blok 2 modul 2
-
Upload
melda-erivhani -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
description
Transcript of blok 2 modul 2
Makalah Problem Based Learning
Balita Gizi Buruk di Poyandu Melati
Ellen Sintia
102012028
Kelompok D3
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida, Jakarta
Alamat Korespondensi:
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telephone: (021) 5694-2061 (hunting),
Fax: (021) 563-1731
Pendahuluan
Saya mendapatkan skenario dimana dalam Posyandu Melati terdapat 8 orang balita yang
dilaporkan sebagai BGM dan mendapatkan pemberian PMT pemulihan. Salah satu kadernya
berjanji akan segera mengatasi masalah ini dengan bekerja sama dengan sektor lain yang
terkait. Dapat dilihat dari skenario tersebut bahwa pemerintahan masih kesulitan untuk
mengatasi masalah gizi buruk yang menimpa balita-balita yang berada di Indonesia. Hampir
disetiap provinsi di Indonesia terdapat balita-balita yang mengalami gizi buruk terutama
balita yang tinggal di luar pulau Jawa atau jauh dari pemerintahan pusat pastinya lebih
banyak lagi balita yang mengalami gizi buruk. Gizi buruk terjadi karena banyaknya faktor
yang mengakibatkan terjadinya gizi buruk seperti faktor ekonomi, sosial, pendidikan, dan
masih banyak yang lainnya. Ketidakmengertian orangtua akan konsep sehat dan sakit
menjadi masalah penting dalam kasus ini, serta perlunya promosi kesehatan kepada para
orang tua tersebut.
Gizi buruk
Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa
diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat
ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang
terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan asupan protein,
energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun berlebih sehingga
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Seseorang dapat terkena gizi buruk dalam
jangka panjang ataupun pendek dengan kondisi yang ringan ataupun berat. Gizi buruk dapat
mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Orang yang menderita gizi buruk akan mudah
untuk terkena penyakit atau bahkan meninggal dunia akibat efek sampingnya. Anak-anak
yang menderita gizi buruk juga akan terganggu pertumbuhannya, biasanya mereka tidak
tumbuh seperti seharusnya (kerdil) dengan berat badan di bawah normal.1
Gizi buruk merupakan keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat
kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama.
Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan/atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala karena kekurangan protein (marasmus), kekurangan
karbohidrat atau kalori (kwashiorkor) atau kekurangan kedua-duanya (marasmik
kwashiorkor).
Maramus ditandai dengan anak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cenggeng dan rewel,
rambut tipis jarng kusam, kulit keriput, tulang iga tampak jelas, pantat kendur dan keriput,
perut cekung. Kwashior ditandai dengan wajah bulat dan sembab, cengeng dan rewel, apatis,
rambut tipis, warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit, kedua punggung kaki
bengkak, bercak merah kehitaman di tungkai atau pantat. Sedangkan marasmik-kwashior
merupakan gabungan marasmus dan kwashior : sangat kurus, rambut jagung dan mudah
rontok perut buncit, punggung kaki bengkak, dan cengeng.2 Dapat dilihat pada gambar 1.
sumber : tanyadok.com
Gambar 1. Bayi Gizi Buruk Normal, Kwashiorkor, dan Marasmus
Hingga kini Indonesia masuk dalam lima besar untuk kasus gizi buruk. Untuk menanggulangi
masalah tersebut kementerian kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp700
miliar per tahunnya.3 Mulai tahun 2005 sampai tahun 2010 angka kejadian gizi buruk sempat
mengalamu penurunan tapi naik lagi pada tahun 2009 lalu turun kembali pada tahun 2010,
dapat kita lihat pada Gambar 2.
sumber : gizi.depkes.co.id
Gambar 2. Data Kasus Gizi Buruk Tahunan Berdasakan Laporan Dinkes Provinsi
Menurut Tahun
Konsep sehat sakit
Definisi sehat
Sehat ditinjau berdasarkan sudut pandang yang berbeda yaitu sehat dipandang dari sudut fisik
secara individu yang berarti seseorang dikatakan sehat apabila semua organ tubuh dapat
berfungsi dalam batas-batas normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin, dan dipandang
dari sudut ekologi yang berarti proses penyesuaian antara individu dengan lingkungannya.
Proses penyesuaian berjalan terus menerus dan berubah-ubah untuk mempertahankan
kesehatannya orang dituntut untuk meyesuaikan diri dengan lingkungan.4
Menurut WHO, definisi kesehatan secara luas tidak hanya meliputi aspek medis tetapi juga
aspek mental dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan
kelemahan. Dalam UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, kesehatan didefinisikan secara lebih
kompleks sebagai keadaan, sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Tidak hanya terbebas dari gangguan secara
fisik, mental dan sosial tetapi kesehatan dipandang sebagai alat atau sarana untuk hidup
secara produktif.5
Sakit pula berlawanan dengan sehat. Seorang yang tidak sehat sama ada dari segi fisik atau
mental dikatakan sakit.6 Kesehatan seseorang itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut
Gordon, kesehatan dipengaruhi oleh pejamu(host), bibit penyakit(agent) dan
lingkungan(environment). Menurut Blum pula, kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan,
genetika, pelayanan kesehatan dan perilaku.
Faktor-faktor mempengaruhi kesehatan:
1. Lingkungan
Lingkungan(environment) adalah segala yang berada di sekitar . Lingkungan terbagi kepada
fisik, biologis dan sosial. Lingkungan fisik meliputi air, tanah dan udara. Lingkungan biologis
pula meliputi mahkluk-makhluk hidup di sekitar termasuklah microorganisme.
2. Perilaku
Perilaku adalah tindakan seseorang. Perilaku yang sehat dan bersih adalah tindakan oleh
individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan norma-norma kesehatan yang
membolehkan derajat kesehatan yang optimal. Budaya hidup yang sehat dan bersih untuk
perorangan atau keluarga atau kelompok dan masyarakat umum memberi dampak bermakna
pada derajat kesehatan.
3. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan hendaklah diberi secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Bentuk kewenangan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah pada saat desentralisasi
sekarang ini salah satu diantaranya adalah kewenangan dalam bidang kesehatan, perwujudan
akan kualitas pelayanan yang bermutu menjadi tantangan bagi pemerintah daerah untuk dapat
mewujudkannya.
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit
Host
Host atau pejamu merupakan subjek dari pelayanan kesehatan, dalam kasus ini balita yang
mempunyai laporan BMG dan mendapatkan PMT. Berdasarkan kasus yang terjadi dalam
skenario sebelumnya, posyandu berjanji akan segera mengatasi masalah gizi buruk yang
terjadi. Ada banyak aspek yang diduga bisa mempengaruhi hal tersebut, dan aspek-aspek
tersebut akan dibahas satu persatu, yaitu : ekonomi, faktor ekonomi sangat mempengaruhi
kelangsungan hidup manusia. Ekonomi yang sulit, pekerjaan, dan penghasilan yang tak
mencukupi, dan mahalnya harga bahan makanan membuat orang tua mengalami kesulitan
untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Padahal, usia 1-3 tahun merupakan masa kritis bagi
anak untuk mengalami masalah gizi buruk. Pendidikan, orang tua seharusnya menyadari
pentingnya memenuhi kebutuhan akan kecukupan gizi anak. Namun tingkat pendidikan yang
rendah membuat orangtua tidak mampu menyediakan asupan yang bergizi bagi anak-anak
mereka. Ketidaktahuan akan manfaat pemberian gizi yang cukup pada anak membuat
orangtua cenderung menganggap gizi bukan hal yang penting. Jenis kelamin, pada
umumnya balita berjenis kelamin laki-laki membutuhkan lebih banyak asupan gizi dibanding
dengan balita yang berjenis kelamin perempuan karena kegiatan balita laki-laki biasanya
lebih banyak dibanding dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh balita perempuan. Status
perkawinan, seorang ibu yang sudah bercerai pastinya akan lebih kesulitan dalam masalah
ekonomi dan akhirnya akan berdampak pada makanan anak yang tidak mendapatkan gizi
seimbang sehingga mengalami gizi buruk, begitu pula dengan seorang ayah yang telah
bercerai pastinya akan kesulitan mengurusi anaknya, yang ia pikirkan hanya anaknya
kenyang tanpa memikirkan apa manfaat dari makanan yang telah dimakan oleh anak-
anaknya.
Agent
Agent merupakan penyebab penyakit dalam kasus ini agent adalah penyebab dari gizi buruk.
Agent dibagi menjadi dua yaitu biotis dan abiotis.
Agent biotis , merupakan penyakit yang menyebabkan infeksi, dalam kasus ini agent
bioatisnya adalah rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat
makanan secara baik.
Agent abiotis, merupakan penyebab dari benda-benda yang tak hidup seperti faktor nutrisi,
kimia,fisik dan mekanis. Dalam kasus gizi buruk dari faktor nutrisi adalah terbatasnya jumlah
makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan
karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan. Lingkungan
Lingkungan yang baik pastinya akan mengakibatkan minimnya penyakit yang akan terjadi,
faktor lingkungan dibagi kedalam 3 jenis yaitu lingkungan fisik, biologis, dan sosial.
Lingkungan fisik, keadaan di sekitar tempat hidup yang akan berdampak secara langsung
ataupun tidak langsung pada individu. Lingkungan rumah yang kotor dapat berdampak pada
status gizi seseorang karena dalam lingkungan rumah yang kotor akan timbul banyak
penyakit yang akhirnya berdampak pada individu yang tinggal di tempat tersebut.
Lingkungan biologis, keadaan dari makhluk hidup lain yang berada dalam lingkungan tempat
tinggal. Hal ini masih berkaitan dengan lingkungan fisik dari lingkungan fisik yang tidak
bersih maka akan mengakibatkan banyak makhluk hidup lain yang menderita penyakit
(lingkungan biologis) dan akhirnya akan berdampak pada status gizi pada balita.
Lingkungan sosial, keadaan antara individu dengan individu lainnya. Lingkungan sosial
sangat berpengaruh dalam status gizi balita, dari salah satu orang yang mengatakan tidak
pentingnya makanan apa yang dimakan oleh sang anak asalkan enak dan mengeyangkan itu
baik tanpa memikirkan aspek gizi yang terkadung dalam makanan tersebut.
Paradigma sehat
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang
bersifat holistik dan melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang
bersifat lintas sektor, upayanya lebih diarahkan pada penigkatan, pemeliharaan, dan
perlindungan kesehatan, bukan hanya menyembuhkan orang sakit atau pemulihan kesehatan.
Adapula perubahan paradigma yaitu: paradigma sakit yang mengupayakan orang sakit
menjadi sehat, paradigma sehat yang mengupayakan orang sehat tetap sehat, dan paradigma
sehat mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif
dan rehalibitatif.7
Promotif
Upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan status/ derajad kesehatan yang
optimal. Sasarannya adalah kelompok orang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar
masyarakat mampu meningkatkan kesehatannya, kelompok orang sehat meningkat dan
kelompok orang sakit menurun. Bentuk kegiatannya adalah pendidikan kesehatan tentang
cara memelihara kesehatan.
Preventif
Upaya promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit. Sasarannya adalah kelompok
orang resiko tinggi. Tujuannya untuk mencegah kelompok resiko tinggi agar tidak jatuh/
menjadi sakit (primary prevention). Bentuk kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaan
antenatal care, postnatal care, perinatal dan neonatal.
Kuratif
Upaya promosi kesehatan untuk mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan.
Sasarannya adalah kelompok orang sakit (pasien) terutama penyakit kronis. Tujuannya
kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak lebih parah (secondary prevention).
Bentuk kegiatannya adalah pengobatan
Rehalibitatif
Upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi/ mencegah kecacatan.
Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah
pemulihan dan pencegahan kecacatan (tertiary prevention).
Posyandu
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan
masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak
dini. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan
keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan
yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari
petugas kesehatan.
Pengertian Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan
keluarga. Mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
Yang dimaksud dengan nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini
yaitu dalam peningkat mutu manusia masa yang akan datang dan akibat dari proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 intervensi yaitu : 8
1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga
kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.
2. Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk membina
tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap
menjadi tenaga kerja tangguh.
3. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk memberikan
kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara.
Posyandu dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Bersama: Mendagri/Menkes/BKKBN.
Masing-masing No.23 tahun 1985. 21/Men.Kes/Inst.B./IV 1985, 1I2/HK-011/ A/1985
tentang penyelenggaraan Posyandu yaitu :
1. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyelenggarakan Posyandu dalam
lingkup LKMD dan PKK.
2. Mengembangkan peran serta masyarakat dalarn meningkatkan fungsi Posyandu serta
meningkatkan peran serta masyarakat dalam program – program pembangunan
masyarakat desa
3. Meningkatkan fungsi dan peranan LKMD PKK dan mengutamakan peranan kader
pembangunan.
4. Melaksanakan pembentukan Posyandu di wilayah/di daerah masing-masing dari
melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk Depkes dan BKKBN.
5. Undang-undang no. 23 tahun 1992 pasal 66 , dana sehat sebagai cara penyelenggaraan dan
pengelolaan pemeliharaan kesehatan secara paripurna.
Program Posyandu
1. Pelayanan pada hari terbuka, dilaksanakan dengan menggunakna 5 tahapan layanan
yang biasa disebut sistem 5 meja. Tanpa mengurangi arti kelompok sasaran yang
selama ini dilayani, yakni 3 (tiga) kelompok rawan yaitu Baduta, Balita, Ibu hamil
dan Ibu menyusui, namun dengan mempertimbangkan terhadap urgensi adanya
gangguan gizi yang cukup bermakna yang pada umumnya melanda anak-anak Bawah
Dua Tahun (Baduta) yang bila tidak diatasi dapat menimbulkan gangguan yang tetap,
maka diberikan perhatian khusus bagi Baduta agar dapat tercakup dalam pemantauan
pertumbuhan dan pelayanan Posyandu.8
2. Pelayanan yang minimal perlu diberikan kepada anak (balita dan baduta), adalah :
1. Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus diberikan
secara khusus terhadap anak yang selama 3 kali penimbangan pertumbuhannya
tidak cukup naik sesuai umurnya (lebih rendah dari 200 gram/bulan) dan anak
yang pertumbuhannya berada di bawah garis merah KMS.
2. Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Vit.A dua kali setahun.
3. Pemberian PMT untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya (kurang dari 200
gram/bulan) dan anak yang berat badanya berada dibawah garis merah KMS.
4. Memantau atau melakukan pelayanan Imunisasi dan tanda-tanda lumpuh layuh.
5. Memantau kejadian ISPA dan Diare, serta melakukan rujukan bila diperlukan.
3. Paket Pelayanan Pengembangan atau pilihan, adalah paket layanan yang dapat
ditambahkan atau dikembangkan bagi Posyandu yang telah mapan. Paket kegiatan
pilihan ini merupakan perluasan kegiatan Posyandu yang disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat/kelompok sasaran di daerah, yang meliputi tambahan berbagai
program, antara lain :
1. Program Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang diintegrasikan Dengan
Program Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain lainnya
2. Program Dana Sehat/atau JPKM dan sejenisnya, seperti TABULIN, TABUMAS
dan sebagainya.
3. Program Penyuluhan Penanggulangan penyakit endemis setempat seperti
malaria, demam berdarah dengue (DBD), gondok endemic dan lain-lain.
4. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLB).
5. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
6. Program Diversifikasi Pertanian Tanaman Pamngan.
7. Program sarana air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) dan perbaikan
lingkungan pemukiman
8. Pemanfaatan pekarangan.
9. Kegiatan ekonomis produktif, seperti usaha simpan pinjam dan lain-lain.
10. Dan kegiatan lainnya seperti : TPA, Pengajian, Taman Bermain, Arisan, Peragaan
Teknologi Tepat Guna dan sejenisnya.8
4. Pelayanan Ibu Hamil dan Ibu menyusui, bagi ibu hamil dan menyusui, pelyanan
diberikan oleh tenaga kesehatan baik oleh Bidan Desa maupun tenaga Kesahatan dari
Puskesmas di Meja V saat Posyandu buka berupa :
1. Ibu hamil
1. Pemeriksaan kehamilan
2. Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang mengalami KEK
3. Pemberian tablet tanbah darah
4. Penyuluhan gizi dan kesehatan reproduksi
5. Pemeriksaan kehamilan
2. Ibu menyusui
1. Pemberian vitamin A
2. Pemberian makanan tambahan
3. Pelayanan nifas dan pemberian tablet tambah darah
4. Penyuluhan tentang pemenuhan gizi selama menyusui, pemberian ASI
eksklusif, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir
5. Pelayanan KB.8
Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah ditangani oleh masyarakat dan
ditentukan sendiri. Dengan demikian kegiatan posyandu dapat dilaksanakan dipos pelayanan
yang sudah ada, rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan RK/RT atau ditempatkan
khusus dibangun masyarakat. Penyelenggaraan posyandu dilakukan dengan “pola lima meja”
sebagaimana diuraikan dalam tabel 1.9,10
Tabel 1. Tahapan Kegiatan di Posyandu
MEJA KEGIATAN PERAN KADER
I Pendaftaran Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu
II PenimbanganMelaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke posyandu.
III Pengisian KMS Mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA
Mengisi buku register posyandu
IV Penyuluhan Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan
V Pelayanan kesehatan Memberikan pelayanan KB sesuai kewenangan misal: memberikan vitamin A, zat besi (Fe), oralit, pil KB, kondom
Sumber: Depkes, 2006
Kesimpulan
Gizi buruk yang terjadi di Posyandu Melati disebabkan oleh banyak aspek seperti tidak
pedulian orangtua akan gizi makanan anak, ekonomi , jenis kelamin anak , serta faktor
pendidikan orangtua dan keadaaan lingkungan tempat tinggal. Untuk menanggulanginya
harus adanya promosi kesehatan dan tindakan preventif dari pemerintah serta penigkatan
pelayanan Posyandu supaya semakin menurunnya tigkat balita yang mengalami gizi buruk
khususnya di daerah Posyandu Melati.
Daftar Pustaka
1. Bekti. Kenali tanda dan gejala gizi buruk. 30 oktober 2009. Diunduh dari
http://medicastore.com/artikel/284/Kenali_Tanda_dan_Gejala_Gizi_Buruk.html. 19
November 2012
2. Sudayasa P. Penjelasan singkat kasus balita gizi buruk. 19 januari 2012. diunduh dari
http://dinkesdki.com. 20 november 2012
3. Indriani R. Kasus gizi buruk Indonesia, masuk lima besar. Berita Satu 28 Januari 2012
4. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas.Ed.1. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EKG. 2006.h.5
5. Maulana D.J. Promosi kesehatan. Ed 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EKG.
2007.h.4-5
6. Definition sick;2009. Diunduh dari http://dictionary.cambridge.org. 1 Desember 2009
7. Suparyanto. Paradigma sehat menuju Indonesia sehat 2012. Jakarta ; 2009
8. Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Republik Indonesia. Panduan
penggunaan KMS balita. Edisi 20 Juni 2001. Diunduh dari http://www.gizi.net, 03
Desember 2010.
9. Sembiring N. Posyandu sebagai saran peran serta masyarakat dalam usaha
peningkatan kesehatan masyarakat. USU Digital library. 2004.
10. Zulfikhi. Posyandu dan kader kesehatan. USU Digital Library. 2003.h.2-3