Ppt Blok 21-Gangren Diabetikum Et Causa Diabetes Melitus Tipe 2
Blok 4- Diabetes Melitus
-
Upload
ryan-gomez -
Category
Documents
-
view
258 -
download
2
description
Transcript of Blok 4- Diabetes Melitus
Tinjauan Pustaka
Penyakit Diabetes Melitus Akibat Mutasi Gen
Dianitha Pujantoro & Ega Farhatu Jannah
102012184
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Abstrak : Pada zaman modern ini banyak sekali mutasi gen yang terjadi pada makhluk
hidup. Mutasi gen tersebut tidak selalu merugikan akan tetapi ada juga yang menguntungkan.
Seperti halnya diabetes melitus. Penyakit tersebut ada karena adanya mutasi yang terjadi pada
saat sintesis protein yang menyebabkan insulin tidak dapat berjalan secara maksimal. Dalam
hal ini sintesis protein terdiri dari 2 tahap yaitu transkripsi dan juga translasi. Dalam sintesis
DNA terdapat tahap yang di namakan dengan replikasi. Dalam hal penyakit diabetes melitus
ini dapat di beri pengobatan menggunakan terapi gen yang sedang berkembang saat ini
seperti pemberian suntikan insulin terhadap penderita diabetes melitus tersebut.
Kata Kunci : DNA, diabetes melitus, sintesis protein, mutasi gen, terapi gen.
Abstract : At this modern day have many gene mutation in every life creature. Not always
damaged for the people. But, because of gene mutation made a new diseases like diabetic
mellitus. This disease can be turn up because the gene mutation in this synthesis protein and
make the insulin can not try to maximizing. At the protein synthetic have a two stage like a
transcription and translation. At the DNA synthetic have a one stage like a replication. In the
diabetic mellitus the medicine for that is gene therapy. The gene therapy like give a insulin
for the people who get the disease.
Key words : DNA, diabetic mellitus, protein synthetic, gene mutation, gene therapy.
Pendahuluan
Cakupan biologi molekuler begitu luas dan perkembangannya
begitu cepat, sehingga tidaklah mudah untuk memberikan gambaran
menyeluruh mengenai cabang ilmu ini dalam bentuk makalah singkat.
Biologi molekuler muncul sebagai kelanjutan dua cabang ilmu yang sudah
ada sebelumnya, yaitu genetika dan ilmu biokimia. Para pakar bersepakat
bahwa biologi molecular ditandai dengan penemuan struktur heliks ganda
DNA oleh Watson dan Crick pada tahun 1953. Penemuan ini didahului oleh
penemuan penting sebelumnya, antara lain penemuan gen oleh Mendel
(1853), pembuktian bahwa gen terdapat dalam kromosom oleh Morgan
(1910-1915), dan akhirnya penemuan bahwa gen adalah DNA oleh Avery,
Mcleod dan McCarty (1944). Salah satu fungsi DNA ini di ketahui
mengalami beberapa tahap untuk mensintesis protein. Di gen tersebut
berisi informasi genetik di dalam sel yang disebut genom. Genom sel
diorganisasi di dalam kromosom. Kromosom adalah suatu struktur yang
mengandung DNA, dimana DNA secara fisik membawa informasi
herediter. Kromosom mengandung gen. Gen adalah segmen dari DNA
(kecuali pada beberapa virus RNA), dimana gen mengkode protein. Pada
gen tersebut seringkali mengalami kelainan genetika yang membawa
dampak yang signifikan bagi makhluk hidup. Kelainan seperti ini
dinamakan dengan mutasi.
Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang
terjadi secara tiba-tiba, acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi
organisma hidup yang bersifat terwariskan (heritable). Istilah mutasi
pertama kali dipergunakan oleh Hugo de vries, untuk mengemukakan
adanya perubahan fenotip yang mendadak pada bunga oenothera
lamarckiana dan bersifat menurun. Kelainan pada genetika pada zaman modern ini
sangat sering di temui dengan frekuensi yang sangat sering. Kelainan genetik merupakan
penyimpangan dari sifat umum atau pun sifat rata-rata fenotip. Kelainan genetik merupakan
penyebab dari penyakit yang lazim seperti kecacatan dan kematian pada organisme makhluk
hidup. Penyakit genetik yang muncul karena tidak berfungsinya faktor genetik yang mengatur
struktur fungsi yang ada dalam tubuh manusia. Seperti ada penderita diabetes melitus hormon
insulin sering terdapat kerusakan. Dimana protein ini merupakan bentuk dari insulin. Dan
protein sendiri dapat mengalami yang namanya perubahan gen, karena protein ini merupakan
salah satu bagian dari pembawa kode genetik.
Pembahasan
Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah suatu kelainan yang di tandai oleh suatu peningkatan kadar
glukosa darah (hiperglikemia).1 Diabetes melitus sering disebut sebagai penyakit kencing
manis yang merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula
darah) melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200mg/dl,
dan kadar gula darah puasa diatas atau sama dengan 126mg/dl.1 Diabetes juga dapat terjadi
karena penurunan dalam kemampuan dalam tubuh untuk berespons terhadap insulin atau
penurunan dan tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh sel β pankreas. Dimana insulin
mempunyai peran utama mengatur kadar glukosa di dalam darah, sehingga kadar gula darah
meningkat dan dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada
penderita.1,2
Hormon Insulin
Bagian endokrin pankreas terdiri dari kelompok sel khusus yang disebut sebagai
pulau langerhans yang tersebar di seluruh pankreas.2 Didalam pulau terdapat salah satu sel β
pankreas yang mengeluarkan hormon insulin atau dapat dikatakan sebagi tempat yang
memproduksi hormon insulin. Insulin adalah pengatur pengiriman gula yang diperlukan sel-
sel tubuh sebagai sumber energi, dan umunya dibutuhkan dalam bentuk gula sederhana yang
dikenal sebagai glukosa atau gula darah. Bila pengatur tidak menjalakan peranan yang baik,
tubuh akan mengalami gangguan kemampuan menggunakan makanan yang dikonsumsi
sehari-hari.2 Tanpa insulin atau jumlah insulin yang tidak memadai, tubuh akan mengalami
masalah yang serius. Gula yang berlebihan ssebagai hasil dari pengambilan oleh sel yang
tidak dapat disimpan di jaringan otot, akan tertahan di dalam darah, sehingga terjadilah
kenaikan kadar gula darah.2 Biasanya tubuh bisa mengatur keseimbangan kadar gula darah
yang tidak terlalu jauh naik turunnya, karena dalam batas yang normal. Namun dapat terjadi
juga, ketika insulin tidak ada untuk menyeimbangkan kadar gula dalam tubuh, mungkin
terjadinya reseptor yang tidak dapat merespon atau tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
DNA (Deoxyribo Nucleic Acid)
DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) atau asam deoskribosa nukleat (ADN) merupakan
tempat penyimpanan informasi. Model molekul DNA di ketahui sebagai suatu unsur struktur
heliks beruntai ganda atau yang lebih di kenal dengan heliks ganda Watson-Crick.3 DNA
merupakan makromolekul polinukleotida yang tersusun atas polimer nukleotida yang
berulang-ulang, tersusun rangkap, membentuk DNA heliks ganda dan berpilin ke kanan.
Setiap nukleotida terdiri dari tiga gugus molekul seperti gula 5 karbon ( 2-deoksiribosa), basa
nitrogen yang teridi dari adenin (A) dan guanin (G) serta golongan pirimidin yaitu sitosin (C)
dan timin (T), serta gugus fosfat.3 Pada purin maupun pirimidin yang berkaitan dengan
deoksiribosa membentuk molekul yang di namakan nukleosida atau deoksiribonukleosida.
DNA tersusun dari ke empat monomer nukelotida. Keempat basa nitrogen nukleotida di
dalam DNA tidak berjumlah sama rata. Pada molekul DNA jumlah adenin (A) selalu sama
degan jumlah timin (T). Pada guanin (G) maka jumlah guanin akan sama dengan sitosin (C)
Fenomena ini di sebut dengan ketentuan Chargraff.3,4 Adenin adan timin akan membentuk
dua ikatan hidrogen dan guanin serta sitosin akan membentuk 3 ikatan hidrogen.
Gambar 1. Susunan basa nitrogen pada DNA.4
Stabilitas DNA heliks ganda oleh susunan basa dan ikatan hidrogen yang terbentuk sepanjang
rantai tersebut. Karena perubahan jumlah hidrogen maka ikatan C= G memerlukan tenaga
yang lebih besar untuk memisahkannya. DNA merupakan makromolekul yang struktur
primernya adalah polinukleotida rantai rangkap berpilin. Antara mononukleotida satu dengan
lainnya berhubungan secara kimia melalui ikatan fosfodiester. DNA heliks ganda yang
panjangnya juga memiliki suatu polaritas. Polaritas di sebabkan karena salah satu ujung
rantai DNA merupakan gugus fosfat dengan karbon 5’-deoksiribosa pada ujung terminal
nukleotidanya. Kemudian ujung rantai DNA lain merupakan gugus hidroksil dengan karbon
3’- deoksiribosa. Dengan demikian, rantai polinukleotida merupakan suatu polaritas. Polaritas
heliks ganda berlawanan orientasi satu sama lain. Kedua rantai polinukleotida DNA yang
membentuk heliks ganda berjajar secara anti paralel.4
RNA (Ribo Nucleic Acid)
RNA (Ribo Nucleic Acid) atau asam ribonukleat merupakan makromolekul yang
berfungsi sebagai penyimpan dan penyalur informasi genetik. RNA sebagai penyimpan
informasi genetik misalnya pada materi genetik virus, terutama golongan retrovirus. RNA
merupakan rantai tunggal polinukleotoda. Terdiri dari 3 gugus molekul yaitu 5 karbon
(ribosa), basa nitrogen yaitu purin (sama seperti DNA) dan golongan pirimidin yang berbeda
yaitu sitosin (C) dan urasil (U), dan juga gugus fosfat. Berdasarkan letak dan fungsinya, RNA
di bedakan menjadi mRNA (messenger RNA) atau RNAd (RNA duta), tRNA (transfer RNA)
dan mRNA (ribosomal RNA). RNAd merupakan RNA yang urutan basanya komplementer
(berpasangan) dengan urutan basa rantai DNA.4 RNAd berhubungan dengan panjang
pendeknya rangai polipeptida yang akan disusun. Urutan asam amino yang menyusun rantai
polipeptida itu sesuai dengan urutan kodon yang terdapat di dalam molekul RNAd yang
bersangkutan. RNAd bertindak sebagai pola cetakan polipeptida. RNAd membawa kode-
kode genetik komplemen dari DNA di inti sel menuju ribosom di sitoplasma. RNAd akan di
bentuk bila di perlukan dan setelah tugasnya selesai makan akan di hancurkan dalam plasma.
Gambar 2. Struktur RNAd5
Pada RNAt merupakan RNA yang membawa asam amino satu per satu ke ribosom. Pada
salah satu ujung RNAt mendapat tiga rangkaian basa pendek yang di sebut dengan
antikodon.6 Suatu asam amino yang melekat pada ujung RNAt terdapat tiga rangkaian basa
pendek yang di sebut antikodon. Suatu asam amino akan melekat pada ujung RNAt yan
berseberangan dengan ujung antikodon. Pelekatan ini merupakan cara berfungsinya RNAt,
yaitu membawa asam amino spesifik yang nantinya berguna dalam sintesis protein yaitu
pengurutan asam amino sesuai urutan kodonnya pada RNAD.
Gambar 3. Struktur RNAt6
Pada RNAr merupakan komponen struktural yang utama di dalam ribosom. Setiap subunit
ribosom terdiri dari 30%-46% molekul RNAr dan 70%-80 protein.
Gambar 4. Struktur RNAr6
Pada gen yang mengandung DNA dan RNA semua aktivitas sel di kendalikan oleh
aktivitas nukleus. Pengendalian ini berkaitan dengan aktivitas nukleus memproduksi protein,
dimana protein ini merupakan penyusun utama dari semua organel maupun penggandaan
kromosom. Co0ntoh protein yang di hasilkan seperti protein struktural yang di gunakan
sebagai penyusun membran sel dan protein fungsional yang di gunakan sebagai katalisator
untuk sintesis dalam sel.6 Dalam membentuk suatu protein di perlukan bahan dasar berupa
asam amino. Sintesis protein melibatkan DNA sebagai pembuat rantai polipeptida. Meskipun,
DNA tidak dapat secara langsung menyusun rantai polipeptida karena harus melalui RNA.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa DNA merupakan bahan informasi genetik yang dapat
di wariskan dari generasi yang dapat diwarisksn dari generasi ke generasi. Informasi yang di
kode di dalam gen di terjemahkan menjadi urutan asam amino selama sintesis protein.
informasi ditransfer secara akurat dari DNA melalui RNA untuk menghasilkan polipeptida
dari urutan asam amino yang spesifik. Suatu konsep dasar hereditas yang mampu menetukan
ciri spesifik suatu jenis makhluk menunjukkan adanya aliran informasi bahan genetik dari
DNA ke asam amino. Tahap pertama adalah proses transkripsi DNA menjadi DNAm. Tahap
kedua adalah proses translasi atau penerjemahan kode genetik pada RNAd menjadi urutan
asam amino. Tahap ini dapat di bilang sebagai dogma genetik.6,7
Gambar 5. Dogma genetik.7
Sintesis Protein
Pada sintesis protein di sebut dengan proses transkripsi dan translasi, di sintesis DNA
terdapat suatu proses yang di sebut dengan replikasi.7 Tahap replikasi sebelum sel membelah,
DNA harus direplikasi dalam fase S dari siklus sel. Proses replikasi melibatkan enzim
polymerase. Proses ini melibatkan pembukaan utas ganda DNA, sehingga memungkinkan
terjadinya perpasangan basa untuk membentuk utas baru. Pembentukan utas komplementer
terjadi melalui perpasangan basa antara A dengan T dan G dengan C. Dalam replikasi DNA,
setiap utas DNA lama berperan sebagai cetakan untuk membentuk DNA baru. Model DNA
Watson dan Crick menyatakan bahwa saat double heliks bereplikasi, masing-masing dari
kedua molekul anak akan mempunyai satu untai lama yang erasal dari satu molekul induk
dan satu untai yang baru.7 Model replikasi ini disebut model semikonservatif.7,8 Model
lainnya adalah model konservatif dimana molekul induk tetap dan molekul baru disintesis
sejak awal. Model ketiga disebut model dispersif yaitu bahwa keempat untai DNA, setelah
replikasi double heliks, mempunyai campuran antara DNA baru dan DNA lama. Pengujian
yang dilakukan oleh Meselson dan Stahl menunjukkan bahwa replikasi DNA terjadi secara
semikonservatif. Daerah penggandaan bergerak sepanjang DNA induk membentuk
replication fork. Pada daerah ini, kedua utas DNA yang baru, disintesis dengan bantuan
sekelompok enzim, salah satunya adalah DNA polimerase.7 Sintesis DNA tidaklah berjalan
secara kontinu pada kedua utas cetakan. Hal ini karena kedua utas DNA tersusun sejajar
berlawanan arah atau antiparalel. Maka utas DNA baru akan tumbuh dari 5′ - 3′ sedang yang
lainnya dari 3′ - 5′ pada cetakan. Sintesis dari 3′ - 5′ tidak mungkin dilakukan karena tidak
ada DNA polymerase untuk arah 3′ - 5′. Replikasi DNA pada cetakan 3′ - 5′ terjadi seutas
demi seutas dengan arah 5′ - 3′ yang berarti replikasi berjalan meninggalkan replication fork.
Utas-utas pendek tersebut kemudian dihubungkan oleh enzim ligase DNA. Dalam replikasi
DNA terdapat utas DNA yang disintesis secara kontinu yang terjadi pada cetakan 5′ - 3′. Utas
DNA yang disintesis secara kontinu ini disebut utas utama atau leading strand.7 Sedangkan
utas DNA baru yang disintesis pendek-pendek seutas-demi seutas disebut utas lambat atau
lagging strand. Utas-utas pendek atau fragmen-fragmen pendek yang terbentuk disebut
fragmen Okazaki. Sintesis pada leading strand memerlukan molekul primer pada permulaan
replikasi Setelah replication fork terbentuk, polymerase akan bekerja secara kontinu sampai
utas DNA baru selesai direplikasi. Pada sintesis lagging strand, diperlukan enzim lain
primase DNA. Setelah utas DNA terbuka untuk melakukan replikasi, dan setelah terbuka
pada lagging strand, utas harus dijaga agar tetap terbuka. Jadi dalam proses replikasi DNA
melibatkan beberapa protein baik berupa enzim maupun non-enzim yaitu seperti polimerase
DNA, ligase DNA, primase DNA, Helikasi DNA, dan single strand DNA-binding protein.7,8
Gambar 6. Replikasi DNA7
Setelah adanya replikasi maka sintesis protein di mulai dengan adanya tahap
transkripsi. Pada tahap transkripsi ini terjadi di dalam inti sel. DNA tetap berada di dalam
nukleus, sedangkan hasil transkripsinya di keluarkan dari nukleus menuju sitoplasma dan
melekat pada ribosom agar gen asli tetar terlindung dan sementara hasil kopinya di tugaskan
untuk melaksanakan pesan-pesan yang di kandungnya.8 Jika RNA rusak maka akan segera di
ganti dengan hasil kopian yang baru. Pada sel tumbuhan transkripsi terjadi di dalam matriks
pada mitokondria dan plastida. Pad proses transkripsi rantai DNA di gunakan untuk mencetak
rantai tunggal mRNA dengan bantuan enzim RNA polimerase. Enzim tersebut menempel
pada bagian yang dis ebut promoter yang terletak sebelum gen. Di awali dengan ikatan
hidrogen di bagian DNA yang akan di salin terbuka menyebabkan dua rantai DNA berpisah.
Salah satu DNA berfungsi sebagai pencetak atau sense, yang lain sebagai antisense. Pada
penetak yang memiliki urutan basa G-A-G-A-C-T maka RNAm hasil cetakannya C-U-C-U-
G-A maka RNAm C-U-C-U-G-A merupakan hasil kopian dari DNA C-T-C-T-G-A dan
merupakan komplemen dari pencetak. Transkripsi terdiri dari tiga tahap yaitu inisiasi
(permulaan), elongasi (perpanjangan) dan terminasi (pengakhiran) rantai RNA. Transripsi
mensintesis baik RNAd, RNAt maupun RNAr tetapi, basa nitrogen yang terdapat pada RNAd
yang pada akhirnya di terjemahkan menjadi asam amino. Pada tahap inisiasi (permulaan)
daerah dimana RNA polimerase melekat dan mengawali transkripsi yang disebut dengan
promoter. Tahap inisiasi terjadi karena adanya tiga komponen yaitu RNAm, RNAt dan dua
sub unit ribosom.8 Tahap inisiasi terjadi dengan RNAm dan RNAt yang memuat asam amino
pertama dari polipeptida dan dua sub unit ribosom. Tahap inisiasi terjadi dengan adanya
RNAm, sebuah RNAt yang memuat asam amino pertama dari polipeptida dan dua sub unit
ribosom. Dalam inisiasi ribosom membaca kodon pada RNAm. Pembacaan di lakukan untuk
setiap 3 urutan basa hingga selesai seluruhnya. Ribosom yang membaca tidak hanya satu
melainkan beberapa ribosom yang di kenal sebagai polisom membentuk rangkaian tusuk sate,
tusuknya adalah RNAm dan dagingnya adalah ribosom.8,9 Pembacaan kodon di lakukan
secara berurutan, ketika kodon I terbaca ribosom, RNAt yang membawa antikodon dan asam
amino maka RNAt masuk ke celah ribosom.
Setelah inisiasi maka di lanjutkan dengan tahap elongasi. Pada tahap ini asam amino
di tambahkan satu per satu di awali dari asam amino pertama (metionin). Ribosom akan
bergerak dan membaca kodon di sepanjang RNAm. Masing-masing kodon akan di
terjemahkan oleh RNAt yang membawa asam amino yang di kode oleh pasangan komplemen
antikodon RNAt. Di dalam ribosom, metionin yang pertama kali masuk di rangkaian dengan
asam amino yang di sampingnya membentuk dipeptida.9 Ribosom terus bergeser membaca
kodon berikutnya. Asam amino berikutnya di rangkaikan dengan dipeptida yang telah
terbentuk sehingga membentuk tripeptida. Proses pembacaan kode genetika itu berlangsung
di dalam ribosom yang di terjemahkan ke dalam bentuk asam amino dan di rangkai menjadi
polipeptida. Kodon RNAm pada ribosom membentuk ikatan hidrogen dengan antikodon
molekul RNAt yang baru masuk yang membawa asam amino yang tepat. Molekul RNAm
yang telah melepaskan asam amino akan kembali ke sitoplasma untuk mengulangi kembali
pengangkutan asam amino. Molekul RNAr dari sub unit ribosom besar berfungsi sebagai
enzim yaitu mengkatalisis pembentukan ikatan peptida yang menggabungkan polipeptida
yang memanjang ke asam amino yang baru. Pada tahap selanjutnya yaitu terminasi atau dapat
di sebut dengan tahap pengakhiran.10 Pada transkripsi ini berlangsung sampai RNA
polimerase yang mentranskripsi urutan DNA yang di sebut dengan terminator. Terminator
yang di transkripsi merupakan suatu urutan RNA yang berfungsi sebagai kodon terminasi
yang sesungguhnya. Pada sel prokariotik, transkripsi berhenti tepat pada akhir kodon
terminasi yaitu ketika polimerase mencapai titik terminasi sambil melepas RNA dan DNA.
Pada sel eukariotik, polimerase terus melewati sinyal terminasi, suatu urutan AAUAAA di
dalam RNAm. Pada titik yang jauh kira-kira 10 sampai 35 nukleotida RNAm di potong
hingga terlepas dari enzim tersebut.10 RNA polimerase mulai bergerak dari ujung 3’ ke ujung
5’. RNA yang terbentuk akan berarah dari 5’-3’. Pergerakan RNA polimerase akan berhenti
apabila menemui urutan basa yang sesuai dengan kodon berhenti dan ketika selesai maka
RNA polimerase akan lepas dari DNA.
Gambar 7. Proses transkripsi10
Dengan adanya transkripsi maka proses sintesis di lanjutkan dengan adanya
translasi.10 Pada tahap ini translasi merupakan proses penerjemahan kodon-kodon pada
mRNA menjadi polipeptida. Dalam proses translasi, kode genetic merupakan aturan yang
penting. Dalam kode genetik, urutan nukleotida mRNA dibawa dalam gugus tiga - tiga.
Setiap gugus tiga disebut kodon. Dalam translasi, kodon dikenali oleh lengan antikodon yang
terdapat pada tRNA. Mekanisme translasi adalah di mulai dengan Inisiasi. Proses ini dimulai
dari menempelnya ribosom sub unit kecil ke mRNA. Penempelan terjadi pada tempat tertentu
yaitu pada 5′-AGGAGGU-3′, sedangkan pada eukariot terjadi pada struktur tudung
(7mGpppNpN). Selanjutnya ribosom bergeser ke arah 3′ sampai bertemu dengan kodon
AUG. Kodon ini menjadi kodon awal.10 Asam amino yang dibawa oleh tRNA awal adalah
metionin. Metionin adalah asam amino yang disandi oleh AUG. Pada bakteri, metionin
diubah menjadi Nformil metionin. Struktur gabungan antara mRNA, ribosom sub unit kecil
dan tRNA-Nformil metionin disebut kompleks inisiasi. Pada eukariot, kompleks inisiasi
terbentuk dengan cara yang lebih rumit yang melibatkan banyak protein initiation factor.
Pada tahap kedua di sebut dengan tahap Elongation.10 Tahap selanjutnya adalah penempelan
sub unit besar pada sub unit kecil menghasilkan dua tempat yang terpisah . Tempat pertama
adalah tempat P (peptidil) yang ditempati oleh tRNA-Nformil metionin. Tempat kedua adalah
tempat A (aminoasil) yang terletak pada kodon ke dua dan kosong. Proses elongasi terjadi
saat tRNA dengan antikodon dan asam amino yang tepat masuk ke tempat A. Akibatnya
kedua tempat di ribosom terisi, lalu terjadi ikatan peptide antara kedua asam amino. Ikatan
tRNA dengan Nformil metionin lalu lepas, sehingga kedua asam amino yang berangkai
berada pada tempat A. Ribosom kemudian bergeser sehingga asam amino-asam amino-tRNA
berada pada tempat P dan tempat A menjadi kosong. Selanjutnya tRNA dengan antikodon
yang tepat dengan kodon ketiga akan masuk ke tempat A, dan proses berlanjut seperti
sebelumnya. Tahap ketiga adalah Terminasi. Proses translasi akan berhenti bila tempat A
bertemu kodon akhir yaitu UAA, UAG, UGA. Kodon-kodon ini tidak memiliki tRNA yang
membawa antikodon yang sesuai. Selanjutnya masuklah release factor (RF) ke tempat A dan
melepaska rantai polipeptida yang terbentuk dari tRNA yang terakhir. Kemudian ribosom
berubah menjadi sub unit kecil dan besar.10,11
Gambar 9. Tahap translasi10
Mutasi Genetik
Pada tahap sintesis ini dapat terjadi kesalahan yang di sebut sebagai mutasi. Mutasi
adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf
urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom.11 Mutasi pada tingkat
kromosomal biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah pada munculnya alel
baru dan menjadi dasar bagi kalangan pendukung evolusi mengenai munculnya variasi-
variasi baru pada spesies. Perubahan pada sekuens basa DNA akan menyebabkan perubahan
pada protein yang dikode oleh gen. Contohnya, bila gen yang mengkode suatu enzim
mengalami mutasi, maka enzim yang dikode oleh gen mutan tersebut akan menjadi inaktif
atau berkurang keaktifannya akibat perubahan sekuens asam amino. Namun mutasi dapat
pula menjadi menguntungkan bila enzim yang berubah oleh gen mutan tersebut justru
meningkat aktivitasnya dan menguntungkan bagi sel. Mutasi titik adalah sqlah satu mutasi
gen yang terjadi.11 Mutasi titik (point mutation) merupakan mutasi yang
melibatkan penggantian satu pasang basa (substitusi basa), di mana satu
basa pada satu sekuens DNA diganti dengan basa yang berbeda. Bila DNA
direplikasi maka hasilnya adalah substitusi pasangan basa. Mutasi ini dapat
menyebabkan beberapa hal tergantung dari letak mutasinya pada gen. Bila penggantian basa
berlangsung di dalam gen yang mengkode protein, maka mRNA yang ditranskripsi dari gen
akan membawa basa yang salah. Bila mRNA tersebut ditranslasi menjadi protein, maka
kesalahan basa tersebut dapat menyebabkan tidak terjadinya pembentukan protein, atau
terbentuknya protein abnormal, atau terbentuknya kodon nonsense (kodon STOP) yang
menghentikan sintesis lengkap protein fungsional dan dikenal sebagai nonsense mutation. 11,12
Terapi Gen
Terapi gen pertama kali di cetuskan pada awal 1970-am dengan adanya para ilmuwan
yang mengusulkan untuk melakukan terapi gen supaya mengobati penyakit warisan yang di
sebabkan oleh gen yang cacat.13 Pada tahun 1983 ilmuwan dari Bachelor College of Medicine
di Houston, Texas berpendapat bahwa terapi gen bisa menjadi obat untuk penyakit neurologis
yang langka. Yaitu Lesch-Nyhan. Para ilmuwan menyimpulkan sel-sel tersebut dapat di
suntikkan ke penderita Lesch-Nyhan. Sebagai ilmu genetika maju sepanjang tahun 1980,
terapi gen menjadi suatu pijakan yang didirikan di benak para ilmuwan medis sebagai
pendekatan layak untuk pengobatan untuk penyakit tertentu. Salah satu tujuan utama dalam
pertumbuhan terapi gen adalah meningkatnya kemampuan untuk mengidentifikasi kelainan
genetik yang menyebabkan penyakit warisan. 13,14 Pada penyakit diabetes melitus juga dapat
di berikan terapi gen berupa insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan
melalui suntikan denganjarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri sehingga
suntikan insulin yang di berikan dapat mengatur kadar glukosa dalam darah sehingga tidak
berlebihan.14
Kesimpulan
Pada kasus yang ada di ketahui wanita tersebut mengalami diabetes melitus
disebabkan reseptor insulin tidak dapat berfungsi dengan baik. Namun pada sel β pankreas
insulin tetap diproduksi, sehingga kadar gula dalam darah tidak dapat di kontrol dengan baik.
Reseptor yang tidak dapat berfungsi dengan baik ini, kemungkinan mengalami perubahan
gen, yaitu mutasi gen dan terjadinya DNA rekombinan. Seperti yang diketahui insulin
merupakan protein berupa asam amino. Asam-asam amino yang didapat karena adanya
sintesis protein. Dalam sintesis protein ada transkripsi dan translasi protein. Lalu pada proses
tersebut dapat terjadi salah pengkode-an genetik yang menyebabkan reseptor tersebut tidak
berfungsi dengan baik.
Daftar Pustaka
1. Misnadiarly. Diabetes melitus. Ed1. Jakarta: Pustaka Populer Obor;2006.h.10.
2. Baughman DC, Hackley DC. Keperawatan medikal bedah. Jakarta :EGC;2003.h.109.
3. Campbel, Reece, Mitchele. Biologi. Ed5. Jakarta : Erlangga; 2003.h.333-5
4. Klinis. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta : EGC;2007.h.81-9.
5. http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/14/mengenal-dna-dan-rna/ . Di akses pada
tanggal 25 Januari 2013.
6. Patria Y. Biologi : DNA dan RNA. Jakarta : Erlangga;2007.h.165-9.
7. Kuchel P, Ralston GB. Schaum’s easy outline : Biochemistry. Jakarta :
Erlangga;2006.h.14-9.
8. Arylina D, Muslim C, Manaf S, Endang. Biologi. Jakarta : Esis;2006.h 197-200
9. Sunarya Y, Setiabudi A. Mudah dan aktif belajar kimia. Jakarta : PT Setia Purna
Inves; 2007.h.233-6
10. Sudjadi. Bioteknologi kesehatan. Edisi pertama. Yogyakarta: Kanisius; 2008.h.43-5.
11. Ferdinand FP, Moekti W. Praktis belajar biologi. Jakarta: Visindo Media Perkasa;
2007.h.58-60.
12. Grffiths AJF, Miller JH, Suzuki DT. An inroduction to genetic analysis. 7th edition.
New York : W.H. Freeman;2003.
13. Brooker C. Ensiklopedia keperawatan. Jakarta : ECG; 2008.h.443.
14. Hoeben, R. C. Gene Therapy for Diabetic. Jakarta : Erlangga;2005.h.293-7.