 langkahMampu memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 bendaMampu memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 bendaMampu memungut benda kecil sebesar kacang den-gan cara meraupMampu memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnyaMampu memungut 2 benda, masing-masing tangan memegang 1 benda

Page 69: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

62 JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

No. Usia Indikator Perkembangan Motorik Kasar

Mampu memungut benda kecil sebesar kacang den-gan cara meraupMampu mencari benda atau mainan yang dijatuh-kanMampu bermain tepuk tanganMampu bermain kepala Mampu bermain bahu

9 - <12 Bulan Mampu mengangkat benda ke posisi berdiriMampu belajar berdiri dengan berpegangan di kursi, meja atau benda lain yang aman dan kuat

2. Usia 12 - <36 Bulan12 - <18 Bu-lan

Mampu mendorong benda sambil berjalan

Mampu menarik benda berjalan majuAnak mengenali dan mampu memindahkan benda (pasir, biji-bijian) dll.Mampu mencabut bendaMampu berjalan sendiriMampu naik tangga atau tempat yang lebih tinggi dengan merangkakMampu menendang bola/benda ke arah depan

18-<24 Bulan Mampu berdiri dengan satu kaki selama satu detikMampu meloncat di tempatMampu meloncat majuMampu melangkah naik tangga atau tempat yang lebih tinggi dengan berpegangan pada dinding atau pegangan kokoh didampingi tanpa bantuan orang dewasaMampu turun tangga atau tempat yang lebih ren-dah dengan posisi merangkak mundurMampu berjalan mundur satu langkahMampu menarik benda dengan berjalan majuMampu menarik benda didepan dengan berjalan mundur

Page 70: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

63JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

No. Usia Indikator Perkembangan Motorik Kasar

Mampu berganti posisi dari duduk kemudian berdi-riMampu mengangkat wadah berisi materi (air, adon-an, pasir)Mampu menggerakkan salah satu lengan untuk mengayun mengambil obyek dengan alat misalkan gerakan menyerok, menggoreng, menyendokMampu melakukan gerakan lengan mengayun mengambil obyek (menyekop, mendayung, men-cangkul) dengan dua lenganMampu menggerakan bahu pada ruang gerak sendi maksimalMampu melakukan gerakan memukul berirama

3. Usia 2 - <3 Tahun

Mampu mendorong benda sambil berjalan di garis lintasanMampu menarik benda berjalan maju menurut garis lintasanMampu memindahkan benda dari tangan kanan ke tangan kiri misalnya bola, botol atau benda lain yang seukuran dengan genggaman anakMampu melempar bendaMampu menangkap bendaMampu tarik menarikMampu memindahkan obyek dari satu tempat ke tempat lainMampu menendang bola/benda ke arah sasaranMampu berdiri dengan satu kaki selama 2 – 5 detikMampu meloncat di tempat Mampu meloncat maju dan mundurMampu meloncat maju dengan rintangan maksimal setinggi mata kakiMampu melompat ke depan Mampu berjalan mundur beberapa langkah dengan hitunganMampu memanjat

Page 71: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

64 JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

No. Usia Indikator Perkembangan Motorik Kasar

Mampu berlari tanpa membawa benda Mampu berlari dengan membawa benda Mampu berjinjitMelengkungkan tubuh ke samping, antara lain:a. Mampu meliukkan tubuh ke sampingb. Mampu membungkukkan tubuhc. Mampu berputar ke kanan dan kiri dengan putaran 360 derajatMampu memutar tubuh berporos pada pinggangMampu melangkah mundur

Sumber : Pengembangan Program Motorik Kasar bagi Anak Usia 0 - <3 Tahun, BPPAUDNI Regional II, 2014

Indikator di atas dikembangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pen-didikan Nasional No. 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini dan kajian lain yang berdasarkan pada perkembangan neu-rosains dan kealamian gerak anak. Indikator tersebut dapat menjadi pedoman bagi orangtua, pendidik atau orang dewasa lainnya untuk mengembangkan berbagai aktivitas dalam bentuk stimulasi gerak bagi anak usia 0 - <3 tahun, sekaligus sebagai pedoman dalam melakukan penilaian perkembangan motorik kasar anak pada usia tersebut.

Ragam stimulasi gerak dapat dipilah dan dipilih menurut usia anak. Sebagai contoh, ragam stimulasi gerak secara umum yang dapat diberi-kan antara lain :

Menggerakkan kepala, leher dan bahu secara bergantian, baik gera-1. kan ke depan, ke belakang, memutar dan sebagainya, mulai dari gerakan yang sederhana dan ringan. Yang paling penting diingat adalah bahwa gerakan juga harus aman bagi otot dan tulang anak.Menggerakkan tangan kanan dan kiri secara bergantian atau ber-2. samaanBerjalan dengan menirukan berbagai gerakan binatang, misalnya 3. berjalan sambil menggerakkan tangan yang menirukan gerakan kupu-kupu atau burung yang sedang terbang, meliukkan tubuh se-perti ular Mencari jejak sederhana bersama-sama4.

Page 72: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

65JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

Berjalan seperti binatang, misalnya meloncat seperti kelinci5. Berjalan naik turun tangga dengan pendampingan dari orang de-6. wasa. Tangga yang digunakan tentunya tangga yang aman bagi anak, baik dari sisi kekokohan tangga, kemiringan, maupun kelaya-kan tangga secara umum, misalnya bebas dari karat apabila tangga tersebut terbuat dari besi, tidak mengandung bahan berbahaya bagi anak (misalnya cat), dan sebagainyaBerbaris, melangkah, berjinjit, berjalan seperti gerakan kuda yang 7. sedang berlariBerlari seperti harimau8. Berjalan di tempat9. Menirukan lompatan kanguru10. Melompat dengan 11. trampoline kecil yang amanMelompat seperti katak12. Berjalan dengan papan titian maju, mundur, ke samping13. Berjalan sambil membawa benda dengan jenis dan berat benda 14. disesuaikan usia anak. Benda tersebut dapat berupa bola, ember yang kosong, ember yang berisi air, pasir, atau bola-bola kecilMengambil dan meletakkan kepingan makanan dari dan ke mang-15. kuk untuk membangun koordinasi antar jari tangan dan antara tan-gan dengan mataMembungkuk atau mengumpulkan makanan dan dipindahkan dari 16. satu wadah ke dalam wadah lainnyaBermain terowongan dengan menggunakan kardus bekas yang be-17. sar, dengan mengajak anak merangkak di dalam kardus bekasMenginjak alas dengan berbagai bahan seperti kartun atau plastik 18. bekas telur, kain perca, sabut kelapa dan sebagainya yang aman bagi anak)Bermain dengan aturan untuk anak yang berusia 3 tahun ke atas19. Berdiri di lingkaran dan berputar dengan musik. Kursi diambil 1, 20. jika musik berhenti, masing-masing harus mendapatkan 1 kursi. Untuk anak toodler, boleh digunakan asal kursinya tidak diambil. Se-mua anak mendapatkan kursi. Dalam kegiatan ini harus dipastikan bahwa kursi tidak membahayakan anakBermain hula hop dengan pendampingan dari pendidik atau orang-21. tuaMelakukan senam yang ringan sesuai dengan usia anak22.

Page 73: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

66 JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

Mengikuti gerakan dalam lagu-lagu tertentu23. Menggulung, menendang, melempar dan menangkap benda, mis-24. alnya bola, remasan kertas atau benda-benda lain yang menarik dan aman bagi anakRagam stimulasi dapat dikembangkan oleh pendidik atau orangtua.

Yang paling penting diperhatikan adalah kesesuaian ragam stimulasi dengan usia, karakteristik dan kebutuhan anak, sehingga membantu anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara opti-mal.

kesImpulanPerkembangan motorik kasar anak usia 0 - <3 tahun merupakan 1. dasar bagi perkembangan motorik anak pada usia selanjutnya, bah-kan juga mempengaruhi aspek perkembangan lainnya.Indikator perkembangan motorik kasar dapat digunakan sebagai 2. acuan dalam mengetahui ketercapaian tingkat perkembangan mo-torik sekaligus merancang aktivitas stimulasi gerak bagi anak.Ragam stimulasi perkembangan motorik anak penting dikembang-3. kan oleh pendidik, orangtua atau orang dewasa lainnya, sehingga membantu anak mencapai pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal.Stimulasi perkembangan motorik kasar bagi anak usia 0 - <3 ta-4. hun dapat diintegrasikan dengan kegiatan pembelajaran yang ada di lembaga PAUD atau kegiatan sehari-hari, sehingga membangun kemampuan fisik-motorik anak secara optimal.

daFtar pustakaAllen, K.E. & Marotz, L.R. 2010. Developmental Profiles: Pre-birth through

Twelve. 6th ed. Belmont: WadsworthCharlesworth. 2011. Understanding Child Development. 8th ed. Belmont:

WadsworthDunn, Winnie, Kay Westman. 1996. The Sensory Profile : The

Performance of a National Sample of Children Without Disabilities. The American Journal of Occupational Therapy. Kansas City

Page 74: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

67JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

Falk, 2004. Braindance. University Press of Florida. FloridaGober, S. 2002. Six Simple Ways to Assess Young Children. New York:

Delmar, Thomson LearningGravetter, F. J., & Wallnau, L. B. 2007. Statistics for the Behavioral Sciences.

USA: Thomson WadsworthGilbert. 2012. Creative Dance Center. Diunduh dari www.creativedance.

org pada tanggal 4 Maret 2012. Seattle, WA Hidayatullah, Furgon M. 2013. Aktivitas Gerak pada Masa Kanak-Kanak.

Cakra Wijaya Press. SoloJensen, Eric. 2008. Brain-Based Learning, Pembelajaran Berbasis Kemampuan

Otak (Terjemahan). Penerbit Pustaka Pelajar. YogyakartaKumar, Ranjit. (2009). Research Methodology: A Step-by-Step Guide for

Beginners 3rd edition. London: SAGEMorrison, George S. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD). PT Indeks. JakartaMusbiki, Imam. 2009. Kehebatan Musik untuk Mengasah Kecerdasan

Anak. PowerBooks. YogyakartaPeraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009 tentang

Standar Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal, Kementerian Pendidikan Nasional

Papalia D.E. & Feldman, R.D. 2012. Experience Human Development. 12th ed. New York: McGraw-Hill

Supriadi, Nunus. 2012. Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional. Diunduh http://id.Wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia#Kebudayaan_nasional, tanggal 5 Maret 2012

Suyadi. 2009. Ternyata, Anakku Bisa Kubuat Genius. Power Books. Yogyakarta

Sousa, David A. 2012. Bagaimana Otak Belajar, Edisi Keempat. PT. Indeks. Jakarta

Thie, John. 2007. Touch for Health. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta

Watling, Renee L, Jean Deitzz, Owen White. 2000. Comparison of Profile Scores of Young Children With and Without Autism Spectrum Disorder. The American Journal of Occupational Therapy. Kansas City

Page 75: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

68 JPNF Edisi 11 2014

puspita, Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

Page 76: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

69JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

model IntegrasI paud prIma (THE NEW PrimE ECE mOdEl) untuk menCapaI generasI emas IndonesIaAgus Sadid

Abstracts

The golden age is the critical periode for early childhood. They should be intervened by an integrated programs like the Prime ECE (PAUD Prima). This study aimed to explore about the prime ECE model as a revise model of holistic-integrative model. The methode of this research is a qualitative.The writer describe some phenomena, and findings as natural, then analyze based on findings descriptively. The technique of developing the program use 4 D Models. Prelimenary study is done in PAUD Melati Kelurahan Uma Sima Sumbawa Besar. Based on the writer analysis the concept of prime ECE (PAUD Prima) will be completed and redefined of an integrated ECE. Optimalize each tasks in the new prime ECE model can be started from Posyandu, PAUD and BKB. This research show that increasing quality of services through PRIMA, namely as comprehensif services include Persuasive, Responsive, Intensive, Massive and Active (PRIMA).Those interferences must be operationalized in program so called the new prime ECE model. This model is gave solution on how to optimalize such as holistic-integrative model as known. This model construct three bases (1) services quality program, (2) social supports and (3) partnerships building. Integrating program among sectoral will be useful in reaching the golden Indonesia generation.

Key words: integrated model, early childhood education, prime ECE model, golden age

Page 77: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

70 JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

pendaHuluanlatar belakang

Kita sudah lama mengeluhkan mutu pendidikan, tidak terhitung kritikan dan keluhan yang dialamatkan kepada dunia pendidikan. Mulai dari yang mengerti masalah pendidikan sampai pada kalangan masyarakat yang hanya sekedar ikut-ikutan. Semua pendidik saling me-nyalahkan, Pendidikan Tinggi mempersalahkan pendidikan menegah, pendidikan menengah menyalahkan pendidikan dasar. Begitu selanjut-nya bagaikan sebuah lingkaran setan tidak berujung, kusut tanpa dike-tahui bagaimana masalah pendidikan ini dapat terselesaikan. Dari sikap saling menyalahkan tersebut tidak satupun yang menyalahkan pendidi-kan Anak Usia Dini atau pendidikan prasekolah. Ini suatu bukti bahwa pemahaman masyarakat tentang PAUD masih rendah dan mengang-gap PAUD atau pra sekolah hanya sebagai pelengkap, dianggap remeh, dan boleh jadi tidak begitu diperlukan. Padahal kegagalan pendidikan seringkali selama ini karena persoalan-persoalan yang dianggap remeh dan mudah.

Para pakar dan birokrat sibuk dengan pembenaran pemikiran mas-ing-masing tanpa didukung oleh fakta-fakta empiris. Akhirnya kebi-jakan pendidikan tidak mendasar dan berdasar. Pendidikan Dasar 9 Tahun merupakan contoh nyata dari kekeliruan kebijakan pendidikan yang mengakibatkan jalan buntu bagi permasalahan pendidikan yang berubah menjadi seperti lingkaran setan. Ibarat bangunan pendidikan dasar adalah slof, tetapi PAUD adalah fundamen dimana slof akan ditempatkan. Fondasi adalah bahan yang akan menhujam kebumi dan menyatu dengan tanah kemudian menjadi suatu kekuatan sinergis un-tuk mendukung fondasi yang disebut sekolah dasar tadi. Berapapun tingginya bangunan, kekokohannya akan sangat ditentukan oleh kekuatan fondasi yang menahan. Artinya optimalisasi kemampuan ses-eorang sangat ditentukan oleh seberapa kuat pula dasar pertumbuhan dan perkembangan yang dibangun pada saat anak usia dini.

Bergulirnya program PAUD holistik integratif, PAUD terpadu adalah merupakan kebijakan model PAUD yang bertujuan untuk benar-benar mengembangkan segenap potensi anak usia dini. Konsep ini sangat mulia, karena meningkatkan kualitas pendidikan harus dimulai dari sejak anak usia dini, para ibu/ orang tua anak,

Page 78: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

71JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

keluarga terdekat anak bahkan masyarakat dan lingkungan belajar anak. layanan program PAUD holistik integratif akhirnya sangat beragam, dalam satu program terdapat 3 atau 4 jenis layanan dengan sasaran utama anak, orang tua anak, keluarga anak, masyarakat dan lingkungan anak. Layanan PAUD tersebut dikenal dengan program PospaBKB (Posyandu, PAUD dan BKB). Grand design program ini adalah melalui pembinaan dan penguatan pendidikan dari mulai anak-orang tua-keluarga-masyarakat-lingkungan belajar, maka akan mampu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan pendidikan, pengasuhan, pembelajaran dan pemberdayaan para orang tuanya.

Kebijakan program PAUD dengan layanan plus tersebut sangat baik, tetapi temuan dilapangan dari hasil studi pendahuluan dengan sampel di PAUD Melati Kelurahan Uma Sima Sumbawa Besar, dan PAUD Doremi desa Jurumapin Kec. Buer, menunjukan bahwa pro-gram POSPABKB secara konseptual sangat bagus, tetapi dalam pen-erapannya dilapangan, menemukan banyak kendala. Salah satunya adalah bentuk dan kualitas layanan yang ada di POSPABKB. Layanan PAUD hanya kegiatan penimbangan anak, dan di BKB hanya penyulu-han pendidikan anak kepada orang tua. Kegiatan penyuluhan di BKB dilaksanakan 1 kali sebulan, demikian juga Posyandu. Metode penyulu-han juga sangat monoton, lebih banyak dilakukan para kader, yang direkrut apa adanya di desa. Untuk kegiatan Posyandu dikoordinasikan oleh Puskesmas setempat sedangkan BKB oleh PLKB (baca: BKKBN kabupaten).

Temuan yang menarik lainnya adalah, bahwa ternyata kegiatan lintas sektoral dengan melibatkan lembaga seperti Depsos, BPMPD, KUA, TP PKK, dinas Koperasi UMKM tidak berjalan secara optimal. Keg-iatan intensif dilakukan pada POSPA BKB hanya pada saat menjelang kegiatan lomba POSPA BKB yang memang dilaksanakan secara rutin setiap tahun dari tingkat kecamatan sampai propinsi dibawah koordi-nasi Pemkab. Struktur organisasi tata kerja, dan standar operasional penyelenggaraan POSPA BKB juga belum ada. Struktur dan tata kerja yang ada saat ini cenderung bersifat formalitas hanya untuk memenuhi persyaratan lomba saja. Jadi substansi kegiatan POSPA BKB yang menjadi core-bussines banyak yang dilupakan atau diabaikan. Inilah yang menyebabkan layanan POSPA BKB menjadi tidak maksimal.

Page 79: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

72 JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

Berdasarkan data di BPMPD terkait dengan program POSPABKB di kabupaten Sumbawa terdapat 90 lembaga POSPA BKB yang terse-bar di 156 desa/ kelurahan di kabupaten Sumbawa. Namun demikian, catatan di lapangan menunjukkan bahwa sebanyak 80% program yang dikembangkan pada POSPA BKB masih belum memberikan hasil yang maksimal. Hal inilah yang melatarbelakangi perlunya penyempurnaan model POSPA BKB atau program PAUD Holistik Integratif dalam bentuk Model Integrasi PAUD Prima. Model integratif ini menitik-tekankan kepada layanan PRIMA pada tiga kegiatan utama di POS-PA BKB yaitu (1) posyandu, (2) PAUD dan (3) Bina Keluarga Balita (BKB). rumusan masalah

Bagaimanakah deskripsi model integrasi PAUD Prima untuk men-1. capai generasi emas Indonesia? Bagaimakah bentuk tindakan PRIMA untuk mendukung model 2. integrasi PAUD Prima? Bagaimanakah bentuk layanan PRIMA pada model integrasi PAUD 3. Prima untuk mencapai generasi emas Indonesia?

tujuanMendeskripsikan model Integrasi PAUD Prima untuk mencapai 1. generasi emas IndonesiaMendeskripsikan bentuk tindakan PRIMA dalam model Integrasi 2. PAUD Prima untuk mencapai generasi emas IndonesiaMendeskripsikan bentuk layanan PRIMA dalam model Integrasi 3. PAUD Prima untuk mencapai Generasi Emas Indonesia

Page 80: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

73JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

Prelimenary Study

Anak usia dini-orang tua-keluarga-masyarakat

Tindak Layanan PRIMA

Penyempurnaan Model PAUD HI pola POSPA BKB

Pemecahan Pengembangan

Model Pengembangan: 4 D Models (Thiagrajan dalam

Carey &Carey, 2001)

Kualitas Layanan PAUD Integratif berbentuk POSPABKB meningkat dan Anak-Orang Tua-Masyarakat Berkualitas

Model Integrasi PAUD Prima (The

New Integrated Prime ECE Model

Teori Gestalt, Montessori, Piaget, Lindsay, Fidleman

Data POSPABKB Karakteristik Layanan Sasaran Layanan Jenis Layanan Kualitas Layanan Model Layanan Mitra Kerja-

LintasSektor Dampak Layanan

Persuasif-Responsif-Intensif Masif- Aktif

POSPA BKB semakin efektif dan berdaya guna, siap mencetak generasi Emas Indonesia

Posyandu PAUD Bina

Keluarga Balita (BKB)

kerangka pemikiran (Frame of Thinking)

Gambar 1. Kerangka Pikir

landasan teorIpaud dan perkembangan anak

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini telah banyak diteliti para ahli. Satu di antaranya Lindsey dalam Arce (2000:07) bahwa perkem-bangan jaringan otak dan periode perkembangan kritis secara signifi-kan terjadi pada tahun-tahun usia dini, dan perkembangan tersebut sangat ditentukan oleh lingkungan dan pengasuhan. Lingkungan dalam pengertian ini menurut Shore dalam Arce (2000:08) sebelum anak la-hir, saat pembentukan sirkuit otak anak terjadi. Pentingnya PAUD juga dikemukakan oleh Feldman (2002) bahwa masa balita merupakan masa emas yang tidak akan berulang karena merupakan masa paling pent-ing dalam pembentukan dasar-dasar kepribadian, kemampuan berfikir, kecerdasan, keterampilan, dan kemampuan bersosialisasi. Kenyataan ini memperkuat keyakinan bahwa pendidikan dasar bagi anak seyo-gianya dimulai sedini mungkin, tidak hanya di usia pendidikan dasar

Page 81: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

74 JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

9 tahun dimana setelah sebagian besar kemungkinan pengembangan potensi anak mulai berkurang. Penelitian tentang otak menunjukkan sampai usia 4 tahun tingkat kapabilitas kecerdasan anak telah mencapai 50%, pada usia 8 tahun mencapai 80%, dan sisanya sekitar 20% diper-oleh pada saat berusia 8 tahun ke atas. Artinya apabila pendidikan baru dilakukan pada usia 7 tahun atau sekolah dasar stimulasi lingkungan terhadap fungsi otak yang telah berkembang 80 % tersebut terlambat dalam pengembangannya. Otak yang kurang difungsikan tidak hanya membuat anak kurang cerdas tetapi dapat mengurangi optimalisasi po-tensi otak yang seharusnya dimiliki oleh anak.

Selanjutnya Froebel dalam Brewer (2007:41) mengatakan bahwa permainan dalam pendidikan anak usia dini merupakan fondasi bagi pembelajaran anak sehingga dapat menjembatani anak antara kehidu-pan di rumah dan kehidupan anak di sekolah. Hal ini perlu menjadi perhatian karena pengaruh ibu terhadap perkembangan sosial anak tidak berhenti bersamaan dengan masuknya anak ke sekolah. Bahkan Yussen & Santrock (1980:373) menemukan bahwa keterlibatan orang tua dalam seminar-seminar yang berkaitan dengan upaya peningkatan keterampilan berinteraksi dengan anak menunjukkan hasil yang sangat baik terhadap perkembangan sosial anak-anak mereka

Mengingat pendidikan anak merupakan bagian integral dari pen-didikan sekolah, orang tua dan masyarakat. Maka peserta didik usia dini 0-6 tahun yang tidak terlayani di di Pos PAUD, Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain, maupun Taman Kanak-Kanak, berarti be-rada dalam pengasuhan keluarga. Untuk itu maka orang tua juga meru-pakan sasaran tidak langsung dari program PAUD guna memperoleh memperoleh model pengasuhan yang tepat (Diknas, 2006:07). Artinya PAUD tidak terbatas pada pendidikan anak tetapi juga terkait dengan pendidikan orang tua tentang pendidikan anak sehingga mereka dapat memberikan pengasuhan yang tepat sesuai dengan tingkat pertumbu-han dan perkembangannya.

Kenyataan perubahan kehidupan dalam keluarga menurut Essa (2003:04) karena tekanan ekonomi mengakibatkan ibu tidak dapat mengasuhnya di rumah. Tekanan ekonomi ini memaksa kedua orang tua harus bekerja keras untuk memenuhi kehidupan keluarganya. Fakta ini menunjukkan bahwa masuknya anak dalam suatu program PAUD karena adanya kesesuaian program dengan kepentingan dan kesesua-

Page 82: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

75JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

ian waktu orang tua. Untuk itu pertimbangan dalam pelaksanaan PAUD perlu pemahaman tentang lingkungan. Lingkungan bagi pen-gasuhan dan pendidikan anak usia dini adalah menurut Arce (2000:42) adalah tempat orang-orang berinteraksi untuk tujuan bersama dalam pengasuhan dan mendidik anak. Untuk itu peran orang tua dari pes-pektif perkembangan anak adalah bagaimana orang tua memfasilitasi, menyokong dan membantu perkembangan anak tidak berdasarkan ke-butuhan orang tua (Essa, 2003:64). konsep paud Holistik-Integratif

Program PAUD yang selama ini masyarakat kenal adalah kelom-pok bermain (play group), karena memang program yang banyak dikem-bangkan oleh PAUD adalah kelompok bermain. Padahal program PAUD sangat beragam diantaranya adalah: TK/ RA (untuk formal), KB, tempat penitipan anak, taman pendidikan alqur’an, Pospa BKB dan Satuan Paud Sejenis (SPS), masuk dalam kelompok ini adalah posyandu. Program tersebut telah merambah sampai ketingkat desa dan dusun. Kemudahan pendirian lembaga PAUD dan tujuan untuk melayani anak usia dini melalui PAUD, merupakan kunci keberhasilan luasnya pertumbuhan PAUD tersebut, disamping juga sosialisasi yang gencar dilakukan oleh pemerintah dan stakeholders.

PAUD merupakan sebuah layanan pendidikan bagi anak usia dini (0-6 tahun). Tujuan utama PAUD pada prinsipnya meliputi (1) mengembangkan potensi kecerdasan, kebugaran dan kreatifitas anak, meliputi kecerdasan intelektual, emosional, sosial, sepiritual dan esteti-ka, (2) mempersiapkan anak agar siap mengikuti pendidikan di SD dan jenjang pendidikan berikutnya dan (3) menurunkan angka putus seko-lah SD maupun jenjang berikutnya. PAUD Holistik-Integratif dalam konteks ini sejatinya merupakan pendekatan untuk mencapai tujuan tersebut. Pada prinsipnya model pendekatan ini merupakan pembe-rian penekanan terhadap fungsi PAUD yang bukan hanya untuk upaya pemberian pendidikan/ layanan pendidikan semata tetapi juga men-cakup layanan gizi, kesehatan, pola asuh dan perlindungan anak. Kon-sep layanan ini adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan esensi anak usia dini secara utuh yang meliputi hal tersebut diatas.

Layanan PAUD Holistik-Integratif merupakan sebuah inovasi da-lam PAUD. PAUD yang bukan hanya terjebak dalam rutinitas pem-belajaran konvensional (didalam kelas) tetapi sebuah program yang

Page 83: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

76 JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

memungkinkan kepada semua lintas sektoral memberikan kesempatan untuk bekerjasama dengan tujuan memberikan yang terbaik untuk ke-pada calon generasi penerus bangsa yaitu peserta didik anak PAUD. Dinas kesehatan dapat masuk ke model PAUD holistik-integratif melalui kegiatan (1) pemberian penyuluhan pola hidup sehat, (2) gizi anak, (3) pemeriksaan kondisi anak rutin seperti gigi, mata, telinga, kulit. Dinas sosial masuk dengan membawa kegiatan seperti pembe-rian santunan sosial kepada anak-anak miskin, teladan kesetiakawanan, bantuan sosial perbaikan fisik bangunan. Dinas koperasi dan UMKM memberikan layanan terkait dengan kewirausahaan/ kemandirian se-jak usia dini, pola hidup hemat/ menabung sejak usia dini. Demikian juga dengan PKK baik tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi, masuk ke model PAUD holistik-integratif melalui kegiatan pola asuh anak, peran pendampingan orang tua, teladan cinta lingkun-gan.

Strategi ”serangan terpadu” pengembangan anak usia dini dalam model PAUD hoilistik-integratif yang melibatkan lintas sektoral san-gat memungkinkan terjadi. Untuk selanjutnya tentunya pihak pengelo-la PAUD harus menyiapkan beberapa hal yaitu (1) pengorganisasian kegiatan terkait dengan jadwal kegiatan dari berbagai lintas sektoral tersebut, (2) koordinasi pengelola PAUD dengan pihak-pihak terkait terutama menyangkut dengan karakteristik kegiatan, tujuan dan ma-teri/ bahan yang akan disampaikan, (3) menciptakan dan mengkon-disikan lingkungan belajar yang baik. Integratif bermakna terpadu, terdapat kesatuan dan keterpaduan. Beberapa kegiatan atau program yang sama dan sasaran yang sama pula, untuk meingkatkan efektifitas dan efisiensi hasilnya maka harus dipadukan. PAUD merupakan wa-dah atau tempat atau media yang tepat untuk menampung berbagai program yang ada pada berbagai dinas/ instansi lintas sektoral.

metode pengembanganpendekatan

Pendekatan pengembangan yang digunakan dengan menggunakan 4 D models dari Thiagrajan dalam Carey & Carey (2001) yang me-liputi kegiatan (1) pendefinisian (define), (2) perancangan (design), (3) pengembangan (develop) dan (4) penyebarluasan/ desiminasi (dessemi-nate). Tahapan pengembangan tersebut dilakukan secara runtut, kemu-

Page 84: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

77JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

dian setiap tahapan dilakukan analisis. sasaran dan lokasi

Kegiatan pengembangan dilakukan di dua lokasi PAUD Holistik Integratif yaitu dengan telah menerapkan model POSPABKB mini-mal 2 tahun berjalan. Dari kriteria tersebut, maka penulis mengambil lokasi di kecamatan Sumbawa dan kecamatan Buer. Untuk sampel di kecamatan Sumbawa yaitu PAUD Melati kelurahan Uma Sima keca-matan Sumbawa, sedangkan untuk sampel di kecamatan Buer yaitu PAUD Doremi desa Jurumapin kec Buer. Kedua sampel PAUD terse-but memiliki program POSPABKB yang didukung oleh Dinas Kes-ehatan, PL KB dan Dinas Diknas kab Sumbawa. Waktu

Kegiatan pengembangan model yang dilakukan penulis dilaksana-kan mulai kurun waktu Januari s.d. Pebruari 2014. Kegiatan awal yang dilakukan adalah studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 2 Januari 2014. Data dan informasi yang diambil dari kegiatan etudi pen-dahuluan meliputi data layanan, karakteristik layanan, program pen-guatan, data kader, bentuk layanan dan dampak layanan. Tahap selan-jutnya, analisis data, kemudian membuat langkah-langkah pengkajian dilapangan.prosedur pengembangan

Pendefinisian (4. define); yaitu suatu kegiatan menetapkan dan meny-usun syarat-syarat pengembangan, atau dengan kata lain kegiatan ini adalah kegiatan identifikasi kebutuhan. Kegiatan ini dilakukan melalui studi pendahulan (prelimenary study), kajian pustaka yang rel-evan dengan bidang pengkajian yang akan dilakukan. Jadi tahapan dalam melakukan kegiatam pendefinisian meliputi (1) analisis awal ( front and analysis), (2) analisis tugas (task analysis), (3) analisis kon-sep (concept analysis) dan (4) analisis tujuan pembelajaran (Specifying instructional objectives) Pendesainan program (5. design); yaitu kegiatan merancang program yang terdiri dari langkah-langkah (1) menyusun tes kriteria (construct-ing criterion-referenced test,, merupakan tindakan awal untuk mnegeta-hui kemampuan awal siswanya, (2) memilih jenis media yang sesuai dengan karakteristik warga belajar dan programnya (media selection), (3) pemilihan bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan dengan

Page 85: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

78 JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

media pembelajaran yang digunakan(format selection) dan (4) men-simulasikan penyajian materi dengan media dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang (initial design). Pada saat simulasi pembelajaran berlangsung, dilaksanakan juga penilaian dari teman sejawatPengembangan (6. develop), pada tahap ini di bagi dalam 2 (dua) keg-iatan yaitu: expert appraisal dan developmental testing. Expert appraisal merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan ran-cangan produk. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli da-lam bidangnya. Saran-saran yang diberikan digunakan untuk mem-perbaiki materi dan rancangan pembelajaran yang telah disusun. Developmental testing merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya. Hasil uji coba digunakan memperbaiki produk. Setelah produk diperbaiki kemudian diuji-kan kembali sampai memperoleh hasil yang efektif.Penyebarluasan (7. disseminate), pada tahap ini terdapat 3 (tiga) kegia-tan utama yaitu (1) validasi tes (validation testing) merupakan lang-kah sebelum menyebarluaskan hasil model, adalah mengevaluasi hasil implementasi dilapangan. Seberapa besar dampak hailnya ke-pada masyarakat atau penggguna, apakah model sudah mampu menunjukan hasil sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan pengembang. Jika dalam hasil penerapan masih belum menunjukan pencapaian yang memuaskan maka perlu dilakukan revisi lagi atas model tersebut, pada aspek bahan ajar, evaluasi be-lajaar atau prosedur pembelajarannya. (2) Pengemasan (packaging), pengemasan terkait dengan tampilan model pada saat dicetak yang kemudian disebarkan kepada pengguna (users).

PEMBAHASANtemuan lapangan studi pendahuluanKegiatan di Pembelajaran PAUd

Kegiatan pembelajaran PAUD berbentuk Kelompok Bermain den-gan jumlah anak usia 3-6 tahun. Di PAUD Doremi jumlah siswanya se-banyak 40 orang, sedangkan di PAUD Melati berjumlah 30 orang. Jum-lah pendidik sebanyak 3 orang (1 orang pengelola merangkap pendidik juga) di PAUD Doremi dan 8 orang pendidik (1 orang merangkap

Page 86: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

79JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

pengelola dan pendidik juga) di PAUD Melati. Kegiatan pembelajaran di PAUD adalah hari Senin s.d. Jumat di PAUD Doremi, dan Senin s.d. Sabtu di PAUD Melati. Sebagai ruang belajar, untuk PAUD Doremi adalah rumah Dinas Guru SDN 2 Ju rumapin yang telah direhab oleh Pemerintah Desa Jurumapin kemudian di hibahkan kepada Pengelola PAUD Doremi. Sedangkan ruang belajar PAUD Melati adalah rumah pengelola yaitu ibu Hj Salma.

Kegiatan Pembelajaran pada PAUD Doremi dan PAUD Melati menggunakan pendekatan sentra. Ruang belajar di PAUD Doremi yang hanya seluas 10 x 20 M2 telah diseting sedemikian rupa untuk mendukung pembelajaran sentra. Demikian juga di PAUD Melati, dengan memiliki 2 lokal ruang belajar, agaknya pembelajaran denga sistem sentra cukup baik terorganisir. Kegatan pembelajaran dimulai setiap jam 08.00 s.d 10.00 wita. Selebihnya, tidak ada kegiatan tamba-han lainnya. Kegiatan di Posyandu

Kegiatan Posyandu dilaksanakan setiap sebulan, pada minggu I bulan berjalan, hal ini terjadi di PAUD Doremi dan PAUD Melati. Sebelum dilakukan jadwal Posyandu, khusus di desa Jurumapin Kader Posyandu mengumumkan kepada masyarakat tentang jadwal Posyan-du tersebut. Tetapi di PAUD Melati, tidak demikian, kegiatan jadwal Posyandu dimumukan melalui surat, jadi kantor Kelurahan bersurat kepada pengelola PAUD Melati, memberitahukan bahwa jadwal Po-syandu adalah besok.

Kegiatan Posyandu ditangani oleh kader Posyandu, sebanyak 5 orang kader yang memiliki tugas (1) pendaftaran, (2) penimbangan, (3) pencatatan, (4) penyuluhan dan (5) pelayanan. Sasaran Posyandu ada-lah anak usia 0-6 tahun, yang menjadi sasaran Posyandu adalah peserta didik PAUD tersebut ditambah dengan kelompok usia 0-3 tahun. Jum-lah anak yang dilayani dalam Posyandu Durian 1 di desa Jurumapin sebanyak 60 anak. Sedangkan pada Poyandu Sejahtera kelurahan Uma Sima sebanyak 45 anak. peserta yang aktif selama kegiatan Posyandu hanya 60%, banyak alasan mengapa mereka tidak hadir, salah satunya adalah minimnya layanan yang diberikan oleh para kader Posyandu.

Tim yan tergabung dalam kegiatan Posyandu adalah (1) kader ber-jumlah 5 orang, dan (2) dinas kesehatan dalam hal ini yaitu Puskesmas kecamatan dan Bidan Desa. Kegiatan utama dalam Posyandu adalah

Page 87: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

80 JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

imunisasi, penimbangan, dan pemberian makanan tambahan seperti bubur kacang hijau atau kue nagasari. Layanan pemeriksaan kesehatan ibu hamil seperti pemeriksaan kandungan dan pemberian vaksin ke-pada ibu hamil juga diberikan. Pemeriksaan kepada anak, tidak dilaku-kan secara intensif, hanya bersifat umum saja. Hal ini dikarenakan, tim kesehatan yang datang ke Posyandu tidak menyertakan dokter (Dokter Gigi, Mata, Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Kandungan).Kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB)

BKB yang dilaksanakan oleh BKB Durian desa Jurumapin keca-matan Buer merupakan program binaan dari (1) Tim Penggerak PKK Kabupaten dan (2) PL KB. Demikian juga BKB yang ada di kelurahan Uma Sima kec Sumbawa. Program BKB menyasar para ibu atau orang tua Balita. Jumlah sasaran pada BKB desa Jurumapin terutama yang di-layani oleh kelompok BKB Durian sebanyak 23 ibu. Sedangkan BKB pada kelurahan Uma Sima yang bertempat di BKB Sejahtera sebanyak 18 ibu. Kegiatan yang dilayanani dalam BKB adalah (1) penyuluhan ke-luarga berencana, (2) pendidikan pengasuhan anak dan (3) penyuluhan gizi dan kesehatan anak.

Jadwal kegiatan BKB adalah setiap bulan, BKB di kelompok BKB Durian pada minggu ke-2 bulan berjalan, dan BKB Sejahtera pada minggu ke-3 bulan berjalan. Tim yang datan memberikan penyuluhan adalah dari (1) PL KB kecamatan, (2) Tim Penggerak PKK kecamatan dan (3) Bidan Desa/ kelurahan setempat. Tempat kegiatan BKB ada-lah di PAUD Doremi desa Jurumapin kec Buer dan di PAUD Melati kelurahan Uma Sima kec Sumbawa. Waktu kegiatan BKB adalah mulai jam 08.00-12.00 wita.

Berdasarkan hasil amatan dilapangan, menunjukan bahwa selama kegiatan BKB, jumlah para orang tua/ ibu yang hadir relatif sedikit. Hal ini disebabkan oleh (1) jarak lokasi BKB dengan sasa-ran orang tua relatif jauh, (2) substansi atau materi penyuluhan kurang menarik, (3) dukungan sarana prasarana untuk BKB relatif kurang memadai. Rata-rata kehadiran para orang tua mengikuti pro-gram BKB adalah 50%, tentunya hal ini menunjukan bahwa pro-gram BKB masih kurang maksimal dampaknya. Namun temuan dilapangan juga menunjukan bahwa setiap menjelang persiapan lomba POSPABKB maka intensitas kunjungan tim atau pembinaan yang bersifat administratif menjadi sering dilakukan, diantaranya

Page 88: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

81JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

(1) menambah frekwensi penyuluhan, (2) kunjungan rumah-rumah penduduk untuk hadir di BKB, (3) penambahan sarana prasarana.Formulasi model POSPA BKB saat ini

Berdasarkan temuan dilapangan tersebut, penulis dapat menyim-pulkan bahwa (1) sejatinya POSPA BKB merupakan pengejawantah-an dari konsep model PAUD HI, (2) yang menjadi core business dari POSPA BKB adalah 3 kegiatan utama yaitu (1) layanan Posyandu, (2) layanan PAUD dan (3) layanan Bina Keluarga Balita (BKB). Ketiaga jenis layanan tersebut memilik sasaran yang sama yaitu anak usia dini, ibu atau orang tua dan masyarakat. Program POSPA BKB bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM baik anak-orang tua- masyarakat. Berikut formulasi gambaran model POSPABKB tersebut dalam ben-tuk chart dibawah ini:

Layanan Posyandu

Layanan BKB

Layanan Pembelajaran PAUD

Model POSPA BKB

Peningkatan Kualitas Layanan secara Terintegrasi dengan Lintas Sektoral

Anak – Orang Tua dan Masyarakat Memiliki Kesadaran dan Pemahaman Pentingnya POSPA BKB

Anak Usia 0-6 tahun Ibu Hamil Lansia Ibu Balita Kesehatan Masyrkt Pembelajaran Sentra

Outbond PAUD

Orang Tua Balita Keluarga Balita PUS/Remaja Pemuda Usia Produktif Ibu PKK

Kader

Dinas Kesehatan

0-3 tahun

4-6 tahun Kader TP PKK

Layanan POSPA BKB dilakukan secara Periodik

Lintas Sektoral/ Kemitraan untuk POSPA BKB

Gambar 2: Formulasi Model POSPA BKB saat ini

konseptual model IntegrasI paud prIma Model Integrasi PAUD Prima adalah sebuah model peningkatan

layanan untuk (1) anak usia dini, (2) para ibu dan orang tua anak usia

Page 89: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

82 JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

dini, (3) keluarga di lingkungan anak usia dini, (4) masyarakat desa/ kelurahan. Karakteristik sasaran yang cukup luas ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup (pendidikan, kesehatan, pendapatan, pengasuhan, sikap-perilaku). Karena penulis berasumsi bahwa untuk menigkatkan kualitas hidup masyarakat, maka yang paling efektif ada-lah melalui sentuhan pendidikan, pendidikan di orang atau lingkungan terdekat anak.

Model ini merupakan penyempurnaan model POSPABKB dengan konsep layanan terintegrasi, dan menyeluruh. Tentunya pelibatan ber-bagai pihak baik lembaga/instansi ataupun LSM yang peduli terhadap pendidikan, kesehatan anak, sehingga memiliki kualitas hidup yang leb-ih baik, sangat penting. Program PAUD yang mengintegrasikan berba-gai layanan yaitu (1) PAUD, (2) Posyandu dan (3) BKB bermakna strat-egis karena memilki efek domino yang luar biasa dahsyatnya. Melalui upaya memahamkan masyarakat, para orang tua anak dan lingkungan terdekat anak terhadap pendidikan, kesehatan dan pengasuhan anak, maka pembinaan terhadap anak dan keluarga bukan hanya bertumpu pada satu atau dua orang yaitu pedidik PAUD atau pemerintah tetapi menjadi tanggung jawab masyarakat, terutama keluarga.

Model ini menekankankan pada konsep Pertama layanan PRI-MA. Apa yang dimaksud dengan layanan PRIMA, yaitu sebuah layan-an yang optimal kepada kelompok sasaran dalam program Posyandu, PAUD dan BKB. Selama ini kualitas layanan kepada kelompok sasaran atau masyarakat masih bersifat formalitas, tidak maksimal dan nor-matif. Misalnya, tidak melibatkan dokter, tidak melibatkan ahli psikolog anak, tidak melibatkan petugas penyuluh keagamaan, tidak melibatkan tim pelatihan ketrampilan fungsional. Semua diserahkan kepada kader, pada kenyatannya kader yang ditugaskan tidak memilki kompetisi yang memadai, bahkan banyak kader yang tambal sulam, besok jadi kader, lusa sudah berangkat jadi TKW. Tentunya ini masih sangat jauh dari prinsip layanan PRIMA.

Kedua, memberikan penekanan kepada pemberdayaan para orang tua, ibu dan keluarga Balita. Selama ini para ibu yang mengantar anaknya di PAUD hanya diam pasif, menunggu anak sampai selesai belajar. Pu-luhan ibu-ibu duduk berderet diruang tunggu PAUD, dengan aktifitas utama “ngrumpi” dan ini tentunya sangat tidak produktif. Perlu segera dipiirkan untuk menyusun program kepada para ibu-ibu, melalui pem-

Page 90: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

83JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

berian ketrampilan seperti menjahit, menganyam, ketrampilan kuliner, dan lain-lain, sehingga anaknya belajar di PAUD, ibunyapun belajar ketrampilan di BKB tersebut.

Ketiga yaitu menekankan kepada pendekatan partisipatif. Pendeka-tan ini menjadi kunci keberhasilan program PAUD Prima, karena se-mua layanan yang dihajatkan kepada masyarakat, tidak akan berhasil optimal jika tidak ada keterlibatan masyarakat. Sebagaimana dikuatkan oleh Sumption (1999) yaitu bahwa partisipasi masyarakat masuk pada tataran participation in planning, participation policy making, participation in communication, participation ini problem solving, participation in developing pro-gram, participation in financing and participatin in evaluating. Setiap tinda-kan atau intervensi dalam PAUD Prima harus merupakan kesepakatan dengan melibatkan sebanyak-banyaknya orang.

Bahwa model integrasi PAUD Prima memiliki 3 pilar utama yaitu pilar pertama dukungan toma-toga, dukungan yang dimaksud lebih bersifat moril atau imateril. Seperti mendukung ajakan para ibu atau orang tua anak untuk ikut ke POSPA BKB, menegur kepada orang tua yang meragukan keberadaan POSPABKB dan memberikan respon positif terhadap program POSPA BKB. Pilar kedua yaitu Sinergi lin-tas sektor dalam bentuk kemitraan antar lembaga dan atau organisasi. Mensinergikan program atau dengan kata lain saling koordinasi dan ko-munikasi sehingga mampu terjalin MoU dalam rangka mensukseskan program POSPA BKB. Demikian juga untuk program integrasi model PAUD Prima, tanpa ada komitmen kemitraan lintas sektoral, maka model tersebut akan hanya menjadi sebuah model hiasan tanpa makna. Mengoperasionalkan model integrasi PAUD Prima sangat membutuh-kan sinergi lebih dari dua instansi atau sektoral. Banyak program yang memilki sasaran yang sama, yang sejatinya dapat disinergikan sehing-ga hasilnya lebih optimal. Layanan yang ada dalam PAUD Prima ini merupakan layanan dengan sasaran yang sangat spesifik yaitu (1) anak usia dini 0-6 tahun, (2) para ibu dan Orang tua Balita, (3) keluarga atau lingkungan terdekat Balita dan (4) masyarakat desa/ kelurahan baik pemuda usia produktif bahkan sampai dengan Lanjut Usia

Pilar terakhir adalah kualitas layanan dalam program PAUD Pri-ma. Program yang berkualitas adalah program yang mampu menun-jukan hasil yang optimal, dan masyarakat memberikan respon yang positif. Indikator layanan yang berkualitas adalah (1) kepuasaan pe-

Page 91: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

84 JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

langgan, (2) tenaga kader/ pendidik PAUD yang memenuhi harapan pelanggan, (3) efektifitas kegiatan, (4) kurikulum atau materi pembe-lajaran yang bermanfaat dan (5) dampak program layanan terhadap pelanggan. Layanan yang berkualitas mencakup layanan di Posyandu, PAUd dan BKB. Ketiga program tersebut harus merupakan priori-tas, karena sesungguhnya misi utama model integrasi PAUD Prima adalah mensinergikan dan mengoptimalkan program tersebut untuk masyarakat.

Merujuk kepada paparan diatas, maka berikut penulis sajikan kon-septual model integrasi PAUD Prima dalam bentuk chart dibawah ini:

Teori Dasar PAUD

Psikologi Anak Tumbang Anak

Kemitraan Sinergis

BKB: Keluarga Bahagia, Ketrampilan dan Pengasuhan

Posyandu: Konsultasi Psikologi Gizi dan Tumbuh Kembang

PAUD: Outbond dan APE

Temuan Studi Pendahuluan

Penguatan Layanan PAUD Prima

Kualitas Hidup

Kualitas Layanan PospaBKB

Intervensi Tindakan PRIMA

Persuasif Resposif Intensif Masif Aktif

L A T A R

Indikator Kualitas Layanan PRIMA

Kualitas Kader Kualitas Layanan Kualitas Sarana Kualitas Pengelolaan Sosialisasi Penyuluhan

Panduan Model

Pedoman-Juknis PAUD

PRODUK MODEL Pelayanan Integrasi PAUD PRIMA Meningkat dan Lebih Berkualitas

Eksistensi PAUD Prima Warga Antusias Mengikuti Program

Pemahaman terhadap POSPABKB meningkat Jaminan Kualitas Hidup yang lebih pasti

Instrumen dan Bahan Ajar

Panduan Kemitraan/MoU

Gambar 3. Konseptual Model Program

penguatan sebagaimana dipaparkan diatas ditujukan kepada ketiga

model tindakan prIma PAUD maupun BKB. PRIMA adalah sebuah kegiatan yang terdiri

dari:Persuasif; yaitu tindakan menyampaikan ajakan, himbauan dan pe-1. nyuluhan kepada masyarakat terutama kelompok sasaran program yang telah ditetapkan agar datan atau mengunjungi pos-pos layan-an PAUD Prima. Ajakan yang dilakaukan oleh para kader haruslah benar-benar bersifat persuasif, tanpa paksaan atau represif. Karena

Page 92: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

85JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pendidikan, keseha-tan dan merubah pola hidup sehat cukup berat, sehingga harus dilakukan dengan pendekatan orang dewasaResponsif; yaitu sikap tanggap, cepat dalam memberikan tindakan 2. terhadap apa yang muncul di masyarakat, jika masyarakat mem-butuhkan layanan pengasuhan, misalnya maka sikap tanggap kad-er ditunjukan dengan cepat melalui pemberian contoh stimulasi, buku petunjuk pengasuhan bahkan memberikan penyulahan pen-gasuhanIntensif; yaitu frekwensi pemberian tidakan atau jumlah per-3. temuan dalam kegiatan layanan PAUD Prima. pertemuan dalam rangka memberikan layanan kepada pelanggan tidak bisa sebu-lan sekali, tetapi minimal seminggu sekali. Semakin intensif keg-iatan pertemuan masyarakat dalam program PAUD Prima maka semakin baik. Intensitas pertemuan dengan pelanggan, juga akan semakin menguatkan hubungan antara kader dengan pelanggan, serta mengetahui secara detail permasalahan yang dihadapi oleh pelangganMasif; yaitu melibatkan masa yang lebih banyak, dan lebih luas. Par-4. tisipasi masyarakat yang masih sedikit dalam setiap pertemuan di POSPABKB harus lebih digiatkan kembali. Tentunya untuk men-datangkan atau menarik minat pelanggan yang lebih besar maka, kegiatan dan program layanan harus lebih berkualiatas. Aktif; yaitu sikap dan perilaku yang ditunjukan oleh para kader 5. terhadap program layanan dan pelanggannya. Para kader harus bersikap aktif, mengambil inisiatif dan kreatif dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Perilaku aktif dapat ditunjukan sep-erti (1) melakukan kunjungan ke rumah pelanggan,(2) memberi-kan stimulasi spontan kepada anak, (3) bergerak mencari dukungan kemitraan dan (4) membantu masyarakat yang membutuhkan ban-tuan pada saat layanan program dilaksanakan.

Implementasi Model A. Mendaratkan model integrasi PAUD Prima sangat sederhana dan

cepat dilakukan, tidak ada yang sulit untuk mengimplementasikan-nya dilapangan. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam implementasi model ini adalah (1) totalitas, sepenuhnya berbuat untuk mendukung

Page 93: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

86 JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

program dan hasil-hasil yang bermanfaat bagi masyarakat, (2) pantang menyerah dalam menghadapi segala permasalahan dan (3) keikhlasan, bahwa apa yang dilakukan adalah semata karena Allah, dan beribadah karena Allah.

Inputs Penguatan Layanan PAUD Prima

Proses

Posyandu

Outputs

Inviromental Inputs

Persuasif

Outcomes Impacts

Anak usia Dini (0-6 tahun) Ibu Balita Keluarga Usia Produktif Lansia Masyarakat Umum

Pembelajaran PAUD

Bina Keluarga Balita (BKB)

PRIMA

Eksistensi PAUD Prima Menguat Pengakuan terhadap Program PAUD

Prima Minat dan Motivasi Masyarakat

meningkat Kualitas Hidup Pelanggan yang Lebih Baik

Responsif

Aktif

Intensif

Masif

Menigkatnya kualitas Layanan PAUD Prima

Penguatan Program tambahan

Sinergi program melalui koordinasi dan komunikasi Lintas sektoral bebentuk MoU

Layanan PAUD Prima semakin kuat dan menjadi Rujukan pengembangan PAUD terintegrasi bagi daerah lain

Kualitas Lembaga meningkat dengan pelayanan PRIMA

Toma-Toga-Topa, LSM/Ormas

Gambar 4. Implementasi Model

Berikut adalah deskripsi implementasi model tersebut diatas, yaitu sebagai berikut;

Masukan atau 1. inputs, merupakan kelompok sasaran yang akan di-layani oleh program Integrasi PAUD Prima. Karakteristik sasaran yang tepat, akan menunjang keberhasilan program. Masukan dari faktor environmental inputs seperti Toma, Toga, Topa merupakan

Page 94: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

87JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

komponen inputs yang signifikan juga, justru keberadaan mereka akan menjadi komponen yang berkontribusi positifTahap proses; merupakan tahapan dimana penerapan tindakan 2. PRIMA dalam setiap program. Tindakan PRIMA bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan dan program. Layanan PRIMA ter-wujud, maka minat dan antusias masyarakat dalam program inte-grasi PAUD Prima meningkat, misalnya program layanan terpadu dalam POSPA BKB. Tindakan PRIMA dilakukan oleh para kader dan pengelola program, tindakan tersebut harus merujuk kepada prinsip-prinsip layanan PRIMA. Tahapan proses, tentunya dimu-lai pada program integrasi yaitu (1) Posyandu, (2) pembelajaran PAUD dan (3) Bina Keluarga Balita. Pelaksanaan penguatan layanan; kegiatan ini dalam program POS-3. PA BKB sudah cukup bagus, namun karena permasalahan seperti (1) kualitas layanan, (2) jenis layanan, (3) kompetensi para kader dan petugas yang mengelola program POSPA BKB, maka progra kurang maksimal. Penguatan layanan ini ditujukan kepada 3 pro-gram pokok yaitu (1) Posyandu, (2) PAUD dan (3) BKB. Tam-bahan layanan pada Posyandu adalah Tumbuh Kembang Anak, Konsultasi Gizi dan Konsultasi Psikolog. Pada layanan PAUD ditambahkan program outbond dan APE serta pada layanan BKB ditambahkan program konsultasi keluarga bahagia dan ketrampilan fungsional. Pada tahapan ini, bentuk layanan yang ditambahkan pada setiap kegiatan utama dapat dilakukan atau dipenuhi melalui (1) kemitraan dengan lintas sektoral, (2) usulan program CSR pada perusahaan BUMN/BUMD/ Swasta dan (3) menyebarkan tenaga Pamong Belajar sesuai dengan disiplin ilmu dan keahliannya misal-nya PB yang berpendidikan S.Psi, atau S.Ag atau Ahli Madya Tata Boga/Busana. Mereka disebarkan pada setiap kelompok POSPA BKB, untuk mendampingi tim sebagai tenaga penyuluh atau kad-erTahapan hasil (4. outputs); tahapan ini merupakan hasil langsung yang dapat dirasakan dari program PAUD Prima, seperti (1) layanan menjadi baragam, (2) pemahaman orang tua dan masyarakat ten-tang PAUD dan kesehatan anak menjadi lebih baik, (3) minat dan motivasi orang tua, anak, dan masyarakat terhadap program POSP-ABKB menjadi lebih biak. Jadi indikator keberhasilan program in-

Page 95: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

88 JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

tegrasi PAUD Prima dapat dilihat dalam aspek (1) jenis layanan, (2) kualitas layanan, (3) kompetensi kader, pengelola dan petugas, (4) kehadiran pelanggan/ sasaran, (5) jumlah pelanggan yang hadir, (6) dukungan anggaran program, (7) jumlah lembaga mitra, (8) tindak lanjut program.Tahapan 5. outcomes merupakan dampak yang diharapkan yaitu kuali-tas hidup pelanggan, atau kelompok sasaran dan masyarakat se-cara umum. Terakhir adalah6. impacts, yaitu hasil yang nampak dan dirasakan set-elah program berjalan. Untuk melihat hal ini, tentunya tidak bisa seketika hasilnya, tetapi memerlukan waktu. Tahapan ini merupa-kan akhir dari pencapaian tujuan program, dampak jangka panjang yang diharapkan adalah terjadinya (1) peningkatan kualitas layanan, (2) terjadinya respon positif dari pemerintah kabupaten dan sampai pada tahapan terbitnya PERDA terkait dengan program Integrasi PAUD Prima, jika sudah Perda yang bermain, maka jaminan ter-hadap keberlangsungan dan penganggaran program menjadi lebih baik, (3) pengakuan terhadap keberadaan program PAUD PrimaTahapan selanjunnya adalah melakukan sinergi program, sinergi 7. program bermakna sebuah tindakan menjalin kerjasama, komu-nikasi dna koordinasi atas dasar semangat yang sama yaitu men-ciptakan generasi anak Indonesia yang lebib baik, memberikan pelayanan yang terbaik kepada anak, orang tua dan masyarakat. Kegiatan sinergi program dilakukan dengan instansi linier yang ada kaitannya dan kesamaannya dengan program POSPA BKB. Men-jalin hubungan kerjasama juga dilakukan dengan BUMN/BUMD atau perusahaan swasta, untuk mendapatkan dana CSR, kemudian menyakinkan kepada perusahaan tersebut untuk menginvenstasi-kan dana CSR kedalam program PAUD PrimaTerakhir, jika semua rangkain tahapan pelaksanaan terpenuhi maka, 8. efek domino dari sebuah penerapan model Integrasi PAUD Prima adalah (1) menguatnya lembaga PAUD terintegrasi seperti POSPA BKB dan (2) meningkatnya kualitas hidup masyarakat. Kualitas hidup berkaitan dengan aspek kesehatan, pendidikan, sosial ekono-mi, perilaku-sikap mental positif dan

Page 96: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

89JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

penutupkesimpulan

Model Integrasi PAUD Prima merupakan model penyempurnaan 1. terhadap model PAUD terintegrasi seperti POSPABKB yang su-dah ada. Bentuk penyempurnaan model terjadi pada (1) penguatan layanan dan (2) pendekatan atau strategi layanan PRIMA. Model Integrasi PAUD Prima memiliki struktur utama yaitu (1) sinergi lintas sektoral, (2) kualitas layanan dan (3) dukungan masyarakat. Model ini menitik beratkan pada sisi (1) bagaimana menambah jenis layanan sehingga berpengaruh terhadap minat motivasi dan hasil-hasil pembelajaran, (2) bagaimana melakukan penguatan layanan prima dan (3) bagaimana mengimplementasikan tindakan PRIMA dalam layanan program PAUD Prima. Tindakan PRIMA merupakan filosofi yang harus tertanam pada 2. semua kader dan pengelola program. PRIMA bermakna sempurna, puas dan menarik, pelanggan menyatakan kepuasan karena sangat puas dengan layanan yang diberikan. Tindakan PRIMA tersebut meliputi (1) persuasif, (2) responsif, (3) intensif, (4) masif dan (5) aktif. Implementasi dari tindakan tersebut adalah bahwa tindakan PRIMA disentuhkan kepada semua layanan utama program yang meliputi tindakan (1) kenal baik dengan karakteristik sasaran, (2) tanggap dan responsif terhadap keluhan masyarakat, (3) selalu melakukan tindakan persuasif bukan represif dalam mengahadapi masyarakat, (4) mengedepankan komunikasi positif, (5) melakukan kunjungan secara intensif, (6) melibatkan banyak orang dalam se-tiap pelaksanaan program, (7) kerjasama dan koordinasi dengan banyak pihak, (8) dan bersikap aktif terhadap masyarakat.Penguatan layanan pada tiga 3. core business yaitu PAUD, Posyandu dan BKB, meliputi (1) pada program PAUD penguatan pada as-pek pembelajaran kegiatan outbond dan APE, (2) pada program Posyandu penguatan pada aspek penambahan layanan tumbuh kembang anak dan konsultasi perkembangan anak dan (3) pada program BKB penguatan pada aspek penambahan layanan ke-trampilan fungsional bagi orang tua Balita dan konsultasi keluarga bahagia (sakinah, mawadah dan warahmah).

Page 97: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

90 JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

saranKepada Bupati/Kepala Daerah; perlunya memayungi keberadaan 1. POSPA BKB dengan PERDA sehigga memberikan jaminan ke-berlanjutan dan penguatan program tersebutKepada Kepala Dinas Pendidikan; perlunya menerjunkan para ten-2. aga fungsional PB SKB kab/ kota untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan PAUD terintegrasiKepada Kepala SKB/ UPT PNFI; perlunya melaksanakan pro-3. gram model Integrasi PAUD Prima dengan layanan sebagaimana pada POSPA BKB tetapi dengan nilai plus, dan menyusun pro-gram PUAD terintegrasi sebagai program unggulan Kepada Kepala BPPAUDNI Regional Mataram; perlunya menin-4. daklanjuti temuan dan konsep desain model Integrasi PAUD Pri-ma sebagai sebuah model unggulan yang patut dipertimbangkan sehingga tujuan pencapaian generasi Emas Indonesia dapat segera terealisasi dengan baik.

Daftar Pustaka

Arce, Eve-Marie. 2000. Curriculum for Young Children: An Introduction . New York: Delmar Thomson Learning,

Brewer, Jo Ann. 2005. Introduction to Early Childhood Education: Preschool through Primary Grades Sixth Edition Boston: Pearson Education Inc.

Carey, L & Carey, J.O. 2001. The Systematic Design of Instruction, 5th Edition.New York: Longman

Depdiknas. 2005. Peluang dan Tantangan Pendidikan Anak Usia Dini: Lomba Penulisan Jurnalistik PAUD Tahun 2004 Jakarta: Direktorat PAUD

Depdiknas. 2006. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD . Direktorat PAUD Jakarta

Direktorat PAUD. 2007. Grand Design Program Pendidikan Anak Usia Dini Non-formal

tahun 2007-20015 Jakarta:Direktorat PAUDDirektorat PAUD. 2007. Pedoman Sosialisasi dan Pemasyarakatan Program

Pendidikan Anak usia Dini Jakarta: Direktorat PAUD Direktrorat PAUD. 2007. Pedoman Pusat unggulan Pendidikan Anak

Page 98: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

91JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

Usia Dini Tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi Jakarta: Direktorat PAUD

Essa, Eva L. 2003. Introduction to Early Chilhood Education: Annotated Student’s Edition Nevada: Thomson Delmar Learning

Feeney, Stephanie. 2006. Who Am I in The lives of Children? Seventh Edition New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall

Ministry of Education Singapore. 2003. Framework Book 1 Kindergarten Curriculum Singapore: Nurturing Early Learners.

Ramelan, R. 1997. Kemitraan Pemerintah-Swasta dalam Pembangunan Infrastruktur di Indonesia. Jakarta: Koperasi Jasa Profesi LPPN

Sudibyo, Retno S.2007. “Pendidikan Anak Usia Dini yang Ideal” Makalah Seminar dan Lokakarya PAUD Tingkat Nasional di UGM Yogyakarta.

Sumption, M.R & Ivonne. E. 1999. School-Community Relation a New Approach. New York: MacGraw Hill Book Company.

Yussen, Steven R., John W. Santrock. 1980. Child Developmet: An Introduction Iowa: WCB

Page 99: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

92 JPNF Edisi 11 2014

sadid, Model Integrasi PAUD Prima

Page 100: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

93JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

ImplementasI EdUCATiON FOr All : pendIdIkan berbasIs SOFT SKill dan HArd SKill untuk prt paruH Waktu dI keCamatan drIyoreJo, kabupaten gresIkOleh : Wiwin Yulianingsih

AbstractEducation is a needs to all people, including part timer maids. Enhancing level of education will bring impact to their life quality or family prosperity and ability to finish their jobs. How is part time maid can finish their job and well as their role? The answer of this question are about increasing in their soft skill and hard skill. Assistance for part timer maids in Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik is a soft skill and hard skill based education. Such education may help maids in developing how to learn, how to unlearn, realizing their self ability, taking action in life problems, solve problems in a creative ways. Soft skill and hard skill are skill they need. Soft skill is a skill to interact with others (interpersonal skills) and skill to manage themselves (intrapersonal skills). Hard skill is competences in knowledge and technologies to do their jobs.Key words: soft skill, hard skill, part timer maids.

pendaHuluanManusia dan pendidikan adalah dua hal yang tidak dapat dipisah-

kan, sehingga dimana ada manusia maka disitu ada pendidikan. Oleh karena itu, para ahli sepakat bahwa kehadiran manusia memunculkan kehadiran pendidikan secara langsung. Manusia sebagai makhluk yang selalu berkembang mempunyai corak kehidupan sesuai dengan kondisi lingkungannya yang terus menerus berubah sepanjang masa. Peruba-han corak kehidupan dan perkembangan tersebut membawa dampak yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia tersebut.

Pendidikan mempunyai fungsi sebagai penolong individu dalam rangka mengatasi persoalan kehidupan yang meliputi penerapan in-formasi dan teknologi yang dimiliki untuk meningkatkan kehidupan.

Page 101: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

94 JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

Roger A (dalam santoso, 2010:3) menyebutkan “education was also been to be the potensial savior”(pendidikan juga dipandang menjadi penyelamat). Pendidikan sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidu-pan individu sehingga pendidikan selalu dapat membantu mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi individu demi peningkatan kuali-tas kehidupan sesuai dengan tujuannya. Oleh karena itu pendidikan dipandang sebagai proses berkelanjutan yang dibimbing oleh tujuan peningkatan kualitas kehidupan.

Dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 disebutkan bahwa: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Bahwa setiap warga negara mempunyai kesamaan hak dan kesempatan dalam memperoleh pekerjaan, namun ternyata pe-nyerapan tenaga kerja di berbagai bidang masih terdapat kesenjangan gender. Kaum hawa masih tertinggal bila dibandingkan dengan kaum adam dalam memperoleh peluang pekerjaan.

Menurut data Sakernas kondisi per-Februari 2013, jumlah angkatan kerja mencapai 121,19 juta orang, ini merupakan jumlah terbesar sela-ma 10 tahun terakhir. Indikator ketenagakerjaan yang sering digunakan untuk mengukur besarnya jumlah angkatan kerja (bekerja dan men-cari kerja) berbanding dengan penduduk usia kerja (15 tahun keatas) atau disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan angka 69,21% pada periode ini. Ini meningkat lebih tinggi dibanding periode Agustus 2012 yang hanya 67,88%. Meskipun demikian apakah peningkatan dalam hal jumlah orang yang bekerja mencerminkan pe-nyerapan tenaga kerja yang mempertimbangkan kesetaraan gender?

Secara umum TPAK perempuan jauh lebih rendah dibandingkan TPAK laki-laki. Meskipun demikian, jika dilihat berdasarkan jumlah angkatan kerja, selama periode 2011-2012 peningkatan jumlah angka-tan kerja perempuan jauh lebih besar dibandingkan dengan angkatan kerja laki-laki. Di Jawa Timur saja, jumlah angkatan kerja perempuan pada tahun 2012 mencapai 8,09 juta orang, meningkat dibanding ta-hun 2011 yang hanya 8,01 juta orang. Sementara angkatan kerja laki-laki 11,74 juta orang di tahun 2011 menjadi 11,81 juta orang di tahun berikutnya. Peningkatan tenaga kerja perempuan digambarkan dari terserapnya mereka ke sektor-sektor yang secara tradisional banyak menampung tenaga kerja perempuan seperti perdagangan, pertanian, industri dan rumah tangga. Masuknya perempuan kelapangan peker-

Page 102: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

95JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

jaan ini lebih dikarenakan dorongan pemenuhan dan usaha untuk menambah penghasilan keluarga. Jika suatu kondisi menguntungkan secara ekonomi, perempuan juga kemungkinan besar akan bekerja se-cara paruh waktu (part-time) atau bekerja secara musiman (Hugo et al. 1987).

Pembantu rumah tangga (PRT) yang kebanyakan perempuan, sep-erti buruh lainnya bekerja keras untuk menambah penghasilan keluarga, bahkan menghidupi keluarga mereka. Mereka juga ingin mendapatkan upah yang layak serta dilindungi oleh undang-undang perburuhan dan skema perlindungan sosial. UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 tidak mencakup PRT, artinya PRT tidak tercakup dalam perlindun-gan tenaga kerja, karena bidang pekerjaan tersebut masih masuk dalam sektor informal. Sehingga pula belum ada data valid dan resmi terkait jumlah tenaga PRT di Indonesia.

Estimasi ILO pada tahun 2009, menyebutkan jumlah PRT di se-luruh dunia sebanyak 50 juta orang dan kurang lebih 3 hingga 4 juta PRT bekerja di Indonesia (Republika, 25 Maret 2014). Kerja mereka tidak dihargai dan diupah rendah. Kerja rumah tangga jarang sekali di-lihat oleh masyarakat ataupun pemerintah sebagai ‘kerja,’ kerja rumah tangga hanya dilihat sebagai sesuatu yang dilakukan oleh perempuan di rumah orang lain untuk ‘membantu.’ Sumbangan pekerja rumah tangga terhadap ekonomi tidak pernah dimasukkan dalam Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Keadaan ini menyebabkan PRT di Indonesia rentan terhadap pelecehan dan ekspolitasi, dengan jam kerja berlebi-han, upah tidak dibayar, dikurung, pelecehan fisik/seksual, kerja paksa, dan menjadi korban kejahatan perdagangan manusia

Hal lain yang menjadi masalah adalah minimnya kecakapan yang dimiliki oleh pembantu rumah tangga, sehingga mendorong para ma-jikan untuk berbuat semena-mena seperti yang terjadi beberapa bulan terakhir ini terkait dengan masalah eksploitasi terhadap pembantu ru-mah tangga dan pemecatan sepihak. “Orang yang pendidikannya ren-dah, disamping tidak memiliki banyak peluang juga tidak mempunyai banyak pilihan untuk bertindak dan mengambil keputusan” (Marzuki, 2010:88).

Disinilah terdapat gejolak permasalahan antara keterampilan yang dimiliki dengan peluang pekerjaan yang diperoleh. Menjadi pekerja paruh waktu seperti pembantu rumah tangga bukanah sebuah pili-

Page 103: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

96 JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

han terbaik, namun untuk menunjang perekonomian keluarga apalagi hidup di kota besar seperti Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo alternatif mencari PRT paruh waktu adalah solusi bagi perempuan yang memi-liki peran produktif.

Peran pendidikan dalam konsep education for all sangat dibutuhkan oleh PRT. Peningkatan kualitas pekerjaannya akan berdampak pula pada kualitas kehidupan atau kesejahteraan keluarga. Sehingga disini mungkin diperlukan kearifan dari majikan untuk memberikan suatu kesempatan belajar, kesempatan itu tidak harus dilakukan pada saat jam kerja. Untuk PRT paruh waktu bisa mengikuti kursus, pelatihan atau pembelajaran pada malam hari atau pada waktu-waktu tertentu ketika libur bekerja. Sedangkan bagi PRT Full Time (di rumah majikan), mereka dapat memperoleh keterampilan atau Short Course pada jam-jam tertentu pula, menyesuaikan dengan waktu yang disepakati oleh majikan.

Menanggapi kenyataan seperti itu, pendidikan berbasis soft skill dan hard skill, khususnya untuk PRT paruh waktu harus lebih ditingkatkan untuk kualitas kehidupan atau kesejahteraan keluarga dirinya dan ke-luarga majikan. Dengan bekal keterampilan yang dimiliki, tentu akan memberikan kontribusi yang lebih baik dalam pekerjannya. Pendidikan tersebut membantu PRT dalam mengembangkan kemampuan bela-jar (learning how to learn), menghilangkan pola pikir dan kebiasaan yang tidak tepat (learning to unlearn), menyadari dan mensyukuri potensi diri untuk dikembangkan dan diamalkan, berani menghadapi problema ke-hidupan, serta mampu memecahkannya secara kreatif.

Hasil identifikasi permasalahan yang dilakukan di wilayah Perum-nas Kota Baru Driyorejo Gresik (daerah penyangga Kota Surabaya) menunjukkan bahwa PRT Paruh waktu di daerah ini berasal dari ling-kungan sekitar perumahan. Mayoritas dari empat kelurahan yaitu Pe-tiken, Gadung, Randengansari dan Mulung. Hasil identifikasi lainnya adalah: (1) Minimnya keterampilan atau keahlian PRT yang bisa di-andalkan dalam bekerja, sehingga majikan kecewa karena tidak ses-uai harapannya. (2) Tingkat pendidikan PRT paruh waktu adalah 60% lulusan SD, 35 % lulusan SMP, dan sisanya DO tingkat SD dan SMP. Dengan tingkat pendidikan tersebut banyak dijumpai PRT paruh wak-tu kurang bisa berkomunikasi secara baik dengan majikan. Rendah-nya thinking positif terhadap majikan. (4) Majikan tidak pernah menaik-

Page 104: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

97JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

kan gaji walaupun sudah mengabdi selama dua atau tiga tahun lebih. (5) Membiarkan PRT paruh waktu dalam kondisi seperti itu karena majikan tidak punya waktu luang untuk memberikan pembelajaraan (melatih, memberikan kursus pendek) pada PRT, (6) Majikan memu-tuskan hubungan kerja secara sepihak.

Berdasarkan persoalan tersebut, maka Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dari Jurusan PLS FIP Unesa mengadakan pen-dampingan yang dilakukan selama 3 bulan di Perumahan Kota Baru Driyorejo. Dilakukan secara bertahap, yaitu alternatif pemecahan masalah sebagai upaya untuk peningkatan kualitas kerja PRT paruh waktu melalui pendidikan yang berbasis soft skill dan hard skill.

landasan teorIPerkembangan pendidikan masyarakat di era reformasi termasuk

dipengaruhi komitmen dunia memenuhi deklarasi Dakar tentang Ed-ucation for All (EFA) pada tahun 2000, yang berisi enam komitmen, yaitu: (1) meningkatkan dan memajukan pendidikan usia dini khusus-nya bagi anak yang rentan, atau kurang beruntung; (2) memastikan pada tahun 2015 semua anak, khususnya perempuan, yang berasal dari etnis minoritas, dijamin memiliki akses dan menyelesaikan wajib be-lajar yang bebas biaya dan bermutu baik; (3) memastikan kebutuhan belajar semua pemuda dan orang dewasa dipenuhi melalui akses ke program keterampilan hidup (life skill) dan pembelajaran yang tepat; (4) mencapai kemajuan 50% ditingkat orang dewasa pada tahun 2015, khususnya bagi perempuan dan kesetaraan pada pendidikan dasar dan berkesinambungan untuk semua penduduk dewasa; (5) menghapus disparitas gender pada pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005 dan meraih kesetaraan gender pada tahun 2015, dengan fokus memastikan akses penuh dan setara dan pencapaian pendidikan dasar bagi perempuan; (6) meningkatkan semua aspek mutu pendidikan dan menjamin semuanya berjalan dengan baik, sehingga hasil pembelaja-ran yang bisa dikenali dan diukur dapat dicapai oleh semua, khususnya dalam baca, tulis, hitung dan keterampilan hidup yang penting.

Mencermati tujuan umum dari kerangka Aksi Dakar di atas, titik beratnya adalah bagaimana sebagai bangsa berupaya memenuhi pen-didikan dasar dalam bentuk pemberian pendidikan keaksaraan bagi semua warga negara yang karena berbagai kesulitan, kemiskinan, ket-

Page 105: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

98 JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

erbelakangan, sosial ekonomi serta budaya, tidak berkesempatan atau tidak memperoleh akses pendidikan. Ini merupakan tanggung jawab negara dan semua komponen bangsa untuk memenuhinya.

Bagi bangsa Indonesia, deklarasi Dakar merupakan suatu dorongan untuk menjalankan amanah Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 31 ayat (1) menyatakan “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Pernyataan yang lebih tegas terdapat dalam UUD 1945 hasil amande-men, pasal 31 ayat (2) bahwa “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayai”. Pasal 28C ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap orang berhak mengembangkan diri mela-lui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahter-aan umat manusia”. Pasal dan ayat-ayat UUD 1945 ini dituangkan se-cara konsisten ke dalam peraturan-peraturan dibawahnya, khususnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam kerangka pendekatan pendidikan yang berkaitan dengan apa yang menjadi kebutuhan para PRT Paruh Waktu, maka formu-la kebutuhan pendidikan yang bersifat kebutuhan sosial (setidaknya berdimensi sosial) dapat mengacu pada model Brandshaw, dalam Ishak Abdulhak (1995:5) yaitu:

Kebutuhan normative, yaitu yang mempunyai pengertian kesen-1. jangan individu atau kelompok setelah dibandingkan dengan stan-dar norma yang telah ditetapkan pada kehidupan masyarakat;Kebutuhan terasa, hampir mempunyai kesamaan dengan keingi-2. nan, kebutuhan macam ini sifatnya langsung dirasakan oleh ses-eorang mengenai kekurangan yang perlu dipenuhinya;Kebutuhan yang dinyatakan, biasanya kebutuhan macam ini meru-3. pakan kebutuhan langsung dari kebutuhan terasa;Kebutuhan komperatif, yaitu kebutuhan yang muncul setelah 4. membandingkan dengan kondisi yang berbeda;Kebutuhan masa datang, yaitu proyeksi kebutuhan yang diduga 5. akan muncul pada masa yang akan datang.Kebutuhan belajar yang dirasakan sama oleh setiap individu da-

lam suatu kelompok disebut kebutuhan belajar kelompok yang pada umumnya dapat dipenuhi melalui kegiatan belajar bersama atau kegia-

Page 106: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

99JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

tan belajar kelompok. Dan belajar kelompok adalah ”... is a group whose purpose is to ensure that group members learn specific subject matter, information, knowledge, skills, and prosedures. Learning is the primary purpose of the group” (...adalah satu kelompok yang bertujuan untuk menjamin bahwa ang-gota-anggota kelompok belajar bahan belajar, informasi, pengetahuan, keterampilan dan prosedur khusus. Pembelajaran adalah tujuan utama dari kelompok).

Johnstone dan Rivera (Dalam Santoso, 2010:166), mengklasifikasi-kan kebutuhan pembelajaran sebagai berikut:

Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan tugas pekerjaan.1. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan kegemaran dan re-2. kreasi.Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan keagamaan.3. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan penguasaan bahasa 4. dan pengetahuan umumKebutuhan belajar yang berkaitan dengan kerumah-tanggaan5. Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan penampilan diri6. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan pengetahuan ten-7. tang peristiwa baru.Kebutuhan belajar yang berhungan dengan usaha dibidang perta-8. nian.Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan pelayanan jasa.9. Kebutuhan pendidikan kaitannya dengan kebutuhan masyarakat

PRT paruh waktu tersebut di atas sejalan dengan prinsip Education for All. Prinsip Education for All yang dilandasi oleh semangat filosofis konsep pendidikan sepanjang hayat (lifelong education), telah mengubah persepsi dan gerakan pembangunan pendidikan dalam memperhatikan semua lapisan dan golongan masyarakat yang sama dalam memper-oleh pendidikan dasar (pendidikan tingkat minimal) dan pendidikan berkelanjutan. Sebagai suatu gerakan yang berindikasi kepada pemer-ataan, dalam pelaksanaannya sangat mempertimbangkan berbagai ke-mungkinan kelembagaan pendidikan yang sudah ada tumbuh berkem-bang di masyarakat (keluarga, organisasi kemasyarakatan dan lain-lain) untuk didayagunakan sebagai sarana pencapaian target. Seperti penda-pat Dave (Santoso, 2010:39). Life long education is a proces accomplishing per-sonal, sosial and professional development througtout the life-span of individuals in order to enchance the qualites of life the both individualis and their collectives. It is

Page 107: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

100 JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

a comphrehensive and unifing idea which includes formal, non formal and informal learning for acquiring and enhacing enlighment so as to attain the possible develop-ment in different stages and domain of life.

Dengan demikian prinsip Education for All tersebut bermakna bah-wa Negara, tanpa kecuali kelompok PRT paruh waktu mempunyai hak yang sama dalam proses pendidikan. Disamping itu pula pendidikan yang menganut prinsip pendidikan sepanjang hayat, maka selayaknya PRT paruh waktu sebagai anggota masyarakat mendapat porsi yang wajar dalam pembinaan dan pengembangannya untuk mencapai ke-mandirian.

Sejalan dengan itu, Trisnamansyah S (2007:18-24) memilah dalam suatu tinjauan pada masing-masing pilar, yaitu sebagai berikut :

Belajar mengetahui 1. (learning to know)Jenis belajar ini bukan menekankan pada memperoleh informasi yang sudah terinci, dimodifikasi, melainkan menguasai instrumen-instrumen pengetahuan itu sendiri, baik sebagai alat maupun tujuan hidup sebagai alat, memampukan setiap orang untuk memahami lingkungannya, untuk mengembangkan keterampilan kerja dan un-tuk berkomunikasi.Belajar berbuat (2. learning to do)Belajar berbuat dalam konteks pekerjaan dimasa depan tidak hanya menyangkut penguasaan keterampilan kerja tetapi lebih dari itu adalah kompetensi pribadi yang harus ditonjolkan. Tuntutan pen-guasaan kompetensi menjadi amat penting mengenai keterampilan yang diperoleh melalui pelatihan teknik dan kejuruan, mengenai tingkah laku sosial, mengenai sesuatu keterampilan untuk beruru-san dengan banyak situasi dan bekerja dalam regu dan mengenai prakarsa dan persiapan untuk mengambil resiko, yang hal-hal terse-but sering disebut keterampilan hidup.Belajar hidup bersama (3. learning to live together)Pendidikan harus menempuh dua jalur yang saling melengkapi, disatu sisi menemukan dan memahami orang lain secara bertahap dan disisi lain menemukan pengalaman akan tujuan bersama sepa-njang hayat yang merupakan cara yang tepat untuk menghindari diri atau untuk menyelesaikan perselisihan tersembunyi.Tujuan pendidikan adalah memberikan pemahaman tentang keanekaragaan ras manusia, kesadaran tentang kesamaan manusia

Page 108: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

101JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

dan interdepensi antara semua manusia. Kegiatan pendidikan seko-lah dan luar sekolah hendaknya menyediakan waktu yang cukup dan kesempatan memperkenalkan kepada generasi muda pelaksan-aan kegiatan kerjasama melalui partisipasi dalam olah raga kegiatan budaya dan juga memberi kesempatan berperan serta dalam kegia-tan sosial.Belajar menjadi (4. learning to be)Prinsip fundamental pendidikan adalah bahwa pendidikan hen-daknya menyumbang pada perkembangan seutuhnya dari setiap orang : jiwa dan raga, intelegensi, kepekaan, rasa estetika, tanggung jawab pribadi dan nilai-nilai spiritual. Semua manusia hendaknya diberdayakan untuk berpikir mandiri dan kritis dan membuat kepu-tusan sendiri dalam rangka menentukan bagi mereka apa yang diya-kini harus melaksanakan dalam berbagai keadaan kehidupannya.Pendidikan mempunyai fungsi sebagai penolong individu dalam

rangka mengatasi persoalan-persoalan yang meliputi penerapan infor--persoalan yang meliputi penerapan infor-persoalan yang meliputi penerapan infor-yang meliputi penerapan infor- meliputi penerapan infor-masi dan teknologi yang dimiliki oleh individu untuk meningkatkan ke-hidupan. Rogers A (dalam Santoso, 2010:3) menyebutkan: “Education was also been to be the potensial savior” (pendidikan juga dipandang menjadi tenaga penyelamat). Pendidikan sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan individu sehingga pendidikan selalu dapat mem-bantu mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh individu demi peningkatan kualitas kehidupan sesuai dengan tujuannya, “Education is a viewed as a continuing proses guided by over-riding goal of improving the qual--riding goal of improving the qual-riding goal of improving the qual-ity of lifed” (pendidikan dipandang sebagai proses berkelanjutan yang dibimbing oleh tujuan peningkatan kualitas kehidupan).

Perubahan yang terjadi dilingkungan individu, dapat memberikan perubahan masyarakat yang biasanya dapat terjadi tanpa rencana atau direncanakan. Perubahan yang terjadi dimasyarakat yang direncana-kan oleh pihak luar, disebut dengan pembangunan yang ditujukan untuk mencapai hasil yang dapat memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat. Hamilton E (Santoso, 2010:3) menyatakan: “Development ia on going strategic process designed to influence changed for positive outcomes.” (pembangunan adalah proses strategi yang dirancang yang selalu ber-langsung untuk mempengaruhi perubahan guna memperoleh hasil yang positif). Pembangunan yang dikaitkan dengan masyarakat dikenal dengan pembangunan masyarakat (community development) dan pemban-

Page 109: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

102 JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

gunan masyarakat tersebut telah berlangsung sejak lama sampai seka-rang.Soft Skill

Soft skill atau keterampilan lunak adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keter-ampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mam-pu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Konsep tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis yang lebih mengutamakan pada kemampuan in-terpersonal dan intrapersonal. Kedua kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh seseorang melalui proses pembelajaraan maupun proses pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Secara garis besar, keamam-puan interpersonal mencakup aspek kesadaran diri (self awareness), yang didalamnya meliputi: kepercayaan diri, kemampuan untuk melakukan penilaian dirinya, pembawaan serta kemampuan mengendalikan emo-sional. Selain itu, kemampuan interpersonal juga mencakup aspek ke-mampuan diri (self skill) yang didalamnya meliputi: upaya peningkatan diri, kontrol diri, dapat dipercaya, dapat mengelola waktu dan kekua-tan, proaktif dan konsisten (Muzaqi, 2010:33).

Sedangkan kemampuan interpersonal mencakup aspek kesadaran sosial (sosial awareness), yang meliputi kemampuan kesadaran politik, pengembangan aspek-aspek yang lain, berorientasi untuk melayani dan empati. Selain itu, juga aspek kemampuan sosial (social skill) yang me-liputi kemampuan memimpin, mempunyai pengaruh, dapat berkomu-nikasi, mampu mengelola konflik, kooperatif dengan siapapun, dapat bekerjasama dengan tim dan bersinergi (Yaniawati, 2009).

Soft Skill juga dapat diterjemahkan kedalam kemampuan yang dimi-liki oleh setiap individu untuk dapat mengembangkan perasaan positif (positive feeling), selalu dan bisa untuk berpikir positif (positive thinking) dan mempunyai kebiasaan positif (positive habits) yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk kepentingan diri sendiri mau-pun orang lain (Sultoni, 2008).

Kelemahan dibidang soft skill yaitu berupa karakter yang melekat pada diri seseorang. Kemampuan ini dapat diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja dan berorganisasi. Ada banyak cara

Page 110: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

103JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

meningkatkan soft skill. Salah satunya melalui learning by doing. Selain itu soft skill dapat diasah dan ditingkatkan dengan cara mengikuti sosial-isasi, pelatihan, kursus dan sejenisnya.

Bagi Pembantu Rumah Tangga paruh waktu, unsur-unsur yang termasuk soft skill agar lebih ditingkatkan adalah: (1). PRT memiliki persepsi yang positif terhadap majikan dan pekerjaan. (2). PRT dapat berkomunikasi secara baik dan sopan serta mampu bersosialisasi da-lam keluarga majikan. (3). PRT memiliki sikap yang konsisten dalam bekerja, memiliki loyalitas yang tinggi sehingga tidak sering berpindah majikan atau tergiur ajakan dari orang lain.Hard Skill

Hard skill ataupun hard competence secara singkat adalah penguasaan ilmu pengetahuan teknologi dan kemampuan teknis yang dimiliki seseorang. Misalnya pengetahuan dan kemampuan tentang suatu desain dan keistimewaan dari suatu produk. Mengem-bangkannya sesuai dengan teknologi untuk mengatasi masalah yang terjadi, menganalisis kegunaan produk dalam usaha untuk mengi-dentifikasikan ide-ide baru mengenai produk ataupun pelayanan tersebut. Dalam implementasi hard skill PRT paruh waktu adalah:

Keterampilan tata cara menggunakan dan merawat alat-alat rumah 1. tangga elektrik yang meliputi: mesin cuci, setrika, microwave, kul-kas, dan lain-lain.Cara aman memasang tabung gas elpiji.2. Keterampilan dan pengetahuan tentang mengolah makanan yang 3. sehat.

ImplementasIBerikut Model penyelenggaraan Implementasi Education For All :

Pendidikan Berbasis Soft Skill dan Hard Skill Untuk PRT Paruh Waktu di Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik.

Page 111: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

104 JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

model prt paruH WaktudI keCamatan drIyoreJo kabupaten gresIk

Masalah PRT Paruh Waktu

PRT Paruh Waktu (WB)

Kondisi Sosio-ekonomi PRT Paruh

Waktu

Kebutuhan Belajar

Sumber Pembelajaran

Sarana Pembelajaran

Kualitas kerja meningkat

Soft Skill :

Sopan, dapat berkomunikasi dg

baik, thingking positif

Hard Skill : Terampil memasak

dan trampil Menggunakan Alat

Elektronika, dll

Majikan (Pihak Pengguna)

PELATIHAN

Soft Skill dan Hard Skill

Kesejahteraan Keluarga PRT

Evaluasi

Identifikasi Kebutuhan Proses Output outcome

kebutuHan belaJarIdentifikasi adalah langkah awal dari suatu proses kegiatan un-

tuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan belajar masyarakat dan untuk mengetahui sumber belajar yang tersedia dalam masyarakat. Identi-fikasi merupakan upaya untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh PRT paruh waktu. Ini merupakan upaya menggali kebu-tuhan secara langsung dan berdasarkan partisipasi. Semua kebutuhan harus diidentifikasi secara cermat dengan menggunakan instrumen yang telah disediakan. Dari beberapa kebutuhan itulah akan nampak betapa banyaknya kebutuhan-kebutuhan belajar yang dirasakan oleh PRT. Kebutuhan yang teridentifikasi akan dilakukan analisis berdasar-kan instrumen yang telah disediakan untuk mengetahui kebutuhan nyata dan dirasakan, serta mempunyai dampak sosial dan ekonomi (economic and sosial side effect). Sehingga kebutuhan benar-benar merupa-kan sesuatu yang urgent untuk dilakukan perlakuan (intervensi). Kebutu-han dapat diklasifikasikan sesuai dengan kawasan yang ada. Boleh jadi perumusan masalah terdiri lebih dari satu. Permasalahan yang teru-

Page 112: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

105JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

muskan merupakan representasi dari permasalahan PRT paruh waktu secara keseluruhan untuk diselesaikan.

Kebutuhan belajar perlu diidentifikasi sebagai landasan penyusu-nan program belajar. Karena kebutuhan belajar yang telah diidenti-fikasi akan memberikan arahan kemana program kegiatan belajar itu ditujukan. Untuk itu, petugas PLS dituntut untuk dapat menggali dan mengungkap secara bijaksana sehingga kebutuhan belajar adalah yang semula tidak disadari menjadi disadari dan bersifat kebutuhan yang sebenarnya (the real needs). Menurut S.Cramer (Atmadja, 1998:30) The real need is a desirable element or condition that is lacking in and would improve, a situation. Felt needs are what people with problems recognize as the elements neces-sary to improve their situation.

Sehingga persoalan yang dihadapi adalah bagaimana petugas PLS dapat menguji, mengenali dan menelaah, bahwa felt need yang diutara-kan oleh calon peserta didik adalah betul-betul the real need.

Dalam hubungannya dengan apa yang dibicarakan yaitu identifikasi kebutuhan belajar, artinya ialah mengenali kebutuhan belajar seseorang atau sekelompok orang tertentu, yaitu PRT di Perumahan Kota Baru Driyorejo, yang diapit oleh empat desa, yaitu Desa Randegansari, Desa Mulung, Desa Petiken dan Desa Gadung yang akan menjadi sasaran peserta didik atau warga belajar. Kegiatan dilakukan bertahap, tahap pertama dengan 20 PRT paruh waktu. Yang menjadi the real need PRT paruh waktu adalah kebutuhan belajar yang berkaitan dengan tugas pekerjaan.

Berdasarkan pendampingan selama tiga bulan melalui Educa-tion For All, Pendidikan Berbasis Soft Skill dan Hard Skill Untuk PRT Paruh Waktu di Kecamatan Driyorejo hasilnya adalah sebagai beri-kut :

Soft Skill1. : (1). PRT memiliki persepsi yang positif terhadap maji-kan dan pekerjaan. (2). PRT berkomunikasi secara baik dan sopan. (3). PRT memiliki sikap yang konsisten dan loyalitas tinggi dalam bekerja pada majikannya. Pendamping membangun kesadaran ke-pada PRT Paruh waktu untuk dilatih memahami bahwa mereka adalah bekerja untuk membantu orang lain, sehingga mereka harus membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan majikan dan mampu memposisikan dirinya sebagaimana mestinya. Diharap-kan PRT memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja. Program ke-

Page 113: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

106 JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

cakapan hidup disampaikan kepada para PRT seperti manajemen diri, pelayanan terhadap majikan, mengurus majikan lansia, men-gurus anak-anak sampai bagaimana menerima tamu dengan baik dan lain-lain. Berbagai macam pekerjaan rumah tangga diterang-kan dengan jelas kepada pembantu rumah tangga sehingga mer-eka paham pembagian kerjanya (job-description). Interaksi para PRT paruh waktu dengan pendamping dan PRT lainnya dalam kegiatan pelatihan ini semakin meningkatkan soft skill dari para PRT. Pen-damping juga berkoordinasi dan membicarakan dengan majikan, berhubungan dengan kompensasi jasa yang diberikan pada para PRT Hard Skill2. : Hard skill yang ditekankan adalah: (1). Keterampilan tata cara menggunakan dan merawat alat-alat rumah tangga elek-trik seperti: mesin cuci, setrika, microwave, kulkas berbagai merk dan lain-lain. Ini disampaikan agar supaya alat-alat tersebut bisa berfungsi dengan baik dan maksimal, juga agar usia pakai (life-time) dari peralatan tersebut bisa panjang. (2) Cara aman memasang tabung gas elpiji. Ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan sekaligus antisipasi dalam keadaan darurat. (3). Keterampilan dan pengetahuan tentang mengolah makanan yang sehat, seperti: so-sialisasi tentang pengetahuan aneka makanan untuk memenuhi gizi seimbang dan pendidikan pelatihan melalui metode demontrasi untuk membuat masakan yang sehat dan bergizi. Tim Pendamping memberikan keterampilan kepada PRT agar memiliki keterampilan yang bisa diandalkan dalam bekerja di ru-mah majikan, sehingga majikan merasa senang dan puas terhadap kinerja PRT-nya.Hasil dari pelatihan soft skill dan hard skill ini nantinya akan da-

pat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi (ber-hubungan dengan orang lain dalam rumah tangga majikan), dan men-ingkatkan kualitas kinerja PRT, dan lain-lain sebagai implementasi dari pendidikan untuk semua. PRT paruh waktu memiliki vocational skill yang tinggi untuk mempertahankan pekerjaannya. Semakin dibutuh-kan serta dihargai oleh majikan, dan ini akan meningkatkan kualitas kehidupan keluarganya.

Page 114: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

107JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

PenutupPeran pendidikan dalam konsep education for all sangat dibutuhkan

oleh PRT. Peningkatan kualitas pekerjaannya akan berdampak pula pada kualitas kehidupan atau kesejahteraan keluarganya. Dengan ini PRT dapat melaksanakan tugas-tugasnya dan melakukan pekerjaan dengan baik. Untuk itu majikan memberikan kesempatan untuk bela-jar. Belajar tersebut dapat dilakukan dengan mengikuti sosialisasi, pe-nyuluhan dan pelatihan yang berlangsung, learning by doing. PRT dapat juga memperoleh keterampilan mengikuti short courses pada jam-jam tertentu, menyesuaikan dengan waktu yang telah disepakati majikan. Pembelajaraan yang diperoleh PRT paruh waktu, akan memberikan kontribusi yang positif terhadap dirinya dan majikannya, karena me-mang PRT berhak untuk mendapatkan pendidikan. Belajar sepanjang hayat yang berhubungan dengan proses penyesuaian berkelanjutan sepanjang kehidupannya.

Pendidikan tersebut membantu PRT dalam mengembangkan ke-mampuan belajar (learning how to learn), menghilangkan pola pikir dan kebiasaan yang tidak tepat (learning to unlearn), menyadari dan mensyu-kuri potensi diri untuk dikembangkan dan diamalkan, berani meng-hadapi problema kehidupan, serta mampu memecahkannya secara kreatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup, maka PRT paruh waktu memiliki soft skill dan vocational skill untuk mempertahankan pekerjaan, semakin dibutuhkan serta dihargai oleh majikan dan ini akan meningkatkan kualitas kehidupannya.

daFtar pustakaAtmadja, Ketut. 1998. Identifikasi Kebutuhan Belajar PLS. Surabaya:

IKIP Surabaya Press.Jurnal JPNF BPPNFI. 2010. Penerapan Soft Skill Bagi Tenaga Pendidik

Dalam Pembelajaraan Anak Usia Dini.Marzuki, H.M.S. 2010. Pendidikan Non Formal, Dimensi dalam

Keaksaraan Fungsional, Pelatihan dan Adragogi.Santoso, Slamet. 2010. Konsep Dasar PLS. Bahan Kuliah untuk

kalangan sendiri. Tidak Diterbitkan.Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.Yaniawati. R.Poppy. (2009). “Soft Skill Dalam Dunia Pendidikan”.

Page 115: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

108 JPNF Edisi 11 2014

yulianingsih, Implementasi Education For All

Bandung: Pikiran Rakyat. Trisnamansyah. 2007.Pendidikan Kemasyarakatan. Bandung. FIP.

IKIP.Ishak Abdulhak 2000. Strategi Membangun Motivasi Dalam

Pembelajaraan Orang Dewasa Bandung. CV. Andira.Sulton. 2008. Soft Skill Building Training. School of Business (sob).

Page 116: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

109JPNF Edisi 10 2013

Penulis Jurnal PNF

Edy Hardiyanto, bertugas sebagai staf fungsional di Pusat Pengem-bangan Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal, dan Informal (PP-PAUDNI) Regional I Bandung. Dilahirkan di Yogyakarta, 21 Januari 1970, gelar sarjana diraihnya dari Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) IKIP Bandung (1995). Pada 2010, dia meraih gelar Magister Studi Pembangunan di Sekolah Arsi-tektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) Institut Teknologi Bandung (ITB). Selain aktif dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat di Jawa Barat dan sejumlah daerah di Pulau Sumatera, pe-nyuka olahraga lari, renang, dan bulutangkis ini juga sangat meminati isu-isu seputar penyelenggaraan education in sustainable development, ecology education serta community and personal development.Putu Ashintya Widhiartha. Lahir di Surabaya tanggal 22 Juli 1977. Menyelesaikan S1 di Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) tahun 2000 dan S2 Teknologi Informasi di Ritsumeikan University Jepang. Jabatan saat ini adalah Pamong Belajar pada BP-PAUDNI Reg. II.

Ali Yusuf, lahir di Banyuwangi, 27 Agustus 1972. Menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu pada Jurusan Bahasa dan Sastra Arab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1998) dan meraih gelar Magister Pendidikan dari Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Yogyakarta (2003). Selain mengabdi sebagai pengajar di Uni-versitas Negeri Surabaya (Unesa), dia juga aktif melakukan pember-dayaan masyarakat di bidang PAUD, dan pendidikan kecakapan hidup di Surabaya dan Gresik, Jawa Timur.

Widya Ayu Puspita. Pamong Belajar BP-PAUDNI Reg. II Surabaya, lahir di Malang tanggal 27 Agustus 1975. Menyelesaikan pendidikan S3 Kedokteran di Universitas Airlangga Surabaya tahun 2011. Telah ban-yak menghasilkan karya tulis ilmiah yang diantaranya berhasil menjadi karya tulis terbaik dalam LKN PB tingkat Nasional pada tahun 2004 dan 2006.

Page 117: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

110 JPNF Edisi 10 2013

Agus Sadid, lahir di Banyumas, 25 Pebruari 1973. Menyelesaikan S1 Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Uni-versitas Mataram, Nusa Tenggara Barat (2007) dan S2 Program Studi Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Malang, (2009). Peraih juara 2 Apresiasi PTK PAUDNI Berprestasi Nasional Tahun 2013 ini sehari-hari bertugas sebagai Pamong Belajar Madya di UPTD Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dia juga aktif sebagai Ketua Ikatan Pamong Belajar Indonesia (Ipabi) Provinsi NTB.

Wiwin Yulianingsih. , lahir di Tuban, 27 Juli 1979. Menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu pada Jurusan Pendidikan Luar Seko-lah (PLS) di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (1998) dan meraih gelar Magister Pendidikan dari Program Studi PLS, Universitas Negeri Malang (2002). Dosen di Jurusan PLS Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini banyak melakukan penelitian pada bidang pemberdayaan masyarakat di sejum-lah daerah di Jawa Timur. Sejumlah buku yang pernah ditulis antara lain “Media Pembelajaran PLS” (2011), “Pedoman Lab. Site Jurusan PLS FIP Unesa” (2013), “Buku Pedoman PKL” (2013) dan “Pendidi-kan Masyarakat” (2013). Di sela kegiatan mengajarnya, dia juga aktif dalam organisasi Ikatan Akademisi Pendidikan Non Formal Informal (IKAPNFI).

Page 118: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

111JPNF Edisi 10 2013

PETUNJUK Bagi Penulis

Artikel yang ditulis meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian 1. di bidang kependidikan dan pembelajaran. Naskah diketik dengan huruf Times New Roman , ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts, dicetak pada kertas kuarto sepanjang maksimum 15 hala-man, dan diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksem-plar beserta filenya. Berkas ( file ) dibuat dengan Microsoft Word . Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment e-mail ke alamat: [email protected] penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditem-2. patkan di bawah judul artikel. Jika penulis terdiri dari 4 orang atau lebih, yang dicantumkan di bawah judul artikel adalah nama penu-lis utama; nama penulis-penulis lainnya dicantumkan pada catatan kaki halaman pertama naskah. Dalam hal naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis utama atau penulis yang namanya tercantum pada urutan pertama. Penulis dianjurkan mencantumkan alamat e-mail untuk memudahkan komunikasi.Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan for-3. mat esai, disertai judul pada masing-masing bagian artikel, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikel dicetak dengan huruf besar-kecil di tengah-tengah, dengan huruf sebesar 16 poin. Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dan sub-bagian dicetak tebal atau tebal dan miring ), dan tidak menggunakan angka/no-mor pada judul bagian:

PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI)

Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri)

Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri)

Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis 4. (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum 150 kata); kata kunci;

Page 119: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

112 JPNF Edisi 10 2013

pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama (dapat dibagi ke dalam beberapa sub-bagian); penutup atau kesimpulan; daftar rujukan. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis 5. (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum 150 kata) yang berisi tujuan,

Page 120: BP-PAUDNI REGIONAL II - pauddikmasjatim.kemdikbud.go.idpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/jpnf/jpnf_2014.pdfKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN BP-PAUDNI REGIONAL II

JPNFJURNAL PENDIDIKAN NON FORMAL

ISSN 1907-1108