Blok 5 Mahwqgwqehweqgwhkalah

12
Kontraksi Sebagai Penyebab Kejang Otot Kaki Oktarita G. Nenobais 102013126 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat [email protected] Pendahuluan A. Latar Belakang Oleh karena itu manusia dalam beraktivitas atau melakukan pekerjaannya membutuhkan pergerakan. Pergerakan pada manusia disebakan karena adanya otot pada tubuh manusia. Gerak otot terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel sitoplasma di dalam otot ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut myofibril. Jika sel otot yang mendapatkan rangsangan maka akan memendek, denga kata lain sel otot akan memendekan dirinya kearah tertentu (berkontraksi). Tetapi jika otot terlalu banyak berkontraksi karena aktivitas yang berat tanpa meregang kembali maka akan terjadi kejang pada otot sehingga terasa sakit pada orang tubuh dimana otot tersebut berada. Oleh karena itu jika Organ tubuh jika mengalami sakit maka akan menghambat aktivitas dari seseorang. Betapa sangat pentingnya otot manusia itu jika otot tersebut mengalami sakit atau masalah maka aktivitas dari seseorang dapat terganggu bahkan dapat

description

hgsahgsahs

Transcript of Blok 5 Mahwqgwqehweqgwhkalah

Page 1: Blok 5 Mahwqgwqehweqgwhkalah

Kontraksi Sebagai Penyebab Kejang Otot Kaki

Oktarita G. Nenobais

102013126

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat

[email protected]

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Oleh karena itu manusia dalam beraktivitas atau melakukan pekerjaannya membutuhkan

pergerakan. Pergerakan pada manusia disebakan karena adanya otot pada tubuh manusia.

Gerak otot terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel sitoplasma di dalam

otot ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut myofibril. Jika sel otot

yang mendapatkan rangsangan maka akan memendek, denga kata lain sel otot akan

memendekan dirinya kearah tertentu (berkontraksi).

Tetapi jika otot terlalu banyak berkontraksi karena aktivitas yang berat tanpa meregang

kembali maka akan terjadi kejang pada otot sehingga terasa sakit pada orang tubuh dimana

otot tersebut berada. Oleh karena itu jika Organ tubuh jika mengalami sakit maka akan

menghambat aktivitas dari seseorang. Betapa sangat pentingnya otot manusia itu jika otot

tersebut mengalami sakit atau masalah maka aktivitas dari seseorang dapat terganggu

bahkan dapat terhenti. Dan agar dapat bergerak otot memerlukan energi, adanya impuls

dari saraf pusat, dan beberapa senyawa otot lainnya.1

B. Rumusan Masalah

Seorang anak perempuan berusia 16 tahun tengah berlatih renang untuk perlombaan. Tiba-

tiba ia menjerit minta tolong. Seorang penjaga kolam renang datang dan segera menolong

anak tersebut dan membawanya ke tepi kolam. Ternyata ia mengalami kejang pada betis

kanannya. Degan sigap penjaga kolam memegang kaki kanan si anak dan mendorong

telapak kaki kanannya ke arah dorsal selama 2 menit.

Page 2: Blok 5 Mahwqgwqehweqgwhkalah

C. Tujuan

Tujuan dari pembahasan ini adalah kita dapat mengetahui struktur makroskopis dan

mikroskopis dari otot , pergerakan otot berupa kontraksi dan relaksasi, faktor yang

mempegaruhi seperti penyediaan energi, impuls dari saraf pusat dan aktivitas yang berat.

Pembahasan

A. Struktur Makroskopis Otot

Otot merupakan jaringan terbanyak yang menyusun tubuh manusia, pada awal kelahiran

mencapai 25% dari massa tubuh, lebih dari 40% ketika remaja, dan 30% ketika

dewasa/tua. Sel-sel khusus jaringan otot memiliki bangunan khusus yang dikaitkan dengan

aktivitas kontraksi.2 Berdasarkan bentuk serta bangunannya, sel sel otot disebut serabut

otot (myofiber). Jaringan otot secara langsung mampu menghasilkan gerakan. Sel-sel

jaringan lain dapat pula bergerak, tetapi gerakannya kurang terintegrasi. Hanya kumpulan

sel-sel yang mampu menciptakan gerakan kuat melalui progres kontraksi dengan gerakan

searah dilaksanakn oleh otot.

Otot merupakan alat gerak aktif yang mampu menggerakkan tulang, kulit dan rambut

setelah mendapat rangsangan.3

Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu :3

1. Kontraktibilitas yaitu kemampuan untuk berkontraksi / memendek

2. Ekstensibilitas yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang

ditimbulkan saat kontraksi

3. Elastisitas yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah

berkontraksi. Saat kembali pada ukuran semula otot disebut dalam keadaan relaksasi.

Sifat kerja otot dibedakan menjadi dua, yaitu:3

a.  Antagonis

Otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerjanya berlawanan. Jika otot

pertama berkontraksi dan yang kedua berelaksasi, akan menyebabkan tulang tertarik

atau terangkat. Sebaliknya, jika otot pertama berelaksasi dan yang kedua berkontraksi

akan menyebabkan tulang kembali ke posisi semula. Contoh otot antagonis adalah otot

bisep dan trisep. Otot bisep adalah otot yang memiliki dua ujung (dua tendon) yang

melekat pada tulang dan terletak di lengan atas bagian depan. Otot trisep adalah otot

yang memiliki tiga jung (tiga tendon) yang melekat pada tulang, terletak di lengan atas

bagian belakang. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan otot

Page 3: Blok 5 Mahwqgwqehweqgwhkalah

trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep berkontraksi dan otot

bisep berelaksasi.

Antagonis juga adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek gerak

berlawanan, contohnya adalah:

1. Ekstensor ( meluruskan) dan fleksor (membengkokkan), misalnya otot trisep dan otot

bisep.

2. Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan) misalnya gerak tangan  

sejajar bahu dan sikap sempurna. 

3. Depresor (ke bawah) dan adduktor ( ke atas), misalnya gerak kepala merunduk  dan

menengadah.

4.    Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya gerak telapak

tangan menengadah dan gerak telapak tangan menelungkup.

b. Sinergis

Sinergis juga adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak searah.

Contohnya pronator teres dan pronator kuadratus (Otot yang menyebabkan telapak

tangan menengadah atau menelungkup). Otot sinergis adalah dua otot atau lebih yang

bekerja bersama – sama dengan tujuan yang sama. Jadi, otot – otot itu berkontraksi

bersama dan berelaksasi bersama. Misalnya, otot – otot antar tulang rusuk yang bekerja

bersama ketika kita menarik napas, atau otot pronator, yaitu otot yang menyebabkan

telapak tangan menengadah atau menelungkup. Gerakan pada bagian tubuh, umumnya

melibatkan kerja otot, tulang, dan sendi. Apabila otot berkontraksi, maka otot akan

menarik tulang yang dilekatinya sehingga tulang tersebut bergerak pada sendi yang

dimilikinya.

Otot yang sedang bekerja akan berkontraksi sehingga otot akan memendek, mengeras,

dan bagian tengahnya menggembung. Karena memendek, tulang yang dilekati otot

tersebut tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam otot hanya mampu untuk

menggerakan tulang ke satu arah tertentu. Agar tulang dapat kembali ke posisi semula,

otot tersebut harus mengadakan relaksasi. Namun relaksasi otot ini saja tidak cukup.

Tulang harus ditarik ke posisi semula. Oleh karena itu, harus ada otot lain yang

berkontraksi yang merupakan kebalikan dari kerja otot pertama. Jadi, untuk

menggerakan tulang dari satu posisi ke posisi yang lain, kemudian kembali ke posisi

semula, diperlukan paling sedikit dua macam otot dengan kerja berbeda.

Pada bagian tungkai bawah terdapat otot-otot: m. gastrocnemius dan m. plantaris yang

berfungsi sebagai plantar fleksi kaki pada sendi pergelangan kaki dan fleksi articulatio

Page 4: Blok 5 Mahwqgwqehweqgwhkalah

genus, dan otot soleus yang berfungsi sebagai plantar fleksor yang kuat pada kaki agar

dapat berjalan dan berlari.5

B. Sttruktur Mikroskopis Otot6

Berdasarkan struktur mikroskopisnya otot dibedakan menjadi otot polos, otot jantung dan

otot lurik. Otot polos, dibawah mikroskop tampak berinti satu dan tidak tampak serabut

dan garis-aris melintang serta berbentuk seperti kumparan. Otot polos berkerja di luar

kesadaran kita (involunter), lambat dan tidak mudah lelah sehingga otot ini berada pada

saluran pencernaan, pembuluh darah, saluran pernafasan, saluran genital, otot rambut dan

kulit.

Otot jantung terdapat serabut otot yang bercabangdan saling bertautan yang disebut

sinsitium. Otot jantung bekerja diluar kesadaran kita (involunter), dan reaksi terhadap

rangsangan lambat.

Otot lurik terdiri dari sel-sel serabut otot yang dilindungi oleh membran yang dapat

merangsang listrik disebut sarkolema.

Sel serabut otot terdiri dari miofibril terdapat dalam sarkoplasma, selain itu terdapat juga

glikogen yang merupakan bentuk tidak aktif dari glukosa yang disimpan di dalam otot,

ATP dan keratin-P serta enzim-enzim glikolisis.

Miofibril terdiri dari filamen tebal (pita A) yang terdiri dari miosin yang tersusun

heksagonal, filamen tipis (pita I) yang menjorok masuk ke dalam pita A, bagian yang

kurang gelap yang disebut daerah H, dan terdapat garis Z di tengah pita I yang disebut Z-

disk.

1. Aktin: Aktin merupakan bagian filamen tipis. Terdapat 2 monomer aktin yaitu G-aktin

yang berbentuk globuler dan F-aktin yang berbentuk fibrous.

2. Tropomiosin: berbentuk serat, terdiri dari 2 rantai yaitu alfa dan beta yang akan

berikatan dengan aktin, dan bagian dari filamen tipis.

3. Troponin: terdiri dari 3 protein globuler yaitu Troponin I (inhibitor) yang akan

menghambat F-aktin berikatan dengan miosin, Troponin Cyang mengikat ion Ca, dan

troponin T yang akan berinteraksi dengan tropomiosin

4. Miosin: terdapat dalam filamen tebal, terdiri bagian fibrous dan globuler di kepala, dan

memiliki aktivitas ATP ase. Miosin ini dapat dicerna oleh tripsin menjadi LMM (light

meromyosin) yang tidak memiliki aktivitas ATP ase dan HMM (heavy meromyosin)

yang memiliki aktivitas ATP ase dan mengikat F-aktin.

C. Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi

Page 5: Blok 5 Mahwqgwqehweqgwhkalah

Berikut adalah mekanisme terjadinya kontraksi pada otot:6,7

1. Apabila ada rangsangan dari luar tubuh maka akan diterima oleh reseptor

2. Rangsangan tersebut di antar ke sistem saraf pusat menggunakan saraf afferent

3. Jika impuls dari saraf afferent sampai di ujung saraf pusat, maka asetilkolin yang di

bawa oleh saraf efferent akan dilepaskan dan akan ditangkap oleh myoneural

(pertemuan antara otot dan saraf)

4. Terjadi poensial aksi otot dan depolarisasi pada membran tubulus

5. Pelepasan ion Ca++ dari retikulum sarkoplasmik yang akan berikatan dengan troponin

C di F-aktin sehingga tropomiosin bergeser untuk membuka penutup tempat

pengikatan jempatan silang aktin

6. F-aktin dan akan berikatan pula dengan miosin sehingga ADP dilepas

7. Zona H memendek dengan cara filamen tipis masuk ke daerah filamen tebal

8. Kontraksi

Berikut adalah mekanisme relaksasi pada otot:6,7

1. Repolarisasi pada membran tubulus

2. Ca++ diserap kembali oleh retikulum sarkoplasma

3. ATP diserap

4. Tidak akan terjadi interaksi antara aktin dan miosin karena troponin I mengikat aktin

Gambar 1. Mekanisme Kontraksi Otot

Agar dapat berkontraksi otot memerlukan energi, yaitu dari penguraian ATP. Apabila

ATP sudah telah habis terpakai maka ATP akan dibentuk kembali dalam fase anaerob.

Glukosa yang masuk dalam tubuh akan dirubah oleh hormon insulin menjadi glikogen

yang akan disimpan sebagai cadangan makanan, apabila ATP sudah habis dipakai maka

Page 6: Blok 5 Mahwqgwqehweqgwhkalah

glikogen diubah menjadi laktosinogen yang terdiri dari asam laktat dan glukosa.

Glukosa yang nanti akan dibakar menjadi energi untuk kontraksi melalui fase aerob.

D. Faktor yang Mempengaruhi Kejang otot

Suatu potensial aksi disebuah serat otot hanya menghasilkan kedutan, namun dapat

dihasilkan kontaksi dengan durasi lebih lama dan tegangan yang lebih besar oleh stimulasi

berulang serat otot. Jika serat otot teah melemas sempurna sebelum potensial aksi

berikutnya timbul, maka akan terbentuk kedutan kedutan kedua sama seperti yang

pertama. Seriap kali akan menghaslkan kontraksi-relaksasi yang sama dan identik. Namun,

jika serat otot dirangsang keduakalinya sebelum serat tersebut mengalami relaksasi

sempurna dari kedutan pertama maka potensial aksi keduanya menyebabkan respons

kontraksi kedua, yang ditambah diatas kedutan pertama. Kedua kedutan dari dua potensial

aksi dijumlahkan untuk menghasilkan tegangan serat yang lebih besar daripada yang

dihasilkan satu potensial aksi sehingga disebut penjumlahan kedutan.7

Jika serat otot dirangsang sedemikian cepat sehingga serat tersebut sama sekali tidak

mendapat kesempatan untuk melemas diantara rangsangan maka timbul kontraksi menetap

dengan kedutan maksimal yang dikenal kejang.7

Kejang adalah hal yang sering terjadi di antara orang yang sehat, khususnya selama atau

setelah olahraga yang keras. Orang tua dan setengah baya biasanya mengalami kram

setelah olahraga ringan atau selama istirahat. Beberapa orang mengalami kram kaki

selama tidur. Kram yang menyakitkan ini biasanya mempengaruhi otot betis dan kaki,

menyebabkan kaki dan jari kaki menekuk ke dalam.

Gambar 2. Penjumlahan dan Tetanus7

Page 7: Blok 5 Mahwqgwqehweqgwhkalah

Penutup

A. Kesimpulan

Dalam melakukan aktivitas sehari-hari kita memerlukan otot agar kita dapat bergerak

karena otot merupakan alat penggerak tulang melaui cara kontraksi dan relaksasi. Yang

juga memerlukan rangsangan dan impuls dari sistem saraf pusat, ernergi dan bagian-

bagian dari serat otot seperti aktin, miosin, tropomiosin dan troponin. Tetapi karena

sering kali kita melakukan kegiatan yang berat maka otot dapat berkontraksi lebih

cepat sehingga tidak ada masa relaksasi sehingga kita merasa kejang pada otot kaki.

Page 8: Blok 5 Mahwqgwqehweqgwhkalah

Daftar Pustaka

1. Rachmadi, Agus. Perawatan gangguan sistem muskuloskeletal. Banjar Baru: AKPER

Depkes. 1993

2. Doenges, Marilynn E. Rencana asuhan keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC. 1999

3. Nurachman, Elly. Buku saku prosedur keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC. 1989

4. Betrinova. Makalah struktur dan fungsi otot. Padang: Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Padang .2012

5. Snell S R. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran edisi 6. Jakarta: EGC. 2006

6. Kindangen K, Salim D, Winata H, Sumadikarya K I, et all. Muskulosletal. Jakarta: FK

UKRIDA. 2014

7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 6. Jakarta: EGC. 2011