blok 4.pdf

20
INOKULASI BAKTERI Diagnosis laboratoris secara mikrobiologis untuk menegakkan diagnosis etiologi pada umumnya berdasarkan ditemukannya bakteri secara mikroskopis dan pemeriksaan biakan. Tujuan dari pembiakan / kultur bakteri antara lain: - Untuk isolasi mikroorganisme dari bahan pemeriksaan. - Untuk membuat kultur murni, agar dapat dilakukan uji lebih lanjut. - Untuk penyimpanan / stok bakteri. - Untuk transport bahan pemeriksaan, sehingga mikroorganisme dapat tumbuh pada saat pengiriman. Berikut ini cara inokulasi / penanaman bakteri dari satu media ke media lainnya: I. Inokulasi bakteri dari media cair ke media padat (lempeng agar datar pada cawan petri / plate) secara goresan (streaking). Tujuan: untuk mendapakan koloni bakteri yang terpisah (isolated colony) dari suatu bahan pemeriksaan (specimen), biakan kuman dalam media cair atau campuran berbagai bakteri dalam media cair. Caranya: Dasar bagian luar dari lempeng agar yang akan ditanami dibagi 3 bagian: A, B dan C dan ditandai dengan spidol dan kertas label. Gunakan ose bulat. Satu mata ose (sengkelit) suspensi bakteri dari media cair dipindahkan pada lempeng agar di bagian A, dengan ose tersebut buat goresan (streaking) yang rapat pada bagian A. Selesai di bagian A, ose disterilkan dulu dengan cara dipijarkan di atas api spiritus. Dinginkan ose. Penggoresan kedua melewati bekas goresan terakhir di bagian A, yang selanjutnya dilakukan penggoresan yang tidak rapat di bagian B. Selesai di bagian B, ose disterilkan dulu dengan cara dipijarkan di atas api spiritus. Dinginkan ose. Penggoresan ketiga melewati bekas goresan terakhir di bagian B, yang selanjutnya dilakukan penggoresan yang tidak rapat di bagian C.

Transcript of blok 4.pdf

  • INOKULASI BAKTERI

    Diagnosis laboratoris secara mikrobiologis untuk menegakkan diagnosis etiologi pada

    umumnya berdasarkan ditemukannya bakteri secara mikroskopis dan pemeriksaan biakan.

    Tujuan dari pembiakan / kultur bakteri antara lain:

    - Untuk isolasi mikroorganisme dari bahan pemeriksaan.

    - Untuk membuat kultur murni, agar dapat dilakukan uji lebih lanjut.

    - Untuk penyimpanan / stok bakteri.

    - Untuk transport bahan pemeriksaan, sehingga mikroorganisme dapat tumbuh pada

    saat pengiriman.

    Berikut ini cara inokulasi / penanaman bakteri dari satu media ke media lainnya:

    I. Inokulasi bakteri dari media cair ke media padat (lempeng agar datar pada cawan petri / plate) secara goresan (streaking).

    Tujuan: untuk mendapakan koloni bakteri yang terpisah (isolated colony) dari suatu

    bahan pemeriksaan (specimen), biakan kuman dalam media cair atau campuran berbagai

    bakteri dalam media cair.

    Caranya:

    Dasar bagian luar dari lempeng agar yang akan ditanami dibagi 3 bagian: A, B

    dan C dan ditandai dengan spidol dan kertas label.

    Gunakan ose bulat. Satu mata ose (sengkelit) suspensi bakteri dari media cair

    dipindahkan pada lempeng agar di bagian A, dengan ose tersebut buat goresan

    (streaking) yang rapat pada bagian A.

    Selesai di bagian A, ose disterilkan dulu dengan cara dipijarkan di atas api

    spiritus. Dinginkan ose.

    Penggoresan kedua melewati bekas goresan terakhir di bagian A, yang

    selanjutnya dilakukan penggoresan yang tidak rapat di bagian B.

    Selesai di bagian B, ose disterilkan dulu dengan cara dipijarkan di atas api

    spiritus. Dinginkan ose.

    Penggoresan ketiga melewati bekas goresan terakhir di bagian B, yang

    selanjutnya dilakukan penggoresan yang tidak rapat di bagian C.

  • II. Inokulasi bakteri dari media padat (lempeng agar) ke media setengah padat.

    Tujuan: mengetahui adanya pergerakan bakteri yang di tanam pada media setengah padat.

    Pada media ini bakteri yang motil / bergerak akan tumbuh menyebar di sekitar tempat

    penusukan penanaman.

    Caranya:

    Gunakan ose jarum yang disterilkan dahulu di atas api spiritus, kemudian

    dinginkan.

    Ambil satu koloni (inokulum) dari biakan bakteri Proteus vulgaris yang

    disediakan pada media padat datar.

    Ose jarum dengan inokulum ditusukkan secara tegak lurus ke dalam media

    setengah padat yang tersedia (misalnya media MIO / Motility Indol Ornithin)

    sampai sekitar 1 cm di bawah permukaan media.

    Kemudian tarik ose jarum keluar media melalui arah penusukan semula

    sedemikian rupa tanpa merusak media.

    III. Inokulasi bakteri dari media padat datar ke media agar miring.

    Tujuan: Untuk memperoleh biakan murni dan untuk menyimpan biakan bakteri dalam

    waktu lama (stock culture).

    Caranya:

    Gunakan ose bulat steril, ambil satu koloni terpisah dari biakan bakteri yang

    tumbuh pada media padat datar.

    Inokulum tersebut digoreskan pada permukaan agar padat miring secara zigzag

    dari bagian paling bawah ke arah mulut tabung.

    IV. Inokulasi bakteri dari media padat (lempeng agar) ke media cair.

    Tujuan: memperbanyak bakteri dari satu koloni terpisah untuk kemudian dilakukan uji

    lanjutan, misalnya uji biokimiawi.

    Caranya:

  • Gunakan ose bulat steril, ambil satu koloni terpisah dari biakan bakteri yang

    tumbuh pada media padat datar.

    Buatlah suspensi bakteri sedikit demi sedikit pada dinding tabung tepat di bawah

    permukaan media cair, kemudian campurkan inokulum dengan media cair

    tersebut.

    Kocoklah media cair yang sudah ditanamai bakteri dengan hati-hati

    (menggunakan Vortex mixer) agar suspensi bakteri dapat bercampur dengan

    media cair.

    Perhatikan gambar berikut ini:

    Gambar 1. Inokulasi / menanam bakteri dari media cair ke media padat datar (lempeng agar)

    secara goresan (streaking).

    A

    B C

    A

    B C

    A

    B C

    A

    B C

  • Gambar 2. Inokulasi / menanam bakteri dari media padat ke media setengah padat

    Gambar 3. Inokulasi / menanam bakteri dari media padat datar ke media padat miring

    Gambar 4. Inokulasi / menanam bakteri dari media padat ke media cair.

  • Safety (Keamanan Kerja di Lab. Mikrobiologi)

    Pendahuluan

    Keamanan Laboratorium merupakan hal yang penting, sebagai upaya keselamatan

    dalam melaksanakan pemeriksaan/praktikum di laboratorium, dengan tujuan

    melindungi pekerja/praktikan dan orang sekitarnya dari resiko terkena gangguan

    kesehatan yang ditimbulkan laboratorium. Laboratorium Mikrobiologi adalah

    laboratorium yang kegiatannya berhubungan dengan mikroorganisme. Khususnya

    mikroorganisme penyebab infeksi.

    Bekerja di Lab. Mikrobiologi

    1. Melindungi petugas/ Praktikan

    Hindari penyebaran percikan bahan infeksi dari spesimen (mis : saat penanaman

    /pembakaran dengan sengkelit

    Tempatkan spesimen pada wadah yang tahan bocor

    Dekontaminasi permukaan meja dengan dekontaminan yang sesuai

    Cuci tangan pada saat yang tepat dengan sabun/desinfektan, jangan menyentuh

    mulut, hidung dan mata saat bekerja

    Jangan makan/minum/merokok saat bekerja

    Gunakan jas praktikum saat bekerja

    Hindari luka/tertusuk pada saat bekerja (lakukan segala sesuatu dengan hati-

    hati)

    2. Melakukan sterilisasi yang cukup sebelum mencuci alat/membuang sisa spesimen

    3. Menyediakan tempat tersendiri untuk peralatan yang digunakan dan telah

    terkontaminasi dengan bakteri

    4. Menyediakan tempat untuk sampah terkontaminasi dan tidak terkontaminasi

    5. Gunakan sarung tangan dengan tepat

    Penggunaaan alat-alat di laboratorium

    1. Cara menggunakan pipet dan alat bantu pipet

    Hindari memipet dengan mulut, gunakan alat bantu, masukkan sumbat kapas

    untuk mengurangi kontaminasi.

  • Jangan mencampur bahan infeksi dengan menghisap/meniup pipet

    Jangan mengeluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa

    Gunakan kapas yang telah diberi disinfektan bila ada tetesan spesimen yang

    jatuh di meja, kemudian kapas di buang di tempat khusus untuk diautoclave

    Rendam pipet habis pakai di disinfektan 18-24 jam

    2. Cara menggunakan jarum suntik (kecelakaan penggunaan jarum suntik penyebab

    umum infeksi yang terjadi di laboratorium dan fasilitas kesehatan lain)

    Hindari gerakan cepat dan tergesa-gesa saat memegang jarum suntik

    Gunakan sarung tangan

    Buang kelebihan udara, cairan, gelembung secara vertikal ke kapas yang telah

    ada desinfektan

    Jangan membengkokkan atau memindahkan jarum dengan tangan

    Buang jarum suntik pada tempat khusus sebelum steril

    3. Cara pembukaan wadah

    Pembukaan wadah botol atau cawan petri dan tabung biakan, memiliki potensi

    terinfeksi, karena tak terlihat dapat menimbulkan aerosol atau kontaminasi pada kulit

    atau daerah kerja. Pembukaan wadah di tempat kerja sering dilakukan, bila tidak hati-

    hati, bahan terinfeksi yang ada dalam wadah dapat menularkan secara langsung atau

    jatuh ke tempat kerja. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari

    resiko terinfeksi adalah sebagai berikut :

    Buka tutup wadah di tempat kerja dengan hati-hati agar isi dalam wadah tidak

    terpencar ke luar.

    Gunakan jas lab. dan sarung tangan.

    Hindari aerosol.

    Spesimen yang bocor atau pecah hanya dibuka di dalam Safety Cabinet.

    4. Penerimaan spesimen di Laboratorium

    Laboratorium mempunyai loket khusus penerimaan spesimen. Jika jumlah

    spesimen tidak banyak, maka tempat pemeriksaan spesimen dapat dilakukan

    pada meja khusus dalam areal laboratorium.

    Spesimen harus di tempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk mencegah

    tumpahnya/bocornya spesimen.

  • Wadah harus dapat didisinfeksi atau diautoklaf.

    Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor.

    Wadah diberi label tentang identitas spesimen.

    Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau plastik yang

    dapat didisinfeksi atau diautoklaf ulang.

    Baki harus didisinfeksi / diautoklaf secara teratur setiap hari.

    Jika mungkin, wadah diletakkan di atas baki dalam posisi berdiri.

    5. Petugas pembawa spesimen dalam Laboratorium

    Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian depan saat

    membawa spesimen.

    Membawa spesimen di atas kaki

    Mencuci tangan dengan disinfektan jika terkena tumpahan/percikan dari

    spesimen.

    Jika spesimen bocor / tumpah di atas baki, dekontaminasi baki dan sisa

    spesimen diautoklaf.

    Lapor pada petugas/panitia keamanan kerja laboratorium jika terluka saat

    bekerja.

    6. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh

    Tindakan di bawah ini dibuat untuk melindungi petugas laboratrorium terhadap infeksi

    yang ditularkan melalui darah seperti Virus hepatitis B, HIV (Human

    Immunodeficiency Virus) dan lain-lain.

    a. Mengambil, melabel dan membawa spesimen

    Gunakan sarung tangan

    Hanya petugas lab yang boleh melakukan pengambilan darah.

    Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya dengan alat

    khusus yang sekaligus merupakan wadah penyimpanan jarum habis pakai.

    Pindahkan darah ke dalam tabung spesimen dengan hari-hati dan tutup rapat

    mulut tabung spesimen. Jarum suntik habis pakai sebaiknya dibakar dalam

    alat insinerasi. Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, jarum suntik dan

    sempritnya diautoklaf dalam kantong yang terpisah.

  • Tabung spesimen dan formulir permintaan harus diberi label BAHAYA

    INFEKSI.

    Masukkan tabung ke dalam kantung plastik untuk dibawa ke laboratorium.

    Formulir permintaan dibawa secara terpisah.

    b. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel

    Buka tabung spesimen dalam kabinet keamanan biologis Kelas I dan Kelas

    II.

    Gunakan sarung tangan

    Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung setelah dibungkus kain kasa.

    c. Kaca dan benda tajam

    Jika mungkin, gunakan alat terbuat dari plastik sebagai pengganti

    kaca/gelas. Bahan kaca/gelas dapat dipakai jika terbuat dari borosilikat.

    Sedapat mungkin, hindari penggunaan alat suntik selain untuk mengambil

    darah.

    d. Sediaan darah pada kaca objek

    Pegang kaca objek dengan forsep

    e. Peralatan otomatis

    Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclosed type)

    Cairan yang keluar dari alat/effalut harus dikumpulkan dalam tabung/wadah

    tertutup atau dibuang ke dalam sistem pembuangan limbah.

    Jika memungkinkan, alirkan hipoklorit atau glutaraldehid ke dalam alat

    disinfektan hanya pada keadaan tertentu.

    f. Melakukan sentrifus

    Gunakan tabung sentrifus yang mempunyai tutup

    Gunakan selongsong/rotor yang dilengkapi penutup

    g. Jaringan

    Fiksasi jaringan dengan formalin. Spesimen berukuran kecil, seperti dari

    biopsi jarum, dapat difiksasi dan didekontaminasi dalam waktu kurang lebih

    2 jam, tetapi spesimen berukuran besar membutuhkan waktu beberapa hari.

    Setelah melakukan potong beku (frozensection), alat (cryotome) haru

    didekontaminasi.

  • 7. Kecelakaan di Laboratorium

    Di laboratorium mikrobiologi, infeksi bakteri merupakan resiko yang sering terjadi

    sebagai penyebab penularan utama pada petugas pemeriksa laboratorium.

    Oleh sebab itu perlu diupayakan tindakan pencegahan dengan urutan prioritas sebagai

    berikut :

    a. Perlindungan petugas pemeriksa

    Batasi kontaminasi

    Dekontaminasi pegawai

    Dekontaminasi areal yang berhubungan

    b. Dekontaminasi kulit

    detergen tidak boleh digunakan, perawatan harus dilakukan dengan tidak merusak kulit

    c. Dekontaminasi mata = dilakukan dengan perawatan air untuk mencegah penyebaran

    kontaminasi dari satu area ke area lainnya.

    d. Dekontaminasi pakaian

    pakaian yang terkontaminasi harus dipindahkan secepatnya dan diletakkan pada wadah

    tertentu. Harus dipindahkan dari lokasi tumpahan sampai kontaminasi dapat termonitor.

    e. Dekontaminasi daerah kerja

    Basahi semua daerah yang terkena tumpahan termasuk wadah yang rusak dengan

    disinfektan. Diamkan 10 menit. Bersihkan dengan tissue atau lap dengan menggunakan

    sarung tangan.

    Dianjurkan disinfektan yang digunakan adalah Hypochlorite. Bila terjadi kecelakaan

    diruang kerja laboratorium, batasi orang yang masuk di daerah tersebut sampai dilakukan

    monitor terhadap kontaminasi oleh petugas. Kotak peralatan P3K yang lengkap harus

    tersedia di laboratorium dan diletakkan di tempat yang diketahui oleh semua staf

    laboratorium. Sebaiknya kotak peralatan tersebut disertai dengan petunjuk lengkap tentang

    pertolongan pada kecelakaan, terpotong/tersengat, luka bakar, keracunan, shock/collapse

    serta terbaca oleh semua staff.

    II. Sterilisasi

  • Hampir semua tindakan yang dilakukan dalam diagnosa mikrobilogi, sterilisasi

    sangat diutamakan baik alat-alat yang dipakai maupun medianya. Bila penanaman spesimen

    dalam media, petri, ose maupun media yang digunakan tidak steril, maka sangat tidak mungkin

    untuk membedakan apakah kuman yang berhasil diisolasi tersebut berasal dari penderita atau

    merupakan hasil kontaminasi dari alat-alat atau media yang digunakan.

    Suatu alat atau bahan dikatakan steril bila alat/bahan tersebut bebas dari mikroba baik

    dalam bentuk vegetatif maupun sopra. Tindakan untuk membebaskan alat atau media dari jasad

    renik disebut sterilisasi. Ada beberapa cara sterilisasi, untuk pemilihannya tergantung dari

    bahan/alat yang akan disterilkan. Secara garis besar sterilisasi dapat dibagi sebagai berikut :

    a. pemanasan

    b. filtrasi

    c. penyinaran dengan sinar gelombang pendek (radiasi)

    d. kimia (khemis)

    A. Sterilisasi dengan Pemanasan

    1. Dengan pemanasan kering

    Pembakaran

    Alat yang digunakan adalah lampu spiritus/bunsen. Pembakaran dapat dilakukan dengan cara

    :

    - Memijarkan

    Pembakaran dengan cara ini hanya cocok untuk alat-alat logam (ose, pinset, dll), yang

    dibiarkan sampai memijar. Dengan cara ini seluruh mikroorganisme, termasuk spora,

    dapat dibasmi.

    - Menyalakan

    Dapat diartikan suatu pelintasan alat gelas (ujung pinset, bibir tabung, mulut erlenmeyer,

    dll) melalui nyala api. Cara ini merupakan hal darurat dan tidak memberikan jaminan

    bahwa mikroorganisme yang melekat pada alat dengan pasti terbunuh.

    Cara mensterilkan ose :

    Ose disterilkan dengan cara dibakar pada nyala api lampu spiritus atau lampu gas. Pada

    waktu memanaskan ose, dimulai dari pangkal kawat dan setelah terlihat merah berpijar

  • secara pelan-pelan pemansan dilanjutkan ke ujung ose. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah

    terloncatnya kuman akibat pemanasan langsung dan terlalu cepat pada mata ose. Nyala api

    pada sterilisator mempunyai perbedaan dalam derajat panas.

    ABCD (diarsir) : merupakan ruang oksidasi

    ABCD : merupakan ruang reduksi

    AB : dasar api

    a : ruang oksidasi atas

    b : ruang oksidasi bawah

    c : ruang reduksi atas

    d : ruang reduksi bawah

    e : bagian yang paling tidak panas

    Tempat yang paling panas adalah ruang oksidasi bawah yang letaknya kira-kira sepertiga

    bawah dari tingginya nyala api. Yang perlu diperhatikan :

    - jangan memegang mata ose dengan tangan sebelum ose disterilkan

    - jangan meletakkan ose di atas meja, tetapi letakkan pada tempat yang disediakan setelah

    disterilkan.

    Dengan udara panas (hot air oven)

    Cara ini menggunakan udara yang dipanaskan dan kering, serta berlangsung dalam

    sterilisator udara panas (oven). Pemanasan dengan udara panas dugunakan untuk sterilisasi alat-

    alat laboratorium dari gelas misalnya : petri, tabung gelas, botol pipet dll, juga untuk bahan-

    bahan minyak dan powder misalnya talk. Bahan dari karet, kain, kapas dan kasa tidak dapat

    ditserilkan dengan cara ini.

    Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan dan dibungkus dengan kertas tahan

    panas, kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada temperatur antara 150 - 170C,

    selama kurang lebih 90 120 menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa di antara bahan

  • yang disterilisasi harus terdapat jarak yang cukup, untuk menjamin agar pergerakan udara tidak

    terhambat.

    2. Dengan pemanasan basah

    Dengan merebus

    Digunakan untuk mensterilkan alat-alat seperti gunting, pinset, skalpel, jarum, spuit injeksi

    dan sebagainya dengan cara direbus dalam suasana mendidih selama 30-60 menit.

    Dengan uap air panas

    Digunakan terutama untuk mensterilkan media-media yang akan mengalami kerusakan bila

    dikerjakan dengan sterilisasi uap air panas dengan tekanan (autoklav) ataupun untuk alat-alat

    tertentu. Cara ini dijalankan dengan pemanasan 100C selama 1 jam. Perlu diingat bahwa dengan

    cara ini spora belum dimatikan, dan ada beberapa media yang tidak tahan pada panas tersebut

    (misalnya media Loewenstein, Urea Broth). Media tersebut disterilkan dengan cara sterilisasi

    bertingkat ataupun filtrasi. Alat yang digunakan adalah sterilisator, autoklav, dimana tekanan

    dalam autoklav dijaga tetap 1 atmosfer (klep pengatur tekanan dalam keadaan terbuka).

    Dengan uap air bertekanan (Autoklav)

    Dengan cara pengatur tekanan dalam autoklav, maka dapat dicapai panas yang diinginkan.

    Cara ini dipakai untuk sterilisasi media yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Sterilisasi

    biasanya dijalankan dengan menggunakan panas 120C selama 10 70 menit tergantung

    kebutuhan. Hal yang perlu diperhatikan bila mengerjakan sterilisasi dengan menggunakan

    autoklav :

    - harus ditunggu selama bekerja

    - hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav (perubahann temperatur dan tekanan

    secara mendadak dapat menyebabkan cairan yang disterilkan meletus dan gelas-gelas

    dapat pecah).

    Pada sterilisasi dengan pemanasan kering, bakteri akan mengalami proses oksidasi putih telur,

    sedang dengan sterilisasi panas basah, akan mengakibatkan terjadinya koagulasi putih telur

    bakteri. Dalam keadaan lembab jauh lebih cepat menerima panas daripada keadaan kering

    sehingga sterilisasi basah lebih cepat dibanding oksidasi).

  • Pasteurisasi

    Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol. Panas yang digunakan 61,7C

    selama 30 menit.

    B. Sterilisasi dengan Filtrasi

    Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas pada saringan

    berpori kecil sehingga dapat menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Kegunaan:

    - untuk sterilisasi media yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya Urea Broth

    ataupun untuk sterilisasi vaksin, serum, enzim, vitamin.

    - Meminimalkan kuman udara masuk untuk ruangan kerja secara aseptis

    Virus seperti mikroorganisme tanpa dinding sel (mikroplasma) umumnya tidak dapat ditahan

    oleh filter.

    C. Sterilisasi dengan Penyinaran (radiasi)

    Sterilisasi dengan cara ini diperlukan jika sterilisasi panas maupun dinding tidak dapat

    dilakukan. Beberapa macam radiasi mengakibatkan letal terhadap sel-sel jasad renik dan

    mikroorganisme lain. Jenis radiasi termasuk bagian dari spkterum elektromagnetik, misalnya :

    sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar x dan juga sinar katoda elektro kecepatan tinggi. Sinar

    ultraviolet mempunyai panjang gelombang 15-390 nm. Lampu sinar ultraviolet dengan panjang

    gelombang 260 270 nm, dimana sinar dengan panjang gelombang sekitar 265 nm mempunyai

    daya bakterisid yang tinggi. Lampu ultraviolet digunakan untuk mensterilkan ruangan, misalnya

    di kamar bedah, ruang pengisian obat dalam ampul dan flakon di industri farmasi, juga bisa

    digunakan diperusahaan makanan untuk mencegah pencemaran permukaan.

    Sinar x mempunyai daya penetrasi lebih besar dibanding dengan sinar ultraviolet. Sinar

    gamma mempunyai daya penetrasi lebih besar dibandingkan dengan sinar x dan digunakan untuk

    mensterilkan material yang tebal, misalnya bungkusan alat-alat kedokteran atau paket makanan.

    Sinar katoda biasa dipakai menghapus hama pada suhu kamar terhadap barang-barang yang telah

    dibungkus.

    D. Cara Kimia (Khemis)

    Merupakan cara sterilisasi dengan bahan kimia. Beberapa istilah yang perlu difahami:

  • - Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat membunuh sel-sel vegetatif dan jasad

    renik. Biasanya digunakan untuk obyek yang tidak hidup, karena akan merusak jaringan.

    Prosesnya disebut desinfeksi.

    - Antiseptik adalah suatu bahan atau zat yang dapat mencegah, melawan maupun

    membunuh pertumbuhan dan kegiatan jasat renik. Biasanya digunakan untuk tubuh.

    Prosesnya disebut antiseptis.

    - Biosidal adalah suatu zat yang aksinya dipakai unhtuk membunuh mikroorganisme, misal

    : bakterisid, virosid, sporosid.

    - Biostatik adalah zat yang aksinya untuk mencegah/menghambat pertumbuhan organisme,

    misal : bakteriostatik, fungistatik.

    Ada beberapa zat yang bersifat anti mikroba.

    1. Fenol dan derivatnya

    Zat kimia ini bekerja dengan cara mempresipitasikan protein secara aktif atau merusak

    selaput sel dengan penurunan tegangan permukaan. Fenol cepat bekerja sebagai desinfektan

    maupun antiseptik tergantung konsentrasinya. Daya antimikroba fenol akan berkurang pada

    suasana alkali, suhu rendah, dan adanya sabun.

    2. Alkohol

    Alkohol beraksi dengan mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi dan melarutkan

    lemak sehingga membran sel rusak dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh alkohol. Etil

    alkohol (etanol) 50-70% mempunyai sifat bakterisid untuk bentuk vegetatif. Metanol daya

    bakterisidnya kurang dibandingkan etanol, dan beracun terhadap mata.

    3. Halogen beserta gugusannya

    Halogen beserta gugusannya ini mematikan mikroorganisme dengan cara mengoksidadi

    protein sehingga merusak membran dan menginaktifkan enzim-enzim. Misalnya :

    - Yodium dipakai untuk mendesinfeksi kulit sebelum dilakukan pembedahan

    - Hipoklorit digunakan untuk sanitasi alat-alat rumah tangga. Yang umum dipakai adalah

    kalsium dipoklorit dan sodium hipoklorit.

  • 4. Logam berat dan gugusannya

    Logam berat dapat memprestasikan enzim-enzim atau protein esensial lain dalam sel

    sehingga dapat berfungsi sebagai anti mikroba.

    Contoh :

    - Merkurokrom, merthiolat sebagai antiseptik.

    - Perak nitrat sebagai tetes mata guna mencegah penyakit mata pada bayi (Neonatol

    gonococcal ophthalmitic).

    5. Deterjen

    Dengan gugus hipofilik dan hidrofilik, deterjen akan merusak membran sitoplasma.

    i. Aldehid

    Aldehid mendesinfeksi dengan cara mendenaturasi protein. Contoh : formalin (formaldehid)

    ii. Gas sterilisator

    Digunakan untuk bahan/alat yang tidak dapat disterilkan dengan panas tinggi atau dengan

    zat kimia cair. Pada proses ini material disterilkan dengan gas pada suhu kamar. Gas yang

    dipakai adalah ethilen oksida.

    Kebaikannya : ethilen oksida mempunyai daya sterilisasi yang besar dan daya

    penetrasinya besar

    Kejelekannya : ethilen oksida bersifat toksis dan mudah meledak.

  • FLORA NORMAL

    Manusia normal memiliki sistem imun yang adekuat, sehingga jaringan di dalam tubuh

    seperti otak, darah dan otot normalnya tidak terdapat mikroorganisme. Pada jaringan tubuh yang

    ada di permukaan seperti kulit dan mukosa yang selalu kontak dengan lingkungan maka selalu

    ada banyak mikroorganisme yang menempel dan membentuk koloni. Populasi mikroorganisme

    yang mendiami kulit dan mukosa manusia yang normal dan sehat inilah yang dinamakan sebagai

    mikroorganisme flora normal (normal flora microbes).

    Populasi flora normal yang terdapat di kulit dan mukosa dapat dibagi lagi menjadi dua

    kelompok, yaitu:

    1. Flora menetap (residents flora).

    Terdiri atas bakteri yang menetap dan jenisnya relatif sama pada lokasi anatomi tertentu

    dan pada umur tertentu. Apabila terganggu maka mikroorganisme itu akan segera tumbuh

    kembali seperti semula.

    2. Flora sementara (trancients flora).

    Terdiri atas bakteri yang mendiami kulit dan mukosa hanya beberapa jam, hari atau minggu

    saja akibat kotak dengan lingkungan sekitar, tidak menetap permanen di lokasi tubuh

    tersebut (Brooks, 2004).

    Flora normal yang menghuni kulit, mukosa orofaring, gastrointestinal dan urogenitalia,

    tidak berbahaya bagi kesehatan manusia, bahkan bermanfaat bagi manusia. Meskipun demikian

    pada keadaan tertentu misalnya sistem imun yang lemah maka flora normal dapat menimbulkan

    penyakit pada manusia, seperti menimbulkan caries gigi, abses ataupun infeksi lainnya.

  • Tabel 1. Bakteri flora normal di permukaan tubuh manusia (Todar, 2007).

    BAKTERI Kuli

    t

    Konjun

    g tiva

    Hidun

    g

    Pharyn

    g

    Mulu

    t

    Usus

    besa

    r

    Uretraanterio

    r

    Vagin

    a

    S. epidermidis ++ + ++ ++ ++ + ++ ++

    Staphylococcus aureus* + +/- + + + ++ +/- +

    Streptococcus mitis + ++ +/- + +

    Streptococcus

    salivarius

    ++ ++

    Streptococcus mutans* + ++

    Enterococcus faecalis* +/- + ++ + +

    Streptococcuspneumoni

    a

    +/- +/- + + +/-

    Streptococcus

    pyogenes*

    +/- +/- + + +/- +/-

    Neisseria sp. + + ++ + + +

    Neisseria meningitides* + ++ + +

    Enterobacteriaceae *

    (Escherichia coli)

    +/- +/- +/- + ++ + +

    Proteus sp. +/- + + + + + +

    P. aeruginosa* +/- +/- + +/-

    Haemophilus

    influenzae*

    +/- + + +

    Bacteroides sp. * ++ + +/-

    Bifidobacterium bifidum ++

    Lactobacillus sp. + ++ ++ ++

    Clostridium sp. +/- ++

    Clostridium tetani * +/-

    Corynebacteria ++ + ++ + + + + +

    Mycobacteria + +/- +/- + +

    Actinomycetes + +

    Spirochetes + ++ ++

    Mycoplasmas + + + +/- +

    Ket :++ = Hampir 100 %; + = Sering (sekitar 25%); +/- = Jarang (< 5%); * = potensial patogen.

    Praktikum ini dilakuan untuk membuktikan keberadaan flora normal di permukaan kulit

    dan mukosa manusia. Selain itu juga dilakukan praktikum untuk melihat fungsi bahan pembersih

    dan bahan desinfektan.

    Alat dan Bahan

    1. Petri dish

    2. Media Nutien agar padat datar

    3. Ose bulat

  • 4. Api spiritus

    5. Lidi kapas steril

    6. Bahan pembersih (sabun mandi)

    7. Bahan desinfektan (alcohol 70% dan povidone iodine)

    8. Spidol

    9. Kertas label

    Cara Kerja

    1. Praktikum keberadaan bakteri flora normal di kulit dan mukosa manusia yang sehat:

    Siapkan media Nutrient agar dalam petri dish.

    Bagilah dasar bagian luar dari petri dish yang akan ditanami menjadi 4 bagian: A, B, C

    dan D. Tandai dengan spidol non permanent dan kertas label.

    Buka lidi kapas steril baru, kemudian usapkan (swab) pada kulit tangan. Selanjutnya

    tanam hasil usapan tersebut pada media Nutrien agar di bagian A.

    Buka lidi kapas steril baru, kemudian usapkan (swab) pada kulit wajah. Selanjutnya

    tanam hasil usapan tersebut pada media Nutrien agar di bagian B.

    Buka lidi kapas steril baru, kemudian usapkan (swab) pada mukosa hidung. Selanjutnya

    tanam hasil usapan tersebut pada media Nutrien agar di bagian C.

    Buka lidi kapas steril baru, kemudian usapkan (swab) pada mukosa mulut. Selanjutnya

    tanam hasil usapan tersebut pada media Nutrien agar di bagian D.

    Kemudian inkubasi media yang sudah ditanami pada 37C, selama 24 jam.

    Setelah 24 jam amati adanya pertumbuhan koloni bakteri.

    2. Praktikum fungsi bahan pembersih dan bahan desifektan.

    Siapkan media Nutrient agar dalam petri dish.

    Bagilah dasar bagian luar dari petri dish yang akan ditanami menjadi 4 bagian: A, B C

    dan D dan ditandai dengan spidol non permanent dan kertas label.

    Tempelkan jari telunjuk tangan yang belum dicuci pada media Nutrien agar di bagian A,

    secara hati-hati jangan sampai merusak media.

  • Cucilah jari telunjuk tangan menggunakan sabun mandi. Tunggu sampai kering.

    Kemudian tempelkan jari telunjuk tangan tersebut pada media Nutrien agar di bagian B,

    secara hati-hati jangan sampai merusak media.

    Cucilah jari telunjuk tangan menggunakan alkohol 70%. Tunggu sampai kering.

    Kemudian tempelkan jari telunjuk tangan tersebut pada media Nutrien agar di bagian C,

    secara hati-hati jangan sampai merusak media.

    Cucilah jari telunjuk tangan menggunakan Povidone iodine. Tunggu sampai kering.

    Kemudian tempelkan jari telunjuk tangan tersebut pada media Nutrien agar di bagian D,

    secara hati-hati jangan sampai merusak media.

    Kemudian inkubasi media yang sudah ditanami pada 37C, selama 24 jam.

    Setelah 24 jam amati adanya perbedaan pertumbuhan koloni bakteri.

    Tugas mahasiswa :

    1. Lakukan langkah-langkah seperti petunjuk dan amati !

    2. Gambarlah alat dan media yang ada dalam demonstrasi (warna gambar sesuai dengan

    asli)!

    3. Buat laporan praktikum masing-masing kelompok satu laporan dengan ketentuan sebagai

    berikut :

    Ditulis di folio bergaris (tulis tangan)

    Terdiri dari :

    o Judul praktikum

    o Tujuan praktikum

    D C

    B A

    D C

    B A

  • o Dasar teori

    o Alat dan bahan

    o Hasil pengamatan

    o Pembahasan

    o Kesimpulan dan

    o Daftar pustaka

    Laporan dikumpulkan paling lambat seminggu setelah pelaksanaan praktikum