blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2014/10/pathogen-benih.docx · Web viewUNIVERSITAS BRAWIJAYA...
Transcript of blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2014/10/pathogen-benih.docx · Web viewUNIVERSITAS BRAWIJAYA...
KUMPULAN LAPORAN
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH (HPT)
NAMA : AYU APRI LELI EMI
NIM : 125040201111123
KELOMPOK : KAMIS, 11.00-12.40 WIB
ASISTEN : KAMELLA ENDRAS P.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
LAPORAN
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH (HPT)
“PATHOGEN BENIH”
NAMA : AYU APRI LELI EMI
NIM : 125040201111123
KELOMPOK : KAMIS, 11.00-12.40 WIB
ASISTEN : KAMELLA ENDRAS P.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bahwa benih adalah awal mula dari kehidupan,
termasuk dalam pertanian, benih menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan
karena benih yang sehat merupakan salah satu indikasi bahwa benih tersebut akan
menjadi tanaman yang tumbuh dan berkembang dengan baik. Syarat benih yang
baik dapat dilihat dair kondisi fisik, fisiologis, genetik dan biologi.
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman,
artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan
tersedia harus bermutu tinggi agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu
berproduksi maksimal. Mutu benih mencakup tiga aspek yaitu mutu genetik, yaitu
aspek mutu benih yang ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah
ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan,
identitas benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi
juga fenotipe tanaman, mutu fisiologi, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan
oleh viabilitas benih meliputi daya berkecambah/daya tumbuh dan vigor benih,
serta mutu fisik, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh tingkat kebersihan,
keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih lain atau
gulma, dan kadar air.
Penyakit benih (Seed Pathology) merupakan penyakit penting pada berbagai
komoditas pertanian. Penyakit benih ini dapat menyebabkan kerusakan dalam
bentuk perubahan warna, bentuk, nekrose, penurunan daya kecambah, dan
mengurangi nilai biji (benih). Kehilangan hasil yang disebabkan penyakit benih
mencapai lebih dari 5 persen, dan infeksinya dapat mencapai 50%. Penyebab
utama kerusakan pada benih adalah jamur, bakteri, dan virus (patogen). Benih
dapat diserang patogen sebelum benih berkecambah (pre emergence damping off),
sedang apabila menyerang setelah muncul kecambah disebut post emergence
damping off. Bentuk kerusakan karena serangan patogen sangat bervariasi,
tergantung macam patogen, benih dan faktor lingkungan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini tentang penyakit benih adalah untuk
mengetahui macam-macam pathogen yang terdapat pada benih dengan
menggunakan metode kertas sebagai evaluasi uji kesehatan benih.
1.3. Manfaat
Dapat mengidentifikasi macam-macam pathogen pada benih dan mengetahui
serangan ataupun gejala yang ditimbulkan dari pathogen tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Penyakit Benih
Seed Pathology is process in which certain parts of the organismis
notable to function normally as well as possible because of the existence of
anuisance (Martoredjo, 1984).
Suatu proses dimana bagian-bagian tertentu dari organisme tidak dapat
menjalankan fungsinya secara normal dengan sebaik-baiknya karena
adanya suatu gangguan.
Disease seed (Seed Pathology) is an important disease in various
agricultural commodities caused by fungi, bacteria and viruses (Justice,
2002).
Penyakit benih (Seed Pathology) merupakan penyakit penting pada
berbagai komoditas pertanian yang disebabkan oleh jamur, bakteri dan
virus.
Seed disease is a physiological disorder caused by the seed pathogen
infection either bacterial, fungi or viruses (Rahayu, 1999).
Penyakit benih adalah gangguan fisiologis pada benih yang disebabkan
oleh infeksi patogen baik bakteri, jamur maupun virus.
2.2. Macam-Macam Penyakit Benih (Contoh dan Gambar Literatur)
a. Cendawan
. Infeksi cendawan pada benih dapat menyebabkan kehilangan viabilitas,
peningkatan asam lemak bebas, penurunan kadar gula, menimbulkan bau apek
dan perubahan warna (Justice at al, 2002).
Gambar 1. Cendawan (Copeland , 1995)
b. Bakteri
. Bakteri yang menginfeksi benih biasanya sangat tahan terhadap
kekeringan. Bakteri ini terdapat pada bagian hilum atau pada bercak – bercak
yang di permukaan kulit benih. Bakteri yang ditularkan melalui benih adalah
tergolong dalam genus Cory-nebacterium, Pseudomonas, dan Xanthomonas.
Keberadaan suatu patogen seringkali baru dapat diketahui dengan pasti setelah
melalui teknik pemeriksaan atau pengujian tertentu (Sutopo, 2002).
Gambar 2. Bakteri (Copeland , 1995)
c. Virus
. Virus yang menginfeksi benih biasanya ditularkan oleh tanaman induk.
Dengan demikian virus tersebut terdapat dalam jaringan benih (Kaiser , 1997).
Gambar 3. Virus (Copeland , 1995)
d. Nematoda
. Nematoda tercampur ke dalam benih bersama – sama dengan kotoran yang
ikut terbawa pada waktu benih tersebut menjalani prosesing. Kebanyakan
patogen yang terbawa benih menjadi aktif segera setelah benih disebar atau
disemaikan. Sebagai akibatnya benih menjadi damping off sebelum atau
sesudah benih berkecambah (Sudradjat , 2000).
Gambar 4. Nematoda (Copeland , 1995)
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum di lakukan pada hari Kamis jam 11.00-12.40 WIB di Laboratorium
Nematoda Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
a. Cawan petri : sebagai tempat meletakkan benih kemudian di
oven
b. Germinator : sebagai alat untuk menginkubasi benih
c. Pinset : untuk mengambil bahan perlakuan yakni benih
d. Kertas : untuk media perlakuan
e. Plastik wrap : untuk melilit cawan agar kedap udara
f. Gunting : untuk memotong kertas
Bahan
a. Air : untuk mencuci alat serta untuk membasahi kertas
b. Alkohol : untuk mensterilkan alat-alat praktikum
c. Benih kedelai : sebagai bahan perlakuan
d. Benih jagung kadarluasa : sebagai bahan perlakuan
3.3 Cara Kerja (Diagram Alir)
3.4 Analisa Perlakuan
Pada praktikum yang telah dilakukan, pada pengamatan penyakit benih
dilakukan untuk melihat kontaminasi yang mungkin terjadi pada benih, dimana
praktikum kali ini menggunakan bahan perlakuan yakni benih kedelai dan jagung
kadaluarsa. Pertama-tama yakni mencuci semua alat yang digunakan untuk
praktikum yang bertujuan untuk meminimalisir kontaminasi jamur maupun
bakteri. Selanjutnya kertas buram yang telah disiapkan dipotong sesuai ukuran
petri kemudian diletakkan pada petri dan dilembabkan. Benih yang telah
disiapkan diletakkan diatas kertas kemudian petri ditutup. Jika sudah petri di wrap
agar kedap udara sehingga kontaminasi minimalisir dapat dicegah. Inkubasi
selama seminggu dan diamatai di bawah mikroskop.
Cuci bersih cawan petri dari kotoran yang akan digunakan dengan air kemudian bilas dengan alkohol
Siapkan alat dan bahan
Potong kertas melingkar sesuai dengan ukuran cawan petri
Letakkan kertas pada cawan petri, lembabkan dan dilanjutkan dengan peletakan benih sampel
Tutup cawan petri kemudian rekatkan dengan plastik wrap
Inkubasi selama 7 hari
Amati dibawah mikroskop
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil (Berupa tabel dan grafik)
Tabel Pengamatan.
No Perlakuan Pathogen
yang
ditemukan
Dokumentasi Keterangan
1. Benih kedelai
baru
Cendawan
(jamur)
yang
mengkonta-
minasi
benih
Gejala ditandai
dengan adanya
kumpulan
miselia yang
menyelimuti
biji
2. Benih jagung
kadalaluarsa
Cendawan
(jamur)
yang
mengkonta-
minasi
benih
Gejala ditandai
dengan adanya
kumpulan
miselia yang
menyelimuti
biji
4.2 Pembahasan Praktikum (dibandingkan dengan literatur)
Praktikum kali ini menggunakan benih kedelai sehat dan benih jagung
kadaluarsa. Pada benih kedelai sehat dan jagung kadaluarsa tingkat infeksi jamur
yang terjadi cukup tinggi karena hampir seluruh permukaan biji diselimuti jamur
dan pada kertas juga terdapat banyak bercak-bercak hifa yang menempel.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pakki (2001), bahwa kadar air yang tinggi
menyebabkan kelembaban tinggi, dan kelembaban tinggi memicu terjadinya
serangan jamur dan dilaporkan oleh banyak negara menjadi kendala utama dalam
mepenurunan kualitas biji-bijian sebagai bahan pangan dan pakan. Dilaporkan
bahwa dari 33 spesies yang ditemukan, A. flavus dan A. Frasicitus merupakan
cendawan yang mempunyai kesamaan yang erat yang meninfeksi biji-bijian, dan
A. flafus teridentifiksi menjadi penyakit penting yang menginfeksi benih kedelai.
Sedangkan pada benih jagung cendawan yang menginfeksi tidak dapat
diidentifikasi karena gambar yang kurang jelas dan literatur yang kurang
memadai.
4.3 Pembahasan Soal
1. Iya, jenis pathogen yang ditemukan pada benih kedelai baru dan benih jagung
kadaluarsa adalah cendawan (jamur) dilihat dari adanya miselium, menurut
Pakki (2006), patogen utama yang menginfeksi benih kedelai adalah patogen
dari spesies Aspergillus flafus dengan ciri miselia berwarna agak coklat.
Menurut kelas E2 yang sama-sama mengamati benih kedelai baru dan benih
jagung patogen yang menyerang kedua benih tersebut adalah patogen dari
jenis cendawan (jamur) namun kelas E2 tidak mengetahui nama spesies
cendawan tersebut.
2. Iya, dampak yang ditimbulkan oleh patogen benih tersebut adalah penutrunan
kualitas benih karena permukaan benih terkena kontaminasi miselium dari
cendawan tersebut.
3. Patogen tersebut dapat menginfeksi benih yang disimpan kemungkinan
disebabkan kontaminasi pada saat pemanenan atau dapat juga berasal dari
dalam tanaman itu sendiri (patogen telah menginfeksi tanaman inang benih
yang dipanen).
4. Upaya pengndaliannya dapat dilakukan dengan melakukan pengawasan dari
awal saaat penanaman benih lalu intuk menghindari kontaminasi dari luar
benih dapat diberi bahan kimia seperti fungisida untuk menghindarkan
serangan patogen dan memperpanjang umur simpa benih.
V. PENUTUP
V.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan patogen benih benih kedelai baru dengan
benih jagung kadaluarsa dapat disimpulkan bahwa setiap benih yang disimpan
memiliki kemungkinan besar terserang patogen baik dari dalam (terinfeksi)
maupun dari luar (terkontaminasi) dengan patogen yang memiliki ciri-ciri
tertentu. Serangan pathogen dapat berampak pada penurunan mutu benih
sehingga diperlukan perlakuan khusus pada saat sebelum penyimpanan dan
pada saat proses penyimpanan agar benih terjaga kemurniannya.
V.2Saran (Asisten dan Praktikum)
Asisten
Dalam menyampaikan materi sudah cukup baik, lebih baik lagi buat
kedepannya.
Praktikum
Laboratorium penataannya sempel praktikum lebih bai lagi agar tidak
terjadi tertukar hasil praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Bonner, F.T., J.A. Vozzo, W.W. Elam dan S.B.Jr. Land. 1994. Southern Forest
Experiment Station. USDA. Tree Seed Technology Training Course.
Instructors Manual.
Copeland , L.O. and M.B. McDonald. 1995. Principles of Seed Science and
Technology. Chapman and Hall Press. New York. 409 p.
Guimaraes, F.M., I.C.B. Fonseca, M. Brossard, C.M.R. Portella, Osmar, R. Brito,
and. J.C. Ritchie. 2008. Monitoring changes in the chemical properties of
an Oxisol under long-term no -tillage management in subtropical Brazil.
Soil Sci.173(6):408-416.
Justice, O.l. dan L.N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. PT
Radja Persada: Jakarta.
Kartaspoetra., A.G. 1991. Hama Hasil Tanaman dalam Gudang. PT. Prince Cipta.
Jakarta.
Kaiser, A., J. Colles, J. Lawson, and C. Nicholls. 1997. Australian
Maize.Kondinin Group. 144 p.
Martoredjo, T. 1984. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian dari
Perlindungan Tanaman. Andi Offset: Yogyakarta.
Michelle M. Cram and Stephen W. Fraedrich. 2009. Seed Diseases and Seedborne
Pathogens of North America. Georgia: Plant pathologist, Forest Service,
Forest Health Protection, Athens, Georgia;
Mycock, D.J. dan P. Berjak. 1990. Phytophylactica 22 : 413 - 418. Fungal
Contaminants Associated with Several Homoiohydrous (Recalcitrant) seed
species.
Pitt, J.I. dan A.D. Hocking. 1997. . Blackie Academic and Professional, London.
Fungi and Food Spoilage.
Rahayu, S. 1999. Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia, Gejala Penyebab dan
Teknik Pengendaliannya. Kanisius.Yogyakarta.