Bismillah Cover (2)

16
KATA PENGANTAR Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas makalah yang berjudul “ Lunturnya Idealisme Pancasila” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini secara garis besar menjelaskan tentang bagaimana masyarakat pada saat ini menilai tentang pentingnya tenaga medis yang ada dimasyarakat dan pandangan mereka tentang keberadaan dukun dalam menyembuhkan suatu penyakit. Penulis berharap tugas makalah ini akan berguna dan memberikan pemahaman bagi pembaca dan penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi penulisan maupun penyajian. Karenanya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Malang, 27 Oktober 1

description

cover 2

Transcript of Bismillah Cover (2)

BAB 1

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas makalah yang berjudul Lunturnya Idealisme Pancasila dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini secara garis besar menjelaskan tentang bagaimana masyarakat pada saat ini menilai tentang pentingnya tenaga medis yang ada dimasyarakat dan pandangan mereka tentang keberadaan dukun dalam menyembuhkan suatu penyakit.

Penulis berharap tugas makalah ini akan berguna dan memberikan pemahaman bagi pembaca dan penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi penulisan maupun penyajian. Karenanya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.

Malang, 27 Oktober 2013,

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1DAFTAR ISI2BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang3Rumusan Masalah4Tujuan4

Manfaat4BAB IIPEMBAHASANMengapa idealisme pancasila mulai luntur di kalangan masyarakat?.......................................................................................5Bagaimana cara untuk menjadikan pancasila sebagai bagian dari peradaban? .......................................................................................8

BAB IIIPENUTUPKesimpulan10Saran10DAFTAR PUSTAKA

BAB I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Dewasa ini telah terjadi globalisasi dalam berbagai aspek, mulai dari teknologi, pasar, pemikiran, bahkan moral. Dalam kesempatan kali ini penulis akan melihat globalisasi dari segi perubahan pemikiran khusunya pada perubahan pemikiran masyarakat Indonesia. Telah diketahui bahwa peradaban pada zaman dahulu dapat dikenang atau diketahui sampai sekarang dikarenakan masyarakat pada zaman tersebut dapat menjaga identitas mereka. Sangat disayangkan bahwa dalam peradaban saat ini banyak masyarakat yang ingin tetap menjaga identitas mereka, namun mereka malah terbawa arus globalisasi. Ini menjadi masalah bagi bangsa pada zaman sekarang yang ingin menjadi bagian peradaban dunia.

Salah satu bangsa yang ingin menjadi bagian dari peradaban adalah bangsa kita sendiri yakni bangsa indonesia. Bentuk kebudayaan masyarakat modern zaman sekarang cendrung meniru kebudayaan barat, baik pola kehidupan, cara berpikir, ideologi, dan politiknya. Hal ini membuat perkembangan dan perkembangan mereka meninggalkan konsep masyarakat tradisional. Konsep tradisional disini dimaksudkan pada perilaku, norma, dan nilai kesopanan yang dimiliki bukan pada masyarakat yang buta teknologi atau buta informasi.Meskipun struktur masyarakat modern yang cendrung kebaratan ini sangat rapuh bila dibandingkan dengan masyarakat tradisional, namun mereka menguasai sektor-sektor penting dan strategis dalam kehidupan. Mereka mempunyai misi untuk menyatukan antara masyarakat modern dan masyarakat tradisional dengan cara menarik masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern.

Oleh karena itu terjadilah perlawanan-perlawanan dari usaha ini. Dimana masyarakat modern cendrung bersifat agresif dan otoriter dalam menghadapi masyarakat tradisional. Masyarakat modern cendrung menggunakan alternative cara barat untuk menyelesaikan suatu masalah, daripada kembali kepada pandangan hidup masyarakat tradisional.

Namun demikian cara-cara tersebut tidak dapat pula mengubah pandangan hidup masyarakat tradisional dalam keimanan, perasaan nasionalisme, kemerdekaan, dan kehormatan. Dan yang sangat disayangkan hanya tinggal sedikit orang yang memiliki pola pikir tradisonal. Ini menjadikan tantangan besar bagi bangsa indonesia untuk menjadi bagian dari peradaban.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah makalah sebagai berikut

1. Mengapa idealisme pancasila mulai luntur di kalangan masyarakat?

2. Bagaimana cara untuk menjadikan pancasila sebagai bagian dari peradaban?

1.3. Tujuan

Tujuan makalah sebagai berikut

1. Mengetahui penyebab lunturnya idealisme masyarakat

2. Mengetahui cara menjadikan pancasila bagian dari peradaban

1.4

Manfaat

Manfaat makalah sebagai berikut

1. Masyarakat dapat mengetahui penyebab lunturnya idealisme pancasila serta

cara menjadikan pancasila bagian dari peradaban

2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami problematika lunturnya

idealisme pancasila serta sebagai generasi muda untuk menjadikan pancasila

sebagai bagian dari peradaban

Bab II

Pembahasan

1. Konsepsi Peradaban Pancasila

Pancasila merupakan sebuah konsepsi peradaban yang diletakkan diatas nilai-nilai transendensi (sila 1), tegak dan terlindunginya harkat dan martabat kemanusiaan (sila ke-2), kebulatan tekad segenap komponen bangsa mewujudkan peradaban tersebut diatas keutuhan teretori NKRI, terselenggaranya mekanisme demokrasi yang dibimbing oleh hikmat kebijaksanaan dalam penyelenggaraan negara (sila ke-4) dan komitmen untuk terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat (sila ke-5).

Orientasi transendensi adalah ketertundukan, kepatuhan dan kepasrahan kepada Tuhan, Hukum Tuhan dan perjanjian kontraktual antara sesama warga yang tidak melanggar jiwa hukum Tuhan. Maka mengacu sila pertama Pancasila, peradaban yang hendak diwujudkan di atas bumi nusantara dalam format Indonesia moderen (NKRI) adalah peradaban dari masyarakat atau bangsa ber-Tuhan. Sebuah pranata sosial-kemasyarakatan dan kebangsaan yang dielaborasi dari hukum-hukum kehidupan universal yang bersumber dari nilai-nilai ke-Tuhanan.

Berdasar konsepsi tersebut, negara bertanggung jawab mendorong seluruh masyarakat Indonesia sebagai masyarakat ber-Tuhan sesuai keyakinan dan kepercayaan masing-masing, dan menjaga harmoni antar ummat beragama untuk saling menghargai/toleran atas pilihanan agama sesuai keyakinan setiap warga negara. Dorongan negara kepada seluruh masyarakat untuk ber-Tuhan tidak dilakukan melalui pemaksanaan, melainkan melalui proses edukasi dengan mendorong terlembaganya sistem edukasi keagamaan, sehingga setiap individu memiliki kedewasaan, kematangan dan kemerdekaan menentuan pilihannya dalam beragama. Hal yang tidak bisa dipungkiri adalah prinsip kemutlakan keyakinan dari masing-masing ajaran agama dan keragaman tingkat pemahaman keagamaan masing-masing individu yang dapat menyebabkan munculnya kesalahpahaman dan memicu keresahan dalam hubungan antar ummat beragama. Disinilah peran negara untuk membuat pengaturan agar keresahan itu bisa direduksi sehingga kehidupan antar ummat beragama yang toleran dapat diwujudkan.

Ketika pengetahuan, pemahaman dan sikap-sikap keagamaan masing-masing individu telah diresapi dalam tingkat kedewasaan dan kematangan, maka spirit nilai-nilai ke-Tuhanan akan terejawantah kedalam pranata sosial-kemasyarakatan-kenegaraan-kebangsaan dan dengan sendirinya akan membentuk sebuah peradaban yang disangga oleh hukum-hukum kehidupan universal yang bersumber dari nilai-nilai Ketuhanan. Kehadiran negara untuk memfasilitasi gairahnya sistem edukasi keagamaan dan pengaturan untuk terwujudnya toleransi beragama tidak bisa dikatakan sebagai bentuk campur tangan negara terhadap kemerdekaasn pilihan setiap warga untuk beragama atau berkeyakinan. Tanpa adanya kehadiran negara dalam dua hal tersebut, bentuk-bentuk intoleran yang dilatarbelakangi oleh ketidakmatangan dan ketidakdewasaan sikap kegamaan akan bermunculan dan menggagalkan terwujudnya sebuah peradaban yang bersumber dari nilai-nilai ke-Tuhanan itu sendiri.

Konsekuensi orientasi transendensi (ber-Tuhan) adalah komitmen untuk tegak dan terlindunginya nilai-nilai dan harkat martabat kemanusiaan.

Saat ini masih banyak terjadi konflik antar umat beragama misalnya di Ambon. Peradaban sebagian masyarakat Indonesia sesuai pancasila sila 1 menjadi tidak terwujud nyata. Hal-hal yang kurang penting mengenai agama menjadikan penyebab konflik.

Konsekuensi Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab bukanlah kebebasan individual tanpa batas, akan tetapi sebuah perlindungan harkat dan martabat kemanusiaan dalam kerangka keadaban. Maka bentuk-bentuk kebebasan yang tidak beradab tidak mendapat tempat sebagai bagian dari perlindungan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan itu sendiri. Begitu pula implementasi perlindungan HAM (Hak Asasi Manusia), tidak bisa diterapkan kedalam bentuk-bentuk perilaku yang esensinya melanggar HAM itu sendiri.

Pelaksanaan penegakan HAM di Indonesia masih lemah. Banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran HAM yang masih belum mendapatkan penyelesaian. Kemajuan peradaban masyarakat dapat dilihat dari negara sebagai fasilitator penegakan HAM melaksanakan kewajibannya.

Rumusan sila ketiga Pancasila adalah Persatuan Indonesia yang dapat dimaknai sebagai kebulatan tekad segenap warga negara untuk mewujudkan peradaban Pancasila melalui format Indonesia modern, NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Rumusan sila tersebut bukan semata-mata keutuhan wilayah NKRI, akan tetapi komitmen untuk secara bersama-sama melindungi keutuhan teritori fisik dan idiologi bangsa (visi peradaban) yang hendak diwujudkan diatasnya. Maka bentuk-bentuk upaya dekonstruksi kedaulatan teritori fisik dan idiologi bangsa sebagai road maps pembangunan peradaban merupakan pengingkaran terhadap sila ke-3 Pancasila ini.

Indonesia yang terdiri dari banyak pulau yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Ada beberapa pulau yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan mendirikan negara sendiri. Perkembangan peradaban Indonesia menjadi lemah dengan adanya masalah seperti ini.

Konsepsi peradaban Pancasila juga menekankan terselenggaranya mekanisme demokrasi dalam penyelenggaraan negara, namun dengan penekanan bimbingan hikmat kebijaksanaan dalam proses permusyawaratan. Dalam Konsepsi UUD 1945 (sebelum amandemen), kehadiran institusi hikmat kebijaksanaan ini dimanifestasikan dengan utusan golongan. Selain untuk menjadi penyeimbang para wakil rakyat hasil proses pemilu bebas, utusan golongan dimaksudkan untuk mengakomodasi multikulturalisme Indonesia. Sebagai contoh, suku-suku kecil di Indonesia yang secara kualitas maupun kuantitas akan kesulitan menyodorkan wakilnya untuk turut menentukan arah dan kebijakan negara melalui proses pemilu bebas.

Praktik musyawarah di Indonesia yang seharusnya dapat menghasilkan pemecahan masalah, tetapi sekranag hanya prosesnya saja yang panjang hasilnya tidak dapat memcahkan masalha yang terjadi. Peradaban yang maju seharusnya dapat memecahkan masalah dengan konsep yang dimiliki.

Peradaban Pancasila juga menekankan proses penyelenggaraan negara dilakukan secara adil untuk semua golongan. Rumusan sila ke-5 Pancasila menekankan terwujudnya sistem yang adil dalam segala bidang, sehingga seluruh sumber daya dan capaian pembangunan dapat diakses serta dinikmati secara adil.

Banyak aspek kehidupan yang belum merata di Indonesia. Ada anak yang masih kekurangan gizi. Peradaban masyarakat juga memperhatikan seluruh aspek kehidupan dapat berjalan sesuai dengan keinginan. Kemajuan peradaban mencapai maksimalnya dengan terpenuhinya seuruh aspek kehidupan masyarakat.

2. Nilai-Nilai yang Terkandung di Dalam PancasilaNilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai-nilai ini yang merupakan nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Nilai-nilai Pancasila tergolong nilai kerokhanian yang didalamnya terkandung nilai-nilai lainnya secara lengkap dan harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai kebenaran (kenyataan), nilai estetis, nilai etis maupun nilai religius.

Nilai-nilai Pancasila sebagai ideology bersifat objektif dan subjektif, artinya hakikat nilai-nilai Pancasila adalah bersifat universal (berlaku di manapun), sehingga dimungkinkan dapat diterapkan pada negara lain.Jadi kalau ada suatu Negara lain menggunakan prinsip falsafah, bahwa negara berKetuhanan, berKemanusiaan, berPersatuan, berKerakyatan dan berKeadilan, maka negara tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif, maksudnya adalah:

1) Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak karena merupakan suatu nilai.

2) Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam kehidupan keagamaan.

3) Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD

1945 sebagai pokok kaidah negara yang mendasar, se- hingga merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.

Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, terkandung maksud bahwa keberadaan nilai-nilai Pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri. Hal ini dapat dijelaskan, karena:

1) Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesia sebagai penyebab adanya nilai-nilai tersebut;

2) Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga merupakan jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, ke- baikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup ber- masyarakat, berbangsa dan bernegara;

3) Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai kerokhanian, yaitu nilai kebenaran, keadilan, kebai- kan, kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai religius yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia dikarena- kan bersumber pada kepribadian bangsa.

Oleh karena nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dan subjektif tersebut, maka nilai-nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, menjadi dasar serta semangat bagi segala tindakan atau perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan bernegara. Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber nilai bagi manusia Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, maksudnya sumber acuan dalam bertingkah laku dan bertindak dalam menentukan dan menyusun tata aturan hidup berbangsa dan bernegara.

Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang digali, tumbuh dan berkembang dari budaya bangsa Indonesia yang telah berakar dari keyakinan hidup bangsa Indonesia. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila menjadi ideologi yang tidak diciptakan oleh negara melainkan digali dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat Indonesia sendiri. Sebagai nilai-nilai yang digali dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat Indonesia sendiri, maka nilai-nilai Pancasila akan selalu berkembang mengikuti perkembangan masyarakat Indonesia.

Sebagai ideologi yang tidak diciptakan oleh negara, menjadikan Pancasila sebagai ideologi juga merupakan sumber nilai, sehingga Pancasila merupakan asas kerokhanian bagi tertib hukum Indonesia, dan meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang- Undang Dasar 1945 serta mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.

Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah, penyelenggara negara termasuk pengurus partai dan golongan fungsional untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang luhur.

3. Cara menumbuhkan nilai nilai pancasila

Kini pada zaman informasi dan komunikasi yang semakin maju, generasi bangsa telah mulai melupakan urgensi Pancasila. Kita lebih tertarik dengan kehidupan gaya Barat yang hedonis dan individualistik. Kita tidak lagi memikirkan jiwa keadilan sosial dan kesejahteraan sosial yang menjadi salah satu nilai yang terkandung dalam Pancasila. Korupsi, kolusi, dan nepotisme kini telah menjadi kebiasaan jika kita tidak mau berkata itu telah menjadi budaya. Banyak hal-hal yang dulunya tabu kini telah menjadi suatu hal yang biasa, karena kita tidak lagi mau mengkaji dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila.

Eksistensi Pancasila sebagai pandangan hidup yang bernilai filosofis dan sosiologis kini menjadi hal perlu untuk menjadi kajian generasi bangsa. Penumbuhan kembali Pancasila sebagai pandangan hidup yang tersemayam dalam jiwa masyarakat Indonesia adalah hal yang mendesak dan persoalan utama kita sebagai bangsa Indonesia.

Padahal, Pancasila sejatinya merupakan kekayaan potensial yang menjadi harta karun berharga bagi bangsa Indonesia. Maka dari itu sungguh sangat sayang apabila ditinggalkan. Akan tetapi fakta berbicara pada kenyataannya generasi muda (baca: mahasiswa) kian mengalami degradasi akan nilai Pancasila. Terbukti dengan banyaknya mereka yang kian hari kian acuh terhadap Pancasila. Oleh karena itu yang perlu dibangun ke depan bagi bangsa ini adalah melakukan langkah-langkah cerdas untuk turut serta menumbuhkankesadaran bangsa.

Problem ini dikhususkan bagi kalangan intelektual terutama mahasiswa sebagai calon pengganti pemimpin bangsa di masa yang mendatang. Untuk memahami makna serta kedudukan Pancasila yang sebenarnya, maka harus dilakukan suatu kajian yang bersifat ilmiah.Hal ini merupakan tugas berat bagi kalangan intelektual untuk mengembalikan persepsi rakyat yang keliru tersebut ke arah cita-cita bersama bagi bangsa Indonesia dalam hidup bernegara.

Adapun hal-hal yang terpenting yang harus diramu menjadi beberapa gagasan cerdas untuk menumbuhkan generasi muda yang cinta pancasila, antara lain:

Pertama, kita harus mulai menyadarkan para pemuda betapa pentingnya menjunjung tinggi etika-etika Pancasila dalam menghadapi masuknya budaya asing ke dalam negeri ini.Pancasila dijadikan sebagai filterisasi dampak negatif yang kemungkinan akan muncul. Dengan jalan menanamkan sejak dini rasa cinta tanah air dalam pengertian fungsi dan isi Pancasila, dengan memberi pemahaman akan pentingnya keberadaan, kegunaan dan pengamalan Pancasila berikut nilai-nilai yang berkaitan dengan cinta tanah air melalui pelatihan khusus ataupun seminar.

Kedua, di dunia pendidikan pelajaran Pancasila secara mandiri harus dimasukkan dalam kurikulum di seluruh jenis, jenjang, dan jalur pendidikan. Pendidikan Pancasila wajib dikembangkan dalam program kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler. Oleh karena itu, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20/2003 perlu segera dilakukan uji materi karena tak mencantumkan subtansi pendidikan Pancasila secara mandiri. Diharapkan agar para pemuda tidak pernah lepas dari budayanya sendiri yaitu Pancasila.

Pancasila masih berupa konsep ideologis (moral knowing) dan belum menjadi konsep operasional (moral feeling) yang dapat dijadikan aplikasi (moral action) dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat diaplikasikan perlu saluran dan itu dimulai dari dunia pendidikan. Karena pendidikan akan memiliki snowball effect terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat. Harapannya dunia pendidikan mampu mendidik generasi muda bangsa agar cinta Pancasila sehingga mencintai negaranya. Karena generasi muda adalah api masa depan Indonesia.

Ketiga, mengembalikan penataran P-4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang telah dihapuskan. Karena pada kenyataannya P-4 adalah bagian dari upaya merevitalisasi ideologi kebangsaan, dengan catatan bahwa tidak ada pemerkosaan terhadap nilai-nilai pancasila oleh mereka yang menyelenggarakan P-4, terutama Pemerintah.

Semoga para generasi muda bisa merevitalisasi urgensi Pancasila sedini mungkin, meskipun tidak semua praktik-praktik bijak yang dapat diramu dalam tulisan ini menjadi gagasan-gagasan cerdas untuk menumbuhkan rasa cinta para generasi muda terhadap Pancasila. Namun, setidaknya dapat membuka kesadaran akan urgensi Pancasila sebagai pedoman hidup dan menghargai cita-cita para pendiri bangsa yang telah memberi bekal, agar bangsa Indonesia mampu berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa maju di dunia. Asal tidak melupakan Pancasila dan menanamkannya dalam lubuk paling dalam dengan kesadaran kolektif bangsa, lalu mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan nyata.

Bab 3

Penutup

KESIMPULANBerdasar beberapa sumber yang didapat, dapat disimpulkan bahwa ........

Sedangkan cara-cara untuk menjadikan pancasila sebagai bagian dari peradaban antara lain menyadarkan para pemuda betapa pentingnya menjunjung tinggi etika-etika Pancasila dalam menghadapi masuknya budaya asing ke dalam negeri ini dan pelajaran Pancasila secara mandiri harus dimasukkan dalam kurikulum di seluruh jenis dan jenjang

SARANSebagai warga negara Indonesia, ada baiknya kita tidak melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan lunturnya idealisme bangsa, namun melakukan hal-hal yang dapat menjadikan pancasila sebagai bagian dari peradaban

DAFTAR PUSTAKA

http://soeharto.co/konsepsi-peradaban-pancasila diakses tanggal 26 Oktober 2013

sainsmatika.blogspot.com/2012/02/pancasila-sebagai-ideologi-negara.html diakses 28 Oktober 2013http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/16/meramu-gagasan-cerdas-untuk-menumbuhkan-generasi-muda-cinta-pancasila-471661 html diakses 28 Oktober 201311