BAB I Tugas Akhir Pelayanan PAUDNI

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan era globalisasi yang sedemikian pesatnya mengakibatkan tugas dan tanggung jawab pemerintah semakin kompleks. Apalagi dengan terbitnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang menitikberatkan pada pemberian otonomi bagi setiap daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah antara pemerintah daerah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Hal ini menyebabkan tugas dan tanggung jawab aparatur pemerintah semakin berat dan dituntut memiliki kinerja yang baik sehingga dapat memberikan pelayanan yang maksimal pada masyarakat. Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, “Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Dengan Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab tersebut diharapkan pemerintah dapat 1

description

Pelayanan Penerbitan Izin Lembaga Pendidikan PAUDNI latar belakang dan tinjauan pustaka

Transcript of BAB I Tugas Akhir Pelayanan PAUDNI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan era globalisasi yang sedemikian pesatnya mengakibatkan

tugas dan tanggung jawab pemerintah semakin kompleks. Apalagi dengan

terbitnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

yang menitikberatkan pada pemberian otonomi bagi setiap daerah dan Peraturan

Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah antara

pemerintah daerah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Hal ini

menyebabkan tugas dan tanggung jawab aparatur pemerintah semakin berat

dan dituntut memiliki kinerja yang baik sehingga dapat memberikan pelayanan

yang maksimal pada masyarakat.

Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, “Hak,

wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan”. Dengan Otonomi Daerah yang luas, nyata dan

bertanggung jawab tersebut diharapkan pemerintah dapat memberikan

pelayanan terhadap masyarakat sehingga akan menumbuhkan prakarsa dan

kreativitas serta meningkatkan peran masyarakat. Pelaksanaan otonomi daerah

perlu didukung dengan kesiapan dan kemampuan aparat serta kewenangan dari

aparat pemerintah itu sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, aparat pemerintah

harus terampil dalam memberikan pelayanaan kepada masyarakat sesuai

dengan kewenangan dan tanggung jawab yang dimiliki Pemerintah Daerah.

1

2

Berdasarkan Undang-Undang Pelayanan Publik Nomor 25 Tahun 2009

menyatakan bahwa:

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Dalam hal ini pelayanan merupakan kebutuhan masyarakat yang harus

dipenuhi dan dilayani dengan baik oleh pemerintah. Pelayanan yang dilakukan

oleh instansi pemerintah merupakan sebuah pelayanan umum artinya pelayanan

tersebut merupakan segala bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan oleh

aparatur pemerintah, baik dalam upaya pemenuhan masyarakat yang sesuai

dengan harapan mereka maupun ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pelayanan yang baik (pelayanan prima) akan mamberikan manfaat yang

lebih besar bagi pegawai dan instansi maupun pelanggan (masyarakat). Menurut

Sedarmayanti (2010:249) “Pelayanan prima adalah pelayanan yang diberikan

kepada pelanggan minimal sesuai dengan standar pelayanan (cepat, tepat,

akurat, murah dan ramah). Salah satu upaya peningkatan pelayanan khususnya

pelayanan di bidang perizinan yaitu dengan penyelenggaraan pelayanan terpadu

satu pintu (PPTSP) guna mempermudah masyarakat dalam proses pengurusan

perizinan.

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (BPMPT) Kabupaten

Kubu Raya merupakan Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP).

PPTSP adalah perangkat pemerintah daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi

mengelola sernua bentuk pelayanan perizinan dan non perizinan di daerah dengan

sistem satu pintu (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006

Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu).

3

BPMPT mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan pelayanan publik

di bidang perizinan dan non perizinan, sehingga mempermudah masyarakat

dalam pemberian izin. BPMPT melayani delapan puluh (80) jenis izin,

diantaranya adalah Izin Operasional Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Non

formal dan Informal (PAUDNI), Undang-Undang Gangguan (UUG/HO), Izin

Mendirikan Bangunan (IMB), dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, “PAUD adalah

payung dari semua pendidikan bagi anak usia dini yang dilaksanakan pada jalur

pendidikan formal, nonformal dan Informal”. Sebagaimana dimaksud dengan

undang-undang di atas pendidikan usia dini merupakan salah satu hal penting

sebagai pembentuk karakter anak. Oleh karena itu sudah sepatutnya pelayanan

perizinan lembaga pendidikan harus dapat dilaksanakan dengan maksimal agar

tujuan dari pemerintah yang tertuang pada pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 dapat terlaksana dengan baik dan tepat. Pada pelaksanaannya pemerintah

harus dapat mengontrol layak atau tidaknya suatu lembaga pendidikan yang

akan didirikan. BPMPT Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu Instansi

yang memberikan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Kabupaten Kubu

Raya. Dalam hal ini BPMPT memberikan pelayanan penerbitan izin operasional

lembaga pendidikan PAUDNI. Setiap masyarakat yang ingin mendirikan suatu

lembaga pendidikan PAUDNI mereka harus wajib memiliki izin terlebih dahulu

karena sebagai legalitas dan sarana perlindungan hukum atas kegiatan yang

dilakukan, Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat permasalahan yang

menjadi penghambat atau kendala yang menyebabkan pelayanan perizinan

Lembaga Pendidikan PAUDNI tidak berjalan sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Adapun permasalahannya yaitu:

4

1. Tidak lengkapnya persyaratan administratif dari pemohon dikarenakan

belum optimalnya sosialisasi yang dilakukan oleh BPMPT Kabupaten

Kubu Raya.

2. Kurangnya koordinasi antara tim teknis yang ada di Dinas Pendidikan

Kabupaten Kubu Raya dengan BPMPT yang berkaitan dengan perizinan

operasional lembaga pendidikan PAUDNI dalam menentukan jadwal

survey.

3. Kurangnya sarana dan prasarana yang memperjelas masyarakat untuk

memperoleh pelayanan, seperti petunjuk arah dan brosur.

Untuk memperjelas masalah di atas penulis memaparkan keterlambatan

penerbitan izin operasional lembaga pendidikan pada tabel 1 berikut :

Tabel 1Penyelesaian proses penerbitan izin Operasional Lembaga

Pendidikan PAUDNI Tahun 2014

No Bulan Diselesaikan < 27 hari

Diselesaikan > 27 hari Jumlah

1 Juni 3 6 92 Juli 1 7 83 Agustus 6 - 64 September 2 2 45 Oktober 1 1 26 Nopember 4 - 47 Desember 3 5 8

Jumlah 20 21 41Sumber : BPMPT Kabupaten Kubu Raya, Tahun 2014

Berdasarkan tabel 1 di atas, menunjukkan jumlah pemohon dari bulan Juni

sampai bulan Desember 2014. Penyelesaian izin operasional lembaga

pendidikan PAUDNI dengan jumlah 41 pemohon menunjukkan bahwa sekitar 21

pemohon atau sekitar 50% penerbitan izin operasional lembaga pendidikan

PAUDNI mengalami keterlambatan waktu penyelesaiannya yaitu lebih dari 27

hari. Padahal seperti yang tertuang dalam Peraturan Bupati Kubu Raya Nomor

5

20 Tahun 2014 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan

Perizinan Dan Non Perizinan di Kabupaten Kubu Raya, waktu penyelesaian izin

operasional lembaga PAUDNI maksimal 27 hari kerja.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk membahas penelitian

dengan judul “Pelayanan Penerbitan Izin Operasional Pada Badan

Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Kubu Raya”.

B. Fokus Penelitian

Melihat banyaknya kegiatan pelayanan perizinan pada Badan Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Kubu Raya, maka penulis membatasi

masalah yang akan dibahas hanya pada Pelayanan Penerbitan Izin Operasional

Lembaga Pendidikan PAUDNI Tahun 2014. Adapun pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pelayanan penerbitan izin operasional lembaga pendidikan

PAUDNI pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Kabupaten Kubu Raya?

b. Apa saja kendala dalam pelayanan penerbitan izin operasional lembaga

pendidikan PAUDNI pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Kabupaten Kubu Raya?

c. Bagaimana solusi penyelesaian untuk mengatasi kendala dalam

pelayanan penerbitan izin operasional lembaga pendidikan PAUDNI

pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Kabupaten

Kubu Raya?

6

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui pelayanan penerbitan izin operasional lembaga

pendidikan PAUDNI pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Kabupaten Kubu Raya.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pelayanan penerbitan izin

operasional lembaga pendidikan PAUDNI pada Badan Penanaman Modal

dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Kubu Raya.

3. Untuk mengetahui solusi alternatif dari kendala yang terjadi dalam

pelayanan penerbitan izin operasional lembaga pendidikan PAUDNI pada

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Kubu

Raya.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian adalah:

1. Bagi Mahasiswa

a. Mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan pada

lokasi tempat penelitian; dan

b. Salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma IV

pada Program Studi Administrasi Negara.

2. Bagi Perguruan Tinggi

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian dan referensi

dalam menunjang proses pembelajaran di Politeknik Negeri

Pontianak.

7

b. Memperoleh umpan balik berupa ilmu pengetahuan yang

diperoleh dari perencanaan penelitian yang dilaksanakan oleh

mahasiswa.

3. Bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan positif pada

lokasi penelitian khususnya dalam penerbitan izin operasional lembaga

pendidikan PAUDNI.

E. Tinjauan Pustaka

1. Teori-Teori atau Pendapat Ahli

a. Pelayanan Publik

Pelayanan adalah segala upaya atau usaha yang dilakukan oleh

seseorang atau kelompok orang dalam rangka memenuhi orang lain atau

kelompok. Menurut Rohman (2008:3), “Pelayanan publik adalah suatu

pelayanan atau pemberian terhadap masyarakat yang berupa pengguna

fasilitas-fasilitas umum, baik jasa maupun non jasa, yang dilakukan oleh

organisasi publik dalam hal ini adalah suatu pemerintahan”.

Sinambela (2011:5) mengemukakan,

“Pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat, misalnya kebutuhan akan pendidikan, kesehatan dan lain-lain”

Berdasarkan pengertian di atas, pelayanan publik dapat diartikan

sebagai pemberi layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat

yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan

pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

8

Pelayanan yang baik, cepat, dan ramah sangat diharapkan oleh

semua kalangan masyarakat sehingga masyarakat mendapatkan

kepuasan dari pelayanan yang diberikan. Menurut Sedarmayanti

(2010:249), “pelayanan prima adalah pelayanan yang diberikan kepada

pelanggan (masyarakat) minimal sesuai dengan standar pelayanan

(cepat, tepat, akurat, murah, dan ramah)”.

Selanjutnya menurut Surjadi (2012:46), Pelayanan prima pada dasarnya mencakup empat prinsip, yaitu :

a. Pelayanan harus cepat, dalam hal ini pelanggan tidak membutuhkan waktu tunggu yang lama.

b. Pelayanan harus tepat, ketepatan dalam berbagai aspek yaitu: aspek waktu, biaya prosedur, sasaran, kualitas maupun kuantitas serta kompetensi petugas.

c. Pelayanan harus akurat, produk layanan tidak boleh salah, harus ada kepastian, kekuatan hukum, tidak meragukan keabsahannya.

d. Pelayanan harus berkualitas, produk pelayanannya tidak seadanya, sesuai dengan keinginan pelanggan, memuaskan, berpihak, dan untuk kepentingan pelanggan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan

prima adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada

pelanggan (masyarakat) dengan standar yang telah ditetapkan.

Agar pelayanan dapat memberikan kepuasaan kepada pelanggan

(masyarakat) maka dituntut kualitas pelayanan prima. Menurut Sinambela

(2011:6) kualitas pelayanan prima tercermin dari :

a. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas,yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

9

d. Partisifatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan kebutuhan, dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain.

f. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

Adapun pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat menurut Moenir (2008:41), adalah sebagai berikut :

1) Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan yang cepat dalam arti tanpa hambatan yang kadang kala dibuat-buat.

2) Memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu, sindiran atau hal-hal yang bersifat tidak wajar.

3) Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan terhadap kepentingan yang sama, tertib, dan tidak pandang bulu.

4) Pelayanan yang jujur dan terus terang, artinya apabila ada hambatan karena suatu masalah yang tidak dapat diletakkan hendaknya diberitahukan, sehingga orang tidak menunggu-nunggu sesuatu yang tidak jelas.

Menurut Sedarmayanti (2010:244) karekteristik pelayanan yang harus dimiliki organisasi pemberi layanan adalah :

1) Prosedur pelayanan harus mudah dimengerti, mudah dilaksanakan, sehingga terhindar dari prosedur birokratik yang sangat berlebihan, berbelit-belit.

2) Pelayanan diberikan dengan kejelasan dan kepastian bagi pelanggan.

3) Pemberi pelayanan diusahakan agar efektif dan efisien.4) Pemberi pelayanan memperhatikan kecepatan danketepatan

waktu yang ditentukan.5) Pelanggan setiap saat mudah memperoleh informasi berkaitan

pelayanan secara terbuka.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan

Dalam pelayanan umum terdapat beberapa faktor yang penting guna

tercipta dan terwujudnya pelaksanaan pelayanan yang efektif. Faktor-

faktor pendukung pelayanan menurut Moenir (2002) dalam Pasolong

(2010:137), yang dapat mempengaruhi pelayanan yaitu :

1) Faktor kesadaran

10

Adanya kesadaran dapat membawa seseorang kepada keikhlasan dan kesungguhan dalam menjalankan atau melaksanakan suatu kehendak. Kehendak dalam lingkungan organisasi kerja tertuang dalam bentuk tugas, baik tertulis maupun tidak tertulis, mengikat semua orang dalam organisasi kerja. Karena itu dengan adanya kesadaran pada pegawai atau petugas, diharapkan dapat melaksanakan tugas dengan penuh keikhlasan, kesungguhan dan disiplin. Kelebihan dan tingkah laku orang lain jika disadari lalu dikembangkan dapat menjadi faktor pendorong bagi kemajuan dan keberhasilan

2) Faktor aturanAturan adalah perangkat penting dalam segala tindakan dan perbuatan orang. Makin maju dan majemuk suatu masyarakat makin besar peranan aturan dan dapat dikatakan orang tidak dapat hidup layak dan tenang tanpa aturan. Oleh karena itu aturan demikian besar dalam hidup masyarakat maka dengan sendirinya aturan harus dibuat, dipatuhi, dan diawasi sehingga dapat mencapai sasaran sesuai dengan maksudnya. Dalam organisasi kerja dibuatoleh manajemen sebagai pihah yang berwenang mengatur segala sesuatu yang ada di organisasi kerja tersebut. Oleh karena setiap orang pada akhirnya menyangkut langsung atau tidak langsung kepada orang, maka masalah manusia serta sifat kemanusiaannya harus menjadi pertimbangan utama. Pertimbangan harus diarahkan kepada sebagai subyek aturan, yaitu mereka yang akan dikenal aturan itu.

3) Faktor organisasiOrganisasi pada dasarnya tidak berbeda dengan organisasi pada umumnya,namun ada perbedaan sedikit dalam penerapannya, karena sasaran pelayanan ditujukan secara khusus, kepada manusia yang mempunyai dan kehendak multikompleks. Ole karena itu organisasi yang dimaksud disini tidak semata-mata dalam perwujudan susunan organisasi, melainkan lebih banyak pada pengaturan dan mekanisme kerjanya yang harus mampu mengasilkan pelayanan yang memadai.

4) Faktor pendapatanPendapatan adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga, dana, serta pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain atau badan/organisasi, baik dalam bentuk uang, maupun fasilitas, dalam jangka waktu tertentu. Pada dasarnya pendapatan harus dapat memenuhi kebutuhan hidup baik untuk dirinya maupun keluarganya.

5) Faktor kemampuan dan keterampilanKemampuan yang dimaksud disini adalah keadaan yang ditujukan pada sifat atau keadaan seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan atas ketentuan-ketentuan yang ada. Istilah uang “kecakapan” selanjutnya keterampilan adalah kemampuan melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan menggunakan anggota badan dan pengetahuan kerja yang tersedia. Dengan pengertian ini dapat dijelaskan bahwa keterampilan lebih banyak menggunakan unsur anggota badan daripada unsur lain.

11

6) Faktor sarana pelayananSarana pelayanan yang dimaksud disini adalah segala jenis pelayanan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja itu. Fungsi sarana pelayanan itu antara lain:a) Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat

menghemat waktu.b) Meningkatkan produktivitas, baik barang maupun jasa.c) Kualitas produk yang lebih baik.d) Kecepatan susunan dan stabilitas terjamin.e) Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang

berkepentingan.f) Menimbulkan perasaan puas orang-orang yang

berkepentingan sehingga dapat mengurangi sifat emosional mereka.

Menurut widodo (2001) dalam Tanjung (2012:22), faktor pendukung

dan penghambat pelayanan antara lain:

1) Faktor PendukungDalam pelayanan umum terdapat faktor pendukung yang penting, diantaranya faktor kesadaran, faktor aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan, faktor organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme pelayanan, faktor pendapatan yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan minimal, faktor keterampilan petugas dan faktor sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan.

2) Faktor Penghambata) Tidak atau kurangnya kesadaran pegawai terhadap

tugas/kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya.b) Sistem, prosedur dan metode kerja yang tidak memadai

sehingga mekanisme kerja tidak berjalan sebagaimana mestinya.

c) Pengorganisasian, tugas pelayanan yang belum serasi, sehingga terjadi overlapping atau tercecernya suatu tugas tidak ada yang menangani.

d) Pendapatan pegawai yang tidak mencukupi memenuhi kebutuhan hidup meskipun secara minimal. Akibatnya pegawai berusaha mencari tambahan pendapatan dalam jam kerja dengan cara menjual jasa pelayanan.

e) Kemampuan pegawai yang tidak memadai untuk tugas yang dibebankan kepadanya.

f) Tidak tersedianya sarana pelayanan yang memadai.

Menurut Ratminto dan Winarsih (2014:35) salah satu kelemahan dari

praktik manajemen pelayanan di Indonesia adalah

12

"Sistem manajemen belum disosialisasikan kepada masyarakat, sehingga masih cukup banyak masyarakat yang belum mengetahui sistem dan prosedur pelayanan yang harus diikuti jika masyarakat hendak mengurus suatu izin. Akibatnya partispasi aktif masyarakat juga masih rendah".

Menurut Gasper (1989) dalam Ridwan (2010:12), karakteristik yang

harus diperhitungkan dalam perbaikan kualitas pelayanan publik ada

sepuluh dimensi, sebagai berikut:

1) Kepastian waktu pelayanan. Ketepatan waktu yang di harapkan berkaitan dengan waktu proses atau penyelesaian, pengiriman, pengerahan, jaminan atau garansi dan menanggapi keluhan.

2) Akurasi pelayanan. Berkaitan dengan reabilitas pelayanan, bebas dari kesalahan-kesalahan.

3) Kesopanan dan keramahan. Dalam memberikan pelayanan personil yang berada digaris depan yang berinteraksi langsung dengan pelanggan (masyarakat) harus dapat memberikan sentuhan pribadi yang menyenangkan. Sentuhan pribadi yang menyenangkan tercermin melalui penampilan, bahasa tubuh dan tutur bahasa yang sopan, ramah lincah dan gesit.

4) Tanggung jawab. Bertanggung jawab dalam penerimaan pesan atau permintaan dan penanganan keluhan pelanggan eksternal.

5) Kelengkapan. Kelengkapan pelayanan menyangkut lingkup (cakupan) pelayanan ketersediaan sarana pendukung.

6) Kemudahan mendapatkan pelayanan. Berkaitan dengan banyaknya petugas yang melayani dan fasilitas yang mendukung.

7) Pelayanan pribadi. Berkaitan dengan ruang/tempat pelayanan, kemudahan, ketersediaan, data/informasi dan petunjuk-petunjuk.

8) Variasi model pelayanan. Berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola baru pelayanan.

9) Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan. Berkaitan dengan ruang tunggu/tempat pelayanan, kemudahan, ketersediaan data dan petunjuk-petunjuk

10) Atribut pendukung pelayanan. Yang dimaksud atribut pendukung pelayanan dalam hal ini adalah sarana dan prasarana yang diberikan dalam proses pelayanan.

Untuk menanggulangi permasalahan pelayanan publik sudah

seharusnya instansi di lingkungan Pemerintah Daerah melakukan

beberapa langkah, yakni sebagai berikut (Sutedi, 2011:76).

1. Peningkatan koordinasi bagi instansi-instansi pemerintah yang tugas dan fungsinya saling terkait dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik antara lain melalui pembentukan atau pengembangan sistem pelayanan terpadu.

13

2. Pengembangan diklat-diklat teknis fungsional bagi aparatur bidang pelayanan termasuk penerapan modul-modul pelatihan budaya kerja.

3. Sosialisasi dan optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi dalam rangka E-Government untuk menunjang kualitas pelayanan publik aparatur pemerintah.

4. Pembentukan dan pengembangan best practise (seperti di Kota Salatiga, Kabupaten Bima, dan Kota Solok) di daerah lain pada sektor-sektor sesuai dengan kebutuhan daerah dalam rangka peningkatan pelayanan publik dan partisipasi masyarakat di tingkat lokal.

5. Sosialisasi dan pengembangan konsepsi hukum tentang pelayanan publik.

6. Sosialisasi dan penerapan kebijakan tentang indeks kepuasan masyarakat sesuai sektor-sektor.

7. Penilaian dan pemberian penghargaan Citra Pelayanan Prima kepada unit-unit percontohan pelayanan.

8. Pengembangan penerapan SOP (Standar Operating Procedure) dalam manajemen pelayanan pada semua unit pelayanan.

9. Impelementasi pedoman umum pelayanan publik.10. Penyusunan panduan pemenuhan standar ISO untuk sektor publik.

c. Standar Operating Procedures (SOP)

Menurut Mohamad (2005:7), “Standar Operating Procedur

selanjutnya disingkat SOP adalah serangkaian instruksi tertulis yang

dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi

pemerintah, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh

siapa dilakukan.”

Selanjutnya, menurut Tambunan (2011:5),

“SOP pada dasarnya adalah “jalan untuk mencapai tujuan. SOP adalah jalan atau jembatan yang menghubungkan satu titik dengan titik yang lainnya. Karena itu SOP akan menentukan apakah tujuan dapat dicapai secara efektif, efisien, dan ekonomis”.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan SOP yaitu suatu

aturan yang digunakan oleh suatu instansi pemerintah sebagai acuan

dalam melaksanakan suatu pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan

instansi.

14

Menurut Mohamad (2005:11), berbagai manfaat yang diperoleh dari SOP antara lain, sebagai berikut:

a. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan khusus, mengurangi kesalahan dan kelalaian.

b. SOP membantu staf menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari.

c. Meningkatkan akuntabilitas dengan melaporkan dan mendokumentasikan hasil dalam melaksanakan tugas.

d. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai cara kongkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah dilakukan.

d. Perizinan

Menurut Sutedi 2011 : 167), “Izin adalah suatu persetujuan dari

penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk

dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan

peraturan perundang-undangan. Sedangkan perizinan adalah suatu

bentuk pelaksaanaan fungsi pengaturan dan fungsi pengaturan dan

bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan ini dapat berbentuk

pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk

melakukan suatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh oleh

suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang

bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan.

Sutedi (2011:193) mengatakan bahwa ketentuan tentang perizinan mempunyai dua fungsi yaitu :

1) Sebagai fungsi penertib, dimaksudkan agar izin atau setiap izin atau tempat-tempat usaha, bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainnya tidak bertentangan satu sama lain, sehingga ketertiban dalam setiap segi kehidupan masyarakat dapat terwujud.

2) Sebagai fungsi pengatur, dimaksudkan agar perizinan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya, sehingga terdapat penyalahgunaan izin yang telah diberikan, dengan kata

15

lain, fungsi pengaturan ini dapat disebut juga sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah.

Adapun tujuan dari perizinan itu dapat dilihat dari dua sisi menurut Sutedi (2011:200), yaitu :

1) Dari segi pemerintah

Dilihat dari sisi pemerintah, tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut :a. Untuk melaksanakan peraturan

Apakah ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan tersebut sesuai dengan kenyataan dalam pratiknya atau tidka dan sekaligus untuk mengatur ketertiban.

b. Sebagai sumber pendapatan daerahDengan adanya permintaan permohonan izin, maka secara

langsung pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiap izin yang dikeluarkan pemohon harus membayar retribusi terlebih dahulu. Semakin banyak pula pendapatan di bidang retribusi tujuan akhirnya, yaitu untuk membiayai pembangunan.

2) Dari sisi masyarakatDilihat dari sisi masyarakat, tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut:a. Untuk adanya kepastian hukum;b. Untuk adanya kepastian hak;c. Untuk memudahkan mendapatkan fasilitas.

e. Lembaga Pendidikan PAUD

PAUD adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak-anak usia

prasekolah dalam rentang usia 0-6 tahun dengan tujuan agar dapat

mengembangkan potensi-potensinya sejak dini dan berkembang secara

wajar. Secara akademik PAUD adalah suatu bidang kajian yang

mempelajari tentang cara-cara efektif untuk membantu siswa usia dini

agar berkembang sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.

Menurut Hasan (2013:15), “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

16

Adapun tujuan diselenggarakannya PAUD menurut Hasan (2013:16), yaitu :

1) Membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memilki kesiapan yang optimal didalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan dimasa dewasa.

2) Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.

f. Sosialisasi

Sosialisasi kepada masyarakat dalam meningkatkan pemahaman

terkait berbagai macam jenis izin beserta persyaratan dan peraturannya

sangatlah penting. Menurut Henslin (2006:74) “Sosialisasi merupakan

suatu hal yang mendasar bagi perkembangan kita sebagai manusia.

Dengan berinteraksi dengan orang lain, kita belajar bagaimana berpikir,

mempertimbangkan dengan nalar, dan berperasaan”. Sedangkan

menurut John Scott (2011:259) “Sosialisasi merupakan sebuah proses

pembelajaran untuk menjadi anggota masyarakat, dan melalui sosialisasi,

kita dapat menjadi makhluk sosial”.

Berdasarkan pengertian di atas sosialisasi dapat diartikan sebagai

suatu proses pembelajaran, melalui seseorang kita akan belajar untuk

menjadi makhluk sosial. Artinya sosialisasi diperlukan sebagai sarana

pembelajaran, menumbuhkan kesadaran diri, dan pencitpaan

kepribadian.

Purwanto, dkk (2012:168) menjelaskan bahwa sosialisasi dapat

dilakukan dengan berbagai bentuk, yaitu :

1) Tatap muka langsung; 2) Melalui media cetak dalam bentuk selebaran, pengumuman,

stiker, pamflet, advertorial di media cetak, dan lain sebagainya;3) Melalui media elektronik seperti TV dan radio. Bentuk sosialisasi

dengan dua media ini dapat berisi materi seperti yang dimuat di

17

media cetak atau dengan kemasan yang lebih meknarik dalam bentuk ceramah, drama, film pendek, dan lain-lain;

4) Melalui media internet. Perkembangan teknologi informasi, terutama internet, membuka peluang bagi implementer untuk melakukan sosialisasi kebijakan dan program pembangunan dengan lebih mudah dan interaktif melalui internet, baik dengan membuat website ataupun menggunakan berbagai situs jejaring sosial yang telah ada, seperti: facebook, twitter, dan lain-lain.

2. Peraturan-Peraturan Pemerintah

a. Pelayanan Publik

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 menyatakan bahwa

“pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,

dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara

pelayanan publik”

Pelayanan publik yang baik pada dasarnya adalah suatu pelayanan

yang berkualitas sehingga dapat memberikan kepuasan kepada

masyarakat. Berdasarkan keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara (MENPAN) Nomor 63 Tahun 2003 menyebutkan bahwa

penyelenggaraan pelayanan publik harus memenuhi beberapa prinsip

sebagai berikut :

a. KesederhanaanProsedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

b. KejelasanKejelasan ini mencakup dalam hal :

i. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;ii. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab

dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan / persoalan / sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik;

iii. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.c. Kepastian waktu

18

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

d. AkurasiProduk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.

e. KeamananProses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

f. Tanggung jawabPimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

g. Kelengkapan sarana dan prasaranaTersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).

h. Kemudahan aksesTempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.

i. Kedisiplinan, Kesopanan dan KeramahanPemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

j. KenyamananLingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor 63 Tahun 2003 ditegaskan setiap penyelenggaraan pelayanan

publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai

jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan

merupakan ukuran yang dilakukan dalam penyelenggaraan pelayanan

publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan.

Standar pelayanan, sekurang-kurangnya meliputi:

1) Prosedur pelayanan yaitu prosedur pelayanan yang dilakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

2) Waktu penyelesaian yaitu waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

3) Biaya pelayanan yaitu biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

19

4) Produk pelayanan yaitu hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5) Sarana dan prasarana yaitu penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.

6) Kompetensi petugas pemberi pelayanan yaitu kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

b. Perizinan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu menyatakan

bahwa “Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah

berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan

bukti legalitas, menyatakan syah atau diperbolehkannya seseorang atau

badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Sedangkan

perizinan adalah pemberian legalitas kepada sesorang atau pelaku

usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun daftar usaha”.

c. Lembaga Pendidikan PAUD

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat

14 “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Pasal 28 ayat 2 “Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan

melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal”.

20

Pasal 28 ayat 4 “Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan

nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak

(TPA), atau bentuk lain yang sederajat”.

Pasal 51 ayat 1 “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan

standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis

sekolah/madrasah”.

d. Syarat-syarat Izin Operasional Lembaga Pendidikan PAUDNI

Menurut Peraturan Bupati Nomor 20 tahun 2014 tentang Standar

Operasional Prosedur Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di

Kabupaten Kubu Raya, syarat-syarat pengurusan Izin Operasional

Lembaga Pendidikan PAUDNI adalah sebagai berikut.

1. Surat Rekomendasi dari Kepala Desa, dengan mencantumkan jarak antara yang satu dengan lainnya kurang lebih 2 km tergantung kepadatan penduduk.

2. Surat Rekomendasi dari kecamatan.3. Surat Rekomendasi dari UPT Dinas Pendidikan kecamatan4. Foto copy NPWP atas nama lembaga.5. Data warga /peserta belajar minimal 10 anak.6. Data tenaga kependidikan minimal 2 orang.7. Foto copy rekening bank tabungan atas nama lembaga8. Foto copy AD/ART dan akte notaris kelembagaan9. Foto copy surat pernyataan tempat kegiatan pembelajaran

tersendiri minimal 3 tahun10. Foto copy struktur kelembagaan11. Foto copy kurikulum/program kegiatan belajar.12. Foto copy sertifikat/surat bukti sewa tempat.13. Foto copy rencana dan jadwal kegiatan14. Foto copy ijazah tenaga pengajar/tutor minimal SMA.15. Pas foto berwarna 3x4 sebanyak 3 lembar16. Sket lokasi17. Rekomendasi Himpunan PAUD Indonesia khusus PAUD.18. Surat kuasa bermaterai Rp.6000,00 dilampiri KTP/tanda identitas

pihak yang diberi kuasa (apabila penyampaian berkas permohonan tidak dilakukan sendiri oleh pemohon).

F. Alur Pikir

21

Menurut Rianse dan Abdi (2008:85), “Kerangka pikir atau alur pikir

merupakan dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta,

observasi, dan telaah kepustakaan/tinjauan pustaka dan landasan teori”.

Adapun alur pikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

ObservasiPelayanan Penerbitan Izin Operasional

Lembaga Pendidikan PAUDNI

Standar Pelayanan Keputusan Menpan No.63/KEP/M.PAN/7/20031. Prosedur Pelayanan2. Waktu Penyelesaian3. Biaya Pelayanan4. Produk Pelayanan5. Sarana dan Prasarana6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Tujuan Penelitiana. Mengetahui pelayanan penerbitan izin operasional lembaga

pendidikan PAUDNIb. Mengetahui kendala dalam pelayanan penerbitan izin

operasional lembaga pendidikan PAUDNIc. Mengetahui solusi alternatif dari kendala yang terjadi dalam

pelayanan penerbitan izin operasional lembaga pendidikan PAUDNI

Metode Deskriptif

Teknik pengumpulan data1. Observasi2. Wawancara3. Dokumentasi

Analisa Data Kualitatif

22

Gambar 1. Alur PikirSumber : Data Olahan, Tahun 2015

Selama melaksanakan penelitian pada Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Kubu Raya, penulis ditempatkan pada

bidang Perizinan Tertentu. Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan adalah

pelayanan perizinan yakni Izin Operasional Lembaga Pendidikan PAUDNI.

Standar waktu yang ditetapkan dalam penerbitan Izin Operasional Lembaga

Pendidikan PAUDNI yaitu dua puluh tujuh hari kerja. Namun kenyataan yang

dijumpai di lapangan berbeda. Penerbitan Izin Operasional Lembaga Pendidikan

PAUDNI belum mencapai standar yang ditetapkan yaitu dua puluh tujuh hari

kerja.

Berdasarkan masalah di atas, adapun tujuan penulis dari penelitian ini

adalah mendeskripsikan pelayanan penerbitan Izin Operasional Lembaga

Pendidikan PAUDNI di Bidang Perizinan Tertentu. Selain itu penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apa saja kendala yang timbul pada pelayanan

pelayanan penerbitan Izin Operasional Lembaga Pendidikan PAUDNI dan

memberi solusi untuk mengatasi kendala dalam pelayanan penerbitan Izin

Operasional Lembaga Pendidikan PAUDNI.

Untuk mencapai tujuan tersebut penulis menggunakan metode deskriptif

yang pendekatannya menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi

tertentu, yang lebih meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-

hari. Dengan metode ini, maka penulis dapat membuat deskripsi (gambaran)

mengenai pelayanan penebitan Izin Operasional Lembaga Pendidikan PAUDNI

pada BPMPT.

Simpulan dan Rekomendasi

23

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi Setelah

data terkumpul dari ketiga teknik tersebut data perlu dianalisis. Analisis yang

dilakukan oleh penulis yaitu dengan menggunakan analisa kualitatif. Dengan

analisis tersebut, penulis dapat dengan mudah mencapai tujuan yang akan

dicapai yaitu mengetahui inti permasalahan dalam Pelayanan Penebitan Izin

Operasional Lembaga Pendidikan PAUDNI di Bidang Perizinan Tertentu. Dengan

demikian penulis dapat memberikan hasil penelitian, dan penulis dapat

memberikan rekomendasi terhadap hasil penelitian ini.